Merusak Kesusilaan Di Depan Umum
Merusak Kesusilaan Di Depan Umum
2/Mar/EK/2021
MERUSAK KESUSILAAN DI DEPAN UMUM dua tahun delapan bulan atau pidana denda
SEBAGAI DELIK SUSILA BERDASARKAN PASAL paling banyak empat ribu lima ratus rupiah:
281 KUHP1 1. Barang siapa dengan sengaja merusak
Oleh: Gabriela Pretty Wowiling2 kesusilaan didepan umum.
Olga A. Pangkerego3 2. Barangsiapa dengan sengaja merusak
Christine S. Tooy4 kesusilaan dimuka orang lain yang hadir
tidak dengan kemauannya sendiri. 5
ABSTRAK Pasal 281 KUHP diatur oleh pembentuk
Tujuan dilakukannya penelitian yakni untuk undang – undang untuk melindungi perbuatan
mengetahui bagaimana cakupan perbuatan dengan sengaja merusak kesusilaan didepan
merusak kesusilaan dalam masyarakat umum atau dengan sengaja merusak kesusilaan
Indonesia dan bagaimana perbuatan merusak didipan orang lain yang hadir tidak dengan
kesusilaan didasarkan Pasal 281 KUHP sebagai kemauannya sendiri. Namun kenyataannya
delik susila, di mana dengan menggunakan sekalipun perbuatan ini telah diatur untuk tidak
metode penelitian hukum normatif disimpulkan dilakukan dan diancam dengan pidana tetapi
bahwa: 1. Perbuatan merusak kesusilaan dalam sering terjadi dalam masyarakat,misalnya
masyarakat Indonesia adalah setiap perbuatan sepasang muda – mudi yang berciuman dengan
yang berhubungan dengan kelamin atau bagian mesra ditepi pantai yang banyak
badan tertentu lainnya yang pada umumnya pengunjungnya. Dari uraian diatas telah
dapat menimbulkan perasaan malu, jijik atau mendorong penulis untuk menulis skripsi ini
terangsangnya nafsu antara pria dan wanita dengan judul : Merusak Kesusilaan Di Depan
untuk memuaskan nafsu birahi yang dilakukan Umum Sebagai Delik Susila Berdasarkan Pasal
didepan umum dan oleh umum dipandang 281 KUHP.
sebagai perbuatan yang keterlaluan, karena
telah membuat orang yang melihatnya B. Perumusan Masalah
tersinggung perasaannya. 2. Cakupan 1. Bagaimana cakupan perbuatan merusak
perbuatan merusak kesusilaan didepan umum kesusilaan dalam masyarakat Indonesia?
sebagai delik susila berdasarkan Pasal 281 2. Bagaimana perbuatan merusak
KUHP adalah : perbuatan merusak kesusilaan kesusilaan didasarkan Pasal 281 KUHP
didepan umum dan merusak kesusilaan sebagai delik susila?
didepan orang lain yang ada ditempat itu
bertentangan dengan kehendaknya Termasuk C. Metode Penelitian
perbuatan – perbuatan yang tidak dilarang Penelitian ini merupakan penelitian
apabila tidak dilakukan dimuka umum, dan normatif, yaitu dengan melihat hukum sebagai
setiap perbuatan yang meskipun tidak kaidah (norma).
dilakukan dimuka umum, tetapi dihadiri oleh
orang lain diluar kemaunnya. PEMBAHASAN
Kata kunci: delik susila; merusak kesusilaan; A. Perbuatan Merusak Kesusilaan
pasal 281; Merusak kesusilaan telah ditentukan sebagai
delik dalam Kitab Undang-Undang Hukum
PENDAHULUAN Pidana yakni dalam buku Il titel XIV tentang
A. Latar Belakang Masalah kejahatan-kejahatan terhadap kesusilaan dan di
Melanggar kesusilaan didepan umum atau dalam buku III titel VI tentang pelanggaran-
dimuka orang lain tidak dengan kemauan pelanggaran terhadap kesusilaan, namun tidak
sendiri diatur dalam Pasal 281 Kitab Undang – diberikan penjelasan apa sebenarnya yang
Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagai berikut: dimaksud dengan merusak atau melanggar.
Diancam dengan pidana penjara paling lama Merusak kesusilaan adalah perbuatan yang
melanggar kesopanan dibidang kesusilaan yang
1
harus, berhubungan dengan kelamin dan /atau
Artikel Skripsi
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM :
bagian badan tertentu lainnya yang pada
17071101467
3 Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum 5 R.Sugandhi, KUHP dan Penjelasannya, Usaha Nasional,
4 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum Surabaya, 2008, hlm 295.
109
Lex Crimen Vol. X/No. 2/Mar/EK/2021
umumnya dapat menimbulkan perasaan malu, melihat mereka tidak tersentuh atau
perasaan jijik atau terangsangnya nafsu birahi tersinggung atau dengan kata lain bahwa
orang lain.6 perbuatan tersebut bukanlah perbuatan yang
Perbuatan yang merusak kesusilaan adalah melanggar kesusilaan. Akan tetapi rasa susila
perbuatan yang dapat melanggar perasaan akan tersebut atau tersinggung apabila
orang lain. Bahwa perbuatan merusakan seseorang berjalan-jalan di jalan raya dengan
kesopanan meliputi juga perbuatan-perbuatan pakaian mandi itu. Dengan kata lain berjalan-
yang tidak dilarang apabila dilakukan tidak jalan di jalan raya dengan pakaian mandi
dimuka umum, disamping setiap perbuatan merupakan delik melanggar kesusilaan karena
yang meskipun tidak dilakukan dimuka umum". telah menyentuh atau merusak rasa susila.
7
Kesusilaan yang dirusak ini menurut M.
Kesusilaan mengenai juga adat kebiasaan Sudrajat Bassar yakni apa yang dirasakan
yang baik itu, tetapi khusus yang sedikit banyak sebagai kesusilaan oleh segenap orang biasa
mengenai kelamin (seks) seseorang”. dalam suatu masyarakat tertentu. Jadi yang
Sedangkan 'melanggar' karena sifat tiap tindak tersinggung adalah rasa susila dari kita semua.9
pidana, baik kejahatan maupun pelanggaran R. Soesilo mengatakan bahwa: “Kesopanan
adalah “Melanggar norma-norma hukum.8 disini dalam arti kata 'kesusilaan' (zeden
Kesusilaan yang dirusak ini sebenarnya apa eerbaarheid), perasaan malu yang
yang dirusakan sebagai kesusilaan oleh segenap berhubungan dengan nafsu kelamin misalnya
orang biasa dalam suatu masyarakat tertentu, bersetubuh, meraba buah dada wanita, meraba
maka dapat dikatakan bahwa yang tersinggung tampat kemaluan wanita, memperlihatkan
atau yang dilanggar adalah rasa susila dari kita anggota kemaluan wanita atau pria, mencium
semua. dsb.10
Dan sebenarnya rasa susila ini kebanyakan Pengrusakan kesopanan ini semuanya
justru tersinggung karena perbuatan yang dilakukan dengan perbuatan dan tidak dapat
melanggar adat kebiasaan yang baik, itu oleh dilakukan hanya dengan perbuatan perkataan,
yang bersangkutan dilakukan dimuka umum walaupun perbuatan-perbuatan itu telah
atau dengan dihadiri oleh orang lain tanpa dikatakan di muka umum.
kemauannya. Setiap perbuatan yang termasuk dalam
Misalnya orang telanjang bulat dikamar pengertian hubungan seksual antara pria dan
mandi tentu perbuatan ini sama sekali tidak wanita, yang dilakukan membangkitkan atau
menyentuh atau menyinggung rasa susila.akan memuaskan nafsu birahi, yakni karena telah
tetapi sudah berbeda apabila ada orang dilakukan didepan umum, oleh umum telah
telanjang bulat dikamar tidur. Apalagi apabila membuat orang lain melihatnya menjadi
ada orang telanjang bulat di ruang makan, rasa mempunyai perasaan malu atau mempunyai
susila kini mulai tersentuh atau tersinggung, perasaan tidak senang.11
dan akan lebih tertusuk lagi apabila orang Menurut penulis perbuatan merusak
telanjang bulat itu ada di ruang tamu, dan akan kesusilaan adalah setiap perbuatan seksual
sama sekali dirusak apabila orang telanjang antara pria dan wanita, sepanjang telah
bulat itu berjalan di jalan raya. dilakukan untuk membangkitkan atau
Akan tetapi berbeda apabila di tempat memuaskan nafsu birahi, oteh-kaerena
pemandian umum, seperti kolanm renang, perbuatan tersbut telah dilakukan di depan
dipantai, di pegunungan atau di halaman suatu umum, dan oleh umum telah dipandang
bak besar, orang-orang mandi disitu semua sebagai suatu perbuatan yang keterlaluan
'hampir' telanjang bulat dengan memakai karena telah membuat orang lain yang
pakaian mandi, namun rasa susila orang yang
9 M. Sudrajat Bassar, Tindak-tindak Pidana Tertentu Di
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Remaja
6 S.R. Sianturi, Tindak Pidana di KUHP, Alumni AHM-PTHM, Karya, Bandung, 2004, hlm. 162
Jakarta, 1983, hlm 258 10 R. Soesilo, Kitab Undang – Undang Hukum Pidana
7 H.A.K. Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus, (KUHP) Serta Komentar – Komentarnya Lengkap Pasal
Alumni, Bandung, 2001, hlm. 212 Demi Pasal, Politea, Bogor, 2008, hlm 204
8 Wirjono Prodjodikoro, Tindak – tindak Pidana Tertentu di 11 P.A.F. Lamintang, Delik-Delik Khusus, Mandar Maju,
110
Lex Crimen Vol. X/No. 2/Mar/EK/2021
111
Lex Crimen Vol. X/No. 2/Mar/EK/2021
16 Ibid, hlm.116
17 R. Sugandhi, Op – Cit , hlm. 295. 18 S.R. Sianturi, Op – Cit, hlm.257
112
Lex Crimen Vol. X/No. 2/Mar/EK/2021
tempat umum ataupun bahwa orang lain Mengenai pengertian dari unsur "terbuka"
yang hadir disitu. Apakah di semak-semak atau "di depan umum" oleh Hoge Raad dalam
pantai, di kuburan/pemakaman, di taman putusannya tanggal 12 Mei 1902
bunga, di hutan, di suatu bangunan kosong, dipertimbangkan bahwa: "Perbuatan
dan lain sebagainya disebut sebagai terbuka melanggar susila di depan umum itu, bukan saja
atau di tempat umum, tidak diisyaratkan perbuatan yang dilakukan di suatu tempat yang
diketahui oleh si petindak, yang penting dapat dikunjungi oleh setiap orang, melainkan
ialah apakah umum dapat juga perbuatan yang dapat dilihat dari tempat
melihat/mendengar dari tempat lain ke umum, walaupun tidak dilakukan di tempat
tempat itu atau apakah umum dapat datang umum.
ke tempat itu, dan kemudian dalam rangka Berdasarkan pertimbangan daiam putusan
penerapan pasal ini apakah ada orang lain Hoge Raad yang dikutip diatas, maka
tersebut tersinggung perasaan malunya, pengertian "terbuka" atau "di muka umum"
timbul rasa jijiknya atau terangsang mencakup:20
karenanya. Jadi pembuktian mengenai hal - tempat umum, yaitu di suatu tempat
ini ialah apakah "keterbukaan" itu sesuai yang dapat dikunjungi oleh setiap orang,
dengan kenyataan pada waktu itu. dan
Jadi yang harus dibuktikan untuk unsur - Di tempat yang bukan tempat umum
do/us ini ialah, apakah si petindak tetapi dapat dilihat dari suatu tempat
mengetahui bahwa ia telah melanggar umum.
kesusilaan, dengan perkataan lain apakah ia Dalam putusan Hoge Raad, 5 Oktober 1914,
menyadari bahwa dengan berbuat begitu dipertimbangkan bahwa: "Bukanlah merupakan
ada orang lain (secara terbuka atau perbuatan melanggar susila di depan umum,
perorangan tanpa kehendaknya) yang yaitu perbuatan yang hanya dapat dilihat dari
melihatnya dan kemudian tersinggung sebuah jendela rumah yang terletak di
perasaan malunya? Jika sama sekali ia tidak seberang jalan”.
mengetahuinya dan ia tidak berkehendak Terdakwa melakukan perbuatan itu di
melanggar kesusilaan, maka dia tidak telah rumahnya sendiri, jadi bukan suatu tempat
melakukan tindak pidana ini.'“ umum, sedangkan perbuatannya itu hanya
Uraian S.R Sianturi menunjukkan bahwa dapat dilihat oleh orang lain dari jendela
dalam praktek pengadilan, unsur “dengan sebuah rumah di seberang jalan, jadi tempat
sengaja” tidak mempengaruhi unsur terbuka darimana perbuatan itu dilihat juga bukan
(ppenhaar). Jadi pelaku tidak perlu mengetahui merupakan tempat umum. Dengan demikian,
bahwa ia telah melakukannya secara terbuka perbuatan terdakwa tidak memenuhi unsur
atau di depan umum. Ini dapat diterangkan terbuka atau di depan umum".
karena adanya kata “Gan” diantara unsur S.R. Sianturi menyatakan : 21
“Gengan sengaja” dengan unsur terbuka” .........yang dimaksud dengan terbuka atau
Hal tersebut pernah pula ditegaskan dalam secara terbuka (openbaar atau sama dengan
putusan Hoge Raad (Mahkamah Agung Negera openlijk) ialah di suatu tempat dimana
Belanda), tanggal 16 Februari 1925, dimana umum dapat mendatangi tempat itu atau di
dipertimbangkan bahwa: "Kesengajaan suatu tempat yang dapat dilihat, didengar
tersebut tidaklah ditujukan terhadap sifat atau disaksikan oleh umum (yang berada di
keterbukaan dari perbuatan melanggar susila tempat itu atau di tempat lainnya).
itu".19 Jadi perbuatan itu bukan hanya perbuatan
Unsur "dengan sengaja" Itu hanya yang dapat dilihat orang lain saja, melainkan
mempengaruhi unsur "melanggar kesusilaan”. juga mencakup perbuatan yang tidak dapat
Jadi, harus dibuktikan bahwa pelaku dilihat tetapi dapat didengar oleh orang lain di
mengetahui bahwa perbuatannya itu tempat umum.
merupakan suatu perbuatan yang melanggar Mengenai istilah terbuka di depan umum,
kesusilaan. beliau mengatakan sebagai berikut: "Di muka
20 Loc – it
19 P.A.F. Lamintang dan C.D. Samosir, Op – Cit, hlm.120 21 S.R. Sianturi, Op – Cit, hlm.258
113
Lex Crimen Vol. X/No. 2/Mar/EK/2021
umum berarti tidak hanya tempat yang terbuka yang pada umumnya dapat menimbulkan
untuk umum, melainkan juga meliputi tempat perasaan malu, perasaan jijik atau
yang perbuatannya disitu dapat dilihat dari terangsangnya nafsu birahi orang lain.
tempat umum seperti misalnya suatu serambi Kutipan-kutipan diatas menunjukkan bahwa
terbuka di bagian muka dari suatu rumah kesusilaan yang dimaksudkan dalam Pasal 281
pendiaman di tepi jalan raya”.22 KUHP adalah kesusilaan dalam arti kesopanan
Jadi istilah ‘in het openbaar’, yang dalam di bidang seksual.
bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Oleh S.R. Sianturi dikemukakan beberapa
'terbuka' atau 'di muka umum', tidak berarti contoh perbuatan yang termasuk dalam
bahwa suatu perbuatan harus dilakukan di cakupan Pasal 281 KUHP yaitu :24
tempat umum. Sudah cukup jika perbuatan itu a. Seseorang tanpa busana memperlihatkan
dapat dilihat dari tempat umum, misalnya diri di muka umum atau secara terbuka
seseorang melakukan suatu perbuatan di (disebut juga sebagai exhibitionisme):
halaman rumahnya sendiri tapi halaman b. Sepasang suami istri melakukan
rumahnya itu dapat dilihat dari jalan umum perbuatan cabul di muka umum:
yang berada di depan rumahnya. c. Sepasang muda-mudi berpeluk-pelukan
Mengenai pengertian unsur melanggar sedemikian rupa di muka umum sehingga
kesusilaan. J.M. Van Bammelen mengemukakan merangsang nafsu birahi bagi yang
mengenai latar belakang sjarahnya, sebagai melihatnya.
berikut: Suatu hal lainnya yang menjadi kenyataan,
Perkataan kehormatan kesusilaan dalam yaitu apakah masyarakat Indonesia yang amat
kitab undang-undang hanya bertalian beraneka ragam memiliki pandangan yang
dengan apa yang seharusnya mendapat tepat dan sama mengenai apa yang termasuk
penghargaan secara positif dalam bidang perbuatan melanggar kesusilaan dan yang
seksual dan merupakan terjemahan dari tidak? Untuk Itu dapat dikemukakan tulisan S.R.
perkataan Perancis “pudeur yang berarti Sianturi bahwa:25
kesopanan. Pelanggaran kehormatan Mengenai unsur bersifat melawan hukum
kesusilaan di muka umum ialah terjemahan dari tindakan ini, karena yang dianut adalah
dari "ourage public a la pudeur' dalam Pasal bersifat melawan hukum yang material,
330 Code Penal. Ini dapat ditafsirkan sebagai perlu selalu diikuti perkembangan kesadaran
"tidak ada kesopanan di bidang seksual". hukum masyarakat di bidang itu. Jika dahulu
Jadi sopan ialah tindakan atau tingkah laku, misalnya memperlihatkan bagian di atas
untuk apa seseorang tidak malu apabila lutut, atau berciumn di tempat umum
orang lain melihatnya atau sampai dianggap "saru", masa kini mengenakan
mengetahuinya, dan juga oleh karenanya pakaian renang ditempat-tempat
orang lain itu umumnya tidak akan permandian umum atau di pelabuhan
terperanjat apabila melihat atau sampai udara/laut banyak orang berciuman
mengetahuinya. Jadi itu adalah suatu perpisahan tidaklah dianggap "saru". Selain
pengertian obyektif untuk apa yang dari itu perlu pula diperhatikan kebiasaan
dianggap sebagai sopan sesuai dengan setempat, yang sudah “berkembang”
"perasaan malu yang normal menjadi kebiasaan di suatu daerah tertentu.
Oleh S. R. Sianturi diberikan penjelasan Demikianlah misalnya di suatu pancuran air
mengenai melanggar kesusilaan" ini sebagai di daerah Bali, muda mudi mandi bersama
berikut:23 tanpa ada busana adalah soal biasa. Bahkan
Yang dimaksud dengan melanggar jika ada diantara mereka yang menutup-
kesusilaan disini adalah perbuatan yang nutupi bagian badan tertentu justru
melanggar kesopanan di bidang kesusilaan dianggap janggal oleh masyarakat setempat.
yang (harus) berhubungan dengan kelamin Demikian juga konon beritanya di Pantai
dan/atau bagian badan tertentu lainnya Kuta Bali, banyak orang asing berjemur di
114
Lex Crimen Vol. X/No. 2/Mar/EK/2021
situ tanpa busana, sudah dipandang tidak Dihadiri orang lain di luar kemauannya
asing lagi, karena sudah "membiasa”. misalnya terjadi, apabila seorang berbuat
Kutipan tulisan S.R. Sianturi diatas asusila di dekat jendela terbuka, sehingga
menunjukkan bahwa apakah suatu perbuatan kelihatan oleh orang-orang tetangga. Kata
melanggar kesusilaan atau tidak, perlu 'hadir' berarti luas, yaitu meliputi semua
diperhatikan kebiasaan setempat. Hakim perlu perbuatan yang dapat nampak bagi orang yang
memperhatikan kebiasaan setempat di daerah 'hadir' itu, misalnya dari tempat perbuatan itu
dimana Pasal 281 KUHP itu hendak diterapkan. terpisah oleh suatu dinding kaca.
Penerimaan mengenai apakah suatu Dengan demikian, maka merusak kesusilaan
perbuatan melanggar kesusilaan, dapat meliputi juga perbuatan-perbuatan yang tidak
berbeda-beda antara satu tempat dengan dilarang apabila tidak dilakukan di muka umum,
tempat yang lain. S.R. Sianturi memberikan disamping setiap perbuatan yang meskipun
contoh, jika dahulu, misalnya memperlihatkan tidak dilakukan di muka umum tetapi dihadiri
bagian diatas lutut, atau berciuman di tempat oleh orang lain diluar kemauannya.
umum dianggap tabu, masa kini mengenakan R. Sugandhi mengatakan yang diancam
pakaian renang di tempat-tempat pemandian dengan hukuman alam pasal ini, misalnya: 27
umum tidaklah dianggap tabu. Masyarakat 1. Melakukan persetubuhan di tempat yang
yang tinggal di perkotaan cenderung lebih tidak semestinya demikian rupa,
longgar dalam hal kesusilaan daripada sehingga kelihatan oleh Orang-orang
masyarakat yang masih tinggal di desa-desa yang berlalu lintas di dekat tempat itu
dalam suasana tradisional. dan menimbulkan rasa malu dan rasa jijik
Secara yuridis, perlunya diperhatikan yang sangat pada mereka:
kebiasaan setempat sebab hukum pidana 2. Melakukan persetubuhan di dalam kamar
Indonesia menganut ajaran melawan hukum dengan jendela terbuka demikian rupa,
yang material, yaitu memperhatikan apakah sehingga kelihatan oleh tetangga yang
suatu perbuatan oleh masyarakat dipadang tinggal di dekat rumah itu dan
sebagai patut dipidana. Dengan adanya menimbulkan rasa malu dan jijik yang
perkembangan yang berbeda-beda antara satu sangat pada tetangga itu.
masyarakat dengan masyarakat lainnya di Jika ada suami istri bersetubuh, yang
Indonesia, maka kebiasaan setempat dilakukan sedemikian rupa sehingga terlihat
merupakan hal yang menentukan dalam dari tempat umum, maka Orang Itu berbuat
memutuskan apakah perbuatan itu melanggar salah melanggar pasal Ini, asal saja mereka
kesusilaan atau tidak. mengetahui bahwa perbuatan mereka Itu
Pasal 281 ayat (2) KUHP mengancamkan terjadi di muka umum, misalnya dengan
pidana terhadap barangsiapa yang dengan kesadaran membiarkan pintu jendela terbuka
sengaja dan di depan orang lain yang ada disitu sehingga perbuatan itu dapat dilihat dari
bertentangan dengan kehendaknya, melanggar tempat umum.
kesusilaan. Mengenai tindak pidana ini, diberikan
Perbedaan rumusan ayat (1) dengan ayat (2) contoh-contoh oleh S.R. Sianturi dalam
Pasai 281 KUHP adalah unsur 'terbuka' dari ayat kaitannya dengan tindak pidana dalam Pasal
(1) digantikan oleh unsur 'di depan orang lain 281 ayat (1) KUHP sebagai berikut: 28
yang ada di situ bertentangan dengan Beberapa tindakan yang dapat dipandang
kehendaknya'. sebagai memenuhi unsur-unsur tindak pidana
Sedangkan tentang istilah 'di depan orang antara lain dapat dituturkan sebagai berikut:
lain yang ada disitu bertentangan dengan Untuk butir ke-1
kehendaknya' atau yang oleh Wirjono a. Seseorang tanpa busana memperlihatkan
Prodjodikoro diterjemahkan sebagai 'dihadiri diri di muka umum atau secara terbuka
orang lain di luar kemauannya', dijelaskan (disebut juga sebagai exhibitionisme):
sebagai berikut:26 b. Sepasang suami istri melakukan
perbuatan cabul di muka umum:
115
Lex Crimen Vol. X/No. 2/Mar/EK/2021
116
Lex Crimen Vol. X/No. 2/Mar/EK/2021
117