Anda di halaman 1dari 28

Defisit dan Pembiayaan

Anggaran Negara
Kelompok 7
Anggota
Kelompok 7

Nabila Firman
Rima
Topic
Perkembangan Defisit dan Pembiyaan
Anggaran Tahun 2018- 2022 dan Rencana Tahun
2023

Proyeksi defisit dan pembiayaan Anggaran


Tahun 2024-2026
Perkembangan
Defisit dan
Pembiayaan
Anggaran Tahun
2018– 2022 dan
Rencana Tahun 2023

Defisit APBN Periode 2018–2022


dan Rencana Defisit APBN Tahun
Anggaran 2023

Dalam implementasi anggaran defisit,


Pemerintah tetap melakukan berbagai
upaya pengendalian atas berbagai risiko
yang berpotensi menciptakan deviasi pada
kinerja APBN.
Defisit APBN Periode 2018–2022
dan Rencana Defisit APBN Tahun
Anggaran 2023
Pembiayaan Anggaran Periode

2018–2022 dan Rencana Pembiayaan

Anggaran APBN Tahun Anggaran

2023

Dalam APBN tahun anggaran 2023, rincian


pembiayaan anggaran akan disajikan dari aspek
sumber/jenis dan peruntukan pembiayaannya, yaitu
pembiayaan utang, pembiayaan investasi, pemberian
pinjaman, kewajiban penjaminan, dan pembiayaan lainnya.
Secara umum, arah kebijakan pembiayaan tahun 2023 antara lain:
(1) menutup defisit anggaran sebagai konsekuensi kebijakan fiskal yang ekspansif dan
konsolidatif
(2) melakukan pengelolaan utang secara prudent dan sustainable;
(3) mengendalikan tingkat risiko utang pada level yang aman dan kredibel
(4) mendukung pendalaman pasar keuangan (financial deepening);
(5) memanfaatkan SAL untuk menjaga stabilitas ekonomi dan antisipasi
ketidakpastian;
(6) mendorong efektivitas pembiayaan investasi untuk mendukung transformasi
ekonomi;
(7) mendorong inovasi pembiayaan (antara lain penguatan peran BUMN, BLU, SWF
dan SMV serta mendorong skema KPBU lebih masif)
(8) meningkatkan pengelolaan manajemen kas yang integratif untuk menjaga fiscal
buffer yang andal dan efisien.
Pembiayaan Utang

Pembiayaan utang, selain berfungsi


untuk menutup defisit anggaran,
digunakan untuk membiayai
pengeluaran pembiayaan, seperti
pembiayaan investasi, pemberian
pinjaman, serta kewajiban
penjaminan.
Pembiayaan Utang
Arah kebijakan pembiayaan utang tahun 2023 adalah sebagai berikut:
(1) utang sebagai instrumen untuk mendukung pencapaian target pembangunan yang
dikelola secara prudent, efisien, dan sustainable
(2) pendalaman pasar untuk mendukung fleksibilitas dan pengendalian vulnerabilitas
utang
(3) mengendalikan risiko utang untuk menjaga keberlanjutan fiskal
(4) mengoptimalkan penerbitan SBN di pasar domestik (termasuk SBN Ritel) dan
sumber utang luar negeri sebagai pelengkap dengan mempertimbangkan biaya
dan risiko
(5) memanfaatkan pinjaman tunai dalam kerangka fleksibilitas pembiayaan untuk
menjamin pemenuhan pembiayaan guna mendukung agenda pembangunan, dengan
tetap mempertimbangkan kapasitas pemberi pinjaman dan ketersediaan underlying
PEMBIAYAAN INVESTASI

Arah kebijakan pembiayaan


investasi dalam APBN tahun 2018–2022

mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) 2014–2019

dan 2020–2024.
Beberapa tema pokok

yang menjadi sasaran kebijakan pembiayaan

investasi dalam kurun waktu 2018–2022

antara lain sebagai berikut:

1) mendukung

pembangunan infrastruktur dan Proyek

Strategis Nasional (PSN)


2) mendukung

akses pembiayaan perumahan bagi Masyarakat

Penghasilan Rendah (MBR)


3) meningkatkan

akses pendidikan melalui program Dana

Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN)

(sekarang menjadi Dana Abadi di Bidang

Pendidikan)
Beberapa tema pokok

yang menjadi sasaran kebijakan pembiayaan

investasi dalam kurun waktu 2018–2022

antara lain sebagai berikut:

4) mendukung peningkatan

ekspor dan akses pembiayaan Koperasi,

UMKM dan UMi


5) mendukung peran

Indonesia dalam kerja sama internasional

melalui pembiayaan kepada organisasi/

lembaga keuangan internasional/badan usaha

internasional.
PEMBIAYAAN INVESTASI

Dalam APBN tahun anggaran 2023 pembiayaan

investasi dilakukan antara lain dalam rangka:


1) mendukung percepatan pembangunan

infrastruktur
2) meningkatkan kualitas

pendidikan, penelitian, dan kebudayaan


3) meingkatkan kerja sama Indonesia di dunia Internasional
PEMBIAYAAN INVESTASI

4) mendukung perlindungan

masyarakat
5) mendukung ketahanan

pangan dan menjaga lingkungan hidup

6) mendukung kebijakan strategis lainnya.


PEMBERIAN PINJAMAN
Penerimaan cicilan
Penyaluran pemberian pinjaman pengembalian pinjaman
BUMN/Pemda
Program Pemberian Pinjaman diatur dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Pasal 6


Penerimaan cicilan pengembalian pinjaman

dan Pasal 33 tentang Perbendaharaan Negara.


timbul dari kewajiban debitur BUMN/Pemda

Sebagaimana diamanatkan, Pemerintah dapat


untuk membayar kembali cicilan pokok dan

memberikan pinjaman kepada entitas dimaksud


bunga sebagaimana diatur dalam naskah

dengan dana bersumber dari APBN. perjanjian penerusan pinjaman.


PEMBERIAN PINJAMAN
Penyaluran pemberian pinjaman

Kebijakan Pengelolaan Pemberian

Pinjaman, dan Rencana Pemberian

Pinjaman kepada BUMN dan Pemda

Sampai dengan saat ini, sumber dana


Pemberian

Pinjaman di APBN hanya berasal dari


pinjaman

luar negeri yang selanjutnya diteruskan


kepada

debitur BUMN dan Pemda.


Kewajiban Penjaminan
Mekanisme Klasifikasi rangka
penugasan
1. Penjaminan untuk percepatan
1. Penjaminan kredit pembangunan proyek infrastruktur
(pinjaman perbankan nasional,
dan obligasi) dan 2. Penyediaan pembiayaan
infrastruktur daerah kepada BUMN,
2. Penjaminan investasi dan
3. Dukungan penjaminan pada program
PEN
Kebijakan Kewajiban
Penjaminan

1. Menyusun dan Merealisasikan Batas


Maksimal Penjaminan (BMP)

2.
Mengalokasikan anggaran kewajiban
penjaminan dalam APBN
m b i a y a a n l a i n n y
P e a
Hasil Pengelolaan Aset Saldo Anggaran Lebih
(HPA) (SAL)

Penerimaan HPA berasal dari aset- SAL merupakan akumulasi Sisa


aset eks-BBO/BBKU/Bank take over Lebih/Kurang Pembiayaan
serta piutang bank dalam likuidasi Anggaran (SiLPA/ SiKPA) tahun-
yang dikelola oleh Kementerian tahun anggaran sebelumnya.
Keuangan.
Tabel 5.11
Proyeksi Defisit dan
Pembiayaan Anggaran
Tahun 2024–2026
(1) prinsip (2) prinsip
Dalam rangka menjaga konsolidasi akseleratif efisiensi
fiskal, Pemerintah melalui strategi biaya utang
pengelolaan utang jangka menengah
2024–2026, berkomitmen menjaga
prinsip pengelolaan utang dengan
mengedepankan:

(3) prinsip keseimbangan


PROYEKSI DEFISIT DAN PEMBIAYAAN
ANGGARAN TAHUN 2024–2026
Kebijakan umum pengelolaan utang dalam periode 2024–2026 mengarahkan
Pemerintah untuk:

(1) mengendalikan rasio utang terhadap PDB pada


batas aman dengan memperhatikan kondisi (3) mengembangkan instrumen utang dengan
perekonomian dan pasar keuangan pasca memperhatikan tingkat biaya dan risiko, serta
pandemi Covid-19 melalui pengelolaan yang kebutuhan pasar dalam rangka memperluas
prudent seperti mempertimbangkan kemampuan sumber pembiayaan jangka panjang dan
membayar kembali, keserasian antara komposisi mendukung upaya pengembangan sektor
aset dan utang valas, serta parameter risiko keuangan nasional
keuangan negara lainnya (4) melakukan perluasan basis investor utang
(2) mengoptimalkan potensi pendanaan utang melalui penyusunan dan pengelolaan berkala
dari sumber dalam negeri dan memanfaatkan basis data investor
sumber utang luar negeri sebagai pelengkap
PROYEKSI DEFISIT DAN PEMBIAYAAN
ANGGARAN TAHUN 2024–2026
Kebijakan umum pengelolaan utang dalam periode 2024–2026 mengarahkan
Pemerintah untuk:

(5) memanfaatkan instrumen lindung nilai melalui


8) melakukan pengembangan pembiayaan kreatif,
instrumen derivatif dan/atau memanfaatkan skema
dengan mengombinasikan beberapa instrumen utang
liability management dalam rangka pengendalian risiko
dan mendorong pengembangan sumber, skema dan
utang, pengendalian fluktuasi pembayaran kewajiban
instrumen pembiayaan nonutang, untuk mendukung
utang dan tercapainya struktur portofolio utang yang
pembiayaan pembangunan nasional dan pemenuhan
optimum
kebutuhan defisit APBN dan
(6) melakukan koordinasi pengelolaan risiko utang
(9) meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
dalam kerangka pengelolaan aset dan kewajiban negara
pengelolaan utang dan kewajiban penjaminan melalui
(7) mendukung penyediaan infrastruktur melalui
penerbitan informasi publik secara berkala dan strategi
mekanisme pemberian penjaminan dengan
komunikasi aktif
memperhatikan risiko fiskal
Grafik 5.9

Anda mungkin juga menyukai