SATUAN OPERASI
AINUN SYAHPUTRA
2120421072
FAJAR MAKASSAR
2022
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Sampel dari lukisan pertama yang diketahui, dibuat antara 20.000 dan 25.000
tahun yang lalu, bertahan hidup di gua-gua di Perancis dan Spanyol. Lukisan
primitif cenderung menggambarkan manusia dan hewan, dan diagram juga telah
ditemukan. Seniman awal mengandalkan bahan alami yang mudah tersedia untuk
membuat cat, seperti pigmen alami bumi, arang, jus berry, lemak babi, darah, dan
getah milkweed. Kemudian, orang Cina kuno, Mesir, Ibrani, Yunani, dan Romawi
menggunakan bahan yang lebih canggih untuk memproduksi cat untuk dekorasi
terbatas, seperti lukisan dinding. Minyak digunakan sebagai pernis, dan pigmen
seperti kuning dan merah ochres, kapur, arsenik sulfida kuning, dan hijau
perunggu dicampur dengan bahan pengikat seperti getah arab, kapur, albumen
telur, dan lilin lebah.
Di Boston sekitar 1700, Thomas Child membangun pabrik cat pertama kali di
Amerika, bola granit di gunakan untuk menghaluskan pigmen. Paten cat pertama
dikeluarkan untuk produk warna putih, dimana pada saat itu masyarakat Amerika
Serikat masih menggunakan kapur dicampur dengan air. Pada tahun 1865 D.P.
Flinn memperoleh paten untuk cat berbasis air yang berisi seng oksida, kalium
hidroksida, resin, susu, dan minyak kayu lin. Pabrik cat komersial pertama Child
mengganti granit bola dengan roda buhrstone, tapi pabrik ini hanya ditujukan
untuk penggilingan pigmen (pemakain pribadi untuk di rumah). dan pada
tahun1867 sudah mulai produksi pigmen bagi konsumen umum atau perusahaan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
cukup sering. Namun seringkali penyimpanan yang tidak praktis membuat bahan
finishing sering berantakan dan kita sulit mencarinya jika tidak terorganisasi
dengan baik. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat membuat tempat
penyimpanan untuk cat. Paling utama adalah jaraknya jauh dari jangkauan sumber
api karena hampir sebagian besar cat saat ini dan cat aerosol berbahan minyak
yang mudah terbakar, meskipun banyak juga cat yang berbahan air (waterbase)
untuk bias mendaptkan kualitas yang bagus para industri terus membuat
produknya harus bertahan atau disenangi oleh pelanggan. Adapun perusahaan
yang menyimpan bahan mentahnya, maupun bahan jadi. Di zaman sekarang ini
banyak sekali bhan pembuatan cat yang dari bahannya, yang sudah jadi maupun
yang belum jadi tetapi harus ditambah dengan sedikit larutan agar gampang
diaduk dan di tempelkan pada tembok. Ada juga pengujian yang dilakukan untuk
mendapatkan kualitas yang bermutu berdasarkan risen, pigment, extender,
sulvent, dan additive yang disimpan di dalam gudang sesuai dengan
spesifikasinya, untuk bisa membuat para pembuat gampang yang akan mau di
ambil yang mana.
A. Bahan Baku
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan cat adalah sangat banyak
dan bervariasi, tetapi intinya cat terdiri dari padatan (solid) dan cairan (liqiud).
Dengan bagian padatan tersebut tertahan (tersuspensi) dalam porsi cairan atau
carrier. Solids atau padatan adalah bahanyang tertinggal di permukaan setelah
bagian liquids menguap. Bahan baku utama yang digunakan dalam proses
produksi cat adalah resin, pelarut, pigmen dan ekstender.
1. Resin : Alkid, Aklirik , Vinil dan lain-lain
2. Pelarut : Aromatik, Alifatik, Ketone, Alkohol, dan lain-lain
3. Pigmen : TiO2 • Ekstender : Kalsium Karbonat, Kapur, Tanah Liat dan lain-
lain
4. Bahan Pembantu : Minyak Goreng, Plasticizer dan lain-lain.
Menurut Susantyo, bahan baku pigmen yang digunakan biasanya mengandung
60% FeO, ZnO, bubuk Zn dan pasta aluminium; 27% mengandung senyawa Pb
dan Cr7; dan 13% senyawa lainnya.
4
Gambar 1. Gudang Penyimpanan Sementara Bahan Baku
Ada dua jenis cat yang dihasilkan berdasarkan pemanfaatannya,yaitu Cat
SolventBased dan Cat Water Based. Pada prinsipnya proses produksi pembuatan
cat untuk cat Solvent-Based dan Water Based sama, namun proses pembuatannya
masing- masing terpisah dan tidak menggunakan alat yang sama. perbedaannya
hanya pada bahan aditif pada tahap pra pencampuran pada proses penggilingan
dan proses pencampuran awal. Untuk cat Solvent-Based bahan yang dimasukkan
adalah resin, pigmen, ekstender, pelarut dan plasticizer sedangkan pada cat Water
Based bahan yang dimasukkan adalah air, ammonia, dispersan, pigmen dan
ekstender.
Gambar 2. Forklift
Forklift berfungsi sebagai alat transportasi untuk membawa bahan baku ke tempat
produksi.
5
2.3 Proses Produksi
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semen merupakan salah satu bahan utama konstruksi sipil. Produksi semen
Indonesia disamping untuk memenuhi kebutuhan semen dalam negri, juga untuk
memenuhi permintaan dari luar negri. Permintaan semen yang terus meningkat
harus dapat diantisipasi oleh kalangan industri semen seiring dengan terus
meningkatnya biaya produksi akibat kenaikan tarif dasar listrik dan harga bahan
bakar minyak di dalam negeri yang tidak sebanding dengan kenaikan harga jual
semen di pasaran. Kenaikan biaya produksi yang cukup tinggi secara langsung
berimbas pada kenaikan harga semen di pasaran sehingga perlu dilakukan
peningkatan efisiensi di semua lini, khususnya dalam proses produksi agar harga
jual semen dapat tetap terjangkau oleh konsumen di dalam negeri dan dapat
bersaing dengan produk semen dari luar negeri. Efisiensi yang dapat dilakukan
antara lain dengan meningkatkan komponen local dalam proses pembuatan
semen, antara lain penggunaan Ball Mill (bola penggiling) pada berbagai
peralatan di pabrik semen, seperti Crusher dan Cement Mill. (Ratna Kartikasari,
2007)
Pengolahan bahan awal pada industri semen biasa disebut dengan raw mill.
Raw mill berfungsi untuk menghaluskan dan mengeringkan material hingga kadar
airnya kurang dari 1% menggunakan vertical roller mill. Material tersebut masuk
ke dalam vertical roller mill dengan komposisi 89,7% campuran antara batu kapur
dengan tanah liat, 9% kapur yang ditambahkan ketika sistem yang dihasilkan
kekurangan batu kapur, 1% pasir besi, dan 0.3% pasir silika. Material-material
tersebut masuk ke dalam roller mill melalui alat transportasi berupa belt conveyor
menuju ke rotary feeder. Rotary feeder berfungsi menstabilkan masuknya material
ke dalam vertical roller mill.
Chute inlet feed merupakan saluran masuk feed material dari belt conveyor
menuju rotary feeder pada vertical roller mill. Raw material jatuh dari belt
conveyor setinggi 5 meter dengan debit 700 tph. Kemudian material tersebut
meluncur menuju rotary feeder untuk selanjutnya diproses dalam vertical roller
mill. Temperatur kerja pada bagian ini berkisar antara 80-100 ºC. Dengan
spesifikasi kerja yang demikian, dibutuhkan komponen yang memiliki kekerasan
dan ketahanan aus yang tinggi agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh
karena itu dipasanglah liner pada chute inlet feed yang terbuat dari material yang
sesuai dengan kondisi kerja. (Budi Agung Kurniawan et al, 2017)
Industri semen merupakan salah satu sektor industri di Indonesia yang cukup
pesat kemajuannya. Dalam perkembangannya industri semen masih memiliki
kendala dalam penyediaan salah satu komponen penggerusnya, yaitu berupa
grinding ball dalam mesin ball mill. Hingga saat ini kebutuhan industri semen
terhadap grinding ball masih sepenuhnya bergantung pada produk grinding ball
import. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya suatu terobosan dengan
melakukan penelitian terhadap salah satu jenis material 3 Institut Teknologi
Nasional yang memenuhi standar untuk dijadikan material grinding ball, dimana
diharapkan nantinya akan diperoleh produk grinding ball lokal yang memiliki
kualitas yang tidak kalah atau bahkan lebih baik dari produk impor. Kualitas
grinding ball menjadi penting dalam industri semen karena apabila terjadi
kegagalan dini maka akan berdampak pada berkurangnya kapasitas produksi
akibat tidak beroperasinya mesin ball mill dikarenakan proses penggantian
grinding ball, dan hal tersebut akan menyebabkan biaya operasional yang harus
dikeluarkan menjadi sangat mahal (Achmad Shofi et al, 2013).
Grinding ball tersebut terbuat dari white cast iron yang disyaratkan
mempunyai karakteristik keras, tahan aus sekaligus tangguh dan tahan korosi serta
tahan terhadap tempetaur tinggi untuk menanggung beban dan lingkungan selama
proses penggilingan batuan (Uum Sumirat et al, 2020).
Struktur mikro yang berisi jaringan karbida eutektik dan matriks austenite
yang sebagian diubah menjadi bilah martensit selama pendinginan dalam cetakan
yaitu di sekitar karbida eutektik. Struktur yang tidak stabil terdiri dari jaringan
karbida eutektik dan karbida sekunder yang diendapkan dalam matriks austenit
sebelumnya yang sebagian besar telah diubah menjadi martensit. karbida eutektik
dalam besi cor kromium tinggi bergantung pada komposisi kimia dan laju
pendinginan. (Department of Physics, Faculty of Science, Naresuan University,
2018)
Adapun ruang lingkup kajian dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai
berikut :
2. Karakteristik meliputi komposisi kimia dan struktur mikro white cast iron.
TUGAS FINAL
Berikan salah satu contoh terjadinya aliran turbulen dan aliran laminar disertai
dengan gambar?
A. ALIRAN TURBULEN
Aliran turbulen merupakan salah satu aliran fluida yang memiliki
kecepatan yang berubah-ubah dan mengandung partikel -partikel yang bergerak
secara acak dan tidak stabil. Garis alir pada masing-masing partikel
dalam aliran turbulen saling berpotongan satu sama lain.Di aliran lava muncul
aliran turbulen. Jika kita mengamati kondisi aliran lahar maka dengan mudah kita
dapat mengamati bahwa ketika lahar keluar dari dalam bumi ke permukaan bumi
pada waktu itu partikel-partikel tidak mengalir dalam gerakan searah lapisan-
lapisan lahar bercampur, satu sama lain untuk alasan tertentu parameter fisik
seperti kecepatan, tekanan, viskositas tidak tetap sama pada setiap molekul cairan.
1
B. ALIRAN LAMINAR
Aliran laminar adalah gerakan fluida dimana setiap partikel dalam fluida
mengikuti lintasan yang sama dengan partikel sebelumnya. Dalam dinamika
fluida, aliran laminar dicirikan oleh lintasan partikel fluida yang halus atau teratur,
berbeda dengan aliran turbulen, yang dicirikan oleh pergerakan partikel fluida
yang tidak teratur. Fluida mengalir dalam lapisan paralel (dengan pencampuran
lateral minimal), tanpa interupsi antar lapisan. Oleh karena itu, aliran laminar
disebut juga aliran aerodinamis atau aliran viskos.
Ketika fluida mengalir melalui saluran tertutup seperti pipa atau antara dua
pelat datar, salah satu dari dua jenis aliran dapat terjadi (aliran laminar atau aliran
turbulen) tergantung pada kecepatan, viskositas fluida dan ukuran pipa. (atau
dalam bilangan Reynolds). Aliran laminar cenderung terjadi pada kecepatan
rendah dan viskositas tinggi.