Anda di halaman 1dari 13

PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI ERA MILENIAL

Disusun untuk Melengkapi Persyaratan Mata Kuliah

Pengenalan Lapangan Persekolahan 1 (PLP I)

Semester Genap 2022/2023

Oleh:

Nama : Siti Nur Hanifah

NIM : 2103046174

Jurusan : Pendidikan Bahasa Inggris

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2023
PENGESAHAN

Laporan Pengenalan Lapangan Persekolahan I (PLP I) FITK UIN Walisongo Semarang yang disusun
oleh:

Nama : Siti Nur Hanifah

NIM : 2103046174

Lokasi PLP : SMA N 8 Semarang

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal 11 Mei 2023

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Lapangan, Guru Pamong,

Dra. Hj. Ma’rifatul Fadhilah, M. Ed Dwi Hastuti, S. Pd

NIP. 1962083 198903 2 003 NIP. 19730528 200801 2 006

Kepala Sekolah SMA N 8 Semarang,

Suparmi, S. Pd, M.Pd.

NIP.19650222 199303 2 001

Mengesahkan, a.n Dekan

Wakil Dekan 1

Dr. Mahfud Junaedi, M. Ag.

NIP. 19690320 199803 1 004


PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI ERA MILENIAL

Siti Nur Hanifah

Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang

Indonesia

Hanifahiva28@gmail.com

Abstrak

Pendidikan karakter merupakan hal penting yang perlu mendapatkan perhatian di era milenial
ini. Penanaman pendidikan karakter diharapkan dapat membekali generasi muda milenial
dalam kehidupannya untuk berperilaku yang baik. Tujuan Penelitian ini adalah untuk
mengetahui Bagaimana implementasi Pendidikan karaketer di era milenial dan bagaimana
peranan guru dalam pembentukan karakter di era milenial. Subyek penelitian adalah siswa
dan guru. Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 8 Semarang selama 2 minggu. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah obesrvasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis
data dilakukan dengan pendekatan metode kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa peran guru dalam pendidikan karakter siswa SMA N 8 Semarang yaitu:
1) Implementasi Pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah telah berjalan dengan baik
dan terstruktur walaupun masih ada sedikit kesulitan dalam mendidik siswa karena latar
belakang siswa yang berbeda. 2)Peran Guru sebagai pendidik karakter adalah menjadi tokoh
dan panutan bagi siswa dan lingkungannya: guru sebagai pengajar, guru sebagai pemberi
tauladan dan evaluator untuk segala pendidikan siswa yang ada di sekolah, baik itu
pendidikan karakter maupunn pendidikan pelajaran.

Kata kunci: Peran Guru, Pendidikan Karakter, Milenial

PENDAHULUAN

Karakter berpengaruh pada sikap baik atau buruknya seorang siswa, dan karakter
menentukan pola kehidupan masa depan seorang siswa. Menurut seorang Filosof Yunani,
bernama Heraclitus mengatakan bahwa “Karakter adalah takdir”. Karakter akan membentuk
takdir seseorang. Hal tersebut juga diuraikan dalam kutipan kalimat pada buku (Lickona,
2012), yaitu: hati-hati terhadap pikiran Anda, pikiran Anda menjadi kata-kata Anda. Hati-hati
dengan kata-kata Anda, kata-kata Anda menjadi perbuatan Anda. Hati-hati dengan perbuatan
Anda, perbuatan Anda menjadi kebiasaan Anda. Hati-hati dengan kebiasaan Anda, kebiasaan
Anda menjadi karakter Anda. Hati-hati dengan karakter Anda, karakter Anda menjadi takdir
Anda.(Ariatama et al., 2022)

Pendidikan karakter sendiri bukanlah salah satu kebijakan baru yang di buat oleh
pemerintah yang merumuskan tentang pentingnya pendidikan di Indonesia, dimana
pendidikan tersebut dibuat untuk terbentuknya pendidikan yang lebih baik dari
sebelumnya,sebagaimana yang sudahn di jelaskan pada Pasal 1 Ayat 1 UU No. 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Oleh karena itu, pendidikan yang ditujukan guna
mencapaitujuan umum pendidikan di Indonesia secara menyeluruh harus dikembangan dalam
sistem pendidikan nasional. Pendidikan karaktermerupakan bagian dari keseluruhan proses
pendidikan, sehingga tidak ada perbedaanantara pendidikan akademik dan jugapendidikan
karakter.(Mustoip, 2018)

Tujuan dari undang-undang di atas yakni pelaksanaan penguatan nilai-nilai


pendidikan karakter peserta didik. Hal ini mengingat penanaman nilai- nilai karakter bangsa
harus ditanamkan melalui lingkup kecil dalam institusi pendidikan, yakni lingkungan kelas.
Nilai-nilai budaya yang sesuai dengan negara kita harus tertanam dalam jiwa setiap peserta
didik sehingga tidak terjadi generasi yang hilang dalam hal budaya dan karakter bangsa.
Tujuan dari proses pendidikan sudah seharusnya berorientasi pada keseimbangan tiga unsur
pendidikan, yakni karakter, pengetahuan dan soft skill. Jadi, pendidikan tidak hanya
mewujudkan peserta didik yang cerdas otak saja, tetapi juga memiliki kecerdasan hati dan
raga.(Hendayani, 2019)

Sekolah dituntut untuk mampu membentuk karakter siswa melalui kegiatan


pembelajaran di kelas maupun di luar kelas, serta memiliki program yang mampu
membentuk karakter peserta didik di sekolah. Peran sekolah sebagai tempat pembentukan
karakter siswa dirasa penting dan memiliki pengaruh yang cukup besar. Guru dituntut untuk
dapat terus mengembangkan diri dan mampu menjadi teladan bagi siswa untuk membentuk
karakter yang baik. Pendidikan karakter merupakan salah satu aspek penting di dalam proses
pendidikan yang diterima peserta didik.(Saleh, 2022)

Proses Pendidikan karakter diharapkan tidak hanya mengembangkan aspek


pengetahuan semata, tetapi sampai pada aspek sikap dan perilaku peserta didik secara
komprehensif. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab
dalam hal ini. Dunia pendidikan harus mampu menjawab tantangan karakter yang terjadi di
era millennial. Guru harus mampu berkreasi dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi
sebagai sumber media belajar dan contoh perilaku positif. Guru era millenial harus mampu
mengoprasikan IT dan teknologi masa kini. Semua guru tanpa terkecuali memiliki tanggung
jawab mengikuti perkembangan zaman demi mencerdaskan kehidupan bangsa. Era millenial
bukan menjadi suatu hambatan, namun bagaimana guru menyikapi era millenial ini menjadi
tantangan untuk kemajuan pendidikan.

Pendidikan Generasi millenial memiliki perilaku yang cenderung pragmatis dan


instan. Karena itu, perlu disadari semua kalangan bahwa dalam menyikapi masalah ini harus
dilakukan langkah-langkah yang konsisten supaya tujuan dari pendidikan karakter tetap ideal
dengan era millenial ini. Upaya yang dilakukan guru untuk menanamkan nilai-nilai karakter
pada siswa di era millenial bisa dilakukan dengan mengintegrasikan contoh-contoh perilaku
positif melalui teknologi, dan contoh-contoh perilaku negatif sebagai pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas rumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah bagaimana implementasi pendidikan karakter di era milenial yang berlangsung di
SMA N 8 Semarang dan bagaimana peranan guru dalam pembentukan karakter siswa di era
milenial. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi dan pembelajaran
bagi sekolah lain dalam membentuk karakter siswa di era milineal ini menjadi karakter siswa
yang lebih baik.

KAJIAN LITERATUR

Kasus terbunuhnya seorang guru di SMA N 1 Torjun Sampang Jawa Timur, yang
disebabkan karena dipukuli siswa sendiri. Kasus tersebut, sontak mendapat perhatian dari
semua kalangan yang menilai bahwa kegagalan PPK. Komisioner Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) Retno Lystiarti mengatakan bahwa “Selama ini PPK lebih banyak tertuang
dalam penilaian rapor siswa saja, bukan diimplementasikan dan ditanamkan secara riil dalam
proses belajar kepada siswa”. Sungguh pendidikan karakter yang menyedihkan. Kegagalan
pendidikan karakter tersebut juga disebabkan oleh peran guru yang kurang maksimal dalam
melakukan pendekatan dengan siswa, sehingga hal tersebut menjadi evaluasi bersama semua
pihak. Kaitannya dengan revolusi industri 5.0 adalah guru diharuskan untuk memahami dan
melakukan pendekatan di era ini. Hal sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan
pendekatan melakukan pendekatan melalui perkembangan teknologi yang berkembang,
sehingga akan berdampak pada interaksi yang humanis antara guru dan siswa.
Kegagalan penanaman pendidikan karakter juga jelas terjadi dalam kasus Aundrey.
Berawal dari bully di media sosial hingga perkelahian yang menyebabkan jatuh korban
merupakan evaluasi dalam praktek pendidikan dalam upaya PPK. Guru dan orang tua harus
mampu secara bijak menanamkan pendidikan karakter sejak dini dan perlu meningkatkan
pengawasan terhadap anak didik, sehingga kejadia -kejadian tersebut tidakterulang kembali.
Hal tersebut mengingat perkembangan teknologi dan informasi yang masif dan pesat.
Kehadiran orang tua dan guru dalam melakukan pengawasan terhadap anak perlu untuk
ditingkatkan, sehingga apa saja yang dilakukan oleh anak dapat diketahui oleh orang tua dan
guru. 3. Guru dirundung Murid Kasus perundungan kepada seorang guru tersebut terjadi di
SMK NU 3 Kaliwungu, Jawa Tengah. Kejadian tersebut sontak memberi perhatian banyak
semua orang, dikarenakan ada tindakan dari beberapa siswa yang sedang merundung guru
dengan candaan- candaan siswa. Hal ini tentu dapat ditarik kesimpulan bahwa kegagalan
pendidikan karakter memang benar-benar terjadi di sekolah tersebut. Minimnya kemampuan
guru dalam melakukan pendekatan dan pedagogi dengan siswa, berakibat pada kejadian
tersebut. Salah satu penyebab terjadinya tindakan tersebut adalah maraknya determinasi-
determinasi dalam perkembangan teknologi informasi yang semakin terbuka dan tidak
terbatas, sehinggasemua pengaruh tersebut dapat masuk di tubuh siswa tanpa adanya
penyaringan terlebih dahulu.

Lingkungan keluarga sangatlah besar pengaruhnya terhadap karakter seseorang. Saat


ini banyak anak-anak yang terjerumus ke dalam perilaku-perilaku tidak baik yang disebabkan
oleh salahnya didikan dari orang tua. Kurangnya rasa perhatian orang tua, orang tua yang
terus bertengkar, perceraian orang tua dan tidak tertanamnya suri teladan yang baik dalam
diri orang tua menjadi penyebab anak melakukan hal-hal negatif di lingkungan luar sebagai
bentuk pelampiasan terhadap masalah-masalah yang menimpa keluarganya. Lain halnya
dengan keluarga yang senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan sesama anggota
keluarganya, maka anak akan merasa nyaman, tenang, tenteram sehingga berdampak baik
terhadap karakter anak itu sendiri.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 8 Semarang. Dilaksanakan selama 2 minggu,


dimulai dari tanggal 26 Februari 2023 sampai tanggal 10 Maret 2023. Dengan melibatkan
siswa dan guru di SMA N 8 Semarang. Pendekatan penelitian ini adalah metode kualitatif
deskriptif dengan menggunakan studi observasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini
dikumpulkan dengan menggunakan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.

Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan


sebagai berikut: (1) Observasi yang dilakukan oleh peneliti antara lain adalah (a) pengamatan
langsung rutinitas dan perilaku yang dilakukan oleh siswa dan guru (b) mencatat secara
langsung terhadap fenomena yang muncul pada saat pengamatan terhadap semua responden
yang terlibat langsung ataupun tidak langsung, (2) wawancara yang digunakan peneliti
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan. Pertanyaan yang diajukan
diketahui dan dipahami secara mendalam tetapi tidak terlalu formal agar tidak kaku sehingga
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan, dan (3) dokumentasi, yaitu yang
digunakan untuk melihat tentang berbagai hal yang telah atau pernah terjadi yang berkaitan
dengan perilaku siswa. Dalam hal ini peneliti melihat dan membaca antara lain poster-poster
tentang hal positif dan tata tertib disekolah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakter merupakan suatu nilai yang baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik,
nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang sudah mendasar
dan tertanam pada diri yang dicerminkan dalam tingkah laku. Karakter secara koheren
memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa
seseorang atau sekelompok orang. Kakarkter merupakan sebuah ciri khas seseorang atau
sekelompok orang yang memiliki nilai, kemampuan, kapasitas moral, ketegaran
dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Oleh karena itu, karakter merupakan
sekumpulan tata nialai yang membuat suatu sistem yang melandasi suatu
pemikiran, sikap, dan tingkah laku yang tampak.(Prasetyo et al., 2019)

Keteladanan merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan


karakter siswa sekolah. Perilaku yang ditunjukkan oleh seorang guru di sekolah akan diamati
siswa dan selanjutnya ditiru. Oleh karena itu guru perlu berjati-hati dalam memberikan
contoh perilaku yang baik agar ditiru oleh siswa dengan tepat sasaran. Sebagai seorang guru
harus selalau berprinsip dan berkelanjutan dalam menerapkan Pendidikan karakter beberapa
pengaruh kendala yang sering terjadi adalah latar belakang yang berbeda.

Pendidikan karakter adalah suatu proses penerapan nilai-nilai moral dan keagamaan
terhadap peserta didik melalui ilmu pengetahuan, dan penerapan nilai-nilai tersebut baik
untuk diri sendiri, keluarga, sepertemanan, baik pendidik dan lingkungan sekitar maupun
Tuhan Yang Maha Esa. Perkembangan sosial anak usia sekolah dasar Semakin bertambah,
yang awalnya hanya sekedar bersosialisasi bersama keluaga, kemudian berangsur-angsur
mengenal orang-orang Sekitar. Anak usia ini juga sudah mengenal gaya hidup digital, Mulai
dari rumah, pertemanan, sekolah, bahkan dilingkungan sekitar. Kemudian pada Era digital ini
tidak hanya berdampak positif saja, akan tapi juga dapat berdampak negatif, Maka dari itu
peran orang tua, tenaga pendidik serta anggota masyarakat yang telah dewasa agar dapat
membimbing dan mengawasi anak untuk menjalani dengan baik, tepat, dan bermanfaat
positif bagi anak itu sendiri.(Putri, 2018)

Berdasarkan hasil pengamatan penulis terhadap perilaku religius siswa yang sesuai
dengan hal diatas. Guru memantau mengatur jalannya aturan wajib berjamaah pada sholat
dhuhur dan ashar namun tidak terlalu ketat dengan peraturan tersebut, sehingga masih ada
beberapa siswa yang tidak mengikuti kegiatan wajib berjamaah yang tidak memiliki
kepentingan tertentu. Dalam perihal sholat Dhuha guru tidak memantau sama sekali, sholat
dhuha berjalan dengan sesuai kesadaran pribadi masing-masing. Sebagai wujud pembelajaran
disekolah ada kegiatan membaca alquran BTAQ (Bimbingan Ilmu Tilawah dan Alquran)
bagi yang muslim di kelas dihari tertentu dan di bina langsung oleh guru.

Implementasi pendidikan karakter pada perilaku siswa kelas X di SMA Negeri


Wonogiri melalui proses penerapan pendidikan karakter dilakukan dengan langkah
mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran. Selain itu pula empat metode
pendidikan karakter dalam penerapan di lembaga sekolah yang kami terapkan terhadapkan
siswa siswi SMA Negeri 2 Wonogiri yang mengajarkan keteladanan, menentukan prioritas,
praktis dan refleksi. Pendidikan karakter di SMA Negeri 2 Wonogiri dalam menanamkan
nilai-nilai luhur menggunakan metode keteladanan, pembiasaan serta integrasi. Tumpuan
pendidikan karakter di SMA Negeri 2 Wonogiri ada pada gurunya. Dalam hal ini SMA
Negeri 2 Wonogiri berkomitmen untuk menjadi contoh yang baik siswa-siswanya, misalnya
dengan berpakaian yang rapi, mematuhi peraturan atau tata tertib sekolah hal ini secara tidak
langsung akan membentuk kepribadian siswa-siswi yang rapi dalam berpakaian serta
berpenampilan.(Hanifah & Wahyudi, 2019)

Sejalan dengan penelitian tersebut Pembiasaan karakter di SMA N 8 Semarang dalam


mengembangkan karakter siswa untuk menjadi generasi penerus bangsa yang bermoral dapat
diimplementasikan melalui kegiatan siswa di sekolah. Sebagai contoh ketika pagi hari siswa
dibiasakan untuk mengucapkan salam kepada guru piket, sebelum masuk ke area sekolah,
selain berfungsi untuk menjalin erat kekeluargaan dalam waktu yang sama dilakukan
pengecekan berpakaian yang rapi dan atribut yang lengkap. Sebelum memasuki ruang kelas
siswa berbaris untuk bersalaman dengan guru pelajaran mata pertama kemudian di
koordinatori oleh salah satu siswa untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya dan berdoa sesuai
dengan kepercayaan masing-masing sebelum memulai kegiatan pembelajaran dikelas. Semua
membutuhkan waktu dan proses dan ditanamkan secara berlanjut dalam menanamkan budaya
karakter Indonesia dengan harapan etika yang telah diajarkan dan dibiasakan disekolah akan
selalau tertanam bahkan ketika sudah tidak dalam lingkungan sekolah.

Tujuan utama menanamkan kedisiplinan pada siswa bukan memberikan rasa takut
pada siswa, melainkan untuk mendidik para siswa agar sanggup mengatur dan
mengendalikan dirinya dalam berperilaku serta bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-
baiknya (Naim, 2012, p.148). Pendidikan karakter yang di biasakan oleh guru pada siswanya
bisa dikatakan beragam sehingga terintegrasi semua, hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh
Bu Dwi salah satu guru yang mengajar mata pelajaran bahasa inggris, yang mengatakan
dalam wawancara bahwa nilai-nilai karakter itu terintegrasi semua, misalnya kedisiplinan,
Untuk menumbuhkan karakter tersebut ketika mereka mengerjakan tugas yang telah selesai
waktu maka dikumpulkan dan bagi siswa yang mengumpulkkan terlambat maka akan
mendapat sanksi pengurangan nilai. “Saya biarkan mereka seperti itu agar terbentuk secara
alami nilai tanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing”, tegas Bu Dwi.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,


membimbing, mengarahkan, dan melatih siswa untuk berkompeten baik dalam bidang
kognitif, psikomotorik, dan afektif. Guru adalah ujung tombak untuk menentukan tingkat
keberhasilan siswa, terutama mengenai afektif dalam hal ini pendidikan karakter. Yusra
(2013, p.127) mendefinisikan guru adalah tenaga profesional yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab mendidik, mengajar, membimbing, melatih, mengarahkan, dan memberi
penilaian dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.(Ajmain & Marzuki, 2019)

Hal diatas sejalan dengan pengamatan terhadap kegiatan rapat evaluasi mingguan
yang dilaksanakan setiap hari jumat di SMA N 8 Semarang. Pengamatan menghasilkan
bahwa semua guru ikut serta berperan dalam rapat yang membahas tentang evaluasi kejadian
di sekolah dalam periode seminggu. Rapat tersebut membahas tentang pelanggaran siswa dan
penanggulangan masalah yang terjadi disekolah.
Generasi milenial juga termasuk generasi yang sangat unik dengan karakteristiknya
karena merupakan generasi yang paling berpendidikan, karena generasi milenial ini hidup
dimasa konflik, maka mereka dapat mendapatkan pendidikan yang memadai. Dalam
menanggapi sebuah isu, generasi ini mempunyai pandangan yang sangat berbeda dan mudah
sekali tanggap dengan isu yang beredar di masyarakat. Dan di dalam dunia era digital
tentunya juga memiliki karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran siswa pada masa
sebelum ini, generasi di era ini merupakan mereka yang berkarakter digital, Dimana siswa
yang terlahir pada masa ini, akan tumbuh besar dan akan bersentuhan langsung dengan dunia
digital, itulah mengapa peran seorang guru dan orang tua tentu menjadi peran utama yang
sangat dibutuhkan dan mampu mengikuti perkembangan zaman.(Ariatama et al., 2022)

Berkaitan dengan hal diatas hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bu Dwi,
dapat diambil kesimpulan pada penggunaan gadjet di SMA N 8 Semarang diperbolehkan
secara bebas, namun pada saat tertentu akan dilaksanakan razia ponsel guna memantau
aktivitas digital siswa. Untuk mengetahui apa saja situs yang dibuka di internet dan apa saja
yang dilakukan dengan ponsel yang siswa bawa Agar tidak terjadi adanya pornografi ataupun
bullying dalam memanfaatkan teknologi. Walaupun sebenarnya gadget diciptakan untuk hal
positif, namun tak jarang pula yang menyelewengkannya. Razia yang dilaksanakan oleh
pihak guru dilakukan sesuai keperluan, tidak sampai melanggar privasi siswa.

Milenial yaitu sebutan dari satu generasi berdasarkan demografis dan disebut juga
generasi Y. mereka terlahir saat revolusi teknologi informasi komunikasi dan jumlah
populasinya yang cukup besar, yaitu 34 persen dari penduduk Indonesia. Umumnya, generasi
milenial lahir dalam rentang tahun 1981 sampai 1994. Dengan demikian generasi ini yaitu
mereka yang umurnya berkisar antara 15 sampai 35 tahun. Dimana para Generasi ini telah
mengenal berbagai macam teknologi seperti computer, video, games, smartphone, dan
ketergantungan dengan internet.Generasi ini dikenal sangat ketergantungan dengan internet,
senang menghabiskan hidupnya di jejaring media yang serba online, selalu mengikuti
perkembangan teknologi informasi dan berkomunikasi dalam rangka pemanfaatan teknologi
mutakhir untuk memudahkan aktivitas setiap harinya. Generasi milenial ini melihat dunia,
tidak secara langsung melainkan mereka berselancar di dunia maya. Mulai dari
berkomunikasi, kemudian berbelanja online dan mendapatkan informasi serta kegiatan
lainnya, banyak dari kalangan milenial.(Lestari et al., 2020)
Berhubungan dengan hal tersebut, hasil pengamatan peniliti terkait pendidikan
karakter komunikatif siswa, guru berperan memberi keteladanan untuk selalu menerapkan 5
S, senyum. Sapa, salam, sopan dan satun. Dalam pelaksanaan 5 S tersebut di SMA N 8
Semarang telah terlaksana dengan baik, walaupun berdasarkan penelitian masih ada
cenderung siswa yang kesulitan dalam beradaptasi dengan orang baru, atau untuk sekedar
saling bersapa dengan guru hal itu akan hilang seiring berjalannya waktu.

Pernyataan Samani & Hariyanto (2013) yang mengungkapkan bahwa karakter sebagai
nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas
maupun pengaruh lingkungan, yang membedakan dengan orang lain, serta diwujudkan dalam
sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Berhubungan dengan hal diatas hasil telaah wawancara yang dilaksanakan dengan Bu
Dwi salah satu guru kelas di SMA N 8 Semarang. Faktor utama pembentukan karakter siswa
adalah berasal dari lingkungan dari mana siswa berasal. Keluarga menjadi peran pertama
dalam membentuk karakter siswa yang kemudian apabila disekolah menjadi tanggung jawab
guru. berdasarkan pemaparan Bu Dwi, kesulitan pelaksanaan pembinaan karakter disekolah
SMA N 8 Semarang adalah latar belakang siswa yang berbeda-beda yang membuat guru
harus lebih tau mengenai latar belakang singkat keluarga agar dapat menyesuaikan dengan
kebutuhan siswa. Namun sejauh ini sekolah tidak memiliki masalah dalam karakter yang
serius.

KESIMPULAN

Pendidikan karakter merupakan usaha dan upaya yang dilakukakan sekolah dalam
membangun karakter para siswa agar tidak menjauh dari nilai-nilai moralitas di era milenial
ini. Implementasi dari pendidikan karakter berupaya secara intens untuk dapat membangun
jenis karakter akan ditanamankan pada siswa. Pada upaya penanaman pendidikan karakter
tersebut, para guru harus memiliki konsep-konsep baru dalam penerapan pendidikan karakter
agar Pendidikan karakter tetap berjalan sesuai erannya.

Peran Guru sebagai pendidik karakter adalah menjadi tokoh dan panutan bagi peserta
didik dan lingkungannya; guru sebagai pengajar, guru bertugas untuk membantu peserta
didik dalam meneruskan dan mengembangkan ilmu dan teknologi juga menjadi evaluator
untuk segala pendidikan siswa yang ada di sekolah, baik itu pendidikan karakter maupunn
Pendidikan umum.
Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu: 1. Penguatan Pendidikan karakter yang
dilakkukan disekolah perlu ditingkatkan dan dilakukan secara berlanjut dan konsisten. 2.
Pengajaran pada Pendidikan karakter perlu ditingkakan lebih variatif. 3. Peran orang tua yang
menjadi Pendidikan karakter pertama perlu pemahaman pentingnya pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ajmain, & Marzuki. (2019). The role of teachers and headmaster in character education of
student of SMA 3 Yogyakarta. SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, 16(1), 109–123.

Ariatama, S., Prayoga, A., Zahra, F., Sopha, A., & Shin, M. (2022). Penanaman Pendidikan
Karakter Dalam Mengembangkan Warga Negara Pada Era Generasi Milenial. 1(2), 1–
10.

Hanifah, L. N., & Wahyudi, T. N. (2019). Peranan sekolah kawasan berbasis sistem zonasi
sekolah dalam pembentukan karakter siswa di era milenial (Studi kasus di SMA Negeri
2 Wonogiri). Seminar Nasional Pendidikan Pengembangan Kualitas Pembelajaran Era
Generasi Milenial 2019, 63–65.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/handle/11617/10762

Hendayani, M. (2019). Problematika Pengembangan Karakter Peserta Didik di Era 4.0.


Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 7(2), 183. https://doi.org/10.36667/jppi.v7i2.368

Lestari, P. P., Islam, U., Sunan, N., & Yogyakarta, K. (2020). Dakwah Digital. 21(1), 41–58.

Mustoip, S. (2018). Implementasi Pendidikan Karakter Sofyan Mustoip Muhammad Japar


Zulela Ms 2018.

Prasetyo, D., Marzuki, & Riyanti, D. (2019). Pentingnya Pendidikan Karakter Melalui
Keteladanan Guru. 4(1), 19–32.

Putri, D. P. (2018). Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital [Character
Education in Primary School Children in the Digital Age]. Ar-Riayah : Jurnal
Pendidikan Dasar, 2(1), 37.

Saleh, M. (2022). Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Inklusi. Hikmah: Journal of


Islamic Studies, 17(2), 101. https://doi.org/10.47466/hikmah.v17i2.198

LAMPIRAN-LAMPIRAN DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai