Anda di halaman 1dari 20

REFLEKSI AKSIOLOGIS ATAS

TEORI BAHASA NOAM CHOMSKY DAN M.A.K HALLIDAY

Paulus Kurnianta1) dan Septiana Dwiputri Maharani2)


1)
Universitas Negeri Yogyakarta dan 2)Universitas Gadjah Mada
Email: paulkurnianta@gmail.com

Abstract
(Title: Axiological Reflections on Noam Chomsky’s and M.A.K Halliday’s
Language Theories). This article is meant to philosophically reflect Chomsky’s and
Halliday’s language theories by focusing on the axiological dimension of their theoretical
constructs, that is, what are the hidden values therein. To draw basic sketches of their
theoretical constructs, their ontological and epistemological assumption are explored.
Furthermore, Gruenberg’s axiological scheme is adopted to discuss them. From the chains
of reflection, it is found that in Chomsky’s the positive pole of human-language relation
exists in language with internal, mental, logical-objective, formal, neutral, innate, certain,
transparent, stable, alogarithmic and closed or un-contextual characteristics. The superior
language is scientific, positivistic and logical language. Meanwhile, in Halliday’s the
positive pole exists in language with practical, external, semiotical, social, cultural,
participatory, concrete, critical, dynamic, discursive, authentic, interpretative and open
or contextual. The superior language is authentic language which is rich of signification.

Key words: axiology, language theory, Chomsky, Halliday

PENDAHULUAN Selama ini beragam teori sibuk merumuskan


Meskipun filsafat bahasa dan ilmu isi pengetahuan namun lupa memperbincang­
bahasa baru meramaikan dunia filsafat di abad kan nilai dari pengetahuan yang telah
ke-20, pemikiran tentang bahasa dalam sejarah dirumuskannya.
Filsafat Barat sudah dimulai sejak jaman Yunani. Dalam sejarah, Aristoteles menco­ba
Bukti mengenai pemikiran itu dapat ditemukan melakukan refleksi atas pemikiran Cratylus
dalam dialog Plato, Cratylus, dimana ada dua dan Hermogenes. Cratylus bersikukuh bahwa
tokoh yang berdebat di hadapan Socrates. bahasa bersifat alamiah (fisei). Argumennya
Persoalan mendasar yang mengemuka adalah adalah bahwa di balik bahasa ada prinsip-prinsip
apakah bahasa muncul secara alamiah ataukah yang bersifat abadi yang keberadaannya tidak
bahasa lahir karena konvensi (Kaelan, 2017: tergantung pada manusia. Contoh yang diambil
28). Dua tokoh dalam dialog itu menyuguhkan untuk membuktikan argumen ini adalah fonim
dua tesis yang berseberangan mengenai asal- atau bunyi bahasa. Di balik bunyi bahasa yang
muasal bahasa; Cratylus berpangkal pada fisei terkesan biasa-biasa saja, ada komposisi bunyi
sementara Hermogenes pada nomos. Perdebatan yang berelasi langsung dengan benda yang
semacam itu bahkan terulang lagi dalam teori diacu di dunia. Misalnya bunyi embek dan
bahasa modern sebagaimana ditampilkan oleh meong masing-masing mengacu pada kambing
Noam Chomsky dan M.A.K. Halliday. dan kucing. Sementara itu, Hermogenes
Konstruksi teoritis manakah yang akan tidak mau kalah. Prinsip onomatopoeia yang
diikuti dan mengapa demikian ? Pendekatan diajukan Cratylus, sebagai salah satu lacakan
filososfis dapat diambil sebagai alternatif untuk asal-usul bunyi, hanya menjelaskan sebagian
melakukan refleksi teoritis. Filsafat nilai atau kecil asal-usul kata. Bila argumen itu benar,
aksiologi (axios = nilai; logos = pengetahuan) semua orang di muka bumi akan menggunakan
adalah cabang filsafat yang mendiskusikan kata embek dan meong untuk mengacu pada
persoalan nilai secara umum. Namun demikian, binatang yang sama. Kenyataannya tidak
secara khusus aksiologi dapat dipakai untuk demikian karena setiap bahasa mempunyai
menilik nilai dari sebuah konstruk teoritis. kebiasaan masing-masing dan tampak jelas

190
191

pada leksikon yang berbeda-beda meskipun penting dari pemikiran itu sendiri. Dalam
mengacu pada referensi yang sama. Karena itu, perkembangannya ada disiplin keilmuan
bahasa bersifat konvensional (nomos). yang juga memperbincangkan bahasa, yaitu
Refleksi Aristoteles atas perdebatan linguistik dan filsafat bahasa dan keduannya
Cratylus versus Hermogenes terdokumantasikan baru ramai diperbincangakan di abad ke-20.
dalam de Interpretationete. MenurutAristoteles, Mendiskusikan teori bahasa secara filosofis tidak
baik prinsip fisei (naturalisme) maupun nomos selalu dapat diterima dan sebaliknya. Filsafat
(konvensionalisme) sama-sama memberikan menuduh bahwa linguistik mencari jawaban
sumbangan, masing-masing terhadap aspek atas pertanyaan-pertanyaan fundamental
referensial bahasa dan aspek kolektif-evolutif tentang bahasa dengan mengais kata-kata dan
bahasa. Naturalism is shown to be required menetapkan hukum-hukumnya. Sementara
in order to give adequate account of truth; linguistik melecehkan filsafat dengan tuduhan
conventionalism, however, is shown to provide bahwa filsafat memberikan jawaban atas
a more satisfactory account in the way in persoalan empiris dengan bersembunyi di
which the words of a natural language acquire, balik meja. Apakah linguistik tampil sebagai
maintain and change meanings (Modrak, rival filsafat dalam menjawab pertanyaan-
2001: 4). Refleksi Aristoteles ini berkisar pada pertanyaan seputar bahasa? Menurut Peregrin
apa sumbangan pemikiran keduanya terhadap (2012: 1-2), filsafat dan linguistik tidak perlu
teori bahasa yang akan dikembangkan oleh dipertentangkan sebagai pihak yang paling
Aristoteles sendiri. Aristoteles kemudian berhak berbicara tentang bahasa.
memposisikan bahasa sebagai medium yang Peregrin justru mengajukan tesis
netral dan transparan, yang ideal untuk ilmu bahwa keduanya saling melengkapi karena
pengetahuan. linguistik berasal dari tulang rusuk filsafat.
Menurut Grunberg (2000:126), Bedanya, filsafat memulai dengan pertanyaan-
aksiologi memiliki arah refleksi yang berbeda. pertanyaan fundamental dan menjawabnya
Bila Aristoteles berpangkal pada ilmu dengan argumen koseptual-teoritis sedangkan
pengetahuan sebagai proyek utama filsafatnya linguistik menjawab pertanyaan-pertanyaan
sehingga teorinya tentang bahasa mengabdi itu dengan metode ilmiah dan data empirik.
pada obyektifisme, aksiologi mengedepankan Bila bahasa adalah sebuah hutan belantara
persoalan nilai yaitu sejauh mana sebuah teori untuk dijelajahi, filsafat terbang di atasnya dan
bermakna bagi manuasia. Selama ini aksiologi memberikan gambaran global tentang hutan,
adalah cabang filsafat yang terpinggirkan di semantara linguistik akan menggambarkannya
paruh kedua abad ke-20 karena modernisme secara mendetail seperti seorang petualang.
secara meyakinkan telah memberikan jawaban- Bukankah keduanya saling melengkapi untuk
jawaban atas persoalan-persoalan manusia memberikan gambaran yang utuh mengenai
melalui sains dan ilmu-ilmu yang bersifat hutan tersebut?
obyektif dan positivistik. Namun kini norma- Dalam kajian ini, akan diketengahkan
norma positivisme bukan lagi pondasi tunggal dua pemikir besar teori linguistik yang
yang mampu menyelesaikan krisis manusia mempunyai banyak pengikut dan masih
moderrn. Positivisme bukan satu-satunya berkembang hingga kini, yaitu Noam Chomsky
paradigma pengetahuan. Konsekuensinya, dan M.A.K. Halliday. Corak pemikiran mereka
muncul beragam teori atas obyek yang sama berbeda, bahkan bisa dikatakan berseberangan.
namun kadang berseberangan seperti teori Penulis akan membuat refleksi aksiologis atas
bahasa yang ditampilkan oleh Chomsky dan garis besar pemikiran Chomsky dan Halliday.
Halliday. Kajian nilai ini dilakukan terhadap
Dalam sejarah filsafat Barat konseptualisasi mereka mengenai bahasa yang
perbincangan mengenai mengenai bahasa tersaji dalam Language and Mind (Chomsky)
sudah dimulai sejak awal hingga kini. Fakta dan Language as Social Semiotics (Halliday).
ini menunjukkan bahwa bahasa adalah bagian

diksi Volume 28, Nomor 2, September 2020


192

METODE yaitu pikiran. Pikiran merupakan aspek mental


Kajian atas dua corak pemikiran yang berasal organ otak sebagai situs bagi ide
bahasa, yaitu Halliday dan Chomsky, bersifat bawaan (innate ideas). Selanjutnya konsepsi
filosofis. Dalam penelitian filsafat, kajian tentang bahasa sangat erat dikaitkan dengan
seperti ini dimodelkan sebagai penelitian kapasitas berbahasa sebagai kapasitas berpikir
mengenai pemikiran atau teori ilmiah (Bakker (language faculty).
dan Zubair, 1990: 114-120). Tujuannya adalah Kemudian apakah hakikat bahasa
untuk secara kritis mengevaluasi pemikiran menurut Chomsky? Hakekat bahasa adalah
Chomsky dan Halliday dengan menemukan pikiran yang dirumuskan sebagai Universal
filsafat-tersembunyi mereka mengenai bahasa. Grammar (UG). UG bukanlah bahasa lisan
Untuk melakukan evaluasi kritis tersebut ataupun bahasa tertulis ataupun teori tata
penulis membuat rangkaian asumsi teoritis- bahasa namun UG merupakan underlying
filosofis berupa konstruksi ontologis, principles atau prinsip-prinsip dasar yang ada
epistemologis dan aksiologis. Bangunan asumsi dibalik bahasa. Prinsip-prinsip dasar ini hadir
tersebut akan membantu penulis mendekati dalam wujud competence atau kemampuan
persoalan yang diajukan dan memberikan manusia untuk berbahas dan mamahaminya,
jawabannya. yang bermatra batin dan tak disadari
Dimensi aksiologis dari sebuah (unconscious). Sementara praktek bahasa, lisan
pemikiran tidak mungkin terkonstruksikan dan tulisan, mewujud dalam performance yang
tanpa mempertimbangkan dua hal yang berdimensi lahiriah dan disadari. Competence
sangat penting dalam sebuah pemikiran yaitu tersebut paralel dengan deep structure atau
dimensi ontologis dan dimensi epistemologis. struktur dalam/prinsip struktur. Sementara itu,
Dimensi ontologis mengacu pada hakikat ada performance paralel dengan surface structure
bahasa. Pijakan ini akan membantu penulis yaitu bahasa yang secara empiris digunakan
membuat sketsa pemikiran masing-masing sehari-hari.
tokoh. Dimensi epistemologis mengacu pada Fokus kajian linguistik adalah
posisi subjek-objek pengetahuan yang akan competence sehingga linguistik sebagai ilmu
menghasilkan konstruk teoritis tertentu. bahasa perperan untuk menemukan prinsip-
Setelah mendapatkan sketsa pemikiran prinsip UG: tha most challanging theoretical
tentang hakikat bahasa dan konstruk teoritis problem in linguistics is that of discovering
bahasa, peneliti akan merekonstruksi nilai dari the principles of universal grammar which
pemikiran yang sudah dirumuskan oleh masing- interwaave with the rule of particular grammar
masing tokoh. Kajian atas apa nilai pengetahuan to provide explanation for the phenomena
dari kontruk teoritis atau konseptuaisasi mereka that appear arbitrary and chaotic (Chomsky,
tentang bahasa memiliki keuntungan aksiologis 2006: 42). Untuk membedakannya Chomsky
(Peregrin, 2012:202), yaitu pemahaman yang menggunakan dua istilah, yaitu principle dan
bersifat reflektif. Adapun teori aksiologi yang rule. Rule mengacu pada aturan bahasa atau
diambil sebagai kerangka teoritis refleksi ini gramatika yang selama ini menjadi obyek kajian
adalah teori nilai Grunberg. traditional grammarian, sementara principle
adalah kapasitas dalam pikiran manusia yang
PEMBAHASAN secara istimewa mampu mengerti rule tadi
Konstruk Ontologis sebagai sistem simbolik-logis dalam bahasa
Hakekat Bahasa dalam Pemikiran Chomsky manusia.
Dalam Language and Mind (2006:88), Prinsip-prinsip tersebut serupa hukum
Chomsky menegaskan bahwa when we study yang pasti dan ada di semua bahasa manusia
human language, we are approaching what one baik bahasa primitif maupun modern. Bahasa
might call the “human essence,” the distinctive disejajarkan dengan logika modern dan rumus
qualities of mind that are, so far as we know, matematik yang bersifat pasti dan berlaku
unique to man...berbicara tentang bahasa universal. Misalnya, John is to leave is certain
adalah berbicara tentang hakikat manusia dapat dirumuskan secara algoritmik ke dalam

Refleksi Aksiologis atas Teori Bahasa Noam Chomsky dan M.A.K Halliday (Paulus Kurnianta)
193

[S[NP[S[NP][VP]]][VP[AP]]]. Rumusan semantik: I have used triadic system in my own


alogaritmik (logis dan sistematis) seperti inilah work with ideational, interpersonal and textual
yang kemudian dapat diadopsi sebagai sistem components...that the language system is infact
kode dalam program komputer sehingga trimodal at its semantic level (1978:3)
komputer mampu menerjemahkan bahasa Lebih jauh, bahasa sebagai alat
manapun sejauh inputnya ada dan mengikuti refleksi dan aksi harus selalu dimengerti secara
kode alogaritmik tersebut. semiotik, bukan bahasa sebagai alat untuk
UG bukan sesuatu yang kita pelajari mengekspresikan sistem sosial atau hirarki
di kelas; ia ada di dalam diri manusia sebagai sosial secara lnagsung, tetapi bahasa sebagai
innate ideas yang berlaku universal. Chomsky sistem penandaan untuk menyimbolkan sistem
juga menyebutnya language faculty yang sosial atau hirarki sosial. Dengan demikian
berdimensi internal atau disebut Internal relasinya terjadi dalam penandaan, tidak
Language (I-Language). Model pemahaman secara langsung. Halliday menggunakan
bahasa seperti ini dapat menjelaskan mengapa sebuah metafor atau istilah “metafungsi”
setiap anak mampu berbahasa-ibu tanpa (metafunction) untuk fungsi penandaan
mempelajarinya secara formal dan mengapa semiotis dalam bahasa: a language which is
setiap manusia dengan latar belakang bahasa still functional in origin but whre the concept
apapun dapat mengerti dan menggunakan of “function” has undergone a significant
bahasa sebagai sistem simbol. change: it is no longer synonymous with “use,”
but has becomes much more abstract, a kind of
Hakekat Bahasa dalam Pemikiran Halliday metafuction through which all the numerable
Dalam Language as Social Semiotics concrete uses...are given symbolic expression
Halliday berpendapat bahwa bahasa adalah in a systematic and finite form (1978:22).
realitas sosial dan realitas sosial adalah Istilah metafungsi ini memperdalam arti use,
bangunan makna atau konstruk semiotis atau penggunaan bahasa; bahasa bukan sekedar
yang terbentuk melalui interaksi atau praksis alat, lebih dalam lagi, bahasa merupakan
komunikasi. Bangunan makna atau konstruk ekspresi simbolik. Ekspresi simbolik ini tidak
semiotik atau sistem semantis mengodekan dua bersifat serampangan namun memiliki suatu
aspek fundamental bahasa yaitu bahasa sebagai bentuk yang sistematis dan jelas. Sebuah
alat untuk merefleksikan sesuatu (ideational) peristiwa yang sama dapat terumuskan oleh
dan sebagai alat untuk bertindak/berinteraksi seseorang atau pihak tertentu secara berbeda-
(interpersonal). Dalam sistem semantis, beda tergantung pada konteks sosio-politis-
bahasa sebagai alat refleksi adalah komponen kultural yang menyediakan kemungkinan
ideasional makna dan bahasa sebagai alat pilihan-pilihan makna (meaning resources).
interaksi adalah komponen interpersonal Misalnya, headline di surat kabar tentang
makna. pencalonan Gibran sebagai walikota mungkin
Dimensi ideasional dan interpersonal direalisasikan dalam beberapa judul: Anak
ini adalah realitas simbolik fungsi bahasa Jokowi Berpolitik, Gibran Mendaftarkan diri
sehingga tidak dapat ditemukan secara langsung sebagai Walikota, atau Anak Presiden Mengadu
dalam bahasa sehari-hari. Dapat dikatakan Peruntungan dalam Politik dan seterusnya.
bahasa adalah salah satu sistem semiotik yang Rumusan tertentu akan membawa tafsir dan
ikut membentuk kebudayaan sebagai bangunan dampak tertentu dan juga pesan kebenaran
makna. Bahasa lisan dan tulis dalam realitas tertentu tergantung pada meaning resources
empiris lebih dekat dengan dimensi tekstual yang dimainkan.
(textual) karena menunjukkan fungsi yang Hakikat bahasa ada pada dimensi
secara intrinsik ada di dalam bahasa sementara fungsionalnya dan dimensi ini adalah fungsi
dua fungsi sebelumnya menunjuk fungsi yang simbolik yang secara bersamaan ditemukan
secara ekstrinsik ada di luar bahasa. komponen pada penandaan internal bahasa dan penandaan
ideasional-interpersoanal-tekstual berfungsi eksternal bahasa sekaligus. Dengan demikian
sebagai sistem triadik kebahasaan pada level bahasa sebagai sistem linguistik dapat dikaitkan

diksi Volume 28, Nomor 2, September 2020


194

dengan konteks sosialnya namun tetap konteks sosial dengan komponen field, tenor
merupakan sebuah kesatuan dimensi internal dan mode. Lapis-lapis penandaan inilah yang
dan eksternal. Bahasa empiris lisan dan tulisan menghubungkan bahasa empiris dan konteks
adalah ekpresi (expression) yang merupakan sosialnya.
materi mentah. Lensa metafungsi dapat
memperjelas materi mentah itu sebagai jalinan Konstruk Epistemologis
penandaan yang rumit. Kerumitan penandaan Gallagher (Hardono, 1994: 13-17)
itu dapat diuraikan melalui triadik metafungsi berpendapat bahwa epistemologi adalah
tadi. Fungsi ideasional mengkodekan relasi pertanyaan relflektif yang mendasar mengenai
referensial. Fungsi interpersonal mengkodekan pengetahuan: apakah ia merupakan pengetahuan
relasi sosial. Fungsi tekstual mengkodekan yang sejati atau sekedar ilusi, pengetahuan
realisasi bentuk linguistik. Sekali lagi, fungsi palsu. Pertanyaan ini selalu muncul karena
pertama dan kedua adalah dimensi eksternal manusia merupakan makhluk yang mendua:
linguistik sementara fungsi ketiga adalah terkait dengan temporalitas terdapat keabadian
dimensi internal linguistik. Kutub internal- dan kesementaraan, terkait dengan realitas
eksternal merupakan pembagian fungsi terdapat pikiran dan pengalaman, terkait
penandaan dalam bahasa sehingga tidak dengan eksistensi terdapat diri dan bukan
terpisah-pisah. Ketiganya saling mendukung diri. Konsekuensinya, kemenduaan itu
dalam menginterpretasi bahasa. memerangkap manusia untuk selalu meragukan
Fungsi ideasional adalah pengkodeaan kebenaran. Bentuk konsekuensi lain adalah
bahasa atas pengalaman manusia terhadap munculnya teori-teori yang berbeda atas obyek
dunia (field) yang dapat dicermati pada kajian yang sama, yang kemudian kita kenal
transitivitas (transitivity). Fungsi interpersonal dengan aliran (schools). Persoalannya, bila
adalah pengkodean bahasa atas relasi sosial berbeda, bagaimana mereka berbicara soal
para partisipan (tenor) yang dapat dicermati kebenaran?Apakah benar yang diperbincangkan
pada suasana (mood). Fungsi tekstual pada adalah kebenaran atau sekedar keyakinan?
pengkodean bahasa atas informasi yang Bila pengetahuan dipahami sebagai
dipentingkan (mode) yang dapat dicermati justified true belief atau keyakinan yang
pada tema (theme). terbukti benar maka pengertian dari bukti dan
Kemudian, pada level analisis kebenaran harus dicermati dengan teliti. Bukti
linguistik, transitivitas berfokus pada kata disyaratkan untuk memberikan kepastian akan
kerja, yang dimengerti sebagai kode refleksi kebenaran dan kebenaran yang dimaksud
atas pengalaman terhadap dunia; mood adalah kebenaran epistemologis (Hardono,
berfokus pada relasi sosial yaitu bagaimana 1991). Ambivalensi manusia sebagai subjek
suasana para pelaku dalam interaksi apakah pengatahuan dihadapkan pada (1) persoalan
mencerminkan status yang sejajar ataukah objek pengetahuan: apakah dia berhadapan
asimetris; sementara, tema berfokus pada dengan kesan atau kenyataan dan (2) persoalan
bagaimanakah informasi ditata dalam kalimat, kebenaran: bila kebenaran adalah kesesuaian
yaitu, informasi manakah yang dipentingkan pikiran dan kenyataan apakah subjek harus
dan informasi manakah yang dipinggirkan. bersikap netral atau boleh menjadi partisipan.
Dengan demikian dapat dipahami Gabriel Marcel merespon persoalan ini
bahwa bahasa adalah sistem penandaan dengan membedakan dua jenis pengetahuan
yang berlapis-lapis. Bahasa lisan dan tulis (1) pengetahuan inderawi dimana subjeknya
yang empiris memuat tiga lapis penandaan. adalah subjek transendental yang netral dan
Penandaan pertama berupa sistem gramatika objek pengetahuannya berupa kenyataan
fungsional yang dinamakan lexico grammar dan (2) pengetahuan intelektual dimana
dengan komponen transitivitas, mood dan subjeknya adalah subjek partisipatif dan objek
tema. Lapis kedua adalah sistem semantik pengetahuannya berupa kesan sebagai hasil
fungsional dengan komponen makna ideasional, interaksi subjek partisipatif terhadap objek.
interpersonal dan tekstual. Lapis ketiga adalah

Refleksi Aksiologis atas Teori Bahasa Noam Chomsky dan M.A.K Halliday (Paulus Kurnianta)
195

Kerangka epistemologis dengan bersifat tetap dan berlaku universal. Bahasa


tegangan subjek-objek sebagai teori tentang adalah sains. Bukti dari kebenaran itu adalah
pengetahuan ini, setidaknya dapat menjadi UG. Dalam teori Halliday sebyek pengetahuan
pijakan pemahaman untuk melihat teori-teori adalah subyek yang memaknai. Bahasa
yang muncul dalam beragam bidang ilmu, merupakan penandaan yang berlangsung dari
termasuk bahasa. Dari kerangka epistemologis level linguistik hingga konteks sosial. Bukti
tersebut dapat disusun seperangkat pertanyaan kebenaran itu adalah metafungsi. Bahasa
sebagai berikut untuk melihat konstruk adalah semiotika.
teoritis Chomsky dan Halliday: 1) apakah
formulasi bahasa sebagai kenyataan dalam Refleksi Aksiologis
teori mereka, 2) siapakah subyek pengetahuan Keterkaitan antara Nilai dan Konstruk
dan bagaimanakah posisi subyek pengetahuan: Teoritis
berlaku sebagai subyek transendental atau Hugh (2004: xi-xiv) secara kritis
subyek partisipatif, 3) apakah isi pengetahuan mengomentari surutnya perbincangan tentang
yang ditampilkan dalam teori bahasa masing- nilai terutama di paruh kedua abad ke-20.
masing, dan 4) Sejauh mana masing-masing Baru di abad ke 21 ini teori nilai kembali
teori terbuka terhadap realitas bahasa secara mengemuka. Ia menenggarai bahwa posisi
utuh? ini disebabkan warisan pemikiran Aristoteles
Selanjutnya, untuk menjawab yang memposisikan filsafat sebagai pembantu
pertanyaan di atas penulis mengacu pada atau pelayan (handmaiden) ilmu pengetahuan.
hakikat bahasa yang sudah dibahas sebelumnya. Sebelumnya, Socrates tidak memisahkan
Pertama, dalam gagasan Chomsky realitas wisdom dan life, kebijakan atau pengetahuan
bahasa yang menjadi objek linguistik adalah sebuah keutuhan, sementara Aristoteles
adalah competence atau I-Language, bukan mengabstraksikan kehidupan menjadi bentuk
performance atau E-Language. Sementara pengetahuan. Bila di abad pertengahan
itu dalam gagasan Halliday objek linguistik majikannya adalah Tuhan, di abad ke-20
adalah praksis penandaan bahasa, bukan majikan baru itu bernama Sains. Baru di abad
aspek internal bahasa per se. Kedua, bagi ke-21, timbul kesadaran kritis bahwa sains
Chomsky subjek pengatahuan adalah subjek terlalu otoriter menyatakan dirinya bebas nilai.
transendental dengan kapasitas bawaan yang Seolah-olah paradigma modernisme dengan
menemukan rumus bahasa, sedangkan bagi sains sebagai modelnya tak perlu bertanggung-
Halliday subjek pengetahuan adalah subyek jawab atas beragam krisis seperti pemanasan
sosial yang berperan menafsirkan bahasa. global yang terus berlari, nuklir yang masih
Ketiga, isi pengetahuan versi Chomsky adalah diandalkan sebagai energi alternatif dan
UG, satu hukum bahasa yang berlaku tetap teknologi pertahanan, rekayasa genetika
untuk semua bahasa, sedangkan versi Halliday seperti genome/gen editing untuk manusia.
adalah metafungsi, bahasa sebagai sistem Pada dataran kesadaran ini, muncul pertanyaan
penandaan yang mengakomodasi keragaman. apakah benar pengetahuan bebas nilai bersifat
Keempat, realitas bahasa yang diambil oleh netral?
Chomsky adalah bahasa yang sesuai dengan Terkait dengan pertanyaan itu,
prinsip logis-alogaritmis. Sementara itu, Grunberg (2000:17) secara tegas menyatakan:
realitas bahasa yang diambil Halliday adalah Axiological temperature never read zero.
bahasa sebagai peristiwa komunikatif yang Apapun bentuknya, pengetahuan tidak pernah
bersifat interpretatif. dapat menghindar dari persoalan nilai, yaitu
Berdasarkan pemahaman tersebut sejauh mana pengetahuan bermakna bagi
konstruk teoritis mereka tentang bahasa dapat manusia (human significance), bukan sekedar
digambarkan secara lebih jelas. Dalam teori bermanfaat/berguna karena manfaat hanya
Chomsky, subjek rasional dengan kapasitas salah satu bentuk nilai. Nilai (value) sangat
bawaan dapat memahami hukum universal luas, seluas cakupan kehidupan manusia itu
bahasa. Rumusan bahasa bahasa ada satu dan sendiri dan dalam kehidupan manusia selalu

diksi Volume 28, Nomor 2, September 2020


196

dihadapkan pada soal penilaian (judgment, sudah menunjukkan perbedaan? Nilai berlaku
appreciation, consideration, valuation). umum (generic value) dan berada dalam satu
Kvanvig (2003: 192-193) menggunakan dunia yang sama yaitu realitas nilai sehingga
istilah knowledge dan understanding untuk nilai merupakan rekonstruksi atas apa saja
mempertegas perbedaan antara pengetahuan yang kita alami secara fundamental sebagai
(knowledge) dan pemahaman (understanding). manusia. Dengan semikian meskipun corak
Kerangka pemikiran ini akan digunakan untuk pemikiran mereka berbeda tetaplah sah untuk
memperjelas dimensi aksiologis pemikiran ditinjau secara aksiologis.
Chomsky dan Halliday mengenai bahasa. Kalaupun kemajemukan nilai dapat
Terkait dengan teori nilai, persoalan diterima, lantas apa yang dapat digunakan
selajutnya adalah apakah nilai memiliki sebagai dasar penilaian? Ada dua acuan yaitu
realitasnya sendiri: bukankah nilai selalu polarity of value dan hierarchy of value.
merupakan nilai dari/akan sesuatu, kalau Polaritas nilai, yaitu kutub positif-negatif
demikian teori tentang nilai tidak pernah (disapproval-disapproval) dan hierarki nilai,
memiliki objeknya sendiri karena nilai yaitu derajat tinggi-rendah (superior-inferior),
itu sendiri bersifat parasitis? Menanggapi merupakan faktor utama penentu relasi nilai
pertanyaan tentang realitas nilai ini, Grunberg (primary relational determinants of value).
berpendapat bahwa nilai memang memiliki Dengan demikian yang menjadi kajian bukan
carrier sehingga selama ini nilai cenderung manusia per se atau bahasa per se namun relasi
dipredikasikan pada objek. Ia menggeser nilai antara manusia dan bahasa dalam kaitan yang
yang semula berdiam pada obyek ke “relasi” lebih luas yaitu berbahasa sebagai pengalaman
subjek-objek. Dengan demikian, Nilai adalah manusia. Kalau demikian, refleksi aksiologis
relasi antara subjek yang menilai dan objek dapat dilakukan terhadap konstruk teoritis
yang bernilai. Relasi inilah yang merupakan Chomsky maupun Halliday.
realitas nilai (realm of value). Dengan demikian,
aksiologi sebagai filsafat nilai mempunyai Refleksi Nilai dalam Konstruk Teoritis
objek kajiannya sendiri, yaitu realitas nilai. Chomsky
Aksiologi sebelumnya berfokus pada Selanjutnya refleksi nilai ini dapat
tiga nilai dasar klasik (basic values), yaitu, dilakukan pertama dengan menilik relasi
baik-indah-benar (good, beautiful and true). subjek pengetahuan terhadap hakekat bahasa.
Ada kesulitan mendasar, misalnya, ketika Bahasa adalah I-Language. Letak bahasa tidak
kriteria kebenaran digunakan sebagai patokan berada di luar bahasa itu sendiri namun ada
karena kebenaran tidak menganut hirarki tetapi di dalam bahasa. Yang ada di dalam bahasa
kemutlakan. Karena itu Grunberg menawarkan bukan struktur gramatika namun struktur logis
pendakatan baru: axiology acquires new bahasa. Bentuk struktur logis ini mempunyai
attributes, becoming not only antropocentric kesesuaian dangan dengan struktur logis yang
but also axiocentric (2000: 109). Pendekatan ada di dalam struktur kognitif manusia yang
ini juga dinamakan axiocentric ontology, disebut dengan language faculty. Dengan
yang berbeda dari anthropocentric ontology. demikian hanya ada satu struktur logis yang
Pusat filsafat tidak melulu dipusatkan pada sama persis. Bila hakekat bahasa seperti ini
subjek dimana subjek transendental sangat dihadapkan dengan bahasa sebagai keseluruhan
dominan, namun lebih pada dunia pemaknaan pangalaman manusia, maka aspek hakiki bahasa
dimana subjek partisipatif terlibat dalam relasi. Chomsky secara spesifik mencakup struktur-
Pendekatan baru lebih sesuai karena tatanan dalam dari bahasa yang bersifat formal logis.
nilai dalam kehidupan bersifat majemuk Polaritas kutub nilai positif terletak pada kutub
(polyphonic values). kognitif objektif dan secara hierarkis bahasa
Kemudian, bagaimanakah kerangka yang superior adalah bahasa yang memiliki
teori nilai ini diacu sebagai tinjauan atas sifat formal, logis dan objektif sebagaimana
pemikiran Chomsky dan Halliday? Bukankah dapat ditemukan dalam struktur mental atau
konstruk teoritis yang mereka hasilkan memang pikiran manusia.

Refleksi Aksiologis atas Teori Bahasa Noam Chomsky dan M.A.K Halliday (Paulus Kurnianta)
197

Kedua adalah relasi subjek terhadap pasti, alogaritmis dan tertutup/akontekstual.


posisinya dalam menteorikan bahasa. Subjek Ciri-ciri seperti itu terdapat dalam bahasa
adalah sang pengamat transendental yang yang berdiemnsi saintifik dan ilmiah sehingga
mengamati bahasa. Subjek transendental ini bahasa yang superior adalah yang positivistik
tidak menciptakan struktur logis bahasa tetapi dan logis.
menemukannya karena kemampuan memahami
bahasa yang seperti itu sudah merupakan ide Refleksi Nilai dalam Konstruk Teoritis
bawaan. Dengan demikian subjek bersikap Halliday
netral karena ciri logis bahasa itu sudah ada Pertama, dalam gagasan Halliday
sebagai endowment. Jadi subjek ada pada kutub objek linguistik adalah praksis penandaan
netral-objektif bukan sebagai partisipan. Secara bahasa. Bahasa yang dikaji adalah praksis
hierarkis, bahasa yang ungul adalah bahasa bahasa sebagai proses interaksi sosial. Aspek
objektif yang melepaskan diri dari penilaian praktis kebahasaan dinilai lebih positif
subyek, sehingga bahasa tersebut mampu ketimbang bahasa sebagai sesuatu yang diam di
mereprensatasikan dunia secara transparan dan dalam kesadaran. Pengertian bahasa eksternal
pasti. mengacu pada penandaan pengalaman terhadap
Ketiga, relasi subyek terhadap isi dunia dan terhadap relasi sosial. Dengan
pengetahuan. Isi pengetahuan bahasa adalah demikian bahasa yang superior adalah bahasa
Universal Grammar. UG adalah underlying sebagai sistem semiotik relasi sosial.
principles yang berlaku untuk semua bahasa Kedua, subjek pengetahuan adalah
di seluruh muka bumi. UG adalah rumusan manusia konkret yang terlibat dalam interaksi
kebenaran bahasa yang memiliki posisi sebagai sosial. Subjek secara partisipatif membentuk
hukum tetap dan bersifat pasti. Sebagai sebuah dan dibentuk oleh msayarakat dimana bahasa
hukum UG menentukan kebanaran yang pasti itu digunakan. Subjek partisipatif adalah
dan tidak mengakomodasi versi-versi kebenaran subjek kritis-interpretatif karena ia memaknai
yang lain. Ia menempati kutub bahasa yang dan maknai oleh dunia. Bahasa yang superior
berlaku universal dan memiliki ketetapan akan adalah bahasa dinamis yang hidup di dalam
kepastian atau kebenaran. Bahasa yang unggul masyarakat.
adalah bahasa yang berlaku universal dan Ketiga, isi pengetahuan bahasa adalah
pasti. metafungsi. Metafungsi ini mengacu pada
Keempat, relasi bahasa terhadap sistem penandaan semiotik. Metafungsi adalah
konteks. Rumusan bahasa Chomsky tidak abstraksi fungsi bahasa, bukan abstraksi
mengakomodasi konteks di luar bahasa atas bahasa karena bahasa sebagai peristiwa
kognitif, objektif, logis, transparan dan komunikasi adalah otentik sehingga tidak
universal. Bahasa yang tidak memuat ciri-ciri dapat direduksi. Metafungsi di sini berperan
ini tidak akan terbaca oleh sistem bahasa yang sebagai device analitis. Sebagai piranti analitis,
bersifat alogaritmis-logis sehingga konteks metafungsi ini mengakomodasi keberagaman
bahasa tidak relevan. Dengan demikian model makna dalam praktek diskursif. Pemaknaan
ini bersifat tertutup terhadap realitas di luar atas bahasa merupakan kutub utamanya. Bahasa
bahasa. Bahasa yang superior adalah bahasa yang superior adalah bahasa yang otentik.
yang tidak dibiaskan oleh konteks sosial. Keempat, realitas bahasa yang diambil
Dari butir pembahasan di atas dapat Halliday adalah bahasa sebagai peristiwa
disimpulkan nilai pengetahuan seperti apakah komunikatif yang bersifat otentik. Bahasa
yang diusung dalam pemikiran Chomsky bukan konstruk hampa baik dari sisi tatanan
tentang bahasa. Pemikirannya menempati kutub logika maupun tata bahasa. Bahasa membuka
nilai tertentu dan menempatkan ragam bahasa diri terhadap konteks sosial maupun kultural.
tertentu yang diposisikan superior. Nilai-nilai Makna kontekstual ini memposisikan realitas
positif dalam teori bahasa adalah bahasa yang sosial maupun kultural sebagai sumber makna
bersifat internal, mental, logis objektif, formal, yang tak terbatas. Dengan demikian aspek
netral, innate, pasti, transparan, universal, tetap, makna dalam bahasa terbuka terhadap realitas

diksi Volume 28, Nomor 2, September 2020


198

sosial dan kultural. Bahasa yang membuka diri DAFTAR PUSTAKA


terhadap kekayaan makna sosial dan kultural Bakker dan Charris Z. (1990). Metodologi
menempati posisi superior. Penelitian Filsafat. Yogyakarta:
Dari konstruk teoritis pemikiran Penerbit Kanisius.
Halliday tampak bahwa nilai positif dari Chomsky, N. (2006). Language and Mind.
bahasa bersifat praksis, eksternal, semiotis, Cambridge: Cambridge University
sosial, kultural, partisipatif, konkret, kritis, Press.
dinamis, diskursif, otentik, interpretatif dan Grunberg, L. (2000). The Mistery of Values.
terbuka. Ciri-ciri bahasa seperti ini terdapat Amsterdam: Rodopi.
dalam bahasa yang diguankan oleh ilmu-ilmu Halliday. (1978). Language as Social Semiotic.
sosial-humaninora, budaya dan filsafat. London: Edward Arnold.
Hadi, H. (1991). Kebenaran dan Metodologi
SIMPULAN Penelitian Filsafat, sebuah Tinjauan
Dari butir pembahasan di atas dapat Epistemologis (Makalah). Simposium
disimpulkan nilai pengetahuan seperti apakah Metodologi Penelitian Filsafat,
yang diusung dalam pemikiran Chomsky Fakultas Filsafat UGM.
tentang bahasa. Pemikirannya menempati kutub Hadi, H. (1994). Epistemologi, Filsafat
nilai tertentu dan menempatkan jenis bahasa Penetahuan. Yogyakarta: Penerbit
tertentu yang diposisikan superior. Nilai-nilai Kanisius.
positif dalam teori bahasa adalah bahasa yang Hugh, P. McDonald. (2004). Radical
bersifat internal, mental, logis objektif, formal, Axiology: a First Philosophy of value.
netral, innate, pasti, transparan, universal, tetap, Amsterdam: Rodopi.
pasti, alogaritmis dan tertutup/akontekstual. Kaelan. (2017). Filsafat Bahasa, Hakekat
Ciri-ciri seperti itu terdapat dalam bahasa yang dan Realitas Bahasa. Yogyakarta:
berdiemnsi saintifik dan ilmiah. Bahasa yang Paradigma.
superior adalah yang positivistik dan logis. Kvanvig L., Jonathan. (2003).The Value
Dari konstruk teoritis pemikiran of Knowledge and the Pursuit
Halliday tampak bahwa nilai positif dari of Understanding. Cambridge:
bahasa bersifat praksis, eksternal, semiotis, Cambridge University Press.
sosial, kultural, partisipatif, konkret, kritis, Modrak, D. (2001). Aristotle’s Theory of
dinamis, diskursif, otentik, interpretatif dan Language and meaning. Cambridge:
terbuka. Ciri-ciri bahasa seperti ini terdapat Cambridge University Press
dalam bahasa yang digunakan oleh ilmu-ilmu Peregrin, J. (2012). Linguistics and Philosophy.
sosial-humaninora, budaya dan filsafat. In: Ruth Kempson, Tim Fernando and
Nilai terkait erat dengan pengalaman Nicholas Asher (Eds), Philosophy
secara fundamental sebagai manusia. Konstruk of Linguistics. Amsterdam: North
teoritis Chomsky meletakkan relasi manusia- Holland.
bahasa seperti relasi manusia-benda dimana
kemampauan rasional mencocokan diri dengan
dengan suatu rumusan mutlak sebagai hukum
bahasa yang pasti. Di sisi lain, Halliday
meletakkan relasi manusia-bahasa seperti
relasi manusia-manusia dimana konteks
memainkan peran untuk membuka ruang tafsir
atas makna.

Refleksi Aksiologis atas Teori Bahasa Noam Chomsky dan M.A.K Halliday (Paulus Kurnianta)
NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM TUNJUK AJAR MELAYU
KARYA TENAS EFFENDI

Marlina
Balai Bahasa Riau
emial: marlinabbpku@gmail.com

Abstract
(Title: The Value of Local Wisdom in “Tunjuk Ajar Melayu” by Tenas Effendi).
This study aims at determining the value of local wisdom contained in the Tunjuk Ajar
Melayu (Malay Guidance of Life) by Tenas Effendi. The main problem is what the values
of local wisdom contained in the Tunjuk Ajar Melayu are. This study applied descriptive
qualitative method. The primary data source is the Tunjuk Ajar Melayu contained in the
book “Kesantunan dan Semangat Melayu (Politeness and Spirit of Malay)” by Tenas
Effendi. The result of the research shows that Tunjuk Ajar Melayu contained local wisdom
values which had to be maintained and preserved by the community owners. These
values are having good intentions and good character, setting oneself in the harmonious
position, positioning oneself smartly in certain situation and condition, being wise in
considering and tolerating, willing to sacrifice and willing to yield, having humble heart,
and maintaining good relations with neighbors. One way to maintain and preserve the
values of local wisdom is to include the material of the Tunjuk Ajar Melayu as one of the
local content of teaching materials in schools in Riau.

Keywords: Malay guidance of life, values, local wisdom

PENDAHULUAN hingga terjadinya pembunuhan di kalangan


Kemajuan teknologi dan arus sesama remaja. Fenomena-fenomena ini tentu
globalisasi mengakibatkan terjadinya krisis saja sangat memperihatinkan, mengingat
sosial. Krisis sosial telah menyebabkan manusia bangsa Indonesia adalah bangsa yang beradab,
mengalami persaingan yang tidak sehat, beretika dan berbudi pekerti luhur.
korupsi, perang saudara, kemerosotan moral, Bangsa Indonesia sejatinya memiliki
dan terjadinya berbagai tindak kekerasan. nilai-nilai karakter yang tercermin dari
Akibat langsung yang ditimbulkan adalah tradisi dan adat istiadat yang dimiliki oleh
hilangnya nilai-nilai kemanusiaan, sehingga masyarakatnya. Nilai-nilai karakter inilah
manusia pada gilirannya akan kehilangan akar yang menjadi landasan moral dan menjadi
tradisinya, bahkan identitas dirinya. pedoman hidup bagi masyarakat setempat.
Arus modernisasi telah menyebabkan Nilai-nilai kehidupan inilah yang selanjutnya
masyarakat terutama remaja mulai berkembang di dalam masyarakat dan dikenal
meninggalkan budaya lokal dan beralih ke sebagai sebuah kearifan lokal (Aji, 2019:2).
budaya luar yang dianggap lebih mewakili Oleh sebab itulah, nilai-nilai kearifan
diri mereka. Hal ini tentu berdampak pada lokal ini harus kembali dihidupkan di kalangan
perubahan gaya hidup dan pola pikir mereka remaja. Remaja dan generasi muda harus
sebagai seorang remaja. Muara dari semuanya mengenal budaya dan tradisi yang ada di
adalah menurunnya kualitas moral para daerahnya. Seperti halnya dengan budaya
remaja. Melayu. Budaya Melayu merupakan sebuah
Penurunan moral tersebut dapat budaya yang sangat menjunjung tinggi nilai
dilihat dari meningkatnya angka kriminalitas kesopansantunan, yang menjadi salah satu asas
di kalangan remaja, pemakaian narkoba yang jati diri kemelayuan yang terpuji. Di dalam
telah sampai ke sekolah-sekolah, pergaulan pergaulan sehari-hari sopan santun menjadi
bebas, pelecehan seksual, penganiayaan guru, salah satu tolak ukur untuk menilai seseorang.

199
200

Pentingnya kesopansantunan di dalam Di dalam kondisi yang benar dan


kehidupan orang-orang Melayu, menyebabkan konstruktif, nilai-nilai tradisi dapat membantu
mereka berusaha sepenuh daya dan upaya untuk dinamika kehidupan masyarakat tempat nilai-
menjadikan dirinya orang yang berbudi pekerti nilai mendasar itu hidup dan berkembang,
terpuji, berakhlak mulia dengan landasan iman menumbuhkan dan mengembangkan
dan takwa. integritas masyarakat, menciptakan solidaritas
Berpegang kepada asas hidup dan sosial, menumbuhkan kebanggaan akan
menjunjung tinggi kesantunan menyebabkan identitas kelompok, dan berguna pula untuk
orang Melayu ternama bukan hanya karena mengukuhkan keharmonisan komunal. Oleh
kekayaan alamnya yang melimpah, tetapi sebab itu, pada hakikatnya setiap masyarakat,
dikenal dan dihormati karena kesopan santunan, baik masyarakat tradisional maupun masyarakat
keterbukaan dan keramah-tamahannya. Itulah modern memerlukan nilai-nilai kehidupan
sebabnya nilai-nilai kesantunan diajarkan yang didasari keyakinan atau kepercayaan atas
sejak dini, ditanamkan ke dalam hati anak- hal-hal tertentu untuk mejalani perikehidupan
anak mereka agar besarnya menjadi orang, bersama yang harmonis (WS, 2015: 199).
yaitu menjadi orang yang santun, berbudi Nilai-nilai tradisi masyarakat Melayu
luhur, berakhlak mulia, elok lahirnya dan baik ini disebut juga dengan nilai kearifan lokal.
batinnya. Kearifan lokal merupakan sebuah pengetahuan
Di dalam kehidupan, manusia tidak hasil proses adptasi komunikasi lokal dalam
dapat melepaskan dirinya dari kehidupan pengalaman hidupnya yang ditransformasikan
berumah tangga, bermasyarakat, berbangsa secara turun temurun, dari satu generasi ke
dan bernegara. Kehidupan itu memerlukan generasi berikutnya. Nilai kearifan lokal ini
pergaulan, baik dalam ruang lingkup terbatas digunakan oleh masyarakat setempat dalam
maupun terbuka dan luas. Karenanya, budaya proses interaksi sosial kehidupan sehari-hari
Melayu memberikan tunjuk ajar tentang dengan alam dan lingkungan sosialnya sebagai
pergaulan itu, terutama dalam pergaulan bagian dari mekanisme untuk bertahan hidup
bermasyarakat yang melibatkan banyak orang, (Fawziah, 2017: 96).
suku dan bangsa. Orang tua-tua Melayu dengan Kearifan lokal ini menyatu dalam
segala kearifan dan kebijaksanaanya, telah sistem norma dan budaya yang diekspresikan
berhasil menghimpun, menapis, mengayak dan dalam sistem budaya dan sistem sosialnya dan
membakukan nilai-nilai luhur yang mereka ditransmisikan melalui berbagai cerita-cerita
miliki, terutama dari sumber utamanya, yakni berupa mitos, legenda, babad, suluk, tembang,
ajaran Islam. Nilai-nilai ini yang dilengkapkan hikayat, lontarak, dan lain sebagainya. Pada
dengan nilai-nilai budaya mereka yang Islami, masyarakat Melayu Riau, salah satunya
dituangkan ke dalam bentuk tunjuk ajar, yang terdapat di dalam Tunjuk Ajar Melayu. Tunjuk
kemudian diwariskan secara turun temurun. Ajar Melayu ini dibukukan oleh Bapak
Dengan nilai-nilai inilah mereka mampu Tenas Effendy di dalam buku yang berjudul
mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan dan “Kesantunan dan Semangat Melayu”. Buku ini
kehidupan berumah tangga, bermasyarakat, memberikan rambu-rambu tentang bagaimana
berbangsa dan bernegara. seharusnya seorang anak Melayu bersikap dan
Tunjuk ajar Melayu mengandung berbuat di tengah-tengah masyarakat.
berbagai nilai-nilai luhur yang dijadikan Nilai adalah segala sesuatu yang
pedoman dan bekal hidup, terutama nilai-nilai menarik bagi manusia sebagai subjek. Menurut
luhur agama dan budaya yang islami. Nilai-nilai Ridzal dalam (Herlina, 2014: 203), nilai adalah
yang terdapat di dalam tunjuk ajar Melayu telah perasaan tentang apa yang diinginkan, ataupun
berurat berakar dalam kehidupan masyarakat apa saja yang boleh dan tidak boleh. Sedangkan
Melayu pada zaman dahulu sehingga bisa menurut Bertends dalam (Herlina, 2014: 203),
dikatakan telah menjadi tradisi yang menaungi nilai merupakan sesuatu yang menarik bagi
kehidupan masyarakatnya. kita, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang
menyenangkan, sesuatu yang disukai dan

Nilai Kearifan Lokal dalam Tunjuk Ajar Melayu Karya Tenas Effendi (Marlina)
201

diinginkan, atau bisa dikatakan sebagai sesuatu yang akan datang. Ketahanan kepribadian
yang baik. masyarakat dapat ditentukan oleh kekuatan
Kearifan lokal berasal dari dua kearifan lokal dalam menghadapi kekuatan
kata, kearifan dan lokal. Kearifan (wisdom) dari luar, karena memiliki berbagai faktor
bermakna pengetahuan yang berkenaan strategis, yaitu pembentuk identitas sejak lahir,
dengan penyelesaian suatu masalah untuk bukan keasingan bagi pemiliknya emosional
mewujudkan keseimbangan lingkungan dan masyarakat kuat kuat dalam penghayatan
keserasian sosial. Sedangkan istilah lokal kearifan lokal, pembelajaran kearifan lokal
berarti setempat (kawasan provinsi, kabupaten tidak memerlukan pemaksaan, kearifan lokal
atau desa). Ketika berbicara tentang kearifan mampu menumbuhkan harga diri dan percaya
lokal yang akan terlintas di pikiran kita adalah diri, kearifan lokal mampu meningkatkan
sesuatu yang bersifat kelokalan/kedaerahan masrtabat bangsa dan Negara (Saddhono,
yang berasal dari zaman dahulu kala atau bisa 2017: 10).
juga dikatakan sebagai sesuatu warisan dari Kearifan lokal sebenarnya sangat
nenek moyang (Fawziah, 2017: 98). berhubungan erat dengan kehidupan yang
Kearifan lokal merupakan gagasan- dijalani oleh manusia. Di mana kearifan lokal
gagasan atau nilai-nilai, pandangan-pandangan bisa tumbuh dan berkembang jika kehidupan
setempat yang bersifat bijaksana, penuh manusia tetap berlangsung dan berjalan
kearifan, bernilai baik yang tertanam dan sebagaimana mestinya. Kearifan lokal bisa
diikuti oleh anggota masyarakatnya. Untuk terus eksis di tengah dunia global jika manusia
mengetahui suatu kearifan lokal di suatu wilayah bisa menjaga budaya lokal dengan baik dan
maka kita harus memahami nilai-nilai budaya benar. Salah satu cara menjaga untuk menjaga
yang baik yang ada di dalam wilayah tersebut. kearifan lokal itu adalah melalui bahasa dan
Nilai kearifan lokal ini sebenarnya sudah sastra (Disi, 2018: 5).
diajarkan secara turun temurun oleh orang tua Sementara menurut Sultoni (2015:
kepada anak-anaknya. Budaya gotong royong, 231), kearifan lokal merupakan bentuk
saling menghormati dan tepa selera merupakan dialektika antara manusia dengan pengetahuan
contoh kecil dari nilai kearifan lokal (Herlina, kehidupan. Pengetahuan yang diambil dari
2014: 203). kehidupan di mana manusia itu berada
Menurut (Saddhono, 2017: 9) kearifan kemudian direfleksikan untuk membantu
lokal dimaknai sebagai sebuah “perangkat” manusia memaknai kehidupan. Sebagai
pengetahuan dan praktik-praktik yang dapat pedoman masyarakat, selanjutnya kearifan
digunakan untuk menyelesaikan persoalan lokal memberi panduan yang jelas ranah-
yang dihadapi dengan cara yang baik dan benar ranah yang dapat dijangkau oleh tingkah laku
menurut masyarakat. Kearifan lokal merupakan manusia. Dalam proses terbentuknya, kearifan
sistem pengetahuan lokal yang dimiliki oleh lokal tidak dikonsepsikan secara individu
masyarakat berdasarkan pengalaman dan namun membutuhkan peran komunal yakni
petunjuk leluhurnya secara turun temurun, masyarakat. Selanjutnya kearifan lokal menjadi
bersifat lentur untuk mengatasi situasi dan bagian dari budaya untuk kemudian menjadi
kondisi setempat terangkum dalam ekspresi identitas bahkan karakter suatu masyarakat.
verbal dan non-verbal untuk memperoleh Karenanya, antara kearifan lokal dan budaya
ketenangan hidup bersama, manusiawi dan merupakan hubungan antara anak dengan
bermartabat. Pokok pikiran kearifan lokal induknya. Kearifan lokal tidak lain adalah
meliputi ciri-ciri budaya, sekelompok manusia bagian dari budaya suatu daerah.
sebagai pemilik budaya, dan pengalaman hidup Berdasarkan sifatnya, kearifan lokal
yang menghasilkan ciri-ciri budaya tersebut dibedakan menjadi (a) verbal yang tercermin
(Rahyono dalam Saddhono, 2017: 10). dalam kata-kata, klausa dan kalimat yang
Kearifan lokal memiliki ketahanan bersifat metaforis, dan (b) non-verbal yang
terhadap unsur-unsur yang datang dari luar tercermin dalam bahasa tubuh, berbagai simbol,
dan mampu berkembang untuk masa-masa lambang, gambar, dan sebagainya. Kearifan

diksi Volume 28, Nomor 2, September 2020


202

lokal dalam tunjuk ajar Melayu yang berupa pada umumnya bersumber dari nilai-nilai dan
kata-kata (verbal) yang mengilustrasikan cara syariat Islam. Hal ini menunjukkan bahwa
yang ditempuh untuk mengatasi masalah hidup orang Melayu memang dekat dengan islam.
dapat bersifat biasa maupun metaforis. Oleh Segala sendi kehidupan masyarakat Melayu
sebab itu, inti konteksnya selalu mengacu kepada ajaran Islam.
Nilai kearifan lokal dapat dimanfaatkan Penelitian tentang Tunjuk Ajar Melayu
untuk menunjang pendidikan karakter karena telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu.
dalam konsep kearifan lokal yang dimaksud Di antaranya adalah “Analisis Nilai-Nilai
dalam penelitian ini adalah segala nilai, baik Pendidikan Karakter dalam Buku Tunjuk Ajar
nilai moral, nilai agama, nilai budaya dan nilai- Melayu Karya Tenas Effendy” (Raihaninur,
nilai yang terdapat di dalam masyarakat yang 2019: 1-14). Penelitian ini menghasilkan
diungkapkan di dalam Tunjuk Ajar Melayu kesimpulan bahwa buku Tunjuk Ajar Melayu
karya Tennas Efendi. mengandung delapan butir nilai-nilai pendidikan
Tennas Effendy (2006:2) mengung- karakter yang dapat dijadikan sebagai acuan
kapkan bahwa orang tua-orang tua Melayu dalam pendidikan karakter di sekolah-sekolah.
mengingatkan, sebaik-baik manusia adalah Nilai-niai pendidikan karakter tersebut adalah:
mereka yang memiliki keseimbangan antara religius, jujur, tanggung jawab, mandiri, kerja
pengetahuan dan keimanan. Manusia yang keras, peduli sosial, peduli lingkungan dan
memiliki keseimbangan ini lazim disebut sahabat/komunikasi.
manusia “sempurna” atau “orang bertuah” Masih menurut (Raihaninur, 2019:
yang menjadi idaman setiap orang Melayu. 13), dari ke 8 nilai-nilai pendidikan karakter
Untuk mewujudkan manusia bertuah itu, orang tersebut, nilai religius merupakan nilai
Melayu mewariskan Tunjuk Ajar yang sarat terbanyak yang terdapat di dalam Tunjuk Ajar
dengan nilai-nilai luhur agama, budaya, dan Melayu. Hal disebabkan karena Melayu sangat
norma-norma sosial. erat kaitannya dengan agama Islam. Kehidupan
Tunjuk ajar Melayu memiliki penger- masyarakat Melayu adalah kehidupan yang
tian yaitu segala jenis petuah, petunjuk, nasihat, selalu berlandaskan kepada agama Islam.
amanah, pengajaran dan contoh teladan yang Pada penelitian ini, penulis tertarik
bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam arti untuk mengangkat “Nilai Kearifan Lokal
luas. Menurut orang tua-orang tua Melayu, dalam Tunjuk Ajar Melayu” karya Tenas
tunjuk ajar adalah segala petuah, amanah, suri Effendi (Effendy, 2012). Penelitian difokuskan
tauladan, dan nasihat yang membawa manusia pada Kesantunan dalam Pergaulan. Penelitian
ke jalan yang lurus dan diridhoi Allah, yang ini dirasakan perlu karena saat ini Tunjuk
berkahnya menyelamatkan manusia dalam Ajar Melayu sudah mulai diabaikan oleh
kehidupan di dunia dan akhirat (Tennas masyarakat Melayu Riau. Hal ini disebabkan
Effendy, 2006). oleh kemajuan zaman dan pengaruh budaya
Kedudukan Tunjuk Ajar Melayu luar yang begitu hebat menggempur budaya
sangat penting bagi orang Melayu karena lokal. Akibatnya Tunjuk Ajar Melayu seolah-
kandungannya mencerminkan nilai-nilai luhur olah hanya butir-butir kalimat yang terukir di
yang bisa dijadikan sebagai pedoman hidup dalam bukunya tanpa dihayati dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari. Tunjuk Ajar lagi oleh masyarakat pemiliknya.
Melayu disampaikan kepada setiap generasi Oleh sebab itulah, penelitian tentang
agar kehidupan masyarakat yang ada di bumi Tunjuk Ajar Melayu ini perlu dilakukan agar
Melayu ini lebih terarah kepada kehidupan kembali menghidupkan ruh dan nilai-nilai
yang lebih baik. Pesan moral yang terdapat di yang terkandung di dalam Tunjuk Ajar Melayu.
dalam Tunjuk Ajar Melayu meliputi berbagai Tunjuk Ajar Melayu perlu dilestarikan karena
aspek kehidupan manusia seperti pesan kepada Tunjuk Ajar Melayu memiliki banyak manfaat
guru, orang tua, anak-anak, lingkungan, bagi masyarakat, yakni sebagai filter untuk
masyarakat, dan pemimpin. Pesan-pesan moral menangkal arus globalisasi yang memporak
yang terkandung di dalam Tunjuk Ajar Melayu porandakan mentalitas masyarakat dan

Nilai Kearifan Lokal dalam Tunjuk Ajar Melayu Karya Tenas Effendi (Marlina)
203

berusaha memisahkan masyarakat dari nilai- Melayu. Lambat laun. Terwujudlah masyarakat
nilai agama serta budaya. yang berasal dari berbagai kaum, suku, dan
Tunjuk Ajar Melayu dalam konteks bangsa dengan latar budaya yang berbeda-beda.
menangkal budaya asing sangat terasa Untuk menyatukannya, diperlukan persamaan
manfaatnya karena perbedaan tradisi antara pandangan agar kemajemukan tersebut
budaya asing dengan budaya lokal. Budaya tidak menimbulkan perpecahan, bahkan
asing yang tidak kontekstual dengan adat sebaliknya bisa mendatangkan kerukunan dan
dan tradisi kemelayuan, dapat dengan mudah kesejahteraan.
diakses melalui berbagai teknologi informasi Salah satu alat pemersatu kemaje-
yang tersedia di mana pun, mulai dari ponsel, mukan adalah melalui kesantunan. Sebab
televisi, warnet, dan sebagainya. kesantunan dapat menimbulkan rasa saling
hormat menghormati, harga menghargai, yang
METODE akan menghadirkan rasa kebersamaan dan
Metode yang digunakan dalam persamaan. Puncaknya adalah terwujudnya rasa
penelitian ini adalah metode deskriptif “senasib sepenanggungan, seaib dan semalu”.
kualitatif. Ratna (2012: 47) mengemukakan Perpaduan inilah yang menjadi harapan setiap
bahwa penelitian kualitatif memberikan orang Melayu sehingga perbedaan latar suku
perhatian terhadap data alamiah, data dalam dan budaya menyatu dalam kebersamaan yang
hubungannya dengan konteks keberadaannya. rukun dan damai (Effendi, 2012: 85).
Metode kualitatif melibatkan sejumlah besar Tunjuk Ajar Melayu mengingatkan
gejala sosial yang relevan. Sesuai dengan bahwa pergaulan hakikatnya untuk
namanya, penelitian kualitatif mempertahankan mewujudkan hubungan baik antara sesama
nilai-nilai. Sementara untuk sumber datanya manusia, membangun silaturrahim yang saling
adalah karya, naskah, data penelitian dan hormat menghormati, harga menghargai, kasih
data formalnya adalah kata-kata, kalimat dan mengasihi, sehingga lahirlah masyarakat
wacana. dan bangsa yang aman dan damai dan rasa
Masih menurut Ratna (2012: 47-48), kekeluargaan yang padu. Beberapa nilai
ciri terpenting metode kualitatif adalah: (1) kearifan lokal yang terdapat di dalam Tunjuk
Memberikan perhatian utama pada makna Ajar Melayu diuraikan sebagai berikut.
dan pesan, sesuai dengan hakikat objek, yakni
sebagai studi kultural; (2) Lebih mengutamakan Niat yang Lurus dan Sifat yang Elok
proses dibandingkan dengan hasil penelitian Adat orang dalam bergaul
sehingga makna selalu berubah; (3) Tidak Hatinya bersih berpalut iman
ada jarak antara subjek peneliti dengan objek Duduk beramai perangainya sopan
peneliti, subjek peneliti sebagai instrumen Di sanalah banyak beroleh teman
utama, sehingga terjadi interaksi langsung
antara keduanya; (4) Desain dan kerangka Pergaulan yang baik harus dilandasi
penelitian bersifat sementara sebab penelitian niat yang baik juga. Niat yang baik berpangkal
bersifat terbuka; (5) Penelitian bersifat alamiah, pada hati, jika hati bersih maka apa yang akan
terjadi dalam konteks sosial budaya masing- dilakukan juga akan menjadi bersih (baik). Hati
masing. yang bersih disebabkan karena memiliki iman
yang kuat. Setelah membersihkan hati dan
HASIL DAN PEMBAHASAN meluruskan niat maka bersikap dan berperilaku
Masyarakat Melayu adalah masya- baik juga agar mendapatkan banyak teman.
rakat majemuk dengan kebudayaannya yang Seseorang yang memiliki sifat dan perilaku
majemuk juga. Masyarakat Melayu memiliki yang baik akan disenangi oleh banyak orang.
budaya terbuka sehingga bumi Melayu Kemana pergi orang akan senang dan mau
ramai dikunjungi orang, sebagian menetap menerima dengan tangan terbuka.
dan berbaur ataupun menyatu dengan orang

diksi Volume 28, Nomor 2, September 2020


204

Wahai saudara dengar nasihat baik. Selain itu, jika ingin hubungan dengan
Bergaul itu mencari sahabat orang sekitar menjadi baik dan harmonis, kita
Kiranya jangan berniat jahat juga harus memperhatikan budaya dan adat
Supaya hidup beroleh rahmat istiadat yang ada di daerah Melayu. Dengan
menjunjung adat istiadat yang ada di negeri
Selain itu, dalam tunjuk ajar Melayu Melayu ini maka secara tidak langsung hal itu
juga dinasihatkan agar dalam pergaulan jangan akan menuntun sikap dan perilaku seseorang
memiliki niat yang jahat kepada orang lain. dalam bergaul. Sikap dan perilakunya akan
Apalagi jika bersikap jahat. Niat dan sikap menjadi elok. Dengan kata lain, adat istiadat
yang jahat akan membuat hidup tidak baik. Jika bisa menuntun bisa menuntun masyarakat
ingin hidup berkah dan mendapatkan rahmat, pemiliknya menjadi pribadi yang baik dan
maka selalulah berbuat baik kepada orang- berakhlak yang mulia.
orang di sekeliling kita. Sebab dalam ajaran Hal lain yang juga perlu diperhatikan
agama, apa yang kita lakukan pada orang lain, dalam bergaul adalah agar kita bisa mengerti
semua itu akan berbalik kepada kita. Jika kita dan memahami sikap dan perilaku orang-orang
berbuat jahat, maka hal buruk juga yang akan di sekitar kita. Apa yang mereka inginkan
menimpa kita. Sebaliknya jika kita melakukan dan apa yang tidak mereka inginkan. Jika
hal-hal baik kepada orang lain, maka kebaikan seseorang bisa memahami kehendak orang-
juga yang akan kepada kita. orang di sekitarnya, maka pergaulan akan
terjalin dengan harmonis. Keharmonisan dalam
Bergaul jangan sampai mencari musuh. pergaulan akan mendatangkan hikmah dan
Cara agar bisa diterima dalam pergaulan dan manfaat bagi masyarakat yang ada di dalam
mendapatkan teman adalah dengan selalu lingkungan pergaulan tersebut.
bersikap sopan dan santun. Sikap sopan dan
santun akan mendatangkan rasa senang dan Pandai-Pandai Membawa Diri
simpati dari orang-orang di sekeliling kita. Pandai-pandai membawa diri
Dengan sikap sopan dan santun juga, seseorang maksudnya adalah bersikap dan berperilaku
akan menjadi mulia. baik dalam pergaulan. Orang Melayu memiliki
budaya yang santun dalam pergaulan dengan
Wahai segala kaum kerabat teman, saudara, tetangga dan orang-orang
Bergaul itu luruskan niat disekitarnya. Kutipan Tunjuk Ajar Melayu
Jagalah diri pelihara tabi’at mengajarkan agar dalam bergaul pandai-
Kemana pergi banyak sahabat pandailah membawa diri. Seperti kutipan di
bawah ini.
Tempatkan Diri pada yang Serasi
Adat bergaul pada yang ramai Wahai segala sahabat handai
Tempatkan diri pada yang sesuai Bergaullah dengan elok perangai
Adat dijunjung lembaga dipakai Supaya hidup rukun dan damai
Supaya Nampak elok perangai Saudara banyak sahabatpun ramai

Adat bergaul dalam masyarakat Budaya Melayu mengajarkan agar


Tempatkan diri pada yang tepat dalam bergaul seseorang harus memperhatikan
Arif membaca tanda isyarat sifat dan sikapnya kepada orang lain. Budi
Bijak menengok kemahuan ummat yang baik dan perangai yang elok menjadi
Supaya langkah tidak terdedat modal utama dalam menciptakan hidup damai
Supaya pergaulan membawa manfaat dan rukun dalam masyarakat. Selain itu,
dengan kebaikan budi dan keelokkan perangai,
Agar dapat diterima di dalam pergaulan, seseorang akan disenangi banyak orang dan
seseorang harus bisa menempatkan diri dengan akan memiliki banyak sahabat.

Nilai Kearifan Lokal dalam Tunjuk Ajar Melayu Karya Tenas Effendi (Marlina)
205

Wahai saudara ingatlah pesan yang tersinggung karena ucapan dan sikap
Niatkan bergaul mencari teman seseorang, maka bisa terpicu pertikaian antara
Tunjukkan sikap santun dan sopan kedua orang tersebut. Pertikaian ini bisanya
Supaya hidup beroleh kemuliaan juga dapat memicu pertikaian yang lebih luas.
Sering terjadi pertikaian dan perkelahian antar
Wahai saudara dengar amanah kampung hanya karena ucapan satu orang.
Dalam bergaul peliharalah lidah Disebabkan rasa tersinggung lalu yang lain
Dalam berkawan jagalah tingkah merasa ingin membantu atau membela, maka
Orang suka sahabat bertambah timbullah pertikaian dan kerusuhan.

Amanah berikutnya adalah agar Pesan berikutnya yang terdapat di


seseorang selalu menjaga ucapan yang ke luar dalam tunjuk ajar Melayu adalah agar dalam
dari mulutnya. Jangan sampai ucapan kita bergaul seseorang memiliki niat yang baik,
menyinggung perasaan orang lain. Pepatah yakni untuk mendapatkan teman. Jangan sampai
mengatakan, lidah terkadang lebih tajam dari bergaul untuk mencari musuh. Cara agar bisa
sebilah pedang. Disebabkan ucapan, orang bisa diterima dalam pergaulan dan mendapatkan
berkelahi dan bermusuhan. Jika ucapan tidak teman adalah dengan selalu bersikap sopan
dijaga maka akan menimbulkan perpecahan dan santun. Sikap sopan dan santun akan
dan kekacauan. Selain menjaga ucapan, tingkah mendatangkan rasa senang dan simpati dari
laku juga harus dijaga agar selalu baik. Apabila orang-orang di sekeliling kita. Dengan sikap
ucapan dan tingkah laku telah dijaga, maka sopan dan santun juga, seseorang akan menjadi
orang-orang akan menyukai kita. Kita akan mulia.
memiliki banyak teman dan sahabat. Hidup
akan terasa lebih bermakna jika memiliki Wahai segala kaum kerabat
banyak teman dan sahabat. Bergaul itu luruskan niat
Jagalah diri pelihara tabi’at
Bila bergaul mencari musuh Kemana pergi banyak sahabat
Rumah tangga rusak kampung pun
rusuh Dalam bergaul juga harus menjaga diri
Bangsa berpecah negeri pun rubuh dan menjaga tabiat. Yakni menjaga sikap dan
Marwah tercampak, martabatpun perilaku dengan orang-orang di sekeliling kita.
runtuh Sikap dan perilaku kita jangan sampai membuat
orang marah dan tersinggung. Dalam ajaran
Apabila seseorang tidak pandai agama, semua ini disebut sebagai akhlak yang
bersikap dan berperilaku yang baik dalam mulia. Seseorang yang memiliki akhlak mulia
pergaulan, maka bisa mengakibatkan akan disukai oleh orang-orang di sekelilingnya
kehancuran dalam berumah tangga. Misalnya, dan tentu akan mendapatkan banyak teman dan
seorang istri atau suami tidak bersikap dan sahabat.
berperilaku baik kepada saudara dari suami
atau istri, maka timbul permusuhuhan. Berawal Arif Menimbang Bijak Menenggang
dari permusuhan dengan keluarga suami atau Pergaulan memerlukan kearifan untuk
istri, rumah tangga akan terancam. Hubungan menjaga dan menenggang perasaan orang
tidak baik dengan keluarga suami atau istri lain, menjaga hati orang dan memahami isi
tentu akan berdampak tidak baik juga ke dalam hatinya. Hubungan pergaulan dengan orang
rumah tangga. lain akan berjalan dengan baik jika kita bisa
menjaga perasaan orang lain agar tidak tidak
Selain itu, sikap dan perilaku yang tersinggung. Selain itu, hubungan dengan
tidak baik dalam pergaulan bisa membuat rusuh orang lain juga akan berlangsung dengan baik
kampung yang ditempati. Apabila ada orang jika kita tidak membuat aib dan malu, tidak

diksi Volume 28, Nomor 2, September 2020


206

membangkitkan ketidaksenangan apalagi Rela Berkorban Mau Mengalah


kemarahan orang lain. Rela berkorban jadikan sifat
Supaya bergaul banyak sahabat
Adat bergaul yang kita pegang Kerugian diri jangan diingat
Arif menimbang bijak menenggang Supaya yang jauh menjadi dekat
Bercakap jangan sembarang-barang Supaya yang renggang menjadi rapat
Berbuat jangan menyinggung orang Hidup beramai manfaatnya dapat
Jangan melanggar pantang dan Orang sayang banyaklah berkat
larang
Jangan berbuat sewenang-wenang Adat bergaul mahu mengalah
Jangan mengaib memalukan orang Berlapang dada menjauhi masalah
Jangan bergaya lagak temberang Berserah diri kepada Allah
Supaya bergaul semuanya senang Supaya bergaul membawa berkah
Hidup beramai terasa lapang
Tunjuk ajar Melayu juga mengajarkan
Banyak hal yang diajarkan di dalam tentang adat dalam bergaul, yakni tidak menang
Tunjuk Ajar Melayu. Bahwa dalam bergaul sendiri dan mau mengalah. Hal ini sesuai
kita harus bijak menimbang dan menenggang. dengan budaya Melayu dan juga dengan budaya
Kita tidak boleh berbicara sembarangan yang bangsa Indonesia. Sebab dalam butir-butir
bisa menyinggung perasaan orang lain. Budaya Pancasila terdapat tentang tenggang rasa dan
Melayu sangat memperhatikan tentang hal ini, tepa selera. Tenggang rasa dan tepa selera akan
yaitu dalam menjaga perasaan orang lain. membuat kehidupan bermasyarakat menjadi
Begitu juga dengan pantang larang. tentram dan damai. Selain itu, adab dalam
Setaip daerah di nusantara ini tentu memiliki bergaul adalah berlapang dada dan menjauhi
pantang dan larang yang harus diketahui masalah. Sabar dalam menghadapi persoalan
oleh masyarakatnya. Tunjuk Ajar Melayu kehidupan yang menimpa diri kita serta sabar
mengingatkan agar kita, masyarakat Melayu, dalam menghadapi sikap dan perilaku teman,
jangan sampai melanggar pantang larang sahabat, maupun sanak saudara. Sebab setiap
yang terdapat di bumi Melayu. Apa yang tidak orang memiliki sifat dan perilaku yang berbeda.
dibolehkan, jangan dilakukan. Sebab sesuatu Tidak tertutup kemungkinan sikap dan perilaku
yang telah dipantangkan atau dilarang oleh teman atau sahabat kita itu tidak berkenan di
para orang tua kita dahulu tentulah karena ada hati. Akan tetapi kita harus menerima sikap
alasannya. dan perilaku teman atau sahabat kita itu dengan
Tunjuk Ajar Melayu juga mengajarkan sabar agar tidak timbul permasalahan dengan
agar seseorang bisa menjaga aib dan malu mereka.
saudara-saudaranya. Kita dilarang untuk Tunjuk ajar Melayu juga mengingatkan
membuka aib orang lain. Sebab membuka aib agar kita sebagai hamba Allah menyerahkan
saudara kita sama juga dengan membuka aib diri dan memasrahkan diri hanya kepada Allah
sendiri. Hal ini sama dengan yang diajarkan di semata. Dengan menghadirkan Allah dalam
dalam agama Islam. setiap urusan hidup kita, maka semua akan
Jika beberapa hal tersebut bisa menjadi berkah dan bermakna. Begitu juga
dilakukan, maka kehidupan bermasyarakat dalam persahabatan dan pergaulan dengan
akan menjadi tenang dan damai. Akan terjalin sesama manusia. Bergaul dan bersahabatlah
hubungan yang baik satu dengan yang lainnya. karena Allah agar persahabatan tersebut
Semua akan merasa senang dan bahagia, karena membawa berkah.
tidak akan timbul masalah dalam pergaulan
sehari-hari. Hidup bersama itu akan terasa Rendahkan Hati
indah dan lapang. Elok bergaul merendahkan hati
Jauhkan sifat tinggi meninggi

Nilai Kearifan Lokal dalam Tunjuk Ajar Melayu Karya Tenas Effendi (Marlina)
207

Berlagak sombong jangan sekali disebut dengan tetangga. Tetangga merupakan


Supaya bergaul tidak terkeji orang terdekat yang selalu berhubungan dengan
kita dalam kehidupan sehari-hari. Tetangga
Hal berikutnya yang diajarkan dalam juga yang akan selalu ada jika kita memerlukan
Tunjuk Ajar Melayu adalah agar dalam bergaul bantuan dan pertolongan. Tetangga akan
bisa bersikap merendahkan hati. Kita tidak menjadi orang pertama yang hadir jika kita
boleh bersikap sombong dengan apa yang ditimpa musibah atau kemalangan. Oleh sebab
dimiliki, karena tidak ada orang yang suka itu, kita memang dianjurkan untuk bersikap
dengan teman yang sombong. Akan tetapi, dan berhubungan baik dengan para tetangga.
jika kita rendah hati, banyak orang yang Seperti yang terdapat di dalam Tunjuk Ajar
akan menyukai kita. Banyak orang yang akan Melayu berikut ini.
nyaman berteman dan bersahabat dengan kita.
Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga Dengan tetangga baikkan laku
hati. Agar tidak sombong dan tinggi hati. Sikap Sakit senang bantu membantu
sombong merupakan penyakit yang akan Tetangga datang bukakan pintu
mengotori pergaulan dan persahabatan. Bertegur sapa janganlah jemu

Berendah hati banyak manfaat Adab bertetangga tidak hanya diatur


Dalam bergaul orang kan hormat dalam agama, tetapi dalam budaya Melayu
Saudara suka sahabat mendekat juga menjadi perhatian penting. Dari kutipan
Hidup beramai semakin erat Tunjuk Ajar Melayu di atas, kita diharapkan
Manfaatnya dapat dunia akhirat untuk bersikap baik pada tetangga. Saudara
terdekat adalah tetangga. Jika kita sakit atau
Tunjuk Ajar Melayu mengajarkan agar mendapatkan kemalangan, maka yang akan
kita menjadi orang yang rendah hati. Orang lebih duluan tahu dan datang membantu tentulah
yang rendah hati akan disukai oleh orang lain. tetangga di kiri dan kanan kita. Begitu juga
Orang akan lebih hormat kepada orang yang untuk hal-hal suka ria, tetangga terdekat juga
memiliki sifat rendah hati. Sebaliknya orang yang akan lebih duluan membantu. Oleh sebab
sangat membenci orang yang bersifat sombong itu, kita harus bersikap baik kepada tetangga.
dan angkuh. Jika kita rendah hati, maka akan Susah dan senang harus saling membantu.
banyak sahabat yang akan mendekat kepada Apabila tetangga datang bertamu ke rumah, kita
kita. hubungan dengan orang-orang di sekitar harus menyambutnya dengan baik dan ramah.
akan menjadi harmonis. Allah juga sangat Jangan pernah bosan bertegur sapa dengan
menyukai orang yang rendah hati. Di dalam tetangga. Kita harus selalu menjaga silaturahmi
Alquran dikatakan tidak akan masuk surga dan hubungan baik dengan mereka.
orang yang di dadanya terdapat sifat sombong.
Oleh sebab itu, berhati-hatilah terhadap sifat Dengan jiran beramah tamah
tercela yang satu ini. Jangan sekali fitnah menfitnah
Bisa dikatakan, sifat rendah hati Jangan berkira senang dan susah
memiliki manfaat dunia dan akhirat. Agar Salah sedikit jangan berbantah
kita bisa memiliki sifat rendah hati, maka
janganlah merasa kita yang paling hebat. Selain bersikap baik dan ramah
Jangan meremehkan dan menganggap rendah tamah kepada tetangga, hal yang paling tidak
orang lain. dibolehkan dalam bertetangga adalah saling
menfitnah. Fitnah dan adu domba akan merusak
Menjaga Hubungan Baik dengan Tetangga hubungan dengan para tetangga. Oleh sebab itu,
Tidak dapat dipungkiri, kita hidup seperti yang telah diungkapkan sebelumnya,
dalam keompok-kelompok masyarakat yang kita harus menjaga ucapan dan lisan dengan
baik. Agar tidak ada yang tersinggung oleh

diksi Volume 28, Nomor 2, September 2020


208

ucapan kita. Sekali saja orang tersinggung oleh makhluk sosial yang saling membutuhkan satu
ucapan kita, maka akan sulit untuk mengambil sama lain. Jika tetangga kesusahan, kita harus
hati mereka kembali. Hubungan yang terlanjur siap membantu. Sebab jika kita kesusahan tentu
memburuk akibat ucapan yang tidak baik akan tetangga juga yang akan datang membantu.
sulit diperbaiki lagi.
SIMPULAN
Dengan tetangga maaf memaafkan Tunjuk Ajar Melayu mengandung
Kesalahan kecil jangan dibesarkan nilai-nilai kearifan lokal negeri Melayu.
Aib dan malu jangan didedahkan Nasihat, petuah, dan budaya yang terkandung di
Kelemahan orang jangan dalamnya bisa dijadikan sebagai rambu-rambu
disingkapkan dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat,
baik di bumi Melayu maupun di negeri orang.
Kehidupan bertetangga diatur dengan Oleh sebab itu, Tunjuk Ajar Melayu dapat
baik di dalam ajaran agama Islam, begitu juga dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi
di dalam adat istiadat dan budaya Melayu. siswa dan pelajar di sekolah. Hal ini bisa
Tidak bisa dipungkiri, saudara terdekat kita dilakukan dengan memasukkan Tunjuk Ajar
adalah tetangga. Ketika seseorang berada dalam Melayu sebagai salah satu materi muatan lokal
kondisi senang, bahagia, sulit, menderita sakit di SD, SMP dan SMA.
ataupun kemalangan, tetangga terdekatlah Berdasarkan penjabaran hasil analisis
yang lebih dulu tahu. Tetangga juga yang dapat disimpulkan bahwa Tunjuk Ajar Melayu
akan lebih dulu datang membantu. Oleh sebab yang memberikan petunjuk tentang kesantunan
itu, kita diajarkan untuk berbuat baik kepada dalam pergaulan memiliki beberapa nilai
tetangga, saling maaf memaafkan jika ada kearifan lokal Melayu, di antaranya yaitu: 1)
salah dan kilaf. Luruskan niat dan elokkan sifat, 2) tempatkan
Satu hal yang tidak boleh dilakukan diri pada yang serasi, 3) Pandai-pandai
adalah saling membuka aib atau mengungkapkan membawa diri, 4) Arif menimbang, bijak
kesalahan dan kekurangan tetangga. Sebagai menenggang, 5) Rela berkorban dan mau
seorang manusia, tetangga tentu tidak luput dari mengalah, 6) Rendahkan hati, 7) Menjaga
kesalahan dan kekilafan. Janganlah kesalahan hubungan baik dengan tetangga.
tetangga menjadikan alasa permusuhan dan Nilai kearifan lokal yang terkandung
menimbulkan benci dan dendam. Apapun di dalam Tunjuk Ajar Melayu memberikan
kelemahan tetangga sebaiknya disimpan sendiri, petunjuk kepada masyarakat Melayu dalam
jangan diungkapkan kepada orang lain. Sebab hal bersikap, bergaul, dan bermasyarakat.
Islam mengajarkan, membuka aib saudara kita Tunjuk Ajar melayu mengajarkan tentang
sama dengan membuka aib sendiri. Sementara kesopanan, beradat, tahu malu, sadar diri,
tetangga adalah saudara terdekat kita. cukup ajar, berbudi pekerti, berbudi bahasa.
Hal inilah yang harus diajarkan kepada anak-
Dengan tetangga berunjuk beri anak semenjak mereka kecil, dengan harapan
Jangan mementingkan diri sendiri akan mereka gunakan sampai mereka dewasa,
Mana yang hilang sama dicari hingga akhir hayat mereka.
Mana yang susah sama disantuni Penanaman nilai kesantunan ke dalam
diri anak-anak tentu harus melalui proses
Kutipan tunjuk ajar Melayu di atas pendidikan dan pembelajaran yang panjang
mengingatkan agar dalam hidup bertetangga yang dimulai sejak dini sampai sepanjang
saling memberi dan menerima. Bagi siapa hayatnya. Kearifan orang Melayu untuk
yang memiliki kelebihan harta, maka mengekalkan kesopan santunan, melahirkan
berbagilah dengan para tetangga. Dalam hidup butir-butir tunjuk ajar yang sarat makna dan
bermasyarakat, kita tidak bisa mementingkan dapat dijadikan pegangan dan arahan dalam
diri sendiri. Oleh karena manusia adalah mendidik dan mengajar anak-anak.

Nilai Kearifan Lokal dalam Tunjuk Ajar Melayu Karya Tenas Effendi (Marlina)
209

DAFTAR PUSTAKA Saddhono, K. (2017). Membangun Kearifan


Aji, M. S. (2019). Kearifan Lokal dalam Lokal Melalui Karya Sastra dan
Novel Dawuk Karya Mahfud Ikhwan Budaya Daerah (Jawa). In Seminar
serta Relevansinya sebagai Materi Nasional Bahasa dan Budaya (hal.
Pembelajaran Sastra di SMA. 8–17). Denpasar: Jurusan Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Bahasa dan Sastra Agama, Fakultas
Disi, L. (2018). Pembelajaran Bahasa dan Dharma Acarya, Institut Hindu Dharma
Sastra Berbasis Kearifan Lokal sebagai Negeri Denpasar.
Upaya Optimalisasi Pendidikan Sultoni, A. (2015). Pembelajaran Sastra
Karakter Menuju Dunia Global. Jurnal Berbasis Kearifan Lokal sebagai Upaya
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Optimalisasi Pendidikan Karakter
Indonesia, 8, 1–9. Kebangsaan Menuju Masyarakat
Effendy, T. (2006). Tunjuk Ajar Melayu. Ekonomi Asean (MEA). In Seminar
Yogyakarta: Balai Kajian dan Nasional Pendidikan Bahasa Indonesia
Pengembangan Budaya Melayu. (hal. 229–236).
Effendy, T. (2012). Kesantunan dan Semangat WS, H. (2015). Lokal dalam Tradisi Lisan
Melayu. Malaysia: Akademi Pengajian Kepercayaan Rakyat Ungkapan
Melayu Universiti Malaya. Larangan tentang Kehamilan, Masa
Fawziah. (2017). Nilai Karakter dan Nilai Bayi, dan Kanak-Kanak Masyarakat
Kearifan Lokal dalam Karya Sastra: Minangkabau Wilayah Adat Luhak
Apresiasi Sastra dalam Kumpulan Nan Tigo. Kembara, Vol 1, 198–204.
Cerpen Bertanya Kerbau pada Pedati. Diambil dari http://ejournal.umm.
Andragogi Jurnal Diklat Teknis, V, ac.id/index.php/kembara/index
95–115.
Herlina. (2014). Nilai Kearifan Lokal dalam
Novel Negeri Sapati Karya Laode. M.
Insan Sebagai Pendukung Pelaksanaan
Pendidikan Karakter. Jurnal
Pendidikan Bahasa, V0l 3, 201–210.
Raihaninur, S. dkk. (2019). Analisis Nilai-
Nilai Pendidikan Karakter dalam
Buku Tunjuk Ajar Melayu Karya
Tenas Effendy. JOM FKIP UNRI, Vol
6, 1–14.

diksi Volume 28, Nomor 2, September 2020

Anda mungkin juga menyukai