Oleh:
NIM : 2103046174
SEMARANG
2023
PENGESAHAN
Laporan Pengenalan Lapangan Persekolahan I (PLP I) FITK UIN Walisongo Semarang yang disusun
oleh:
NIM : 2103046174
Mengetahui,
Wakil Dekan 1
Indonesia
Hanifahiva28@gmail.com
Abstrak
Pendidikan karakter merupakan hal penting yang perlu mendapatkan perhatian di era milenial
ini. Penanaman pendidikan karakter diharapkan dapat membekali generasi muda milenial
dalam kehidupannya untuk berperilaku yang baik. Tujuan Penelitian ini adalah untuk
mengetahui Bagaimana implementasi Pendidikan karaketer di era milenial dan bagaimana
peranan guru dalam pembentukan karakter di era milenial. Subyek penelitian adalah siswa
dan guru. Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 8 Semarang selama 2 minggu. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah obesrvasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis
data dilakukan dengan pendekatan metode kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa peran guru dalam pendidikan karakter siswa SMA N 8 Semarang yaitu:
1) Implementasi Pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah telah berjalan dengan baik
dan terstruktur walaupun masih ada sedikit kesulitan dalam mendidik siswa karena latar
belakang siswa yang berbeda. 2)Peran Guru sebagai pendidik karakter adalah menjadi tokoh
dan panutan bagi siswa dan lingkungannya: guru sebagai pengajar, guru sebagai pemberi
tauladan dan evaluator untuk segala pendidikan siswa yang ada di sekolah, baik itu
pendidikan karakter maupunn pendidikan pelajaran.
PENDAHULUAN
Karakter berpengaruh pada sikap baik atau buruknya seorang siswa, dan karakter
menentukan pola kehidupan masa depan seorang siswa. Menurut seorang Filosof Yunani,
bernama Heraclitus mengatakan bahwa “Karakter adalah takdir”. Karakter akan membentuk
takdir seseorang. Hal tersebut juga diuraikan dalam kutipan kalimat pada buku (Lickona,
2012), yaitu: hati-hati terhadap pikiran Anda, pikiran Anda menjadi kata-kata Anda. Hati-hati
dengan kata-kata Anda, kata-kata Anda menjadi perbuatan Anda. Hati-hati dengan perbuatan
Anda, perbuatan Anda menjadi kebiasaan Anda. Hati-hati dengan kebiasaan Anda, kebiasaan
Anda menjadi karakter Anda. Hati-hati dengan karakter Anda, karakter Anda menjadi takdir
Anda.(Ariatama et al., 2022)
Pendidikan karakter sendiri bukanlah salah satu kebijakan baru yang di buat oleh
pemerintah yang merumuskan tentang pentingnya pendidikan di Indonesia, dimana
pendidikan tersebut dibuat untuk terbentuknya pendidikan yang lebih baik dari
sebelumnya,sebagaimana yang sudahn di jelaskan pada Pasal 1 Ayat 1 UU No. 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Oleh karena itu, pendidikan yang ditujukan guna
mencapaitujuan umum pendidikan di Indonesia secara menyeluruh harus dikembangan dalam
sistem pendidikan nasional. Pendidikan karaktermerupakan bagian dari keseluruhan proses
pendidikan, sehingga tidak ada perbedaanantara pendidikan akademik dan jugapendidikan
karakter.(Mustoip, 2018)
Berdasarkan uraian diatas rumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah bagaimana implementasi pendidikan karakter di era milenial yang berlangsung di
SMA N 8 Semarang dan bagaimana peranan guru dalam pembentukan karakter siswa di era
milenial. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi dan pembelajaran
bagi sekolah lain dalam membentuk karakter siswa di era milineal ini menjadi karakter siswa
yang lebih baik.
KAJIAN LITERATUR
Kasus terbunuhnya seorang guru di SMA N 1 Torjun Sampang Jawa Timur, yang
disebabkan karena dipukuli siswa sendiri. Kasus tersebut, sontak mendapat perhatian dari
semua kalangan yang menilai bahwa kegagalan PPK. Komisioner Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) Retno Lystiarti mengatakan bahwa “Selama ini PPK lebih banyak tertuang
dalam penilaian rapor siswa saja, bukan diimplementasikan dan ditanamkan secara riil dalam
proses belajar kepada siswa”. Sungguh pendidikan karakter yang menyedihkan. Kegagalan
pendidikan karakter tersebut juga disebabkan oleh peran guru yang kurang maksimal dalam
melakukan pendekatan dengan siswa, sehingga hal tersebut menjadi evaluasi bersama semua
pihak. Kaitannya dengan revolusi industri 5.0 adalah guru diharuskan untuk memahami dan
melakukan pendekatan di era ini. Hal sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan
pendekatan melakukan pendekatan melalui perkembangan teknologi yang berkembang,
sehingga akan berdampak pada interaksi yang humanis antara guru dan siswa.
Kegagalan penanaman pendidikan karakter juga jelas terjadi dalam kasus Aundrey.
Berawal dari bully di media sosial hingga perkelahian yang menyebabkan jatuh korban
merupakan evaluasi dalam praktek pendidikan dalam upaya PPK. Guru dan orang tua harus
mampu secara bijak menanamkan pendidikan karakter sejak dini dan perlu meningkatkan
pengawasan terhadap anak didik, sehingga kejadia -kejadian tersebut tidakterulang kembali.
Hal tersebut mengingat perkembangan teknologi dan informasi yang masif dan pesat.
Kehadiran orang tua dan guru dalam melakukan pengawasan terhadap anak perlu untuk
ditingkatkan, sehingga apa saja yang dilakukan oleh anak dapat diketahui oleh orang tua dan
guru. 3. Guru dirundung Murid Kasus perundungan kepada seorang guru tersebut terjadi di
SMK NU 3 Kaliwungu, Jawa Tengah. Kejadian tersebut sontak memberi perhatian banyak
semua orang, dikarenakan ada tindakan dari beberapa siswa yang sedang merundung guru
dengan candaan- candaan siswa. Hal ini tentu dapat ditarik kesimpulan bahwa kegagalan
pendidikan karakter memang benar-benar terjadi di sekolah tersebut. Minimnya kemampuan
guru dalam melakukan pendekatan dan pedagogi dengan siswa, berakibat pada kejadian
tersebut. Salah satu penyebab terjadinya tindakan tersebut adalah maraknya determinasi-
determinasi dalam perkembangan teknologi informasi yang semakin terbuka dan tidak
terbatas, sehinggasemua pengaruh tersebut dapat masuk di tubuh siswa tanpa adanya
penyaringan terlebih dahulu.
METODE
Karakter merupakan suatu nilai yang baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik,
nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang sudah mendasar
dan tertanam pada diri yang dicerminkan dalam tingkah laku. Karakter secara koheren
memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa
seseorang atau sekelompok orang. Kakarkter merupakan sebuah ciri khas seseorang atau
sekelompok orang yang memiliki nilai, kemampuan, kapasitas moral, ketegaran
dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Oleh karena itu, karakter merupakan
sekumpulan tata nialai yang membuat suatu sistem yang melandasi suatu
pemikiran, sikap, dan tingkah laku yang tampak.(Prasetyo et al., 2019)
Pendidikan karakter adalah suatu proses penerapan nilai-nilai moral dan keagamaan
terhadap peserta didik melalui ilmu pengetahuan, dan penerapan nilai-nilai tersebut baik
untuk diri sendiri, keluarga, sepertemanan, baik pendidik dan lingkungan sekitar maupun
Tuhan Yang Maha Esa. Perkembangan sosial anak usia sekolah dasar Semakin bertambah,
yang awalnya hanya sekedar bersosialisasi bersama keluaga, kemudian berangsur-angsur
mengenal orang-orang Sekitar. Anak usia ini juga sudah mengenal gaya hidup digital, Mulai
dari rumah, pertemanan, sekolah, bahkan dilingkungan sekitar. Kemudian pada Era digital ini
tidak hanya berdampak positif saja, akan tapi juga dapat berdampak negatif, Maka dari itu
peran orang tua, tenaga pendidik serta anggota masyarakat yang telah dewasa agar dapat
membimbing dan mengawasi anak untuk menjalani dengan baik, tepat, dan bermanfaat
positif bagi anak itu sendiri.(Putri, 2018)
Berdasarkan hasil pengamatan penulis terhadap perilaku religius siswa yang sesuai
dengan hal diatas. Guru memantau mengatur jalannya aturan wajib berjamaah pada sholat
dhuhur dan ashar namun tidak terlalu ketat dengan peraturan tersebut, sehingga masih ada
beberapa siswa yang tidak mengikuti kegiatan wajib berjamaah yang tidak memiliki
kepentingan tertentu. Dalam perihal sholat Dhuha guru tidak memantau sama sekali, sholat
dhuha berjalan dengan sesuai kesadaran pribadi masing-masing. Sebagai wujud pembelajaran
disekolah ada kegiatan membaca alquran BTAQ (Bimbingan Ilmu Tilawah dan Alquran)
bagi yang muslim di kelas dihari tertentu dan di bina langsung oleh guru.
Tujuan utama menanamkan kedisiplinan pada siswa bukan memberikan rasa takut
pada siswa, melainkan untuk mendidik para siswa agar sanggup mengatur dan
mengendalikan dirinya dalam berperilaku serta bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-
baiknya (Naim, 2012, p.148). Pendidikan karakter yang di biasakan oleh guru pada siswanya
bisa dikatakan beragam sehingga terintegrasi semua, hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh
Bu Dwi salah satu guru yang mengajar mata pelajaran bahasa inggris, yang mengatakan
dalam wawancara bahwa nilai-nilai karakter itu terintegrasi semua, misalnya kedisiplinan,
Untuk menumbuhkan karakter tersebut ketika mereka mengerjakan tugas yang telah selesai
waktu maka dikumpulkan dan bagi siswa yang mengumpulkkan terlambat maka akan
mendapat sanksi pengurangan nilai. “Saya biarkan mereka seperti itu agar terbentuk secara
alami nilai tanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing”, tegas Bu Dwi.
Hal diatas sejalan dengan pengamatan terhadap kegiatan rapat evaluasi mingguan
yang dilaksanakan setiap hari jumat di SMA N 8 Semarang. Pengamatan menghasilkan
bahwa semua guru ikut serta berperan dalam rapat yang membahas tentang evaluasi kejadian
di sekolah dalam periode seminggu. Rapat tersebut membahas tentang pelanggaran siswa dan
penanggulangan masalah yang terjadi disekolah.
Generasi milenial juga termasuk generasi yang sangat unik dengan karakteristiknya
karena merupakan generasi yang paling berpendidikan, karena generasi milenial ini hidup
dimasa konflik, maka mereka dapat mendapatkan pendidikan yang memadai. Dalam
menanggapi sebuah isu, generasi ini mempunyai pandangan yang sangat berbeda dan mudah
sekali tanggap dengan isu yang beredar di masyarakat. Dan di dalam dunia era digital
tentunya juga memiliki karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran siswa pada masa
sebelum ini, generasi di era ini merupakan mereka yang berkarakter digital, Dimana siswa
yang terlahir pada masa ini, akan tumbuh besar dan akan bersentuhan langsung dengan dunia
digital, itulah mengapa peran seorang guru dan orang tua tentu menjadi peran utama yang
sangat dibutuhkan dan mampu mengikuti perkembangan zaman.(Ariatama et al., 2022)
Berkaitan dengan hal diatas hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bu Dwi,
dapat diambil kesimpulan pada penggunaan gadjet di SMA N 8 Semarang diperbolehkan
secara bebas, namun pada saat tertentu akan dilaksanakan razia ponsel guna memantau
aktivitas digital siswa. Untuk mengetahui apa saja situs yang dibuka di internet dan apa saja
yang dilakukan dengan ponsel yang siswa bawa Agar tidak terjadi adanya pornografi ataupun
bullying dalam memanfaatkan teknologi. Walaupun sebenarnya gadget diciptakan untuk hal
positif, namun tak jarang pula yang menyelewengkannya. Razia yang dilaksanakan oleh
pihak guru dilakukan sesuai keperluan, tidak sampai melanggar privasi siswa.
Milenial yaitu sebutan dari satu generasi berdasarkan demografis dan disebut juga
generasi Y. mereka terlahir saat revolusi teknologi informasi komunikasi dan jumlah
populasinya yang cukup besar, yaitu 34 persen dari penduduk Indonesia. Umumnya, generasi
milenial lahir dalam rentang tahun 1981 sampai 1994. Dengan demikian generasi ini yaitu
mereka yang umurnya berkisar antara 15 sampai 35 tahun. Dimana para Generasi ini telah
mengenal berbagai macam teknologi seperti computer, video, games, smartphone, dan
ketergantungan dengan internet.Generasi ini dikenal sangat ketergantungan dengan internet,
senang menghabiskan hidupnya di jejaring media yang serba online, selalu mengikuti
perkembangan teknologi informasi dan berkomunikasi dalam rangka pemanfaatan teknologi
mutakhir untuk memudahkan aktivitas setiap harinya. Generasi milenial ini melihat dunia,
tidak secara langsung melainkan mereka berselancar di dunia maya. Mulai dari
berkomunikasi, kemudian berbelanja online dan mendapatkan informasi serta kegiatan
lainnya, banyak dari kalangan milenial.(Lestari et al., 2020)
Berhubungan dengan hal tersebut, hasil pengamatan peniliti terkait pendidikan
karakter komunikatif siswa, guru berperan memberi keteladanan untuk selalu menerapkan 5
S, senyum. Sapa, salam, sopan dan satun. Dalam pelaksanaan 5 S tersebut di SMA N 8
Semarang telah terlaksana dengan baik, walaupun berdasarkan penelitian masih ada
cenderung siswa yang kesulitan dalam beradaptasi dengan orang baru, atau untuk sekedar
saling bersapa dengan guru hal itu akan hilang seiring berjalannya waktu.
Pernyataan Samani & Hariyanto (2013) yang mengungkapkan bahwa karakter sebagai
nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas
maupun pengaruh lingkungan, yang membedakan dengan orang lain, serta diwujudkan dalam
sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Berhubungan dengan hal diatas hasil telaah wawancara yang dilaksanakan dengan Bu
Dwi salah satu guru kelas di SMA N 8 Semarang. Faktor utama pembentukan karakter siswa
adalah berasal dari lingkungan dari mana siswa berasal. Keluarga menjadi peran pertama
dalam membentuk karakter siswa yang kemudian apabila disekolah menjadi tanggung jawab
guru. berdasarkan pemaparan Bu Dwi, kesulitan pelaksanaan pembinaan karakter disekolah
SMA N 8 Semarang adalah latar belakang siswa yang berbeda-beda yang membuat guru
harus lebih tau mengenai latar belakang singkat keluarga agar dapat menyesuaikan dengan
kebutuhan siswa. Namun sejauh ini sekolah tidak memiliki masalah dalam karakter yang
serius.
KESIMPULAN
Pendidikan karakter merupakan usaha dan upaya yang dilakukakan sekolah dalam
membangun karakter para siswa agar tidak menjauh dari nilai-nilai moralitas di era milenial
ini. Implementasi dari pendidikan karakter berupaya secara intens untuk dapat membangun
jenis karakter akan ditanamankan pada siswa. Pada upaya penanaman pendidikan karakter
tersebut, para guru harus memiliki konsep-konsep baru dalam penerapan pendidikan karakter
agar Pendidikan karakter tetap berjalan sesuai erannya.
Peran Guru sebagai pendidik karakter adalah menjadi tokoh dan panutan bagi peserta
didik dan lingkungannya; guru sebagai pengajar, guru bertugas untuk membantu peserta
didik dalam meneruskan dan mengembangkan ilmu dan teknologi juga menjadi evaluator
untuk segala pendidikan siswa yang ada di sekolah, baik itu pendidikan karakter maupunn
Pendidikan umum.
Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu: 1. Penguatan Pendidikan karakter yang
dilakkukan disekolah perlu ditingkatkan dan dilakukan secara berlanjut dan konsisten. 2.
Pengajaran pada Pendidikan karakter perlu ditingkakan lebih variatif. 3. Peran orang tua yang
menjadi Pendidikan karakter pertama perlu pemahaman pentingnya pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ajmain, & Marzuki. (2019). The role of teachers and headmaster in character education of
student of SMA 3 Yogyakarta. SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, 16(1), 109–123.
Ariatama, S., Prayoga, A., Zahra, F., Sopha, A., & Shin, M. (2022). Penanaman Pendidikan
Karakter Dalam Mengembangkan Warga Negara Pada Era Generasi Milenial. 1(2), 1–
10.
Hanifah, L. N., & Wahyudi, T. N. (2019). Peranan sekolah kawasan berbasis sistem zonasi
sekolah dalam pembentukan karakter siswa di era milenial (Studi kasus di SMA Negeri
2 Wonogiri). Seminar Nasional Pendidikan Pengembangan Kualitas Pembelajaran Era
Generasi Milenial 2019, 63–65.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/handle/11617/10762
Lestari, P. P., Islam, U., Sunan, N., & Yogyakarta, K. (2020). Dakwah Digital. 21(1), 41–58.
Prasetyo, D., Marzuki, & Riyanti, D. (2019). Pentingnya Pendidikan Karakter Melalui
Keteladanan Guru. 4(1), 19–32.
Putri, D. P. (2018). Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital [Character
Education in Primary School Children in the Digital Age]. Ar-Riayah : Jurnal
Pendidikan Dasar, 2(1), 37.
LAMPIRAN-LAMPIRAN DOKUMENTASI