S Tjokrominoto
a. Bidang Ekonomi
Islam mengenal dua bentuk sosialisme ekonomi, yaitu Staats Sosialisme, yang
keduanya bekerja dengan kekuatan satu pusat dan bekerja dengan kekuatan
gemeente-gemeente (desentralisasi). Dan sosialisme industri, di mana kerja
massal harus diatur secara sosialis. Dengan demikian, bentuk sosialisme Islam
yang digunakan dalam pemerintahan adalah sosialisme ekonomi industri. Jika
setiap unsur pokok kehidupan sosial harus menjadi milik negara, sedangkan
sesuatu yang dapat menghasilkan sesuatu, maka negara harus menyiapkan dan
kemudian menyerahkannya kepada masyarakat. HOS Tjokroaminoto menjelaskan
bahwa tanah merupakan pokok utama , sehingga tanah harus menjadi milik
negara, sedangkan alat-alat produksi untuk menghasilkan barang diberikan kepada
rakyat.
Hal ini dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW ketika memerintah negara,
negara segera diperintah secara sosialis dan semua tanah menjadi milik negara.
Kebijakan seperti itu diteruskan hingga ekspansi kekuasaan Islam ke luar negeri.
Kemudian,pada masa Kerajaan Mughal, yang berada di Jindia (Hindustan), yang
juga menerapkan kebijakan secara sosialis.2
b. Bidang Politik
1
Jaenal Abidin. “ Konsep Sosialisme Islam H.O.S
Tjokroaminoto”,Skripsi ,Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah,( Jakarta,2019), hlm.57.
2
H.O.S Tjokroaminoto, “Islam dan Sosialisme”, Dalam Skripsi (Jaenal Abidin. “
Konsep Sosialisme Islam H.O.S Tjokroaminoto),hlm.58.
Sistem pemerintahan adalah aturan Tuhan berdasarkan Al-Qur'an dan As-
Sunnah,jadi aturan tersebut tidak dikesampingkan sebagai buatan manusia. Jika
aturan itu belum ada, maka aturan itu harus dibuat secara sosialis, tetapi tidak
boleh melanggar aturan dasar. Dimana keputusan dibuat secara plebisit (meminta
rakyat secara langsung), tetapi pertanyaannya harus diajukan kepada seluruh
rakyat, baik laki-laki maupun perempuan, dan Khalifah dalam hal ini adalah
pemerintah, harus mematuhi suara rakyat. Begitu peraturan dibuat. Khalifah harus
menyerahkan perintah ini kepada orang-orang yang mampu menanamkan
kebijaksanaan. Di sini, orang-orang yang dititipkan oleh khalifah diberi nama
pemimpin umat Islam tetapi tidak memiliki pangkat. Di sini, pemimpin umat
Islam dianggap setara dengan masyarakat, sehingga tidak bisa diakui secara
individual dan harus fokus pada kebaikan bersama. Pemimpin Muslim tidak boleh
lalai dalam urusan sehari-hari, dalam kehidupan sosial maupun dalam urusan
politik.3
c. Bidang Militer
Pendapatan pemerintah dihasilkan melalui zakat dan pajak. Zakat wajib bagi
orang muslim yang kaya dan pajak wajib bagi orang non muslim. Sehingga
kemiskinan dan pembangunan dapat dengan mudah diwujudkan dan kesenjangan
sosial yang diakibatkannya dapat dikurangi.4
3
Ibid.
4
Jaenal Abidin,op.cit.,hlm.59-60.