Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SATUAN OPERASI

“ALAT TRANSPORTASI DAN PENYIMPANGAN PADA INDUSTRI CAT DAN


INDUSTRI SEMEN”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Satuan Operasi

Dosen Pengampu : A. Sri Iryani, ST.,MT

DISUSUN OLEH : MUH.

AINUN SYAHPUTRA

2120421072

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

FAJAR MAKASSAR

2022

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sejumlah zat yang
terdiri dari pigmen tersuspensi dalam medium cair atau pasta seperti minyak atau
air. Dengan sikat, roller, atau pistol semprot, cat diterapkan dalam lapisan tipis ke
berbagai permukaan seperti kayu, logam, atau batu. Meskipun tujuan utamanya
adalah untuk melindungi permukaan, cat juga digunakan untuk dekorasi.

Sampel dari lukisan pertama yang diketahui, dibuat antara 20.000 dan 25.000
tahun yang lalu, bertahan hidup di gua-gua di Perancis dan Spanyol. Lukisan
primitif cenderung menggambarkan manusia dan hewan, dan diagram juga telah
ditemukan. Seniman awal mengandalkan bahan alami yang mudah tersedia untuk
membuat cat, seperti pigmen alami bumi, arang, jus berry, lemak babi, darah, dan
getah milkweed. Kemudian, orang Cina kuno, Mesir, Ibrani, Yunani, dan Romawi
menggunakan bahan yang lebih canggih untuk memproduksi cat untuk dekorasi
terbatas, seperti lukisan dinding. Minyak digunakan sebagai pernis, dan pigmen
seperti kuning dan merah ochres, kapur, arsenik sulfida kuning, dan hijau
perunggu dicampur dengan bahan pengikat seperti getah arab, kapur, albumen
telur, dan lilin lebah.

Di Boston sekitar 1700, Thomas Child membangun pabrik cat pertama kali di
Amerika, bola granit di gunakan untuk menghaluskan pigmen. Paten cat pertama
dikeluarkan untuk produk warna putih, dimana pada saat itu masyarakat Amerika
Serikat masih menggunakan kapur dicampur dengan air. Pada tahun 1865 D.P.
Flinn memperoleh paten untuk cat berbasis air yang berisi seng oksida, kalium
hidroksida, resin, susu, dan minyak kayu lin. Pabrik cat komersial pertama Child
mengganti granit bola dengan roda buhrstone, tapi pabrik ini hanya ditujukan
untuk penggilingan pigmen (pemakain pribadi untuk di rumah). dan pada
tahun1867 sudah mulai produksi pigmen bagi konsumen umum atau perusahaan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Cat


Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu
bahan dengan tujuan memperindah, memperkuat, atau melindungi bahan tersebut.
Setelah dikenakan pada permukaan dan mengering, cat akan membentuk lapisan
tipis yang melekat kuat pada permukaan tersebut. Pelekatan cat ke permukaan
dapat dilakukan dengan banyak cara : diusapkan, dilumurkan, dikuas, diseprotkan,
dsb.Emulsi merupakan suatu jenis koloid dengan fase terdispersi berupa zat cair
dalam medium pendispersi padat, cair, dan gas. Cat tembok water based disebut
juga cat emulsi, dimana terdapat emulsi antara air dan minyak dalam
formulasinya. Dalam emulsi pada masing-masing komponen pembetuknya sudah
terdapat emulsifer berupa surfactan. Komponen atau bahan penyusun dari cat
terdiri dari binder (resin), pigmen, solvent dan additive.
(http://id.wikipedia.org/wiki/emulsit). Cat adalah istilah umum yang digunakan
untuk keluarga produk yang digunakan untuk melindungi dan memberikan warna
pada suatu objek atau permukaan dengan melapisinya dengan lapisan berpigmen.
Cat dapat digunakan pada hampir semua jenis objek, antara lain untuk
menghasilkan karya seni (oleh pelukis untuk membuat lukisan), salutan industri
(industrial coating), bantuan pengemudi (marka jalan), atau pengawet(untuk
mencegah korosi atau kerusakan oleh air.Cat dapat digunakan pada hampir semua
jenis objek, antara lain untuk menghasilkan karya seni (oleh pelukis untuk
membuat lukisan), salutan industri (industrial coating), bantuan pengemudi
(marka jalan), atau pengawet(untuk mencegah korosi atau kerusakan oleh air.
2.2 Bahan dan Kualitas Cat
Membuat Rak Penyimpanan Cat dan Bahan Finishing. Bagi para penghobi
maupun profesional yang mempunyai woorkshop baik perkayuan maupun
otomotif. Bekerja dengan Material dan bahan finishing menjadi aktivitas yang

3
cukup sering. Namun seringkali penyimpanan yang tidak praktis membuat bahan
finishing sering berantakan dan kita sulit mencarinya jika tidak terorganisasi
dengan baik. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat membuat tempat
penyimpanan untuk cat. Paling utama adalah jaraknya jauh dari jangkauan sumber
api karena hampir sebagian besar cat saat ini dan cat aerosol berbahan minyak
yang mudah terbakar, meskipun banyak juga cat yang berbahan air (waterbase)
untuk bias mendaptkan kualitas yang bagus para industri terus membuat
produknya harus bertahan atau disenangi oleh pelanggan. Adapun perusahaan
yang menyimpan bahan mentahnya, maupun bahan jadi. Di zaman sekarang ini
banyak sekali bhan pembuatan cat yang dari bahannya, yang sudah jadi maupun
yang belum jadi tetapi harus ditambah dengan sedikit larutan agar gampang
diaduk dan di tempelkan pada tembok. Ada juga pengujian yang dilakukan untuk
mendapatkan kualitas yang bermutu berdasarkan risen, pigment, extender,
sulvent, dan additive yang disimpan di dalam gudang sesuai dengan
spesifikasinya, untuk bisa membuat para pembuat gampang yang akan mau di
ambil yang mana.

A. Bahan Baku
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan cat adalah sangat banyak
dan bervariasi, tetapi intinya cat terdiri dari padatan (solid) dan cairan (liqiud).
Dengan bagian padatan tersebut tertahan (tersuspensi) dalam porsi cairan atau
carrier. Solids atau padatan adalah bahanyang tertinggal di permukaan setelah
bagian liquids menguap. Bahan baku utama yang digunakan dalam proses
produksi cat adalah resin, pelarut, pigmen dan ekstender.
1. Resin : Alkid, Aklirik , Vinil dan lain-lain
2. Pelarut : Aromatik, Alifatik, Ketone, Alkohol, dan lain-lain
3. Pigmen : TiO2 • Ekstender : Kalsium Karbonat, Kapur, Tanah Liat dan lain-
lain
4. Bahan Pembantu : Minyak Goreng, Plasticizer dan lain-lain.
Menurut Susantyo, bahan baku pigmen yang digunakan biasanya mengandung
60% FeO, ZnO, bubuk Zn dan pasta aluminium; 27% mengandung senyawa Pb
dan Cr7; dan 13% senyawa lainnya.

4
Gambar 1. Gudang Penyimpanan Sementara Bahan Baku
Ada dua jenis cat yang dihasilkan berdasarkan pemanfaatannya,yaitu Cat
SolventBased dan Cat Water Based. Pada prinsipnya proses produksi pembuatan
cat untuk cat Solvent-Based dan Water Based sama, namun proses pembuatannya
masing- masing terpisah dan tidak menggunakan alat yang sama. perbedaannya
hanya pada bahan aditif pada tahap pra pencampuran pada proses penggilingan
dan proses pencampuran awal. Untuk cat Solvent-Based bahan yang dimasukkan
adalah resin, pigmen, ekstender, pelarut dan plasticizer sedangkan pada cat Water
Based bahan yang dimasukkan adalah air, ammonia, dispersan, pigmen dan
ekstender.

Gambar 2. Forklift
Forklift berfungsi sebagai alat transportasi untuk membawa bahan baku ke tempat
produksi.

5
2.3 Proses Produksi

Gambar 3. Proses Produksi


Tahapan pembuatan cat sangat dipengaruhi oleh seberapa canggih teknologi
yang dipakai untuk menunjang pembuatan cat tersebut, makin canggih tinggi
teknologi yang dipakai maka makin singkat dan mudah proses pembuatan catnya.

6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Semen merupakan salah satu bahan utama konstruksi sipil. Produksi semen
Indonesia disamping untuk memenuhi kebutuhan semen dalam negri, juga untuk
memenuhi permintaan dari luar negri. Permintaan semen yang terus meningkat
harus dapat diantisipasi oleh kalangan industri semen seiring dengan terus
meningkatnya biaya produksi akibat kenaikan tarif dasar listrik dan harga bahan
bakar minyak di dalam negeri yang tidak sebanding dengan kenaikan harga jual
semen di pasaran. Kenaikan biaya produksi yang cukup tinggi secara langsung
berimbas pada kenaikan harga semen di pasaran sehingga perlu dilakukan
peningkatan efisiensi di semua lini, khususnya dalam proses produksi agar harga
jual semen dapat tetap terjangkau oleh konsumen di dalam negeri dan dapat
bersaing dengan produk semen dari luar negeri. Efisiensi yang dapat dilakukan
antara lain dengan meningkatkan komponen local dalam proses pembuatan
semen, antara lain penggunaan Ball Mill (bola penggiling) pada berbagai
peralatan di pabrik semen, seperti Crusher dan Cement Mill. (Ratna Kartikasari,
2007)
Pengolahan bahan awal pada industri semen biasa disebut dengan raw mill.
Raw mill berfungsi untuk menghaluskan dan mengeringkan material hingga kadar
airnya kurang dari 1% menggunakan vertical roller mill. Material tersebut masuk
ke dalam vertical roller mill dengan komposisi 89,7% campuran antara batu kapur
dengan tanah liat, 9% kapur yang ditambahkan ketika sistem yang dihasilkan
kekurangan batu kapur, 1% pasir besi, dan 0.3% pasir silika. Material-material
tersebut masuk ke dalam roller mill melalui alat transportasi berupa belt conveyor
menuju ke rotary feeder. Rotary feeder berfungsi menstabilkan masuknya material
ke dalam vertical roller mill.

Chute inlet feed merupakan saluran masuk feed material dari belt conveyor
menuju rotary feeder pada vertical roller mill. Raw material jatuh dari belt
conveyor setinggi 5 meter dengan debit 700 tph. Kemudian material tersebut
meluncur menuju rotary feeder untuk selanjutnya diproses dalam vertical roller
mill. Temperatur kerja pada bagian ini berkisar antara 80-100 ºC. Dengan
spesifikasi kerja yang demikian, dibutuhkan komponen yang memiliki kekerasan
dan ketahanan aus yang tinggi agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh
karena itu dipasanglah liner pada chute inlet feed yang terbuat dari material yang
sesuai dengan kondisi kerja. (Budi Agung Kurniawan et al, 2017)

Indonesia memiliki beberapa pabrik semen yang selain mencukupi kebutuhan


semen dalam negeri juga untuk diekspor. Ekspor semen tersebut menjadi salah
satu sektor yang memberikan devisa non - migas yang cukup besar. Hingga
dekade terakhir permintaan semen oleh masyarakat terus meningkat tetapi juga
harga semen terus semakin naik. Hal tersebut salah satunya dikarenakan semua
pabrik semen di Indonesia masih menggunakan grinding ball import, antara lain
dari United Kingdom, Jepang dan Belgia sehingga menyebabkan biaya
pengadaanya masih mahal. Setiap pabrik semen membutuhkan grinding ball
dalam jumlah yang besar, sehingga membutuhkan biaya yang cukup besar untuk
pengadannya. Apabila grinding ball tersebut dapat dibuat di Indonesia, diharapkan
harganya bisa lebih murah sehingga biaya produksi semen dapat diturunkan, harga
semen lebih terjangkau, dan kesejahteraan rakyat dapat ditingkatkan (Petrus Sigid
Nugroho, 2010).

Industri semen merupakan salah satu sektor industri di Indonesia yang cukup
pesat kemajuannya. Dalam perkembangannya industri semen masih memiliki
kendala dalam penyediaan salah satu komponen penggerusnya, yaitu berupa
grinding ball dalam mesin ball mill. Hingga saat ini kebutuhan industri semen
terhadap grinding ball masih sepenuhnya bergantung pada produk grinding ball
import. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya suatu terobosan dengan
melakukan penelitian terhadap salah satu jenis material 3 Institut Teknologi
Nasional yang memenuhi standar untuk dijadikan material grinding ball, dimana
diharapkan nantinya akan diperoleh produk grinding ball lokal yang memiliki
kualitas yang tidak kalah atau bahkan lebih baik dari produk impor. Kualitas
grinding ball menjadi penting dalam industri semen karena apabila terjadi
kegagalan dini maka akan berdampak pada berkurangnya kapasitas produksi
akibat tidak beroperasinya mesin ball mill dikarenakan proses penggantian
grinding ball, dan hal tersebut akan menyebabkan biaya operasional yang harus
dikeluarkan menjadi sangat mahal (Achmad Shofi et al, 2013).

Grinding ball tersebut terbuat dari white cast iron yang disyaratkan
mempunyai karakteristik keras, tahan aus sekaligus tangguh dan tahan korosi serta
tahan terhadap tempetaur tinggi untuk menanggung beban dan lingkungan selama
proses penggilingan batuan (Uum Sumirat et al, 2020).

Peningkatan terhadap kualitas produk grinding ball diantaranya dapat


dilakukan melalui pemilihan material yang tepat serta penggunaan beberapa unsur
paduan yang dapat meningkatkan sifat-sifat mekanik dari grinding ball tersebut,
seperti khromium (Cr), molibdenum (Mo), vanadium (V), dan boron (B), dimana
unsur-unsur tersebut merupakan unsur paduan pembentuk karbida (primer,
eutektik, dan karbida sekunder) yang sangat kuat, sehingga mampu meningkatkan
kekerasan dan ketahanan gesek pada material besi/baja. Selain itu peningkatan
sifat-sifat mekanik berupa kombinasi antara ketangguhan dan kekerasan yang baik
terhadap material grinding ball juga dapat dilakukan melalui serangkaian metode
perlakuan panas, untuk memperoleh struktur martensit, karbida sekunder dan
sedikit austenit sisa (Uum Sumirat et al, 2020).

High chromium irons dapat memenuhi antara ketangguhan rendah atau


ketahanan abrasi yang baik. Ni-Hard irons dan ketangguhan yang lebih tinggi atau
ketahanan abrasi yang lebih rendah dari baja mangan tinggi. Ketahanan abrasi dari
besi kromium tinggi adalah 20-25 kali lebih baik daripada baja karbon rendah,
Hampir semua besi cor kromium tinggi yang digunakan untuk ketahanan abrasi
adalah paduan hipoeutektik yang mengandung 10-30% berat Cr dan 2-3,5% berat
C. Paduan yang mengandung 12% berat Cr adalah yang 4 Institut Teknologi
Nasional termurah, tetapi 18-22% berat besi adalah kisaran yang paling populer
untuk ketahanan abrasi umum seperti rol dan meja dalam penghancur batu bara
(grinding ball). Paduan yang mengandung 27-30% berat Cr dan 2.0-2.7% berat C
telah dikembangkan secara khusus untuk kombinasi abrasi dan ketahanan korosi
pada aplikasi keausan dengan 30-35% berat Cr digunakan untuk menahan
oksidasi dan korosi pada suhu tinggi dalam aplikasi seperti tungku dan bagian
burner. Struktur mikro paduan ini terdiri dari ferit dan karbida eutektik. (A
Wiengmoon, 2018).

Sebagian besar produsen semen di Indonesia menggunakan grinding ball


impor karena sebagian besar produsen semen belum bisa membuat grinding ball
sesuai spesifiksi teknis dengan yang disyaratkan. Penelitian ini merupakan
penelitian tahap ketiga dari tahap yang terus dilakukan yang berasal dari proyek
penelitian yang dilakukan oleh bapak Uum Sumirat, MPd, MT., yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan grinding ball dalam negri serta untuk jangka
panjangnya dapat mengimport grinding ball keluar negeri, sehingga negara kita
lebih maju dan mampu memproduksi didalam negeri dengan kualitas yang tidak
kalah dengan negara lain (Uum Sumirat et al, 2020)

Penelitian ini khusus untuk mengetahui karakteristik prototipe grinding ball.


Dalam proyek penelitian tersebut mengambil prototipe grinding ball yang sudah
digunakan digunakan di pabrik PT. Semen Indonesia yang sebelumnya dibuat
dengan proses pengecoran dan dilakukan proses heat treatment setelahnya agar
mendapatkan kualitas yang sama grinding ball import sehingga dapat memenuhi
kebutuhan grinding ball untuk industri semen di dalam negeri (Uum Sumirat et al,
2018).

Grinding Ball adalah salah satu media dalam penggerusan mineral/ore di


dalam mill (ballmill) yang bertujuan untuk menggerus ore menjadi halus agar
mineral berharga bisa terliberasi. Volume penggantian grinding ball oleh pabrik
semen di Indonesia mencapai ribuan ton dalam setahun, salah satunya data
penggunaan grinding ball tersinstal di PT Semen Indonesia mencapai 5.700 ton
dengan volume pergantian 1.700 ton per tahun. Volume yang sangat besar
tersebut semua berasal dari hasil impor dengan harga yang relatif tinggi, 5 Institut
Teknologi Nasional sehingga membutuhkan dana yang sangat besar untuk belanja
produk tersebut. Adapun produk grinding ball produksi dalam negeri yang sudah
di produksi kualitasnya kurang baik dan dikatakan sebagai produk gagal. Oleh
karena itu penting produk tersebut bisa dibuat di dalam negeri dengan
memperhatikan kualitas dan harga yang lebih murah (Uum Sumirat et al, 2020).
Proses perlakuan panas berupa pengerasan (thermal hardening) pada besi
tuang bertujuan untuk meningkatkan sifat-sifat mekanik dari material, diantaranya
adalah nilai kekerasan dan ketahanan aus. Thermal Hardening dilakukan melalui
pemanasan material menuju temperatur austenisasi dan dilanjutkan dengan proses
quenching. Nilai kekerasan yang tinggi didapatkan dari hasil proses hardening
yang mengubah struktur mikro ferit atau austenit yang lunak menjadi struktur
martensit yang keras. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengaruh perlakuan
panas berupa subcritical, hardening (austenisasi dan quenching) (Rajan et al,
1997).

Struktur mikro yang berisi jaringan karbida eutektik dan matriks austenite
yang sebagian diubah menjadi bilah martensit selama pendinginan dalam cetakan
yaitu di sekitar karbida eutektik. Struktur yang tidak stabil terdiri dari jaringan
karbida eutektik dan karbida sekunder yang diendapkan dalam matriks austenit
sebelumnya yang sebagian besar telah diubah menjadi martensit. karbida eutektik
dalam besi cor kromium tinggi bergantung pada komposisi kimia dan laju
pendinginan. (Department of Physics, Faculty of Science, Naresuan University,
2018)

Pengaruh holding time, ketebalan dan perlakuan panas dapat memepengaruhi


sifat mekaniknya dapat dilihat dari struktur mikro beberapa sifat mekanik dari
grafit besi, Sifat mekanik (kekuatan tarik, dan kekerasan) dari as-cast setelah
sampel perlakuan panas ditentukan dan struktur mikro sampel diperiksa
menggunakan mikroskop optik. sifat mekanik tergantung pada waktu penahanan
saat perlakuan panas. Persentase perlit tergantung pada waktu penuangan dan
waktu penuangan yang lebih lama menghasilkan pembentukan perlit yang lebih
besar. (Hassan Megaheda, 2018). 6 Institut Teknologi Nasional Berdasarkan latar
belakang tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul : ”Pengaruh Quenching
pada Temperatur 850ºC dengan Holding Time 15 menit terhadap Properti
Material White Cast Iron yang diaplikasikan di Grinding Ball pada Ball Mill
untuk Produksi Semen”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat di identifikasikan permasalahanya
adalah mengembangkan material untuk prototipe grinding ball yang akan di produksi
dalam negri supaya memiliki kualitas yang sama dengan grinding ball import dengan
biaya yang realtif murah.
1.3 Batasan Masalah

Adapun ruang lingkup kajian dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai
berikut :

1. Mencari Karakteristik mekanik yaitu kekerasan dan ketangguhann yang


dimiliki white cast iron (grinding ball ) sebelum dan sesudah perlakuan panas
yang digunakan pada indutri semen.

2. Karakteristik meliputi komposisi kimia dan struktur mikro white cast iron.

1.4 Tujuan Penelitian

Mengembangkan material White Cast Iron low Chromium (grinding ball)


dengan heat treatment dengan metode quenching pada 850ºC dengan holding time
15 menit untuk memperoleh kekerasan yang sama dengan grinding ball import.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan ini diawali dengan membahas tentang latar


belakang masalah dan rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup kajian, metodologi
tugas akhir serta sistematika penulisan dari laporan yang disusun. Bab selanjutnya
dari laporan ini berisikan tentang teori-teori dasar yang berhubungan dengan
material Teknik secara umum dan peranannya terhadap pengujian-pengujian yang
dilakukan. 7 Institut Teknologi Nasional Pada pembahasan selanjutnya berisikan
tahapan proses penelitian yang dilakukan, dari mulai proses penentuan material
yang akan digunakan serta proses-proses pengujian yang dilakukan. Untuk
selanjutnya membahas tentang hasil penelitian dari sifat mekanis white cast iron
(grinding ball) sampai dengan analisis struktur mikro. Mempunyai data dari hasil
penelitian dan didasari oleh landasan teori untuk mengambil suatu kesimpulan
teori dasar mengapa kekerasan bahan bisa naik, serta teori quenching dengan
menggunakan oli yang akan terjadi perubahan struktur mikro ( karbida primer dan
sekunder). Diakhir laporan penelitian ini dipaparkan pula tentang kesimpulan dari
hasil penelitian yang dilakukan tentang sifat mekanis dari white cast iron
(grinding ball), dan saran atas permasalahan yang dihadapi dari proses penelitian
yang dilakukan
NAMA : MUH. AINUN SYAHPUTRA
NIM : 2120421072
TUGAS : SATUAN OPERASI

TUGAS FINAL
Berikan salah satu contoh terjadinya aliran turbulen dan aliran laminar disertai
dengan gambar?

A. ALIRAN TURBULEN
Aliran turbulen merupakan salah satu aliran fluida yang memiliki
kecepatan yang berubah-ubah dan mengandung partikel -partikel yang bergerak
secara acak dan tidak stabil. Garis alir pada masing-masing partikel
dalam aliran turbulen saling berpotongan satu sama lain.Di aliran lava muncul
aliran turbulen. Jika kita mengamati kondisi aliran lahar maka dengan mudah kita
dapat mengamati bahwa ketika lahar keluar dari dalam bumi ke permukaan bumi
pada waktu itu partikel-partikel tidak mengalir dalam gerakan searah lapisan-
lapisan lahar bercampur, satu sama lain untuk alasan tertentu parameter fisik
seperti kecepatan, tekanan, viskositas tidak tetap sama pada setiap molekul cairan.

1
B. ALIRAN LAMINAR
Aliran laminar adalah gerakan fluida dimana setiap partikel dalam fluida
mengikuti lintasan yang sama dengan partikel sebelumnya. Dalam dinamika
fluida, aliran laminar dicirikan oleh lintasan partikel fluida yang halus atau teratur,
berbeda dengan aliran turbulen, yang dicirikan oleh pergerakan partikel fluida
yang tidak teratur. Fluida mengalir dalam lapisan paralel (dengan pencampuran
lateral minimal), tanpa interupsi antar lapisan. Oleh karena itu, aliran laminar
disebut juga aliran aerodinamis atau aliran viskos.
Ketika fluida mengalir melalui saluran tertutup seperti pipa atau antara dua
pelat datar, salah satu dari dua jenis aliran dapat terjadi (aliran laminar atau aliran
turbulen) tergantung pada kecepatan, viskositas fluida dan ukuran pipa. (atau
dalam bilangan Reynolds). Aliran laminar cenderung terjadi pada kecepatan
rendah dan viskositas tinggi.

Anda mungkin juga menyukai