Anda di halaman 1dari 555

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

(Konsep Dasar dan Implementasinya)

Koordinator :

Yayasan Nur Azza Lestari

Desain Sampul : Yayasan Nur Azza Lestari

Penata Letak : Erlangga

Editor :
Hikmah Nur Azza, S.E., M.E.
Ir. Agus Imanto
Agus Irwanti, S.Pd.
Erlangga

Diterbitkan Oleh : Yayasan Nur Azza Lestari


Jl. Gorda No. 14A RT. 010 RW. 006
Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur
Kode Pos : 13810
Telp. (021) 87784090
Fax. (021) 87783997
Email : fathoni444@yahoo.co.id
Twitter : @AbdullahFatho11
Instagram: fathoni444
FB : Abdullah Fathoni
IG : @fathoni444

ISBN : 978-602-73755-6-7

Dicetak oleh Penerbit :


Yayasan Nur Azza Lestari
Cetakan I : 5 Oktober 2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohiim...

Segala Puji bagi Allah SWT, dengan mengucapkan “Alhamdulillah”,


akhirnya buku dengan judul “Lembaga Keuangan Syariah” (Konsep dasar
dan Implementasinya) berhasil dirampungkan ditengah Pandemi Covid-19
dan PSBB. Hadirnya buku ini merupakan konsekuensi logis bagi Penulis
yang ditunjuk oleh pihak Universitas Krisnadwipayana sebagai Dosen
Pengampu untuk Mata Kuliah Lembaga Keuangan Syariah.
Tidak ada gading yang tak retak, artinya Penulis sangat menyadari adanya
kekurangan, baik pada sisi format penulisan, pemilihan kata, cara merangkai
kata dan isi dari materi buku. Untuk itu, besar harapan kami kritik dan saran
guna perbaikan.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT, Penulis berserah diri dengan harapan
semoga buku ini menjadi amal jariyah.

Jakarta, 5 Oktober 2020

Penulis

Ttd

Dr. Abdullah Fathoni, S.E., M.M


Lembaga Keuangan Syariah i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohiim...
Segala Puji bagi Allah SWT, dengan mengucapkan “Alhamdulillah”, akhirnya
buku dengan judul “Lembaga Keuangan Syariah” (Konsep dasar dan
Implementasinya) berhasil dirampungkan ditengah Pandemi Covid-19 dan
PSNN. Hadirnya buku ini merupakan konsekuensi logis bagi Penulis yang
ditunjuk oleh pihak Universitas Krisnadwipayana sebagai Dosen Pengampu
untuk Mata Kuliah Lembaga Keuangan Syariah.
Tidak ada gading yang tak retak, artinya Penulis sangat menyadari adanya
kekurangan, baik pada sisi format penulisan, pemilihan kata, cara merangkai
kata dan isi dari materi buku. Untuk itu, besar harapan kami kritik dan saran
guna perbaikan.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT, Penulis berserah diri dengan harapan
semoga buku ini menjadi amal jariyah.

Jakarta, 5 Oktober 2020

Penulis

Ttd

Dr. Abdullah Fathoni, S.E., M.M.


Lembaga Keuangan Syariah ii

ABSTRAKSI
Kajian komprehensif buku Lembaga Keuangan Syariah (Konsep Dasar dan
Implementasinya) dengan latar belakang niat untuk mencari ridho Allah SWT
semata melalui konsep “Rahmatan Lil Alamin” dengan harapan semoga buku ini
bermanfaat bagi para pembaca terutama mahasiswa pada Strata Sarjana dan
Pasca Sarjana serta para pengambil kebijakan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Adapun tahapan penulisannya adalah; Pertama, melakukan riset
lapangan di berbagai lembaga keuangan syariah untuk menangkap segala
problematika usaha pada sektorsyariah; Kedua, hasil riset di lapangan dijadikan
bahan diskusi di kampus guna mencari aspirasi mahasiswa di kelas Strata Sarjana
dan Pasca Sarjana; Ketiga, kemudian daftar permasalahan untuk dicarikan
solusinya; Keempat, mengumpulkan buku-buku referensi yang berkaitan
dengan pokok masalah; Kelima, membuat draft atau konsepsi kajian solusi
komprehensif; Keenam, konsepsi solusi dikaji ulang di kampus; Ketujuh,
dilakukan penulisan.
Kesimpulan besar dari penulisan buku ini adalah bahwa masih terbuka
lebar pangsa pasar atau market share ekonomi syariah, baik pada skala nasional
dan internasional. Untuk itu penguatan SDM, penguatan permodalan dan
penguatan jaringan pasar serta dukungan regulasi dari pemerintah sangat
diharapkan. Dengan demikian dapat diprediksikan bahwa ekonomi syariah yang
mengedepankan kontrol kejujuran, tolong-menolong dan demokrasi ekonomi
yang bersesuaian dengan semangat Pasal 33 UUD 1945, serta terbebas dari
unsur riba, gharar, maisyir, eksploitasi dan monopoli yang merugikan
masyarakat akan dapat duduk bersanding dengan konsep ekonomi
konvensional.
Lembaga Keuangan Syariah iii

PUISI : LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH


Ketika lembayung mulai melengkung
Pertanda buah ada di kandung
Tidak ada lagi yang merudung
Tidak ada lagi yang merenung
Laksana…
Gadis belia menutup kerudung
Agar kaki tidak tersandung
Inilah ujaran mega dan mendung
Seperti terbuka lebar atap payung
Lembaga keuangan syariah menjadi penghubung
Harta yang menggunung
Kekayaan yang terselubung
Riba yang terkandung
Semua menjadi terbuka
Iinvestasi terbuka
Sukuk dan pasar modal terbuka
Lembaga keuangan syariah menjadi pembuka
Pintu kemakmuran terbuka
Baldatun…
Toyyibatun…
Wa rabbun...
Ghofur…
Aamiin… Aamiin… ya rabbal ‘Alamin
Lembaga Keuangan Syariah iv

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................ i
Abstraksi ...................................................................................................... ii
Puisi Lembaga Keuangan Syariah ................................................................ iii
Daftar Isi ......................................................................................... ............. iv

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………….. 1


A. UMUM ……………………………………………………………………………………………. 2
B. KELEMBAGAAN ……………………………………………………………………………….. 19
C. SINTESA LEMBAGA KEUANGAN ………………………………………………………. 21

BAB II SINKRONISASI ANTARA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DAN


EKONOMI PANCASILA …………………………………………………………….………………. 24
A. PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………. 24
B. DASAR ARGUMENTASI……………………………………………………………………… 26
C. EKONOMI PANCASILA (MENGGAGAS KOMPROMI RASIONALITAS
EKONOMI INDONESIA PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH) ……………….. 36
D. TINJAUAN HISTORIS DAN FILOSOFIS ……………………………………………….. 82
E. PERDEBATAN ALIRAN KONSEP EKONOMI ……………………………………….. 161
F. GLOBALISASI EKONOMI …………………………………………………………………… 186

BAB III TATA KELOLA KEUANGAN SYARIAH ……………………………………………. 230


A. UMUM ……………………………………………………………………………………………. 230
B. DIMENSI KELEMBAGAAN ………………………………………………………………… 236
C. PERSPEKTIF TATA KELOLA KEUANGAN SYARIAH ……………………………… 239
v Lembaga Keuangan Syariah

D. TINJAUAN HISTORIS LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH ……………………… 244


E. PERSPEKTIF KELEMBAGAAN ……………………………………………………………. 255
F. TRANSAKSI YANG DILARANG PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH . 267

BAB IV SISTEM KEUANGAN PADA KELEMBAGAAN SYARIAH ………………….. 271


A. PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………….. 272
B. ETIKA KELEMBAGAAN ……………………………………………………………………… 276
C. PRINSIP ETIKA BISNIS PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH …………… 282
D. KEUANGAN ……………………………………………………………………………………… 286
E. TINJAUAN HISTORIS ………………………………………………………………………… 292
F. CORPORATE CULTURE …………………………………………………………………….. 294

BAB V KONSEP DASAR TRANSAKSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH ……… 307


A. PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………….. 308
B. MUDHARABAH ………………………………………………………………………………… 309
C. MURABAHAH ………………………………………………………………………………….. 316
D. MUSYARAKAH …………………………………………………………………………………. 322
E. WADIAH ………………………………………………………………………………………….. 330
F. IJARAH …………………………………………………………………………………………….. 335
G. RAHN (GADAI) …………………………………………………………………………………. 338
H. AL-QIRADH-QARDH …………………………………………………………………………. 342
I. WAKALAH ……………………………………………………………………………………….. 345
J. KAFALAH …………………………………………………………………………………………. 349

BAB VI PRODUK KELEMBAGAAN ……………………………………………………………. 351


Lembaga Keuangan Syariah vi

A. PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………. 352


B. PASAR MODAL SYARIAH …………………………………………………………………. 356
C. PEGADAIAN SYARIAH ………………………………………………………………………. 372
D. KOPERASI SYARIAH …………………………………………………………………………. 378
E. ASURANSI SYARIAH …………………………………………………………………………. 390
F. BAITUL MAL - WA TAMWIL ……………………………………………………………… 403
G. BANK SYARIAH ………………………………………………………………………………… 417

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………….. 439

Gambar 1 : Sinergisitas …………………………………………………………………………. 2


Gambar 2 : Histori Kelembagaan …………………………………………………………… 22
Gambar 3 : Sifat Kelembagaan ………………………………………………………………. 25
Gambar 4 ……………………………………………………………………………………………….. 223
Gambar 5 : Ketahanan dan Kewaspadaan Sektor Pendidikan ………………… 228
Gambar 6 : Lembaga Keuangan Syariah ………………………………………………… 256
Gambar 7 : Pendekatan Regulasi …………………………………………………………… 259
Gambar 8 : Etika Kelembagaan ……………………………………………………………… 278
Gambar 9 : Etika Bisnis Pada Lembaga Keuangan Syariah ……………………… 284
Gambar 10: Fungsi Uang pada Lembaga Keuangan Syariah ……………………. 288
Gambar 11: Corporate Culture LKS (Lembaga Keuangan Syariah) …………… 295
Gambar 12: Sruktur Koordinasi Kegiatan Perkoperasian ………………………… 390
vii Lembaga Keuangan Syariah

Lampiran 1 : Dokumentasi Karya Tulis


Lampiran 2 : Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004
tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa
keuangan Syariah
Lampiran 3 : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah
Lembaga Keuangan Syariah 1

BAB I
PENDAHULUAN

Kesadaran para pendiri bangsa atau bapak bangsa atau “The Founding
Fathers” aspek ekonomi tercermin pada makna tersirat dan tersurat Pasal 33
UUD 1945 yang mengandung pengertian; Pertama, Asas kekeluargaan pada
kegiatan ekonomi; Kedua, Kekuasaan negara pada cabang produksi yang vital
atau menguasai hajat hidup mayoritas; Ketiga, Negara menguasai semua
kekayaan sumber daya alam; Keempat, Orientasi semua kegiatan ekonomi
untuk kemakmuran rakyat. Sedangkan arti tersiratnya adalah pembangunan
ekonomi berorientasi pada kemakmuran bersama, artinya “Final Goal” semua
kegiatan ekonomi bermuara pada rakyat. Dengan demikian negara harus
terlibat yang secara terstruktur melindungi kepentingan rakyat, negara tidak
boleh membiarkan rakyat dalam keadaan miskin dan tidak berdaya dalam
menghadapi kekejaman ekonomi pasar global. Sehingga semua regulasi
memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
ekonomi nasional yang diantaranya adalah pembangunan Lembaga Keuangan
Syariah1.

1
Salah satu unsur dari ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan
bangsa untuk menjamin kelangsungan hidup menuju kejayaan bangsa dan negara yang
diantaranya melalui kegiatan ekonomi. Mubyarto, Ekonomi Pancasila (Yogyakarta:
LP3ES, 1987), 49
2 Lembaga Keuangan Syariah

A. UMUM.
“Civil Society”2 atau masyarakat Madani dapat diartikan sebagai bentuk
keseimbangan kehidupan yang harmonis antara pemerintah, kelompok
masyarakat dan individu, dengan demikian secara proporsional peran dan
fungsi antara pemerintah, kelompok masyarakat dan individu harus diatur
sehingga tidak terjadi benturan satu dengan yang lain, atau bahkan saling
bersinergi pada hubungan mutualisma.
Gambar 1
Sinergisitas

Kelompok
Pemerintah A
Masyarakat

D
B C

Individu

Keterangan Gambar 1 :
Sinergitas antara pemerintah, kelompok masyarakat dan individu harus
dibangun secara harmonis dan terstruktur, sehingga secara empiris membuka
peluang kemandirian dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Bentuk hubungan
tersebut dalam Gambar 1 tercermin sebagai berikut :

a. Kesepahaman antara pemerintah dan kelompok masyarakat


tercermin pada penghormatan hukum adat dan kearifan lokal.

2
Masyarakat harus menjadi aktor utama untuk meningkatkan kesejahteraan
bersama. Windhu Putra, Perekonomian Indonesia, (Depok : PT. Raja Grafindo Persada,
2018), 35.
Lembaga Keuangan Syariah 3

b. Bentuk keharmonisan antara pemerintah dan individu tercermin


pada perlindungan hak pribadi dan hak individu untuk mengembangkan
diri serta hak pemerintah untuk memungut pajak retribusi dan lain-lain.
c. Kegiatan gotong royong atau acara adat dan ritual keagamaan adalah
salah satu bentuk kerjasama harmonis antara individu dan kelompok
masyarakat3.
d. Peringatan HUT Kemerdekaan 17 Agustus dan atau kegiatan
penanggulangan bencana alam adalah salah satu contoh harmonisasi
kesadaran antara pemerintah, kelompok masyarakat dan individu.

Dengan demikian harus dibuat regulasi dalam bentuk undang-undang


sebagai konsensus bersama yang merupakan refleksi kepentingan antara
pemerintah, kelompok masyarakat dan individu.
Pemahaman “Civil Society” pada negara Republik maka memposisikan
rakyat sebagai pemegang kedaulatan, sehingga negara dalam hal ini pejabat
pemerintah dan masyarakat harus memahami hal-hal sebagai berikut :
a. Negara adalah kelompok otonom masyarakat yang menjaga dan
mengatur untuk terlaksananya konstitusi dengan baik pada teritorial
tertentu untuk mencapai tujuan bersama yang telah disepakati
sebelumnya dan secara harmonis dapat terlaksana4.

3
Hasil-hasil pembangunan ekonomi masyarakat selaras dengan prinsip-prinsip
bank syariah dan etika bisnis syariah seperti prinsip kesetaraan (equality), keadilan
(fairness) dan keterbukaan (transparency) kemitraan yang saling menguntungkan
dengan meninggalkan praktik riba, gharar, maisyir dan hal-hal yang haram lainnya.
Abdullah Fathoni, Etika Bisnis Syariah (Jakarta : yayasan Pendidikan Nur Azza Lestari,
2018), 19.
4
Kebijakan untuk mencapai sasaran atau target tertentu yang di antaranya adalah
kesejahteraan merupakan rangkaian tindakan dan langkah-langkah yang perlu
dilakukan oleh berbagai pihak, baik secara individu, sekelompok individu, masyarakat
4 Lembaga Keuangan Syariah

b. Negara menjamin kebebasan masyarakat untuk saling berinteraksi


dan berorientasi serta terhindarkan diri dari praktik kekerasan dan
pemaksaaan, sehingga setiap perbedaan dapat diselesaikan atas dasar
pendekatan kesadaran persuasif, harmonis dan mencerdaskan.
c. Negara harus menjamin kesejahteraan masyarakat secara
menyeluruh dengan berdasarakan prinsip keadilan sosial.
d. Negara wajib :
1. Memberikan perlindungan lahir dan batin kepada semua warga
negara.
2. Menjamin ketersediaan kebutuhan pokok dan lainnya.
3. Menjaga keteraturan komunikasi sosial.
4. Menjamin kebebasan beragama, berkeyakinan serta kebebasan
berkreasi dan mengeluarkan pendapat sejauh tidak melanggar etika
moral dan tidak melanggar kebebasan orang lain.
5. Menjamin kesejahteraan sosial dengan sistem pendistribusian
yang adil.
6. Menjaga dan menjamin ketiadaan ketimpangan sosial.
e. Negara dapat melakukan pemaksaan secara hukum apabila
pendekatan dengan jalan musyawarah gagal dilakukan.
f. Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.

Institutional Ekonomics atau ekonomi kelembagaan secara umum dapat


difahami bahwa kegiatan ekonomi masyarakat tidak bekerja di ruang hampa
yang hanya berdasarkan variabel untung dan rugi tetapi dipengaruhi oleh

atau pemerintah untuk menghadapi tantangan atau menggunakan peluang pada


kondisi tertentu. Purnomo Yusgiantoro, Ekonomi Pertahanan, (Jakarta : Gramdia
Pustaka Utama, 2014), 275.
Lembaga Keuangan Syariah 5

berbagai aspek, yaitu aspek sosial, budaya, hukum, politik, teritorial,


lingkungan dan lain sebagainya. Informasi asimetris adalah salah satu alasan
penting lembaga keuangan berperan aktif untuk melakukan sosialisasi
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter kepada masyarakat secara luas dan
masif, sehingga terjadi keseimbangan informasi pada semua pelaku pasar,
akan tetapi yang menjadi kendala adalah perbedaan tingkat intelektual dan
kecerdasan antar pelaku ekonomi. Pada posisi inilah pentingnya peran
pemerintah untuk melindungi semua lapisan masyarakat, sehingga terhindar
adanya praktik negatif, yaitu yang kaya modal dapat memperdayakan yang
miskin atau yang pintar mengalahkan pihak yang tidak pintar atau yang
mayoritas mengalahkan yang minoritas. Peran ekonomi kelembagaan dapat
mengatur keseimbangan pasar serta dapat menjaga stabilitas ekonomi pada
tingkat equilibrium yang dinamis tetapi juga harmonis5.
Meskipun untuk mencapai kondisi equilibrium seperti ini tidak gampang
akan tetapi paling tidak ada upaya mitigasi risiko6.
Transaction Cost Economics atau ekonomi biaya transaksi untuk
mengukur tingkat efisiensi kegiatan ekonomi masyarakat. Analisis empiris

5
Diperlukan non pasar untuk melindungi agar pasar kita terjebak dalam kegagalan
yang tidak berujung dengan cara melakukan tata kelola kelembagaan secara baik, pada
tataran makro (institutional environment). Fungsi kelembagaan merupakan
seperangkat aturan politik, sosial dan legal. Adapun pada tataran mikro (institutions of
governance) yang mengatur tata kelola antar unit ekonomi. Ahmad Erani Yustika,
Ekonomi Kelembagaan, (Malang : Bayumedia Publishing, 2008), xi – Kata Pengantar.
6
Titik keseimbangan atau equilibrium adalah sebuah keniscayaan apabila
seseorang mampu menjaga antara kepentingan jasmani dan rohani, orientasi dunia
dan akhirat. Ekonomi Islam dibangun atas dasar ajaran Islam yang bersandarkan pada
Al-Qur’an dan Hadist. Islam adalah sistem kehidupan atau “way of life” yang
diantaranya mengatur tentang ekonomi. Kerjasama bank Indonesia dan UII
Yogyakarta, Ekonomi Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008), 13.
6 Lembaga Keuangan Syariah

akademis memposisikan biaya transaksi tersebut bersifat temporer atau


konsuitis, akan tetapi riset kajian tersebut sangat penting sebagai acuan
sementara atau paling tidak ada gambaran bagi para akademisi dan praktisi
yang terkait biaya-biaya sebagai bahan kajian kelembagaan terhadap transaksi
ekonomi secara komprehensif. Adapun variabelnya antara lain terdiri dari :
1. Opportunity Cost.
2. Information Cost.
3. Entertainment Cost.
4. Lobby atau Approach Cost.
5. Family Cost.
6. Communication atau Decision Making Cost.
7. Pajak preman.
8. Pungutan daerah.
9. Biaya administrasi.
10. Biaya pencairan per termin.
11. Aparat daerah.
12. Biaya di jalan-perjalanan.
13. LSM.
14. Kontribusi acara tertentu (acara adat, ulang tahun daerah, kegiatan
agama, dan lain-lain).
15. THR, Natal dan Tahun Baru.
16. Biaya pertemuan.
17. Kontribusi bencana alam.
18. Dana Komando.
Lembaga Keuangan Syariah 7

Total biaya transaksi diperkirakan antara 23% sampai dengan 60% dari
nilai proyek. Cara berfikir para pelaku bisnis adalah semua biaya transaksi akan
dibebankan pada kualitas proyek, sehingga cukup beralasan kualitas proyek
akan menurun. Hal ini menjadi umum karena tidak ada proses tender proyek
itu gratisan atau dengan logika sederhana “semua pihak perlu makan”7.

Ad.1. Opportunity Cost. Secara umum dapat dimaknai sebagai


kesempatan atau peluang yang sebagai akibat dari satu pilihan yang lain. Opsi
pilihan tersebut ada karena sumber daya ekonomi bersifat terbatas, sehingga
pilihannya pada skala prioritas. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
pimpinan perusahaan atau pihak pengambil keputusan memilih proyek yang
menguntungkan atau impas karena berharap untuk mendapatkan menang
tender pada proyek yang akan datang, sehingga secara kelembagaan cara
berfikir yang digunakan adalah cara berfikir kumulatif pada rentang waktu
tertentu. Risiko pilihan secara ekonomi dapat difahami sebagai suatu hal
kewajaran apabila mengandung unsur; nilai harga yang wajar atau reasonable,
berpontensi menguntungkan atau profitable dan tidak ada kesepakatan negatif
atau curang, Dengan demikian semua transaksi bisnis harus terhindar dari
praktik riba, gharar dan maisyir.

Ad.2. Information Cost. Adalah akumulasi dari semua biaya untuk


memperoleh semua informasi termasuk semua dokumen yang diperlukan agar

7
Ekonomi biaya tinggi adalah suatu bentuk kegagalan institusi politik-ekonomi
suatu negara. Episode sejarah atau bangsa ibarat sebilah pedang bermata dua yang
dapat berdampak positif atau negatif pada tingkat perekonomian yang membawa
pada kemakmuran atau sebaliknya. Pemahaman terhadap alur sejarah maka akan
membuka mata untuk menyusun teori yang komprehensif tentang kesenjangan. Daron
Acemoglu – James A. Robinson, Mengapa Negara Gagal, (Jakarta : PT. Alex Media
Komputindo, 2015), 109.
8 Lembaga Keuangan Syariah

menang tender. Informasi asimetris sering menjadi penyebab gagal tender,


untuk itu para pelaku ekonomi berusaha dengan cara apapun dan tidak jarang
menggunakan agen rahasia untuk memperoleh informasi yang diperlukan,
Perjalanan panjang untuk mendapatkan informasi adalah perjalanan biaya
tersebut dibebankan pada biaya proyek. Pada umumnya pemenang tender
adalah pihak yang menguasai informasi dengan baik dan mereka yang
memperoleh bocoran informasi tersebut adalah mereka yang mempunyai jalur
komunikasi khusus pada para pejabat atau staf pejabat ynag memiliki
kewenangan pada proyek tersebut, terutama pada proyek pemerintah,
sehingga lembaga keuangan pembiayaan harus cerdas dalam menganalisis nilai
proyek yang wajar8.

Ad.3. Entertainment Cost. Adalah biaya yang timbul akibat kegiatan


penghiburan yang bersifat subyektif. Kegiatan penghiburan ini biasanya
dilakukan antara para pejabat dan staf yang mempunyai ikatan langsung dalam
pengambilan keputusan pemenang tender dan para kandidat atau kontraktor
calon pemenang tender. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan penghibuan di
cafe, tempat karaoke, musik, olah raga, perjalanan wisata, salon, bahkan
sampai pada tempat-tempat hiburan kemaksiatan atau gratifikasi lawan jenis.
Kegiatan ini sangat menguras tenaga, waktu dan uang guna menyenangkan
para pengambil keputusan proyek, bahkan pada fungsi kontrol kualitas proyek
atau kegiatan pengawasan keirjenan para pejabat yang turun langsung ke

8
Salam tempel atau komisi amplop pada waktu tertentu untuk memperoleh
informasi proyek adalah keniscayaan yang harus dihadapi oleh pelaku ekonomi,
kondisi ini hampir menjadi kebiasaan atau tradisi atau sudah menjadi budaya bisnis,
sehingga dapat dikatakan bahwa akulturasi dan asimilasi budaya merupakan suatu
keniscayaan. Amin Abdullah pada Ensiklopedi Dunia Islam, Pemikiran dan Peradaban,
(Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), 15.
Lembaga Keuangan Syariah 9

lapangan mendapatkan layanan entertainment secara penuh dengan harapan


agar pengerjaan atau pelaksanaan proyek berjalan lancar tanpa teguran.
Padahal secara agama kegiatan ini sangat dilarang, sebagaimana Firman Allah
SWT dala Al-Qur’an Surat Al-Hadiid (57) Ayat 20 :
ٍ ‫ر فِي ۡٱۡل َ ۡم ٰ َو ِل َو ۡٱۡل َ ۡو ٰلَ ِِۖد َك َمثَ ِل غ َۡي‬ٞ ُ ‫َة َوتَفَا ُخ ُۢ ُر بَ ۡينَ ُك ۡم َوتَكَاث‬ٞ ‫و َو ِزين‬ٞ ۡ‫ِب َولَه‬
‫ث‬ ٞ ‫ٱعلَ ُم ٓواْ أَنَّ َما ۡٱل َحيَ ٰوة ُ ٱلد ُّۡنيَا لَع‬
ۡ
ِ َّ َ‫ة ِمن‬ٞ ‫د َو َم ۡغف َِر‬ٞ ‫شدِي‬
‫ٱَّلل‬ َ ‫اب‬ٞ َ ‫عذ‬ َ ٰ ‫ار نَبَات ُ ۥهُ ث ُ َّم يَ ِهي ُج فَت ََر ٰىهُ ُمصۡ ف َّٗرا ث ُ َّم يَ ُكونُ ُح‬
َ ِ‫ط ّٗم ِۖا َوفِي ۡٱۡلٓخِ َرة‬ َ َّ‫ب ۡٱل ُكف‬
َ ‫أ َ ۡع َج‬
ِ ‫ن َو َما ۡٱل َحيَ ٰوة ُ ٱلد ُّۡنيَا ٓ إِ ََّّل َم ٰت َ ُع ۡٱلغُ ُر‬ٞۚٞ ‫ض ٰ َو‬
٢٠ ‫ور‬ ۡ ‫َو ِر‬
Artinya : 20. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara
kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti
hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman
itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.
Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu.

Ad.4. Lobby atau Approach Cost. Adalah kgiatan pendekatan pada para
pejabat pengambil keputusan bisnis dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan secara materi. Kegiatan ini sengaja dilakukan oleh pelaku bisnis
dalam mengantisipasi para pesaing9. Pendekatan para pembisnis kepada para
pejabat pengabil keputusan sangat dimungkinkan dan wajar dilakukan apabila
dalam konteks persahabatan dan silahturahmi, akan tetapi kenyataan di

9
The cross-parry atau tangkisan silang dapat digunakan oleh pelaku bisnis dalam
rangka memenangkan persaingan. Strategi bersaing ini sering digunakan oleh
perusahaan yang mempunyai lini produk yang bervariasi dan antar daerah. Dengan
demikian harus mempunyai variasi SDM yang unggul serta didukung oleh teknologi
jaringan informasi yang kuat. Michael E. Porter – Agus Maulana, Strategi Bersaing,
(Jakarta : Erlangga, 1980), 75.
10 Lembaga Keuangan Syariah

lapangan menunjukkan bahwa kegiatan pendekatan tersebut dengan tujuan


untuk mempengaruhi keputusan, sehingga para pejabat yang berhubungan
langsung dengan proyek berperilaku tidak objektif dan tidak adil dalam
menentukan pihak pemenang tender atau pihak pelaksana pekerjaan. Kondisi
ini sangat bertentangan dengan ajaran agama, sebagaimana Allah SWT
berfirman dalam Surat Al-Maa’idah (5) Ayat 8 :
ْ‫ا‬ٞۚ ‫علَ ٰ ٓى أَ ََّّل تَعۡ ِدلُو‬
َ ‫ش َهدَآ َء بِ ۡٱل ِقسۡ طِِۖ َو ََّل يَجۡ ِر َمنَّ ُك ۡم شَنَ َٔٔ ا ُن قَ ۡو ٍم‬ ِ َّ ِ َ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ُكونُواْ قَ ٰ َّومِ ين‬
ُ ‫َّلل‬
٨ َ‫ير بِ َما ت َعۡ َملُون‬ ُ ُۢ ِ‫ٱَّلل َخب‬ َ ٞۚ َّ ْ‫ٱع ِدلُواْ ه َُو أ َ ۡق َربُ لِلت َّ ۡق َو ٰ ِۖى َوٱتَّقُوا‬
َ َّ ‫ٱَّلل إِ َّن‬ ۡ
Artinya : 8. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

A.d.5. Family Cost. Tidak jarang kegiatan bisnis birokrasi para pejabat
pengambil keputusan melibatkan anggota keluarganya, yaitu istri, anak,
saudara dan lain sebagianya. Praktik seperti ini hanya sebagai alibi agar tidak
kelihatan menyolok kasat mata dan sembunyi dari pantauan masyarakat,
media dan dari jeratan hukum. Komunikasi tidak langsung antar kepentingan
melalui keluarga terkadang sangat efektif dengan tidak melibatkan secara
langsung pejabat tertentu.Pemberian upeti atau uang suap dapat berupa
hadiah ulang tahun kelahiran, ulang tahun pernikahan, acara syukuran atau
acara lain yang diciptakan untuk memperoleh akses bisnis. Gratifikasi
tersembunyi dibalik kepentingan keluarga sangat sering terjadi pada aparat
birokrasi pemerintah dengan para pengusaha dengan harapan untuk
Lembaga Keuangan Syariah 11

memperlancar bisnis. Terkadang dari sisi pejabat yang bersih anti suap dan
tidak dapat didekati oleh pengusaha sehingga para penguasa mencari jalan
pintas mendekati keluarga dari pejabat tersebut. Dinamika bisnis seperti ini
menjadi budaya yang sangat susah dihilangkan karena alasan kepentingan. Hal
ini menjadi tantangan berat bagi para pelaku bisnis syariah10.

A.d.6. Communication atau Decision Making Cost. Adalah kegiatan


komunikasi langsung antara pejabat pengambil keputusan dan pengusaha
yang biasanya dilakukan di Hotel Bintang Lima dengan acara makan malam
bersama atau acara lain yang disepakati. Kegiatan ini cukup menguras dana
perusahaan, tetapi bagi pengusaha, hal ini tidak ada pilihan demi untuk
mendapatkan pekerjaan dan demi kelangsungan hidup perusahaan dan
anehnya kegiatan ini dilakukan hanya sekedar pendekatan dan belum ada
jaminan menang tender. Komunikasi rutin antara pengusaha dan decision
maker adalah budaya organisasi yang sudah berlangsung lama sejak adanya
proyek itu sendiri11. Artinya tidak ada proyek tanpa adanya fee pejabat dalam
bentuk apapun. Meskipun banyak terjadi OTT atau Operasi Tangkap Tangan

10
Idealnya “family cost” berubah menjadi “family business”. Di beberapa negara
perusahaan keluarga mempunyai kontribusi yang signifikan bagi pendapatan negara.
Di Amerika Serikat saat ini terdapat 24 juta perusahaan keluarga, 90% dari 15 juta
perusahaan besar adalah keluarga. Sepertiga dari 500 perusahaan kaya di Amerika
Serikat dikendalikan oleh perusahaan keluarga, 40% dari GNP dan 59% dari GDP USA
diperoleh dari perusahaan keluarga. A.B. Susanto, dkk., Family Business, (Jakarta :
Divisi penerbitan The Jakarta Consulting Group, 2008), 3.
11
Seluruh kegiatan proyek yang dimulai dengan mekanisme dan prosedur, baik
yang formal dan non formal adalah kegiatan yang berkorelasi dengan biaya yang
seharusnya mempunyai standar atau estimasi biaya yang akurat. Sehingga nantinya
antara pendapatan dan biaya mempunyai selisih positif, artinya perusahaan secara
akumulasi untung. Hamdan Dimyati – Kadar Nurjaman, Manajemen Proyek, (Bandung :
CV. Pustaka Setio, 2014), 5.
12 Lembaga Keuangan Syariah

oleh KPK atau Komisi Pemberantasan Korupsi tetapi praktik risalah atau suap
tidak berhenti bahkan bertambah meriah dengan banyak ASN atau Aparat Sipil
Negara yang terlibat baik dari unsur eksekutif, legislatif dan yudikatif.

A.d.7. Pajak Preman. Penurunan tingkat pendapatan masyarakat dan


penurunan lowongan kesempatan lapangan pekerjaan serta bertambahnya
PHK dan bertambahnya angka kemiskinan maka akan melahirkan angka
pengangguran di berbagai daerah. Risidu tenaga kerja di usia muda inilah yang
melahirkan “Pajak Preman”. Artinya status preman adalah dampak dari
kegagalan sistem dan struktur ekonomi yang berimbas pada beban para
pengusaha. Pungutan liar di lokasi proyek dan di lokasi pertambangan resmi
akan menjadi proyek preman guna memeras para pengusaha dengan dalih
perawatan lingkungan atau dengan alasan apapun. Alasan dan latar belakang
serta jenis gangguan dan ancaman para preman di berbagai daerah sangat
berbeda dan beragam. Akan tetapi apapun alasannya akan menjadi tambahan
biaya atau cost dari kegiatan bisnis. Pajak preman ini sering bersifat liar dan
tidak standar, sehingga sangat membingungkan apabila diangarkan tersendiri
atau unpredictable. Dan semestinya sebagai negara hukum maka pajak preman
ini harus dapat ditiadakana oleh aparat di daerah tersebut.

A.d.8. Pungutan Daerah. Adalah bentuk biaya retribusi resmi daerah


yang diatur oleh Perda dan pungutan daerah tidak resmi oleh aparat daerah
akan menjadi beban para pelaku ekonomi, terutama pada teritorial yang
rawan atau di daerah operasi. Praktik pungutan daerah yang tidak resmi sangat
susah untuk dihilangkan karena para pelakunya adalah aparat itu sendiri atau
para pemuda kampung yang di-back up oleh aparat setempat. Pungutan
seperti ini akan menjadi “benalu” pada pembangunan daerah yang
Lembaga Keuangan Syariah 13

menghambat laju pembangunan daerah apapun alasannya harus ada upaya


untuk meminimalis praktik pungutan liar di daerah12.

A.d.9. Biaya Administrasi. Adalah biaya semua komponen kelengkapan


administrasi perijinan mulai dari persiapan lelang pekerjaan sampai pada tahap
pelaksanaan proyek merupakan pekerjaan yang menyita perhatian dan
menyita waktu yang melelahkan, terkadang prosedur birokrasi yang berbelit,
tumpang tindih dan amat sulit untuk bertemu dengan petugas yang
berwenang dan tidak jarang berujung pada pengeluaran dana birokrasi yang
tidak jelas jumlahnya.

A.d.10. Biaya Pencairan-per termin. Komponen biaya ini termasuk biaya


teknis pada saat pencairan dana yang terkadang dipersulit oleh petugas staf
yang menjalankan prosedur pencairan dana yang menjadi hak pelaksana
proyek. Pada pos pembiayaan ini sering disebut “Uang Pelicin”. Kondisi seperti
ini sering terjadi pada proyek pemerintah, dan tidak menutup kemungkinan
juga terjadi pada perbankan syariah.

A.d.11. Aparat Daerah. Nuansa otonomi daerah mengundang berdirinya


raja-raja kecil di daerah yang didominasi oleh aparat daerah. Kekuasaan
mereka seperti bayangan yang tidak termonitor oleh aparat di Pusat.
Kekuasaan para pengusaha Pusat yang bermain di daerah akan bersentuhan
dengan aparat daerah laksana raja. Sehingga demi pertimbangan kelancaran

12
Secara regulasi seharusnya tata kelola keuangan sudah diatur di dalam Undang-
Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat Dan Pemerintah Daerah pada Pasal 2 dikatakan bahwa perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan suatu sistem yang
menyeluruh dalam rangka pendnaan penyelenggaraan asas desentralisasi,
dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (Yogyakarta : Pustaka Yustisia), 11
14 Lembaga Keuangan Syariah

pelaksanaan proyek di lapangan, maka pengusaha atau kontraktor pelaksana


proyek di daerah mengeluarkan tambahan biaya akomodasi aparat daerah
tersebut13.

A.d.12. Biaya di Jalan-Perjalanan. Oknum aparat nakal di jalan arteri atau


jalan Tol menjadi penghambat sarana transportasi dan mobilitas arus barang
keluar-masuk proyek, sehingga untuk memperlancar kegiatan transportasi,
pengusaha harus mengeluarkan dana guna meredam oknum aparat nakal dan
preman jalanan. Besaran biaya di jalan-perjalanan tidak terukur, apalagi bila
dihitung dengan biaya keterlambatan pengiriman barang sehingga dapat
berakibat keterlambatan waktu penyelesaian proyek yang berdampak pada
“Denda Keterlambatan” penyelesaian proyek. Para pengusaha transportasi
tidak berdaya melawan kekuasaan oknum aparat nakal di jalan dan preman
jalanan. Kondisi inilah yang menyebabkan “Ekonomi biaya tinggi” atau
ekonomi tidak efisien. Persoalan yang utama adalah kondisi mental dan
karakter oknum aparat yang tidak baik. Pada titik inilah secara akademis dapat
difahami bahwa permasalahan mental, karakter dan etika dapat langsung
bersentuhan dengan peristiwa ekonomi dengan dapat dikatakan bahwa
“Budaya Bangsa” dan mencerdaskan kehidupan bangsa adalah proses yang
belum selesai dan menjadi tanggung jawab bersama.

13
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
dikatakan bahwa daerah dibentuk berdasarkan potensi pertimbangan kemampuan
ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk dan luas
daerah. Hubungan antar daerah bukan berdasarkan hierarki, sehingga antar daerah
berdiri sendiri. Dengan demikian tidak selayaknya jika ada pungutan di daerah
melebihi dari yang ditetapkan melalui regulasi yang sudah ada. (Jakarta : CV. Tamita
Utama, 1999), 5.
Lembaga Keuangan Syariah 15

A.d.13. Biaya LSM atau Lembaga Swadaya Masyarakat. Terkadang ada


kerjasama antara LSM di daerah dengan aparat daerah. LSM peliharaan aparat
membuat surat resmi dan terkadang surat kaleng kepada aparat daerah
berupa surat pengaduan atau surat keberatan atas tertanggungnya masyarakat
karena pelaksanaan proyek, kemudian aparat daerah membuat surat teguran
pada kontraktor pelaksana proyek bahkan aparat tersebut dapat
menghentikan sementara pekerjaan proyek yang berujung pada “Uang
Damai”. LSM semacam ini sengaja dipelihara oleh aparat daerah sebagai alat
tekan pada pengusaha. Kerjasama harmonis antara LSM daerah dan aparat
daerah akan menjadi beban para pengusaha, hal ini akan berdampak pada
meningkatnya biaya atau “Operational Cost”. Kondisi seperti ini bisa berujung
pada permasalahan hukum yang harus diselesaikan lewat jalur pengadilan dan
sudah menjadi rahasia umum bahwa tidak ada mekanisme jalur hukum itu
yang gratisan. Artinya semua prosedur hukum mengandung biaya. Ada
pertanyaan besar yang timbul, darimana sumber biaya tersebut dibebankan?
Maka jawabnya adalah dari biaya proyek secara akumulatif14.

A.d.14. Kontribusi Acara Tertentu (Acara Adat, Ulang Tahun daerah,


Kegiatan Agama, dan lain-lain). Kontraktor pelaksana proyek atau pengusaha
daerah akan mendapat beban biaya tambahan berupa kontribusi finansial
pada acara adat di daerah atau acara ulang tahun daerah atau acara kegiatan

14
Dampak negatif dari otonomi daerah adalah menciptakan raja-raja kecil di
daerah serta membuka ruang gerak yang luas bagi oknum aparat atau LSM yang nakal.
Pemikiran idealnya dalam tataran yang aplikatif, desentralisasi fiskal dapat
mewujudkan pemberian transfer dana langsung dari pemerintah pusat sehingga akan
berdampak positif permintaan uang di daerah. Mardiasmo (Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan), Kebijakan Desentralisasi Fiskal di Era Reformasi 2005-2008
pada judul buku Era Baru Kebijakan Fiskal, (Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara,
2009), 566.
16 Lembaga Keuangan Syariah

agama tertentu atau bahkan pada acara ulang tahun satuan-satuan organik di
daerah. Para pelaku ekonomi di daerah tidak mampu menghindar dari
kontribusi biaya acara tersebut dengan alasan biaya sosial atau biaya
pengalangan opini atau apapun namanya tetapi yang jelas ada biaya
tambahan. Biaya kontribusi tergolong biaya tidak resmi karena pajak daerah
harus juga dibayarkan. Maka akan terjadi perdebatan pemikiran tentang
kualitas proyek, apabila biaya tak terduga melonjak tinggi kemudian akan
timbul pertanyaan, pihak mana yang dirugikan apabila bangunan atau proyek
tersebut adalah bangunan rumah susun atau bangunan gedung sekolah atau
proyek infra struktur? Maka jawabannya adalah Cuma satu, yang dirugikan
adalah masyarakat itu sendiri. Kondisi ini tidak disadari oleh aparat di daerah.

A.d.15. Biaya THR, Natal dan Tahun Baru. Perusahaan daerah dan para
pengusaha di daerah sangat maklum adanya biaya THR, Natal dan Tahun Baru.
Meskipun biaya tersebut besarannya tidak menentu dengan catatan masih
dalam batas kewajaran yang dapat ditoleransi. Akan tetapi bila biaya tersebut
sangat besar, maka akan menjadi beban yang memberatkan. Pos pengeluaran
ini biasanya sudah diantisipasi oleh para pelaku ekonomi di daearah karena
pengalaman empiris yang berulang setiap tahun.

A.d.16. Biaya Pertemanan. Adalah bentuk biaya sebagai akibat pergaulan


antara pengusaha dan aparat di daerah, meskipun aparat tersebut tidak ada
hubungan langsung dengan proyek dan tidak berkorelasi dengan proses
pengambilan keputusan. Biaya pertemanan ini bersifat tidak mengikat dan
sangat tergantung dengan pribadi pengusaha atau pelaku ekonomi itu sendiri.
Akan tetapi apapun kondisinya dan apapun alasannya dan apapun kegiatannya
tetap menjadi beban biaya proyek. Sehingga para pengusaha dapat melakukan
Lembaga Keuangan Syariah 17

pertimbangan secara subyektif tentang berapa biaya pertemanan yang harus


dikeluarkan15.

A.d.17. Kontribusi Bencana Alam. Adalah biaya sosial diluar dugaan, akan
tetapi jenis biaya ini tetap dikeluarkan dalam batas tertentu. Terkadang biaya
ini digolongkan pada biaya “Force Majeure”. Apapun jenis biaya ini tetap
menjadi beban perusahaan terkecuali apabila secara pribadi pengusaha atau
para pelaku bisnis mengeluarkan dana tersebut dari kekayaan pribadi.
Kepedulian perusahaan atau secara pribadi terhadap korban musibah bencana
alam akan menjadi catatan tersendiri di hati masyarakat. Sehingga pada
kondisi tertentu masyarakan akan menjadi pagar hidup atau pelindung bagi
perusahaan, karena setiap perbuatan baik itu pasti berbuah manis.
Sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-Israa’ (17) Ayat
7:

ُ ‫ا فَإِذَا َجا ٓ َء َو ۡعدُ ۡٱۡلٓخِ َر ِة ِل َي‬ٞۚ ‫س ۡأت ُ ۡم فَلَ َه‬


ْ‫سُٔٔ واْ ُو ُجو َه ُك ۡم َو ِل َي ۡد ُخلُوا‬ َ َ ‫سنت ُ ۡم ِۡلَنفُ ِس ُك ۡ ِۖم َو ِإ ۡن أ‬
َ ۡ‫سنت ُ ۡم أَح‬
َ ۡ‫إ ِٔ ۡن أَح‬
٧ ‫يرا‬ َ ‫ۡٱل َمسۡ ِجدَ َك َما دَ َخلُوهُ أَ َّو َل َم َّر ٖة َو ِليُت َبِ ُرواْ َما‬
ً ِ‫علَ ۡواْ ت َ ۡتب‬
Artinya : 7. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,
dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami
datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan
mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya

15
Komunikasi sosial antara pelaku bisnis dan para pejabat LSM di lokasi proyek
adalah bagian integral dari sejenis kontrak sosial sebagai konsekuensi logis. Kontrak
sosial adalah segala atribut yang melekat pada figur dan status seseorang yang secara
tertulis dan tidak berdampak pada biaya pertemanan yang dikemas dengan bahasa
halusnya adalah “silaturrahmi”. The Ford Foundation, Filantropi Islam dan Keadilan
Sosial, (Jakarta : CSRC, 2006), 23.
18 Lembaga Keuangan Syariah

pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang
mereka kuasai.

A.d.18. Dana Komando16. Konon pada saat Orde baru, dana komando
pada proyek pemerintah diseputaran 23% atau lebih. Penggunaan dana
komando tersebut tergantung kebijakan atau perintah komando dari pimpinan
tertinggi organisasi tertentu, kemudian disinyalir banyak tumpangan
kepentingan dari satuan bawah. Sehingga besaran dana komando tersebut
bisa melonjak sampai dengan 60% dari total biaya proyek, sehingga
berdampak pada penurunan kualitas pekerjaan dan berdampak pada
meningkatnya kecelakaan kerja. Dampak negatif tersebut secara bertahap
menurut perjalanan waktu disadari oleh pengambil keputusan, sehingga
dikurangi seminimal mungkin, bahkan pada organisasi tertentu dihilangkan
sama sekali. Akan tetapi hingga saat ini side efek dari adanya dana komando
tersebut sangat dirasakan dampakya sehingga berpengaruh terhadap kualitas
barang atau kualitas proyek yang telah dianggarkan. Naik turunnya jumlah
dana komando sangat ditentukan oleh pejabat pucuk pimpinan pada
organisasi induk atau unit organisasi tingkat pelaksana. Akan tetapi kondisi ini
tidak bersifat permanen, pasang surut tergantung kebijakan komando atas dan
untuk saat ini cenderung menurun bahkan ditiadakan.

16
Jika kontribusi pelaku ekonomi kepada pejabat tertentu merupakan dana
komando dapat digolongkan pada jenis gratifikasi, maka akan termasuk pada Pasal
12.B Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001
yang mengatakan bahwa setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dianggap pemberian suap. Komisi Pemberantasan Korupsi-KPK, Memahami
Untuk Membasmi, (Jakarta : KPK, 2006), 79.
Lembaga Keuangan Syariah 19

B. KELEMBAGAAN17.
Secara umum pemahaman tentang kelembagaan dapat dimaknai menjadi
3 bidang pembahasan, yaitu :
1. Lembaga sebagai tempat atau wadah yang menampung segala
kegiatan dan mengikat secara hukum dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2. Lembaga sebagai pusat kegiatan antar kepentingan dan
menyatukannya pada satu tujuan tertentu dengan proseur atau tahapan
kegiatan yang diatur oleh peraturan perundang-undangan.
3. Lembaga sebagai regulasi dengan perangkat aturan yang mengikat
semua dan dapat memberikan sanksi hukum dan atau sanksi
administratif.

Adapun pada pengertian lembaga keuangan maka objek lembaga fokus


pada permasalahan dan transaksi keuangan dengan berbagai mekanisme dan
dinamisasi organisasi, kemudian bila dikaitkan dengan syariah, maka landasan
berfikirnya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.
Sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat An-Nisaa’ (4)
Ayat 59 :
‫سو َل َوأ ُ ْولِي ۡٱۡل َ ۡم ِر مِ ن ُك ِۡۖم فَإِن ت َ ٰنَزَ ۡعت ُ ۡم فِي ش َۡي ٖء فَ ُردُّوهُ إِلَى‬ َّ ْ‫ٱَّلل َوأَطِيعُوا‬
ُ ‫ٱلر‬ َ َّ ْ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓواْ أَطِ يعُوا‬
٥٩ ‫يًل‬ ً ‫س ُن ت َۡأ ِو‬َ ‫ر َوأَ ۡح‬ٞ ‫ ِر ٰذَلِكَ خ َۡي‬ٞۚ ِ‫ٱَّلل َو ۡٱليَ ۡو ِم ۡٱۡلٓخ‬
ِ َّ ِ‫سو ِل إِن ُكنت ُ ۡم ت ُ ۡؤمِ نُونَ ب‬
ُ ‫ٱلر‬ ِ َّ
َّ ‫ٱَّلل َو‬

17
Corporate Culture merupakan salah satu ilar utama pada kelembagaan lembaga
keuangan syariah yang berakar pada budaya perilaku dan etika bisnis dengan baik.
Dengan demikian terdapat korelasi timbal balik yang saling menguntungkan antara
lembaga keuangan syariah dan masyarakat pada umumnya. Abdullah Fathoni, Serat
Sejatining Urip 1, (Jakarta : Yayasan Pendidikan Nur Azza Lestari, 2014), 120.
20 Lembaga Keuangan Syariah

Artinya : 59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Lembaga keuangan operasional di bidang perbankan adalah Bank Sentral,


Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Kemudian ditunjang secara
operasional oleh lembaga keuangan lainnya, antara lain lembaga pembiayaan
ekspor dan impor, lembaga keuangan yang khusus bergerak di bidang kegiatan
pasar uang dan pasar modal, lembaga keuangan yang bergerak dan
operasional berdasarkan kontrak, yaitu asuransi dana pensiun. Ruang lingkup
asuransi meliputi Asuransi Jiwa, Asuransi Kebakaran, Asuransi Kecelakaan,
Asuransi Kredit. Demikian juga lembaga pembiayaan yang meliputi leasing
kartu kredit, modal ventura, factoring dan penggadaian. Akan tetapi bila
dikaitkan dengan syariah, maka semua operasional lembaga keuangan
tersebut terhindar dari unsur riba, gharar dan maisyir18.
Secara umum pengertian bank dalam sistem lembaga keuangan adalah
lembaga intermediasi yang memberikan fasilitas kegiatan antara pihak defisit
dan surplus di bidang keuangan. Adapun menurut Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan kemudian diubah menjadi Undang-Undang
Nomor 10 tahun 1998 menegaskan bahwa bank adalah badan usaha yang

18
Kegiatan lembaga keuangan syariah merupakan salah satu bentuk fungsi “Khlifah
Fil Ard”, yaitu membangun dan memakmurkan bumi atau disebut dengan istilah “Al-
Isti’mar”, yang berarti juga menggunakan dan memanfaatkan semua kemudahan alam
yang diciptakan Allah SWT. Muhammad Sholah Muhammad Ash-Shawi, Problematika
Investasi Pada Bank Islam, Solusi Ekonomi Islam, (Jakarta : Migunani, 2008), 234.
Lembaga Keuangan Syariah 21

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan


menyalurkannya kepada masyarakat.
Aspek kelembagaan Bank Umum yaitu : setiap usaha yang melakukan
kegiatan menghimpun dana dari masyarakat harus memperoleh ijin usaha dari
pejabat yang berwenang yang dalam hal ini pimpinan Bank Indonesia. Dengan
demikian tidak ada satupun kegiatan lembaga keuangan bank konvensional
dan syariah yang terlepas kontrol dari Bank Indonesia. Hal ini dimaksudkan
untuk melindungi masyarakat dan sekaligus dapat mengontrol tingkat inflasi.
Dengan demikian kegiatan dan transaksi lembaga keuangan dapat berjalan
dengan baik “On The Track”.

C. SINTESA LEMBAGA KEUANGAN.


lembaga keuangan syariah adalah bagian dari institusi yang berada dalam
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga merupakan satu
kesatuan regulasi dan institusi atau lembaga adalah salah satu hasil sintesa dari
perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu secara akademis
mempelajari proses perjalanan sejarah dari kehidupan sebelum kemerdekaan
17 Agustus 1945, yaitu berdiri dan jatuh bangunnya kerajaan-kerajaan di
Nusantara penting dilakukan guna memahami secara luas latar belakang
tentang berdirinya lembaga keuangan syariah. Dengan dasar argumen bahwa
lembaga keuangan syariah akan terus berkembang dengan segala bentuk jenis
dan ragamnya tetapi latar belakang pemikiran yang mendasarinya tidak
berubah.
22 Lembaga Keuangan Syariah

Gambar 2
Histori Kelembagaan

PERJALANAN SEJARAH
BERBANGSA DAN BERNEGARA

BUDAYA KERAJAAN
BANGSA NUSANTARA

SINTESA LEMBAGA INSTITUSI

KELEMBAGAAN EKONOMI

EKONOMI EKONOMI
SYARIAH KONVENSIONAL

MASYARAKAT

Keterangan Gambar 2 :
History kelembagaan adalah bagian dari proses perjalanan sejarah
berbangsa dan bernegara yang ditopang dua unsur, yaitu budaya bangsa dan
latar belakang berdirinya kerajaan-kerajaan nusantara yang merupakan alur
dari kesadaran dan kearifan lokal tentang pentingnya lembaga atau institusi
Lembaga Keuangan Syariah 23

ekonomi yang mempunyai manfaat ganda, yaitu meningkatkan kesejahteraan


masyarakat dan bagi instansi pemerintahan-kerajaan mempunyai manfaat
untuk memobilisasi dan distribusi dalam masyarakat. Artinya sintesa lembaga
institusi adalah hasil dari perjalanan panjang kehidupan berbangsa dan
bernegara. Lembaga keuangan syariah adalah salah satu bentuk kesadaran
masyarakat untuk mengimplementasikan syariat agama ke dalam aplikasi
nyata, yaitu akad-akad syariah pada kegiatan ekonomi. Meskipun tidak dapat
dipungkiri bahwa kegiatan ekonomi konvensional hingga saat ini masih
mempunyai ruang gerak secara proposional di tengah-tengah masyarakat.
24 Lembaga Keuangan Syariah

BAB II
SINKRONISASI ANTARA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
DAN EKONOMI PANCASILA

A. PENDAHULUAN.
Titik temu antara lembaga keuangan syariah dan konsep dasar ekonomi
Pancasila harus berdampingan secara harmonis dengan dasar argumen bahwa
“tidak mungkin ikan dapat hidup apabila dipisahkan dengan air”. Artinya kajian
operasional lembaga keuangan syariah harus sinkron dengan ekonomi
Pancasila. Konsep dasarnya adalah :

1. Antara lembaga keuangan syariah dan konsep dasar ekonomi


Pancasila tidak boleh saling meniadakan.

2. Antara lembaga keuangan syariah dan ekonomi Pancasila harus


seiring-sejalan, saling melengkapi.

3. Tititk temu antara lembaga keuangan syariah dan ekonomi Pancasila


terletak pada upaya mensejahterahkan dan memakmurkan masyarakat
dan mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum pada
Pembukaan UUD 1945 yang dalam lembaga keuangan syariah dapat
difahami sebagai konsep ekonomi : ”Rahmatan Lil Alamin”
Lembaga Keuangan Syariah 25

Gambar 3
Sifat Kelembagaan

KELEMBAGAAN SOSIAL

INSTITUSI
PERJALANAN
KEARIFAN LOKAL:
SEJARAH
ADAT ISTIADAT
KEBANGSAAN

ASPEK :
IPOLEKSOSBUDHANKAM

ASPEK EKONOMI

KONVENSIONAL SYARIAH

Keterangan Gambar 3 :
Secara umum sifat dari kelembagaan sosial adalah bagian integral dari
suatu sistem tata kelola pada nilai-nilai sosial yang melahirkan kesadaran
berfikir, berperilaku dan berucap sesuai dengan kearifan lokal, adat istiadat
26 Lembaga Keuangan Syariah

yang seiring dan sejalan dengan sejarah kehidupan bangsa pada aspek
IPOLEKSOSBUDHANKAM yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat dan
keadilan sosial sehingga fokus kajian selanjutnya pada aspek ekonomi. Secara
empiris kontemporer perkembangan ekonomi pada lembaga keuangan
terdapat dua jalur, yaitu ekonomi konvensional dan ekonomi syariah. Tata
kelola lembaga keuangan syariah berpedoman pada dua pilar, yaitu fikih
muamalah dan regulasi kelembagaan yang sudah ada. Dengan demikian terjadi
sinkronisasi dan harmonisasi antara ekonomi syariah dan demokrasi ekonomi
yang dicita-citakan pada konsep ekonomi Pancasila yang secara tersirat
tertuang pada Pembukaan UUD 1945 serta terurai pada Pasal 33 UUD 1945.

B. DASAR ARGUMENTASI.
Dasar pemikiran untuk mempertemukan antara lembaga keuangan
syariah dan ekonomi Pancasila adalah karena keduanya mempunyai tujuan
yang sama sesuai dengan tujuan pembangunan Nasional19 yang berorientasi
untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
Objek operasional lembaga keuangan syariah adalah peredaran dan
mobilisasi mata uang guna melakukan kegiatan ekonomi yang
implementasinya melibatkan masyarakat secara luas. Adapun lembaga yang

19
Agen pembangunan adalah bukti tawar masyarakat yang strategis untuk
mencapai tujuan pembangunan Nasional. Bargaining power menjadi syarat untuk
memposisikan negara pada pergaulan masyarakat Internasional, artinya partisipasi
masyarakat untuk membangun dan tegak berdirinya lembaga keuangan syariah
merupakan bukti nyata ikut sertanya partisipasi aktif untuk tujuan Nasional, yaitu
kesejahteraan dan distribusi hasil pembangunan secara adil. M. Heru Basuki, Civic
Education, (Jakarta : Fidie Press, 2022), 1.
Lembaga Keuangan Syariah 27

berwenang untuk mengatur peredaran mata uang Rupiah sebagai alat


pembayaran resmi sesuai dengan UD 1945 adalah Bank Indonesia. Dengan
demikian konsep dasar ekonomi Pancasila dan implementasi lembaga
keuangan syariah harus berjaan harmonis dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia20.
Konsep dasar lembaga keuangan syariah sebagaimana diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah antara lain
mengatakan bahwa implementasi lembaga keuangan syariah secara
operasional harus menerapkan prinsip syariah dan prinsip kehati-hatian yang
meliputi kegiatan peghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan investasi yaitu Giro berdasakan prinsip Wadiah dan prinsip Mudharabah
serta Deposito berjangka berdasarkan prinsip Mudharabah. Sedangkan untuk
operasional penyaluran dana dilakukan dengan prinsip jual beli dengan akad
Murabahah, Istisna dan Salam dan dapat juga dilakukan dengan prinsip Sewa-
menyewa dengan menggunakan akad Ijarah atau IMBT (Ijarah Muntahiya
Bittamlik). Pilihan lain dapat juga mengunakan prinsip pinjam-meminjam
dengan akad “Qardh”.
Lembaga keuangan syariah dapat juga melakukan pemberian jasa
pelayanan dengan menggunakan akad Wakalah, Hawalah, Kafalah dan Rohn.
Adapun bentuk lain dari operasional lembaga keuangan syariah antara lain :

20
Masalah dan persoalan ekonomi secara komprehensif harus dilihat secara
keseluruhan, hal ini terutama pada tinjauan ekonomi Islam yang menggunakan dan
hipotesa dan kesalehan teoremannya ditentukan dengan mengkaji kesesuaian antara
asumsi model dengan asas-asas syariat Islam dengan harapan akan terjadi harmonisasi
antara teori dan implementasinya di masyarakat. M. Abdul Mannan, Teori dan Praktik
Ekonomi Islam, (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wkaf, 1997), 11.
28 Lembaga Keuangan Syariah

1. Operasional lembaga keuangan syariah untuk membeli, menjual atau


menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan
atas dasar transaksi nyata atau “underlying transaction” berdasarkan
prinsip syariah21.
2. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan
oleh Pemerintah atau Bank Indonesia.
3. Menerbitkan surat berharga berdasarkan prinsip syariah.
4. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri atau nasabah
berdasarkan prinsip syariah.
5. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan
berdasarkan prinsip syariah.
6. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan prinsip “Wadiah Yad Amanah”.
7. Melakukan kegiatan operasional untuk penitipan dan penatausahaan
pihak lain berdasarkan kontrak dengan menggunakan akad Wakalah.
8. Memberikan fasilitas “Letter od Credit” atau L/C berdasarkan prinsip
syariah.
9. Melakukan kegiatan “Wali Amanat” berdasarkan akad Wakalah.
10. Memberikan fasilitas garansi berdasarkan prinsip syariah.
11. Melakukan kegiatan kartu debet, charge card berdasarkan prinsip
syariah.

21
Penggunaan akad Mudharabah dan Syirkah adalah metode untuk memobilisasi
dana masyarakat yang diikuti dengan kemampuan manajerial dan entrepreneurship
dengan tujuan untuk perdagangan pada skala Nasional dan Internasional dan
manufaktur terutama yang berbasis “home industry”, sehingga terjadi harmonisasi
antara kerja bank syariah dan pemerintah untuk mencapai tujuan Nasional. M. Umer
Chapra, Sistem Moneter Islam, (Jakarta : Gema Insani, 1985), 39.
Lembaga Keuangan Syariah 29

12. Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan prinsip syariah.


13. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan
lain di bidang keuangan berdasarkan prinsip syariah, yaitu sewa guna
usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring
penyelesaian dan penyimpanan.
14. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan
prinsip syariah untuk mengatasi akibat kegagalan pembiayaan.
15. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun
berdasarkan prinsip syariah.

Dengan demikian cakupan luas kegiatan lembaga keuangan syariah


berdasarkan peraturan perundang-undangan yang memposisikan falsafah
Pancasila dan UUD 1945 sebagai rujukan, maka pada posisi ini dapat dikatakan
sebagai titik temu antara lembaga keuangan syariah dan konsep dasar
ekonomi Pancasila22.
Konsep dasar bertemunya antara lembaga keuangan syariah secara
operasional dan ekonomi Pancasila adalah pada titik Sila Pertama Pancasila
“Ketuhanan Yang Maha Esa” yang dalam transaksi ekonomi syariah dapat
dimaknai sebagai implementasi dari pengertian “Tauhid”. Artinya setiap
kegiatan ekonomi dari hulu sampai hilir selalu melibatkan kehadiran Tuhan,
sehingga apapun kegiatan pembiayaan, investasi dan transaksi akan
menjaukan diri dari praktik riba, gharar dan maisyir. Demikian juga objek dari

22
Menurut Bung Karno, rusaknya kebesaran Islam dalam bentuk Nasional Islam,
Sosialisme Islam bukan disebabkan oleh Islam itu sendiri, akan tetapi karena rusaknya
budi pekerti orang-orang menjalankannya. Islam sejati tidak mengandung asas
Nasionalisme, anti sosialis. Untuk itu harus ada upaya untuk mengangkat Islam dari
kenistaan dan kerusakan. Tim Editor, Iman Toto K. Raharjo, dkk, Kata Pengantar, Bung
Karno dan Wacana Islam, (Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001), xii.
30 Lembaga Keuangan Syariah

bisnis tidak dibenarkan pada jenis usaha yang dilarang pada ketentuan syariah,
seperti dilarang bisnis minuman keras, peternakan babi, perjudian, bisnis
narkoba, bisnis pelacuran dan lain sebagainya.
Demikian juga pada prinsip dasar Tauhid harus mampu menggerakkan
“mind set” atau pemikiran para pelaku bisnis bahwa harta yang diperoleh dari
usaha adalah bentuk rizki yang diamanahkan oleh Allah SWT dan harus
dikeluarkan zakatnya. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an
Surat Ar-Ruum (30) Ayat 39 :
َّ َ‫ٱَّلل َو َما ٓ َءات َۡيتُم ِمن زَ َك ٰو ٖة ت ُ ِريدُونَ َوجۡ ه‬
ِ‫ٱَّلل‬ ِ َّ‫َو َما ٓ َءات َۡيتُم ِمن ِربّٗ ا ِليَ ۡرب َُواْ ف ِٓي أَمۡ ٰ َو ِل ٱلن‬
ِ ِۖ َّ َ‫اس فَ ًَل يَ ۡربُواْ عِند‬
٣٩ َ‫ض ِعفُون‬ ۡ ‫فَأ ُ ْو ٰلَٓئِكَ هُ ُم ۡٱل ُم‬
Artinya : 39. Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.
Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang
yang melipat gandakan (pahalanya).

Sila Kedua Pancasila mengatakan “Kemanusiaan Yang Adil Dan


Beradab”23. Artinya ada 3 makna yang terkandung, yaitu kemanusiaan,
keadilan dan beradab. Faktor kemanusiaan dimaksudkan untuk memposisikan
manusia sebagai satu tingkatan atau setara sehingga semua pihak harus

23
Implementasi dari ekonomi teologis atau ekonomi keagamaan adalah titik temu
antara kajian nilai-nilai agama yang diimplementasikan pada bidang ekonomi.
Perspektif pada Sila Kedua Pancasila yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan
beradab” merupakan salah satu bentuk kesadaran beragama, dengan demikian ada
tiga factor yang bersentuhan satu sama lain untuk besinergi, yaitu nilai agama Islam,
Pancasila dan Ekonomi. Susy Y.R. Sanie – Herman, Teori Ekonomi Mikro Tentang
Agama – Pengaruh Religius Terhadap Perilaku Ekonomi, (Jakarta : CV. EFKO Grafika,
2012), 69.
Lembaga Keuangan Syariah 31

berpegang teguh pada nilai-nilai kemanusiaan dan secara tersirat terdapat


pada pengertian di dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujuraat (49) Ayat 13 :
َّ َ‫اْ ِإ َّن أ َ ۡك َر َم ُك ۡم عِند‬ٞۚ ‫ارفُ ٓو‬
‫م‬ٞۚۡ ‫ٱَّللِ أَ ۡتقَ ٰى ُك‬ ُ َّ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلن‬
ُ ‫اس إِنَّا َخلَ ۡق ٰ َن ُكم ِمن ذَك َٖر َوأُنث َ ٰى َو َجعَ ۡل ٰ َن ُك ۡم‬
َ َ‫شعُوبّٗ ا َوقَبَآئِ َل ِلتَع‬
١٣ ‫ير‬ٞ ِ‫علِي ٌم َخب‬ َ َّ ‫إِ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬
Artinya : 13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Penerapan atau implementasi konsep keadilan dalam ekonomi dapat


dimaknai bahwa perekonomian dapat terdistribusi secara adil pada semua
lapisan masyarakat. Hal ini juga tercermin dalam pengertian Pasal 27 UUD
1945 yang antara lain berbunyi “semua warga negara bersamaan
kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan, serta tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan24, hal
tersebut juga seiring dengan Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat An-
Nisaa’ (4) Ayat 58 :

َ َّ ‫ ِل إِ َّن‬ٞۚ ‫اس أَن ت َۡح ُك ُمواْ بِ ۡٱلعَ ۡد‬


‫ٱَّلل نِ ِع َّما‬ ِ َ‫ٱَّلل يَ ۡأ ُم ُر ُك ۡم أَن ت ُ َؤدُّواْ ۡٱۡل َ ٰ َم ٰن‬
ِ َّ‫ت إِلَ ٰ ٓى أَ ۡه ِل َها َوإِذَا َحك َۡمتُم بَ ۡينَ ٱلن‬ َ َّ ‫۞إِ َّن‬
ِ َ‫سمِ ي ُۢ َعا ب‬
٥٨ ‫ص ّٗيرا‬ َ َّ ‫ظ ُكم ِب ۗٓ ِ ٓۦه ِإ َّن‬
َ َ‫ٱَّلل َكان‬ ُ ‫يَ ِع‬
Artinya : 58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan

24
Hak warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diatur di dalam
UUD 1945. Dalam pengertian demokrasi, semua warga negara mempunyai peran aktif
dan dinamis untuk pembangunan Nasional. Sehingga konsep demokrasi tidak hanya
menjamin mengutamakan pendapat, tetapi menjamin rakyat bebas dari tekanan dan
ancaman dari pihak yang berkuasa. Sarbini Sumawinata, Politik Ekonomi Kerakyatan,
(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004), 90.
32 Lembaga Keuangan Syariah

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.


Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Adapun implementasi dari kata beradab adalah berucap dan berperilaku


yang baik atau “Akhlakul Karimah”. Artinya dalam kegiatan ekonomi,
khususnya lembaga keuangan syariah, akan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai
moral dan etika. Hal ini telah dicontohkan Nabi Muhammad SAW yang
diabadikan di dalam Al-Qur’an Surat Al-Qalam (68) Ayat 1 – 6 yang berbunyi :

ٖ ُ‫ َو ِإ َّن لَكَ َۡل َ ۡج ًرا غ َۡي َر َم ۡمن‬٢ ‫ون‬


َ‫ َو ِإنَّك‬٣ ‫ون‬ ٖ ُ‫ َما ٓ أَنتَ ِبنِعۡ َم ِة َر ِبكَ ِب َم ۡجن‬١ َ‫ط ُرون‬ ُ ۡ‫نٓ َو ۡٱلقَلَ ِم َو َما َيس‬ٞۚ
٦ ‫ ِبأ َ ِيي ُك ُم ۡٱل َم ۡفتُو ُن‬٥ َ‫ص ُرون‬ ِ ‫ست ُ ۡب‬
ِ ‫ص ُر َوي ُۡب‬ َ َ‫ ف‬٤ ‫عظِ ٖيم‬َ ‫ق‬ ٍ ُ‫لَ َعلَ ٰى ُخل‬
Artinya :
1. Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis,
2. berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila.
3. Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak
putus-putusnya.
4. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
5. Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir)pun akan
melihat,
6. siapa di antara kamu yang gila.

Implementasi dari Sila Ketiga Pancasila yang berbunyi “Persatuan


Indonesia” adalah menjaga dengan baik toleransi perbedaan, sehingga unsur
bangunan bernegara tidak terpisahkan atau bercerai-berai25. Ada istilah lama

25
Lembaga keuangan syariah adalah salah satu hasil dari pemikiran baru dari
kawan intelektual muda Islam yang mengejawantahkan semangat ke-Islaman dan
kehidupan masyarakat yang lebih konkret. Perwujudan dari Sila Ketiga Pancasila
Lembaga Keuangan Syariah 33

yang patut dan layak untuk direnungkan kembali adalah “Bersatu kita teguh,
bercerai kita runtuh”. Artinya setiap kegiatan ekonomi masyarakat tetap
menjunjung tinggi rasa persatuan dan menghindarkan diri dari dampak
bercerai-berai. Hal ini sangat bersesuaian dengan Firman Allah SWT dalam Al-
Qur’an Surat Ali Imran (3) Ayat 103 :
ٞۚ
‫ف بَ ۡينَ قُلُوبِ ُك ۡم‬ َ َّ‫علَ ۡي ُك ۡم إِ ۡذ ُكنت ُ ۡم أَ ۡعدَآ ّٗء فَأَل‬ ِ َّ َ‫يعا َو ََّل تَف ََّرقُواْ َو ۡٱذ ُك ُرواْ نِعۡ َمت‬
َ ‫ٱَّلل‬ ِ َّ ‫َص ُمواْ بِ َح ۡب ِل‬
ّٗ ِ‫ٱَّلل َجم‬ ِ ‫ٱعت‬ ۡ ‫َو‬
َّ ُ‫ار فَأَنقَذَ ُكم ِم ۡن َه ۗٓا َك ٰذَلِكَ يُبَيِن‬
‫ٱَّللُ لَ ُك ۡم َءا ٰيَتِِۦه لَعَلَّ ُك ۡم‬ ِ َّ‫شفَا ُح ۡف َر ٖة ِمنَ ٱلن‬
َ ‫علَ ٰى‬ َ ‫فَأَصۡ بَ ۡحتُم بِنِعۡ َمتِ ِ ٓۦه إِ ۡخ ٰ َو ّٗنا َو ُكنت ُ ۡم‬
١٠٣ َ‫ت َهۡ تَدُون‬
Artinya : 103. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-
orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-
ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

Adapun implementasi secara ekonomi dari Sila Keempat Pancasila yang


berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan” konsep nyata dan makna terdalam pemikiran
ekonomi adalah gotong royong. Artinya praktik ekonomi syariah
mengedepankan mekanisme pasar yang telah diatur secara musyawarah

“Persatuan Indonesia” akan terbentuk dengan sendirinya secara aktual pada kegiatan
ekonomi atas dasar persatuan dan keadilan. Fachry Ali - Bahtiar Effendy, Merambah
Jalan Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1986), 167.
34 Lembaga Keuangan Syariah

didalam tugas legislatif yang tercermin dalam aturan perundang-undangan


yang berlaku26.
Lembaga keuangan syariah memposisikan aspek musyawarah sebagai
unsur yang penting dalam menentukan semua regulasi internal kelembagaan,
sehingga tidak bertentangan dengan aturan yang secara herarki berada di
atasnya. Pentingnya aspek musyawarah ini ditekankan di dalam Al-Qur’an
Surat Ali Imran (3) Ayat 159 yang berbunyi :
‫ع ۡن ُه ۡم َوٱسۡ ت َۡغف ِۡر‬
َ ‫ف‬ ۡ َ‫ب َلَنفَضُّواْ مِ ۡن َح ۡول ِِۖكَ ف‬
ُ ‫ٱع‬ ِ ‫ظ ۡٱلقَ ۡل‬ َ ‫غلِي‬ ًّ َ‫ٱَّلل لِنتَ لَ ُه ۡ ِۖم َولَ ۡو ُكنتَ ف‬
َ ‫ظا‬ ِ َّ َ‫فَبِ َما َرحۡ َم ٖة ِمن‬
١٥٩ َ‫ٱَّلل يُحِ بُّ ۡٱل ُمت ََو ِكلِين‬ ِ ٞۚ َّ ‫علَى‬
َ َّ ‫ٱَّلل إِ َّن‬ َ ‫لَ ُه ۡم َوشَا ِو ۡره ُۡم فِي ۡٱۡلَمۡ ِۖ ِر فَإِذَا‬
َ ‫عزَ ۡمتَ فَت ََو َّك ۡل‬
Artinya : 159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya.
Demikian juga pengertian yang terdapat pada Sila Kelima Pancasila yang
berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” merupakan
implementasi keadilan yang dilatar belakangi jiwa sosial27. Artinya semua

26
Fenomena perekonomian Islam terdapat prinsip bahwa ikatan kepentingan
pribadi dan kepentingan masyarakat terjalin erat sesuai dengan semangat yang
terkandung pada Sila Keempat Pancasila, artinya lembaga keuangan syariah harus
mampu mewadahi kata “kebijaksanaa dalam permusyawaranat.Implementasi
nyatanya ada pada Koperasi Syariah atau BMT. Ahmad Dimyati, dkk., Islam dan
Koperasi-Telaah Peran Serta Umat Islam Dalam pengembangan Koperasi, (Jakarta :
Kopinfo, 1998), 50.
27
Mekanisme distribusi yang tidak adil serta menurunya kesadaran sosial akan
mendorong terciptanya ketimpangan kehidupan, sehingga yang kaya semakin kaya dan
Lembaga Keuangan Syariah 35

transaksi ekonomi yang dilaksanakan tidak secara tunai harus tercatat


sehingga secara kelembagaan harus tercatat agar keadilan sosial secara
ekonomi tidak ternodai oleh kecurangan atau wanprestasi atau ingkar janji. Hal
ini diperjelas dalam Al-Qur’an Surat Al Baqarah (2) Ayat 282 :
‫ب‬ َ ‫ ِل َو ََّل يَ ۡأ‬ٞۚ ‫هُ َو ۡليَ ۡكتُب ب َّۡينَ ُك ۡم كَات ُِۢبُ بِ ۡٱلعَ ۡد‬ٞۚ ‫س ّٗمى فَ ۡٱكتُبُو‬َ ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓواْ إِذَا تَدَايَنتُم بِدَ ۡي ٍن إِلَ ٰ ٓى أَ َج ٖل ُّم‬
ُ‫َس مِ ۡنه‬ ۡ ‫ٱَّلل َربَّ ۥهُ َو ََّل يَ ۡبخ‬ َ َّ ‫ق‬ ِ َّ‫علَ ۡي ِه ۡٱل َح ُّق َو ۡليَت‬
َ ‫ٱَّللُ فَ ۡل َي ۡكت ُ ۡب َو ۡليُمۡ ِل ِل ٱلَّذِي‬
ٞۚ َّ ُ‫علَّ َمه‬
َ ‫ب َك َما‬َ ُ ‫كَاتِبٌ أَن يَ ۡكت‬
‫ ِل‬ٞۚ ‫ضعِيفًا أ َ ۡو ََّل يَسۡ تَطِ ي ُع أَن يُمِ َّل ه َُو فَ ۡليُمۡ ل ِۡل َو ِليُّ ۥهُ بِ ۡٱلعَ ۡد‬ َ ‫سفِي ًها أ َ ۡو‬ َ ‫علَ ۡي ِه ۡٱل َح ُّق‬ َ ‫ا فَإِن َكانَ ٱلَّذِي‬ٞۚ ّٔٗ ٔ‫ش َۡي‬
ِ‫ش َهدَآء‬
ُّ ‫ض ۡونَ مِ نَ ٱل‬
َ ‫َان مِ َّمن ت َۡر‬ِ ‫ل َو ۡٱم َرأَت‬ٞ ‫ش ِهيدَ ۡي ِن مِ ن ِر َجا ِل ُك ۡ ِۖم َفإِن َّل ۡم يَ ُكونَا َر ُج َل ۡي ِن َف َر ُج‬ َ ‫َوٱسۡ ت َۡش ِهدُو ْا‬
ٞۚ
ُ‫ش َهدَآ ُء ِإذَا َما دُعُواْ َو ََّل ت َۡسَٔٔ ُم ٓواْ أَن ت َۡكتُبُوه‬ ُّ ‫ب ٱل‬ َ ‫ى َو ََّل َي ۡأ‬ٰٞۚ ‫َض َّل ِإ ۡحدَ ٰى ُه َما فَتُذَك َِر ِإ ۡحدَ ٰى ُه َما ۡٱۡل ُ ۡخ َر‬
ِ ‫أَن ت‬
َّ ‫ٱَّلل َوأ َ ۡق َو ُم لِل‬
ً‫ش ٰ َهدَ ِة َوأَ ۡدن ٰ َٓى أ َ ََّّل ت َۡرتَاب ُٓو ْا ِإ ََّّلٓ أَن تَ ُكونَ ِت ٰ َج َرة‬ ِ َّ َ‫ط عِند‬ ُ ‫س‬َ ‫ِۦه ٰذَ ِل ُك ۡم أ َ ۡق‬ٞۚ ‫يرا ِإلَ ٰ ٓى أ َ َج ِل‬
ً ‫ِيرا أ َ ۡو َك ِب‬
ً ‫صغ‬ َ
َ ُ‫م َو ََّل ي‬ٞۚۡ ُ ‫علَ ۡي ُك ۡم ُجنَا ٌح أَ ََّّل ت َۡكتُبُوه َۗٓا َوأ َ ۡش ِهد ُٓواْ إِذَا تَبَايَعۡ ت‬
‫ِب َو ََّل‬ٞ ‫ضا ٓ َّر كَات‬ َ ‫س‬ َ ‫ِيرونَ َها بَ ۡينَ ُك ۡم فَلَ ۡي‬ ُ ‫اض َر ّٗة تُد‬ ِ ‫َح‬
٢٨٢ ‫ِيم‬ٞ ‫عل‬ َ ٍ‫ٱَّللُ بِ ُك ِل ش َۡيء‬ َّ ‫ٱَّللُ َو‬ َ ِۖ َّ ْ‫سو ُۢ ُق بِ ُك ۡ ۗٓم َوٱتَّقُوا‬
ٓۗ َّ ‫ٱَّلل َويُعَ ِل ُم ُك ُم‬ ُ ُ‫ َوإِن ت َۡفعَلُواْ فَإِنَّ ۥهُ ف‬ٞۚٞ‫ش ِهيد‬َ
Artinya : 282. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya
dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana
Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan
dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang

yang miskin semakin tidak berdaya. Untuk itu prinsip keadilan pada lembaga keuangan
syariah mutlak diperlukan. M. Sholahuddin, Asas-Asas Ekonomi Islam, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2007), 198.
36 Lembaga Keuangan Syariah

lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi
yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik
kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu,
lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada
tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika
mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka
tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu
adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Dengan demikian konsep dasar dan pemikiran serta makna


implementasinya lembaga keuangan syariah dengan Pancasila mempunyai
korelasi harmonis yang secara teori patut untuk dikembangkan serta dilakukan
sosialisasi kepada semua lapisan masyarakat terutama para pelaku ekonomi.

C. EKONOMI PANCASILA (MENGGAGAS KOMPROMI RASIONALITAS


EKONOMI INDONESIA PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH).

Dasar pemikiran untuk mencari konsep ekonomi Pancasila adalah adanya


keyakinan bahwa hanya melalui pengkajian filosofi dasar negara sebagai
konsensus nasional yang bersumber dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia
maka masyarakat Indonesia bisa mencapai tujuan nasional yang dicita-citakan
oleh segenap bangsa Indonesia sendiri sebagaimana tercantum dalam
Lembaga Keuangan Syariah 37

Pembukaan UUD 1945, yaitu “memajukan kesejahteraan umum,


mencerdaskan kehidupan bangsa yang adil dan makmur”. Usaha untuk
mencari konsep ekonomi Pancasila sekaligus untuk menangkal pencemaran
pemahaman Pancasila sebagai akibat dari gelombang demokratisasi dewasa ini
serta untuk menjaga pemurnian pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari
sehingga pengamalan Pancasila akan membentuk rasa solidaritas dan
penghargaan terhadap perbedaan, menjauhkan diri dari sikap arogansi, dan
dominasi mayoritas terhadap minoritas dalam bentuk pemaksaan kehendak
atau kekerasan, terror dan pemaksaan ideologi dalam pemahaman yang
berbeda, latar belakang penyebab pencemaran dan pergeseran pemahaman
Pancasila atau faktor penyebab termarginalkannya Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara; Pertama, Pancasila digunakan oleh rezim punguasa
untuk mempertahankan Status-Quo kekuasaan; Kedua, penghapusan Pancasila
sebagai satu-satunya azas setiap organisasi; Ketiga, desentralisasi dan
semangat otonomi daerah yang berlebihan; Keempat, pergeseran pemaknaan
Pancasila secara sepihak sehingga mengesampingkan rasa persatuan dan
kesatuan serta penghormatan terhadap perbedaan, yang pada akhirnya akan
bermuara pada pemaksaan kehendak atau kekerasan.28 Untuk itu hadirnya
lembaga keuangan syariah mempunyai kontribusi yang menyatukan pemikiran
antara kepentingan ekonomi, kepentingan pemahaman keagamaan dan
kepentingan adanya konsensus nasional, yaitu Pancasila.
Ketergantungan ekonomi dalam implementasi kehidupan bermasyarakat
serta pengelolaan sumber daya alam yang melimpah serta segala potensi yang

28
Azyumardi Azra, Pancasila dan Identitas Nasional Indonesia, dalam buku
Restorasi Pancasila Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas, (Bogor :
Perhimpunan Pendidikan Demokrasi, 2006), 146.
38 Lembaga Keuangan Syariah

ada terhadap campur tangan asing telah menjadikan bangsa Indonesia menjadi
negara yang konsumtif, tidak mandiri dalam pengelolaan hutang,29 dan bangsa
yang tidak berdaya dalam pengurusan TKI dan TKW di luar negeri, bahkan lebih
jauh dari itu menjadi TKI dan TKW di negeri sendiri, lalu timbul satu pertanyaan
besar, mungkinkah segenap bangsa Indonesia ini akan memperoleh
kemakmuran bila konsep ekonomi yang dijalankan menggunakan tata nilai
pasar bebas yang kapitalis. Sementara dilain pihak konsep ekonomi kapitalis
sendiri sudah mulai dipertanyakan kemampuannya di negaranya sendiri.30
Permasalahan mendasar yang harus segera dicari jalan keluar dan
solusinya dalam bentuk konsep pembangunan ekonomi yang mampu
mengangkat harkat dan martabat sehingga setara dengan bangsa-bangsa lain
dalam pergaulan internasional dengan cara melepaskan diri dari
ketergantungan hutang luar negeri, penguatan sektor ekonomi kerakyatan
yang mampu membuka lapangan pekerjaan baru dan sekaligus meningkatkan
pendapatan masyarakat sehingga mampu mengurangi angka pengangguran
dan mengurangi angka kemiskinan serta upaya untuk berdikari secara mandiri

29
Konsepsi dasar pemikiran untuk mendapatkan pinjaman yang berkembang saat
ini mengikuti pandangan para ekonom neo liberal yaitu ; Pertama, untuk menutup
atau menghilangkan kesenjangan antara tingkat tabungan masyarakat dengan
kebutuhan investasi (saving investment gap); Kedua, memanfaatkan suku bunga
murah dari negara-negara kreditur dan lembaga miltilatera. Dengan menggunakan
paradigma yang bertumpu pada semboyan “investor firt, people second” atau dengan
ungkapan yang lazim dan lebih halus “bersahabat dengan pasar”, sehingga apabila
terjadi kenyataan atau kondisi para investor memilih tindakan untuk tidak melakukan
investasi, maka para pembuat kebijakan tidak berdaya untuk memaksa mereka, dan
jalan yang harus ditempuh dengan tidak ada pilihan adalah menciptakan lingkungan
kebijakan politik dan ekonomi yang oleh para investor dinilai positif dan responsif.
Jeffrey A. Winters, Power in Motion, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1999), 4.
30
Dekade Keserakahan (the roaring nineties : a new history of the world`s most
prosperous decade) yang diterjemahkan oleh Aan Suhaeni dari Josept E. Stiglitz
(Jakarta : marjin kiri PT. Cipta Lintas Wacana, 2006), 53.
Lembaga Keuangan Syariah 39

di bidang pembangunan ekonomi menyeluruh dan pemerataan hasil


pembangunan yang tersebar ke seluruh wilayah Nusantara. Ketidakberdayaan
ekonomi nasional secara umum disebabkan oleh; Pertama, paradigma lama
yang menempatkan cara berfikir bangsa ini sebagai subordinasi negara-negara
maju melalui perjanjian atau kontrak yang mengikat sebagai konsekuensi logis
atas hutang luar negeri atau bentuk bantuan apapun namanya, seakan menjadi
rumus tetap bahwa negara industri maju mengelola bahan mentah menjadi
barang siap pakai dengan harga yang cukup tinggi, sementara dilain pihak
negara dunia ketiga yang mempunyai kekayaan sumber daya alam dipaksakan
oleh keadaan untuk menjadi eksportir bahan mentah dengan harga yang relatif
murah. Dengan demikian diperlukan langkah-langkah recovery yang mampu
merumuskan kebijakan strategis dan keberanian untuk mengambil resiko guna
merubah arah kebijakan ekonomi saat ini yang berpihak pada pasar bebas dan
hanya menguntungkan sebagian kecil dari sudut jumlah pelaku ekonomi
kepada kebijakan ekonomi yang berpihak pada masyarakat secara luas atau
dengan istilah kebijakan ekonomi kerakyatan; Kedua, ketidakberdayaan
ekonomi nasional disebabkan oleh kurang jelinya pemerintah dalam membagi
proporsi aktivitas ekonomi yang mengakibatkan dominasi pemodal
internasional terhadap sektor-sektor setrategis antara lain : 85,4% menguasai
konsesi pertambangan migas, 70% menguasai kepemilikan saham di Bursa Efek
Indonesia, dan lebih dari 50% menguasai kepemilikan perbankan (data
tersebut telah disampaikan pada forum rektor tahun 2007).31

31
Model pembangunan politik Indonesia saat ini telah memposisikan diri masuk
dalam perangkap hutang, dan kondisi tersebut dimanfaatkan oleh jaringan lembaga-
lembaga keuangan dan perdagangan internasional seperti IDB, Bank Dunia, IMF dan
WTO sebagai alat untuk melaksanakan pemaksaan agenda-agenda ekonomi politik
40 Lembaga Keuangan Syariah

Alasan kuat yang mendorong untuk mencari konsep ekonomi yang


berakar dari budaya bangsa adalah terjadinya krisis moneter pada tahun 1997
yang berakibat pada pergantian tapuk kekuasaan dari era Orde Baru menjadi
era reformasi, secara empiris telah terbukti dalam kehidupan ekonomi saat itu,
bahwa pihak yang mengalami krisis adalah ekonomi konglemerasi sedangkan
ekonomi yang berbasis kerakyatan mampu bertahan menghadapi terpaan
badai krisis bahkan lebih jauh dari itu mampu bangkit dan memposisikan diri
sebagai penyelamat perekonomian bangsa. Sehingga konsep pemikiran yang
hendak dibangun dalam kajian ekonomi Pancasila adalah sebagai berikut;
Pertama, kajian perjalanan sejarah bangsa Indonesia dan sejarah perjuangan
menuju Indonesia merdeka dan sekaligus usaha untuk mempertahankan
kemerdekaan dalam menghadapi agresi militer, sehingga menghasilkan nilai
dan norma luhur kehidupan berbangsa dan bernegara diposisikan sebagai
dasar acuan kerangka berfikir; Kedua, mengkaji aturan yang sudah
dilembagakan dan dijalankan oleh pemerintah hingga saat ini; Ketiga,
memposisikan konsep ekonomi Pancasila sebagai General Theory atau teori
umum, sedangkan konsep ekonomi kerakyatan atau ekonomi Koperasi sebagai
landasan empirisnya. Meskipun demikian kondisi tersebut masih membuka
peluang untuk menyusun Grand Theory yang secara menyeluruh tertuang
dalam makna ekonomi Pancasila yang berorientasi pada usaha kemandirian
ekonomi sebagaimana dicita-citakan oleh segenap bangsa Indonesia sejak awal
berdirinya negeri ini, sehingga landasan berfikir yang digunakan sebagai acuan

neoliberal kepada Indonesia. Simpul krisis adalah krisis ideologi yang meluas menjadi
krisi ekonomi politik, karena kebijakan yang ditempuh setiap rezim pemerintahan
selalu berpihak pada Konsensus Washington atau Neoliberalisme, yaitu; penerapan
deregulasi, liberalisasi, privatisasi dan penghapusan subsidi. M. Dawam Rahardjo,
Nalar Ekonomi Politik Indonesia, (Bogor : IPB Press, 2011), xvii.
Lembaga Keuangan Syariah 41

adalah memposisikan dasar falsafah bangsa Indonesia Pancasila sebagai satu-


satunya barometer pembangunan teori ekonomi Pancasila yang kemudian
dirangkum dalam satu pola pemikiran yang tidak hanya dapat bersaing secara
internasional, akan tetapi lebih jauh dari itu menjadi ideologi alternatif bagi
dunia setelah pudarnya kekutan ekonomi pasar bebas yang berlandaskan
“Kepuasan Konsumtif”.32
Kemandirian ekonomi bangsa Indonesia dapat dimaknai sebagai usaha
perjuangan untuk menentukan pola ekonomi yang terlepas dari intervensi
asing dan berorientasi murni untuk kemakmuran rakyat secara merata,
sehingga rumusan kemandirian ekonomi tersebut adalah; Pertama, prioritas
pola perekonomian mengedepankan kepentingan masyarakat banyak, bukan
kepentingan sekelompok orang dengan pola konglomerasi; Kedua, mengurangi
jumlah pinjaman atau hutang luar negeri secara bertahap sampai pada
pelunasan hutang secara sempurna dan tidak membuka peluang kesempatan
untuk melakukan hutang kembali pada kondisi apapun; Ketiga, ekspor produk
dilakukan hanya barang jadi atau setengah jadi bukan bahan mentah, demikian
juga barang yang diekspor bukan mengejar keuntungan semata tetapi barang

32
Membangun suatu teori ekonomi, harus dimulai dari landasan filsafat teori
ekonomi itu sendiri, sebab tanpa kerja keras untuk mencari aliran budaya dari zaman
prasejarah hingga saat ini dan berpedoman pada filsafat bangsa yang sudah disepakati
sebagai konsensus nasional maka akan menjadi teori tambal sulam dari apa yang
sudah ada, sehingga warna dan coraknya hanya bersifat sementara. Ilmu ekonomi
yang dirintis oleh Adam Smith dibangun atas landasan konsepsi perilaku manusia atas
dasar “Kepuasan Konsumtif”, sehingga konsep pemikiran tersebut dapat dimaknai
sebagai hasil akulturasi budaya barat yang tidak bersesuaian dengan budaya timur,
untuk itu diperlukan kajian yang mendalam pada suatu teori ekonomi ketimuran.
Hidayat Nataatmaja, Karsa, Membangun Ilmu Ekonomi Pancasila dalam buku Ekonomi
Pancasila edisi pertama dengan editor Mubyarto dan Boediono yang saat ini menjabat
sebagai Wakil Presiden RI, (Yogyakarta : BPFE, 1997), 23.
42 Lembaga Keuangan Syariah

yang diekspor adalah komoditi yang lebih dari kebutuhan dalam negeri, artinya
selama kebutuhan pasar dalam negeri masih memerlukan dan mampu
menyerap maka produk tersebut tidak boleh untuk diekspor, demikian juga
produk impor diperlukan ketika barang yang sama tidak tersedia di dalam
negeri atau paling tidak barang yang sejenis atau barang subsitusi tidak
tersedia secara mencukupi, hal tersebut dimaksudkan untuk melindungi pasar
domistik; Keempat, menata kembali pola praktik perbankan dan sistem mata
uang yang menghindarkan dari praktik ekonomi biaya tinggi serta kebijakan
fiskal yang mampu menjadi stimulus untuk meningkatkan potensi ekonomi
masyarakat; Kelima, membuka peluang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk
berpartisipasi pada perekonomian nasional melalui kebijakan kolektif yang
berpihak pada rakyat; Keenam, membangun pola pemasaran produk lokal yang
terstruktur dan mempunyai akses yang luas pada pasar domistik dan pasar
ekspor; Ketujuh, perekonomian disusun berdasarkan tata nilai sosial budaya
gotong royong, kebersamaan dan budaya saling tolong-menolong.33 Salah satu
asas ekonomi Islam pada lembaga keuangan syariah adalah tolong-menolong,
sehingga terjadi sinkronisasi antara ekonomi Pancasila dan lembaga keuangan
syariah.

33
Akumulasi dari kemampuan negara untuk meningkatkan tabungan nasional serta
kemampuannya untuk menyerap modal atau Absorptive Capacity untuk meningkatkan
penanaman modal guna membuka lapangan pekerjaan baru, akan berdampak pada
perhitungan selisih antara tabungan dan biaya penanaman modal sehingga
menciptakan koridor keperluan modal yang akan dicarikan sumbernya dari luar negeri,
artinya dalam proses pembangunan ekonomi berupa penanaman modal guna
mengejar angka pertumbuhan yang telah ditetapkan oleh pemerintah bersama pihak
legislatif telah membuka peluang untuk melakukan penambahan modal dari luar
negeri berupa hutang. Zulkarenain Djamin, Masalah Hutang Luar Negeri bagi Negara-
Negara Berkembang dan Bagaimana Indonesia Mengatasinya, (Jakarta : Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia, 1995), 23.
Lembaga Keuangan Syariah 43

Consensus nasional sebagaimana telah disepakati bersama mulai dari


berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditandai dengan
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dengan Proklamator yang sekaligus
dikenal sebagai Bapak Pendiri Bangsa “Soekarno - Hatta, consensus tersebut
telah mengalami pasang surut dalam tataran implementatif, akan tetapi secara
filosofis tidak mengalami perubahan apapun, karena daya rekat bangsa
Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan consensus tersebut, ada empat pilar
consensus yang harus dipegang teguh oleh bangsa Indonesia; Pertama,
Pancasila sebagai Dasar Negara dan sekaligus sebagai tuntunan dan arah
kebijakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila mampu
memperkokoh peran dan jati dirinya pada setiap hati nurani anak bangsa, dan
melalui pengkajian Pancasila secara mendalam dengan sudut pandang objektif
akademis maka akan semakin tampak kedalaman arti dan fungsinya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan alasan itulah penulis berniat
untuk menggali potensi Pancasila dari sisi pemberdayaan ekonomi, sehingga
dalam kajian ini menggunakan istilah ekonomi Pancasila; Kedua, Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 yang didalamnya terkandung cita-cita bangsa
Indonesia. Sebagaimana dimaklumi bersama bahwa sejak era reformasi yang
diawali dengan bergantian kekuasaan pemerintahan dari kejayaan Orde Baru
menuju Era Reformasi yang dimotori oleh gerakan mahasiswa telah
menempatkan keinginan melalui kekuasaan legislatif untuk merubah Batang
Tubuh atau Pasal-Pasal yang terdapat pada Undang-Undang Dasar 1945
sebanyak empat kali, meskipun tidak menutup kemungkinan di masa yang
akan datang akan terjadi penyempurnaan Batang Tubuh Undang-Undang
Dasar 1945 oleh generasi anak bangsa yang akan datang, akan tetapi
44 Lembaga Keuangan Syariah

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tidak boleh dan tidak akan mengalami
perubahan karena disana terdapat semangat dan pernyataan berdirinya
sebuah negara, artinya sudah tertutup kemungkinan adanya perubahan
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, karena merubahnya berarti merubah
semua tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara serta merubah
pernyataan kemerdekaan. Untuk itu dalam kondisi apapun Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 harus dipertahankan; Ketiga, Bhinneka Tunggal
Ika yang secara umum dapat difahami bahwa pengakuan keragaman budaya,
keragaman bahasa daerah, keragaman suku, adat istiadat dan keragaman
agama akan tetapi dalam satu kerangka budaya bangsa yaitu bangsa Indonesia,
keragaman dapat dimaknai sebagai kekayaan warna pemahaman dan
kekayaan potensi daerah dengan dasar keyakinan bahwa Tuhan menciptakan
manusia dalam kondisi yang berbeda untuk saling melengkapi dan bukan
untuk saling membenci, untuk saling bekerjasama dan bukan untuk saling
bercerai berai, sehingga dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia diperlukan
faham ke-Bhinneka-an serta diperlukan ketangguhan kepemimpinan yang
memiliki integritas yang kuat dan mampu menyatukan segala macam
perbedaan menjadi potensi energi positif untuk membangun kesatuan negara,
dalam kondisi seperti inilah kemudian melahirkan istilah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Akan tetapi dalam kondisi semangat otonomi daerah,
maka tidak menutup kemungkinan munculnya semangat kedaerahan dan
semangat kesukuan, disinilah letak strategisnya refitalisasi pemahaman
Bhinneka Tunggal Ika agar bangsa Indonesia terlepas dari kemungkinan dis-
integrasi bangsa, sehingga semangat yang dibangun dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara adalah semangat toleransi dengan menjauhkan diri
Lembaga Keuangan Syariah 45

dari semangat pemaksaan mayoritas terhadap minoritas, semangat toleransi


tersebut merupakan semangat saling pengertian dan semangat persatuan dan
kesatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republic Indonesia; Keempat,
Wawasan Nusantara. Kata “wawasan” berasal dari akar kata “Wawas” yang
dalam bahasa Jawa berarti “melihat” atau “memandang” kemudian mendapat
akhiran “an”, sehingga mempunyai pengertian : “cara penglihatan atau cara
tinjau atau cara pandang”. Selanjutnya pemahaman secara umum
mengandung pengertian tentang cara pandang banga Indonesia terhadap diri
dan lingkungannya dalam kerangka kehidupan berbangsa dan bernegara, cara
pandang tersebut dapat diwujudkan dan dikembangkan pada semangat cinta
tanah air dan semangat bela negara, sejengkal tanah dan secangkup air dalam
teritorial wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dipertahankan
sampai titik darah penghabisan, demikianlah semboyan semangat kebangsaan
yang harus dibangun dalam dada setiap warga negara. Semangat Bela Negara
dan berjuang di jalan Allah tertera di dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah (9) Ayat
38:
‫ضيتُم بِ ۡٱل َحيَ ٰوةِ ٱلد ُّۡنيَا‬ ٞۚ ِ ‫ٱَّلل ٱثَّاقَ ۡلت ُ ۡم ِإلَى ۡٱۡل َ ۡر‬
ِ ‫ض أ َ َر‬ َ ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ َما لَ ُك ۡم ِإذَا قِي َل لَ ُك ُم ٱنف ُِرواْ فِي‬
ِ َّ ‫سبِي ِل‬
٣٨ ‫ةِ فَ َما َم ٰت َ ُع ۡٱل َح َي ٰوةِ ٱلد ُّۡن َيا فِي ۡٱۡلٓخِ َرةِ ِإ ََّّل قَلِي ٌل‬ٞۚ ‫مِ نَ ۡٱۡلٓخِ َر‬
Artinya : 38. Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan
kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa
berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di
dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia
ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.

Pemahaman terhadap Wawasan Nusantara harus dimulai dari proses


ejukasi secara terus menerus baik melalu pendidikan formal di bangku sekolah
46 Lembaga Keuangan Syariah

dasar, menengah sampai pada pendidikan perguruan tinggi, demikian juga


melalui pendidikan non formal yang dapat dilakukan melalui jalur non formal
dalam bentuk penyuluhan, program implementasi yang secara nyata dapat
dirasakan masyarakat seperti penanaman pohon untuk menjaga kelestarian
hutan dan penghijauan lingkungan. Dari sisi yang berbeda pemaknaan
Pancasila dan implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan sehari-hari
akan menghasilkan sikap perilaku dan pola fikir yang berakar pada wawasan
kebangsaan yang bertumpu pada sejarah perjuangan bangsa, hasil akhir dari
proses tersebut adalah terbangunnya jiwa solidaritas nasional, nasionalisme
sejati yang mengedapankan persatuan dan kesatuan diatas kepentingan
pribadi, serta terjadi saling pengertian antar kelompok agama terhadap
pemaknaan agamanya masing-masing, tidak ada satu agama apapun di dunia
ini yang mengajarkan kebencian, mendorong pengikutnya untuk berbuat
kerusakan, atau memotivasi pemeluknya untuk melakukan kekerasan tanpa
jalur hukum yang benar, sehingga aksi terror dengan menggunakan alasan
agama menjadi suatu hal yang tidak realistis dan harus ditindak dengan
menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan preventif atau pencegahan
dan penindakan sesuai dengan hukum yang berlaku. Demikian juga
pemaknaan Jihad dalam ajaran agama Islam telah disalah artikan dan
digunakan dasar alasan untuk melakukan terror kekerasan, padahal makna
Jihad yang sesungguhnya dalam Islam adalah bekerja secara sungguh-
sungguh.34

34
Nasaruddin Umar dalam kolom Hikmah Koran Republika tanggal 27 September
2011 mengatakan; bahwa pengertian Jihad adalah sesuatu yang luhur, dalam tinjauan
bahasa Jihad berasal dari kata Jahada yang berarti bersungguh-sungguh, sehingga
pemaknaan terhadap kata tersebut menghasilkan tiga pengertian; Pertama, Jihad
Lembaga Keuangan Syariah 47

Lebih jauh dari itu “Wawasan Nusantara” dapat diartikan sebagai


implementasi wawasan nasional Indonesia guna mencapai tujuan nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, adapun lingkup kajian
wawasan Nusantara meliputi : keutuhan wilayah atau Integralistik35,
kekeluargaan, kebersamaan, dan keserasian. Sehingga pengertian wawasan
Nusantara dapat dilihat dari dua sudut yang berbeda; Pertama, mawas ke
dalam yaitu menempatkan sekala prioritas pada unsur persatuan dan kesatuan
bangsa dalam segala aspek kehidupan, aspek politik, aspek ekonomi, aspek
sosial budaya, aspek pertahanan keamanan, dan aspek kelestarian alam atau
lingkungan hidup. Adapun mawas ke luar yaitu sinkronisasi hubungan bilateral
antar bangsa dan hubungan multilateral dalam pergaulan internasional secara
harmonis, bebas aktif, akan tetapi tetap dalam kerangka menjaga kepentingan
nasional atau The Main National Interest. Hubungan timbal balik antara
wawasan Nusantara dan ketahanan nasional menjadi dua unsur yang saling
melengkapi antara kerangka berfikir, kajian akademis dan implementasi dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun ketahanan nasional dapat difahami sebagai

dalam pengertian bersungguh-sungguh dalam perjuangan untuk kemaslahatan atau


usaha untuk berbuat baik dalam bentuk kegiatan fisik; Kedua, Ijtihad yang
merefleksikan usaha sungguh-sungguh dalam bentuk perjuangan dengan nalar, hal
tersebut dimaksudkan untuk menata cara berfikir dan pemahaman yang benar
terhadap ajaran agama, karena kekerasan terror berakar pada penyimpangan
pemaknaan ideologi secara sepihak; Ketiga, Mujahadah dalam arti perjuangan dengan
kekuatan rohani. Jihad dalam pemaknaan sebenarnya adalah Jihad atau upaya yang
sungguh-sungguh dengan tujuan untuk mempertahankan kehidupan manusia yang
bermartabat dan dedikasi harga diri sebagai manusia, serta bukan usaha untuk
menyengsarakan orang lain, apalagi dengan melakukan perbuatan yang berdampak
pada pengerusakan sarana ibadah dan pembunuhan.
35
Semangat juang prajurit TNI yang didukung oleh rakyat dalam usaha Bela Negara
dan Wawasan Nusantara dengan memposisikan kepentingan negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan. Abdullah Fathoni, Bersama Rakyat TNI Kuat,
(Jakarta : BPA Pustaka, 2014), 19.
48 Lembaga Keuangan Syariah

kondisi dinamis bangsa Indonesia yang harus dijaga kesinambungannya guna


menjaga tetap tegaknya dan keutuhan serta semangat guna mencapai tujuan
nasional. Salah satu bentuk implementatif dari wawasan Nusantara dan
ketahanan nasional adalah kemandirian di bidang ekonomi, sehingga tidak
berlebihan bila dikatakan bahwa generasi anak bangsa dituntut untuk mencari
konsep dasar ekonomi Pancasila yang bersumber dari jati diri bangsa
Indonesia.36 Kecendrungan terhadap pemahaman ketahanan ekonomi pada
era pasar bebas sungguh sangat menghawatirkan, hal ini disebabkan adanya
pergeseran tata nilai dan akumulasi kepentingan antara negara maju dan
negara sedang berkembang, akumulasi tersebut akan bermuara pada faham
ekonomi masing-masing negara, sehingga harus dicari garis pendekat antara
faham tersebut. Ada satu pertanyaan besar, mungkinkah faham ekonomi
kapitalis akan dapat memakmurkan dan mensejahterakan bangsa Indonesia?
Maka untuk menjawab pertanyaan tersebut harus dicari sumber dari mana
konsep ekonomi kapitalis tersebut dilahirkan, kemudian akan timbul
pertanyaan besar berikutnya, apakah akar budaya negara yang melahirkan
ekonomi kapitalis bersesuaian atau ada semacam sinkronisasi budaya dengan
akar budaya bangsa Indonesia? Untuk itu posisi strategis lembaga keuangan
syariah menjadi alternatif solusi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Komitmen kebangsaan harus dibangun diatas pilar kerelaan berkorban
demi bangsa dan negara, rasa cinta tanah air dan pengabdian yang tulus ikhlas
demi membangun rasa kebangsaan tersebut serta pemahaman terhadap harga

36
Budisantoso Suryosumarto, Ketahanan Nasional Indonesia, (Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan, 2001), 4.
Lembaga Keuangan Syariah 49

diri sebagai bangsa yang berdaulat. Bangsa adalah satu kesatuan komunitas
manusia yang secara sadar merasa bahwa mereka adalah satu kesatuan pada
proses sejarah yang sama dan memiliki tujuan yang sama sehingga terjadi
proses timbal-balik kebangsaan yang pada puncaknya melahirkan segenap
kesadaran kebangsaan Proklamasi 17 Agustus 1945. Proklamasi Kemerdekaan
merupakan peristiwa sejarah dan sekaligus sebagai momentum penting bagi
bangsa Indonesia yang telah mendeklarasikan rasa kebangsaannya kepada
seluruh dunia. Perkembangan dan perjalanan sejarah bangsa Indonesia telah
menempatkan pada posisi pergaulan internasional yang setingkat dan
sederajat dengan bangsa lain, maka tidak berlebihan bila dalam pembangunan
ekonomi masa depan bangsa Indonesia mencari nilai-nilai luhur bangsa sebagai
warisan nasional budaya bangsa, akumulasi dari warisan budaya tersebut akan
diformulasikan menjadi sebuah konsep pembangunan ekonomi yaitu ekonomi
Pancasila. Maksud pencarian tata nilai dan budaya tersebut didasarkan pada
semangat cinta tanah air dan keyakinan bahwa hanya dengan tata nilai dan
budaya sendiri pembangunan ekonomi akan dapat berjalan dengan baik sesuai
cita-cita bangsa Indonesia itu sendiri sebagaimana tercantum dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 194537.
Founding Fathers atau pendiri bangsa Indonesia sangat sadar bahwa
hanya dengan nasionalisme kebangsaan dan toleransi keberagaman yang
mampu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari menuju masyarakat
yang adil dan makmur, yang pada akhirnya akan memperoleh kesadaran

37
Pembangunan ekonomi pada skala tertentu dapat dilipatgandakan dengan dasar
teori “Multiplier Effect”, yaitu dampak berganda dengan didukung oleh kualitas SDM
dan teknologi yang tinggi dan networking yang luas. Abdullah Fathoni, Serat Sejatinig
Urip 2”, (Jakarta : Yayasan Pendidikan Nur Azza Lestari, 2008), 93.
50 Lembaga Keuangan Syariah

bahwa nasionalisme dan demokrasi Pancasila akan menjadi landasan


perjuangan di masa mendatang pada kondisi apapun, untuk itu peningkatan
kualitas kehidupan kebangsaan dan pelaksanaan kehidupan politik yang
demokrasi akan menjadi ukuran keberhasilan suatu pemerintahan dan
sekaligus sebagai ukuran keberhasilan dalam menata peradaban bangsa.
Transformasi budaya antar negara yang ditandai dengan hadirnya perusahaan-
perusahaan multinasional yang menciptakan para pelaku ekonomi skala besar,
yaitu para konglomerat, sehingga menciptakan kantung-kantung ekonomi yang
eksklusif atau Enclaf yang sebagian besar manfaatnya tidak dinikmati oleh
masyarakat, bahkan dalam kenyataannya menghambat usaha transformasi
secara struktural yang dibutuhkan oleh suatu negara dalam membangun
potensi ekonominya, dan pada sudut pandang yang berbeda pembangunan
ekonomi suatu negara diarahkan menuju suatu bentuk perekonomian yang
lebih ter-diversifikasi secara merata sehingga tercipta kemandirian dalam
pembagunan ekonomi kebangsaan.38
Pancasila adalah Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alenia Keempat,
merupakan consensus bersama bangsa Indonesia dan sekaligus merupakan
hasil jerih payah dan kerja keras para pendiri bangsa Indonesia dengan

38
Didalam kenyataannya operasional perusahaan multinasional tidak lagi bisa
difahami hanya dengan menggunakan perangkat teori perdagangan secara sederhana,
terutama bila dikaitkan dengan distribusi keuntungan, perusahaan raksasa seperti IBM,
FORD, Exxon, Philips, Sony, Hitachi, British Petroleum, Volks Wagen, dan Coca-Cola,
telah mendunia dalam proses produksinya sehingga kalkulasi atas distribusi
keuntungan yang dihasilkan dari produksi internasional tersebut antara penduduk
setempat dan pihak asing menjadi menjadi semakin sulit dilakukan. Michael P. Todaro
dan Stephen C. Smith, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, (Jakarta : penerbit
Erlangga, 2004), 35.
Lembaga Keuangan Syariah 51

harapan melalui penghayatan dan pengamalan Pancasila, bangsa Indonesia


dapat mencapai tujuan nasionalnya. Melalui pemahaman Pancasila dengan
baik maka bangsa Indonesia akan terhindar dari perpecahan bangsa,
kerusuhan sosial dan bentrokkan massa, bahkan akan terhindar dari dis-
integrasi bangsa. Demokrasi Pancasila mengakui dan menghormati perbedaan,
bahkan lebih jauh dari itu pemahaman perbedaan diakui sebagai pengkayaan
budaya, ke-aneka ragaman diakui sebagai keindahan dan kebesaran suatu
bangsa, serta Pancasila mampu bertindak sebagai wahana dan forum bagi
semua golongan dan aliran yang berbeda-beda dan telah berkembang dengan
baik di tengah-tengah masyarakat Indonesia dengan prinsip penghormatan
antar golongan masyarakat yang berbeda tersebut. Untuk itu segenap anak
bangsa sejak dari awal usia dini di bangku Sekolah Dasar harus mengetahui,
memahami dan mengamalkan Pancasila secara baik. Sehingga diperlukan
pemahaman Pancasila secara dinamis mengikuti perkembangan nilai-nilai
universal seperti halnya konsep Hak Asasi Manusia, konsep tentang lingkungan
hidup dan isu tentang terorisme sebagai konsekuensi logis dalam pergaulan
internasional pada Era Globalisasi. Dinamisasi pemahaman terhadap Pancasila
akan menempatkan dirinya sebagai ideologi yang hidup dan berkembang
sesuai tuntutan zamannya dengan tidak meninggalkan kandungan nilai-nilai
dan norma yang terkandung didalamnya. Pemahaman Pancasila secara
universal akan menghadirkan semangat ketangguhan sosial yang
memungkinkan berinteraksinya semua lapisan masyarakat secara baik.
Ketangguhan sosial tersebut akan berdampak positif untuk memungkinkan
suatu bangsa menyesuaikan diri dengan perubahan dalam pergaulan
internasional tanpa kehilangan identitas budayanya, ketangguhan sosial
52 Lembaga Keuangan Syariah

memungkinkan masyarakat bertambah kepercayaannya terhadap suatu sistem


kenegaraan yang dipilihnya sehingga tercipta nasionalisme sejati.39 Sehingga
pemahaman dinamis terhadap Pancasila tersebut secara tidak langsung
menjawab tantangan dan kritikan yang mengatakan bahwa Pancasila
merupakan sebuah wawasan politik yang normatif dan tidak mampu
menjangkau persoalan-persoalan ekonomi, permasalahan sosial, memberantas
kemiskinan bahkan mampu menjadi jiwa dari setiap solusi dari permasalahan
bangsa Indonesia. Dengan demikian menjadi sangat urgent akan hadirnya
konsep ekonomi Pancasila guna membuktikan kehandalan konsep yang
implementatif dan mampu membawa negara dan bangsa Indonesia menuju
cita-cita nasional. Faktor pendorong untuk kesejahteraan masyarakat pada
konsep ekonomi Pancasila bila dipadukan dengan konsep ekonomi Islam yang
diaktualisasikan pada lembaga keuangan syariah yang menjunjung tinggi pada
aspek keadilan dan kejujuran serta terhindar dari praktik riba, gharar dan
maiysir.
Setiap Negara di dunia ini mempunyai nilai-nilai budaya yang berakar dari
perjalanan sejarah bangsa itu sendiri yang sesuai dengan karakter bangsanya,
demikian juga bangsa Indonesia, nilai-nilai luhur bangsa Indonesia harus digali
dan dikembangkan sesuai dengan kondisi kontemporer dalam pergaulan
internasional, akan tetapi hubungan timbal balik antar negara tidak boleh
menggeser atau merubah nilai-nilai budaya bangsa. Dasar argumen yang

39
Pemikiran Soejatmoko telah menempatkan konsep kemanusian periode
nasionalisme adalah kemanusiaan Indonesia yang lebih banyak dikaitkan dengan
politik, pandangan tentang konstitusi negara, manusia dan revolusi serta konfigurasi
politik nasional dengan mengedepankan tiga pilar posisi ideologis yang diajukan pada
sidang konstituante; Pancasila, Islam dan Sosial - Ekonomi. Siswanto Masruri,
Humanitarianisme Soejatmoko, (Yogyakarta : Pilar Media, 2005), 61.
Lembaga Keuangan Syariah 53

dibangun adalah “amat tidak mungkin bangsa Indonesia yang besar ini
dijalankan dengan menggunakan parameter nilai-nilai bangsa lain”, meskipun
tidak menutup kemunginan terdapat nilai-nilai yang bersifat universal.
Pergeseran budaya dalam tata krama pergaulan internasional terkadang
menempatkan para pemimpin bangsa untuk mengambil keputusan yang
cenderung merugikan atau paling tidak kurang berpihak pada rakyat Indonesia
sendiri dan lebih berpihak pada kepentingan para investor dari luar negeri
dengan satu alasan yaitu : ramah dengan pasar. Kenyataan inilah yang sering
menjadi penyebab timbulnya ketimpangan kebijakan pangan, ketimpangan
kebijakan pertambangan, ketimpangan kebijakan moneter, ketimpangan
kebijakan fiskal dan ketimpangan-ketimpangan kebijakan yang lain, kemudian
akan timbul satu pertanyaan besar, pantaskah rakyat Indonesia hidup dalam
kondisi keterbatasan atau dalam istilah lain kemiskinan, sementara sumber
daya alam melimpah yang disediakan oleh Allah SWT pada bangsa Indonesia?40
Salah cara untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa dan meningkatkan
daya saing dalam pergaulan internasional adalah mengelola negara secara baik

40
Amerika Serikat sebagai Negara Super Power tunggal, bersama dengan Inggris
dan Perancis dapat membuat keputusan-keputusan penting dalam bidang politik dan
kemanan dunia, serta bersama dengan Jepang dan Jerman dalam persoalan ekonomi.
Barat adalah satu-satunya peradaban di dunia yang memiliki kepentingan langsung dan
tak langsung dalam tata pergaulan internasional, serta kepentingan substansial di
berbagai peradaban atau wilayah-wilayah lain dengan pengaruhnya yang besar di
bidang politik, ekonomi, dan keamanan. Akan tetapi pada sisi yang bebeda, ia adalah
sebuah peradaban yang sedang mengalami kemerosotan, baik di bidang politik,
ekonomi maupun militer. Kemenangan Barat dalam perang dingin telah melahirkan
kejayaan, namun menguras banyak energi dan dihadapkan pada banyak persoalan
internal yaitu : pertumbuhan ekonomi yang lamban, populasi yang stagnan,
pengangguran, defisit negara yang besar, kemerosotan etika kerja, dan meningkatnya
jumlah penyalahgunaan obat-obat terlarang. Samuel P. Huntington, Benturan Antar
Peradaban, (Yogyakarta : CV Qalam, 2002), 129.
54 Lembaga Keuangan Syariah

dan benar terutama yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan


atau Running Government dan penggunaan kekuasaan atau Exercising Power
serta pengelolaan sumber daya secara baik atau Good Governance. Pada posisi
ini peran pemerintah sebagai penyelenggara negara menjadi sangat penting
dan dominan, akan tetapi didalam pelaksanaannya harus dibantu oleh segenap
komponen bangsa lainnya sehingga tercipta efektifitas dan efisisensi secara
berkelanjutan.41
Transformasi budaya lokal yang berinteraksi dengan budaya global akan
melahirkan sentuhan budaya baru yang mengalami beberapa perubahan
mendasar, hal ini merupakan konsekuensi logis dari perkembangan tata nilai
suatu bangsa, akan tetapi amat disayangkan bila dalam implemetasinya
sentuhan antar budaya tersebut malahirkan dominasi suatu budaya bangsa
yang satu kepada budaya bangsa yang lain sehingga terjadi pemaksaan nilai-
nilai dan tata krama nasional atau dengan kata lain penjajahan budaya. Dalam
perkembangan selanjutnya budaya suatu bangsa dapat dikatakan mengalami
perubahan apabila :42

41
Nurcholis Madjid, Indonesia Kita, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004),
117.
42
Pergaulan masyarakat dalam kerangka keragaman bersuku-suku dan berbangsa-
bangsa untuk saling mengenal dan bukan saling menmendominasi atau saling
mengalahkan, tetapi saling melengkapi dan saling memberi manfaat. Sebagaimana
Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujuraat (49) Ayat 13:
ٞۚ
‫ير‬ٞ ‫علِي ٌم َخ ِب‬ ِ َّ َ‫ارفُ ٓواْ ِإنَّ أَ ۡك َر َم ُكمۡ عِند‬
َ َّ ‫م ِإنَّ ٱ‬ٞۚۡ ‫ٱَّلل أَ ۡتقَ ٰى ُك‬
َ ‫َّلل‬ َ ‫شعُوبّٗ ا َوقَبَآئِ َل ِلتَ َع‬ ُ َّ‫ٰ ٓيَأَيُّ َها ٱلن‬
ُ ۡ‫اس ِإنَّا َخلَ ۡق ٰنَ ُكم ِمن ذَك َٖر َوأُنثَ ٰى َو َج َع ۡل ٰنَ ُكم‬
١٣
Artinya : 13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Lembaga Keuangan Syariah 55

1. Sentuhan budaya antar bangsa dalam pergaulan internasional


berlangsung secara terus-menerus pada segala aspek kehidupan dengan
diikuti dialog secara langsung dan tak langsung dalam kehidupan sehari-
hari sehingga menghasilkan tata perilaku baru dan norma-norma
kehidupan yang tidak menyimpang dari budaya dasar bangsa tersebut.
2. Akumulasi nilai yang berkembang sebagai kelanjutan dari proses
pembentukan tata nilai baru melalui proses yang alami sehingga dalam
kehidupan bermasyarakat tercipta kondisi saling pengertian dalam
perbedaan.
3. Budaya yang berkembang, nilai-nilai dan tata krama tumbuh dan
berkembang pada paradigma baru akan tetapi dengan tidak merubah
nilai-nilai budaya dasar bangsa sebagai identitas nasional.
4. Sinkronisasi budaya yang tercermin dalam komitmen bersama dalam
rangka mengembangkan budaya baru mampu mengintegrasikan semua
unsur dan kepentingan masyarakat suatu bangsa.
5. Perilaku dan norma-norma dari kesepakatan budaya baru telah
tersebar luas di semua lini organisasi kelembagaan yang berorientasi pada
optimalisasi pelayanan publik secara baik, terukur dan
berkesinambungan. Salah satu fungsi dari kelembagaan tersebut adalah
lembaga keuangan syariah dengan harapan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata.
6. Perangkat kebijakan organisasi kelembagaan telah berkembang
sedemikian rupa sehingga mampu memberikan landasan proporsional
guna memberikan suasana lingkungan yang harmonis budaya baru.
56 Lembaga Keuangan Syariah

7. Tercipta standar kompetensi baru yang menunjang tumbuh-


kembangnya tata nilai budaya baru sehingga tercipta stabilitas budaya
yang harmonis.43

Negara adalah sebuah lembaga purba manusia yang telah ada sekitar
10.000 tahun yang lampau sejak masyarakat pertanian pertama muncul di
Mesopotamia.44 Max Weber (1946) mendefinisikan Negara sebagai kesatuan
atau komunitas manusia yang dengan sendirinya mengklaim atas suatu
wilayah tertentu dan dapat menggunakan alat pemaksaan kekuatan fisik dalam
rangka penegakkan aturan dan mekanisme kenegaraan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian cakupan hak dan kewenangan negara pada aktivitasnya
mempunyai kewenangan untuk menjalankan roda pemerintahan, penegakan
hukum dan kegiatan perekonomian secara berkelanjutan. Akan tetapi
permasalahan yang sering terjadi adalah kemampuan kelembagaan negara
yang dalam implementasinya dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Peran Kepemimpinan.
Figur seorang pemimpin pada suatu negara menjadi preposisi sangat
penting dan strategis, hal ini disebabkan karena posisi pemimpin negara
berada pada garis sepadan pada jajaran eksekutif, legislatif dan yudikatif,
peran tersebut akan mampu menjadi pendulum pada tata kehidupan
masyarakat, kolektifitas pertumbuhan ekonomi nyata yang diikuti dengan
tata kelola sumber daya yang ramah lingkungan, kepastian hukum dan
kemampuan untuk memposisikan pada pergaulan internasinal. Pada

43
A.B. Susanto dkk, Corporate Culture, Organization Culture, (Jakarta : Divisi
Penerbitan The Jakarta Consulting Group, 2008), 162.
44
Francis Fukuyama, Memperketat Negara, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama,
2005), 1.
Lembaga Keuangan Syariah 57

kerangka berfikir atau Framework peran seorang pemimpin harus mampu


menjadi sumber inspirasi bangsa dalam mencari setiap solusi dari suatu
dinamika masalah bangsa, hal yang paling mendasar adalah ancaman dis-
integrasi bangsa, pecahnya budaya bangsa dan aliran-aliran agama,
berkembangnya faham sektoral kesukuan dan krisis ekonomi yang
memakan segala potensi bangsa serta ancaman dari rapuhnya sistem
pertahanan. Pada posisi ini penting untuk dikaji tentang integritas seorang
pemimpin yang merupakan hasil dari proses panjang sistem kepartaian
dan merupakan hasil dari pelaksanaan Pemilu atau Pemilihan Umum yang
jujur dan adil sebagai cerminan dari aspirasi masyarakat dalam wilayah
hukum kedaulatan negara. Akan tetapi pada sudut pandang yang berbeda
peran seorang pemimpin suatu negara harus dapat dikontrol secara
kelembagaan dan diawasi langsung oleh pemegang kedaulatan yaitu
rakyat, hal tersebut sangat penting guna membatasi kemungkinan
terjadinya pemimpin yang otoriter dengan kekuasaan absolute. Pada
banyak negara terkadang fungsi kontrol tersebut melahirkan kerugian
besar sebagai ongkos sosial pada saat terjadinya benturan kepentingan
antara aspirasi masyarakat dengan gaya kepemimpinan seorang diktator
yang mempertahankan kekuasaannya, sehingga fungsi kontrol tersebut
harus dirumuskan secara bersama antar komponen bangsa secara arif dan
bijaksana, baik fungsi kontrol secara kelembagaan atau fungsi kontrol
masyarakat secara langsung melalui media apapun. Akumulasi dari fungsi
kepemimpinan tersebut bermuara pada kegiatan ekonomi suatu bangsa
dan daya saing internasional melalui pendekatan kebijakan-kebijakan
58 Lembaga Keuangan Syariah

yang dapat mengakumulasi berbagai kepentingan, baik kepentingan


nasional, regional dan kepentingan internasional.45

2. Organisasi dan Manajemen.


Pendekatan yang dilakukan pada bidang organisasi dan manajemen
adalah memandang suatu bangsa sebagai suatu perusahaan yang sedang
beroperasi dalam kegiatan rutinitas dan dalam kegiatan persaingan antar
bangsa di dunia, sehingga pandangan dan cara berfikir dalam membangun
bangsa selalu berorientasi pada dasar pemikiran bahwa pembangunan
suatu bangsa adalah proses berkelanjutan yang secara konsisten
mempertimbangkan pemikiran kemana bangsa ini diarahkan untuk
mencapai tujuan nasionalnya, dan dengan cara bagaimana, serta selalu
mempertimbangkan tingkat resiko yang kemungkinan akan terjadi.
Akumulasi dari pemikiran organisasi dan manajemen ini juga selalu
mempertimbangkan kondisi masyarakat secara umum, tuntutan dunia
usaha dan realitas dari pergaulan internasional, akan tetapi muara dari
kesemuanya itu adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
adil dan merata serta berkesinambungan, sehingga keberhasilan
pembangunan ekonomi suatu bangsa merupakan proses kerja keras
segenap komponen bangsa dalam waktu yang cukup lama. Seiring dengan
upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu bangsa, Allah SWT
berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raaf (7) Ayat 96:
ْ‫ض َو ٰلَكِن َكذَّبُوا‬ َّ ‫علَ ۡي ِهم بَ َر ٰ َكتٖ ِمنَ ٱل‬
ِ ‫س َمآءِ َو ۡٱۡل َ ۡر‬ ٓ ٰ ‫َولَ ۡو أ َ َّن أ َ ۡه َل ۡٱلقُ َر‬
َ ‫ى َءا َمنُواْ َوٱتَّقَ ۡواْ لَفَت َحۡ نَا‬
٩٦ َ‫فَأَخ َۡذ ٰنَ ُهم بِ َما كَانُواْ يَ ۡك ِسبُون‬

45
Philip Kotler, Pemasaran Keunggulan Bangsa (The Marketing of Nation), (Jakarta
: PT. Prenhallindo, 1998), 183.
Lembaga Keuangan Syariah 59

Artinya : 96. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan


bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka
Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Pembangunan aspek organisasi dan manajemen harus berorientasi


pada pembaharuan atau reformasi yang bersifat membangun dengan
tanpa merusak struktur yang sudah terbangun secara baik sejak awal
berdirinya suatu bangsa atau dengan istilah To Change Without
Destroying, dasar pemikiran pembangunan aspek organisasi dan
manajemen tersebut disandarkan pada tiga pilar utama; Pertama,
restrukturisasi dalam pengertian merubah struktur organisasi yang sudah
memerlukan penyesuaian terhadap perkembangan lingkungan strategis,
dengan harapan terjadi efisiensi kelembagaman, penajaman atau fokus
kebijakan publik yang searah dengan tuntutan pembangunan nasioanal,
serta re-orientasi pada implementasi program guna tercapainya tujuan
oraganisasi secara cepat dan tepat; Kedua, revitalisasi dalam pengertian
memberikan tambahan daya dan semangat untuk mencapai tujuan
meskipun dalam pelaksanaannya banyak ditemui hambatan, sehingga
uraian tugas, alokasi anggaran dan pembagian hak dan kewajiban pada
unit-unit organisasi mengalami peningkatan optimum serta perumusan
kembali pada unit pendukung; Ketiga, re-fungsionalisasi dalam pengertian
untuk mempertajam tingkat professionalisme setiap unsur organisasi,
dengan harapan agar setiap unit oraganisasi mampu diberdayakan secara
optimum di setiap lembaga organisasi dengan didukung oleh kemampuan
manajemen yang handal. Optimalisasi peran dan fungsi organisasi
60 Lembaga Keuangan Syariah

merupakan tugas bersama pada stakeholders yang ada. Untuk itu


penguatan unsur SDM menjadi sangat penting, utamanya pada lembaga
keuangan syariah, karena langsung bersentuhan dengan kepentingan
masyarakat pada. Posisi posisi ini adalah ugas manusia sebagai Khalifah Fil
Ard. Sebagaimana Allah SWT berfirman di ddalam AlQur’an Surat Shaad
(38) Ayat 26:

ِ ‫ق َو ََّل تَتَّ ِب ِع ۡٱل َه َو ٰى فَي‬


َ َ‫ُضلَّك‬
‫عن‬ ِ ‫اس بِ ۡٱل َح‬ ِ َّ‫ض فَٱحۡ ُكم بَ ۡينَ ٱلن‬ ِ ‫اودُ إِنَّا َجعَ ۡل ٰنَكَ َخلِيف َّٗة فِي ۡٱۡل َ ۡر‬ ‫ٰيَدَ ُۥ‬
٢٦ ‫ب‬ ِ ‫سا‬ َ ِ‫سواْ يَ ۡو َم ۡٱلح‬ ُ َ‫شدِي ُۢدُ بِ َما ن‬َ ‫اب‬ َ ‫ٱَّلل لَ ُه ۡم‬
ٞ َ ‫عذ‬ ِ َّ ‫سبِي ِل‬
َ ‫عن‬ َ َ‫ضلُّون‬ ِ َ‫ٱَّلل إِ َّن ٱلَّذِينَ ي‬
ِ ٞۚ َّ ‫سبِي ِل‬َ
Artinya : 26. Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah
(penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara
manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia
akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang
sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka
melupakan hari perhitungan.

Bidang organisasi dan manajemen sangat dekat dengan kemampuan


kelembagaan pemerintah dalam usaha untuk menjaga ketahanan
ekonomi secara baik, artinya kemampuan perekonomian yang
berkeadilan untuk pemerataan dan perekonomian yang tumbuh dan
berkembang serta mampu bersaing pada tataran hubungan internasional,
yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan menyeluruh atau
merata yang berkeadilan, guna mewujudkan kondisi diatas maka
Indonesia dihadapkan pada dua kondisi yang harus segera dicari
solusinya; Pertama, persaingan industri global yang telah memposisikan
diri sebagai fenomena dan kenyataan yang tidak dapat dihindari oleh
negara manapun di dunia saat ini, sehingga menuntut adanya
Lembaga Keuangan Syariah 61

peningkatan daya saing atau Competitifness terhadap semua produk


ekspor; Kedua, permasalahan yang berkaitan dengan praktik otonomi
daerah yang hingga saat ini banyak menimbulkan multi tafsir terhadap
kandungan makna filosofis otonomi daerah, sehingga banyak
menimbulkan penyimpangan dan semangat kedaerahan. Dengan
demikian diperlukan upaya komprehensif untuk mengantisipasi terhadap
kedua hal tersebut, sehingga mampu meniadakan atau paling tidak
meminimise dampak negatif yang mungkin akan timbul di kemudian hari.
Pada sisi yang berbeda ketahanan ekonomi Indonesia masih mengalami
beberapa kendala; Pertama, jumlah angka kemiskinan yang relatif masih
besar, menurut data BPS Maret 2008, masyarakat yang hidup dibawah
garis kemiskinan 34,96 juta jiwa atau 15,4%, padahal menurut data di
lapangan ada kemungkinan data tersebut mengalami peningkatan hingga
dua kali lipat pada saat ini; Kedua, kendala pada penyiapan lapangan
pekerjaan yang bersaing dengan pertumbuhan penduduk, berdasarkan
data bulan Februari tahun 2008 angka pengangguran mencapai 8,46 %
dari jumlah penduduk produktif dan masih terbuka kemungkinan angka
pengangguran tersebut menjadi dua kali lipat saat ini, melebarnya angka
kemiskinan dan meningkatnya angka pengangguran banyak disebabkan
faktor pendidikan, kualitas sumber daya manusia dan stratifikasi
kemampuan yang tidak seimbang dengan kebutuhan kemampuan yang
dipersyaratkan oleh perusahaan; Ketiga, lemahnya tingkat koordinasi
antar lembaga pemerintah, masyarakat dan LSM sehingga terjadi dis-
orientasi perencanaan pembangunan daerah yang berakibat pada
lemahnya pemerataan dan pertumbuhan hasil pembangunan serta dapat
62 Lembaga Keuangan Syariah

berakibat pada timbulnya rasa ketidakadilan ekonomi di kalangan


masyarakat pedesaan yang dapat memudahkan timbulnya gejolak sosial.
Kondisi tersebut harus segera dicarikan jalan keluarnya karena sangat
berpengaruh terhadap ketahanan ekonomi bangsa Indonesia yang dapat
menimbulkan Multiplier Effect dan Leverage Effect.46 Ketidakadilan secara
ekonomi dapat terjadi kapanpun dan dimanapun. Hal ini disebabkan oleh
faktor kemanusiaannya. Untuk itu pada konsep ekonomi syariah, unsur
keadilan adalah mutlak diperlukan dan pada kajian agama dikatakan
bahwa setiap manusia akan memperoleh balasan sesuai dengan apa yang
diperbuatnya. Sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat
Yaasiin (36) Ayat 54:
ٞ ‫فَ ۡٱليَ ۡو َم ََّل ت ُ ۡظلَ ُم ن َۡف‬
٥٤ َ‫س ش َۡئ ّٗٔا َو ََّل تُجۡ زَ ۡونَ إِ ََّّل َما ُكنت ُ ۡم ت َعۡ َملُون‬
Artinya : 54. Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun
dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan.

3. Sistem Politik.
Pokok bahasan pada bidang sistem politik mempunyai cakupan yang
sangat luas dan mempunyai kaitan erat dengan perkembangan dan kajian
ilmu politik yang berfokus pada bentuk lembaga-lembaga politik dan
hukum, bentuk kelembagaan tersebut yang berkaitan erat dengan tata

46
Leverage atau Capital Gearing dapat diartikan sebagai pengungkit modal, artinya
proporsi dari modal pinjaman berbunga tetap pada modal saham atau Share Capital
suatu perusahaan, apabila hampir semua modal perusahaan bersumber dari saham-
saham yang diterbitkan dan sebagaian kecil saja yang berasal dari pinjaman bunga
tetap, maka perusahaan tersebut mempunyai pengungkit modal yang rendah, apabila
hampir semua modal perusahaan berasal dari pinjaman berbunga tetap dan hanya
menggunakan sebagian dari saham yang diterbitkan, maka perusahaan tersebut
mempunyai daya ungkit modal yang tinggi. Collin, Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta
:Erlangga,1988), 67.
Lembaga Keuangan Syariah 63

kelola suatu negara dan kebutuhan masyarakat yang dikaitkan dalam


kehidupan sehari-hari. Teori yang berkembang tentang sistem politik saat
ini meliputi; Pertama, tentang kompromi antara beragam tujuan bentuk
politik seperti Re-presentatifveness atau keterwakilan; Kedua, tentang
Governability atau tingkat bisa tidaknya pemerintah dijalankan secara
efektif; Ketiga, tentang kesatuan tujuan dan perimbangan kekuasaan atau
Checks and Balance; Keempat, tentang kekuasaan yang tersebar dan
terpusat atau terdistribusi secara baik; Kelima, tentang interaksi
kelembagaan dengan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa bila dikaitkan
dengan tingkat efektifitasnya; Keenam, tentang lembaga-lembaga
pelengkap yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
dalam rangka mengantisipasi persaingan pasar global; Ketujuh, tentang
lembaga pengontrol anggaran yang berhubungan tingkat alokasi dana
anggaran, efektifitas anggaran dan mengontrol defisit anggaran belanja
negara.
Pemahaman tentang sistem politik tersebut bertujuan untuk
memposisikan diri dalam upaya lebih memantapkan semangat
kebangsaan dan memperkuat komitmen masyarakat dalam menjawab
setiap perkembangan lingkungan strategis baik pada skala nasional,
regional maupun pada skala global. Sehingga pendidikan politik menjadi
suatu yang sangat penting terutama bila dikaitkan dengan upaya
membangun budaya politik yang berakar pada semangat persatuan dan
kesatua bangsa, semangat demokrasi dan pembaharuan sistem politik
yang mampu mengakomodasikan setiap aspirasi politik masyarakat yang
dijamin oleh Undang-Undang. Pendidikan politik dimaksudkan sebagai
64 Lembaga Keuangan Syariah

akumulasi usaha yang secara sadar untuk melakukan sosialisasi dan


edukasi nilai-nilai dan norma serta budaya politik berdasarkan ideologi
negara.
Pada perkembangan kehidupan bernegara selanjutnya dikenal
adanya Globalisasi Politik yang mengedepan proses akumulasi antara
kehidupan demokrasi yang ditandai dengan kebebasan berekspresi dan
pada sisi yang lain adanya tuntutan eksistensi kelembagaan
pemerintahan, akan tetapi apabila secara jernih dilihat berpusar pada satu
tujuan yaitu keadilan sosial dalam kehidupan dan kesejahteraan yang
merata pada semua aspek kehidupan masyarakat, globalisasi politik yang
mengandung berbagai muatan kepentingan dengan skala yang berbeda
antar unsur masyarakat haruslah difahami sebagai suatu yang alami dan
kewajaran dalam perjalanan sejarah kebangsaan, akan tetapi yang harus
diwaspadai adalah jangan sampai pemahaman globalisasi politik yang
berwujud bentuk reformasi keluar dari koridor rasa persatuan dan
kesatuan yang dapat memporak-porandakan tata nilai dan norma
berbangsa dan bernegara sehingga berdampak dis-integrasi bangsa,
globalisasi politik yang berorientasi pada pemahaman baru demokrasi
yang harus ditanggapi sebagai koreksi efektif untuk kemajuan kehidupan
politik kebangsaan yang bebas dari KKN, sehingga pada akhirnya akan
terbukti bahwa implementasi konsep demokrasi Pancasila akan mampu
membawa bangsa Indonesia menuju kejayaan bangsa dalam pergaulan
internasional. Pada hakekatnya manusia adalah umat yang satu, sehingga
rasa persatuan dan kesatuan adalah suatu keniscayaan. Sebagaimana
Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (2) Ayat 213:
Lembaga Keuangan Syariah 65

ِ ‫ب ِب ۡٱل َح‬
‫ق ِل َيحۡ ُك َم‬ َ َ‫ٱَّللُ ٱلنَّ ِبي ِٔنَ ُم َبش ِِرينَ َو ُمنذ ِِرينَ َوأَنزَ َل َم َع ُه ُم ۡٱل ِك ٰت‬ َّ ‫ث‬ َ ‫اس أ ُ َّم ّٗة ٰ َوحِ دَ ّٗة فَ َب َع‬
ُ َّ‫َكانَ ٱلن‬
‫ف فِي ِه إِ ََّّل ٱلَّذِينَ أُوتُوهُ مِ ُۢن بَعۡ ِد َما َجا ٓ َء ۡت ُه ُم ۡٱلبَيِ ٰنَتُ بَ ۡغ ُۢيَا‬ ۡ ‫ ِه َو َما‬ٞۚ ‫ٱختَلَفُواْ فِي‬
َ َ‫ٱختَل‬ ۡ ‫اس فِي َما‬ ِ َّ‫َب ۡينَ ٱلن‬
‫ص ٰ َر ٖط‬ ِ ‫شا ٓ ُء إِلَ ٰى‬ َ َ‫ٱَّللُ يَهۡ دِي َمن ي‬ ِ ‫ٱختَلَفُواْ فِي ِه مِ نَ ۡٱل َح‬
َّ ‫ق بِإِ ۡذنِ ِۗٓۦه َو‬ ۡ ‫ٱَّللُ ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ِل َما‬ َّ ‫بَ ۡينَ ُه ۡ ِۖم فَ َهدَى‬
٢١٣ ‫ُّمسۡ تَق ٍِيم‬
Artinya : 213. Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul
perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi
peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar,
untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang
mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan
orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang
kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara
mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman
kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan
kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.

4. Aspek Budaya dan Struktural.


Fenomena yang sangat krusial berada pada pokok bahasan bahwa
kemampuan kelembagaan suatu negara banyak dipengaruhi oleh budaya
dan norma dasar dari kehidupan masyarakat setempat, terutama lembaga
keuangan ekonomi syariah. Pemikiran ini sangat logis karena interaksi
masyarakat secara struktural akan berdampak langsung pada kondisi
kelembagaan tersebut, kajian dan analisis secara komprehensif lebih
lanjut akan menghasilkan kejelasan bahwa pembangunan lembaga formal
suatu negara akan banyak dipengaruhi oleh faktor budaya. Untuk melihat
lebih jauh tentang kemampuan kelembagaan akan dipengaruhi oleh
66 Lembaga Keuangan Syariah

empat unsur; Pertama, bentuk dan manajemen organisasi kelembagaan


pada bidang disiplin manajemen, kebijakan dan administrasi publik dan
ilmu ekonomi; Kedua, bentuk kelembagaan yang meliputi bidang disiplin
ilmu politik, pembangunan ekonomi, dan kepastian hukum; Ketiga, basis
legitimasi meliputi bidang disiplin ilmu politik dan perkembangan pranata
kemasyarakatan; Keempat, faktor sosial dan budaya yang meliputi bidang
disiplin sosiologi dan antropologi suatu bangsa.47

5. Aspek Kebijakan Publik.


Secara umum pokok pembahasan tentang pelayanan publik yang
meliputi bentuk organisasi pada bidang administrasi negara dapat
dikatakan lebih merupakan suatu seni sehingga tingkat fleksibilitasnya
cukup besar, dengan demikian kelenturan dari tata kelola kebijakan publik
merupakan ciri dari pelayanan yang selalu berorientasi pada tujan dan
bukan berorientasi pada cara pengelolaan kebijakan. Untuk itu segenap
pengambil keputusan harus secara cerdas untuk menerjemah kebutuhan
masyarakat menjadi suatu program kegeatan yang secara empiris mampu
menerjemahkan keinginan dan harapan publik. Implikasi kebijakan publik
secara mendasar harus dapat didifinisikan secara baik guna meminimise
kemungkinan dampak negatif yang secara simultan dapat menyebabkan
kontra produktif. Penguatan struktur kelembagaan negara menjadi suatu
hal yang sangat dominan terutama bila dikaitkan pada keinginan dan

47
Antroplogi sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan individu dan
kelompok. Artinya hubungan timbal balik yang seimbang antara keduanya, sehingga
tidak ada dominasi atau eksploitasi dan tidak ada manusia menggantungkan nasibnya
kepada manusia lainnya, atau dapat dikatakan tidak ada manusia menuhankan
manusia. Maulana Muhammad Ali, Islamologi, (Jakarta : Darul Kutubil Islamiyah, 1996),
177.
Lembaga Keuangan Syariah 67

program pemerintah untuk meningkatkan pelayanan optimal bagi


masyarkat, sehingga keberagaman dan kopleksitas permasalahan
kebijakan publik bermuara pada Delegated Discretion atau pendelegasian
wewenang dalam konteks pengambilan keputusan, meskipun pada
pengertian teori organisasi menempatkan efisiensi komunikasi
kelembagaan sebagai proses pendelegasian wewenang dalam pembuat
keputusan, sehingga fungsi kontrol dan pengawasan serta proses
pendampingan program kegiatan harus ditata secara baik dan
berkesinambungan terutama sekali bila dikaitkan pada kebijakan otonomi
daerah, dengan demikian akan terjadi efektifitas dan sinkronisisi persepsi
tujuan organisasi kelembagaan tersebut.

Ada dua pandangan besar yang berkembang dikalangan pengambil


keputusan ekonomi, Pandangan Pertama; dengan menitik beratkan pada
usaha memperbesar bagian atau porsi hasil pambangunan atau kue hasil
pembangunan atau apapun namanya, dengan penguasaan sumber daya pada
pihak tertentu yaitu para konglomerat, kemudian kue hasil pembangunan
tersebut dibagikan kepada semua masyarakat melalui program pemerataan
pembangunan, argumentasi ini dibangun atas landasan berfikir bahwa hanya
dengan memperbesar kue hasil pembangunan itulah maka hasil pembangunan
dapat dibagi, atau dengan kata lain tidak mungkin kue pembangunan dapat
dibagi kalau kue pembangunan itu porsinya kecil dan terbatas. Argumentasi ini
telah dipatahkan oleh kenyataan terjadinya krisis ekonomi pada medio 1998
yang memaksa lengsernya Presiden Soeharto, dimana pada saat itu kondisi
makro ekonomi Indonesia yang disanggah oleh para konglemerat tidak mampu
menahan badai krisis ekonomi, bahkan kenyataannya para konglemerat
68 Lembaga Keuangan Syariah

mayoritas melarikan potensi dananya di luar negeri sampai mencapai 80%,


berdasarkan pengalaman tersebut diatas maka akan timbul pertanyaan,
apakah kita akan membiarkan diri masuk dalam lubang yang sama? Peristiwa
paradok yang terjadi di tengah masyarakat pada saat krisis ekonomi 1998
pelaku ekonomi yang tetap bertahan di sektor Koperasi dan pengusaha kecil.
Lalu kemanakah larinya kedigdayaan para konglomerat?48 Pandangan Kedua;
adalah menitik beratkan pada usaha pemerataan ekonomi dari sektor hulu dan
hilir secara pararel sehingga pada awal konsep pembangunan ekonomi ditata
dari awal dengan melibatkan potensi masyarakat pada umunya, konsep ini
mengedepankan aspek pemerataan kue pembangunan, pandangan tersebut
mengemuka sebagai koreksi atas strategi pembangunan masa orde baru, dan
merupakan bentuk tuntutan reformasi di segala bidang tahun 1998 yang
dimotori oleh segenap mahasiswa seluruh Indonesia, yang kemudian diikuti
dengan konsep otonomi daerah dan melahirkan Undang-Undang Otonomi
Daerah tahun 1999 yaitu : Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dan Undang-
Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas dari KKN.
Pandangan konsep ekonomi kearakyatan atau ekonomi rakyat49 yang
pada masa Presiden Soekarno dengan istilah MARHAEN atau apapun namanya,
yang jelas konsep tersebut mengedepankan kepentingan rakyat secara

48
Kwik Kian Gie, Ekonomi Indonesia dalam Krisis dan Transisi Politik, (Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1999), 24.
49
Pada bulan Agustus 1930 Bung Karno melakukan pembelaan di Landraad
Bandung menulis bahwa ekonomi rakyat oleh sistem monopoli disempitkan, sama
sekali didesak dan dipadamkan. (Soekarno, Indonesia Menggugat, 1930), 31.
Lembaga Keuangan Syariah 69

mayoritas miskin dan terpinggirkan, serta sangat terbatas dalam menikmati


kue hasil pembangunan, dengan demikian konsep yang dibangun pada
pemikiran ekonomi Pancasila berorientasi pada perjuangan ekonomi rakyat
guna mengentaskan kemiskinan, terbukanya lapangan pekerjaan, jaminan
sosial dan kesehatan serta terbukanya akses pendidikan sehingga dengan
sendirinya cita-cita proklamasi sebagaimana tercantum dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 tersebut dapat terwujud.50 Kemudian akan timbul
satu pertanyaan, apakah dengan terwujudnya ekonomi rakyat sebagai dasar
dari ekonomi Pancasila terwujud dan rakyat memperoleh kemakmuran
semesta lalu pola dan sistem ekonomi Pancasila dapat ditinggalkan?, maka
jawabnya “tidak”, tugas selanjutnya adalah bagaimana cara mempertahankan
keutuhan dan perbaikan konsep guna menyongsong perubahan sistem
ekonomi global, hal ini berangkat dari kesadaran bahwa tidak ada pelaku
ekonomi di dunia ini yang dapat berjalan dengan sendirinya tanpa berintegrasi

50
Gambaran umum sistem Ekonomi Pancasila sebagaimana tercantum dalam
Penjelasan Pasal 33 UUD 1945 sebagai berikut : dalam Pasal 33 tercantum dasar
demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua dibawah pimpinan
atau untuk pemilikan anggota-anggota masyarakat, kemakmuran masyarakatlah yang
diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang
sesuai dengan itu ialah Koperasi. Perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi
kemakmuran bagi segala orang. Sebab itu cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan yang menguasai hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Kalau
tidak, tampuk produksi jatuh ketangan orang-seorang yang berkuasa dan rakyat yang
banyak ditindasnya. Hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang
banyak boleh di tangan orang-seorang. Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkadung dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. (dan
sungguh sangat disayangkan, salah satu dampak dari tuntutan reformasi
diterjemahkan oleh MPR untuk menghapus atau menghilangkan penjelasan tentang
demokrasi ekonomi UUD 1945 dengan alasan yang sederhana bahwa di negara-negara
lain tidak ada UUD atau konstitusi yang memakai penjelasan.
70 Lembaga Keuangan Syariah

dan bersosialisasi dengan sistem ekonomi secara internasional, sehingga pada


akhirnya pembangunan sistem ekonomi Pancasila mempunyai implikasi pada
perubahan struktur ekonomi dan perubahan struktur sosial, politik dan
budaya.51
Globalisasi dapat dimaknai sebagai kondisi interaksi antar masyarakat
dunia dalam berbagai aspek kehidupan, tanda-tanda yang paling dominan
pada era globalisasi adalah; Pertama, percepatan penyebaran arus informasi
secara global atau mendunia sehingga memungkinkan terbukanya informasi
yang dulunya tertutup akan menjadi transparan, dan yang dulunya transparan
sekarang menjadi terbuka, apalagi dengan didukung oleh kondisi terbukanya
akses masyarakat untuk memperoleh informasi tersebut dengan harga atau
biaya yang relatif murah bahkan gratis, sehingga terbentuk kristalisasi opini
publik yang harus diantisipasi terhadap kemungkinan kecenderungannya,
dengan harapan agar kondisi tersebut bermuara pada perbaikan kehidupan
berbangsa dan bernegara; Kedua, perkembangan secara cepat ilmu
pengetahuan dan teknologi terutama teknologi informasi yang mendorong
kondisi dunia tanpa batas, akan tetapi yang harus diwaspadai terhadap
perkembangan teknologi tersebut adalah perkembangan teknologi
persenjataan militer dan teknologi sabotase yang digunakan untuk maksud-
maksud negatif. Karena semakin tinggai teknologi kejahatan maka semakin
tinggi pula akibat negatif yang ditimbulkannya; Ketiga, pesaingan pasar bebas
yang tidak melihat skala kemampuan antar pesaing, segmentasi pasar dan
tidak melihat tingkat pencemaran lingkungan alami dan pencemaran ideologi

51
Sarbini Sumawinata, Politik Ekonomi Kerakyatan, (Jakarta, PT. Gamedia Pustaka
Utama, 2004), 130.
Lembaga Keuangan Syariah 71

serta pencemaran budaya suatu bangsa sebagai akibat persaingan pada pasar
bebas oleh pelaku ekonomi besar yang berskala internasional yang
mengesampingkan segala dampak yang ditimbulkannya52; Keempat, terjadinya
pergeseran kepentingan dan pergeseran mind set kelembagaan negara sejak
berakhirnya perang dingin yang memposisikan Amerika sebagai negara super
power tunggal tanpa pesaing, terjadinya krisis ekonomi pada medio 1997 dan
semangat reformasi dalam negeri yang menuntut pola pemerintahan yang
desentralistik yang menghasilkan Undang-Undang Otonomi Daerah, sehingga
memicu semangat kedaerahan yang memungkinkan berdampak negatif pada
rasa persatuan dan kesatuan serta nasionalisme. Akan tetapi pada sudut
pandang yang berbeda globalisasi akan membuka peluang pasar baru bagi
negara yang sedang berkembang dan mengurangi rasa terisolasi yang banyak
dirasakan oleh negara-negara yang sedang berkembang, sehingga terbuka
semua akses ekonomi di berbagai aspek kehidupan masyarakat dunia.53
Distribusi pendapatan serta konsep perimbangan tata kelola keuangan
tidak merata antar-wilayah sehingga membuka lebar koridor kesenjangan

52
Globalisasi sebagai bentuk ekonomi berskala Internasional apabila dikaitkan
dengan operasional lembaga keuangan syariah maka dapat dikatakan bahwa
pemegang saham pada area dalam negeri dan luar negeri adalah pemilik lembaga
keuangan tersebut dengan proporsi modal yang diinvestasikan. Afzalur Rohman,
Doktrin Ekonomi Islam Jilid 3, (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2002), 341.
53
Globalisasi dari sisi positif telah mendorong terbukanya jalan perdagangan
internasional sehingga banyak membantu perkembangan ekonomi dan pertumbuhan
ekonomi negara yang bertumpu pada ekspor dan banyak meningkatkan kesejahteraan
negara di Asia, karena melalui globalisasi banyak orang hidup lebih sejahtera,
terjaminnya fasilitas kesehatan sehingga menjadikan hidup lebih lama dan lebih
terjamin kelangsungan hidupnya dari pada sebelumnya. Joseph E. Stiglitz, Globalisasi
dan Kegagalan Lembaga-Lembaga Keuangan Internasional, (Jakarta : PT. Ina
Publikatama, 2003), 5. Dengan judul asli Globalization and Discontents, yang
diterjemahkan oleh Ahmad Lukman.
72 Lembaga Keuangan Syariah

sosial.54 Distribusi sumber daya yang tidak merata tersebut sebagai akibat dari
lemahnya bidang perencanaan dan tanggung jawab sosial bersama, sehingga
diperlukan upaya bersama yang secara serentak dapat membangun kesadaran
kolektif untuk berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara (bukan yang
terbaik bagi dirinya sendiri dan kelompoknya melalui korupsi), fenomena yang
terjadi saat ini adalah adanya kecenderungan para pelaku usaha dan para
pengambil keputusan secara bersama melakukan sinkronisasi pelemahan
potensi masyarakat untuk berbuat nyata dan berpartisipasi dalam usaha
pembangunan bangsa dan negara, hal ini sebagai akibat dari meningkatnya
volume penyimpangan anggaran pemerintah yang berahir pada proses hukum
di KPK. Pertanyaannya adalah bagaimana cara memulai membangun
kesadaran nasional secara bersama agar bangsa Indonesia mampu untuk
mencapai cita-cita luhur bangsa sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945?, jawaban yang paling tepat adalah dimulai dari para pemimpinnya
dengan metode pemberian contoh dan keteladanan hidup yang baik, lalu
timbul pertanyaan berikutnya, pemimpin yang mana pada saat ini dapat
dijadikan tauladan hidup bagi masyarakat?, inilah pertanyaan yang sangat sulit
dijawab karena diantara masyarakat yang berbeda mempunyai parameter dan
standar nilai yang berbeda, akan tetapi berbagai pendapat yang berbeda

54
Berdasarkan informasi perbankan bahwa uang beredar di Jakarta lebih dari 70%
atau hampir menyentuh angka 80%, dan hasil laporan dari semua kantor Bank
Indonesia menunjukan adanya kecenderungan besar aliran dana dari daerah ke pusat,
dan hal tersebut berlangsung cukup lama hingga saat ini. Tingkat penanaman kembali
di daerah lebih rendah (dengan rasio pinjaman terhadap dana/LDR mencapai antara
30% hingga 40%) dari sumber dana yang dapat dimobolisasi, kondisi paradok juga
terjadi pada tingkat yang lebih kecil (individual) labih dari 90% simpanan masyarakat
yang berada di bank-bank hanya dimiliki oleh kurang dari 10% penabung. Burhanuddin
Abdullah, Menanti Kemakmuran Negeri (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006),
42.
Lembaga Keuangan Syariah 73

tersebut dapat disatukan pada tata nilai yang harus dibangun sebagai landasan
perjuangan ekonomi bangsa adalah; Pertama, adanya niat baik untuk
sumbangsih pada pembangunan bangsa dan negara55; Kedua, tertanam jiwa
cinta tanah air Indonesia yang kuat dan terpatri dalam diri sanubari; Ketiga,
terdorong semangat tolong-menolong, semangat berbagi rasa dan semangat
untuk bekerjasama; Keempat, mempunyai jiwa ketulusan dan keikhlasan tanpa
pamrih dalam perjuangan tersebut.56 Demikian juga pada pandangan pakar

55
Salah satu kunci untuk membangun kesejahteraan manusia, yaitu dengan cara
membangun tatanan sosial yang baik dengan figure pemimpin yang dapat membangun
kehidupan sosial yang harmonis dan produktif, terutama pada pembangunan institusi
ekonomi. Moh. Asy’ari Muhtar, The Ideal State-Perspektif Al-Farabi Tentang Konsep
Negara Ideal, (Yogyakarta : IRCISod, 2018), 51
56
Diantara nilai-nilai tersebut telah tertuang dalam prinsip dasar koperasi yang
terkandung di dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian,
yang kemudian ditegaskan dalam pernyataan identitas koperasi secara internasional
pada tahun 1995 adalah; 1. Keanggotaan berfsifat sukarela dan terbuka; 2.
Pengendalian anggota secara demokratis; 3. Pertisipasi ekonomi anggota; 4. Otonomi
dan kebebasan; 5. Pendidikan, pelatihan dan informasi; 6. Kerjasama antar koperasi; 7.
Keperdulian terhadap komunitas (disunting dari pidato Menteri Negara Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia pada acara peringatan Hari koperasi ke-
62 tahun 2009 di Stadion Madya Sempala Samarinda, Kalimantan Timur). Dan pada
kesempatan yang sama Presiden Republik Indonesia mengatakan beberapa
harapannya yaitu; 1. Meningkatkan permodalan koperasi dengan skim kredit biasa,
maupun dengan skim KUR yang pada dua tahun terakhir disiapkan dana oleh
pemerintah hingga 34 Trilyun dan pada lima tahun mendatang mencapai angka 100
Trilyun; 2. Peningkatan peran Dekopin pada usaha ketahanan pangan, bukan hanya
beras, tetapi juga gandum, kedelai, gula dan jenis-jenis pangan lainnya; 3. Merambah
pada potensi baru yaitu dalam bidang energi, termasuk energi terbarukan, energi yang
bersumber dari bio energi yang bisa mengurangi ketergantungan pada bahan bakar
minyak; 4. Membangun usaha di bidang ekonomi kreatif, kerajinan batik serta usaha
lain yang cocok untuk Usaha Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; 5. Percepatan
usaha koperasi dalam rangka upaya mengurangi angka pengangguran dan angka
kemiskinan sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat;
6. Dibangunnya semboyan Go Lokal di tengah- tengah semboyan Go Global, dengan
dasar pemikiran untuk menghidupkan ekonomi pedesaan, Small but effective bussines
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
74 Lembaga Keuangan Syariah

ekonomi yang merumuskan 4 permasalahan pokok pembangunan ekonomi


yaitu ; pertumbuhan, lapangan pekerjaan produktif, lalu lintas perdagangan
dan pembayaran luar negeri, serta kestabilan dalam perkembangan harga.57
Pengertian pertumbuhan dapat diimplementasikan secara nyata pada
peningkatan produksi barang dan jasa di semua sektor serta terdistribusi
secara baik di berbagai daerah, dengan harapan akan terjadi pemerataan
sumbe rdaya sehingga dapat menggerakan ekonomi daerah, hal tersebut juga
akan mengurangi ketimpangan ekonomi antar daerah, adapun sasaran yang
ingin dicapai adalah untuk meningkatkan angka penyebaran hasil produksi
barang dan jasa secara merata dan semakin luas sehingga tingkat ketersediaan
barang dan jasa semakin banyak jumlahnya secara beraneka ragam dan
semakin baik kualitasnya dan dengan harga yang dapat terjangkau oleh
masyarakat pedesaan secara luas, sehingga secara tidak langsung dapat
difahami bahwa terjadi hubungan timbal baik antara pembangunan ekonomi
dengan kesempatan kerja produktif, disinilah letak pentingnya penyusunan
perencanaan objektif terhadap pembangunan karakter bangsa yang dilandasi
oleh perencanaan prioritas pembangunan dengan memperhatikan potensi
alam, potensi keterampilan masyarakat, tata nilai dan adat istiadat masyarakat
serta perkembangan lingkungan strategis secara internasional. Kemudian akan
timbul pertanyaan, akan dibawa kemanakah bahtera Nusantara ini?, dengan
muatan lebih dari 200 Juta penduduk dan lebih dari 17.000 gugusan pulau kecil
dan pulau besar, dengan segala potensi tambang dan pertanian serta potensi
bahari yang belum tergali, rangakaian perencanaan tersebut merupakan

57
Sumitro Djojohadikusumo, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori
Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, (Jakarta : PT. Pustaka LP3ES,
1994), 65.
Lembaga Keuangan Syariah 75

akumulasi dari rencana pemberdayaan potensi alam dan potensi masyarakat


Indonesia pada strategi pembangunan ekonomi yang berakarkan kerakyatan.58
Faktor terpenting lainnya yang dapat dijadikan rujukan adalah pentingnya
pemahaman bahwa Negara Indonesia adalah Negara Kepulauan dengan
tingkat penyebaran penduduk yang tidak merata dan dengan luas laut diatas
angka 60% dari luas daratan sehingga sangat diperlukan kerja keras untuk
melakukan pemetaan potensi serta pemetaan kebutuhan masyarakat, hal yang
tidak kalah pentingnya adalah ketersediaan alat transportasi laut dan udara
dengan segala prasarana pendukungnya guna mendukung lalu lintas ekonomi
nasional dan lalu-lintas ekonomi internasional, di lain pihak harus
dipertimbangkan bahwa lalu-lintas ekonomi internasional sebagai bagian dari
perkembangan ekonomi global mempunyai peran yang sangat penting pada
negara sedang berkembang seperti Indonesia, dan dalam hubungan ini neraca
perdagangan dan pembayaran luar negeri menunjukan tingkat kedudukan
negara dalam pergaulan dan hubungan bisnis secara internasional, sehingga
faktor penting yang harus dipertimbangkan adalah tingkat fluktuasi harga
barang dan jasa serta laju inflasi sebagaimana tercantum dalam indeks harga
konsumen dan indeks harga perdagangan yang berlaku pada kehidupan rumah
tangga keluarga dan kegiatan dunia usaha secara luas. Sebagai acuan orientasi
perencanaan pembangunan ekonomi negara dapat dilakukan perbandingan

58
Kajian dan analisis dari pembangunan ekonomi kerakyatan dalam pembangunan
nasional adalah; Pertama, konsep pembangunan yang berakar pada kerakyatan artinya
mengedepankan kepentingan rakyat banyak dengan melihat dua unsur penting; yaitu
apa yang di perlukan rakyat? dan apa yang dimiliki rakyat?; Kedua, pemberdayaan
potensi masyarakat sebagai sebuah strategi dalam menjalankan pembangunan yang
berakarkan kerakyatan. Ginanjar Karta Sasmita, Pembangunan untuk Rakyat, (Jakarta :
CIDES, 1996),133.
76 Lembaga Keuangan Syariah

bahwa diantara ciri pokok negara industri yang maju adalah : cukup
tersedianya dengan baik kapasitas produksi yang sudah terpasang meliputi
modal masyarakat berupa prasarana fisik yaitu; jaringan jalan antar-daerah,
ketersedian aliran listrik yang memadai guna mendukung sektor usaha skala
kecil, menengah dan usaha besar, saluran irigasi yang sesuai dengan kontur
tanah dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sarana pelabuhan dengan
segala macam perangkat pendukungnya, serta sarana komunikasi. Dan tak
kalah pentingnya dalah faktor jaminan keselamatan dan keamanan dunia
usaha serta kepastian hukum.
Dalam konsep pembangunan ekonomi sebuah negara secara umum tidak
akan lepas dari pembahasan ketahanan pangan (food security), sehingga
diperlukan upaya khusus untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang akan
terjadi, karena kerapuhan dan kekuatan suatu negara akan banyak ditentukan
oleh kepandaiannya dalam mengelola sumber daya pangan, manusia tidak
dapat hidup tanpa pangan sehingga pangan merupakan syarat mutlak untuk
hidup. Para ahli merumuskan bahwa unsur ketahanan pangan meliputi dua
hal; Pertama, ketersedian pangan secara baik; dan Kedua, aksesbilitas
masyarakat terhadap pangan tersebut, apabila salah satu unsur tersebut tidak
tersedia secara baik maka suatu negara belum dapat dikatakan mempunyai
ketahanan pangan yang baik, sehingga terdapat hubungan yang berbanding
lurus antara ketersediaan pangan dengan pola distribusi yang menjamin akses
masyarakat untuk memperoleh bahan pangan tersebut59, ketersedian pangan

59
Seorang pemimpin atau Khalifah atau Amirul Mukminin diperbolehkan untuk
menggunakan kas negara atau Baitul Mal dengan tujuan distribusi pangan kepada
kelompok yang membutuhkan dan pada kondisi saat ini diatur dengan regulasi. Kondisi
seperti ini pada awal periode pemerintah Islam bersumber dari harta Fa’i. Imam Al-
Lembaga Keuangan Syariah 77

yang memadai sesuai kebutuhan masyarakat baik secara kualitas maupun


kuantitas dapat dilakukan melalui dua hal; Pertama, produksi dalam negeri
dengan memanfaatkan segala potensi sendiri; Kedua, melalui mekanisme
impor, mengambil langkah impor bahan pangan adalah langkah emergency
yang dilakukan pemerintah dalam hal penyediaan pangan untuk memperkecil
dampak dari Food Gap, akan tetapi kenyataan yang ada ketergantungan
terhadap impor pangan tidak dapat dihindarkan terutama sejak keberhasilan
swasembada pangan pada tahun 1984 dan menjadikan para pengambil
kebijakan terlena, sehingga berakibat terjadinya distribusi pangan yang
berasal dari impor secara berlebihan pada sentra produksi di daerah-daerah,
sehingga cukup beralasan tentang adanya kekhawatiran akan ancaman
keberdaulatan pangan Indonesia.60
Apabila ditinjau dari kesuburan tanah dan luasnya area pertanian serta
didukung oleh aliran sungai yang tersedia maka tidak terlalu berlebihan jika
Indonesia nantinya akan menjadi salah satu negara terkemuka dalam
memasok kebutuhan pangan dunia dari produk-produk pertanian tropis

Mawardi-Penerjemah: Khalifurrahman, Ahkam Sulthaniyah, (Jakarta : QISTHI Press,


2019), 227.
60
Organisasi pangan dan pertanian sedunia (FAO) telah menetapkan ketentuan
tentang kriteria ancaman ketahanan pangan suatu negara yang meliputi ; 1. Tingginya
proporsi penduduk yang kekurangan pangan; 2. Tingginya proporsi kekurangan energi,
protein dari rata-rata kebutuhan energi, protein yang disyaratkan atau Food Gap; 3.
Besarnya indeks Gini dari Food Gap konsumsi energi, protein; 4. Besarnya koefisien
variasi konsumsi, energi. Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri adalah setiap
negara harus belomba untuk melindungi para petaninya guna menjamin ketersedian
pangan warga negaranya, Uni Eropa (UE) mengalokasikan total subsidi rata-rata 40
Miliar Dollar AS per tahun, sedangkan Amerika Serikat (AS) mengalokasikan subsidi 19
Miliar Dollar per tahun kepada petaninya atau sekitar dua kali lipat dari dana yang
dicadangkan untuk bantuan internasional atau Foreign Aid. Bustanul Arifin, Analisis
Ekonomi Pertanian Indonesia, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2004), 38.
78 Lembaga Keuangan Syariah

sehingga akan mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa melalui jerih
payah dan usaha petani dengan satu syarat yaitu sinergisitas yang baik antara
pemerintah, petani dan semua organisasi penggerak pertanian termasuk
Dekopin dan HKTI, The Economist adalah salah satu majalah yang menerbitkan
buku World in Figures atau Dunia dalam Angka edisi tahun 2003 yang
menempatkan Indonesia sebagai negara terhormat pada bidang produk-
produk pertanian tropis yaitu; Indonesia merupakan negara penghasil Biji-
bijian terbesar nomor 6 dunia, penghasil Beras nomor 3 dunia setelah China
dan India, penghasil Kopi terbesar nomor 4 dunia, penghasil Cokelat terbesar
nomor nomor 3 dunia setelah Ghana dan Pantai Gading, penghasil Minyak
Sawit nomor 2 di dunia setelah Malaysia dan sekarang menjadi nomor 1,
penghasil Lada Putih terbesar di dunia, penghasil Lada Hitam nomor 3 di dunia,
penghasil Cengkeh nomor 1 di dunia, penghasil Puli dari buah Pala terbesar di
dunia, penghasil Karet alam nomor 2 di dunia setelah Thailand.61 Lalu timbul
satu pertanyaan besar, mengapa Indonesia belum mampu mengoptimalkan
potensi produk-produk pertanian tropis? dan mengapa hingga saat ini nasib
petani tak kunjung mengalami perbaikan? serta dimana letak kesalahannya?,
itulah sebabnya diperlukan arah niat dan semangat cinta tanah air dan
semangat gotong royong serta semangat berbagi dalam membangun ekonomi
bangsa demi tercapainya cita-cita luhur bangsa Indonesia melalui gerakan

61
Kata Pengantar Siswono Yudo Husodo dalam bukunya Andreas Maryoto, Jejak
Pangan Sejarah, Silang Budaya dan Masa Depan, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas,
2009), xii. Akan tetapi pada sisi yang berbeda terdapat kondisi yang berlawanan karena
Indonesia merupakan negara pengimpor Gula 37% dari kebutuhan nasional, 29%
Daging Sapi dari kebutuhan nasional, Garam 50% dari kebutuhan nasional, Kedelai 70%
dari kebutuhan nasional, Jagung 11% dari kebutuhan nasional, Kacang Tanah 15% dan
70% kebutuhan Susu Impor.
Lembaga Keuangan Syariah 79

ekonomi rakyat dalam bingkai konsep ekonomi Pancasila, dengan harapan


agar terhindar dari praktik kejahatan bisnis di bidang ekonomi.62
Pembahasan tentang segala aspek kehidupan yang diawali dari
pembangunan ekonomi sebuah bangsa yang besar, pemberdayaan potensi
pertanian dan pertambangan serta optimalisasi wilyah bahari serta supremasi
hukum dan kedewasaan berpolitik akan menjadi hampa apabila pendidikan
masyarakat secara umum belum menjadi prioritas utama pembangunan
bangsa, yang meliputi pendidikan kepribadian dan pendidikan intelektual
akademis, sehingga diperlukan usaha bersama antara pemerintah dan
masyarakat untuk membentuk karakter dan budaya bangsa yang berdasarkan
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia sendiri sebagai amanat dari Undang-Undang
Dasar 1945.63

62
Bentuk kejahatan bisnis di bidang ekonomi meliputi; Pertama, memanipulasi
data neraca perusahaan dengan maksud untuk menghindari atau memperkecil
kewajiban membayar pajak; Kedua, persengkokolan dalam penentuan harga dan
mengiklankan produk dengan cara menyesatkan; Ketiga, kerjasama dengan petugas
pajak untuk menghindari atau memperkecil kewajiban membayar pajak; Keempat,
kegiatan produksi yang tidak memperhatikan lingkungan sehingga berdampak pada
polusi limbah cair, debu dan suara; Kelima, tidak memperdulikan keselamatan kerja
karyawan dan segala macam praktik eksploitasi tenaga kerja tanpa jaminan sosial yang
jelas; Keenam, memberikan sumbangan kampanye politik secara tidak sah dan
bertentangan dengan Undang-Undang; Ketujuh, operasional perusahaan dijadikan
sebagai lahan untuk pencucian uang semata. John Pieris, Nizam Jim, Etika Bisnis dan
Good Corporate Governance (Jakarta : Penerbit Pelangi Cendikia, 2007), 160.
63
Amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31; 1. Setiap Warga Negara berhak
mendapatkan pendidikan; 2. Setiap Warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya; 3. Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang
diatur dengan Undang-Undang; 4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional; 5. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan
80 Lembaga Keuangan Syariah

Dengan dibangun kesadaran bahwa sumber daya manusia adalah basis


dari kekuatan bangsa dan menjadi akar dari segala permasalahan kehidupan,
maka sudah sewajarnya bahwa setiap negara di dunia ini akan berlomba untuk
meningkatkan kualitas intelektual dan kualitas kepribadian, dengan harapan
dapat meningkatkan kualitas bangsa dalam pergaulan internasional, awal
pembangunan sebuah negara besar pasti dimulai dari pembagunan sumber
daya manusia, hal ini terbukti bahwa semakin tinggi peradaban sebuah negara
baik secara intelektual dan kepribadiannya maka semakin tinggi pula derajat
bangsanya dalam pergaulan internasional dan sudah barang tentu akan diikuti
dengan peningkatan kesejahteraan atau kemakmuran masyarakat bangsa
tersebut, demikian juga semakin rendah pendidikan intelektual dan
kepribadian sebuah bangsa maka akan semakin rendah martabat bangsa
tersebut dalam pergaulan Internasional dan sudah barang tentu akan diikuti
dengan keterbelakangan budaya dan kemiskinan.64 Disinilah letak pentingnya
implementasi konsep ekonomi Pancasila yang harus dimulai dari kesadaran
pendidikan manusia seutuhnya, yaitu pembangunan kulaitas intelektual dan
kualitas kepribadian melalui jalur pendidikan formal dan informal.

dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
64
Fakta sejarah telah menunjukan bahwa kejayaan Negara Yunani dan Romawi
diawali dengan revolusi pemikiran yang berawal dari ACADEMI atau sekolah yang
dirintis oleh Plato dan Socrates di Athena pada 400 tahun sebelum Masehi, dengan
sebutan LYCEUM. Di Timur Tengah Jazirah Arab pada masa Harun Al-Rasyid telah
dibangun Bayt Al Hikmah sebagai pusat pendidikan yang mengantarkan kejayaan dunia
Islam, sehingga melahirkan pemikir-pemikir dunia dibidang saint, matematika, fisika, al
jabar, serta ilmu kedokteran modern. Para pakar intelektual tersebut antara lain Ibnu
Rusd, Ibnu Sina, Al Kindi, Al Farabi dan masih banyak lagi nama-nama besar akademisi
pada waktu itu. Aulia Reza Bastian, Reformasi Pendidikan (Yogyakarta : Lappera
Pustaka Utama, 2002), 93.
Lembaga Keuangan Syariah 81

Sebagai contoh jalan tengah atau kompromi kesepakatan dari bebarapa


kepentingan pada satu titik temu. Ketika masyarakat memerlukan dana
permodalan berupa fasilitas kredit untuk memenuhi kebutuhan usaha para
petani, pedagang pasar atau para pegawai rendahan maka timbulah rasa
keinginan untuk menolong yang didasari oleh budaya gotong royong pada
seorang Patih Purwokerto Aria Wiriatmaja, sehingga berinisiatif untuk
membentuk Koperasi simpan pinjam pada tahun 1898 guna melayani
masyarakat yang secara umum masih berpendapatan terbatas, pemiliham
badan hukum Koperasi simpan pinjam tersebut didasarkan pada alasan bahwa
Koperasi sesuai dengan budaya masyarakat setempat, sehingga secara rasional
Koperasi dapat diterima oleh masyarakat. Di lain pihak unsur penguasa Van
Westrode melakukan tindakan yang rasional, karena badan hukum Koperasi
sangat bersesuaian dengan semangat kebersamaan di Eropa. Sehingga
berdirinya Koperasi secara tidak langsung merupakan kompromi rasionalitas
antara kelompok miskin pribumi dan penguasa setempat. Garis sepadan
dengan kondisi tersebut diatas itulah yang diupayakan oleh penulis untuk
mencari ide segar atau menggagas kompromi rasionalitas ekonomi Indonesia
kontemporer yang dapat menampung aspirasi masyarakat secara umum,
bersesuaian dengan ketentuan perundang-undangan, keperpihakan penguasa
pemerintahan dan dapat menampung kepentingan para pelaku pasar,
sehingga semua elemen masyarakat terwadahi kepentingannya, dalam suatu
konsep pemikiran tentang ekonomi Pancasila.65

65
M. Dawam Rahadjo, Nalar Ekonomi Politik, (Bogor : IPB Press), 5.
82 Lembaga Keuangan Syariah

D. TINJAUAN HISTORIS DAN FILOSOFIS.


Perjalanan sejarah bangsa-bangsa di dunia ini mempunyai hubungan
saling keterkaitan dan saling berhubungan serta saling melengkapi, termasuk
juga perjalanan bangsa Indonesia. Dikisahkan bahwa sejarah alam semesta ini
mempunyai usia lebih panjang dari pada sejarah umat manusia, demikian juga
mempunyai usia jauh lebih tua dari pada berdirinya komonitas bangsa dan
negara, barang kali inilah salah satu rahasia perencanaan Tuhan untuk
menempatkan manusia di muka bumi ini setelah segala sesuatunya tersedia
dengan baik, dengan lingkungan alam yang tertata terlebih dahulu serta suhu
dan iklim sudah bersahabat baru kemudian diturunkan di muka bumi ini.
Dengan dasar logika tidak mungkin manusia hidup di dunia ini bila alam yang
akan ditempati belum tersedia keperluan manusia minimal untuk bertahan
hidup. Ahli sejarah mengatakan bahwa masa yang paling tua dalam kehidupan
alam semesta ini adalah masa Plestosen yang ditandai dengan adanya
pergeseran atau Glasiasi yang berdampak menurunnya suhu permukaan bumi,
dan mencairnya es di daerah tertentu yang menyebar di daerah sekelilingnya
yang secara tidak langsung berdampak pada tatanan alam, aliran sungai dan
lautan dan pergeseran tata letak kepulauan di beberapa wilayah di atas muka
bumi ini. Adapun kepulauan Indonesia terdiri dari serangkaian atau gugusan
pulau besar dan kecil pada posisi 6 derajat garis Lintang Utara, 11 derajat garis
Lintang Selatan, memanjang dari Barat ke Timur antara 95 derajat sampai
dengan 140 derajat garis Bujur Timur, seluruh daerah ini beriklim tropis
dengan suhu rata-rata di dataran rendah 26 derajat Celsius, dan daerah
pegunungan 20 derajat Celsius. Adanya kehidupan di wilayah nusantara ini
diperkirakan mulai abad 4 atau 5 Masehi dengan bukti ditemukannya
Lembaga Keuangan Syariah 83

peninggalan tulisan batu pada masa itu, atau bukti-bukti lain yang berhasil
ditemukan oleh para peneliti dan para ahli sejarah, dari hasil temuan bukti
sejarah tersebut dapat difahami bahwa dalam kehidupan masa itu terdapat
kehidupan sosial ekonomi dan kepercayaan, bercocok tanam atau pertanian,
pemujaan pada nenek moyang. Dengan demikian dari sisi kependudukan
bangsa Indonesia saat ini tidak dapat dilepaskan dari perjalanan kehidupan
prasejarah, terutama pada sisi faktor biologis dan kultural.66
Para ahli sejarah memperkirakan lima ratus ribu tahun yang lalu daerah es
di Kutub Utara dan Selatan mengalami perubahan bentang wilayah karena
perubahan suhu sehingga mengakibatkan kenaikan permukaan laut yang
berdampak pada perubahan struktur kepulauan dan sebagian daratan
terendam, sehingga terjadi perubahan pula struktur ekosistem yang termasuk
juga manusia. Pada sisi yang berbeda para ahli sejarah juga memperkirakan
bahwa manusia Indonesia telah ada pada satu juta tahun yang lalu dengan
hidup berkelompok-kelompok, dan menyebar sesuai dengan keperluan
kehidupan masing-masing, para ahli sejarah juga menarik hubungan yang linier
antar wilayah penyebaran penduduk yang tidak terkonsentrasi pada kelompok
masyarakat tertentu, tetapi menyebar ke seluruh daratan.67
Semua bangsa di dunia ini mempunyai nilai-nilai luhur yang dijunjung
tinggi sebagai warisan budaya yang dijaga dan dihormati, demikian juga latar
belakang perjalanan sejarah berdirinya negara dengan segala macam pasang
surut kehidupan perjuangan dan derai air mata merupakan bagian yang tak

66
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional
Indonesia jilid satu, (Jakarta : Balai Pustaka, 1992), 297.
67
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta : Djambatan,
1999), 15.
84 Lembaga Keuangan Syariah

terpisahkan dari riwayat bangsa tersebut yang tidak hanya untuk dikenang
akan tetapi dijadikan pijakan untuk perjuangan generasi berikutnya demi
kehidupan yang lebih baik bangsanya sendiri dan demi untuk menata atau
memposisikan diri pada pergaulan internasional, hal ini terjadi di setiap negara
termasuk sejarah bangsa Indonesia. Kebangsaan atau Nationhood adalah
akumulasi dari rangkaian interaksi keseimbangan antara kepentingan
masyarakat atau Society di satu pihak dan kekuasaan negara atau State di
pihak lain, untuk itu perlu dicari suatu formula guna menjaga agar tidak terjadi
benturan antara masyarakat dan negara. Sehingga sangat diperlukan adanya
tinjauan historis dan filosofis yang memposisikan dan mengfungsikan kedua
peran sesuai porsinya masing-masing dan sesuai tuntutan zamannya, proses
interaksi antar masyarakat suatu negara dengan negara lain atau interaksi
antar keyakinan akan menghasilkan tata nilai atau norma budaya, meskipun
kebudayaan yang dimiliki oleh setiap masyarakat berbeda-beda, akan tetapi
setiap kebudayaan mempunyai ciri dan sifat yang sama dalam arti universal,
secara umum sifat-sifat budaya tersebut memiliki ciri yang sama meskipun
tidak sama persis, hal ini disebabkan adanya perbedaan ras, lingkungan alam,
kebiasaan dan perbedaan tingkat pendidikan. Sifat yang melekat pada
kebudayaan tersebut meliputi; Pertama, interaksi antar masyarakat yang
tercemin dari perilaku sehari-hari akan menjadi kebiasaan yang membentuk
budaya; Kedua, nilai-nilai budaya telah ada terlebih dahulu sebelum lahirnya
suatu generasi tertentu yang mengikuti perkembangan zamannya dan akan
diwariskan antar generasi ke genarasi berikutnya; Ketiga, Budaya sangat
diperlukan oleh manusia yang tercermin dari tingkah laku, budaya tersebut
meliputi norma-norma dan aturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang
Lembaga Keuangan Syariah 85

mengatur suatu tindakan yang dianjurkan, perbuatan yang dilarang atau


tindakan yang menjadi kebanggaan bersama dan tindakan yang merupakan
pantangan untuk dikerjakan. Interaksi antar budaya diharapkan menghasilkan
sintesa kehidupan yang bermoral. Sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam
Al-Qur’an Surat Luqman (31) Ayat 17, 18 dan 19:

َ ‫صابَ ِۖكَ إِ َّن ٰذَلِكَ مِ ۡن‬


‫ع ۡز ِم‬ َ َ ‫علَ ٰى َما ٓ أ‬ َ ‫ع ِن ۡٱل ُمنك َِر َوٱصۡ بِ ۡر‬َ َ‫صلَ ٰوة َ َو ۡأ ُم ۡر بِ ۡٱل َمعۡ ُروفِ َو ۡٱنه‬
َّ ‫ي أَق ِِم ٱل‬
َّ َ‫ٰيَبُن‬
‫ور‬ َ َّ ‫ض َم َر ًح ِۖا إِ َّن‬
ٖ ‫ٱَّلل ََّل يُحِ بُّ ُك َّل ُم ۡخت َٖال فَ ُخ‬ ِ ‫اس َو ََّل ت َمۡ ِش فِي ۡٱۡل َ ۡر‬ َ ُ ‫ َو ََّل ت‬١٧ ‫ور‬
ِ َّ‫صع ِۡر َخدَّكَ لِلن‬ ِ ‫ۡٱۡل ُ ُم‬
ِ ِ‫ص ۡوتُ ۡٱل َحم‬
١٩ ‫ير‬ ِ ‫ِكَ إِ َّن أَنك ََر ۡٱۡلَصۡ ٰ َو‬ٞۚ ‫ص ۡوت‬
َ َ‫ت ل‬ ۡ ‫ٱغض‬
َ ‫ُض مِ ن‬ ِ ‫ َو ۡٱق‬١٨
ۡ ‫ص ۡد فِي َم ۡشيِكَ َو‬
Artinya : 17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian
itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.
19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Pada kurun waktu tertentu, sejarah perjalanan bangsa Indonesia sekarang


ini tidak terlepas dari proses berdirinya, proses perkembangan budayanya dan
jatuhnya kerajaan-kerajaan yang pernah ada di bumi Nusantara dan banyak
dipengaruhi oleh budaya bangsa-bangsa lain, hal ini disebabkan karena letak
wilayah Nusantara yang menjadi jalur lalu-lintas perdagangan dunia, diantara
budaya yang masuk ke wilayah Nusantara antara lain dipengaruhi oleh agama-
agama besar di dunia, yaitu Hindu, Budha dan Islam. Untuk itulah kerajaan-
86 Lembaga Keuangan Syariah

kerajaan yang ada di wilayah Nusantara tidak bisa lepas dari pengaruh agama
tersebut diatas. Diantara tokoh-tokoh sejarah yang bersesuaian dengan masa
kerajaan dan pengaruh agama yang memegang peranan penting. Kerajaan
adalah institusi pertama yang lahir sebelum adanya institusi ekonomi. Untuk
itu penting mempelajari berdirinya kerajaan-kerajaan Nusantara guna
mengetahui alur budaya yang ada sampai pada tahap lahirnya institusi atau
lembaga keuangan, terutama kesadaran masyarakat sampai pada tahap
lahirnya lembaga keuangan syariah. Raja Sulaiman adalah penguasa terbesar
sepanjang sejarah karena mempunyai pasukan yang besar, yang terdiri dari
manusia, hewan, jin dan dapat menundukkan gerak arah angin. Allah SWT
berfirman di dalam Al-Qur’an Surat An-Naml (27) Ayat 30 dan 37:
َّ ‫ٱلر ۡح ٰ َم ِن‬
٣٠ ‫ٱلرحِ ِيم‬ ِ َّ ‫سلَ ۡي ٰ َمنَ َوإِنَّ ۥهُ بِسۡ ِم‬
َّ ‫ٱَّلل‬ ُ ‫إِنَّ ۥهُ مِ ن‬
Artinya : 30. Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya:
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

َ ٰ ‫ۡٱر ِج ۡع ِإلَ ۡي ِه ۡم فَلَن َۡأتِيَنَّ ُهم ِب ُجنُودٖ ََّّل قِبَ َل لَ ُهم ِب َها َولَنُ ۡخ ِر َجنَّ ُهم ِم ۡن َها ٓ أَ ِذلَّ ّٗة َوه ُۡم‬
٣٧ َ‫صغ ُِرون‬
Artinya : 37. Kembalilah kepada mereka sungguh kami akan mendatangi
mereka dengan balatentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti
kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka
menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina".

1. Kerajaan Kutai (400 M).


Pendiri Kerajaan Kutai adalah Kundungga, beliau adalah orang
Indonesia asli yang belum terpengaruh oleh budaya Hindu, oleh karena itu
beliau tidak dianggap sebagai pendiri keluarga kerajaan. Anaknya adalah
Aswawarman, dan dianggap sebagai pendiri keluarga kerajaan, karena
pada masa itu sudah ada pengaruh dari agama Hindu. Sementara Raja
Lembaga Keuangan Syariah 87

yang paling terkemuka adalah Mulawarman, Ia merupakan Raja yang


berperadaban baik, kuat dan berkuasa.68

2. Kerajaan Tarumanegara.
Raja yang sangat terkemuka adalah Purnawarman, beliau adalah Raja
yang gagah berani dan jujur terhadap tugasnya. Kerajaan ini berdiri sekitar
tahun 450 M di Bogor, wilayah kekuasaannya meliputi Jakarta, Bogor,
Bekasi, Karawang dan Banten. Agama Hindu diajarkan Tarumanegara
diajarkan oleh seorang Rahib bernama Gunawarman.69

68
Keberadaan kerajaan Kutai dibuktikan dengan adanya Prasasti berupa 7 Yupa
atau tiang batu yang menceritakan bahwa Raja Mulawarman keturunan dari Raja
Aswawarman mengadakan kenduri sebagai bukti sedekah pada para Brahmana.
Dengan demikian masyarakat Kutai adalah masyarakat pertama bangsa Indonesia yang
sudah mengenal nilai-nilai sosial dan politik, serta adanya keyakinan akan Ketuhanan
dalam wilayah kebijakan kerajaan yang diimplementasikan dalam kegiatan kenduri
untuk sedekah pada Brahmana. Potensi ekonomi kerajaan dapat dilihat dari kebiasaan
kenduri yang mencerminkan kemakmuran dan kebiasaan berbagi antar masyarakat
saat itu serta adanya persembahan Raja berupa perhiasan emas kepada para
Brahmana, dan sedekah pada Brahmana mencerminkan adanya penghasilan hasil bumi
yang memakmurkan negeri, menurut para ahli sejarah purbakala Indonesia bahwa
kerajaan-kerajaan Indonesia waktu itu dalam kehidupan makmur dengan dengan
perdagangan dan pertanian, hubungan baik antara kerajaan di Nusantara dengan
kerajaan di India Ielatan melahirkan kerjasama keagamaan sehingga banyak para
pendeta atau golongan Brahmana mengajarkan Agama Hindu dan berbagai upacara
keagamaan, dengan demikian ada dua pengaruh nyata yang dibawa oleh kaum
Brahma Hindu dari India yaitu pengaruh budaya dan pengaruh tata kelola organisasi
negara. Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta : Paradigma, 2010), 29.
69
Tanda-tanda peninggalan tertua terhadap pengaruh kebudayaan Hindu di Jawa
adalah batu-batu bertuliskan di pedalaman dekat Sungai Cisadane, Bogor, dengan
menggunakan huruf Palawa dan diperkirakan dibuat pada ke-4 Masehi.
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta : Penerbit
Djambatan, 1999), 21.
88 Lembaga Keuangan Syariah

3. Kerajaan Bali.
Diantara Raja yang yang ada di Kerajaan Bali adalah Udayana
Warmadewa adalah yang paling terkenal. Udayana adalah anak dari
seorang kebangsaan Kamboja yang melarikan diri ke Jawa Timur dan
menikah dengan Putri Mahendrata, kemudian ia bersama permaisuri
memerintah kerajaan Bali dengan arif dan bijaksana. Dari pernikahannya
dengan Gunapriya lahirlah beberapa putra yang salah satunya adalah
Airlangga. Kehidupan masyarakat pada waktu itu berkelompok dan saling
membantu atau gotong royong dalam kelompoknya pada setiap
pekerjaan bersama sampai pada masa pemerintahan Raja Gunapriya dan
Udayana, dan sebagian besar penduduknya bercocok tanam atau ahli
dalam bidang pertanian, akibat pengaruh Agama Hindu India maka
pemerintahan Raja Anak Wungsu membagi masyarakat menjadi dua
golongan besar yang berfungsi untuk membedakan status sosial mereka,
yaitu kelompok Catur Warna dan golongan luar kasta atau budak, dan
dalam sebuah prasasti yang ditemukan mengatakan : “apabila orang-
orang jahat yang tidak memperhatikan anugrah Raja kepada desa bila
sewilayahnya dengan seluruh penduduknya, baik kaum brahmana, ksatria,
wesya, sudra, pemimpin, budak, tua-muda, laki-laki dan perempuan,
kepala rumah tangga, pendeta, pemimpin, pengawas maupun para
Sandhibisa, yang merubah-rubah anugerah Paduka Raja, sampai pada
akhir zaman akan selalu dihancurkan oleh kematiannya.70

70
Pada masa itu berlaku struktur masyarakat yang terbagi dalam empat bagian;
Pertama, pembagian golongan tingkatan dalam masyarakat; Kedua, pembagian
warisan yang behubungan dengan sistem kekerabatan; Ketiga, aneka kesenian yang
kelak menjadi keterampilan lokal dan ciri khas positif kreatifitas masyarakat; Keempat,
Lembaga Keuangan Syariah 89

4. Kerajaan Pajajaran.
Raja yang terkenal adalah Sang Ratu Jayadewata, beliau mempunyai
gelar Prabu Guru Dewantara dan dianugrahi gelar petunjuk Sri Baduga
Maharaja Ratu Haji (1), Sang Ratu menjalankan pemerintahannya
berdasarkan kitab-kitab hukum yang berlaku, sehingga pemerintahannya
berjalan dengan aman dan tenteram, pada masa itu tidak ada perang, jika
ada rasa tidak aman hanyalah terjadi pada mereka yang melanggar aturan
saja.

5. Kerajaan Kalingga (Holing).


Kerajaan ini dipimpin oleh seorang Ratu yang bernama Sima, ia
memerintah dengan amat baik, keras, serta adil. Barang yang jatuh di
jalan tidak ada yang berani menyentuhnya, bahkan pada waktu itu ada
pundi-pundi emas yang diletakkan dengan sengaja oleh utusan kerajaan
lain, rakyat kerajaan ini menghindar dari pundi-pundi tersebut.

6. Kerajaan Sriwijaya (600 - 1400).


Raja-Raja Sriwijaya merupakan pelindung agama Budha dan
penganut agama yang taat, hal ini bukan merupakan hasil perkembangan
dalam waktu singkat dan tidak hilang begitu saja. Raja yang terkenal dari
Kerajaan Sriwijaya adalah Balaputradewa dengan gelar
Sailendrawamsatilaka Sri Wirawairimathana. Menurut Prasasti Kedukan
Bukit yang ditemukan di kaki bukit Siguntang Palembang yang
diperkirakan pada tarikh 605 Caka atau 683 M dalam bahasa Melayu kuno

agama dan kepercayaan yang merupakan hasil interaksi antara budaya dan keyakinan
masyarakat setempat dengan masyarakat dalam tata pergaulan internasional terutama
India. Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho notosusanto, Sejarah Nasional
Indonesia jilid dua, (Jakarta : Balai Pustaka, 1992), 327.
90 Lembaga Keuangan Syariah

dan menggunakan huruf Pallawa yang menceritakan adanya kekuatan


maritim dengan kekuatan penuh dari armada laut, sehingga mampu
menguasai Selat Sunda pada tahun 686 M serta mampu menguasai Selat
Malaka pada tahun 775 M, Tuha An Vatakvura adalah sebutan dari
perkumpulan semacam Koperasi saat ini yang memudahkan para
pengerajin, pedagang dan pegawai raja untuk berinteraksi. Sriwijaya
merupakan kerajaan maritim terbesar pada waktu itu dengan keunggulan
armada dan bala tentara yang kuat dan disiplin sehingga mampu
menguasai jalur perdagangan laut semenanjung Malaya. Kekuatan
armada Sriwijaya dapat menguasai perniagaan dan mampu menjamin
jalur-jalur pelayaran menuju Sriwijaya dan mampu melakukan
penggalangan pada para pimpinan bajak laut dalam ikatan dengan
kerajaan untuk menjamin keamanan jalur perdagangan.71
Dalam sistem pemerintahan Kerajaan Sriwijaya sudah mengenal
adanya pegawai kerajaan bidang perpajakan, pegawai kerajaan bidang
perbendaharaan kerajaan dan adanya penasehat agama kerajaan yang
bertugas untuk mengawasi pembangunan kerajaan serta mengawasi
pembuatan patung-patung suci. Dengan demikian pada saat itu dapat
dikatakan bahwa Kerajaan dalam menjalankan sistem kenegaraan
berdasarkan dengan keyakinan nilai-nilai Ketuhanan. Cita-cita akan
adanya konsep kesejahteraan bersama dalam lingkup kerajaan dengan
semboyan “Marvuat Vanua Criwijaya Siddhayatra Subhiksa`” artinya :
suatu cita-cita negara yang adil dan makmur. Potensi ekonomi kerajaan

71
Pusjarah TNI, Sejarah Perang-Perang Nusantara, (Jakarta : Pusat Sejarah dan
Tradisi TNI, 2003), 26.
Lembaga Keuangan Syariah 91

Sriwijaya terletak pada kekuatan maritim dengan armada tempurnya yang


mampu mengawal setiap armada dagangnya, potensi pertanian dan
kerajinan serta menguasai ekpor beras, rempah-rempah, gading, kayu
manis, kemenyan dan emas.72

7. Kerajaan Mataram Kuno.


Salah satu Raja yang terkemuka adalah Raja Sanjaya dan dianugerahi
gelar petunjuk Sanjaya Abdi Negara (2), Ia dijuluki Raja yang gagah berani
yang telah menaklukan Raja-Raja di sekelilingnya, Ia dihormati oleh para
pejangga karena dipandang sebagai Raja yang faham akan isi kitab-kitab
suci, rakyatnya dapat tidur nyenyak tanpa ada rasa takut diganggu oleh
oleh penjahat. Berdasarkan prasasti yang ditemukan di lokasi Gunung
Wukir, Kecamatan Salam, Magelang, mengunakan huruf Pallawa dan
berbahasa sangsekerta, bahwa Raja Sanjaya beragama Siwa dan
mendirikan sebuah Lingga di atas bukit, sehingga sang Raja dilukiskan
bagai Meru yang menjulang tinggi yang meletakan kakinya jauh di atas
kepala Raja-Raja di sekitarnya, berikatkan pinggang samudra dan berdada
gunung-gunung.73

72
Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta : Paradigma, 2010), 29.
73
Prasasti Canggal berangka tahun 654 Saka atau 6 Oktober 732 mengatakan
bahwa Raja Sanjaya telah mendirikan Lingga di atas bukit sebagai tempat pemujaan
terhadap Dewa Siwa, Brahma dan Wisnu. Dalam prasasti tersebut juga mengatakan
tentang kesuburan tanah Jawa sebagai penghasil padi dan kaya akan tambang emas,
dan juga desebutkan bahwa di pulau Jawa terdapat bangunan suci untuk pemujaan
Dewa Siwa yang amat indah sebagi simbol dan sumber kesejahteraan dunia. Marwati
Djoened poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Indonesia jilid dua, (Jakarta
: Balai Pustaka, 1992), 99.
92 Lembaga Keuangan Syariah

8. Kerajaan Singasari (1222 - 1292).


Wangsa Rajasa adalah Wangsa baru berbarengan dengan
kemunculan Ken Arok, Wangsa inilah yang menguasai kerajaan Singasari
dan Kerajaan Maja Pahit, Ken Arok dilahirkan di Desa Pangkur, sebelah
timur Gunung Kawi, ibunya bernama Ken Endok, istri seorang petani
bernama Galirombe.74 Kemudian seiring dengan perjalanan waktu tata
sosial kemasyarakat pada waktu terjadi perkembangan yang sangat pesat,
akan tetapi dibalik itu terjadi kondisi keragaman antar suku, agama dan
ras serta kegiatan perekonomian yang meningkat tanpa disertai tata
kelola kerajaan yang baik, sehingga terjadi kekacauan dan timbul benih-
benih permusuhan yang akan dapat berakibat pada kehancuran Kerajaan,
pada kondisi yang tidak menentu inilah akhirnya Kerajaan diselamatkan
oleh seorang pengembara yang tidak pernah diketahui asal usulnya, dia
bernama Gajah Para dan di anugrahi gelar petunjuk Gajah Para Abdi (3).

74
Pada akhir runtuhnya Kerajaan Singasari, Kerajaan dapat dikuasai oleh
Jayakatwang dari Kerajaan Kediri, akan tetapi berkat kecerdikan menantu Prabu
Kertanegara (cita-cita Prabu Kertanegara adalah mempersatukan Nusantara), yaitu
Raden Wijaya, maka Kerajaan Kediri dapat dikalahkan dengan bantuan utusan dari
tentara Tartar dari Negeri China, utusan tersebut dipimpin oleh tiga orang hulubalang,
yaitu Che pi, Ji k`o mi su dan Kau Hsing (1293), pada dasarnya utusan tentara dari
China tersebut menuntut balas atas perlakuan Prabu Kertanegara yang memotong
telinga utusan Khu Bilai Khan yang bernama Meng Khi. Setelah Kediri dapat dikalahkan
dan pasukan Khu Bilai Khan berpesta pora dengan kemenangan, maka dengan
kecerdikannya kembali Raden Wijaya menyerang habis pasukan Tartar tersebut dan
membakar kapal-kapal layar mereka, demikianlah kisah perjalanan sejarah yang
tertulis dalam kitab Pararaton. Purwadi, Jejak Nasionalisme Gajah Mada, (Yogyakarta :
Penerbit Diva, 2004), 34.
Lembaga Keuangan Syariah 93

9. Kerajaan Majapahit (1293 - 1478).


Raden Wijaya adalah Raja Majapahit pertama dengan gelar Kerta
Rajasa Jayawardana yang dinobatkan sebagai Raja setelah mengalahkan
tentara Tartar Mongol China yang dikirim oleh Kublai Khan, tepatnya pada
tanggal 15 bulan Oktober 1293 berdasarkan Kidung Harsawijaya. Dari
Kerajaan Singasari, Gajah Para menikah dengan seorang penenun pakaian,
anak dari Empu Pandita Perkasa dan mempunyai anak Gajah Panuntun,
setelah dengan keperkasaannya selalu membela dan mengabdi kepada
Kerajaan, akhirnya Raja Majapahit yang bernama Hayamwuruk
mengangkat Gajah Panuntun sebagai Patih Kerajaan dengan diberi gelar
petunjuk Gajah Mada Palapa (4), setelah mendapat petunjuk tersebut
maka Gajah Mada mempunyai keberanian dan tekat dengan bersumpah
yaitu Sumpah Palapa.75
Semangat kebangsaan dan cita-cita luhur untuk menyatukan negeri-
negeri seluruh Nusantara lahir dari seorang anak bangsa bernama Gajah
Mada dari negeri Maja Pahit, Gajah Mada berhasil mewujudkan cita-
citanya menjadi Maja Pahit Raya yang meliputi negeri-negeri seluruh
Nusantara sehingga menjadi negeri yang besar dengan kekuatan politik
yang tangguh sehingga disegani oleh bangsa-bangsa di dunia. Kerajaan
Maja Pahit adalah Kerajaan Nasional yang sangat kuat pada masanya

75
Kejayaan Kerajaan Maja Pahit tahun 1292 dibawah pemerintahan Prabu Hayam
Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada tercantum dalam Kitab Negara Kertagama
karangan Empu Prapanca, yang berisikan tentang keagungan Sang Prabu dan
keagungan Sang Maha Patih, serta menguraikan kisah-kisah pembangunan Negara
Maja Pahit yang besar pada zamannya. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Bambang
Pramudito pada Kata Pengantar dari Kitab Negara Kertagama (Yogyakarta : Penerbit
Gelombang Pasang, 2006), V.
94 Lembaga Keuangan Syariah

bahkan wilayah yang dikuasainya lebih luas dari wilayah Negara Indonesia
saat ini, adapun potensi ekonomi Maja Pahit meliputi bidang perdagangan
di wilayah Nusantara, dan perdagangan dengan luar negeri yang meliputi
daerah semenanjung Malaya, perdagangan dengan India, China dan
Negara Timur Tengah, serta potensi ekonomi dari hasil rempah-rempah,
hasil hutan, Emas dan penjualan satwa, dengan demikian kekuasaan Maja
Pahit waktu itu mutlak mendapat dukungan sepenuhnya dari kemampuan
ekonomi masyarakat.76

Dalam perjalanan waktu yang cukup lama dan dengan disebabkan oleh
beberapa hal maka Kerajaan hancur satu-persatu, dan pada saat inilah awal
dari episode penjajahan.
Informasi dari sebuah buku yang berjudul “Itinerario Near Oost Ofte
Portugaels Indien” yang ditulis oleh Jan Huygen Van Linshoten pada tahun
1595, telah menggugah minat bangsa Belanda untuk datang ke Nusantara,
rangkuman dari kandungan buku tersebut sebagai berikut : dalam proses
perjalanan waktu dan keinginan bangsa Eropa untuk mencari dunia baru dan
keinginannya untuk menguasai sumber daya alternatif bagi bangsanya, pada
saat yang sama warga pribumi Nusantara hidup dalam kedamaian. Situasi ini
berubah drastis saat orang-orang Eropa mulai berdatangan dengan dalih
berdagang, namun dengan membawa pasukan tempur lengkap dengan
senjatanya, hal yang ironis, tokoh yang menggerakan roda sejarah dunia masuk

76
Secara kelembagaan, perekonomian Nusantara waktu mendirikan institusi
ekonomi yang bernuansa Islam, yaitu berdirinya SDI atau Sarekat Dagang Islam di
Batavia pada tahun 1909 dan di Bogor pada tahun 1911. Kemudian Haji Samanhoedi
seorang pengusaha batik memprakarsai berdirinya “Koperasi Pedagang Batik”.
Parakitri T. Simbolon, Menjadi Indonesia, (Jakarta : Buku Kompas, 2006), 259.
Lembaga Keuangan Syariah 95

kedalam kubangan darah adalah dua orang Paus yang berbeda; Pertama, Paus
Urbanus II yang mengobarkan Perang Salib untuk merebut Yerusalem dalam
konsili Clermont tahun 1096; dan yang Kedua, Paus Alexander VI.
Perang Salib tanpa disadari telah membuka mata orang Eropa tentang
peradaban yang jauh lebih unggul ketimbang mereka, Eropa mengalami
pencerahan akibat bersinggungan dengan orang-orang Islam dalam Perang
Salib ini. Merupakan fakta sejarah bahwa jauh sebelum orang Eropa berani
melayari samudra, bangsa Arab telah dikenal dunia sebagai bangsa pedagang
yang pemberani yang terbiasa melayari samudra luas hingga ke Nusantara,
bahkan kapur barus yang merupakan salah satu zat utama dalam ritual
pembalseman para Fir`aun di Mesir pada abad sebelum masehi, didatangkan
dari satu kampung kecil bernama Barus yang berada di pesisir barat Sumatera
Tengah.
Dari pertemuan peradaban inilah bangsa Eropa mengetahui jika ada satu
wilayah di selatan bola dunia yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya,
yang tidak terdapat di belahan dunia manapun, negeri tersebut penuh dengan
Karet, Lada dan rempah-rempah lainnya dan sangat melimpah hasil
tambangnya yaitu Emas dan Batu Permata yang tersimpan dalam perut
buminya, tanah tersebut dengan iklimnya yang sangat bersahabat dan alam
yang sangat indah, wilayah inilah yang terkenal dengan sebutan Nusantara,
mendengar semua informasi tentang kekayaan negeri ini bangsa Eropa sangat
bernafsu untuk datang dan mencari apa yang selama ini ia idam-idamkan.
Paus Alexander VI pada tahun 1494 memberikan mandat resmi Gereja
kepada kerajaan Katolik Portugis dan Spanyol melalui perjanjian Tordesillas.
Dengan adanya perjanjian ini Paus Alexander secara sepihak telah membelah
96 Lembaga Keuangan Syariah

dunia diluar daratan Eropa menjadi dua kapling besar untuk dianeksasi, garis
demarkasi dalam perjanjian Tordesilas itu mengikuti lingkaran garis lintang dari
Tanjung Pulau Verde, melampui kedua kutub bumi, hal ini telah meberikan
dunia baru yang saat ini disebut Benua Amerika kepada Spanyol, Afrika serta
India diserahkan kepada Portugis, kemudian Paus menggeser garis
demarkasinya ke arah timur sejauh 1.170 Kilometer dari Tanjung Pulau Verde,
Brazil pun jatuh ketangan Portugis, jalur perjalan dalam pencarian kekayaan
oleh bangsa Eropa ini ke arah Timur jauh menuju kepulauan Nusantara pun
terbagi dua, Spanyol berlayar ke Barat dan Portugis ke Timur, keduanya
akhirnya bertemu di Maluku, di Laut Banda.77
Sebelumnya, jika dua kekuatan yang tengah berlomba memperbanyak
harta jarahan bertemu tepat pada satu titik maka mereka akan besaing dan
bahkan berkelahi satu sama lain, namun pada saat bertemu di Maluku,
Portugis dan Spanyol mencoba untuk menahan diri, dan pada tanggal 5
September 1494, Spanyol dan Portugis membuat perjanjian Saragossa yang
menetapkan garis anti-meridian atau garis sambungan pada setengah
lingkaran yang melanjutkan garis 1.170 Kilometer dari Tanjung Verde. Garis itu
pada posisi di Timur dari Kepulauan Maluku, di sekitar Guam.78

77
Faktor yang mendorong kedatangan Portugis ke Nusantara adalah: faktor
ekonomi, agama dan jiwa petualangan yang mereka miliki. Penguasaan Portugis atas
Semenanjung Malaka sangat berpengaruh terhadap jalur pelayaran Pantai Barat
Sumatera dan Selat Sunda, di Pelabuhan Jawa dan Banten tumbuh menjadi besar,
karena pedagang-pedagang dari Persia, China, India dan lain-lain yang datang pada
saat tertentu untuk bertemu di Malaka, mulai bergeser ke Nusantara karena
menghindari politik dagang Portugis yang monopoli di Malaka. Pusjarah TNI, Sejarah
Perang-Perang Nusantara, (Jakarta : Pusat Sejarah dan Tradisi TNI, 2003), 99.
78
Ambisi Portugis untuk menguasai perdagangan rempah-rempah Nusantara
diwujudkan dengan niat untuk merebut Malaka yang saat itu menjadi pusat
perdagangan bangsa Arab, Persi, India dan China dengan pedagang Nusantara, adapun
Lembaga Keuangan Syariah 97

Sejak itulah Portugis dan Spanyol berhasil banyak membawa rempah-


rempah dari pelayaran. Seluruh Eropa mendengar hal tersebut dan mulai
berlomba-lomba untuk mengirim armada layarnya ke wilayah baru di Selatan.
Ketika Eropa mengirim ekspidisi laut untuk menemukan dunia baru, pengertian
antara perdagangan, peperangan dan penyebaran Agama Kristen, misi
imprealisme Eropa ini sampai sekarang sangat dikenal dengan “Tiga G” : Gold,
Glory dan Gospel. Seluruh penguasa, para Raja dan para pedagang yang berada
di Eropa membahas tentang Negeri Selatan yang sangat kaya raya ini, mereka
berlomba-lomba mencapai Nusantara dari berbagai jalur laut pelayaran,
kondisi saat itu belum tersedia peta perjalanan laut yang secara utuh dan
detail dari Eropa ke wilayah tersebut, yang oleh orang Eropa disebut dengan
Hindia Timur, peta bangsa Eropa baru mencapai daratan India, sedang wilayah
sebelah timurnya masih gelap.
Dibanding Spanyol, Portugis lebih unggul dalam banyak hal, para pelaut
Portugis yang merupakan tokoh-tokoh pelarian Templar yang mendirikan
“Kningt of Christ”, dengan ketat berupaya merahasiakan peta-peta terbaru
mereka yang berisi jalur laut menuju Asia Tenggara, peta-peta tersebut saat itu
merupakan benda yang paling diburu oleh banyak Raja dan Saudagar Eropa,
namun ibarat pepatah sepandai-pandai tupai melompat ahirnya jatuh juga,
maka demikianlah pula dengan peta rahasia yang dipegang pelaut-pelaut
Portugis. Sejumlah orang Belanda yang telah bekerja lama pada pelaut-pelaut
Portugis mengetahui hal ini, salah satu dari mereka bernama Jan Huygen Van
Linschoten. Pada tahun 1595 dia menerbitkan buku berjudul “Itinerario Near

komoditi yang diperdagangkan waktu itu adalah hasil bumi, Cengkeh, Lada, Pala,
Tekstil dari India dan kerajinan dari China. Parakitri T. Simbolon, Menjadi Indonesia,
(Jakarta : Buku Kompas, 2006), 33.
98 Lembaga Keuangan Syariah

Oost Ofte Portugael Indien”, pedoman perjalanan ke Timur atau Hindia


Portugis, yang memuat berbagai peta dan deskripsi amat rinci mengenai jalur
pelayaran yang dilakukan Portugis ke Hindia Timur yang di lengkapi dengan
segala problamatikanya.
Buku tersebut laku keras di Eropa, namun dilain pihak Portugis sangat
tidak menyukai akan hal ini, bahkan mempunyai rasa dendam pada orang-
orang Belanda, berkat Van Linschoten inilah, Belanda akhirnya mengetahui
banyak persoalan yang dihadapi Portugis di wilayah baru tersebut dan juga
dapat diketahui rahasia-rahasia kapal serta jalur pelayarannya. Para pengusaha
dan penguasa Belanda menyempurnakan armada kapal lautnya dengan segera,
agar mereka juga bisa menguasai kekayaan Dunia Selatan yang kaya raya
tersebut. Pada tahun 1595 Belanda mengirim satu ekspedisi pertama menuju
Nusantara yang di sebutnya Hindia Timur. Ekspedisi ini terdiri dari empat buah
kapal dengan 249 awak dipimpin oleh Cornelis De Houtman, dia adalah salah
satu orang belanda yang telah bekerja lama pada Portugis di Lisbon. Lebih
kurang satu tahun kemudian pada Juni 1596, De Houtman mendarat di
pelabuhan Banten yang merupakan pelabuhan utama perdagangan Lada di
Jawa.79 Kemudian menyusuri Pantai Utara dan singgah di Sedayu, Madura dan
seterusnya. Kepemimpinan De Houtman tergolong yang buruk pada saat itu.
Dengan sikap sombong dan cenderung sesukanya pada orang-orang pribumi
dan juga terhadap sesama padagang Eropa, sejumlah konflik menyebabkan dia

79
Cornelis De Houtman adalah bagian dari liga atau gabungan pedagang yang
nantinya menjelma menjadi VOC, hubungan baik antara pedagang Belanda dengan
masyarakat setempat ditandai dengan saling kunjungan resmi antara penumpang
kapal dagang dengan para pejabat daerah Banten waktu itu, pejabat daerah tersebut
adalah Syahbandar, Adipati dan para Bangsawan lainnya. Parakitri T. Simbolon,
Menjadi Indonesia, (Jakarta : Buku Kompas, 2006), 34.
Lembaga Keuangan Syariah 99

harus kehilangan satu perahu dan banyak awaknya, sehingga ketika mendarat
di Belanda pada tahun 1597, dia hanya menyisahkan tiga kapal dan 89
awaknya. Walaupun demikian tiga kapal tersebut penuh berisi rempah-rempah
dan benda berharga lainnya.80
Orang-orang Belanda berpikiran, jika seorang De Houtman yang tidak
cakap memimpin mampu mendapatkan keuntungan melimpah, apalagi jika
dipimpin oleh orang yang mempunyai figur pemimpin yang baik dan dengan
dilengkapi armada pelayaran yang baik pula, kedatangan kembali tim De
Houtman menimbulkan semangat yang menyala-nyala di banyak pedagang
Belanda untuk mengikuti jejaknya. Langka De Houtman diikuti oleh puluhan
bahkan ratusan saudagar-saudagar Belanda yang mengirim armada mereka
Hindia Timur dan hal tersebut berlangsung dalam waktu yang cukup lama yang
berahir pada periode penjajahan Belanda atas Nusantara sampai dengan
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Sejarah tidak mencatat bahwa
kejayaan dan kemakmuran negeri di dunia ini mempunyai batas atau ajal,
sehingga perebutan atau persaingan antar saudagar atau pedagang
merupakan suatu keniscayaan. Sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Al-
Qur’an Surat Al-A’raaf (7) Ayat 34 dan 57 :
٣٤ َ‫ع ّٗة َو ََّل يَسۡ ت َۡق ِد ُمون‬ َ َ‫ ِۖل فَإِذَا َجا ٓ َء أ َ َجلُ ُه ۡم ََّل يَسۡ ت َۡأخِ ُرون‬ٞ ‫َو ِل ُك ِل أ ُ َّم ٍة أ َ َج‬
َ ‫سا‬

80
Kota Gresik berkembang menjadi kota pelabuhan yang sangat berpengaruh
karena lokasinya yang sangat strategis, merupakan kota pelabuhan dan perdagangan
internasional di kawasan paling timur Benua Asia, komunitas baru tumbuh dengan
subur sebagai hasil interaksi yang baik antara penduduk pribumi dan para pedagang
dari China, Gujarat dan Portugis. Oemar Zainuddin, Kota Gresik 1896 - 1916, (Jakarta :
Ruas, 2010), 7
100 Lembaga Keuangan Syariah

Artinya : 34. Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah
datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan
tidak dapat (pula) memajukannya.
‫س ۡق ٰنَهُ ِلبَلَدٖ َّميِتٖ فَأَنزَ ۡلنَا بِ ِه‬ َ ‫ٱلر ٰيَ َح ب ُۡش ُۢ َرا بَ ۡينَ يَدَ ۡي َر ۡح َمتِ ِِۖۦه َحتَّ ٰ ٓى إِذَآ أَقَلَّ ۡت‬
ُ ‫س َحابّٗ ا ثِقَ ّٗاَّل‬ ِ ‫َوه َُو ٱلَّذِي ي ُۡر ِس ُل‬
٥٧ َ‫ت َك ٰذَلِكَ نُ ۡخ ِر ُج ۡٱل َم ۡوت َٰى لَعَلَّ ُك ۡم تَذَ َّك ُرون‬ ِ ٞۚ ‫ۡٱل َما ٓ َء فَأ َ ۡخ َر ۡجنَا بِِۦه مِ ن ُك ِل ٱلث َّ َم ٰ َر‬
Artinya : 57. Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita
gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu
telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu
Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan
itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-
orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.

Dalam perjalanan waktu sejarah di awal periode pergaulan perdagangan


antar-negara wilayah ini dikenal dengan sebutan Hindia Timur, Nusantara dan
masih banyak lagi sebutan yang lain. Sedangkan sebutan nama Indonesia
melalui proses kronologis sebagai berikut :

1. J.R. Logan, dia adalah salah seorang pegawai pemerintah Inggris di


Penang atau Malaysia sekarang, Logan menyebutkan istilah Indonesia
didalam suatu tulisan pada majalah yang dipimpinnya, Ia menggunakan
nama Indonesia untuk menyebut kepulauan dan penduduk Nusantara, Ia
menulis istilah itu pada tahun 1850 M, artikel yang ditulis oleh J.R. Logan
tentang Indonesia, karena Indonesia mempunyai potensi yang besar bagi
Inggris, yaitu penduduk yang cukup banyak dan dapat dijadikan sasaran
didalam perdagangan hasil-hasil industrinya, demikian juga wilayahnya
sangat potensial untuk mendapatkan bahan mentah guna memenuhi
keperluan produksi industri Inggris.
Lembaga Keuangan Syariah 101

2. Earl G. Windsor, pada tahun 1850 didalam media milik J.R. Logan, Ia
menyebutkan kata Indonesia bagi penduduk Nusantara yang memiliki
potensi didalam perdagangan hasil industrinya, karena pada masa itu
jumlah penduduk Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara.
Adapun tokoh-tokoh yang mempopulerkan istilah Indonesia di dunia
internasional antara lain Adolf Bastian pada tahun 1884, Van Volenholen,
Snouck Hurgronja, Kern dan masih banyak lagi nama-nama tokoh yang
lain. Disamping tokoh-tokoh tersebut adalah para tokoh dari bangsa
Indonesia sendiri pada masa pergerakan kemerdekaan, seperti para tokoh
dari Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda, yang dalam rapat umum
dilaksanakan pada bulan Januari 1924, Perhimpunan Indonesia yang
semula bernama Indische Vereeninging kemudian berganti manjadi
Indonesische Vereeninging. Dengan nama Indonesia berarti telah
menunjukan sikap lebih kuat sebagai orang Indonesia dan bukan sebagai
orang Hindia Belanda. Perhimpunan Indonesia berdiri di negeri Belanda
dan mempunyai majalah sebagai alat komunikasi dan alat perjuangan
dengan nama “Hindia Putra”, kemudian seiring dengan perjalanan waktu
dan dinamika perjuangan majalah tersebut berganti nama “Indonesia
Merdeka”. Kata merdeka itu mengandung ungkapan tentang tujuan dan
usaha kerja keras bangsa Indonesia untuk mencapainya, Indonesia
Merdeka selalu menjadi semboyan perjuangan waktu itu, merdeka adalah
cita-cita umat manusia, yang setiap bangsa memiliki keinginan kuat untuk
hidup bebas dan merdeka, gagasan tentang kemerdekaan merupakan
cita-cita umat manusia, dengan demikian Indonesische Vereeninging atau
Perhimpunan Indonesia yang terus berjuang untuk memperkenalkan
102 Lembaga Keuangan Syariah

istilah Indonesia dimata dunia internasional, bahkan didalam menghadapi


Kongres-kongres Liga Anti Imperalsme di Eropa selalu menggunakan nama
Indonesia dalam organisasinya. Dalam perkembangan selanjutnya kata
Indonesia dikukuhkan menjadi identitas nasional melalui Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928. Istilah Indonesia tercantum dalam isi Sumpah
Pemuda; Pertama, kami putra-putri Indonesia mengaku bertanah tumpah
darah satu tanah air Indonesia; Kedua, kami putra-putri Indonesia
mengaku berbangsa satu bangsa Indonesia; Ketiga, kami putra dan putri
Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia. Dan
melalui Sumpah Pemuda itulah istilah Indonesia kemudian ditetapkan
menjadi identitas nasional bangsa Indonesia.

Demikian juga sejarah perjuangan Bangsa Indonesia untuk menuju


kemerdekaan melalui beberapa tahap perjuangan yang meliputi :

1. Sejarah Perjuangan Bangsa. Perjalanan Bangsa Indonesia yang


dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan dilanjutkan dengan era
merebut dan mempertahankan kemerdekaan sampai dengan era mengisi
kemerdekaan, menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai
dengan zamannya, kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut ditanggapi
oleh bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai semangat
kebangsaan kejuangan yang senantiasa tumbuh dan berkembang dengan
dilandasi oleh jiwa, tekad dan semangat kebangsaan, kesemuanya itu
tumbuh menjadi kekuatan yang mampu mendorong proses terwujudnya
NKRI dalam wadah Nusantara.
Lembaga Keuangan Syariah 103

2. Era Sebelum Penjajahan. Sejak tahun 400 Masehi sampai dengan


tahun 1617, Kerajaan-kerajaan yang berada di bumi persada Nusantara
adalah ; Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Kediri, Singasari,
Majapahit, Samudra Pasai, Aceh, Demak, Mataram, Goa dan lain
sebagainya, merupakan Kerajaan besar pada masanya. Nilai yang
terkandung pada era sebelum penjajahan adalah rakyat yang patuh dan
setia kepada rajanya dan menjunjung tinggi kehormatan dan kedaulatan
sebagai bangsa yang merdeka di bumi Nusantara. Pada era sebelum
penjajahan ini budaya dan tata kelola kerajaan banyak dipengaruhi oleh
keyakinan terhadap Agama, sehingga terjadi hubungan timbal balik antara
Raja dan pemuka agama yang saling melengkapi dalam tatanan kehidupan
berbangsa dan bernegara.81

3. Era Selama Penjajahan. Bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa mulai


tahun 1511 sampai dengan tahun 1945 oleh bangsa Portugis, Belanda,
Inggris, dan Jepang. Selama penjajahan peristiwa yang menonjol adalah
tahun 1908 yang dikenal sebagai Gerakan Kebangkitan Nasional Pertama,
yaitu lahirnya organisasi pergerakan Budi Utomo yang dipelopori oleh Dr.
Sutomo dengan gelar petunjuk Sutomo Abdi Negara (5) dan Dr. Wahidin
Sudirohusodo dengan gelar petunjuk Sudiro Abdi Mangku Negoro (6).
Perjuangan Beliau dimulai dari usaha untuk membangkitkan semangat
kebangsaan melalui media surat kabar dan majalah waktu itu dengan

81
Perspektif sekular pada aspek ekonomi memposisikan bunga bank yang dihitung
dari pokok pinjaman menjadi dasar pemikiran dan dasar operasional bank. Adapun
lembaga keuangan syariah memposisikan nisbah bagi hasil sebagai rujukan
operasional. M. Umer Chapra, Islam Dan Tantangan Ekonomi, (Surabaya : Risalah
Gusti, 1999), 12.
104 Lembaga Keuangan Syariah

berbahasa daerah atau bahasa Melayu, nama majalah tersebut


“Retnodhoemilah” yang terbit tiga kali dalam seminggu, dan melalui
media inilah Wahidin memperkenalkan cita-citanya, fikiran cemerlangnya
dan ide-ide pembangunan karakter bangsa yang melatakkan pemahaman
bahwa melalui pendidikan modern dan pendalaman budaya Jawa maka
akan terbentuk masyarakat yang kuat dan mandiri, kemudian untuk
mewujudkan cita-citanya tersebut Wahudin keliling Jawa untuk
mengumpulkan dana pendidikan, respon masyarakat terutama siswa
Sekolah Dokter Bumiputra STOVIA berlanjut dan bekembang menjadi
organisasi yang saat ini dikenal dengan Boedi Oetomo dengan Soetomo
sebagai ketua dan Goenawan Soewarno sebagai sekretaris, yang
diresmikan berdirinya pada hari Minggu, tanggal 20 Mei 1908, jam
Sembilan pagi.82 Pada perjalanan sejarah 20 tahun kemudian tepatnya
pada tanggal 28 Oktober 1928 yang ditandai dengan Sumpah Pemuda
sebagai titik awal dari kesadaran masyarakat untuk berbangsa Indonesia,
yaitu dengan ikrar putra-putri Bangsa Indonesia : Berbangsa satu,
bertanah air satu dan bebahasa satu : INDONESIA. Pernyataan ikrar ini
mempunyai nilai tujuan yang sangat strategis di masa depan yaitu
persatuan dan kesatuan Indonesia untuk mengembang-tumbuhkan nilai-
nilai dan dasar filosofis selama penjajahan adalah harga diri bangsa,
solidaritas nasional, persatuan dan kesatuan serta jati diri Bangsa
Indonesia yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia sendiri.

4. Era Merebut dan Mempertahankan Kemerdekaan. Dimulai dari tahun


1942 sampai dengan tahun 1949, yang ditandai dengan penyerahan tanpa

82
Parakirti T. Simbolon, Menjadi Indonesia, (Jakarta : Buku Kompas, 2006), 248.
Lembaga Keuangan Syariah 105

syarat Belanda kepada Jepang melalui perjanjian Kalijati. Selama


penjajahan Jepang pemuda-pemudi Indonesia dilatih dalam olah
kemiliteran dengan tujuan untuk membantu Jepang memenangkan
perang Asia Timur Raya, pelatihan tersebut melalui Seinendan, Heiho,
Peta, dan lain-lain, sehingga secara tidak langsung pemuda Indonesia
sudah memiliki bekal dan keterampilan militer, kemudian pada tanggal 15
Agustus 1945 Jepang menyerah kepada sekutu, hal tersebut terjadi
karena sekutu berhasil melakukan pengeboman dengan menggunakan
bom atom yang meluluh lantakkan di dua kota Jepang yaitu kota
Herosima dan Nagasaki. Kekalahan Jepang kepada sekutu dan kekosongan
kekuasaan yang terjadi di Indonesia digunakan sebaik-baiknya oleh para
pemuda Indonesia untuk merebut kemerdekaan. Dengan semangat juang
yang tidak mengenal menyerah yang dilandasi iman dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, serta keikhlasan berkorban telah terpatri dalam
jiwa para pemuda dan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaannya,
yang kemudian diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh
Soekarno - Hatta, Soekarno mendapat anugerah gelar petunjuk Soekarno
Abdi Nuswantoro.83

Setelah merdeka Bangsa Indonesia harus menghadapi Belanda yang ingin


menjajah kembali Indonesia dengan melancarkan aksi militernya pada tahun

83
Gelar petunjuk dapat diidentikkan dengan Wahyu atau Pulung atau Ndaru yang
dalam terminologi Jawa mengandung pengertian bahwa akan adanya tanggung jawab
moral bagi seorang pemimpin, dalam keyakinan masyarakat Jawa bahwa seorang
dapat menjadi raja bila ia memperoleh Wahyu Keraton atau Pulung tersebut. Pulung
dapat diartikan sebagai kepemimpinan yang dapat berupa Wahyu Cokroningrat, Cokro
adalah lingkaran, Nyokro artinya menggenggam, Nikrat berarti dunia. Dengan
demikian arti keseluhannya Cokroningrat adalah menggenggam lingkaran dunia.
Purwadi, Strategi Politik Ken Arok, (Yogyakarta : Gelombang Pasang, 2004)
106 Lembaga Keuangan Syariah

1948 yaitu aksi militer Belanda pertama, dan pada tahun 1949 merupakan aksi
militer belanda kedua, kemudian ujian kemerdekaan juga datang dari dalam
negeri sendiri yaitu pemberontakan PKI Madiun yang dipimpin oleh Muso dan
Amir Syarifuddin pada tahun 1948. Era merebut dan mempertahankan
kemerdekaan mengandung nilai juang yang paling syarat dengan ujian dan
cobaan sebagai titik kulminasi adalah perang kemerdekaan. Dasar filosofi yang
terkandung didalam nilai-nilai kejuangan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Nilai Kejuangan Relegius. Yaitu iman dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Adanya keyakinan akan Ketuhanan dan keimanan kepada
Tuhan adalah faktor utama keberhasilan dalam perjuangan, karena
didalamnya terkandung kekuatan niat dan keikhlasan, tanpa kekuatan niat
perjuangan tidak akan pernah berhasil, kekuatan niat akan menghasilkan
kesabaran dan kekuatan dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan,
perjalanan perjuangan banyak berbenturan dengan beberapa
kepentingan yang menghasilkan penderitaan, pengorbanan bahkan derai
air mata dan kucuran darah, itulah sebabnya nilai kejuangan relegius yang
diwujudkan dengan keyakinan ketauhidan akan menjadi motor penggerak
dan sekaligus sebagai penopang keteguhan hati untuk mencapai tujuan
yang dicita-citakan. Sejarah telah membuktikan bahwa hanya dengan
dasar kepercayaan kepada Tuhan maka jalur perjuangan menjadi lurus84,

84
Perjuangan menuju jalan yang lurus diabadikan di dalam Al-Qur’an Surat Al-
Faatihah (1) Ayat 6 dan 7:
َّ ‫علَ ۡي ِهمۡ َو ََّل ٱل‬
٧ َ‫ضآلِين‬ ِ ‫علَ ۡي ِهمۡ غ َۡي ِر ۡٱل َم ۡغضُو‬
َ ‫ب‬ َ َ‫ط ٱلَّذِينَ أَ ۡن َعمۡ ت‬
َ ‫ص ٰ َر‬ ۡ َ ‫ٱلص ٰ َر‬
َ ‫ط ٱل ُمسۡ تَق‬
ِ ٦ ‫ِيم‬ ۡ
ِ ‫ٱه ِدنَا‬
Artinya : 6. Tunjukilah kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Lembaga Keuangan Syariah 107

tanpa tergiur dengan keinginan keduniaan, tipuan kenikmatan kekayaan


dan indahnya menduduki suatu jabatan penting, sehingga pejuang sejati
atau nasionalisme sejati akan selalu berfikir “tidak penting mau jadi apa,
tetapi yang paling penting dapat berbuat yang terbaik demi nusa dan
bangsa”. Demikian juga keyakinan akan adanya pertolongan Tuhan dalam
setiap perjuangan akan melahirkan rasa optimisme yang luar biasa
sehingga menjadi kekuatan baru, semanagat baru dan wawasan baru yang
mendominasi langkah kedepan menuju cita-cita nasional. Perjuangan
memerlukan panduan dan konsep nyata serta ketauladanan, sehingga
perjuangan akan berdiri sesuai dengan garis ketulusan dan keikhlasan.
Disaat perjuangan telah bergeser dari niat awal perjuangan maka akan
menghasilkan kegagalan. Dengan demikian ketaqwaan kepada Tuhan
adalah syarat mutlak dan modal dasar perjuangan.

2. Nilai Kejuangan Rela dan Ikhlas Berkorban. Sejarah perjuangan


berdirinya suatu bangsa dimanapun berada, dan dari bangsa manapun di
dunia ini menuntut adanya pengorbanan, tidak terbilang air mata dan
darah tumpah, tidak sedikit nyawa melayang dan penderitaan hidup silih
berganti, pada saat perjuangan bangsa di awal-awal periode perjuangan
tidak ada pejuang yang digaji atau mendapat imbalan apapun, tapi
semangat tetap berkobar, itulah bukti adanya kerelaan dan keikhlasan
untuk berjuang, semangat idealisme dan nasionalisme telah diuji dengan
penderitaan perjuangan, akan tetapi para pejuang sejati tidak akan
pernah mundur karena alasan penderitaan tersebut, pedoman kerelaan
dan keikhlasan telah mengilhami dan mengalir ke sekujur tubuh para
pejuang bangsa, sehingga menciptakan semangat dan ketangguhan yang
108 Lembaga Keuangan Syariah

tak kenal menyerah, akankah Indonesia merdeka bila para pejuang pada
periode pertama perjuangan tidak berpegang pada nilai kejuangan untuk
rela dan ikhlas berkorban? Akankah Indonesia merdeka bila para pejuang
berfikir untuk kepentingan diri mereka masing-masing? Itulah bukti
kebulatan tekad dan kuatnya keinginan niat untuk merdeka.

3. Nilai Kejuangan Tidak Mengenal Menyerah. Tidak terbilang nyawa


melayang dan tidak terhitung harta disedekahkan demi perjuangan.
Perebutan kekuasaan antara penjajah dan bangsa Indonesia telah
memakan banyak korban, akan tetapi para pejuang waktu itu tidak pernah
mengenal kata menyerah, lalu dimana letak kekuatan pejuang waktu itu?
Semangat tidak mengenal menyerah itulah yang menjadi motor
penggerak untuk tetap berjuang demi bangsa dan negara. Tidak sedikit
para pejuang yang dipenjarakan dan disiksa bahkan sampai ajalpun tiba,
tapi semangat tidak pernah surut. Nilai-nilai kejuangan tidak mengenal
menyerah harus diwariskan dan menjadi panutan generasi mendatang,
agar langkah perjuangan tidak bergerser dari garis lurus perjuangannya,
agar generasi mendatang tidak tertipu dan terpedaya oleh kepentingan
luar negeri yang hendak menguasai secara langsung dan tak langsung
potensi dan kekayaan alam Indonesia, sejarah telah membuktikan bahwa
pada periode awal berdirinya bangsa ini selalu menjadi incaran kekuatan
luar negeri karena daya pikat kekayaan alamnya, sehingga tidak
berlebihan bila dikatakan bahwa ujian terberat para pemimpin
mendatang bangsa Indonesia adalah tipuan kekayaan duniawi dan
kemegahan jabatan yang ditawarkan oleh pihak luar negeri, sehingga
terjadi hubungan saling menguntungkan atau mutualisma antara pera
Lembaga Keuangan Syariah 109

penguasa dan kepentingan luar negeri, bila kondisi ini terjadi maka
petanda hancurnya suatu negeri. Untuk itulah perlu dibangun semangat
perjuangan tidak mengenal menyerah dan lurus pada garis perjuangan
demi cita-cita nasional.

4. Nilai Kejuangan Harga Diri. Proses interaksi pada dunia internasional


di periode awal perdagangan dengan Portugis, Spanyol dan Belanda yang
dilanjutkan dengan hadirnya serikat dagang Belanda yaitu VOC dan
berakhir pada periode panjang penjajahan telah menempatkan bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang hina, bangsa kuli dan bangsa yang
diperbudak. Kenyataan ini telah menggugah timbulnya kejuangan harga
diri, semangat perlawanan dan pemberontakan terhadap penjajah. Harga
diri yang tersisakan dari warisan kejayaan kerajaan Sriwijaya, warisan dari
kekuatan dan ketangguhan kerajaan Majapahit telah menjadi motor
penggerak untuk berjuang melawan kepentingan luar negeri. Dan tidak
berlebihan bila dikatakan sampai kapanpun kekuatan luar negeri akan
tetap mengintai kelemahan bangsa Indonesia dengan satu niat untuk
menguasai potensi dan kekayaan alamnya.

5. Nilai Kejuangan Percaya Diri. Kemampuan armada laut Kerajaan


Sriwijaya dan ketangguhan serta kejayaan kekuatan armada laut Kerajaan
Majapahit pada masa lalu adalah bukti adanya kejuangan percaya diri
bangsa Indonesia sehingga pada waktu itu Kerajaan Majapahit mampu
menjadi salah satu kekuatan armada laut yang disegani dalam pergaulan
dunia internasional, sehingga tidak berlebihan bila dikatakan bahwa
bangsa ini lahir dari warisan budaya yang besar, warisan dari kekuatan
harga diri bangsa yang besar. Nilai kejuangan percaya diri ini juga menjadi
110 Lembaga Keuangan Syariah

modal dasar untuk merebut kembali Irian Barat dari kekauasaan penjajah
Belanda.85

6. Nilai Kejuangan Pantang Mundur. Dinamika perjuangan diwarnai oleh


berbagai kondisi yang menyertainya, terkadang menyenangkan akan
keberhasilan tetapi sebagian besar menyakitkan secara fisik, sehingga
diperlukan nilai-nilai kejuangan pantang mundur. Sejarah telah
membuktikan bahwa kekutan luar negeri akan pasang surut mengambil
keuntungan dari kehidupan bangsa Indonesia, yang terkadang bangsa ini
tidak sadar untuk dikondisikan menjadi bangsa yang konsumtif dan
menjadi bangsa tempat sasaran penjualan produk-produk luar negeri
dengan transaksi yang tidak seimbang, yaitu proses barter secara tak
langsung dengan eksploitasi kekayaan alam, eksploitasi kekayaan laut,
eksploitasi kekayaan hutan dan eksploitasi pertambangan.

7. Nilai Kejuangan Patriotisme. Sifat patriotisme pejuang untuk merebut


kemerdekaan bangsa telah dibuktikan dengan segala pengorbanan,
semangat pantang menyerah dan selalu berusaha untuk berjuang dalam
kondisi apapun, jiwa patriot yang tertanam dalam dada setiap pejuang

85
Pada tahun 1960, salah Satu kekuatan militer di dunia adalah Indonesia dengan
didukung oleh armada tempur : kapal perang terbesar dan tercepat di dunia buatan
Soviet dari kelas Sverdlov, pesawat MiG-21, Tu-16 Tupolev, pada saat itu hanya empat
negara yang memiliki pesawat pengebom strategis yaitu : Amerika, Rusia, Inggris dan
Indonesia. Disamping itu Indonesia juga memiliki 12 kapal selam kelas Whiskey dan
banyak lagi armada tempur waktu itu. Dengan dilatarbelakangi kejuangan percaya
yang kuat, maka Presiden Soekarno mengeluarkan maklumat Trikora; Pertama,
gagalkan pembentukan Negara Boneka Papua buatan Kolonial Belanda; Kedua,
kibarkan Sang Saka Merah Putih di seluruh Irian Barat; Ketiga, bersiaplah untuk
mobilisasi umum, mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air bangsa
(Sumber : Koran Republika, Selasa 13 September 2011).
Lembaga Keuangan Syariah 111

anak bangsa telah mengantarkan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan,


demikian juga saat kejayaan Kerajaan Sriwijaya dan kemasyuran Kerajaan
Majapahit didasari oleh semangat patriot sejati yang mampu ditanamkan
oleh para pemimpin kerajaan pada para prajuritnya. Dengan demikian
nilai kejuangan patriot sejati harus tetap dipertahankan oleh generasi
penerus bangsa untuk mencapai cita-cita nasional.

8. Nilai Kejuangan Heroisme. Didalam kanca pertempuran perang


melawan penjajah diperlukan semangat heroisme, karena penjajah saat
itu dilengkapi dengan senjata yang kuat dan prajurit yang terlatih, adapun
pada pihak pribumi dipersenjatai dengan bambu runcing dan dengan
personel apa adanya, akan tetapi kenyataan di lapangan berkata lain,
yaitu dengan semangat kepahlawanan bangsa Indonesia yang
bersenjatakan bambu runcing dapat mengalahkan penjajah yang
bersenjatakan modern.

9. Nilai Kejuangan Rasa Senasib dan Sepenanggungan. Penderitaan


bangsa Indonesia dibawah kekusaan penjajah sangat memprihatinkan,
pendidikan terabaikan, kesehatan masyarakat tercampakkan bahkan
harga diri sebagai bangsa sudah tidak ada lagi. Maka ditengah kehidupan
yang tidak menentu itu lahirlah rasa kepedulian dan rasa senasib
sepenanggungan sebagai anak bangsa, dan lahirlah organisasi perjuangan
seperti Boedi Oetomo. Nilai kejuangan rasa senasib sepenanggungan akan
meniadakan sikap egoisme yang memetingkan diri sendiri atau
mementingkan kelompoknya sendiri, akan tetapi sebaliknaya akan
melahirkan sikap saling asih dan saling mencintai sesama anak bangsa.
Kerukunan antar penduduk suatu wilayah, kerukunan antar pemeluk
112 Lembaga Keuangan Syariah

agama yang berbeda dan kerukunan antar suku akan melahirkan


kebesaran suatu bangsa yang beradab dan berkepribadian.

10. Nilai Kejuangan Rasa Setia Kawan, Nasionalisme, Persatuan dan


Kesatuan. Pasang surutnya kondisi perjuangan kemerdekaan, serta pahit
perihnya penderitaan bangsa Indonesia saat penjajahan telah melahirkan
rasa kejuangan setia kawan, sehingga akan terhindar rasa saling
mencurigai atau keinginan untuk menang sendiri, demikian juga perasaan
tertindas oleh penjajah telah menggugah dan menumbuh suburkan
semangat nasionalisme sehingga terbentuk semangat persatuan dan
kesatuan. Kesadaran yang demikian itu tumbuh seiring dengan keyakinan
bahwa hanya melalui rasa setia kawan, jiwa nasionalisme, dan rasa
persatuan kesatuan Indonesia bisa kuat dan merdeka.

Setelah melihat perjalanan sejarah bangsa Indonesia masa lalu, kemudian


akan menjadi perbandingan perjuangan masa kini yang telah menempatkan
bangsa Indonesia dalam kancah pergaulan internasional. Ada sebagian
masyarakat yang telah menikmati hasil pembangunan dengan baik, akan tetapi
pada sisi yang berbeda masih banyak lagi dari generasi bangsa hingga saat ini
belum menikmati hasil kemerdekaan, para memimpin hanya melakukan
kegiatan rutinitas biasa tanpa ada usaha untuk menjadikan bangsa ini menjadi
tuan di negerinya sendiri, sehingga tidak berlebihan jika sebagian orang
merasakan menjadi TKI di negeri sendiri, Indonesia merindukan pemimpin
bangsa yang berani mengambil resiko yang besar untuk menjadi contoh dan
mempelopori semua usaha guna mencapai tujuan nasinal yang dicita-citakan
Bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Lembaga Keuangan Syariah 113

Dasar 1945. Yaitu pemimpin bangsa yang mencintai rakyatnya dan mencintai
bangsanya demi kemakmuran Bangsa dan Negara Indonesia tercinta.
Peran pemimpin nasional harus mampu mencerminkan kedalaman
pemahaman Pancasila dalam setiap kebijakan dan implementasinya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara serta mempunyai pemahaman yang utuh
terhadap wawasan nasional Indonesia, dengan demikian hadirnya figur
pemimpin nasional harus bersikap ke-bhinekaan atau plural dengan menerima
segala keberagaman pemahaman dalam satu kerangka tujuan nasional yang
telah dicita-citakan bangsa Indonesia. Wawasan Nasional Indonesia lahir dan
dijiwai oleh pemahaman kekuasaan bangsa Indonesia yang berlandaskan
falsafah Pancasila dan berdasarkan pandangan geopolitik bangsa Indonesia
sehingga mampu menjadi acuan nyata dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Konsep dasar wawasan nasional untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan konsep dasar kemandirian ekonomi bangsa,
dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Makna Pancasila secara Ekonomi.


Perjalanan panjang bangsa Indonesia yang dimulai pada masa
sebelum berdirinya kerajaan-kerajaan Nusantara sampai pada periode
Kerajaan Kutai, Sriwijaya, Maja Pahit dan selanjutnya mengalami
pembaharuan nilai-nilai keyakinan berdasarkan pengaruh Agama Hindu,
Budha, Islam dan Nasrani. Akumulasi dari perjalanan pengalaman hidup
dan akumulasi dari interaksi berbagai nilai agama tersebut telah
melahirkan suatu budaya bangsa Indonesia sebagai sintesa yang nantinya
akan melahirkan jati diri bangsa yang mengandung ciri khas, karakter dan
sifat serta parameter sehingga berbeda dengan bangsa lain, rumusan
114 Lembaga Keuangan Syariah

tersebut menjadi Dasar Negara yang oleh pendiri bangsa Indonesia


disimpulkan menjadi lima sila atau Pancasila. Secara historis nilai-nilai
dasar yang terkandung dalam Pancasila bersumber dari sentesa
perjalanan hidup bangsa Indonesia, sehingga tidak berlebihan bila dikatan
bahwa Pancasila sudah ada sejak awal keberadaan bangsa Indonesia, akan
tetapi belum dirumuskan secara sistematis dalam satu sila-persila. Oleh
karena itu secara fakta objektif dan secara historis kehidupan bangsa
Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, karena dengan pengamalan Pancasila akan
menjadi alat perekat bangsa tanpa membedakan status sosial, tanpa
membedakan suku, adat, ras dan agama. Dengan dasar pengertian diatas
maka para generasi penerus bangsa dari manapun sumbernya
berkewajiban untuk menjaga kelestarian nilai-nilai Pancasila, dan
sekaligus untuk mengkaji, memahami dan mengembangkan pemahaman
Pancasila sebagai ideologi terbuka dalam kajian ilmiah. Sehingga
dikemudian hari para generasi penerus akan memiliki wawasan
kebangsaan yang kuat dan lekang oleh waktu serta tidak sirna oleh
pergeseran nilai dan budaya dalam pergaulan dunia internasional.86

86
Pengertian Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan sekaligus sebagai
pandangan filosofis bangsa Indonesia mempunyai korelasi dan konsekuensi logis
bahwa bangsa Indonesia mempunyai kewajiban untuk meletakan nilai-nilai luhur
Pancasila sebagai dasar bermasyarakat dan bernegara. Secara filosofis bangsa
Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai bangsa yang berketuhanan dan
berkemanusiaan, demikian juga dalam konsep bernegara bangsa Indonesia secara
filosofis mengedepankan persatuan dan berkerakyatan, karena konsekuensi rakyat
merupakan dasar ontologis demokrasi dan sekaligus rakyat merupakan asal mula
kekuasaan negara. Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Jakarta : Paradigma, 2010), 4.
Lembaga Keuangan Syariah 115

Dasar pemahaman terhadap falsafah Pancasila dalam konteks


kehidupan berbangsa dan bernegara, bahwa manusia Indonesia adalah
makhluk sosial sakaligus sebagai makhluk indifidu yang mempunyai naluri,
akhlak perilaku, daya pikir intelektual dan sebagai makhluk yang harus
berkarya dalam fungsinya sebagai khalifah atau pemimpin diatas dunia,
sehingga mampu berbuat yang terbaik dan memberi manfaat bagi dirinya,
orang lain dan bermanfaat bagi sekalian alam. Pembahasan Pancasila
sebagai kerangka ilmiah menempatkan Pancasila sebagai objek yang
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, akan tetapi dalam kajian ini
menggunakan pendekatan Pancasila dalam sudut pandang ekonomi,
sehingga dapat difokuskan menjadi sudut pandang ekonomi Pancasila.
Kajian tersebut dapat bersifat empiris akademis atau filosofis murni.
Dengan demikian harus difahami terlebih dahulu bahwa Pancasila
merupakan hasil budaya bangsa Indonesia, sehingga Pancasila dapat
dilihat dari kajian hasil budaya berupa, lembaran sejarah berupa kitab-
kitab para pujangga, bukti-bukti sejarah berupa Prasasti dan peninggalan
kejayaan kerajaan zaman dahulu, benda-benda budaya yang bernilai
sejarah, lembaran negara dan naskah-naskah kenegaraan. Adapun dari sisi
non empiris berupa nilai-nilai budaya, nilai-nilai moral dan tata krama
adat istiadat, nilai-nilai dan norma bersifat keagamaan atau religius yang
dapat dimanifestasikan pada kepribadian bangsa, sifat dan karakter
masyarakat secara umum, serta tata pola budaya bermasyarakat
berbangsa dan bernegara.
Pemahaman terhadap implementasi Pancasila dalam kehidupan
bebangsa dan bernegara tidak boleh mematikan aspirasi dari budaya lokal
116 Lembaga Keuangan Syariah

kedaerahan, artinya Pancasila memberikan ruang gerak tumbuh dan


berkembangnya budaya lokal dengan tidak bertentangan pada nilai-nilai
Pancasila itu sendiri, hal tersebut beriringan dengan konsep eksistensi
negara dan bangsa atau Nation Building. Sehingga pada tataran
implementatif Pancasila mampu menyatukan dan sekaligus sebagai alat
perekat budaya antar daerah. Dengan demikian komitmen terhadap
Pancasila tidak didasarkan pada pemahaman perorangan belaka atau
suatu kelompok tertentu, akan tetapi didasarkan pada konsep
kemanusian atau humanisme. Dengan demikian pemahaman Pancasila
dapat dikembangkan menjadi konsep kepedulian terhadap masalah-
masalah kemanusiaan seperti masalah kesehatan masyarakat,
pemerataan hasil pembangunan, pembukaan lapangan pekerjaan bagi
pengangguran, tingkat pendidikan rakyat dan upaya menetralisasi
perbedaan antar masyarakat sehingga terhindar dari perselisihan yang
berakibat pada permusuhan atau bencana perang. Dalam konsep
berbangsa dan bernegara serta tatanan pada pergaulan internasional
secara umum melalui tahapan konsep nasionalisme (politik), kemudian
humanisme universal (cultural) dan pada puncaknya mencapai tataran
norma humanitarianisme (kemanusiaan bersama).87
Pancasila dapat diartikan sebagai simbol ke-bhinekaan atau
keberagaman dengan kata lain pemahaman terhadap Pancasila masih
memberikan ruang gerak dari berbagai pola tingkah laku atau patterns of
behavior dari setiap kelompok kebangsaan, suku, adat dan ras dari semua

87
Siswanto Masruri, Humanitarianisme Soejatmoko, (Yogyakarta : Pilar Media,
2005), x.
Lembaga Keuangan Syariah 117

warga negara. Bila dilihat dari sejarah lahirnya, Pancasila merupakan hasil
kompromi politik yang mampu menyatukan keberagaman kelompok atau
heteroginitas kepentingan. Hal tersebut juga berkaitan dengan kenyataan
bahwa tidak ada bangsa di dunia ini yang dibangun atas dasar satu
kebudayaan nasional tunggal, sehingga makna Pancasila menjadi perekat
dari keberagaman tersebut atau multi kulturalisme. Sehingga lebih jauh
dari itu diperlukan adanya pendidikan kewarganegaraan atau Civic
Education dengan harapan dapat menumbuh-kembangkan pemahaman
terhadap demokrasi Pancasila, makna pluralitas serta tolensi terhadap
keberagaman. Pada sudut pandang yang bebeda, harus dihindari adanya
pemahaman Pancasila sebagai ideologi formal yang pemaknaannya dan
penafsirannya serta implementasinya tergantung pada penguasa negara,
sehingga Pancasila hanya dipakai sebagai alat legitimasi kekuasaan, dan
apabila penguasa tersebut melakukan kelalaian atau kecerobohan politik
yang berakibat pada tumbangnya suatu rezim kekuasaan maka Pancasila
terkena dampak negatifnya, untuk itulah diperlukan berbagai pendalaman
konsep implementatif Pancasila dalam kehidupan sehari-hari yang
menyentuh berbagai aspek kebutuhan masyarakat, dan pemurnian
konsep implementatif yang dalam hal ini adalah konsep ekonomi
Pancasila.88

88
Pemahaman terhadap ekonomi Pancasila secara kelembagaan atau institusi
diyakini sebagai pengamalan Sila Pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”, untuk itu
lembaga keuangan syariah menjadi motor penggerak implementasinya. Sebagaimana
Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat An-Nisaa’ (4) Ayat 29 dan 56:
َ ُ‫م َو ََّل ت َۡقتُلُ ٓواْ أَنف‬ٞۚۡ ‫اض مِن ُك‬
َ َّ َّ‫م ِإن‬ٞۚۡ ‫س ُك‬
ۡ‫ٱَّلل كَانَ ِب ُكم‬ ٖ ‫عن ت ََر‬ ٓ َّ ‫ٰ َٓيأ َ ُّي َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ََّل ت َۡأ ُكلُ ٓواْ أَمۡ ٰ َولَ ُكم َب ۡينَ ُكم ِب ۡٱل ٰ َبطِ ِل ِإ‬
َ ً ‫َّل أَن تَ ُكونَ ِت ٰ َج َرة‬
٢٩ ‫َرحِ ّٗيما‬
Artinya : 29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
118 Lembaga Keuangan Syariah

Memang sekilas Pancasila sebagai suatu ideologi negara masih


bersifat normatif, belum menyentuh hal-hal yang substansial, maka sudah
sepatutnya generasi penerus bangsa ini melanjutkan penjabaran Pancasila
menjadi konsep yang secara khusus menyentuh langsung dalam segala
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan adanya koridor
sebagai jarak pemahaman inilah maka konsep pemikiran Pancasila
menjadi dominasi penguasa. Pada zaman Orde Lama, Pancasila dapat
diterjemahkan dalam kebijakan negara berupa konsep Nasakom atau
Nasionalisme, Agama dan Komunis. Kemudian diterjemahkan menjadi
ekonomi terpimpin dan selanjutnya menjadi demokrasi terpimpin, akan
tetapi kesemuanya kebijakan tersebut berakhir pada kemutlakkan
penguasa dalam pemaknaan Pancasila. Kemudian pada zaman Orde Baru
Pancasila diposisikan sebagai alat untuk hegemonic dan integritas
kekuasaan, kemudian dengan alasan yang sama Pancasila digunakan
sebagai alat pembersih pihak-pihak yang berseberangan dengan kebijakan
pemerintah, dan terakhir pada era reformasi para pemimpin bangsa
seakan menjaga jarak dengan konsep pemahaman atau konsep
implementasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
sehingga sangat jarang sekali para pemimpin bangsa ini berbicara tentang
Pancasila, bahkan dalam sambutan kenegaraan sekalipun terkecuali pada

dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
َ ٓۗ َ‫َض َج ۡت ُجلُودُهُم َبد َّۡل ٰنَ ُهمۡ ُجلُودًا غ َۡي َرهَا ِل َيذُوقُواْ ۡٱل َعذ‬
َ َّ َّ‫اب ِإن‬
َ‫ٱَّلل كَان‬ ِ ‫ف نُصۡ لِي ِهمۡ ن َّٗارا ُكلَّ َما ن‬ ِ ْ‫ِإنَّ ٱلَّذِينَ َكف َُروا‬
َ ‫بَٔٔ ا ٰ َي ِتنَا‬
َ ‫س ۡو‬
٥٦ ‫ِيما‬ ً ‫ع ِز‬
ّٗ ‫يزا َحك‬ َ
Artinya : 56. Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan
Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti
kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Lembaga Keuangan Syariah 119

peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1


Oktober.
Pemahaman Pancasila dalam tataran wacana akademis yang telah
dilakukan pada masa Orde Baru dapat dibedakan menjadi dua sudut
pandang; Pertama, sudut pandang wacana akademis bidang politik yang
menempatkan Pancasila dalam konsep akademis Sistem Politik
Demokrasi Pancasila, kajian dan penelitian para akademisi bersifat politis -
ideologis dalam upaya untuk memasyarakatkan ideologi Pancasila secara
efektif di setiap daerah atau pada setiap kelompok budaya lokal daerah,
hal ini banyak difahami oleh para akademisi yang lain sebagai jenis
penelitian sponsor, artinya dalam penelitian tersebut lebih
mengutamakan kepentingan penguasa; Kedua, pemahaman Pancasila
yang secara akademis dilihat dari sudut pandang ekonomi atau sistem
ekonomi Pancasila, pada kajian ini menempatkan para akademisi sebagai
pihak yang mengkritisi kebijakan ekonomi Orde Baru yang lebih
mengutamakan aspek pertumbuhan atau Economics Growth dengan
memberikan peluang sebesar-besarnya pada pelaku ekonomi besar atau
para konglomerat dibandingkan dengan kesempatan yang diberikan pada
pengusaha kecil, atau garis besarnya adalah konsep ekonomi Orde Baru
tidak berpihak pada rakyat, karena tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi pada masa Orde Baru tidak terjadi Trickle Down Effect, bahkan
semakin memperbesar jurang kesenjangan sosial antara para konglomerat
yang berjumlah sedikit tetapi menikmati kekayaan yang melimpah,
120 Lembaga Keuangan Syariah

sementara rakyat yang berjumlah banyak menikmati porsi kekayaan yang


terbatas sehingga angka kemiskinan cukup besar.89
Pancasila merupakan hasil dari refleksi kontemplatif dari warisan
sosio historis bangsa Indonesia, dengan demikian dapat difahami bahwa
butiran nilai dan norma yang terkandung dalam Pancasila sudah tertanam
pada diri masyarakat Indonesia jauh sebelum merdeka, bahkan jauh
sebelum masa kerajaan-kerajaan di Nusantara, hal tersebut terjadi karena
butiran nilai dan norma yang terkandung dalam Pancasila secara bertahap
tumbuh dan berkembang seiring dengan perjalanan sejarah bangsa
Indonesia. Istilah Pancasila berasal dari bahasa sansekerta yang berarti
lima batu karang atau lima prinsip moral, akan tetapi dibalik pemahaman
Pancasila secara nyata dalam kehidupan sehari masih harus dicari oleh
generasi penerus bangsa Indonesia, hal tersebut didasarkan pada
sebagian pendapat para ahli bahwa Pancasila masih bersifat normatif dan
abstrak, sehingga masih terdapat ruang untuk menggali kembali tata nilai
dan norma yang terkandung dalam Pancasila yang selanjutnya mampu
diaplikasikan secara kongkret dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sejarah telah membuktikan bahwa dalam perjalanan bangsa Indonesia

89
Para akademisi yang melakukan penelitian di bidang sistem politik Demokrasi
Pancasila adalah Dr. Alfian (Alm) dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan
juga staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP
UI). Sedangkan para akademisi yang melakukan kajian dan pemikiran mengenai sistem
Ekonomi Pancasila adalah Prof. Dr. Mubyarto dari Universitas Gajah Mada (UGM)
Yogyakarta. Dengan hadirnya pemikiran tentang sistem ekonomi kerakyatan atau
sistem Ekonomi Pancasila menimbulkan polemik akademis bahkan menimbulkan
kontraversi pendapat dikalangan para ahli ekonomi itu sendiri. Manuel Kaisiepo,
Pancasila dan Keadilan Sosial : Peran Negara dalam buku Restorasi Pancasila
Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas, (Yogyakarta : Perhimpunan Pendidikan
Demokrasi, 2006), 183.
Lembaga Keuangan Syariah 121

telah terjadi pergeseran pemahaman Pancasila sebagai ideologi negara


dipergunakan sebagai alat untuk mengekalkan atau mempertahankan
kekuasaan dengan mentafsirkan Pancasila secara sepihak, yang pada
akhirnya berdampak negatif bagi pemahaman Pancasila ketika terjadi
pergantian kekuasaan. Pengalaman tersebut menjadi pelajaran berharga
dalam memahami Pancasila, artinya sifat fleksibilitas atau kelenturan
dalam pemahaman Pancasila mengandung kerawanan, dengan demikian
diperlukan suatu konsep baku terhadap implementasi Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara agar tercipta suatu panduan baku
bagi masyarakat atau pemerintah, sehingga tidak akan pernah terjadi
pergeseran pemahaman, meskipun dasar pemikiran tersebut tidak
menutup kemungkinan pemahaman Pancasila sebagai ideologi terbuka,
artinya pemaknaan Pancasila dapat menyesuaikan dengan perkembangan
zaman dan perkembangan pemikiran bangsa Indonesia dengan tidak
melupakan nilai dan norma dasar yang terkandung di dalam Pancasila.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan satu kesatuan
filosofis yang merangkum tata nilai budaya bangsa Indonesia bersifat
universal serta dapat dimaknai secara kongkrit dalam kehidupan sehari
yang meliputi tiga tata hubungan dasar manusia; Pertama, memberikan
pedoman dasar terhadap persepsi manusia sebagai makhluk yang
berkeyakinan terhadap hakekat Ketuhanan sehingga mampu melahirkan
sikap keimanan dan ketakwaan serta kepercayaan akan adanya hari
pembalasan dari segenap amal perbuatan yang dilakukan di dunia ini
setelah proses kematian. Keyakinan akan Ketuhanan tersebut juga akan
melahirkan sikap keikhlasan dalam berbhakti pada bangsa dan negara,
122 Lembaga Keuangan Syariah

serta menumbuh kembangkan sikap kepedulian pada sesama manusia


serta sikap bertanggung jawab pada kelestarian alam demi menjaga
lingkungan yang harmonis untuk generasi mendatang. Harmonisasi sikap
dan perilaku kemanusiaan untuk menjaga kelestarian alam dan tidak
berbuat kerusakkan dalam mencapai rizki diabadikan di dalam Al-Qur’an
Surat Az-Zumar (29) Ayat 51 dan 52:
‫سبُواْ َو َما‬
َ ‫سي َِٔٔ اتُ َما َك‬ َ ‫ُصيبُ ُه ۡم‬ َ ِ‫ظلَ ُمواْ مِ ۡن ٰ َٓهؤ ََُّلٓء‬
ِ ‫سي‬ َ َ‫اْ َوٱلَّذِين‬ٞۚ ‫سبُو‬ َ ‫سي َِٔٔ اتُ َما َك‬َ ‫صابَ ُه ۡم‬ َ َ ‫فَأ‬
َ‫ ُِر إِ َّن فِي ٰذَلِك‬ٞۚ ‫شا ٓ ُء َويَ ۡقد‬
َ َ‫ٱلر ۡزقَ ِل َمن ي‬
ِ َ‫ٱلر ۡزق‬ ِ ‫ط‬ ُ ‫س‬ َ َّ ‫ أ َ َو لَ ۡم يَعۡ لَ ُم ٓواْ أ َ َّن‬٥١ َ‫هُم بِ ُمعۡ ِج ِزين‬
ُ ‫ٱَّلل يَ ۡب‬
٥٢ َ‫َۡل ٓ ٰ َيتٖ ِلقَ ۡو ٖم ي ُۡؤمِ نُون‬
Artinya : 51. Maka mereka ditimpa oleh akibat buruk dari apa yang
mereka usahakan. Dan orang-orang yang zalim di antara mereka akan
ditimpa akibat buruk dari usahanya dan mereka tidak dapat melepaskan
diri.
52. Dan tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan
rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang dikehendaki-Nya?
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan
Allah bagi kaum yang beriman.

Kedua, memberikan pedoman dasar tata pergaulan antar sesama manusia


dalam bentuk etika pergaulan sesama anak bangsa Indonesia dan etika
pergaulan internasional, sikap tersebut juga melahirkan rasa tanggung
jawab pada diri sendiri, tanggung jawab pada keluarga, tanggung jawab
pada lingkungan sosial dan tanggung jawab pada Tuhan. Implementasi
sikap tersebut akan melahirkan sikap toleransi atas perbedaan dan dapat
menerima faham pluralisme dengan mengedepankan rasa persatuan dan
kesatuan, hal tersebut sangat bersesuaian dengan semboyan bangsa
Lembaga Keuangan Syariah 123

Indonesia “Bhineka Tunggal Ika” artinya berbeda-beda tetapi dalam satu


rangkaian kemajemukan Negara Kesatuan Republik Indonesia; Ketiga,
memberikan pedoman dasar dalam menjaga kelestarian lingkungan,
sehingga mampu berkarya dalam bentuk tata kelola ekonomi yang tidak
merusak lingkungan ekosistem yang telah disediakan oleh Tuhan berupa
kekayaan alam dan kesuburan tanah serta aneka potensi kelautan.
Dengan demikian pemaknaan Pancasila secara filosofis akan menghasilkan
sikap ketertiban masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
di segala aspek kehidupan, sehigga lebih jauh dari itu diharapkan dengan
pengamalan Pancasila secara utuh dan dengan semangat religius agama
akan menjauhkan diri dari kemungkinan terjadinya praktik KKN atau
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Dalam sudut pandang yang berbeda nilai-
nilai filosofis Pancasila dapat dimaknai menjadi tiga pokok bahasan;
Pertama, hakekat keyakinan akan Ketuhanan yang menghasilkan
ketakwaan; Kedua, pemaknaan rasa kemanusiaan yang melahirkan sikap
saling pengertan dalam perbedaan dan kerukunan antar masyarakat
dalam berbangsa dan bernegara serta sikap kepedulian dan gotong
royong; Ketiga, pemaknaan pada sila persatuan, sila kerakyatan dan sila
keadilan yang berkaitan dengan kehidupan kenegaraan.90

90
Meskipun nilai-nilai luhur dan norma yang terkandung dalam pemaknaan sila-sila
Pancasila mempunyai nilai universal dan memiliki tafsir beragam, akan tetapi
terangkum dalam satu kesatuan. Sehingga realisasi nilai dan norma yang terkandung
dalam Pancasila harus mampu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,
terutama dalam kehidupan tata sosial kemasyarakatan, kehidupan berbangsa dan
bernegara, sehingga akan melahirkan masyarakat yang tertib hukum dan kesadaran
akan pentingnya tata pemerintahan yang bersih dari KKN atau Good Corporate
Governance. Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta : Paradigma, 2010), 74.
124 Lembaga Keuangan Syariah

Pemikiran tentang ekonomi Pancasila secara umum didasarkan atas


keinginan luhur dan rasa nasionalisme sejati serta adanya kepedulian
sosial atas nasib bangsa Indonesia untuk mencapai cita-cita nasionalnya,
yaitu perekonomian yang adil dan menjamin kemakmuran, kesejahteraan
bagi seluruh rakyat indonesia atau paling tidak secara bertahap dapat
mengurangi angka pengangguran dengan terbukanya lapangan pekerjaan
baru bagi masyarakat secara merata. Konsepsi tentang ekonomi Pancasila
pada awal berdirinya negeri ini telah digagas dan oleh pendiri bangsa
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33,
yang selanjutnya oleh para ahli dicoba untuk dijabarkan dalam kerangka
teori pemikiran sehingga mampu diaplikasikan oleh bangsa Indonesia
dalam bentuk tata kelola perekonomian yang memposisikan masyarakat
Indonesia sebagai subyek dan sekaligus sebagai objek dalam proses
pembangunan berbangsa dan bernegara. Pada awal kesadaran untuk
berfikir ulang terhadap konsep ekonomi Pancasila yang dimotori oleh
kalangan akademisi yaitu : Emil Salim, Sri Edi Swasono, Mubyarto dan
masih banyak lagi para pemikir yang berusaha untuk menggali wujud
konsep pemikiran tentang ekonomi Pancasila, rangkuman pendapat para
ahli tersebut tentang ciri-ciri sistem ekonomi Pancasila sebagai berikut;
Pertama, dasar pemikiran konomi Pancasila didorong oleh semangat
nasionalisme dan cinta tanah air yang memposisikan keikhlasan tanpa
pamrih dan secara tulus untuk berjuang di bidang ekonomi demi bangsa
dan negara dengan keyakinan dan kemantapan berfikir bahwa Tuhan
Yang Maha Esa akan memberikan jalan bagi ketulusan niat segenap
elemen bangsa untuk membangun negerinya; Kedua, adanya kesadaran
Lembaga Keuangan Syariah 125

kolektif segenap anak bangsa untuk berpartisipasi aktif dalam semua


bidang kehidupan termasuk dalam bidang ekonomi, bentuk partisipasi
tersebut dalam wujud pemikiran, partisipasi dalam membuka lapangan
pekerjaan baru atau berusaha secara langsung dan tak langsung
berpengaruh terhadap perbaikan nasib bangsa; Ketiga, terbukanya
kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat Indonesia untuk
mengembangkan potensi kewirausahaan atau terbukanya kesempatan
untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak, sehingga
konsep konglomeratisasi atau terbukanya kran peluang ekonomi hanya
pada para konglomerat atau pelaku ekonomi besar menjadi sesuatu yang
tabu; Keempat, keberpihakkan pemerintah dalam bentuk kebijakan
ekonomi harus berorientasi pada kemakmuran rakyat semesta, artinya
kemakmuran masyarakat secara umum harus diutamakan; Kelima, secara
bersama-sama, gotong royong menjalin persatuan dan kesatuan bangsa
secara proporsional guna mewujudkan suatu sistem ekonomi yang
tangguh dan mampu bersaing dengan faham ekonomi bangsa lain yang
tidak sesuai dengan dasar budaya bangsa Indonesia; Keenam, berusaha
seoptimal mungkin untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi
dominasi asing terhadap kehidupan perekonomian bangsa indonesia,
yang secara bertahap akan menuju sistem perekonomian yang mandiri;
Ketujuh, adanya pola dan tata kelola ekonomi yang aplikatif yang secara
akademis mudah difahami oleh masyarakat secara luas dan secara
langsung dan tak langsung berdampak pada kenaikan kesejahteraan
masyarakat secara merata dan menyeluruh.91

91
Pendapat Mubyarto (1981) tentang ciri-ciri sistem Ekonomi Pancasila; 1. Roda
126 Lembaga Keuangan Syariah

Istilah Pancasila terdapat pada Kitab Negarakertagama pada masa


kejayaan Kerajaan Majapahit yang berlokasi di Jawa Timur, saat ini
pengarang kitab tersebut adalah Empu Prapanca. Meskipun secara formal
istilah Pancasila muncul pada Kerajaan Majapahit (1296 - 1478 M) akan
tetapi dalam sudut pandang implementatif nilai dan norma Pancasila
telah tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan bangsa Indonesia, karena Pancasila digali dari kepribadian
bangsa yang tercermin dari sikap kebhinekaan dan keragaman suku,
kebudayaan, dan agama yang dianut oleh bangsa Indonesia yang tersebar
di belasan ribu pulau dalam wilayah Nusantara dari Sabang sampai
Merauke dan disatukan oleh satu prinsip dasar yaitu satu tanah air, satu
bangsa dan satu bahasa persatuan sehingga dapat menetralisir atau
setidaknya mampu untuk menyusaikan diri pada era globalisasi yang
ditandai dengan kemajuan perdagangan antar negara, kemajuan dan

perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial dan moral; 2. Kehendak


kuat dari seluruh masyarakat ke arah kemerataan sosial (Egalitarianisme ) sesuai asas-
asas kemanusiaan; 3. Prioritas kebijakan akonomi adalah penciptaan perekonomian
nasioal yang tangguh, yang berarti nasionalisme menjiwai tiap-tiap kebijakan ekonomi;
4. Koperasi merupakan sokoguru perekonomian dan merupakan bentuk yang paling
kongkret dari usaha bersama; 5. Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara
perencanaan di tingkat nasional dengan desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan
ekonomi dan sosial. Sedangkan Sri Edi Swasono (1981) yang menggambarkan orientasi
atau wawasan sistem Ekonomi Pancasila pada sila-sila Pancasila yaitu; 1. Ketuhanan
Yang Maha Esa (adanya atau berlakunya etik dan moral agama, bukan materialisme);
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab (tidak mengenal pemerasan antar sesama,
pengisapan dan subordinasi ekonomi - modern); 3. Persatuan (kebersamaan,
kekeluargaan, gotong royong, tidak saling mematikan - nasionalisme), 4. Kerakyatan
(demokrasi ekonomi, kedaulatan ekonomi, mengutamakan ekonomi rakyat,
mengutamakan hajat hidup orang banyak); 5. Keadilan sosial (persamaan, pemerataan,
kemakmuran rakyat yang utama bukan kemakmuran orang-seorang). Sri - Edi
Swasono, Ekspose Ekonomika, Mewaspadai Globalisme dan Pasar Bebas, (Yogyakarta :
Pusat Studi Ekonomi Pancasila - UGM, 2005), 99.
Lembaga Keuangan Syariah 127

kecanggihan teknologi serta perkembangan secara cepat arus informasi,


arus pergerakan barang dan jasa serta transaksi keuangan antar wilayah
yang pada akhirnya bedampak pada kehidupan politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan dan keamanan. Sehingga dalam kehidupan tata
pemerintahan diperlukan penegakkan hukum yang kuat berdasarkan nilai
filosofis bangsa Indonesia sendiri, serta bedasarkan nilai yuridis yang
bertumpu pada ketentuan perundang-undangan yang menjamin
ketertiban dan kepastian hukum. Dengan demikian dalam tata pergaulan
internasional mampu menempatkan Indonesia sebagai negara yang tertib
dan berbudaya serta negara yang menjunjung tinggi kehormatan di mata
hukum.92
Pancasila sebagai ideologi negara diyakini dapat mempersatukan
berbagai perbedaan pendapat dan tafsir dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara serta mampu menjadi simbol kebanggaan bangsa dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang mengandung arti penghormatan
terhadap kemajemukan, sehingga pemahaman dan pemikiran murni
terhadap Pancasila mampu merefleksikan sikap persatuan dan kesatuan
bangsa sehingga dapat menghindarkan terjadinya konflik sosial budaya
karena perbedaan dalam kemajemukan suku, kebudayaan, dan agama
yang dilatarbelakangi oleh lemahnya penyelenggara negara dalam
mengimplementasikan nilai dan norma Pancasila karena didorong oleh
sikap feodalistis dan paternalistis yang berdampak pada konflik horizontal
sehingga berakibat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa

92
Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Pancasila sebagai Dasar Negara, (Jakarta :
Pusataka LP3ES, 1985), 16.
128 Lembaga Keuangan Syariah

Indonesia. Dalam bidang ekonomi penyimpangan terhadap nilai dan


norma Pancasila akan melahirkan praktik ekonomi yang bernuansa
korupsi, kolusi dan nepotisme melahirkan kebijakan ekonomi yang
berpihak pada pengusaha besar atau konglomerat, sehingga hasil
pembangunan terkosentrasi pada sebagian kecil masyarakat. Praktik
ekonomi tersebut berdampak pada melebarnya jurang antara yang kaya
dan yang miskin, yang pada akhirnya melahirkan rasa ketidakadilan dalam
kehidupan ekonomi. Bentuk aspirasi masyarakat terhadap ketidakadilan
ekonomi tersebut salah satunya direspon dengan adanya kebijakan
otonomi daerah yang diharapkan akan melahirkan pemerataan hasil
pembangunan dimasa yang akan datang.93
Perdebatan para ahli yang memposisikan Pancasila pada sudut
pandang yang berbeda; Pertama, Pancasila diposisikan sebagai konsep
pemikiran yang murni, netral dan sekuler sebagai hasil dari kompromi
politik dari barbagai latar belakang kelompok masyarakat; Kedua,
Pancasila diposisikan sebagai ideologi terbuka sehingga terdapat suatu
ruang gerak untuk mengelaborasi Pancasila sesuai dengan perkembangan
lingkungan strategis yang belaku pada zamannya. Bila dilihat dari kedua
cara pandang tersebut sekilas sepertinya terjadi harmonisasi
keseimbangan pemikiran yang saling melengkapi, yaitu bertumpu pada

93
Kebijakan otonomi daerah diarahkan kepada pencapaian sasaran-sasaran sebagai
berikut; Pertama, peningkatan pelayanan publik dan pengembangan kreatifitas
masyarakat serta aparatur pemerintahan daerah; Kedua, kesetaraan hubungan antara
pemerintahan pusat dengan daerah dan antar pemerintah daerah dalam kewenangan
dan keuangan; Ketiga, untuk menjamin peningkatan rasa kebangsaan, demokrasi, dan
kesejahteraan masyarakat di daerah; Keempat, menciptakan ruang yang lebih luas bagi
kemandirian daerah. (Ketetapan MPR RI nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi
Kebijakan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah).
Lembaga Keuangan Syariah 129

satu titik temu pemikiran untuk mengembangkan proses pencarian dan


sekaligus pendalaman konsep Pancasila yang secara nyata dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga Pancasila dapat
mejadi pedoman dasar guna mempertemukan semua pandangan yang
bebeda dari segenap anak bangsa pada zamannya. Akan tetapi bila dilihat
lebih mendalam terhadap pertemuan kedua pemikiran tersebut maka
mengandung beberapa unsur kerawanan; Pertama, memposisikan
Pancasila sebagai hasil pemikiran yang abstrak dalam implementasinya
untuk kehidupan sehari-hari yang sekaligus memposisikan Pancasila
sebagai ideologi terbuka, maka kerawanan yang timbul adalah multi tafsir
terhadap Pancasila yang sangat dipengaruhi oleh dasar filosofis
kepentingan atau penafsiran sepihak; Kedua, kerawanan yang ditimbulkan
oleh gempuran Era Globalisasi dan faham ekonomi pasar bebas yang akan
mampu menarik semua elemen bangsa pada posisi untuk mengutamakan
kepentingan kelompoknya masing-masing bahkan kepentingan pribadi,
kenyataan inilah yang pada era reformasi melahirkan istilah KKN atau
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; Ketiga, menurunnya ketertarikan semua
elemen masyarakat baik pada kalangan para pejabat birokrasi, para
akademisi bahkan para pakar serta masyarakat untuk berbicara kembali
tentang Pancasila, atau bahkan lebih jauh dari itu berusaha menggali
potensi nilai dan norma yang terkandung pada Pancasila, atau dalam
istilah lain terjadi semacam trauma mayoritas, dimana secara mayoritas
para elemen bangsa yang semestinya menjadi unsur penopang tetap
tegaknya Pancasila sebagai ideologi negara, tatapi memposisikan diri pada
pihak yang berlawanan atau paling tidak memposisikan sebagai pihak
130 Lembaga Keuangan Syariah

yang pasif tanpa ekpresi; Keempat, dikhawatirkannya akan muncul


generasi yang tidak peduli lagi terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara, sekaligus tidak peduli lagi terhadap Pancasila.
Solusi yang dikembangkan dalam pemikiran secara objektif akademis
guna menetralisir terhadap kerawanan pemahaman pemikiran kepada
Pancasila sekaligus untuk mencari kompromi kepentingan antar
masyarakat dengan berbagai latar belakang pendidikan dan berbagai latar
belakang sosial yaitu; Pertama, harus dibangun kembali kepercayaan
antar elemen bangsa dengan memposisikan semua pihak sebagai generasi
penerus bangsa yang secara proporsional mempuyai tanggung jawab
bersama dalam mengawal tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia untuk mencapai tujuan nasional, sehingga tercipta satu
kesatuan dan persatuan yang utuh dan menyeluruh untuk memikul
tanggung jawab sesuai posisi dan proporsi masing-masing, hal tersebut
sudah lebih awal dimotori oleh para pemuda pendahulu bangsa dalam
wujud gerakan perjuangan yang melahirkan Sumpah Pemuda, satu
bangsa, satu tanah air dan satu bahasa Indonesia; Kedua, segenap elemen
bangsa yang secara akademis mempunyai kepedulian dan pemahaman
terhadap Pancasila untuk duduk bersama guna mencari formula baku atau
mencari rumusan nyata terhadap Pancasila untuk mampu
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama rumusan
tentang dasar filosofis dan implementatif tentang konsep demokrasi
Pancasila yang mampu mempersatukan semua elemen bangsa sehingga
terhindar dari konflik horizontal dan konflik vertikal, dengan demikian
akan tertanam semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, serta
Lembaga Keuangan Syariah 131

merumuskan konsep ekonomi Pancasila yang dalam tataran pergaulan


internasional mampu mencegah timbulnya dampak negatif Era Globalisasi
ekonomi, dan secara nasional mampu memberi arah bagi pelaku ekonomi
dan sekaligus memberikan rambu-rambu bagi penguasa dalam
mengeluarkan produk kebijkan ekonomi; Ketiga, merumuskan kembali
norma dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai pedoman
dasar yang mampu memposisikan secara harmonis, untuk menata
hubungan antara penguasa, kalangan akademis dan masyarakat dalam
satu tujuan dan cita-cita nasional.
Kerangka pemikiran untuk meletakan norma dasar ekonomi Pancasila
bertumpu pada; Pertama, budaya dasar bangsa Indonesia yang telah
tumbuh dan berkembang dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia;
Kedua, aturan-aturan baku yang sudah ditetapkan menjadi kesepakatan
bersama atau hasil konsensus dan kesepakatan; Ketiga, mengakomodasi
kepentingan dan tuntutan era globalisasi sebagai bentuk penyesuaian diri
dalam pergaulan internasional dengan tidak mengabaikan kepentingan
dalam negeri, artinya kepentingan masyarakat secara luas lebih
diutamakan, sehingga arah kebijakan nasional lebih mengutamakan
pemerataan hasil pembangunan dari pada hanya mengejar pertumbuhan
semata yang menciptakan sistem konglomerasi ekonomi. Rambu-rambu
yang dapat diakomodasikan sebagai bahan acuan untuk menyusun konsep
ekonomi Pancasila adalah; Pertama, yaitu acuan sebagai mana tercantum
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 : a. Pada akhir alinea
pertama yang berbunyi “perikemanusiaan dan perikeadilan”, b. Pada akhir
alenia kedua yang berbunyi “merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
132 Lembaga Keuangan Syariah

makmur”, c. Alenia ketiga berbunyi “berkehidupan kebangsaan yang


bebas”, d. Alenia keempat yang meliputi “pemerintahan yang melindungi
segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, berkedaulatan rakyat”. Kemudian pada
akhir alenia keempat mencantumkan lima sila dalam Pancasila, Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia; Acuan Kedua, adalah Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945
yang pada awalnya dan belum dilakukan perubahan adalah sebagai
berikut :

a. Pendalaman materi Pasal 33 telah memposisikan dasar


demokrasi atau keadilan sosial yang dapat diartikan sebagai
pemerataan hasil pembangunan, sehingga implementasi demokrasi
ekonomi secara nyata adalah menempatkan masyarakat sebagai
objek pembangunan dan sekaligus subyek, sehingga garis batas yang
harus ditepati adalah sinkronisasi antara demokrasi ekonomi dengan
demokrasi Pancasila, tarik ulur antara keduanya secara sinergis akan
menghasilkan kemakmuran secara merata, sehingga pemaknaan
selanjutnya adalah perekonomian yang disusun atas dasar semangat
kerakyatan bukan semangat perkongsian konglomerat yang
membuat perekonomian terpusat pada satu kelompok pelaku
ekonomi, tetapi perekonomian yang mengedepankan keadilan sosial.
Sehingga demokrasi ekonomi Indonesia harus bebas dari sistem Free
Fight Liberalism atau persaingan pasar bebas yang banyak melahirkan
Lembaga Keuangan Syariah 133

kemiskinan model baru, karena dengan dasar asumsi yang berbeda


antara teori dan praktik di lapangan.

b. Prioritas pembangunan mengedepankan kemakmuran


masyarakat secara umum, bukan kemakmuran kelompok tertentu
atau orang-orang tertentu, aspek tersebut merupakan cermin dari
sikap ksatria yang mengutamakan kepentingan orang banyak, olahan
kepribadian ini merupakan hasil dari sentesa norma dan nilai-nilai
luhur masa perjuangan kemerdekaan dan era sebelum dan
sesudahnya. Sehingga tercipta semangat kebersamaan dan gotong
royong yang menonjol dari kepribadian bangsa indonesia.

c. Hubungan harmonis antara pemilik modal dan pekerja dalam


kehidupan pertanian atau tata niaga perdagangan bahkan usaha
kelautan oleh nelayan yang tidak jarang diikat dengan pola hubungan
kekerabatan atau kekeluargaan sehingga terjalin hubungan
emosional yang tidak jarang diteruskan dalam ikatan pernikahan
antar keluarga. Hubungan kekerabatan yang akrab disebut dengan
gotong royong atau Olobis Kuntol Baris telah menempatkan budaya
bangsa dalam perilaku keseharian menjadi perilaku ekonomi yang
diabadikan dalam satu wadah organisasi gerakan ekonomi rakyat
dengan nama Koperasi.

d. Liberalisme ekonomi yang dirancang dalam tata kelola


pereonomian eropa secara filosofi tidak sesuai dengan semangat
yang tercermin dari demokrasi Pancasila, hal tersebut lebih nyata bila
dilihat dari segi legislasi yang menyatakan; cabang-cabang produksi
134 Lembaga Keuangan Syariah

yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.

2. Kajian Pemikiran Dasar Negara.


Dinamika perjalanan bangsa Indonesia untuk menuju kompromi
politik dan kesepakatan bersama dalam rangka menentukan Dasar Negara
telah mencapai titik harmonis kesefahaman, pada tanggal 1 Juni 1945 saat
rapat Dokoritsu Tyoosakai disampaikan konsep dasar falsafah negara oleh
Bung Karno sebagai pembicara tunggal pada acara pandangan Oemoem
dengan judul “Lahirnya Pancasila”, dalam penyampaian tersebut Bung
Karno tanpa menggunakan teks naskah, sehingga naskah yang tersimpan
hingga saat ini adalah merupakan hasil laporan stenografi, sehingga dari
laporan stenografis tersebut difahami bahwa konsep Pancasila pada
waktu itu bukan merupakan hasil pengembangan tesis ilmiah, akan tetapi
lebih merupakan tawaran dan ajakan politik atau Political Appeal untuk
menentukan Dasar Negara, tawaran tersebut menjadi tiga pilihan yaitu :
Pancasila, Trisila dan Ekasila. Dengan wacana tiga pilihan tersebut berarti
membuka peluang perdebatan para peserta rapat waktu itu, akan tetapi
pada akhirnya disepakati dengan pilihan Pancasila sebagai Dasar Falsafah
Negara atau Philosophische Grondslag yang perumusan resminya terdapat
pada Alenia Keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dengan
demikian dapat difahami bahwa sejak kelahirannya Pancasila
mengundang perdebatan pemahaman, terutama dalam menempatkan
posisi dan proporsi antar sila, pada sebagian ahli menempatkan sila
Pancasila sejajar satu dengan yang lain, tetapi ada juga pendapat ahli yang
memposisikan satu sila menjiwai sila-sila yang lain, terlepas dari
Lembaga Keuangan Syariah 135

perdebatan para ahli tersebut para generasi penerus bangsa


memahaminya bahwa konsep dan pemahaman implemantatif Pancasila
membuka ruang untuk memperdalam kandungan butir-butir yang
terkandung di dalamnya. Artinya pemaknaan Pancasila secara
Implementatif terutama penekanan pada konsep ekonomi Pancasila
masih membuka ruang gerak nalar secara konsepsi, sehingga nantinya
Pancasila akan terlindungi dari tarikan-tarikan kepentingan politik yang
menafsirkan Pancasila secara sepihak, artinya karena kepentingan
sekelompok orang atau bahkan untuk kepentingan pribadi Pancasila
digunakan sebagai alat legitimasi memperoleh kelanggengan kekuasaan
sehingga apabila rezim penguasa tersebut melakukan kesalahan dalam
manajeman kekuasaan maka berdampak negatif pada tafsir implementatif
Pancasila. Dengan demikian rumusan terhadap hadirnya konsep ekonomi
Pancasila menjadi wacana strategis untuk dibahas dan didiskusikan secara
bersama antar berbagai elemen bangsa sehingga konsep
implementatifnya tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan
lingkungan strategis dan perkembangan budaya dan kepentingan
masyarakat secara umum. Adapun rumusan norma dan nilai-nilai yang
terkandung didalamnya secara prinsip tidak berubah, sehingga dari
pemahaman tersebut diatas diperlukan tafsir resmi Pancasila sebagai
Dasar Negara pada bidang ekonomi yang mampu menjadi acuan bagi
masyarakat, pedoman bagi pelaku ekonomi serta menjadi pegangan dan
dasar refrensi bagi penguasa pemerintahan dalam menentukan suatu
kebijakan ekonomi.
136 Lembaga Keuangan Syariah

3. Pengembangan Nilai Luhur Bangsa.


Proses pendewasaan bangsa Indonesia pada pengembangan nilai
luhur bangsa, aspek ekonomi telah mengalami pasang dan surut seiring
dengan perjalanan waktu, berlalu dan silih berganti tetapi kenangan itu
begitu indah untuk dilupakan bahkan harus diposisikan sebagai rangkaian
sejarah perjalanan bangsa sebagai bahan acuan dan pertimbangan dalam
pengambilan kebijakan ekonomi di masa yang akan datang. Pada kurun
waktu tertentu bangsa Indonesia telah mengalami dua kali periode
perekonomian yaitu; Pertama, pada masa perekonomian liberal yang
mengedepankan kebebasan berkreasi pada para pelaku ekonomi tanpa
memperdulikan dampak menyeluruh pada kehidupan berbangsa dan
bernegara serta dampak pada pencemaran lingkungan; Kedua, pada masa
perekonomian terpimpin yang memprioritaskan jalur komando, sehingga
perkembangan pereokonomian diatur secara sentralistik tanpa
mempedulikan pemerataan atau tanpa mempertimbangkan kepentingan
daerah. Dampak dari implementasi kedua pemikiran ekonomi tersebut
telah berakibat berakhirnya rezim kekuasaan Orde Lama maupun Orde
Baru yang melakukan tingkat kesalahan yang sama yaitu meningkatnya
angka inflasi yang tak terprediksikan, kenaikan harga kebutuhan pokok
yang tak sesuai dengan kemampuan masyarakat serta menurunya
kepercayaan pelaku ekonomi terhadap fundamental perekonomian
Indonesia baik dari sudut pandang mikro ekonomi ataupu makro
ekonomi.94

94
Antisipasi terhadap perkembangan perekonomian masyarakat secara cepat
dapat dilakukan seiring dengan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
Lembaga Keuangan Syariah 137

Puncak dari perjuangan bangsa Indonesia untuk dapat hidup secara


mandiri dalam segala aspek kehidupan terutama kemandirian ekonomi
telah sampai pada tonggak baru perjuangan, yaitu Kemerdekaan dengan
Proklamator Soekarno - Hatta. Pernyataan Kemerdekaan sebagaimana
tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dengan tekat dan
kepercayaan pada diri sendiri untuk memasuki kehidupan kebangsaan
yang bebas dengan cita-cita bulat menuju kehidupan masyarakat yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Mengandung pengertian
untuk mencari format baru pembangunan berbangsa dan bernegara
setelah melalui proses panjang penjajahan, menuju kemandirian ekonomi
yang ditopang oleh kekuatan bangsa sendiri. Dengan lahirnya Pancasila
sebagai Ideologi dan Falsafah Negara, maka kondisi tersebut dapat
dimaknai sebagai puncak prestasi kultural dan intelektual bangsa
Indonesia dan sebagai bentuk dari akumulasi pengembagan nilai luhur
bangsa. Pancasila bersifat integratif dan merakyat karena merupakan hasil
jerih payah bangsa Indonesia yang merupakan akumulasi selektif dari
berbagai unsur budaya bangsa Indonesia. Sehingga arah kebijakan
pembangunan bangsa Indonesia di masa depan harus berorientasi pada
pencarian makna Pancasila dalam proses pembangunan berbangsa dan
bernegara, yang secara empiris mencerminkan kepribadian bangsa yang
unggul dalam budaya ditengah pergaulan internasional.

kebersamaan dalam menata perekonomian utamanya perekonomian yang


disandarkan pada kesepakatan bersama atau konsensus nasional, yaitu Ekonomi
Pancasila. Boediono dan Mubyarto pada buku Ekonomi Pancasila, (Yogyakarta : BPFE,
1997), 2.
138 Lembaga Keuangan Syariah

Tingkat kesadaran bangsa Indonesia dalam berperilaku dan bertindak


merupakan hasil dari proses perjalanan panjang yang mencerminkan adat
ketimuran dengan menjunjung tinggi sopan santun dan tata krama atau
unggah-onggoh dalam terminologi Jawa, sehingga etika ketimuran secara
otomatis berinteraksi dengan nilai-nilai dan norma agama yang dianut
oleh setiap bangsa Indonesia sehingga secara otomatis menjadi warisan
budaya luhur bangsa Indonesia. Pada periode pengembangan berfikir
tentang filosofi dasar negara dalam tataran kehidupan sehari-hari, maka
pengertian Pancasila harus ditempatkan menjadi landasan etika untuk
mengambil suatu kebijakan atau landasan untuk membuat suatu aturan
yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, etika tersebut
merupakan warisan budaya luhur sebagai wujud keikhlasan untuk berbuat
bagi orang lain tanpa pamrih dan mampu mewujdkan sikap tenggang rasa
serta kepedulian sosial yang bermuara pada sikap kebersamaan dan
gotong royong, etika dapat dimaknai sebagai refleksi kritis dari tata nilai
dan moralitas yang telah berlaku pada kehidupan masyarakat secara
umum.95
Nilai luhur bangsa yang merupakan hasil sintesa dari akumulasi nilai
budaya dan sentuhan dasar religius dapat diwujudkan menjadi tiga sudut
pandang; Pertama, kesadaran akan Ketuhanan yang memposisikan
manusia sebagai hamba Tuhan dan sekaligus sebagai wakil Tuhan di dunia

95
Para ahli membagi etika menjadi tiga pengertian yaitu; Pertama, etika dalam
bentuk sopan santun pada kehidupan sehari-hari; Kedua, etika yang bersandarkan
norma hukum yang berlaku pada batasan wilayah tertentu dan pada masa tertentu
pula; Ketiga, etika yang berlandasakan nilai moral sebagai warisan leluhur bangsa
Indonesia. A. Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta :
Kanisius, 1998), 19.
Lembaga Keuangan Syariah 139

ini atau Khalifah Fil Ard, dengan kesadaran tersebut maka manusia
mempunyai dua misi suci yaitu berbuat baik di dunia sebagaimana Tuhan
berbuat baik pada manusia dan menjaga kelestarian alam dari kerusakan.
Dengan keyakinan akan Ketuhanan tersebut akan melahirkan rasa cinta
kasih terhadap sesama dan cinta kasih terhadap alam, memposisikan diri
sebagai hamba dan makhluk Tuhan adalah bentuk kesadaran prima,
karena melalui kesadaran inilah akan melahirkan sikap perilaku bahkan
cara berfikir dan terbangunnya Mind Set secara optimal, karena pada
posisi ini manusia akan sadar bahwa dirinya selalu diawasi dan dikontrol
langsung oleh Tuhan dalam setiap tindakannya, demikian juga akan
terbangun rasa pertanggung jawaban hakiki pada Tuhan terhadap apa
yang dilakukan di dunia ini, dengan demikian terbangun sekaligus dua
kesadaran yaitu kesadaran akan fungsi diri sendiri dan kesadaran akan
tanggung jawab terhadap lingkungan. Semangat kejuangan dan rela
berkorban serta kejujuran adalah bentuk kesadaran Ketuhanan yang
mempunyai korelasi langsung pada sesama manusia dan sekalian alam
semesta; Kedua, sudut pandang kesadaran akan nilai kemanusiaan yang
tercermin dari sikap saling pengertian, tenggang rasa dan dapat menerima
perbedaan dengan kerelaan; Ketiga, sudut pandang kesadaran akan
peran manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini, sehingga kelestarian
alam dan menjaga ekosistem hewani adalah tugas manusia secara
universal.
Kesadaran akan Ketuhanan akan menjadi rujukan dari kesadaran
yang lainnya, karena pusat dari kesadaran adalah kesadaran beragama.
Apabila dikaji lebih dalam bahwa kesadaran kemanusiaan, kesadaran
140 Lembaga Keuangan Syariah

intelektual, kesadaran untuk berkarya, kesadaran untuk berjuang,


kesadaran akan kejujuran dan keikhlasan, kesadaran menjaga dan
melestarikan alam, kesadaran untuk hidup rukun dan gotong royong pada
dinamika berbangsa dan bernegara serta kesadaran akan kerja keras dan
menerima perbedaan dan berbagai jenis kesadaran lainnya adalah
perwujudan dari kesadaran Ketuhanan. Sehingga para ahli dapat
menganalogikan bahwa sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah menjiwai
sila-sila Pancasila lainnya. Apabila dilihat pada masa perkembangan dan
pertumbuhan budaya bangsa Indonesia pada periode kerajaan dan
periode perjuangan untuk merdeka sampai dengan saat ini periode untuk
mengisi kemerdekaan sangat lekat dan diwarnai dengan kehidupan
beragama, mulai dari agama Hindu, Budha, Islam dan Kristen. Sehingga
tidak berlebihan bila dikatakan bahwa manusia Indonesia adalah manusia
religius, yang pada akhirnya setiap permasalahan aspek kehidupan sangat
dipengaruhi oleh kesadaran dan pemahaman akan agamanya. Kekeliruan
dalam penafsirkan pengertian agama akan melahirkan kerusakan fatal dan
kerugian pada manausia yang lain seperti aksi terorris yang berdampak
sangat luas pada kehidupan berbangsa dan bernegara, demikian juga
pemahaman yang baik dan kesadaran yang baik terhadap agamanya
masing-masing akan melahirkan sikap kesetiakawanan sosial, kepedulian
terhadap sesama serta mampu mendorong semangat perjuangan dan rela
berkorban demi bangsa dan negara yang akan melahirkan kesejahteraan
bersama.96

96
Tingkat kesejahteraan masyarakat akan ditentukan oleh kerja keras masyarakat
itu sendiri, tingkat intelektualnya dan kemampuanya untuk berinteraksi dengan pelaku
Lembaga Keuangan Syariah 141

Hasil akhir dari kesadaran akan Ketuhanan adalah Taqwa, yang


memposisikan manusia untuk bergerak, berucap, berfikir bahkan
berkeyakinan dengan dasar Ketuhanan, sehingga pada kondisi ini akan
terlahir sikap kejujuran, keikhlasan dan kegemaran untuk membantu
sesama manusia yang lain. Manusia yang bertaqwa kepada Tuhan apapun
agamanya akan mampu membimbing dirinya untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan secara adil dan bijaksana, artinya kehidupannya tidak boros
dan tidak mengambil yang bukan haknya, dengan demikian ketaqwaan
akan melahirkan sikap kontrol yang permanen, karena hakekat ketaqwaan
adalah kondisi kesadaran penuh manusia pada pengawasan Tuhan
sehingga terhindar dari keinginan korupsi, kolusi atau nepotisme yang
berujung pada kerusakan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara,
sehingga tidak berlebihan bila dikatakan bahwa pendiri bangsa ini telah
memperoleh petunjuk Ketuhanan yang menempatkan sila pertama
Pancasila berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Pada posisi inilah terjadi
perbedaan yang mengandung unsur perdebatan dasar berfikir antara
konsep ekonomi liberal yang mengagungkan “kepuasaan konsumtif”
untuk dipersandingkan dasar berfikir yang mengedepankan “ketaqwaan
dalam perspektif ekonomi”. Sehingga pemahaman terhadap pokok
perdebatan landasan filsafat teori ekonomi tersebut menjadi perbedaan

ekonomi lainnya, sehingga tercipta efisensi optimum dalam perekonomian dengan


memanfaatkan secara maksimum terhadap sumber daya alam dan sumber daya
manusia dalam satu rangkaian kegiatan usaha. Dan perekonomian dapat dikatakan
berkeadilan apabila akses ekonomi terbuka secara proporsional pada masyarakat luas
serta hasil semua produksi baik berupa jasa pelayanan dan barang konsumtif mampu
terdistribusi secara adil dan merata. M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi,
(Surabaya : Risalah Gusti, 1999), 5.
142 Lembaga Keuangan Syariah

orientasi yang membatasi warna dan corak perekonomian yang akan


dibentuk atau pembeda pada implementasinya.97
Perdebatan pemikiran tersebut akan terlihat lebih nyata bila
digunakan pisau analisis objektivitas akademis, artinya kedua argumen
tersebut disejajarkan pada posisi dan proporsi yang sama. Pertama,
argumen yang dibangun pada kepuasan konsumtif akan melahirkan
kreatifitas produksi guna memenuhi permintaan pasar baik dari sisi
kualitas maupun kuantitasnya. Ujung dari argumen tersebut adalah
perolehan laba perusahaan yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan biaya ongkos produksi secara keseluruhan dan pengembangan
perusahaan. Dari sisi yang berbeda dapat dilihat bahwa kepuasan
konsumtif adalah suatu hal yang berkembang bahkan bisa dikatakan
tanpa batas, kepuasan manusia akan kekayaan tanpa batas, kepuasan tak
akan pernah terpuaskan selamanya karena kepuasan akan berkembang
seiring perjalanan waktu dan seiring dengan pemahaman manusia atas
kepuasan itu sendiri, kepuasan akan datang seiring dengan terpenuhinya
keinginan. Sehingga terjadi kejar-mengejar antara kepuasan dan keinginan
yang dapat diibaratkan orang berlari cepat maka yang terjadi adalah kejar-
mengejar antara kaki kanan dan kaki kiri pelari tersebut secara bergantian

97
Kejujuran adalah tanda ketaqwaan, indahnya kerahasiaan dan kesempurnaan
agama dan dunia. Transaksi ekonomi yang dilandaskan atas kejujuran dan ketulusan
akan menghasilkan kemaslahatan atau kebaikan antar pihak, karena terhindar dari
sikap penipuan, perjudian dan riba. Dengan demikian semua pihak akan diuntungkan,
karena keterbukaan pada objek transaksi bahkan lebih jauh dari itu terselamatkan dari
niat jahat yang tersimpan dalam hati para pihak. Syaikh `Abdul Qadir Al - Jailani dalam
bukunya Raihlah Hakikat Jangan Abaikan Syariat yang diterjemahkan oleh Tatang
Wahyudin dari judul aslinya Adab As - Suluk Wa At - Tawasshul Ila Manazil Al - Mulk,
(Bandung : Pustaka Hidayah, 2007), 158.
Lembaga Keuangan Syariah 143

sampai pada ujung kelelahan fisik sang pelari. Demikian juga teori
ekonomi yang dibangun atas dasar kepuasan konsumtif akan berakhir
pada tingkat kejenuhan pasar dan keterbatasan sumber daya alam atau
keterbatasan waktu yang dialokasikan oleh Tuhan kepada manusia. Dan
kecenderungan manusia pada pemahaman konsep ini adalah sikap
berlebih-lebihan serta hasrat untuk menguasai manusia yang lain. Kedua,
argumen yang dibangun pada dasar filosofis ketaqwaan dalam perspektif
ekonomi akan memposisikan manusia sebagai wakil Tuhan di dunia yang
ditugaskan untuk mengelola segala sumber daya yang tersedia dan yang
disediakan oleh Tuhan, sehingga manusia diposisikan sebagai pengelola
saja dan bukan yang empunya. Pemahaman tersebut akan mempertebal
keyakinan bahwa apa yang dilakukan oleh manusia pada proses ekonomi
akan dipertanggung jawabkan kepada Tuhan, sikap ini akan melahirkan
perilaku kesederhanaan dan tidak berlebih-lebihan dalam aspek ekonomi.
Dari sisi yang berbeda, penghayatan akan ketaqwaan akan melahirkan
kejujuran dalam bertransaksi, sikap saling tolong-menolong yang
memposisikan akhir transaksi bukan keuntungan semata tetapi kepuasan
untuk bisa membantu atau menolong manusia yang lain. Dengan
demikian transaksi ekonomi pada dasar filosofis ini akan melahirkan
keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan, keseimbangan antara
keuntungan dan beramal dan keseimbangan antara kepuasan lahiriyah
dan batiniyah. Sehingga ujung dari kegiatan ekonomi adalah Rahmatan Lil
Alamin atau kesejahteraan bagi seluruh sekalian alam, bukan hanya
manusia semata tetapi kesimbangan dan kelestarian alam semesta.
144 Lembaga Keuangan Syariah

Perdebatan pada alam pemikiran menjadi sangat penting ketika


manusia diposisikan sebagai objek sekaligus sebagai subyek, sehingga
akan menjadi tantangan yang cukup menarik bagi kalangan akademisi dan
pemikir serta praktisi, pada alam pemikiran yang berbeda para ahli
mencoba untuk mengurai kerangka teori pemikiran dan sinkronisasi
pemahaman yang menjadikan aspek budaya dan agama sebagai sentral
perdebatan. Secara teologis diyakini agama bersumber dari Tuhan
sehingga proses penalaran akal fikiran akan beriringan dengan keyakinan
akan Ketuhanan, sedangkan pada posisi yang berbeda untuk objek
demokrasi adalah perwujudan dari kreasi manusia yang secara bebas
beraktualisasi sebagai mahluk sosial yang selalu berinteraksi satu dan
yang lain dalam suatu komunitas, akan tetapi titik temu antara agama dan
demokrasi adalah manusia sebagai objek dan subjek. Sering kali agama
dijadikan alat legitimasi kekuasaan oleh para penguasa dan bahkan oleh
tokoh agama itu sendiri untuk mendapatkan loyalitas tunggal dari
masyarakat secara mutlak. Para ahli atau pemikir haluan kiri menyebutkan
bahwa agama hanyalah tempat pelarian sementara bagi pemeluknya
untuk mendapatkan ketenangan sementara dan penghiburan semu
dengan harapan syurga, sementara itu agama tidak mampu menguaraikan
segala bentuk problematika dari segala aspek kehidupan, sehingga
pemahaman sementara agama diposisikan sebagai obat penenang
sementara atau daya tahan atas ketidakmampuan dan ketidakberdayaan,
agama selalu mencari dasar rujukan pada Tuhan, sementara itu Tuhan
tidak hadir secara empiris, dilain pihak demokrasi difahami sebagai
persoalan empiris, kongkrit dan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Lembaga Keuangan Syariah 145

Sehingga hasil nalar yang objektif dari pemikir haluan kiri adalah
memisahkan secara tegas batas koridor antara agama dan politik, konsep
model inilah yang dikenal dengan sekularisasi politik. Pendapat berbeda
disampaikan oleh para pemikir haluan kanan yang memposisikan agama
sebagai nuansa spirit semangat yang dijiwai oleh keimanan dan
ketaqwaan sehingga menghasilkan tindakan positif dan berperilaku
menuju keseimbangan dan kelestarian alam, agama memang tidak secara
mendetail mengajarkan secara tekhnis manusia berperilaku ekonomi dan
agama juga tidak mendorong proses transaksi dalam bentuk tertentu,
akan tetapi agama mengajarkan kejujuran dalam bertransaksi, agama
mengajarkan akan pentingnya tolong-menolong atau saling membantu
dalam aspek ekonomi, sehingga hadirnya agama mampu memberi ruang
dan sekaligus memberikan batasan agar manusia saling memberi, saling
megisi dan saling melengkapi.98
Perdebatan ideologi yang sistematik antara liberalisme dan Islam
akan menjadi perbincangan yang menarik dalam diskusi panjang, tarik
menarik dalam percaturan pengaruh pemikiran pengikutnya akan
menempatkan dasar argumen yang berbeda baik dari sudut pandang
kajian intelektual maupun secara empiris. Sebagian pemikir akademis atau
para ahli mempercayai terhadap superior liberalisme terhadap Islam

98
Pada tahun 1843 Karl Marx yang disokong oleh Weber membuat pernyataan
negatif terhadap keyakinan agama; ketika bangsawan Eropa dan penguasa gereja pada
puncak kejayaannya, Ia mengatakan bahwa agama adalah keluh kesah orang tertindas,
dan sentimen dari dunia yang tertindas yang hanya mampu memberikan solusi
sementara dan bersifat semu, karena agama tidak mampu memberikan jalan keluar
terhadap setiap masalah yang mengakibatkan penderitaan. Komaruddin Hidayat, Tiga
Model Hubungan Agama dan Demokrasi dalam buku Demokratisasi Politik, Budaya,
dan Ekonomi, (Jakarta : Yayasan Wakaf Paramadina, 1994), 191.
146 Lembaga Keuangan Syariah

dengan berasumsi bahwa ide-ide liberalisme dalam jangka panjang secara


bertahap dan meyakinkan akan menyerang dunia Islam melalui pengikut
Islam tradisional, sebagaimana kemenangan liberalisme terhadap ideologi
Fasisme dan komunisme yang merupakan pesaing utama demokrasi
liberal, sejarah telah mengungkapkan bahwa Fasisme adalah bentuk
gerakan sosial politik di Italia yang anti marxis, yaitu falsafat sosial yang
pertama kali timbul di Italia yang menolak demokrasi dan kebebasan,
serta mendewakan negara sebagai alat kekuasaan sebagai perwujudan
dari prinsip totalitarianisme. Akan tetapi pada sisi yang berbeda para
pemikir tersebut juga mengakui adanya keunggulan Islam terhadap
Demokrasi Liberalisme pada negara tertentu. Perdebatan selanjutnya
yang merupakan harapan konklusi masa depan adalah memposisikan
demokrasi Pancasila diantara pusaran benang merah pemaknaan antara
ideologi liberalisme dan pengaruh Islam yang secara universal
mengandung tata nilai tentang konsep moralitas dan keadilan. Sehingga
orientasi pemikiran tentang demokrasi Pancasila, liberalisme dan Islam
bertemu pada satu titik yaitu Keadilan Ekonomi dengan pemahaman dan
implementasi masing-masing.99
Kesadaran akan nilai kemanusian secara langsung dan tak langsung
dapat menjiwai bahkan mendominasi pembangunan budaya bangsa,

99
Kebenaran akan ajaran Islam yang berkaitan pada aspek kehidupan terutama
demokrasi merupakan sebuah ideologi yang sistematik dan seruan Islam bersifat
universal, yang dapat menjangkau semua manusia tanpa membedakan etnis atau
bangsa tertentu, sehingga diakui bahwa Islam di sebagian wilayah tertentu dapat
mengalahkan demokrasi liberal. Francis Fukuyama, The End of History and The Last
Man, Kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal, yang diterjemahkan oleh M.H.
Amrullah, (Yogyakarta : CV. Qalam, 1992), 78.
Lembaga Keuangan Syariah 147

korelasi antara budaya dan kepribadian yang dilatarbelakangi oleh


kesadaran kemanusian akan mempengaruhi pola tindak dan pola pikir
dalam kehidupan perekonomian suatu bangsa, karena secara kultural ada
kaitan erat antara proses pembangunan ekonomi dan pandangan hidup.
Sehingga harus dijaga konsistensi antara proses pembangunan dalam
bentuk kebijakan pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
dengan pemahaman dimensi manusia sebagai inti dari kebudayaan
tersebut. Dan secara sederhana pengertian kebudayaan berasal dari kata
“budi” yang mengandung arti potensi kemanusian dan nurani yang
mengedepankan pemahaman daya fikir dan daya nalar terhadap nilai -
norma yang sudah terbangun, dan kata “daya” yang mengandung arti
kekutan dan rekayasa untuk berbuat dan bertindak sesuai dengan
keyakinannya tersebut, sehingga secara luas pengertian budaya nasional
adalah akumulasi dari tata nilai - norma yang tumbuh dan berkembang
dalam satu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
keunggulan potensi bangsa. Potensi budaya tersebut pada akhirnya akan
melahirkan martabat kemanusian sebagaimana ditakdirkan oleh Tuhan
menjadi wakil di atas bumi dan sekaligus menjaga martabat
kemanusiaan.100

100
Ada sementara pendapat para ahli yang mengkhawatirkan akan pengaruh
budaya asing pada budaya bangsa Indonesia, hal tersebut dapat difahami karena
penjajahan budaya akan lebih permanen dari pada penjajahan fisik kewilayahan,
sehingga diperlukan daya tangkal budaya dalam bentuk ketahanan budaya yang
diilhami oleh wawasan budaya bangsa, akan tetapi harus dibangun kesadaran bahwa
tidak ada suatu bangsapun di dunia ini yang menutup diri dari pengaruh budaya
bangsa lain. Siswanto Masruri, Humanitarianisme Soedjatmoko, Visi Kemanusiaan
Kontemporer, (Yogyakarta : Pilar Media, 2005), 119.
148 Lembaga Keuangan Syariah

Kesadaran untuk menjaga kelestarian alam dan keseimbangan


ekosisitem yang telah disiapkan oleh Tuhan kepada manusia merupakan
bentuk cinta kasih manusia pada manusia itu sendiri, karena pada
hakekatnya Tuhan tidak memerlukan legitimasi alam untuk menjadikan
diri-NYA sebagai Tuhan, tetapi manusia yang memerlukan alam untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginannya, sedangkan hubungan manusia
dengan Tuhan adalah kesadaran manusia dalam wujud ketaatan. Manusia
memiliki sifat kepemilikan terhadap materi kebendaan kemudian Tuhan
menurunkan aturan dan takaran serta hak dan kewajiban manusia,
tentang cara dan sikap dalam memperoleh hak atas kebendaan tersebut.
Hasrat untuk memperoleh kehidupan yang layak bagi manusia pada
umumnya akan berkembang menjadi nafsu keinginan untuk memperoleh
lebih dari manusia yang lainnya, yang pada akhirnya menjadi keinginan
yang tak terbatas, kondisi ini akan mendorong sikap individu sentris dan
egois sehingga menjadikan manusia tanpa peduli dengan nasib manusia
yang lain, dan lebih jauh dari itu akan menciptakan lomba kemewahan
antar sesama, sehingga membuka kemungkinan untuk melakukan korupsi,
kolusi dan nepotisme yang merugikan organisasi secara kelembagaan dan
merugikan manusia yang lain, apalagi bila perolehan harta kekayaan
tersebut melalui eksploitasi kekayaan alam secara berlebih-lebihan yang
berakibat kerusakan permanen pada alam.
Pada suatu kesempatan Bung Karno sang Proklamator mengajukan
konsep dan pemahaman tentang Nasionalisme sejati yang melahirkan
semangat perjuangan dan membangkitkan rasa percaya diri sebagai nilai
budaya yang diwariskan pada generasi penerus bangsa, artinya melalui
Lembaga Keuangan Syariah 149

pemahaman terhadap jiwa Nasionalisme tersebut mampu menempatkan


manusia Indonesia untuk duduk secara bersama dengan manusia yang
lain yang berbeda ideologi, berbeda suku dan berbeda adat-istiadat dalam
satu wadah kepentingan yaitu kepentingan nasional, dengan demikian
semangat Nasionalisme sejati mampu menundukan keinginan sementara
kelompok bahkan nafsu keinginan pribadi lebur dalam keinginan bersama
yang bernama Wawasan Kebangsaan yang didasari oleh semangat
Nasionalisme sejati. Bahkan lebih jauh Bung Karno mengkritik pola
kolonisasi dalam bentuk penjajahan secara fisik kewilayahan yang
dilakukan oleh bangsa Eropa terhadap negeri-negeri Asia dengan satu
alasan yaitu memenuhi kebutuhan dan keperluan hidupnya melalui
eksploitasi kekayaan alam dan kemampuan sumber daya manusia bangsa
lain. Dengan demikian apabila dilihat dari awal tata hubungan antara
masyarakat Eropa dengan dunia masyarakat Asia terutama Indonesia
dilatar belakangi oleh beberapa kepentingan; Pertama, keinginan bangsa
kolonial untuk menguasai sumber daya alam Indonesia guna memenuhi
kebutuhan dan kelangsungan hidup di negaranya, keinginan tersebut
tersembunyi pada setiap kebijakan pemerintahannya baik dalam bentuk
perdagangan yang tidak seimbang atau bahkan dengan alasan alih
teknologi atau dengan alasan apapun dalam bentuk apapun terkandung
maksud penguasaan terhadap potensi Indonesia, akan tetapi sikap skeptif
atau perasangka negatif terhadap peran bangsa Eropa tidak dapat
digeneralisasi bahkan tidak menutup mata bahwa alih teknologi yang
mengalir melalui dunia pendidikan cukup dirasakan manfaatnya, hal
tersebut merupakan kenyataan yang tak dapat dipungkiri. Akan tetapi
150 Lembaga Keuangan Syariah

kesadaran sebagai sosok nasionalisme sejati yang telah diwariskan oleh


nilai luhur para pendahulu bangsa ini harus membawa pada generasi
bangsa ini mempunyai sikap waspada; Kedua, penjajahan melalui ideologi
ekonomi yang dipaksakan oleh bangsa Eropa melalui jalur indoktrinasi
pendidikan dengan program bantuan pendidikan atau bantuan
kemanusian dengan dalih sebagai faham universalitas kemanusian atau
isu-isu negatif terhadap dunia ketimuran yang memposisikan sebagai
bangsa dunia ketiga, sementara bangsa Eropa ditempatkan pada posisi
superior atau pihak pengambil kebijakan internasional. Kenyataan
tersebut telah mengantarakan jarak pergaulan antara Timur dan Barat,
karena dengan alasan apapun pada tinjauan akademis bangsa Timur dan
Barat tidak sepantasnya untuk diperbandingakan, karena dunia Barat
adalah milik bangsa Barat, sedangkan dunia Timur adalah milik bangsa
Ttimur, masing-masing mempunyai nilai positif dan negatifnya, masing-
masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya dalam sudut pandang
masing-masing, segala sesuatu yang dipandang bangsa Barat sebagai nilai
keluhuran belum tentu merupakan kebaikan pada dunia Timur, demikian
juga sebaliknya. Karena setiap bangsa mempunyai tata nilai dan proses
sejarah yang berbeda, dengan demikian sinkronisasi pemikiran antara
bangsa Timur dan bangsa Barat terletak pada satu titik yaitu saling
menghormati pada porsi dan posisi yang seimbang dan setara, bukan atas
bawah dan bukan minoritas mayoritas; Ketiga, budaya bangsa yang
berbeda banyak diwarnai oleh komunitas agama yang berbeda, dalam hal
Lembaga Keuangan Syariah 151

ini Bung Karno melihat sinkronisasi antara nasionalisme dan islamisme di


Indonesia.101
Warisan dasar budaya bangsa Indonesia menempatkan keluhuran
dan perilaku bangsa yang menjunjung tinggi keharmonisan kehidupan,
ketenangan dalam keyakinan serta keselarasan dalam pergaulan, secara
sadar atau tidak sadar dalam implementasinya akan berbenturan dengan
faham liberalisasi ekonomi dan pasar bebas yang menjunjung tinggi
kebebasan dalam persaingan ekonomi, sehingga liberalisasi
menempatkan pelaku ekonomi lokal menjadi pihak yang terpinggirkan
dalam persaingan pasar global karena terbatasnya akses pasar,
terbatasnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya kekuatan
modal, sehingga liberaliasi ekonomi yang dipaksakan mempunyai dampak
yang harus diantisipasi; Pertama, pelaku ekonomi lokal akan berhadapan
dengan pelaku ekonomi global tanpa perlindungan dan proses transisi
yang disepakati dan dikondisikan sehingga akan terjadi persaingan
ekonomi yang tidak seimbang dan saling meniadakan; Kedua, persaingan
antara pelaku ekonomi lokal dan global akan menjadikan posisi pengambil
keputusan yang dalam hal ini pemerintah pada titik dilematik, akan tetapi
pada akhirnya kebijakan akan disejajarkan dengan respon pasar
internasional karena berkaitan dengan persaingan investasi; Ketiga,
sumber daya dan potensi alam negara ketiga perlahan tapi pasti akan

101
Sebagian besar Nasionalisme dan Islamisme Indonesia dalam wujud gerakan
masyarakat pada waktu itu didorong oleh satu semangat, yaitu dorongan untuk
mengimbangi dominasi negara dan bangsa Barat, atau lebih tegas lagi untuk melawan
ideologi kapitalisme dan imprealisme Barat. Soekarno, Nasionalisme, Islamisme dan
Marxisme, dalam buku Bung Karno dan Wacana Islam, (Jakarta : Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2001), 7.
152 Lembaga Keuangan Syariah

bergeser ke wilayah pelaku ekonomi global dengan pasar bebas karena


tidak adanya proteksi terhadap kepentingan nasional sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-Undang. Kajian terhadap kekayaan alam
menurut ketentuan agama Islam harus dibelanjakan di jalan Allah SWT
dengan cara di-shodaqohkan sebagiannya. Firman Allah SWT di dalam Al-
Qur’an Surat Al-Baqarah (2) Ayat 265 dan 267:

َ َ‫ٱَّلل َوت َۡثبِي ّٗتا ِم ۡن أَنفُ ِس ِه ۡم َك َمث َ ِل َجنَّ ُۢ ِة بِ َر ۡب َوةٍ أ‬


‫صابَ َها‬ ِ َّ ‫ت‬ِ ‫ضا‬ َ ‫َو َمث َ ُل ٱلَّذِينَ يُن ِفقُونَ أ َ ۡم ٰ َولَ ُه ُم ۡٱبتِغَا ٓ َء َم ۡر‬
٢٦٥ ‫ير‬ ٌ ‫ص‬ َّ ‫ۗٓل َو‬ٞ ‫ط‬
ِ َ‫ٱَّللُ بِ َما تَعۡ َملُونَ ب‬ ِ ‫ضعۡ ف َۡي ِن فَإِن لَّ ۡم ي‬
َ َ‫ل ف‬ٞ ِ‫ُص ۡب َها َواب‬ ِ ‫فَٔٔ ات َۡت أ ُ ُكلَ َها‬ َ ‫ل‬ٞ ِ‫َواب‬
Artinya : 265. Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan
hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa
mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram
oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat.
Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai).
Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
ِۖ ِ ‫س ۡبت ُ ۡم َومِ َّما ٓ أَ ۡخ َرجۡ نَا لَ ُكم ِمنَ ۡٱۡل َ ۡر‬
ْ‫ض َو ََّل تَ َي َّم ُموا‬ َ ‫ت َما َك‬ َ ‫ٰ َيٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓو ْا أَن ِفقُواْ مِ ن‬
ِ ‫ط ِي ٰ َب‬
٢٦٧ ٌ‫ي َحمِ يد‬ ٌّ ‫غ ِن‬ َ َّ ‫ٱعلَ ُم ٓواْ أَ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬ ۡ ‫ ِه َو‬ٞۚ ‫َّل أَن ت ُ ۡغمِ ضُواْ فِي‬
ٓ َّ ‫بَٔٔ اخِ ذِي ِه ِإ‬ ِ ‫يث مِ ۡنهُ تُن ِفقُونَ َولَسۡ تُم‬ َ ‫ۡٱل َخ ِب‬
Artinya : 267. Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang
Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang
buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Keempat, nilai tawar atau Bargaining Position negara dunia ketiga akan
lemah karena dihadapkan pada dua pilihan yang membingungkan antara
Lembaga Keuangan Syariah 153

kepentingan rakyat secara luas dalam bentuk pemerataan pembangunan


atau pertumbuhan ekonomi yang telah ditargetkan oleh pihak legislatif.
Warisan nilai luhur bangsa Indonesia yang perlu untuk dikembangkan
pada aspek ekonomi sebagaimana diabadikan dalam Penjelasan Undang-
Undang Dasar 1945 sebelum mengalami perubahan pada Pasal 33 yang
didalamnya tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan
oleh untuk semua, dibawah pemilikan anggota-anggota masyarakat.
Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran
perorangan, sehingga perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan, bangun usaha yang sesuai dengan itu
adalah Koperasi. Perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi,
kemakmuran bagi semua orang, oleh sebab itu cabang-cabang produksi
yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak harus
dikuasai oleh negara. Kalau tidak, maka akan dikuasai oleh orang yang
berkuasa dan rakyat yang banyak ditindasnya. Hanya perusahaan yang
tidak menguasai hajad hidup orang banyak yang boleh ada ditangan
perorangan. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam
bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat, oleh sebab itu harus
dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. Semangat yang tergambar pada rumusan Penjelasan
Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tersebut diatas mencerminkan visi
sistem ekonomi Indonesia yang hendak dicapai dalam mengisi
kemerdekaan nantinya, yang merupakan sistem alternatif terhadap
kapitalisme atau komunisme. Ada empat poin yang dapat dijadikan
154 Lembaga Keuangan Syariah

pedoman dalam membangun sistem perekonomian yang demokratis102;


Pertama, perekonomian disusun atas dasar kekeluargaan atau bersifat
kooperatif sehingga faham pasar bebas dengan berpedoman pada azas
free fight liberalisme menjadi tidak berlaku lagi untuk dijalankan; Kedua,
peranan negara untuk menguasai cabang-cabang produksi strategis dan
menguasai hajat hidup orang banyak, sehingga negara dilarang untuk
absen atau tidak terlibat dalam mekanisme ekonomi yang berhubungan
dengan nilai strategis atau menguasai hajat hidup orang banyak, artinya
negara harus tampil menjalankan fungsinya untuk melindungi cabang-
cabang produksi tersebut; Ketiga, perusahaan dengan badan hukum
swasta diposisikan pada bidang-bidang diluar cabang produksi strategis
dan menguasai hajat hidup orang banyak, artinya usaha swasta dibangun
sebagai pendukung dan penopang serta lingkaran luar dari cabang
produksi strategis dan menguasai hajat hidup orang banyak, semangat
dari pendahulu bangsa ini dapat dibaca dari ungkapan bahasa yang
menjunjung tinggi kemandirian ekonomi dan semangat nasionalisme
sejati; Keempat, pengelolaan kekayaan alam berupa hasil pertambangan,
kelautan, perkebunan dan lain sebagainya digunakan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat; Kelima, tidak tampak jelas atau transparan
terhadap peran investor asing pelaku ekonomi liberal. Pada koridor inilah
akan menjadi perdebatan guna menata perekonomian Indonesia masa
depan yang merupakan hasil kompromi rasionalitas, dan hasil perenungan

102
Konsep dasar pembangunan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa
serta membentuk generasi yang otonom, sehingga dapat mengaktualisasikan disi
secara optimal gunaberpartisipasi aktif pada pembangunan masyarakat yang adil dan
makmur. Faisal Basri, Perekonomian Indonesia, (Jakarta : Erlangga, 2002), 112.
Lembaga Keuangan Syariah 155

secara mendalam yang memposisikan garis sepadan antara kepentingan


rakyat pada umumnya, kepentingan pertumbuhan ekonomi nasional dan
kepentingan diplomatik ekonomi dalam pergaulan internasional.
Tantangan untuk mengelaborasi berbagai kepentingan bidang ekonomi
negara merupakan tanggung jawab bersama segenap komponen bangsa.
Pada penjelasan lebih lanjut tentang posisi perekonomian Indonesia
maka terlihat ada kecenderungan pada pola ekonomi sosialis dari pada
kapitalisme dan liberalisme. Pemaknaan sistem ekonomi Indonesia adalah
sebuah sistem perekonomian terpimpin yang mendekati konsep Welfare
State. Akan tetapi dalam pola implementatif perekonomian yang
didasarkan pada ekonomi Pancasila mempunyai kekhususan tersendiri
yang meliputi; Pertama, badan hukum yang digunakan dalam aktivitas
ekonomi yaitu Koperasi, BUMN dan Swasta yang secara proporsional
mempunyai segmen pasar tersendiri, sehingga ketiga-tiganya dalam
menjalankan aktivitas ekonominya tidak saling bersaing bahkan saling
membantu dan saling melengkapi karena masing-masing mempunyai
wilayah berbeda menurut segmentasi pasar masing-masing; Kedua,
proses mekanisme ekonomi Pancasila secara empris sepenuhnya
diserahkan pada ekonomi pasar tetapi pemerintah wajib melakukan
pemantauan, pengawasan bahkan turut memberikan dasar kebijakan atau
stimulus untuk menjinakan dan mendinginkan transaksi yang panas atau
over heating yang dikhawatirkan dapat merugikan masyarakat; Ketiga,
akumulasi peran negara, swasta dan Koperasi tetap dalam koridor dan
semangat nasionalisme sejati, yang menjunjung tinggi kepentingan
bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan. Hal ini
156 Lembaga Keuangan Syariah

merupakan tata nilai warisan leluhur bangsa yang harus dijadikan


pedoman pada generasi penerus bangsa.103
Kesejajaran antara konsep liberalisasi ekonomi oleh bangsa Eropa
dan konsep demokrasi ekonomi yang secara empiris diramu pada konsep
ekonomi Pancasila harus ditempatkan secara proporsional dalam
pergaulan ekonomi internasional, akan tetapi dalam menyikapi kebutuhan
akan adanya norma kebijakan transaksi ekonomi dalam negeri Indonesia
harus menggunakan pedoman budaya bangsa sebagai warisan nilai luhur
yang diaktualisasikan pada paham ekonomi Pancasila, karena dengan
pemahaman Pancasila sebagai hasil perjalanan panjang bangsa Indonesia
dari penggalian nilai-nilai luhur bangsa dan sekaligus sebagai hasil perasan
dari nilai kultural bangsa maka akan mampu mengantarkan bangsa pada
bentuk masyarakat yang adil dan makmur sebagai mana dicita-citakan
bangsa Indonesia. Pancasila sebagai nilai luhur bangsa harus ditempatkan
sebagai sosok acuan kebijakan setiap pengambilan keputusan oleh
penguasa terutama dalam kehidupan bernegara aspek ekonomi, sehingga
secara tidak langsung akan mendapatkan manfaat ganda; Pertama,
dengan menempatkan Pancasila sebagai acuan kebijakan yang secara
teknis dapat difahami melalui turunan butir-butir nilai dan norma yang

103
Bung Karno dan Bung Hatta dalam berbagai pernyataannya menolak sistem
kapitalisme dan liberalisme yang didasarkan pada filsafat individualisme, tetapi faham
sosialisme tidak ditolak. H.O.S. Tjokroaminoto menggunakan istilah Sosialisme Islam,
Partai Sosialis Indonesia menggunakan istilah Sosialisme Kerakyatan, Sjafruddin
Prawiranegara menggunakan istilah Sosialisme Relegius, Ruslan Abdulgani
menggunakan istilah Sosialisme ala Indonesia, dan Bung Hatta menggunakan istilah
Sosialisme Indonesia. Akan tetapi semua paham sosialisme tersebut diatas menolak
paham Sosialisme Marxis. M. Dawam Rahardjo, Demokrasi Ekonomi dalam Alam
Liberalisasi Ekonomi dalam buku Liberalisasi Ekonomi dan Politik di Indonesia,
(Yogyakarta : Pusat Pengembangan Manajemen FE UII, 1997), 247.
Lembaga Keuangan Syariah 157

terkandung didalamnya maka kebijakan negara tersebut akan mendapat


respon positif dari masyarakat, karena hasil kebijakan tersebut akan
mewakili secara kultural masyarakat sebagai objek kebijakan tersebut;
Kedua, dengan menempatkan Pancasila sebagai acuan kebijakan maka
dapat dijamin produk turunan dari kebijakan pemerintah tersebut berupa
aturan palaksanaan atau aturan teknis di daerah tidak akan menyimpang
dari kebijakan di pusat pemerintahan, hal ini disebabkan karena
menyatunya semangat dan jiwa Nasionalisme sejati antara pusat dan
daerah.104

104
Terdapat banyak alasan tentang menurunya semangat penggalian nilai-nilai dan
norma yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, yang salah
satunya disebabkan oleh lemahnya pemerintah dalam memposisikan Pancasila sebagai
acuan kebijakan negara, bahkan Mahfud MD, Ketua Mahkamah Konstitusi pada acara
peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Islamic Center Al - Ghazaly Kota Bogor
mengatakan bahwa “rakyat enggan menjalankan Pancasila karena tidak terangkum
dalam kebijakan penguasa”, dengan demikian pengamalan nilai-nilai Pancasila
membutuhkan sikap keteladanan dari para pemimpin bangsa sehingga cita-cita untuk
menjadikan Pancasaila sebagai pilar kebangsaan dalam segala aspek kehidupan dapat
terwujud. Pada sisi yang berbeda Maruarar Sirait anggota Komisi XI DPR RI
mengatakan bahwa; Pancasila merupakan hadiah terbesar yang diberikan umat Islam
kepada bangsa Indonesia. Demikian juga pada bidang diplomasi, keunggulan Pancasila
telah disuarakan lantang oleh pendahulu bangsa dalam forum internasional; Pertama,
pada bulan November 1951 Menteri Luar Negeri Indonesia Ahmad Subarjo
memperkenalkan Pancasila sebagai pedoman filosofi kehidupan bangsa yang
menjanjikan kemakmuran bersama masyarakat internasional, kesempatan itu
disampaikan pada pidato pertama sekali Indonesia di Majlis Umum PBB ke 6; Kedua,
pada Sidang Umum PBB ke 9 September 1954, Menteri Luar Negeri Ahmad Subarjo
menawarkan kepada forum untuk menjadikan Pancasila sebagai solusi damai bagi
konflik ideologi di antara negara-negara internasional saat era perang dingin; Ketiga,
pada Sidang Umum PBB ke 15 tanggal 30 September 1960 dengan judul “To Build The
World Anew”, pidato tersebut sangat legendaris karena Soekarno Presiden Republik
Indonesia menyangkal pendapat filsuf Inggris Bertrand Russel yang membagi ideologi
menjadi dua kutub dunia yaitu liberalisme dan komunisme, dari pemikiran tersebut
kemudian melahirkan Gerakan Non Blok yang dilanjutkan dengan Konferensi Asia
Afrika yang diselenggarakan di Bandung tahun 1955; Keempat, pada Sidang Umum PBB
158 Lembaga Keuangan Syariah

Sikap dan perilaku untuk berani mengambil resiko dan kerelaan


berkorban demi bangsa dan negara adalah salah satu warisan nilai luhur
yang harus dikembangkan dan dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-
hari hingga saat ini; Pertama, kejayaan bangsa Indonesia pada zaman
Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit adalah bukti ketangguhan bangsa pada
tataran pergaulan internasional; Kedua, diteruskan perjuangan pada
periode untuk merebut kemerdekaan; Ketiga, perjuangan untuk
mempertahankan eksistensi kemerdekaan; Keempat, perjuangan untuk
mengisi kemerdekan berupa pembangunan menyeluruh pada seluruh
aspek kehidupan masyarakat; dan Kelima, adalah periode reformasi yang
ditandai dengan masa transisi dan kegamangan birokrasi yang secara
sepihak menempatkan kebijakan pada posisi mengambang, sehingga
kenyataan kehidupan masyarakat diwarnai dengan berbagai petaka sosial
pada kasus terorrisme, bentrok massa antar kepentingan, pergeseran
faham ideologi keagamaan dan yang sangat menyakitkan bagi masyarakat
adalah terbukanya ruang pembatas informasi yang memperlihatkan
betapa para petinggi negeri dan para pejabat negara dari mulai unsur
eksekutif, legislatif dan yudikatif terlibat baik langsung dan tak langsung
pada upaya memperkaya diri melalui korupsi. Masyarakat sangat faham
bahwa keadilan sosial yang mereka harapkan tidak kunjung didapatkan
bahkan kesengsaraan dari hasil kebijakan pemerintah pusat seperti pada
kasus Lumpur Lapindo di Sidoarjo Jawa Timur yang tak kunjung rampung

ke 24 tanggal 1 Oktober 1969, Menteri Luar Negeri Adam Malik berpidato yang
bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila yang menegaskan tentang keunggulan
Pancasila sebagai ideologi alternatif bangsa di dunia. (Koran Republika, Senin 3
Oktober 2011), 2-4.
Lembaga Keuangan Syariah 159

penyelesaiannya, kondisi inilah yang nantinya akan berakibat kekecewaan


massal yang pada satu titik akan mengkristal manjadi gerakan massa yang
menyimpang dari tata krama sosial sebagaimana yang diwariskan oleh
leluhur bangsa ini pada nilai - norma dari butir-butir yang terkandung
pada Pancasila105.
Untuk lebih membuka pemahaman dan memperjelas kandungan
butir-butir Pancasila sebagai warisan leluhur bangsa maka diperlukan
upaya dan kesabaran menggali satu demi satu nilai-nilai tersebut,
kemudian dapat dikembangkan secara empiris kontemporer dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pertama, pada warisan kejayaan
Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit yang memposisikan Nusantara sebagai
kawasan perdagangan internasional dengan aneka produk unggulan,
pruduk tersebut meliputi hasil pertanian, kelautan, pertambangan,
perkebunan dengan berbagai hasil rempah-rempah, kerajinan dengan
berbagai produk keterampilan pusaka dan bermacam produk manufaktur
dan produk-produk lain sebagai komoditi perdagangan internasional.
Bidang Budaya Nusantara bangsa Indonesia waktu telah mampu
menciptakan berbagai hasil budaya kelas dunia yang meliputi candi-candi
tempat pemujaan agama, karya sastra para empu dan pujangga serta
kemampuan bidang intelektual dalam berbagai ilmu yang berkembang
saat itu termasuk ilmu Tata Negara dan kajian ilmu agama. Bidang Bahari,
kemampuan armada tempur dan seni perang laut merupakan

105
Pendidikan berbangsa dan bernegara tidak dapat lepas dari perjalanansejara
yang positif dan negative, periode reformasi dapat melahirkan patriot-patriot bangsa
yang rela berkorban unruk NKRI. Abdullah Fathoni, Serat Sejatining Urip 3, (Jakarta :
Yayasan Pendidikan Nur Azza Lestari, 2017), 179.
160 Lembaga Keuangan Syariah

kedigdayaan prajurit waktu itu sehingga dapat memperluas pengaruh


kerajaan melebihi wilayah Negara Indonesia dewasa ini. Dari sini akan
tercermin nilai ketangguhan, percaya diri dan keuletan serta kemahiran
dalam penguasaan ilmu pengetahuan. Tekad kuat untuk menyatukan
wilayah Nusantara tercermin dari Sumpah Palapa atau Amukti Palapa
pada tahun 1350 oleh Gajah Mada yang saat itu sebagai Patih
Amangkubhumi atau Perdana Menteri saat Hayam Wuruk sebagai Raja,
arti sumpah tersebut adalah tekad untuk tidak hidup dalam kesenangan
sebelum seluruh Nusantara menyatu dalam kesatuan Kerajaan Majapahit,
nilai yang terkandung dalam sumpah tersebut adalah tergeraknya jiwa
Nasionalisme sejati yang rela berkorban terhadap kepentingan pribadi
demi cita-cita luhur kejaan kerajaan waktu itu, Kedua kandungan nilai
pada masa merebut kemerdekaan yang tercermin dalam semangat
perjuangan waktu itu dengan semboyan “Merdeka atau Mati”, artinya
semangat nasionalisme dan jiwa patriotisme membara waktu itu,
sehingga pilihannya hanya satu, yaitu “MERDEKA”. Kemampuan untuk
memobilisasi semangat perjuangan dipelopori oleh Bung Karno dengan
rekan-rekan seangkatannya mampu menjadikan Negara sebagai tujuan
tunggal tanpa melihat asal-usul daerahnya, suku, agama dan ras.
Kecerdasan emosional yang dibangun diletakkan pada satu pondasi dasar,
yaitu “Semangat Cinta Tanah Air Indonesia”. Seiring dengan perjalanan
waktu dan dengan tempaan berbagai nilai dan budaya asing, maka
pemahaman tentang “Cinta Tanah Air Indonesia” mulai melemah dan
pudar di makan oleh ketamakan, kerakusan dan keserakahan untuk hidup
mewah dengan bergelimang harta kekayaan untuk mengejar kesenangan
Lembaga Keuangan Syariah 161

dunia, sehingga nilai-nilai yang sudah terbangun selama ini menjadi rapuh,
bahkan terasa asing bila ada sekelompok orang yang berbicara tentang
PANCASILA atau sekelompok orang yang berusaha mengganti nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia. Inilah kenyataan dan paradigm yang banyak
berkembang di masyarakat yang harus segera diluruskan. Analisis tentang
pentingnya menggali kembali potensi bangsa yang dikemas dalam satu
pemikiran tentang ekonomi Pancasila menjadi sangat strategis guna
meluruskan roda pembangunan nasional dan sekaligus meluruskan cara
pandang bangsa Indonesia terhadap dirinya dan lingkungannya, kemudian
dikemas menjadi satu formula baru, yaitu Pancasila sebagai dasar Ideologi
Ekonomi yang mampu memposisikan Indonesia sebagai bangsa yang
besar dalam pergaulan Internasional dan sekaligus mampu membagi
kesejahteraan kepada seluruh masyarakat secara adil.

E. PERDEBATAN ALIRAN KONSEP EKONOMI.


Pada fase komparasi antar pemikiran konsep ekonomi akan dihadapkan
pada empat konsep pemikiran kontemporer yang oleh para ahli atau akademisi
di kelompokan berdasarkan landasan filosofis dan argumen implementatifnya;
Pertama, ekonomi yang berbasis pasar bebas atau liberal sebagai bentuk
pengakuan terhadap terhadap hak-hak untuk melakukan segala aktivitas
ekonomi tanpa hambatan kewilayahan atau region serta pertukaran ekonomi
berdasarkan kepemilikan pribadi dan pasar, artinya dalam tata perekonomian
masyarakat diberikan ruang kebebasan bersaing sebebas-bebasnya tanpa
adanya campur tangan pemerintah, sehingga akan terjadi kondisi yang kuat
mengalahkan yang lemah. Sebagai bentuk keseimbangan pada fase ini harus
162 Lembaga Keuangan Syariah

dilengkapi dengan regulasi atau aturan main yang jelas dan pasti, sehingga
pada hasil akhir praktik ekonomi pasar bebas tidak menghasilkan jurang
kesenjangan kesejahteraan yang sangat lebar, sehingga pada akhirnya akan
berdampak pada kerusuhan sosial; Kedua, ekonomi yang diatur secara ketat
oleh Negara, artinya semua kegiatan ekonomi dikendalikan secara penuh oleh
pemerintah. Istilah yang sering digunakan adalah ekonomi terpimpin atau
ekonomi komando, pada praktik fase kedua ini menghasilkan bentuk kegiatan
ekonomi terpusat, terjeratnya ruang kreativitas sumber produksi, kegiatan
perekonomian pasif tidak berkembang serta membuka kran korupsi di
kalangan birokrasi. Pada praktiknya ekonomi terpimpin banyak menciptakan
pengangguran dan stagnasi ekonomi; Ketiga, jenis praktik ekonomi yang
secara total disandarkan pada keyakinan agama, misalnya Ekonomi Syariah,
yaitu semua kegiatan ekonomi masyarakat bersandar pada Al-Qur’an dan
Hadist serta kesepakatan para pemimpin agama atau ulama; Keempat, yaitu
kegiatan ekonomi masyarakat yang disandarkan pada rangkuman dari ketiga
jenis ekonomi tersebut di atas, yaitu membagi secara baik peran pemerintah
dalam kebijakan ekonomi dengan tetap memberikan ruang gerak bagi
masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam kreatifitas kegiatan ekonomi serta
kegiatan ekonomi masyarakat tidak menyimpang dari norma-norma dan
ketentuan Agama.
Dalam terminologi Agama, manusia pertama diciptakan oleh Tuhan
menempati di belantara bumi ini adalah Adam dan diikuti oleh penciptaan
manusia kedua, yaitu Hawa. Penciptaan Adam dan Hawa adalah sepasang
manusia sebagai suami dan istri, kemudian melahirkan beberapa anak (sampai
saat ini secara akademis belum ditemukan angka yang pasti tentang jumlah
Lembaga Keuangan Syariah 163

anak dari pasangan Adam dan Hawa). Dari sejumlah anak Adam dan Hawa
tersebut secara bertahap tersebar di seluruh dunia dan terus berkembang
secara alamiah. Penciptaan Adam diabadikan di dalam Al-Qur’an Surat Al-
Baqarah (2) Ayat 30 dan 31, bahwa manusia akan menjadi Khalifah di bumi:
ِۖ ٓ
ِ ُ‫ض َخلِيف َّٗة قَالُ ٓواْ أَت َجۡ عَ ُل فِي َها َمن ي ُۡف ِسدُ فِي َها َويَسۡ ِفك‬
‫ٱلد َما ٓ َء‬ ِ ‫ِل فِي ۡٱۡل َ ۡر‬ٞ ‫َوإِ ۡذ قَا َل َربُّكَ ل ِۡل َم ٰلَئِ َك ِة إِنِي َجاع‬
‫علَّ َم َءادَ َم ۡٱۡلَسۡ َما ٓ َء ُكلَّ َها ث ُ َّم‬
َ ‫ َو‬٣٠ َ‫ِس لَ ِۖكَ قَا َل إِن ِٓي أ َ ۡعلَ ُم َما ََّل تَعۡ لَ ُمون‬ ُ ‫سبِ ُح بِ َحمۡ دِكَ َونُقَد‬ َ ُ‫َون َۡح ُن ن‬
ٓ َ ‫بُٔٔ ونِي بِأَسۡ َمآءِ ٰ َٓهؤ‬ ٓ
٣١ َ‫ص ِدقِين‬ َ ٰ ‫َُّلءِ إِن ُكنت ُ ۡم‬ ِ ‫علَى ۡٱل َم ٰلَئِ َك ِة فَقَا َل أَ ُۢن‬
َ ‫ض ُه ۡم‬
َ ‫ع َر‬ َ
Artinya : 30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui".
31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang
benar orang-orang yang benar!"

Hubungan harmonis yang seimbang antara manusia yang berhasrat atau


berkehendak atau berperilaku untuk memenuhi kebutuhannya dengan
memanfaatkan ketersediaan kebutuhan hidupnya oleh alam merupakan
kegiatan ekonomi. Dengan demikian secara umum konsep ekonomi dapat
dimaknai sebagai hasil pemikiran manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Ada 7 tahapan yang harus dilalui oleh manusai sebagai bahan
164 Lembaga Keuangan Syariah

analisis. Secara alamiah kebutuhan manusia terus tumbuh dan berkembang


sesuai dengan tingkat kebutuhan, lingkungan hidupnya dan cara berfikirnya.
1. Proses pertama manusia dihadapkan pada cara pemenuhan
kebutuhan hidupnya dengan menyesuaikan kondisi alam masing-masing
dan sesuai dengan perputaran musim, sehingga sangat berbeda antara
manusia yang hidup pada 4 musim (musim panas, musim hujan, musim
semi dan musim gugur), apabila dibandingkan dengan manusia yang hidup
pada 2 musim (musim panas dan musim hujan), sangat berbeda juga
perilaku manusia yang hidup di pegunungan dan manusia yang hidup di
pantai, dan juga sangat berbeda cara berfikir manusia yang hidup di
daratan yang tandus (padang pasir) dan manusia yang hidup di alam yang
subur. Dengan demikian karena faktor kondisi alam dan faktor musim
akan menghasilkan berbagai perilaku ekonomi manusia, berbagai
keterampilan dan perolehan yang diciptakan, terbentuk berbagai watak
dan perilaku serta bahasa, dan juga yang paling penting adalah perbedaan
cara berfikir serta budaya masing-masing.

2. Salah satu kebutuhan dasar manusia yaitu berkembang biak atau


mempunyai keturunan dan secara alami manusia sangat mencintai
keluarga dan kelompoknya, sehingga seiring dengan perjalanan waktu,
jumlah manusia terus berkembang dan semakin tersebar di semua
penjuru dunia, ikatan keluarga selanjutnya membentuk kelompok, maka
terbentuklah masyarakat dengan ikatan budaya dan tradisi masing-
masing. Proses interaksi alami antar pribadi, interaksi antar kelompok
kecil masyarakat, sampai dengan proses interaksi antar masyarakat dalam
jumlah yang besar akan menghasilkan ikatan dan identitas yang saat ini
Lembaga Keuangan Syariah 165

dikenal dengan “desa”, “kota” dan “negara”. Secara umum proses


interaksi tersebut akan menghasilkan cirri bahasa, perilaku cara berfikir,
keterampilan dan keahlian sampai dengan persepsi akan adanya Agama
dan Tuhan. Karena kebutuhan manusia dapat bersifat jasmani dan rohani,
sinkronisasi pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani inilah yang akan
menjadi titik dasar dan pijakan akan pentingnya sebuah konsep pemikiran
tentang perilaku ekonomi manusia yang sangat disesuaikan dengan
kondisi alam, cara berfikir, budaya dan perkembangan ikatan sejarah
kelompoknya masing-masing. Sejarah perkembangan masyarakat
maritime sangat berbeda dengan sejarah masyarakat pengerajin atau
industry. Kultur masyarakat akan banyak dipengaruhi oleh faktor alam dan
cara pemenuhan kebutuhan hidupnya masing-masing . Perkembangan
kehidupan kelompok-kelompok masyarakat pemula tersebut selanjutnya
seiiring dengan perkembangan waktu dan jumlah personel kelompok
tersebut, maka terbentuklah seorang pemimpin kelompok yang sangat
disegani dan diikuti perintahnya oleh kelompok tersebut, sehingga
terbentuklah aturan-aturan kelompok masyarakat.

3. Kecenderungan dominasi kelompok masyarakat yang satu terhadap


kelompok masyarakat yang lain akan menimbulkan persaingan
pemenuhan kebutuhan hidup manusia pada kelompoknya masing-masing,
akan tetapi yang terjadi adalah “persaingan ringan”, proses interaksi antar
kelompok masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh cara berfikir masing-
masing kelompok serta dipengaruhi oleh sikap dan figure pemimpin
masing-masing kelompok. Persaingan ringan tersebut dicirikan dengan
adanya persaingan kualitas hasil dari keterampilan SDM masing-masing,
166 Lembaga Keuangan Syariah

serta dipengaruhi oleh kondisi alam. Senbagai tempat interaksi dan


tempat persaingan tersebut adalah pasar-pasar tradisional yang sering
berlokasi di pinggiran sungai atau pantai dengan pertimbangan
mempermudah dan memperlancar pendistribusian melalui sarana
transportasi perahu dan kapal-kapal dagang. Jalur distribusi melalui
sarana air lebih memungkinkan pada saat awal-awal kegiatan ekonomi
dibandingkan dengan sarana transportasi melalui darat, karena tidak
semua daerah tersedia jalan penghubung serta kendaraan yang sangat
sederhana dengan menggunakan hewan sebagai alat penggerak
transportasi. Friksi-friksi kecil sangat mungkin terjadi, akan tetapi secara
sederhana dapat teratasi karena jumlah masyarakat relative sedikit dan
jumlah kebutuhan masyarakat sangat terbatas serta masih banyak
tersedianya barang-barang kebutuhan subsitusi yang disediakan oleh
alam. Persaingan ringan ini dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat sejak
awal akan pentingnya kualitas barang yang dihasilkan, baik berupa hasil
pertanian atau hasil keterampilan tangan. Proses transaksi pada awal
terbentuknya masyarakat menggunakan cara barter atau tukar menukar
barang, kemudian timbul kesadaran menggunakan alat tukar berupa mata
uang yang diciptakan dari emas, perak, perunggu atau benda-benda lain
yang dianggap sangat berharga dan bernilai di masyarakat. Perbedaan alat
tukar antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain sangat
berbeda tergantung pada budaya dan kebiasaan masing-masing
masyarakat.

4. Tahapan berikutnya adalah hasrat manusia untuk menyimpan atau


mengawetkan semua barang keperluannya. Dari sinilah akan lahir
Lembaga Keuangan Syariah 167

berbagai disiplin ilmu tentang pergudangan dan ilmu tentang


mengawetkan suatu jenis tertentu atau masing-masing keperluan
manusia, terutama keperluan makanan pokok lebih khusus masyarakat
yang hidup pada 4 musim yang terkadang pada musim dingin dengan
suhu dibawah Nol Derajat, sehingga semua aktivitas ekonomi terhenti
pada waktu itu. Hasrat untuk menyimpan ini secara positif dapat dimaknai
bahwa dengan diorong untuk bertahan hidup dan mencintai keluarga dan
kelompoknya, akan tetapi dari sisi negatif mendorong manusia untuk
bersifat rakus dan serakah untuk menumpuk kekayaan yang sementara di
pihak lain atau kelompok lain kekurangan bahkan kelaparan. Sedangkan
perkembangan ilmu tentang cara mengawetkan berbagai jenis barang,
terutama bahan pokok sangat dipengaruhi oleh pengalaman atau hasil
riset dan sangat dipengaruhi oleh kondisi alam masing-masing kelompok
masyarakat tersebut. Proses ini juga mendorong meningkatnya
persaingan kegiatan ekonomi masyarakat, sehingga setiap kelompok
berlomba-lomba untuk memperkaya diri guna meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan kelompoknya. Secara tidak langsung
hasrat untuk menyimpan dan menimbun barang keperluan ini mendorong
timbulnya friksi yang semakin terbuka antar kelompok yang tidak jarang
berakibat perang suku, perang antar daerah bahkan perang saudara.
Setelah merasakan akibat negative perang tersebut, maka manusia mulai
sadar akan pentingnya arti kesepakatan, kesepahaman dan pentingnya
suatu aturan yang membagi kelompok-kelompok tersebut dalam suatu
komunitas dengan suatu hukum tertentu yang lazim disebut dengan
“Hukum Adat”. Kelahiran Hukum Adat antar kelompok masyarakat akan
168 Lembaga Keuangan Syariah

memposisikan antar masyarakat untuk saling menghormati dan


menghargai akan kepentingan orang lain. Selanjutnya akan lahir
kesadaran perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang disepakati dan
lahirlah aparat untuk menjaga agar dipatuhinya aturan-aturan tersebut.

5. Kegiatan ekonomi masyarakat yang bermuara pada peningkatan


kemakmuran dan kesejahteraan secara alami atau secara naluriah
manusia berharap dilakukan secara mudah dan dengan hasil yang optimal
atau dengan istilah efektif dan efisien, artinya kegiatan ekonomi dilakukan
dengan ongkos produksi yang sangat terbatas atau minimal dan dengan
hasil yang besar atau maksimal. Semangat untuk kemudahan kegiatan
ekonomi tersebut telah mendorong manusia untuk melakukan penelitian,
riset dan kajian serta analisis ilmu pengetahuan secara berulang-ulang,
sehingga manusia berhasil menemukan aneka peralatan dengan teknologi
modern, yaitu penemuan mesin uap, penemuan listrik, penemuan lampu
pijar, penemuan alat telekomunikasi, penemuan komputer sampai
dengan penemuan pesawat terbang. Kecerdasan manusia telah terbuka
dan berkembang pesat dengan didorong oleh semangat persaingan
kegiatan ekonomi untuk kemakmuran dirinya, keluarganya, kelompoknya
dan bahkan negaranya. Akan tetapi dari sisi negatif juga lahir hasrat untuk
menguasai orang lain dengan mengambil alih sumber daya alamnya, maka
lahirlah peralatan perang modern seperti bom nuklir, peawat tempur,
kapal induk untuk keperluan perang, rudal dan lain sebagainya. Semua
peralatan perang tersebut dipergunakan untuk mempertahankan diri,
akan tetapi tidak menutup kemungkinan sebagai alat paksa untuk
menundukkan kelompok masyarakat lain. Pada era ini terjadi persaingan
Lembaga Keuangan Syariah 169

hebat antar kelompok dan terjadi kegiatan saling mencuri informasi


melalui aparat inteligen, sehingga seiring dengan berjalannya waktu
terjadilah mobilisasi kekuatan dan mobilisasi modal. Persaingan antar
kelompok masyarakat ini melahirkan suatu keadaan yang disebut dengan
“era globalisasi”, karena batas ruang dan waktu seakan dapat
ditundukkan oleh teknologi, jarak anta negara terasa amat dekat dan
waktu berputar seakan terlalu cepat. Kemajuan teknologi informasi telah
menjadikan manusia semakin pintar dan cerdas, akan tetapi dari sisi
negatif terkadang manusia melupakan akan keseimbangan alam. Dengan
demikian diperlukan aturan dan organisasi internasional.

6. Berbagai isu-isu internasional telah disebarluaskan oleh negara yang


memiliki alat paksa atau negara yang mempunyai kekuatan ekonomi atau
negara yang mempunyai kemampuan teknologi unggul, yaitu isu hak asasi
manusia, isu lingkungan hidup dan isu pasar bebas. Sehingga isu tersebut
seakan menjadi standar subyektif negara-negara maju sebagai alat paksa
diplomatik untuk menundukkan bangsa lain. Untuk itu diperlukan
perundang-undangann yang bersifat nasional, regional dan internasional
serta diperlukan perangkat organisasi yang berfungsi untuk mewadahi
kepentingan antar negara dan sekaligus untuk mengatur hubungan
diplomatik secara harmonis, akan tetapi secara sepihak terkadang negara
yang mempunyai daya saing tinggi akan memaksakan kehendaknya pada
negara dunia ketiga atau negara yang sedang berkembang dengan
berbagai alasan. Untuk itu masing-masing negara harus mempunyai daya
tangkal sesuai dengan identitas negaranya masing-masing dab sesuai
dengan budayanya masing-masing, terutama bangsa Indonesia.
170 Lembaga Keuangan Syariah

Kemampuan masyarakat Indonesia untuk merefleksikan diri dalam


pergaulan internasional, terutama kegiatan ekonomi harus bersumber
dari nilai-nilai bangsa Indonesia sendiri sebagaimana tercantum dalam
pasal-pasal Pancasila. Pada alasan inilah terletak pentingnya menggali
potensi nilai-nilai Pancasila yang dapat dimanifestasikan dalam kegiatan
ekonomi masyarakat, sehingga Pancasila tidak hanya dimaknai sebagai
ideologi politik, akan tetapi lebih jauh dari itu, Pancasila dapat
dikembangkan sebagai “Ideologi Ekonomi”. Kemampuan menggali potensi
Pancasila sebagai Ideologi Ekonomi disandarkan pada kesadaran hakiki
bahwa hanya melalui akar budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila,
masyarakat Indonesia akan menemukan titik kemakmuran sebagaimana
dicita-citakan oleh pendiri bangsa Indonesia yaitu masyarakat yang adil
dan makmur, artinya terjadi pemerataan hasil-hasil pembangunan kepada
segenap masyarakat Indonesia secara menyeluruh.

7. Tahap terakhir kegiatan ekonomi masyarakat adalah era persaingan


keras atau perebutan kepentingan secara ketat antar bangsa-bangsa di
dunia. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan sumber daya alam yang
dimiliki oleh masing-masing negara dengan dihadapkan peningkatan
jumlah penduduk dalam hitungan angka yang sangat signifikan, sehingga
analisis dengan mengedepankan faktor geografi dan demografi menjadi
sangat menonjol. Kajian tentang semua potensi negara akan berkaitan
erat dengan kedua faktor tersebut, sehingga semua negara akan
melakukan upaya untuk mensejahterakan masyarakatnya dengan
mencukupi semua kebutuhan hidupnya dalam waktu yang lama berupa
cadangan barang-barang kebutuhan masyarakat yang akan memaksa
Lembaga Keuangan Syariah 171

bangsa lain dengan cara apapun. Kajian geografi akan membahas tentang
sumber daya alam, letak geografis dan analisis tentang bentuk negara
daratan atau negara kepulauan akan menjadi bahan kajian atau mapping
terhadap kemampuan atau kandungan alam negaranya bila dihadapkan
dengan kebutuhan masyarakatnya, Kekurangan ketersediaan alam akan
kebutuhan masyarakatnya oleh pemimpin negara tersebut baik Raja,
Presiden atau Perdana Menteri dipaksakan untuk diperoleh dari negara
lain dengan cara perdagangan bilateral, diplomatik atau dengan cara
perang yang dikomuflasi dengan alasan ketiga isu terebut di atas, yaitu isu
hak asasi manusia, isu lingkungan hidup dan isu pasar bebas. Sedangkan
kajian tentang makna demografi akan menitik beratkan pada jumlah
kuantitatif penduduk, tingkat intelektual dan kecerdasan serta kajian
budaya dan nilai yang berkembang di masyarakat negara tersebut.
Kombinasi antara kajian geografi dan kajian demografi akan menghasilkan
konsep pemikiran yang secara koprehensif menjadi rencana strategis
negara tersebut untuk melakukan kegiatan ekonomi secara terus-
menerus dapat menguasai teknologi informasi dan peluang ekonomi,
diplomasi ekonomi, inteligen ekonomi dan politik ekonomi global dengan
memanfaatkan lembaga-lembaga keuangan dunia guna mendominasi
kegiatan ekonomi dunia.

1. Sejarah Pemikiran Ekonomi.


Kegiatan ekonomi manusia untuk mempertahankan hidupnya,
kelangsungan hidup keturunan dan usaha mensejahterakan dirinya serta
keluarganya adalah kesadaran awal yang secara alamiah dan sampai kapanpun
dimulai dari orang pertama, yaitu Adam dan Hawa sampai dengan orang
172 Lembaga Keuangan Syariah

terakhir yang terlahir di dunia ini. Maka pemikiran awal tersebut akan selalu
menjadi tumpuan dan pijakan untuk melakukan kegiatan ekonomi. Proses
kesadaran akan pentingnya pemikiran ekonomi yang mampu terekam dalam
sejarah, yaitu :
a. Pemikiran pada masa Yunani, Aristoteles (384-322 SM), Plato (427-
347 SM) dan Socrates (469-399 SM), inti pemikirannya para intelektual
pendahulu tersebut, yaitu kehidupan masyarakat yang harmonis akan
terbentuk bila terjadi keseimbangan antara kegiatan ekonomi manusia
dan pelestarian alam dengan dasar keyakinan bahwa semua yang
disediakan oleh Tuhan berupa alam semesta ini berjalan secara harmonis
(filsafat hukum alam).

b. Pemikiran ekonomi oleh intelektual muslim sebagai akibat hubungan


interaksi antara dunia latin yang beragama Kristen dan masyarakat Arab
yang beragama Islam. Hubungan intelektual tersebut di daratan Spanyol
yang melahirkan para pemikir ekonomi muslim, yaitu Ibnu Rusdi atau
Averroes (1126-1198) dan Ibn Khaldun (1332/1395). Inti pendapat
pemikiran muslim tersebut tentang : organisasi kemasyarakatan,
pembangunan, perdagangan dan peran pemerintah dalam perekonomian,
sehingga pada saat ini sudah timbul pemikiran tentang muara dari semua
nilai manusia dapat diukur dari “proses kerja atau kegiatan ekonomi dan
nilai tenaga kerja” serta munculnya kesadaran tentang pajak pada negara
sebagai kelangsungan hidup pemerintahan. Tingkat pajak dapat diukur
dengan tingkat pendapatan dan penghasilan seseorang dengan
kekayaannya, sedangkan tingkat pendapatannya dapat diukur dari tingkat
keterampilannya yang berdampak langsung pada hasil produksi.
Lembaga Keuangan Syariah 173

c. Pemahaman tentang perilaku ekonomi manusia yang diperoleh dari


pemikiran ilmuwan muslim di Spanyol oleh masyarakat terpelajar pada
Abad XIII dan XIV di Eropa, yaitu “Thomas Aquinas” menghasilkan 4
(empat) hukum yang berkaitan dengan perilaku manusia, yaitu : Eternal
Law (Hukum Abadi), Natural Law (Hukum Alami), Human Law (Hukum
Manusia) dan Divine Law (Hukum Suci).

d. Pemikiran tentang perilaku ekonomi manusia oleh aliran “Pemikiran


Merkantilisme” yang salah satunya berpendapat bahwa kegiatan ekonomi
manusia yang menjadikan kaya secara material dan dapat menguasai
sebanyak-banyaknya emas dan perak serta menimbunnya. Pemikiran
tersebut dapat mempengaruhi semua kegiatan ekonomi masyarakat
bahwa melalui penguasaan emas dan perak maka akan memperoleh
syurga dunia, karena melalui kedua barang tersebut manusia dapat
dengan leluasa menikmati kemakmuran hidup di dunia.

e. Perkembangan pemikiran tentang perilaku ekonomi manusia adalah


pemikiran ekonomi kaum fisiokrasi yang disebut juga sebagai sistem
pertanian atau agricultural system.

f. Pemikiran ekonomi tentang perilaku manusia dan masyarakat dalam


usaha mencapai pemenuhan kebutuhannya serta interaksinya dengan
alam yang disesuaikan dengan zamannya dapat difahami dalam kelompok
pemikiran Adam Smith, pemikiran kaum klasik, pemikiran Karl Marx,
pemikiran kaum neoklasik dan pemikiran Keynes (1883-1946) yang
selanjutnya kekayaan pemikiran tentang perilaku ekonomi para ilmuwan
tersebut akan dipakai sebagai bahan aliran pemikiran menuju konsep
174 Lembaga Keuangan Syariah

pemikiran ekonomi Pancasila, akan tetapi rujukan pemikiran tersebut


akan berinteraksi dengan kondisi geografi dan demografi Indonesia yang
disesuaikan dengan kultur masyarakatnya serta dengan
mengakomodasikan situasi dan kondisi saat ini dan kondisi perekonomian
yang akan datang yang dapat diprediksikan terjadi dikemudian hari106.

2. Konsep Ekonomi Kerakyatan.


Berdasarkan UUD 1945 Pasal 33 ayat 1, menyebutkah bahwa
perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan, sehingga makna yang terkandung didalamnya adalah
“Demokrasi Ekonomi”. Kegiatan perekonomian masyarakat yang
mengutamakan kesejahteraan sosial kemasyarakatan adalah inti dari
pemahaman demokrasi ekonomi, dengan demikian alur pemikirannya sebagai
berikut ; Pertama, Pancasila sebagai Dasar Ideologi Ekonomi yang digali dari
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia; Kedua, penegasan tentang pola
perekonomian yang didasarkan pada implementasi pemikiran bahwa
perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas dasar kekeluargaan;
Ketiga, makna dari pemahaman pemikiran tersebut diatas adalah “Demokrasi
Ekonomi”; Keempat, dengan demikian, terjadi sinkronisasi antara demokrasi
ekonomi dengan semangat yang dibangun dalam organisasi ekonomi
masyarakat yang bernama “Koperasi”; Kelima, sehingga secara sederhana
dapat disimpulkan bahwa konsep ekonomi kerakyatan yaitu perilaku ekonomi

106
Akulturasi budaya terjadi ketika terjadi bangsa Eropa melakukan politik
penjajahan dengan penguasaan secara milter pada negara-negara muslim, Kerajaan
Turki Usmani mengalami benturan kepentingan dengan Eropa, utamanya di bidang
perdagangan. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1993), 174.
Lembaga Keuangan Syariah 175

yang berorientasi pada kemakmuran masyarakat secara menyeluruh, bukan


kemakmuran orang-perorang. Hal inilah yang nantinya menjadi landasan
berfikir untuk menggali konsep ekonomi Pancasila yang diharapkan dapat
mempersempit jarak antara yang kaya dengan yang miskin serta mampu
membagi secara proporsional arti sebuah kemakmuran melalui terbukanya
lapangan pekerjaan yang layak, usaha pendidikan yang memadai serta
terdukunya fasilitas kesehatan yang mencukupi.
Hubungan simbiosis mutualisma antara masyarakat, pemerintah dan swasta
harus ditata secara kelembagaan dan proporsional sesuai dengan peran dan
fungsi masing-masing, sehingga harapan dan cita-cita Bapak Pendiri bangsa
(Founding Father) dapat tercipta, yaitu masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Secara umum konsep pemikiran ekonomi kerakyatan dapat disandarkan
pada kemakmuran; Pertama, Demokrasi Ekonomi, artinya semua warga negara
turut aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi, sehingga prasyarat
utamanya ketersediaannya lapangan pekerjaan yang layak pada satu sisi dan
tingkat keterampilan serta kemampuan intelektual pendidikan pada sisi yang
lain, dengan demikian akan terjadi sinkronisasi antara tersedianya lapangan
pekerjaan dengan tenaga kerja yang ada. Karena permasalahan utama yang
sering terjadi di masyarakat adalah ketidakcocokkan antara skill tenaga kerja
dengan kebutuhan karyawan sektor riil; Kedua, Final Goal Ekonomi Kerakyatan
adalah tercapainya pemenuhan kebutuhan rakyat secara optimal, terutama
pana 5 (lima) pokok kebutuhan dasar manusia, yaitu : sandang, pangan, papan,
pendidikan dan kesehatan. Demikian juga pemerataan hasil-hasil
pembangunan harus tersebar secara merata ke seluruh lapisan masyarakat
176 Lembaga Keuangan Syariah

tanpa membedakan warna kulit, suku, adat, agama dan kelompok, dengan
demikian akan terjadi keadilan ekonomi secara merata di setiap daerah. Hal ini
bersesuaian dengan semangat Undang-Undang Otonomi Daerah; Ketiga,
pelayanan masyarakat harus diutamakan, artinya semua aparatur negara harus
mampu merubah mindset dari “dilayani” menjadi “melayani”, sehingga para
pejabat pemerintah selalu berfikir untuk melayani masyarakat secara prima,
feed back yang akan terjadi adalah kegiatan masyarakat kepada para
pemimpinnya yang menjadi dasar loyalitas masyarakat; Keempat, keadilan
yang merata atas kesejahteraan. Hal ini sangat penting menjadi dasar berfikir
ekonomi kerakyatan, karena pokok masalah yang sering timbul di masyarakat
adalah simpang-siurnya prioritas pembangunan antar daerah, misalnya
pertumbuhan dan pengembangan infrastruktur antara Pulau jawa dengan
Pulau di luar Jawa, bahkan pembangunan dan penataan pendidikan di wilayah
Indonesia Timur sangat jauh tertinggal bila dibandingkan dengan
pembangunan dan penataan pendidikan di Pulau Jawa; Kelima, pendidikan
menjadi titik sentral pembangunan, artinya semua pengunaan dan strategi
pembangunan harus berorientasi pada pendidikan. Pemikiran ini dibangun
atas kesadaran bahwa rantai kemiskinan hanya dapat diputus dengan
pendidikan, karena dengan peningkatan jenjang pendidikan masyarakat yang
dibangun atas dasar kesadaran akan pentingnya makna pendidikan akan
berdampak langsung pada kualitas intelektual dan keterampilan masyarakat,
dengan demikian kreatifitas kegiatan ekonomi masyarakat akan berkembang
dengan pesat dengan didukung kekayaan alam Indonesia serta kesuburan
tanahnya serta luasnya usaha di sektor kelautan yang belum optimal
diberdayakan, padahal pada sektor kelautan ini paling banyak menyerap
Lembaga Keuangan Syariah 177

tenaga kerja. Upaya pemerintah dan semua potensi bangsa untuk membangun
kesadaran akan pentingnya dunia pendidikan akan berdampak langsung pada
kualitas hidup masyarakat dan sekaligus mengurangi beban ketergantungan
ekonomi, karena sudah menjadi ketentuan umum bahwa orang yang kurang
pendidikan dan keterampilan akan menjadi pekerja kasar kelas bawah dengan
pendapatan yang pas-pas-an atau standar upah minimum regional atau UMR.
Konsep kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat lahir dan batin selalu
bermuara pada tingkat pendidikan. Dampak secara langsung dari peningkatan
pendidikan dan keterampilan masyarakat adalah bergeraknya sektor riil dan
usaha manufaktur yang menghasilkan barang-barang produksi yang berkualitas
tinggi dan mempunyai daya saing internasional, sehingga dengan sendirinya
potensi ekspor meningkat dan sekaligus akan meningkatkan penerimaan
devisa Negara. Kesadaran akan pentingnya pendidikan yang memadai, tenaga
pengajar, yaitu guru dan dosen yang mumpuni serta tersedianya sarana
prasarana yang cukup; Keenam, pembangunan yang berkesinambungan,
artinya konsep ekonomi kerakyatan sejak awal harus direncanakan secara
berjenjang dan berkelanjutan yang disesuaikan dengan skala prioritas
pembangunan per-daerah dengan mempertimbangkan kondisi dan budaya
masing-masing daerah. Pada tataran perekonomian ini, penting untuk
dilakukan mapping penataan awal program kegiatan, karena kondisi saat ini
terdapat perbedaan yang cukup tajam antara dan daerah, sehingga tiap-tiap
daerah harus mempunyai perencanaan masing-masing, akan tetapi dengan
tujuan yang satu, yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang
serasi antara pembangunan lahir dan batinnya. Dilain pihak juga harus
dipertimbangkan akan adanya perubahan kepemimpinan, baik pemimpin
178 Lembaga Keuangan Syariah

nasional hasil Pemilu atau pemimpin daerah hasil Pilkada, sehingga perubahan
kepemimpinan tidak akan merubah secara drastis strategi pembangunan.
Untuk itu perlu dibuat perencanaan pembangunan jangka panjang pada kurun
waktu 25 tahun, pembangunan jangka sedang pada waktu 15 tahun dan
pembangunan jangka pendek pada kurun waktu 5 tahun. Dengan demikian
perubahan kepemimpinan eksekutif, yudikatif dan legislative tidak merubah
secara signifikan kebijakan pembangunan, terutama pada sektor
pembangunan sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Kenyataan
yang ada pada saat ini, setiap pergantian pemimpin nasional dan daerah juga
akan merubah arah. Dan prioritas pembangunan yang terkadang bertolak
belakang, sehingga hasil pembangunan tidak tuntas untuk dirasakan oleh
masyarakat. Pembangunan yang berkesinambungan juga akan mempermudah
pelaksana di lapangan dan sekaligus akan meningkatkan bebang anggaran
pemerintah, karena program yang satu menjadi penyanggah program yang lain
dan pemimpin yang satu akan melengkapi pemikiran pemimpin yang lain.
Dengan demikian pencapaian sasaran pembangunan akan menjadi efektif dan
efisien; Ketujuh, kelestarian alam, artinya dalam menata konsep perekonomian
rakyat dilihat dari tiga sisi, yaitu :

a. Pembangunan yang memposisikan manusia sebagai subyek dan alam


sebagai objek, sehingga kerangka berfikir pada pokok masalah ini adalah
manusia memanfaatkan alam secara maksimal dalam kegiatan
ekonominya, sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi eksploitasi
alam secara berlebihan yang dilakukan oleh manusia tanpa
memperdulikan dampak lingkungan. Akibat yang lebih jauh pada proses
kegiatan ekonomi ini akan berdampak merusak ekosistem yang ada dan
Lembaga Keuangan Syariah 179

pengerusakkan alam secara terus-menerus. Apabila dilihat secara sekilas


dan dalam periode waktu yang singkat, manusia akan mendapatkan
manfaat dan keuntungan yang besar, akan tetapi pada jangka waktu yang
panjang, generasi penerus akan mewarisi kerusakan alam yang tak
terukur, dampak terakhir adalah pembangunan ekonomi dengan
mengeksploitasi akan menimbulkan kerugian yang berkepanjangan
bahkan secara financial keuntungan eksploitasi alam jauh lebih rendah
bila dibandingkan dengan biaya memperbaiki alam tersebut.

b. Memposisikan alam sebagai subyek, sehingga pada kegiatan ekonomi


menitik beratkan pembangunan dan menata lingkungan dengan baik.
Pada fase ini manusia diposisikan pada pihak yang dirugikan secara
financial, karena membangun alam tanpa bisa memanfaatkan secara
ekonomis. Kondisi ini sering terjadi pada daerah yang tandus dan
memerlukan dana yang besar untuk pengelolaannya.

c. Bentuk kegiatan ekonomi masyarakat yang memanfaatkan dengan


perencanaan yang baik, artinya RUTR atau Rencana Umum Tata Ruang
penggunaan sumber daya alam melalui mekanisme perencanaan yang
baik terjadi hubungan yang seimbang antara manusia dan alam.
Keserasian dan hubungan timbale balik yang baik antara alam, sehingga
tidak merugikan rakyat inilah sebagai ciri ekonomi kerakyatan.

Kedelapan, bebas korupsi, artinya konsep ekonomi kerakyatan harus bebas


dari praktik korupsi, sehingga semua anggaran pemerintah melebihi program
APBN yang telah disepakati antara DPR dan pemerintah secara utuh tersalur.
Dalam program pembangunan tanpa adanya kebocoran. Korupsi dapat
180 Lembaga Keuangan Syariah

diartikan secara umum adalah perbuatan aparatur negara atau warga


masyarakat yang menyelewengkan anggaran pemerintah dengan niat untuk
memperkaya diri sendiri atau memperkaya orang lain. Dengan demikian
korupsi merupakan perbuatan yang berbanding terbalik dari pembangunan
yang bertujuan untuk mensejahterahkan rakyat. Adapun sebab-sebab korupsi
itu terjadi antara lain dikarenakan oleh : adanya niat yang tidak baik, kontrol
mental pribadi yang bertentangan dengan agama dan etika sosial serta
bertentangan dengan semangat ekonomi Pancasila, adanya kesempatan yang
terbuka untuk melakukan korupsi, adanya alasan pembenar untuk melakukan
korupsi, misalnya karena rendahnya anggaran pada pos Ttrtentu atau
rendahnya gaji, dan yang terakhir adalah karena sistem kontrol mekanisme
organisasi yang lemah. Adapun solusi yang harus dijalankan agar terhindar dari
perbuatan korupsi, yaitu :
a. Adanya pemahaman terhadap nilai-nilai Agama, sehingga
menimbulkan kesadaran bahwa perbuatan korupsi itu melanggar perintah
Agama serta bertentangan dengan Sila Pertama, yaitu “Ketuhanan Yang
Maha Esa”.
b. Adanya budaya malu, artinya perbuatan korupsi itu adalah perbuatan
yang memalukan diri sendiri dan memalukan keluarga.
c. Adanya semangat cintah Tanah Air Indonesia karena korupsi adalah
perbuatan yang merugikan Bangsa dan Negara.
d. Adanya kontrol mekanisme organisasi dengan baik, dengan cara
membuat SOP atau Standar Operasional Prosedur yang difahami oleh
semua perangkat organisasi.
Lembaga Keuangan Syariah 181

e. Adanya kecukupan alokasi anggaran secara proporsional, sehingga


semua lini organisasi tertutup terhadap peluang untuk melakukan
perbuatan korupsi, dengan demikian semua APBN terserap secara utuh
untuk kesejahteraan rakyat semata.

Kesembilan, dasar filosofi yang dibangun dalam konsep ekonomi


kerakyatan adalah kemakmuran bangsa Indonesia yang akan dapat
tercapai secara optimal hanya dari usaha dan upaya Bangsa Indonesia,
sehingga porsi PMA atau Penanaman Modal Asing hanya bersifat sebagai
pelengkap atau katalisator. Hal ini sangat bersesuaian dengan semangat
yang terkandung dalam makna Pasal 33 UUD 1945. Akan tetapi dalam tata
pergaulan diplomatik internasional, masyarakat Indonesia tidak bisa
menutup diri dari pergaulan internasional, sehingga investasi yang
bersumber dari luar negeri secara bertahap dikurangi sampai menyentuh
angka 20% dari semua sektor pembangunan, yaitu : sandang, pangan,
papan, pendidikan, kesehatan dan sektor perbankan. Orientasi asing
untuk melakukan investasi di Indonesia adalah murni untuk mencari
keuntungan semata, dan menjadi tidak mungkin apabila kepentingan
asing untuk berinvestasi di Indonesia dengan tujuan untuk
mensejahterakan masyarakat Indonesia. Sejarah telah membuktikan
bahwa proses penjajahan berlangsung dalam kurun waktu sekitar 350
tahun sampai berakhir pada kemerdekaan 17 Agustus 1945. Adalah
kenyataan sejarah bahwa porsi peran investasi asing yang tidak terkendali
dan tidak dibatasi secara Undang-Undang, maka akan meluas dan akan
menjadi bentuk baru penjajahan. Artinya semua sektor nantinya akan
dikuasai oleh negara asing lebih dari 50%. Kesadaran semua anak bangsa
182 Lembaga Keuangan Syariah

dan semua komponen kebangsaan harus secara dini ditanamkan bahwa


kepentingan rakyat dan kepentingan bangsa dan negara dibangun diatas
kepentingan pribadi dan golongan, akan tetapi dilain pihak, konsep
ekonomi kerakyatan juga memerlukan peran negara asing pada sektor
tertentu, terutama pada sektor yang tenaga ahlinya tidak tersedia di
dalam negeri, artinya dalam rangka alih teknologi.

Konsep ekonomi kerakyatan saat ini yang berkembang dikalangan para


intelektual dan para menikiran tentang ekonomi tidak terlepas dari konsep
ekonomi yang dibangun atas dasar dan prinsip Koperasi. Akan tetapi
keselarasan dan kesepadanan antara konsep ekonomi Pancasila, konsep
ekonomi kerakyatan dan konsep ekonomi Koperasi masih memerlukan
perdebatan panjang yang harus dirumuskan secara bersama antara
pemerintah, tokoh masyarakat dan para akademisi. Untuk tu menjadi sangat
penting merumuskan pemikiran tentang perspektif Koperasi terhadap Konsep
ekonomi kerakyatan; Pertama, keserasian antara konsep ekonomi Pancasila,
konsep ekonomi kerakyatan dan konsep ekonomi Koperasi bertemu pada satu
titik, yaitu semangat implementasi Pasal 33 UUD 1945. Dengan demikian
proses pembangunan ekonomi masyarakat saai ini harus bersesuaian dengan
barometer atau parameter atau pedoman atau apapun namanya pada satu
pijakan, yaitu “semangat implementasi Pasal 33 UUD 1945 yang dijiwai dari
nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pancasila”; Kedua,
Konsep ekonomi Koperasi berfungsi sebagai sarana demokrasi ekonomi,
karena dalam organisasi Koperasi secara kelembagaan semua aturan,
mekanisme organisasi dan kebijakan serta arah kegiatan ekonomi ditentukan
dalam RAT (Rapat Anggota Tahunan); Ketiga, Koperasi juga dapat berfungsi
Lembaga Keuangan Syariah 183

sebagai alat interaksi sosial, karena dalam mekanisme organisasi


mengedepankan semangat musyawarah untuk mufakat, sehingga semua pihak
harus dapat memahami kepentingan pihak lain; Keempat, semangat toleransi
dan kepedulian sosial juga tercermin dalam mekanisme organisasi Koperasi;
Kelima, Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat dapat memposisikan sebagai
penyeimbang antara BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dan Swasta; Keenam,
unsur pendidikan anggota menjadi pilar penting dalam Koperasi; Ketujuh,
Koperasi sebagai alat perjuangan atau gerakan ekonomi untuk menolong diri
sendiri (self help).

3. Strategi Bersaing.
Secara umum semua pemimpin negara di dunia ini selalu berorientasi
untuk mensejahterahkan bangsa dan negaranya masing-masing dengan
dihadapkan pokok masalah yang sama, yaitu seiring dengan perjalanan waktu,
jumlah warga negara secara kuantitatif bertambah dan dengan dihadapkan
dengan kebutuhan sumber daya alam, artinya pada satu sisi jumlah
masyarakat pengguna dan pemanfaat alam bertambah, tetapi alam yang
disiapkan oleh Tuhan pada manusia tetap sejak awal diciptakannya alam raya
ini hingga sekarang. Untuk menjadi suatu kenyataan tanpa pilihan bahwa
masyarakat dunia harus bersaing dalam mensejahterahkan bangsa dan
negaranya masing-masing. Untuk itu diperlukan adanya strategi bersaing
dalam batasan etika bersaing yang tidak merugikan bangsa lain akan tetapi
secara bersama merasa diuntungkan yang dalam istilah Jawa “menang tanpo
ngadorake liyan”, artinya menang tanpa merendahkan orang lain.
Fokus dalam strategi bersaing ada dua, yaitu persaingan kualitas sumber
daya manusia dan persaingan kekayaan alam. Sehingga dominasi manusia
184 Lembaga Keuangan Syariah

sebagai subyek pembangunan dan kegiatan ekonomi serta alam sebagai objek
pembangunan merupakan hubungan timbal balik yang harus dirumuskan serta
dituangkan dalam aturan perundang-undangan, sehingga tercipta
keseimbangan yang harmonis antara alam dan manusia. Kebutuhan manusia
untuk mengkonsumsi semua hajat hidup guna menjaga dan kelestarian serta
kelangsungan hidup manusia itu sangat terbatas, akan tetapi keinginan
manusia untuk menguasai sumber daya alam guna meningkatkan
kesejahteraannya itu tidak terbatas karena keinginan manusia untuk
menyimpan harta kekayaan di dunia ini menjadi tidak terbatas. Untuk itu
diperlukan etika ekonomi yang disandarkan pada kesadaran moral yang
bersumber dari budaya bangsa dan keyakinan Agama agar manusia terhindar
dari sifat rakus dan serakah dengan merugikan orang lain.
Dalam kegiatan ekonomi masyarakat strategi bersaing meliputi dua hal,
yaitu bersaing dalam hal sumber daya manusia yang dapat dari dua sisi, yaitu
jasmani dan rohani serta bersaing dalam hal kualitas dan keanekaragaman
sumber daya alam yang langsung disiapkan oleh Tuhan pada manusia dengan
batasan region atau wilayah negara masing-masing, sehingga porsi strategi
bersaing yaitu usaha manusia sebagai warga negara secara komprehensif
mengoptimalkan peran manusia dan alam guna menjaga dan meningkatkan
kegiatan ekonomi dalam rangka tercapainya kesejahteraan masyarakat bangsa
dan negara masing-masing.
Strategi bersaing di bidang SDM yaitu; Pertama, optimalisasi peran
pendidikan melalui dua jalur, yaitu pendidikan formal dan pendidikan informal
dengan satu tujuan yaitu peningkatan intelektual dan keterampilan
masyarakat suatu negara bila dihadapkan pada tingkat kualitas intelektual dan
Lembaga Keuangan Syariah 185

keterampilan masyarakat internasional. Dengan demikian standar kualitas


pendidikan berorientasi pada daya saing internasional dengan selalu
mempertimbangkan kondisi alam masing-masing; Kedua, strategi bersaing di
bidang budaya, karena budaya masyarakat yang tinggi dapat mempengaruhi
cara berfikir budaya masyarakat lokal yang dalam strata atau posisi di bawah.
Untuk itu perlu digali kembali budaya lokal yang mampu bersaing secara
internasional; Ketiga, strategi bersaing di bidang pemikiran, karena konsep
pemikiran para intelektual dapat merubah kebijakan negara dalam pergaulan
internasional. Artinya hasil pemikiran para intelektual merupakan out-put
paling berharga dalam sebuah negara; Keempat, kesadaran relegius yaitu
pemahaman masyarakat terhadap suatu Agama menjadi alat pemersatu
kebangsaan; Kelima, kondisi fisik dan kesehatan masyarakat merupakan modal
bersaing yang dominan dalam menunjang keberhasilan di segala bidang;
Keenam, bersaing dalam menata semangat juang dan kerukunan nasional
dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.
Kesadaran secara religius yang mempoisikan manusia sebagai khalifah di
dunia merupakan kesadaran utama yang mendasari tindakan moral manusia
untuk memanfaatkan alam dengan tetap menjaga lingkungan dan kelestarian
alam yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada manusia. Oleh sebab itu,
pemikiran tentang strategi bersaing dalam pengelolaan alam meliputi ;
Pertama, diperlukan kesadaran intelektual dalam kegiatan ekonomi untuk
melakukanriset dan mapping sumber daya alam, baik dalam jumlah kandungan
suatu jenis kekayaan alam pada satu lokasi tertentu sampai pada
keanekaragaman potensi alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dengan
tetap menjaga kualitas lingkungan serta dapat mengurangi dampak negatif
186 Lembaga Keuangan Syariah

paska pemanfaatan sumber daya alam tersebut. Pembangunan ekonomi


sebuah negara merupakan proes panjang yang berisi akumulasi kegiatan
ekonomi masyarakat, sehingga harus dipertimbangkan kepentingan generasi
mendatang; Kedua, teknologi pengelolaan umber daya alam haru berorientasi
secara efektif dan efisien, sehingga pengelolaan sumber daya alam tidak hanya
dihitung dari hasil pengelolaannya tetapi juga harus dihitung dampak yang
ditinggalkannya. Untuk itu orientasi teknologi tepat guna dan teknologi yang
secara sederhana dan murah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat; Ketiga,
bidang legislasi atau aturan perundang-undangan harus dibuat sejak awal
dengan selalu berorientasi pada kepentingan rakyat, bangsa dan negara.
Kepastian hukum dalam menata tata kelola sumber daya alam sangat sangat
penting guna menjaga keletarian alam serta menjaga ekosistem alam secara
terbuka, untuk itu perlu dibuat RUTR atau Rencana Umum Tata Ruang secara
nasional, sehingga semangat otonomi daerah tidak bertentangan dengan RUTR
secara nasional. Membangun kesadaran akan pentingnya pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam dengan tetap menjaga kualitas lingkungan
menjadi tugas bersama antara pemerintah dan masyarakat.

F. GLOBALISASI EKONOMI.
Perkembangan teknologi informasi yang cukup cepat dan diikuti dengan
berbagai perkembangan disiplin ilmu telah membawa masyarakat dunia dalam
satu mata rantai pergaulan yang seakan tanpa batas, semua jurang pemisah
seakan sempit, batas antar negara dapat diperpendek dengan teknologi
kedirgantaraan, ribuan penerbangan bahkan jutaan sorte penerbangan
pesawat yang menembus batas negara. Mobilitas pendidikan yang besar
Lembaga Keuangan Syariah 187

antara negara yang satu menuju negara yang lain kerap terjadi. Arus informasi
berkembang pesat menyebar keseluruh dunia. Masyarakat dunia seakan
dihadapkan pada tata dunia baru, yaitu sistem pergaulan masyarakat
internasional dengan satu budaya, yaitu budaya internasional dengan satu
kepentingan ekonomi, yaitu kesejahteraan masyarakat internaional secara
menyeluruh.
Masyarakat dunia terbentuk atas jajaran dan susunan masyarakat pada
semua negara yang satu dengan yang lain berinteraksi dalam aturan
kepentingan negaranya masing-masing, sehingga untuk menata pergaulan
internasional antar negara terutama berkaitan dengan kegiatan ekonomi
dunia, maka dibentuklah lembaga-lembaga internasional dalam naungan
organisasi PBB atau Perserikatan Bangsa-Bangsa. Interaksi sosial antar
masyarakat dunia tersebut dalam memperjuangkan kepentingan ekonomi
masing-masing negara, masing-masing kelompok dan masing-masing individu
disebut dengan Era Globalisasi, artinya masyarakat dunia ditata dalam norma
etika global yang menyeluruh mengikat antar negaranya. Akan tetapi yang
menjadi permasalahan besar adalah alat pengikat antar masyarakat dunia
terebut. Secara kasat mata, ikatan terebut bertumpu pada satu titik, yaitu
“kepentingan”, artinya hanya kepentingan kelompok dan individu yang
mendorng atau dasar motivasi dalam kegiatan ekonomi masyarakat dunia.
Interaksi sosial masyarakat dunia pada era globalisasi saat ini mendorong
timbulnya persaingan aktivitas ekonomi, sehingga setiap negara harus
merumuskan secara tepat porsi peran aktivitas ekonomi asing atau luar negeri
dalam suatu negara. Merumuskan aturan dalam suatu perundang-undangan
menjadi sangat penting dalam rangka melindungi kepentingan ekonomi
188 Lembaga Keuangan Syariah

masyarakat negara dan dalam rangka menjaga eksploitasi PMA secara


berlebih-lebihan yang dalam jangka pendek sekitar 5 tahun seakan
memakmurkan masyarakat setempat dengan membuka lapangan pekerjaan
baru, serta menambah perolehan pajak dan menambah cadangan devisa
negara, tetapi dlam kurun waktu 10 tahun sampai dengan 25 tahun kedepan,
nilai keruakan alam akan menjadi lebih besar bila dibandingkan dengan
keuntungan yang diperoleh selama ini. Dengan demikian praktik korporasi
global oleh perusahaan-perusahaan internasional harus dibatasi dengan
peraturan perundang-undangan yang proporional agar pelaksanaan kegiatan
ekonomi perusahaan korporasi dunia tidak bersifat liar dan merugikan
masyarakat setempat dalam waktu yang lama.
Ada beberapa sudut pandang dalam melakukan kajian terhadap
globalisasi ekonomi yang berkaitan dengan keejahteraan masyarakat dunia
dan sekaligus membangun kesejahteraan setiap warga negara.

1. Peran Lembaga Internasional.


Sebagian akademisi, pengamat dan praktii menilai bahwa keputusan dan
kebijakan ekonomi yang dibuat bahkan dipaksakan pada negara yang sedang
berkembang oleh lembaga-lembaga internasional bukan hanya atas dasar
kepentingan perekonomian secara adil dan mampu mensejahterahkan
masyarakat warga negara setempat, akan tetapi banyak keputusan tersebut
dibuat atas pertimbangan ideologi dan politik, sehingga peran lembaga
internasional dalam kegiatan ekonomi di sebuah negara menjadi bias bahkan
berdampak negatif pada waktu yang lama.
Lembaga internasional yang berhubungan langsung dengan kegiatan
ekonomi suatu negara, antara lain IMF (International Monetary Fund), IBRD
Lembaga Keuangan Syariah 189

(International Bank for Recontruction and Development) atau yang dikenal


dengan sebutan “Bank Dunia”, dan lembaga perdagangan internasional atau
disebut International Trade Organitation. Hampir semua lembaga internasional
dibangun atas dasar tujuan yang mulia, yaitu membuat aturan tata kelola antar
negara secara adil dan proporsional dengan tujuan akhit untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat internasional. Akan tetapi permasalahan mendasar
yang menjadi akar dari perbedaan persepsi dan perselisihan antar negara
yaitu; Pertama, perbedaan kepentingan prioritas antar anggota, sehingga ada
rasa kegamangan atas kemampuan lembaga tersebut dalam menyelesaikan
masalah internasional; Kedua, dominasi negara adikuasa, yaitu Amerika dalam
menentukan semua kebijakan organisasi, sehingga peran dari perangkat
organisasi negara selain Amerika menjadi terpinggirkan; Ketiga, generalisasi
masalah, padahal masing-masing negara mempunyai ciri khas dan
permasalahan yang khas juga, misalnya permasalahan perdagangan di Eropa
sangat berbeda dengan permasalahan di Asia; Keempat, adanya kekhawatiran
internasional atau bahkan kecurigaan internasional bahwa ada tersimpan
agenda khusus kepentingan negara-negara maju yang berkembang pada setiap
program kebijakan organisasi lembaga internasional tersebut. Kekhawatiran
dan kecurigaan itu menjadi sangat wajar, karena berdasarkan fakta di lapangan
sering terjadi pemaksaan kebijakan ekonomi secara drastis pada sebuah
negara, sehingga berdampak menyengsarakan warga negaranya. Sehingga ada
sebagian negara yang menolak intervensi atau bantuan dari lembaga
internasional tersebut dengan alasan untuk melindungi kepentingan internal
negaranya yang sekaligus menjaga kemakmuran rakyatnya.
190 Lembaga Keuangan Syariah

2. Globalisasi Sandang.
Jumlah masyarakat Indonesia diperkirakan akan menyentuh angka 300
juta orang per akhir tahun 2014, artinya keperluan akan pakaian mulai dari
sepatu, sandal, celana, baju dan sampai dengan tutup kepala serta kebutuhan
lain yang berkaitan dengan fashion yaitu tas, kosmetik, parfum dan lain-lain
sangat tinggi. Kekuatan produksi dalam negeri tidak sebanding dengan angka
permintaan, sehingga terjadi kepincangan antara supply and demand di pasar
dalam negeri. Tingginya angka permintaan kebutuhan sandang dalam negeri
akan banyak ditutupi dari hasil impor luar negeri, terutama dari Cina, India dan
Eropa. Kenyataan ini lebih diperpahit dengan tutupnya pabrik garment di
dalam negeri, karena tidak mampu bersaing dengan membanjirnya produk-
produk sandang dari negara Cina yang melalui jalur resmi impor dan melalui
jalur pasar gelap atau barang-barang selundupan. Sampai saat ini pemerintah
dari berbagai kalangan belum bisa berbuat banyak, baik dari sisi legislasi atau
penetapan atau quota impor sandang, insentif permodalan pada penguasa
local atau membantu terbukanya jalur marketing sandang guna membuka
akses pasar dalam dan luar negeri.
Ketahanan dan keamanan produk sandang dalam negeri harus diukur dari
segi kuantitas dan kualitas, sehingga masyarakat per-tekstil-an Indonesia
merasa menjadi tuan di dalam negeri sendiri. Demikian juga masyarakat
pengerajin batik, sepatu dan sandal dapat memperoleh berkah dari pasar
dalam negeri, terutama pada musim hari raya Idul Fitri, Natal dan tahun Baru.
Pemerintah harus segera memikirkan bentuk regulasi yang mendorong konsep
kemandirian sandang dengan mendukung hasil-hasil produk dalam negeri
serta dapat mengembangkan produk yang berkualitas ekspor.
Lembaga Keuangan Syariah 191

Pemerintah harus turun tangan karena terjadi ketimpangan persaingan


antara pemain sandang luar negeri dan dalam negeri. Porsi akses pasar impor
sandang harus ditata sedemikian rupa sampai menyentuh angka 20% untuk
pasar produk impor dan 80% untuk produk dalam negeri, sehingga amanat
Pasal 33 UUD 1945, kebutuhan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia sendiri, bukan dinikmati oleh
masyarakat luar negeri. Apalagi bila dikaitkan bahwa sektor sandang dapat
menyerap tenaga kerja yang relatif besar, sehingga dapat mengurangi angka
pengangguran. Ekonomi pasar bebas tidak boleh dibuka sebebas-bebasnta
yang menyebabkan para pelaku pasar liar tanpa kontrol dan menjadi tidal adil
apabila para pelaku pasar luar negeri dengan modal besar dan tingkat
keterampilan serta penguasaan teknologi yang tinggi dilepas secara bebas
untuk bersaing dengan pemain lokal yang memiliki modal terbatas dan
penguasaan teknologi yang rendah. Disinilah letak pentingnya pemerintah
menetapkan regulasi dengan pemetaan segmen pasar yang tepat dan dengan
porsi yang seimbang antara pemain lokal dan pemain internasional.
Dengan demikian, konsep pemikiran ekonomi Pancasila pada
implementasi kebijakan globalisasi sandang yaitu mengupayakan 80% minimal
kebutuhan sandang diproduksi di dalam negeri dan pemerintah melalui
mekanisme program bersama kelembagaan eksekutif, legislatif dan yudikatif
guna menyususn program bersama dengan para pelaku produksi lokal untuk
secara sinergi mengoptimalkan potensi dalam negeri. Apapun alasannya
kepentingan rakyat dan bangsa sendiri harus diutamakan dan diprioritaskan.
Kepentingan internasional tetap diakomodasikan, tetapi tidak lebih dari 20%
porsi kebutuhan nasional.
192 Lembaga Keuangan Syariah

3. Globalisasi Pangan.
Kehidupan beragama yang baik, cinta kepada bangsa dan negara serta
selalu berorientasi pada kemakmuran bersama antar masyarakat Indonesia
adalah dasar berfikir untuk mengelaborasi permasalahan kedaulatan pangan.
Kajian tentang globalisasi pangan berkaitan erat dengan ketahanan pangan
dan kedaulatan pangan, artinya dasar analisis berfikirnya adalah :
a. Jumlah total masyarakat Indonesia dikalikan dengan total kebutuhan
pangan dalam hitungan hari, bulan dan tahun, maka akan ditemukan
angka kebutuhan pokok, untuk kebutuhan beras harus dihitung dengan
rentan waktu musim panen, artinya kebutuhan stock beras minimal dalam
periode satu kali panen dan yang penting aman pada rentan waktu tiga
kali panen, sehingga ketahanan pangan relatif aman dengan tingkat
kebutuhan rata-rata 3 Ons sampai dengan 8 Ons beras per-hari untuk per-
kepala. Dengan dasar perhitungan garis tengah dapat diukur jumlah
kebutuhan beras total, yaitu jumlah total penduduk dikalikan 5 Ons beras
dan dilakilan lama waktu tiga kali panen. Apabila dalam persediaan stock
melebihi total kebutuhan tersebut, maka bisa dilakukan ekspor beras.
Total kebutuhan stock beras tersebut dapat berkurang apabila
masyarakat dapat menggunakan jenis makanan selain beras, misalnya ubi-
ubian, sagu, buah-buahan dan berbagai macam jenis makanan substansi
yang tersedia secara melimpah di bumi Indonesia. Apabila semua jajaran
pemerintah dan tokoh masyarakat dapat melakukan sosialisasi secara
bersama untuk menggeser pola makan masyarakat dari beras menjadi
ubi-ubian, maka ketergantungan terhadap tanaman padi akan berkurang.
Oleh sebab itu riset kesehatan tentang manfaat ubi-ubian terhadap daya
Lembaga Keuangan Syariah 193

tahan tubuh dan sebagainya harus segera dilakukan, kemudian dilakukan


proses edukasi pada masyarakat secara besar-besaran melalui media
Dalam perspektif ekonomi Pancasila, globalisasi pangan harus
dimaknai sebagai upaya untuk memperjuangkan terciptanya kedaulatan
pangan dan ketahanan pangan yang bersumber dari peranian,
perkebunan, perikanan dan peternakan, sehingga kesiapan pangan dapat
diukur dengan kebutuhna dasar per-orang dan kebutuhan maksimal per-
orang. Standarisasi ukuran tersebut akan menjadi bahan perdebatan
secara akademis batasan manusia Indonesia untuk bertahan hidup dan
dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Kebutuhan pangan orang Indonesia
sangat berbeda dengan kebutuhan pangan orang Eropa karena perbedaan
struktur anatomi tubuh. Akan tetapi yang menjadi ukuran adalah output
atau kinerja dalam aktivitas sehari-hari.
Proses edukasi masyarakat terhadap pola makan harus dilakukan
melalui hasil riset dan dilakukan sosialisasi secara besar-besaran agar
masyarakat tidak terjebak dengan pola makan, pemborosan dan makan
yang berlebih-lebihan yang mengakubatkan penyakit, fleksibilitas pola
makan dan jenis makanan menjadi sangat penting, sehingga campur
tangan pemerintah semakin berkurang, karena masyarakat secara sendiri-
sendiri dapat melakukan kemandirian pangan setiap kepala rumah tangga.
Kondisi yang sering terjadi adalah menjelang musim panen,
pemerintah disodori dengan data seolah-olah stock pangan menipis,
kemudian pemerintah membuka kran impor dengan quota yang cukup
besar. Pada saat panen, stock beras melimpah dan harga beras turun,
maka petani sangat dirugikan, kemudian yang kualitas bagus dari petani
194 Lembaga Keuangan Syariah

dibeli oleh pedagang dengan harga yang murah karena mekanisme pasar,
setelah itu para pedagang melakukan ekspor beras kualitas tinggi dengan
harga pasaran internasional, dan masyarakat Indonesia mengkonsumsi
beras kualitas rendah dari hasil impor. Kenyataan ini tidak boleh terjadi,
pemerintah dan DPR serta LSM harus terus memantau perkembangan
pangan dan mendeteksi dini mekanisme globalisasi pangan.
Apabila fokus kajian ketahanan pangan pada pertanian, khususnya
tanaman padi, maka analisisnya mencakup hal yang sangat kompleks;
Pertama, permasalahan SDM, karena mayoritas para petani berpendidikan
formal setingkat SD dan SMP, sehingga secara akademis, para petani hanya
sebagai pekerja kasar dengan mengandalkan rutinitas dan pengalaman
belaka, inovasi dan kreasi sulit didapatkan, untuk itu diperlukan tim
penyuluh pertanian dari kalangan akademisi dan peneliti; Kedua,
permasalahan lahan, lahan garapan petani sebagian besar kurang dari 1
Hektar, apalagi saat ini lahan-lahan subur sudah beralih menjadi
perumahan dan area industri, kenyataan ini menunjukkan bahwa aparat
daerah belum mempunyai perencanaan/RUTR yang berorientasi pada
mekanisme ketahanan pangan; Ketiga, permasalahan bibit, riset
pemerintah dan swasta harus diarahkan untuk melakukan kajian jenis
tanaman padi yang cocok dengan lahan tertentu baik dari unsur jenis tanah,
air atau curah hujan, ketinggian tanah dan permukaan laut, sinar matahari
dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut harus dilakukan kajian riset,
sehingga melalui tim penyuluh pemerintah dapat mengarahkan pada jenis
bibit yang tepat, dan pemerintah juga harus mampu menyiapkan bibit yang
berkualitas dengan harga yang bersaing. Artinya capur tangan pemerintah
Lembaga Keuangan Syariah 195

tentang masalah bibit sangnat diperlukan guna melindungi petani dari


kecurangan oknum tertentu; Keempat, Masalah irigrasi/pengairan, hal
tersebut sangat penting dalam pertanian terutama tanaman padi, hingga
saat ini masih banyak air aliran sungai tidak bisa dimanfaatkan secara
optimal pada lahan pertanian, upaya pemerintah untuk memanfaatkan
aliran sungai melalui pembangunan waduk atau bendungan mempunyai
manfaat ganda, yaitu manfaat untuk aliran irigrasi pertanian, manfaat
untuk sumber daya listrik dan manfaat untuk air bersih. Semua upaya
tersebut harus menjadi prioritas pembangunan oleh pemerintah pusat dan
daerah, garis sinergi antara program pemerintah pusat dan daerah serta
kebutuhan masyarakat akan memberikan efek positif untuk kesejahteraan
masyarakat secara menyeluruh dan multiplier effect; Kelima, masalah
pembiayaan, faktor pembiayaan untuk usaha pertanian hingga saat ini
dirasakan sangat mendesak, ada beberapa faktor keengganan kalangan
perbankan untuk menyalurkan kredit pada para petani, yaitu jarang sekali
petani mempunyai jaminan yang memadai dengan standar perbankan, dan
potensi gagal untuk membayarnya cukup tinggi. Disamping itu juga faktor
pendidikan para petani yang relatif rendah, untuk itu sudah saatnya
pemerintah membentuk bank khusus melayani para petani dengan
prosedur dan mekanisme yang sederhana serta pemerintah memberikan
insentif bungan atau mekanisme bagi hasil yang minimum, atau kalau
memungkinkan, pemerintah memberikan pinjaman kepada petani dengan
pinjaman “qordlu hasan” atau pinjaman tanpa bunga.
Insentif pemerintah di bidang pembiyaan pertanian harus dilakukan
dengan dasar pertimbangan bahwa mayoritas penduduk miskin adalah
196 Lembaga Keuangan Syariah

petani, sehingga upaya pemeritah untuk mensejahterakan petani berarti


juga upaya untuk memberantas kemiskinan, dan dilain pihak sektor
pertanian dapat menyerap tenaga kerja yang sangat banyak melebihi
sektor industri, dengan demikian program pemerintah untuk menambah
kesempatan kerja juga terpenuhi. Peruntukan pembiayaan dapat berupa
subsidi pupuk, subsidi bibit dan subsidi pengolahan lahan pertanian.
Untuk menjaga kelangsungan pembiayaan bagi petani semestinya
tertuang dalam perundang-undangan yang dalam hal ini sebagai porsi
DPR, sehingga dikemudian hari dengan perubahan pemimpin nasional,
karena faktor tidak merubah kebijakan pembiayaan sektor pertanian,
mind set kalangan perbankan dan pemerintah harus berubah dari jenis
pinjaman petani yang bersifat bisnis dengan bunga acuan pasar menjadi
suku bunga isentif, karena sektor pertanian secara langsung dan tidak
langsung memutar roda perekonomian nasional.
Dari sudut pandang ekonomi Pancasila, pembiayaan sektor pertanian
adalah tugas pemerintah melalui lembaga perbankan atau melalui
lembaga pembiayaan, itu bukan merupakan pilihan mekanisme
penyaluran saja, tetapi yang tepenting adalah lembaga tersebut tidak
boleh berorientasi keuntungan, tetapi juga tidak boleh merugi, sehingga
kewajiban petani untuk mengembalikan dana yang dipinjam merupakan
keharusan agar dana tersebut dapat bergulir ke sektor lain. Dengan
demikian harus dicarikan pola dan mekanisme yang sesuai dengan
kepentingan semua pihak, yaitu petani, pemerintah dan lembaga penyalur
pinjaman kepada petani; Keenam, permasalahan marketing/pemasaran,
semua hasil produk pertanian, baik yang masih mentah atau produk
Lembaga Keuangan Syariah 197

olahan tidak diperbolehkan untuk di-ekspor, meskipun harga internasional


lebih baik bila dibandingkan dengan harga di dalam negeri sebelum
kebutuhan dalam negeri terpenuhi, artinya konsentrasi kebutuhan dalam
negeri menjadi prioritas utama, kemudian kelebihan atau sisa dari
kebutuhan dalam negeri dilakukan ekspor dengan menggunakan aturan
perdangangan internasional (WTO), pemerintah dalam hal ini atase
perdagangan luar negeri dibawah koordinasi Duta Besar Indonesia yang
berposisi di negara-negara sahabat harus aktif melakukan kegiatan
marketing yang disesuaikan dengan potensi ekspor dalam negeri.
Mekanisme marketing dalam dan luar negeri melalui koordinasi
instansi terkait, yaitu Menteri dalam Negeri dan jajaran Pemerintah
daerah yang lebih mengetahui potensi daerahnya masing-masing, Menteri
Luar Negeri yang dalam hal ini Atase Perdagangan, Menteri Perdagangan
dan Kementrian Koperasi, senergi antar instansi harus dilakukan dalam
satu tim dan satu atap guna mempercepat proses dan mempersingkat
jalur birokrasi; Ketujuh, masalah kelembagaan, akomodasi kepentingan
masyarakat dalam kegiatan ekonomi disatukan dalam satu atau beberapa
lembaga guna menyatukan potensi dan sekaligus menjadi sarana untuk
mencari solusi bila terjadi permasalahan yang harus dipecahkan bersama.
Petani adalah mayoritas peserta pemilu dalam suksesi pemimpin nasional
dan pemimpin daerah, oleh sebab itu keterwakilan para petani dalam hal
kepentingan untuk memperjuangkan nasibnya harusnya terwakili secara
kelembagaan, akan tetapi terkadang kondisinya terbalik, karena semua
lembaga mengurusi petani atau paling tidak petani sebagai alasan sasaran
program setiap lembaga departemen. Akhirnya nasib dan kepentingan
198 Lembaga Keuangan Syariah

petani hanya sebatas sebagai objek. Untuk itu dalam pandangan ekonomi
Pancasila, petani harus diposisikan sebagai objek sekaligus sebagai
subyek, artinya ada ruang gerak petani untuk mengeksplorasi diri dalam
kegiatan berbangsa dan bernegara.
Kelembagaan yang terlibat langsung terhadap sektor pangan maupun
yang tidak terlibat langsung antara lain : Kementerian Pertanian, Lembaga
Perbankan, Kementerian Kehutanan, Kementerian Koperasi, Kementerian
Perdagangan, Kementerian Keuangan, Kementerian Pendidikan dan
Lembaga Sosial lainnya (LSM).
Kementerian Pertanian harus menyusun rencana startegis tentang
ketahanan pangan dan kedaulatan pangan secara nasional, mulai dari
kesiapan lahan, pengolahan lahan, masalah bibit, ketersediaan pupuk dan
sampai dengan industri dan distribusi hasil olahan pangan. Kementerian
Pertanian harus mampu memposisikan sektor pangan sebagai suatu
keharusan ideologi dalam arti demi alasan kemanusiaan, sehingga yang
menjadi dasar berfikir bukan menggerakkan pangan dengan parameter
pasar bebas, tetapi sektor pangan menjadi kewajiban bersama antara
pemerintah, petani dan pihak swasta.
Lembaga Perbankan mempunyai peran yang sangat penting dalam
upaya kemandirian pangan dan katahanan pangan, karena kegagalan
pada lembaga perbankan untuk menyalurkan modal ke sektor pertanian
akan berdampak besar pada kehidupan berbangsa dan bernegara107.

107
Wakil Presiden, DR Boediono dalam acara “Indonesia Banking Expo 2013”,
mengatakan yang intinya adanya kekhawatiran terhadap dominasi pihak asing di
lembaga perbankan nasional. Negara yang mengalami krisis atau kerapuhan secara
finansial adalah Eslandia dan Siprus, karena sebagian besar lembaga keuangan dikuasai
Lembaga Keuangan Syariah 199

Kementerian Kehutanan harus mewaspadai penggunaan potensi


hutan yang secara berlebih-lebihan di eksploitasi tanpa diimbangi dengan
reboisasi, sehingga keseombangan ekosistem hutan terganggu dan
menyebabkan bencana bagi masyarakat luas. Hutan merupakan mata
rantai kehidupan mulai dari penyiapan udara segar untuk fungsi paru-paru
dunia, fungsi resapan air hujan agar tidak terjadi musibah banjir dan tanah
longsor serta hutan menyimpan berbagai variasi tumbuhan dan hewan.
Dengan demikian dalam konsep ekonomi Pancasila, hutan dipandang
sebagai salah satu sumber kehidupan yang diamanahkan kepada manusia
untuk dimanfaatkan dan sekaligus harus dijaga kelestariannya, sehingga
manfaat hutan dapat berkesinambungan antar generasi dengan dasar
filosofi bahwa hutan bukan warisan para pendahulu, tetapi hutan adalah
titipan anak cucu generasi yang akan datang108.
Kementerian Koperasi turut berperan aktif dalam memobilisasi
petani melalu gerakan Koperasi yang disinergikan dengan program
fasilitasi oleh Dekopin, secara kultur gerakan Koperasi mempunyai
kedekatan dengan petani, nelayan dan gerakan ekonomi rakyat lainnya,

oleh pihak asing. Tidak ada alasan karena pasar bebas kemudian asing bebas
menguasai semua kelembagaan sehingga berdampak pada rapuhnya struktur
kebangsaan. Kelemahan struktur kelembagaan nasional disebabkan oleh adanya
Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1999 tentang Pembelian Saham bank Umum
pada Pasal 3 yang diperbolehkan hingga batas 99% oleh pihak asing.
108
Pada tanggal 23 November 1950 diselang gerakan rapat umum Tarutung, Bung
Hatta (Proklamator Kemerdekaan R.I.) mengatakan : ”bahwa setiap pohon yang diolah
perlu disertai penanaman bibit baru”, makna ungkapan tersebut adalah kesadaran
akan kelestarian fungsi hutan, danau dan sungai serta berbagai kandungan potensi
yang tersimpan didalamnya. Artinya setiap pengelolahan dan pemanfaatan lahan
harus mempertimbangkan cirri-ciri khas dan jenis wilayah, terutama dalam hal
kandungan unsur dalam tanah dan volumenya, tinggi rendahnya dari permukaan air
laut, komposisi kimiawinya serta arah sudut matahari dan tingkat kemiringan tanah.
200 Lembaga Keuangan Syariah

sehingga melalui wadah gerakan Koperasi, ketahanan pangan dan


kemandirian pangan dapat dioptimalkan. Dalam kaitan ini, nilai yang
dibangun pada Koperasi sejalan dan seiring dengan konsep ekonomi
Pancasila, meskipun tidak sama persis karena proses demokrasi Koperasi
adalah “ONE MAN ONE VOTE”, sedangkan konsep demokrasi ekonomi
Pancasila adalah keterwakilan dengan cara musyawarah yaitu “Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyahwaratan dan
perwakilan”. Kesadaran tersebut dibangun atas dasar pemikiran kualitas
SDM yang membedakan antara seorang Profesor dengan Mahasiswa,
antara seorang Kyai dengan Santri. Perbedaan status dan perilaku itu
menjadi suatu kewajaran seperti halnya seorang Direktur perusahaan
akan sangat berbeda porsinya dengan seorang pekerja kasar di
perusahaan tersebut, tanpa ijasah dan keahlian. Demikian juga perbedaan
antara seorang Panglima dan Prajurit109.
Peran Kementerian Perdagangan dalam fungsi kelembagaan secara
jeli harus melakukan mapping product yang menjadi skala prioritas ekspor
dalam menyongsong era globalisasi pangan, akan tetapi jajaran
Kementerian Perdagangan juga harus membagi produk barang-barang
termasuk hasil pertanian yang dikhususkan untuk keperluan ketahanan
pangan dan kemandirian pangan, jangan sampai terjadi kondisi kesalahan

109
Emil Salim dalam bukunya “Kerakyatan dalam Pembangunan”, mengatakan
bahwa : “Koperasi bukan badan usaha milik swasta atau perorangan, karena
motivasinya tidak mengejar keuntungan bagi orang per-orang. Koperasi bukan pula
Badan Usaha Milik Negara, karena yang memilikinya bukan negara. Koperasi adalah
badan usaha milik masyarakat, karena sifat Koperasi mengemban kepentingan
anggotanya sebagai anggota masyarakat yang memiliki hubungan kekeluargaan sosial
yang kepentingannya untuk memajukan masyarakat, sehinga pendekatan dalam
pengembangan Koperasi adalah “Halistik Integratif”.
Lembaga Keuangan Syariah 201

koordinasi antara Kementerian Pertanian dan Perdagangan, karena


kesalahan data, yaitu pada saat menjelang musim panen padi melakukan
impor beras dalam skala besar, sehingga harga beras dalam negeri hancur.
Hubungan timbal balik secara kelembagaan antara petani dan pemerintah
dalam prespektif ekonomi Pancasila harus selalu berorientasi pada
kepentingan rakyat banyak dan kepentingan bangsa dan negara.
Globalisasi perdagangan dapat dikatakan berjalan secara adil bila para
pelaku pasar bebas itu dalam tataran yang sama atau satu level,
kesamaan tingkatan SDM, kesetaraan permodalan dan kesesuaian dengan
kemampuan akses pasar. Ada istilah “jangan salahkan bila Harimau
memakan kambing bila antara Harimau dan kambing dijadikan dalam satu
kandang, tetapi yang salah adalah yang membuat aturan kalau Harimau
harus satu kandang dengan Kambing”. Inilah makna dari pengaturan
segmentasi pasar.
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan, Kementerian
Pertanian, Kementerian Perumahan dan Kementerian Dalam Negeri
membentuk Tim secara bersama-sama, melakukan kerja satu atap dalam
satu tugas besar, yaitu melakukan upaya “Revitalisasi Pertanian” dengan
maksud untuk menjaga kedaulatan pangan dan kemandirian pangan.
Langkah nyata yang dilakukan oleh Tim tersebut adalah; Pertama, Tim
harus mempunyai database dari hulu ke hilir tentang semua produk yang
berkaitan dengan pangan serta data jumlah penduduk per-daerah
sekaligus tingkat konsumsi tiap jenis pangan, karena masing-masing
penduduk suatu daerah mempunyai pola makan yang berbeda dan
melalui database tersebut memudahkan pemerintah untuk menentukan
202 Lembaga Keuangan Syariah

strategi pembinaan dan pengembangan serta pembangunan sumber-


sumber pangan; Kedua, Tim melakukan pemetaan lahan subur untuk area
tanaman pangan, hal ini untuk menghindari penggunaan lahan subur
untuk kepentingan industri dan perumahan. Untuk pengembangan
industri dan pembangunan perumahan diarahkan ke daerah tandus atau
daerah yang kuran berpotensi untuk lahan pangan. Dengan demikian akan
terjadi konsentrasi lahan tiap Propinsi tentang jenis-jenis bahan pangan
tertentu, kemudian masing-masing daerah dapat melakukan mekanisme
perdagangan antar daerah; Ketiga, Tim membuat aturan internal dalam
negeri, wilayah usaha yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pengusaha
besar, sedang dan sektor UMKM dan Koperasi, misalnya untuk sektor
tanaman padi hanya bisa digarap oleh petani dan UMKM serta Koperasi,
untuk sektor perikanan ikan budidaya dilakukan oleh pengusaha tingkat
menengah dan untuk sektor kelautan dan perikanan ikan tangkap
dilakukan oleh pengusaha besar. Dengan demikian tidak terjadi tumpang
tindih kebijakan serta semua pihak kalangan petani dan pengusaha
mempunyai wilayah bisnis masing-masing. Karena apabila tidak dilakukan
segmentasi pasar yang baik, maka pengusaha sektor UMKM dan Koperasi
serta para petani gurem akan dimangsa habis oleh pengusaha besar;
Keempat, tugas Tim adalah menjaga lingkungan hidup yang baik dan asri,
artinya kegiatan untuk menjaga kedaulatan pangan dan kemandirian
pangan tidak diperbolehkan untuk merusak lingkungan, baik wilayah
daratan maupun wilayah laut. Ekosistem di daratan dan di laut harus
terjaga dengan baik, karena untuk kelangsungan hidup generasi
mendatang. Kerusakan bisa diakibatkan oleh kegiatan ekonomi dalam
Lembaga Keuangan Syariah 203

negeri dan kegiatan ekonomi pihak luar negeri. Hingga saat ini potensi
ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) tidak terjaga dengan baik dan tidak
menghasilkan potensi ekonomi apapun, yang seharusnya setiap kapal-
kapal asing yang melalui jalur ALKI harus dipantau bahkan dikawal dengan
ketat untuk kepentingan keamanan dan kelancaran kapal-kapal luar
negeri dan sekaligus melakukan monitoring dari dekat, jangan sampai
kapal-kapal asing yang melalui jalur ALKI tersebut sambil membuang
sampah nuklir yang membahayakan atau mengambil kekayaan laut.
Lemahnya monitoring kegiatan kapal-kapal asing yang melalui jalut ALKI
disebabkan oleh lemahnya armada laut Indonesia dan terbatasnya
pesawat pengintai. Dengan adanya jaminan kemampuan dan pengawasan
sampai ke luar batas wilayah kedaulatan R.I. di laut, maka sudah
sepantasnya kapal-kapal yang melalui jalur ALKI harus membayar
kompensasi ekonomi. Hal tersebut dapat diperjuangkan melalui jalur
diplomatik, sehingga dalam prespektif ekonomi Pancasila, kelestarian
alam dan lingkungan hidup yang baik menjadi porsi khusus dalam
kerangka pembangunan nasional. Sehingga mkna “Revitalisasi Pertanian”
sebagai bagian dari ketahanan pangan dan kedaulatan terjaga dengan
baik110.

110
Anton Apriyantono, Menteri Pertanian, dalam sambutannya pada buku
“Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban”, mengatakan bahwa ; “kompleksitas
masalah pertanian meliputi hal-hal sebagai berikut ; Pertama, pertanian disamping
sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri juga untuk konsumsi luar negeri, dan
pola makan masyarakat bergeser dengan lebih banyak mengkonsumsi protein, lemak,
vitamin dan mineral; Kedua, pertanian sebagai lahan untuk lapangan pekerjaan yang
menyerab banyak tenaga kerja; Ketiga, misi kemanusiaan pertanian, karena 1,2 Milyar
manusia di dunia berada pada kondisi kemiskinan absolute dan 840 Juta jiwa
menderita karena kelaparan dan gizi yang buruk; Keempat, kelanjutan pertanian
204 Lembaga Keuangan Syariah

4. Globalisasi Papan.
Salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka kelangsungan hidup
selanjutnya untuk dirinya dan orang-orang yang dicintainya, yaitu segenap
keluarganya seperti kebutuhan akan perumahan atau kebutuhan papan.
Rumah sebagai tempat tinggal mempunyai bentuk yang berbeda antara satu
daerah dengan daerah yang lain, perbedaan tersebut dilatarbelakangi oleh
budaya setempat dan dibatasi oleh kondisi alam sekitarnya sebagai bahan
material perumahan. Dalam konsep ekonomi Pancasila, ketersediaan
perumahan yang layak huni dan berlokasi pada wilayah yang aman dan sehat
adalah merupakan hak warga negara, sehingga sudah menjadi kewajiban
pemerintah untuk memberikan pelayanan perumahan dengan syarat-syarat
tertentu dan dengan mekanisme kepemilikan atau proses transaksi yang
sederhana. Berdasarkan data statistik yang ada, jumlah penduduk Indonesia
sekitar 210 Juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 2% atau setara
dengan 4,2 Juta jiwa atau sekitar 1 juta kepala keluarga, dengan perkiraan
kebutuhan perumahan pata 10 tahun mendatang 1,5 Juta unit. Penyiapan
perumahan dengan campur tangan pemerintah secara langsung adalah
amanat atau tugas pemerintah sebagaimana diatur dalam GBHN Tahaun
1999/2001.
Resonansi pemikiran sebagian para praktisi dan pelaku pasar dalam negeri
serta cara berfikir sebagian birokrasi dan pejabat pemerintah atau bahkan para
akademisi, bahwa hak kepemilikan secara pribadi perumahan terhadap warga
negara asing dibuka dengan selebar-lebarnya dengan alasan untuk menarik

sebagai sistem ekologis; Kelima, pertanian merupakan harapan dan tuntutan


masyarakat global; Keenam, pada era globalisasi dan pasar bebas, maka pertanian
merupakan bagian dari sistem persaingan global terbuka.
Lembaga Keuangan Syariah 205

investor dan masuknya modal asing kedalam negeri guna meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi nasional. Cara berfikir tersebut didasarkan pada
praduga bahwa hanya dengan peningkatan investasi melalui PMA (Penanaman
Modal Asing), maka ekonomi nasional bisa berkembang dan rakyat bisa hidup
lebih sejahtera. Akan tetapi bila dilihat dengan pendekatan history investasi
asing secara berlebih-lebihan didalam negeri, apalagi dengan didukung
kepemilikan perumahan secara pribadi, maka akan menimbulkan masalah baru
dikemudian hari yang dampak resikonya jauh lebih besar daripada manfaat
masuknya modal asing tersebut ke Indonesia. Sejarah telah membuktikan
bahwa proses penjajahan Belanda melalui VOC adalah melalui mekanisme
perdagangan dan kemudian disusul dengan investasi kepemilikan lahan dan
yang terakhir adalah dipergunakannya kekuatan militer negara tersebut untuk
mempertahankan kepentingan ekonominya di dalam negeri. Masyarakat
Indonesia harus sadar, bahwa setiap investasi asing dengan besaran tertentu
akan diikuti oleh hadirnya tim inteligen asing guna memantau kepentingan
tersebut. Logika berfikir para akademisi, para politisi, para aparat pemerintah
serta para praktisi harus segera diluruskan, bahwa kemakmuran masyarakat
Indonesia itu berada diatas usaha dan upaya Bangsa Indonesia sendiri. Adapun
peran asing dalam tata perekonomian hanya sebagai katalisator dan hanya
sebagai refleksi pergaulan internasional di era globalisasi saat ini, sehingga
tidak benar apabila kepentingan nasional bangsa Indonesia diposisikan dalam
status ketergantungan pada investor asing. Campur tangan pemerintah guna
menata pola perumahan rakyat harus segera dioptimalkan dengan dasar logika
pembangunan bahwa prioritas dan orientasi pembangunan perumahan
206 Lembaga Keuangan Syariah

berpihak pada kepentingan rakyat dan selalu berpedoman dengan kesatuan


wilayah NKRI111.
Perdebatan pemikiran tentang globalisasi papan atau menata kebijakan
perumahan terutama berkaitan dengan Warga Negara Asing (WNA), maka
harus diletakkan pada kerangka berfikir; Pertama, Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat berbeda dengan negara
daratan dalam menata kebijakan pembangunan; Kedua, PMA hanya sebagai
katalisator proses pembangunan dalam rangka alih teknologi dan dalam rangka
pergaulan internasional; Ketiga, Prioritas strategi pembangunan dan kegiatan
ekonomi masyarakat adalah satu kesatuan wilayah NKRI; Keempat, perlu
adanya tempat khusus untuk melokalisir WNA guna mempermudah fungsi
kontrol; Kelima, harus diantisipasi pencemaran budaya oleh WNA yang
berdomisili di dalam negeri; Keenam, waspadai keterlibatan inteligen asing
pada setiap kegiatan ekonomi PMA; Ketujuh, penanaman konsep wawasan
nusantara yang melekat pada pola pikir praktisi, politisi dan akademisi.
Perdebatan hangat antara kepentingan ekonomi yang disandarkan pada
argumen, bahwa dengan pemberian hak milik terhadap orang asing untuk
menempati rumah dan tanah di Indonesia akan menambah volume investasi

111
Rheinald Kasali, seorang guru besar manajemen Universitas Indonesia pada
Harian Kompas tanggal 8 Februari 2010 menyatakan pemikirannya tentang perlunya
membuka pintu seluas-luasnya untuk kepemilikan properti bagi warga negara asing.
Pemikiran seperti ini sering terjadi dikalangan akademisi dan praktisi perumahan
dengan dasar pertimbangan akan masuknya investasi asing sebesar 3 hingga 6 Milyar
Dollar AS per-tahun. Berdasarkan data statistik yang ada, keberadaan pekerja asing di
Indonesia tercatat 83.452 orang, sehingga angka permintaan apartemen atau
perumahan 10.000 unit per-tahun. Dengan demikian menurut pandangan Ekonomi
Pancasila adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat penting dengan didukung
investasi PMA, tetapi dengan tidak mengorbankan kepentingan masyarakat dalam
jangka panjang.
Lembaga Keuangan Syariah 207

serta sekaligus akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri.


Pendapat tersebut berhadapan dengan prinsip Nasionalitas dalam kepemilikan
tanah, artinya segala bentuk kepentingan pembangunan termasuk
kepentingan ekonomi harus tunduk kepada kepentingan nasional yang
memposisikan bahwa bumi, air, ruang angkasa dan semua kekayaan alam yang
terkandung didalamnya menjadi hak milik Bangsa Indonesia secara penuh dan
pengelolaannya brtujuan hanya satu, yaitu kemakmuran Rakyat Indonesia. Hal
tersebut tertuang dalam Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi : “Bumi, air
dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”112.
Arah pembangunan nasional bidang perumahan yang bertujuan untuk
kesejahteraan masyarakat sampai kapanpun harus berpedoman secara
mendasar pada konstitusi, terutama UUD 1945. Sedangkan aturan
pelaksanaannya dapat berubah sesuai dengan perkembangan kondisi saat ini.
RUTR atau Rencana Umum Tata Ruang untuk pembangunan rumah dan
perumahan, kawasan pemukiman, rumah susun (rumah susun hunian dan
rumah susun non hunian) harus selalu berorientasi perencanaan yang

112
Dalam Pasal 1 Ayat 3 UUD 1945 menyatakan bahwa hubungan antara Bangsa
Indonesia dengan bumi, air dan ruang angkasa itu adalah hubungan yang bersifat
abadi, sehingga tidak ada alasan apapun dan tidak ada kepentingan ekonomi
bagaimanapun yang dapat memisahkan antara Rakyat Indonesia dengan bumi dan air
atau tanah airnya. Hal ini adalah buah dari Kemerdekaan yang di-Proklamasikan pada
tanggal 17 Agustus 1945. Argumen ini dibangun atas dasar pengalaman sejarah atau
pendekatan historis bahwa kepentingan asing dengan alasan dan dalih kemuliaan atau
alasan kemanusiaan sekalipun pasti akan berujung pada keuntungan dan kepentingan
bangsa dan rakyat mereka sendiri. Pendirian terakhir yang harus dipegang teguh dalam
konsep Ekonomi Pancasila adalah : “Hanya Bangsa Indonesia sendiri yang dapat
mensejahterahkan seluruh rakyat Indonesia dan hanya dengan kerja keras Bangsa
Indonesia dengan semangat persatuan dan kesatuan serta gotong royong yang dapat
membangun NKRI secara lahir dan bathin.
208 Lembaga Keuangan Syariah

didasarkan pada fungsi tanah dan manfaat lahan secara optimal, artinya
jangan sampai lahan subur untuk pertanian dimanfaatkan sebagai kawasan
pemukiman, sehingga berdampak negatif pada pengembangan sektor
pertanian. Untuk itu perencanaan pembangunan harus disusun secara
terintegratif dan menyeluruh. Dasar filosofi pembangunan rumah dan kawasan
pemukiman adalah memberikan penghidupan yang layak bagi rakyat Indonesia
lahir dan bathin dan dengan selalu berorientasi pada kesinambungan
kelangsungan hidup generasi mendatang serta terjaganya lingkungan yang asri
dan secra prinsip tanggung jawab perumahan adalah tugas negara.
Kewajiban negara untuk menyiapkan perumahan bagi seluruh rakyat
Indonesia tercantum dalam UUD 1945 Pasal 28H Ayat 1, yang menyatakan
bahwa ; “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat
tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”, artinya penyiapan perumahan menjadi
porsi pemerintah yang dalam pelaksanaannya dapat melibatkan unsur pelaku
pembangunan, yaitu badan usaha negara atau daerah, Koperasi dan swasta
serta keterlibatan semua komponen bangsa guna menata lingkungan
kehidupan yang aman, tenteram dan harmonis. Ketentuan tentang
pembangunan perumahan telah diatur dalam UU Nomor 4 tahun 1992 tentang
Perumahan dan Pemukiman yang selanjutnya disempurnakan dengan
terbitnya ketentuan UU Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Pemukiman. Dengan demikian sinergi antara pemerintah, swasta dan Koperasi
Lembaga Keuangan Syariah 209

mutlak diperlukan guna menata perumahan yang layak huni, yaman dan
lingkungan yang asri113.
Pembangunan perekonomian di Indonesia yang terus tumbuh dan
meningkat disemua sektor harus dimaknai sebagai pembangunan yang
berkelanjutan, artinya jangan sampai pemerintah dalam program
pembangunannya hanya mengejar data pertumbuhan ekonomi nasional
dengan mengedepankan investasi asing yang dalam REI (Real Estate Indonesia)
yang hanya berorientasi pada keunyungan sesaat, tetapi mengorbankan
kepentingan Bangsa dan Negara serta kepentingan antara kepentingan bisnis
dan kepentingan nasional dalam artian konsep berbangsa dan bernegara harus
diletakkan dalam sudut pandang pemikiran secara proporsional dengan
pendekatan historis, sehingga pembangunan ekonomi Indonesia tidak
kebablasan atau kacang lupa kulitnya. Rasionalitas konsep perumahan adalah

113
Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rohim Lubis dalam bukunya “Kepemilikan
Properti di Indonesia termasuk Kepemilikan Rumah oleh Orang Asing”, penerbit
Mandar Maju, 2013, Bandung, Hal.19, mengatakan bahwa hek perorangan Warga
Negara Indonesia atas tanah yaitu ; a) Hak Milik, artinya kepemilikan dan penguasaan
seseorang atas satuan luas tanah yang dapat dimanfaatkan atas objek tersebut dengan
berbagai kepentingan yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan dan etika sosial dalam waktu yang tidak terbatas, Hak Milik adalah hak
terkuat dan terpenuh yang dimiliki oleh warga negara; b) Hak Guna Usaha, yaitu hak
untuk menguasakan atas tanah dalam luas tertentu yang dikuasai oleh negara dalam
jangka waktu tertentu dan tidak bertentangan dengan perundang-undangan untuk
pengembangan usaha pertanian, perikanan, peternakan dan usaha lain yan sah; c) Hak
Guna bangunan, yaitu hak untuk mendirikan bangunan; d) Hak Pakai, yaitu hak untuk
memperoleh hasil dan manfaat dari tanah yang diperoleh atas perjanjian tertentu; e)
hak Pengelolaan, yaitu hak menguasai dari negara yang kewenangan pengelolaannya
dilimpahkan kepada pemegang hak.
210 Lembaga Keuangan Syariah

hak konstitusi warga negara, bukan kepentingan bisnis yang diutamakan. Inilah
arti penting dari Demokrasi Ekonomi114.

5. Globalisasi Pendidikan.
Kemajuan budaya suatu bangsa dimanapun di dunia ini diawali dengan
kesadaran pendidikan, karena hanya dengan ilmu pengetahuan, harkat dan
martabat manusia dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, pola pikir dan
pola tindak manusia berubah kearah yang lebih baik juga melalui pendidikan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merubah cara hidup manusia
dengan teknologi transportasi, jarak antar negara menjadi dekat dan dalam
waktu yang tidak terlalu lama ribuan manusia dapat berpindah dari suatu
tempat ke tempat yang lain, bahkan jutaan manusia dapat bergerak sekaligus
dalam satu tempat, seperti hanlnya pada saat ibadah Haji bagi umat Muslim.
Teknologi informasi dan komunikasi telah mempercepat manusia untuk
melakukan transformasi barita, bahkan dapat melakukan kegiatan ekonomi
transaksi bisnis antar benua dapat dilakukan melalui media internet dan
telepon. Kemajuan sains dan teknologi juga membuat pergeseran perilaku
manusia sebagai dampak interaksi budaya antar negara melalui media televisi.

114
Koran Jakarta Pos, tanggal 7 Januari 2010, F. Teguh Satria, Ketua Dewan
Pengurus Pusat REI mengatakan : meski harga property di Indonesia murah, tetapi
orang asing tidak berminat membelinya. Suharso Manuarfa, Menpera atau Menteri
Negara Perumahan Rakyat mengatakan bahwa jika orang asing bisa membeli dan
memiliki property di Indonesia, maka hal itu akan berdampak positif bagi
perekonomian nasional. Kedua pemikiran tersebut di atas harus diuji secara akademis
tentang manfaat dan kerugian jangka panjang terhadap kepemilikan asing atas
property terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, akan tetapi secara prinsip
argumen yang dibangun adalah fungsi pemerintah dalam konstitusi adalah
menyiapkan perumahan bagi rakyat, bukan menyiapkan perumahan bagi orang asing.
Lembaga Keuangan Syariah 211

Hal inilah yang menjadi bukti kenyataan Era Globalisasi yang tidak dapat
dihindari oleh semua negara di dunia.
Era Globalisasi dapat diartikan sebagai proses interaksi secara menyeluruh
semua sistem kehidupan manusia dari berbagai aspek kepentingan menuju
satu titik tujuan, yaitu kesejahteraan bersama. Globalisasi harus difahami
sebagai suatu proses, sehingga kesiapan semua pihak melalui pendidikan
untuk berinteraksi sosial, proses interaksi tersebut menjadi sempurna bila
derajat pendidikan setara antar anggota masyarakat, oleh sebab itu parameter
globalisasi adalah kesetaraan, sehingga diperlukan waktu yang berbeda antar
manusia untuk memahami suatu aspek kehidupan, karena perbedaan
kecerdasan, perbedaan pendidikan dan perbedaan budaya. Apabila aplikasi
globalisasi dimaknai sebagai bentuk persaingan kegiatan ekonomi, maka sudah
jelas hasilnya kelompok yang kuat, kelompok yang lebih cerdas dan kelompok
pemodal besar akan memakan pada kelompok yang lemah. Maka disinilah
letak pentingnya fungsi negara guna menlindungi rakyatnya dan melindungi
sumber daya alamnya dari keserakahan dan penguasaan oleh warga negara
asing karena keunggulan penguasaan teknologi dan keunggulan dari sisi
permodalan. Dari sisi positif, era globalisasi akan mempercepat proses
kemajuan budaya warga masyarakat negara yang sedang berkembang. Tetapi
dari sisi negatif, era globalisasi akan menjadi alat penjajahan modal baru oleh
negara maju kepada negara yang sedang berkembang. Seluruh kekayaan
negara yang sedang berkembang akan diserap habis oleh negara maju dan
212 Lembaga Keuangan Syariah

warga masyarakat negara yang sedang berkembang akan dijadikan kuli atau
pekerja kasar di negaranya sendiri115.
Kesadaran akan pentingnya pendidikan secara konstitusional telah
tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alenia Keempat yang berbunyi,
“kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa ……”, kemudian dalam Pasal 31 UUD 1945 ditegaskan bahwa
; Pertama, adanya kesadaran semua pihak dan semua komponen bangsa
bahwa memperoleh pendidikan yang layak dan proporsional sesuai dengan
kebutuhan masyarakat Indonesia adalah hak warga negara yang harus
disiapkan dengan baik oleh pemerintah; Kedua, pada tataran pendidikan dasar,
yaitu SD dan SMP setingkat adalah kewajiban setiap warga negara yang
semestinya diikuti oleh sanksi hukum, karena merupakan kewajiban, sehingga
pemerintah harus dapat memaksa setiap warga negara pada usia SD dan SMP
untuk mengikuti pendidikan, akan tetapi pemerintah juga harus menyiapkan
semua sarana dan perangkat pendidikan dengan baik; Ketiga, adanya
kesadaran akan pentingnya sistem pendidikan nasional yang mampu menjadi
sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta perilaku yang baik
sesuai dengan norma sosial dan norma agama, yaitu akhlak yang mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan demikian menata sistem

115
Adi Sasono dalam bukunya “Menjadi Tuan di Negeri Sendiri, Pergulatan
Kerakyatan, Kemartabatan dan Kemakmuran”, penerbit Grafindo Books Media,
Jakarta, 2013, pada kata pengantar penulis mengatakan yang intinya ketergantungan
ekonomi suatu negara terhadap sumber daya asing akan menjadikan negara tersebut
“kuli di negeri sendiri”, sehingga Bangsa Indonesia harus bangkit dan saatnya untuk
berani mandiri agar “menjadi tuan di negeri sendiri”.
Lembaga Keuangan Syariah 213

pendidikan nasional harus berorientasi pada dua hal, yaitu kecerdasan fikir dan
keunggulan pribadi yang berakhlak; Keempat, 20% APBN dan APBD harus
diprioritaskan untuk anggaran pendidikan, angka tersebut adalah batas
minimal, sehingga pemerintah dapat meningkatkan anggaran tersebut sesuai
dengan situasi dan kondisi masyarakat; Kelima, adanya kesadaran
keseimbanagn pendidikan sains-teknologi dan nilai-nilai agama serta persatuan
bangsa untuk secara simultan dapat memajukan peradaban dan kesejahteraan
umat manusia, artinya tidak mungkin kesejahteraan itu dapat dicapai tanpa
adanya pendidikan. Bangsa yang besar itu diawali oleh kesadaran pendidikan
yang baik116.
Analisis globalisasi pendidikan saat ini diarahkan pada pokok bahasan
tentang ; a) pendidikan yang berorientasi pada semangat cinta tanah air
dengan dasar kesadaran Nasionalisme kebangsaan; b) revolusi pendidikan
sebagai upaya untuk mengejar ketertinggalan perangkat pendidikan dan hasil
didik serta membangun budaya pendidikan disetiap lini kehidupan masyarakat
Indonesia; c) pendidikan sebagai komoditi, artinya pemahaman sebagai
pencemaran orientasi pendidikan yang semula menjadi wadah pejuangan
menjadi bergeser ke orientasi bisnis yang menguntungkan secara materi; d)

116
Aulia Rezabastian dalam bukunya “Reformasi Pendidikan”, peneribit Lappera
Pustaka Utama, Yogyakarta, 2002, Halaman 93. Mengatakan bahwa kemajuan dan
kejayaan bangsa Yunani dan Romawi diawali oleh revolusi pendidikan dengan revolusi
pendidikan academy yang dirintis oleh Plato dan gurunya Socrates di Athena pada 400
tahun Sebelum Masehi. Kemajuan dan kejayaan bangsa Arab pada masa Islam diawali
dengan revolusi pendidikan di Bayt Al-Hikmah pada masa kepemimpinan Harun Al-
Rasyid, sehingga melahirkan berbagai ilmu dan sains di bidang Ilmu Kedokteran
moderen, matematika, fisika dengan para ilmuwan yang terkenal waktu itu adalah
Ibnu Rusd, Ibnu Sina, Al Kundi, Al Farabi, dan sebagainya. Pada kejayaan bangsa Eropa
diawali dengan revolusi pendidikan House of Wisdom yang melahirkan peradaban bari
dunia dengan ilmuwan Francis Bacon, Jamess Watt, Sir Isaac Newton, dan sebagainya.
214 Lembaga Keuangan Syariah

pendidikan tepat guna, artinya pendidikan yang berorientasi langsung pada


dunia kerja, sehingga terjadi sinkronisasi antara kurikulum, bahan pengajaran
dengan tuntutan dunia kerja; e) pendidikan sains-teknologi dan agama, artinya
terjadi harmonisasi dan keseimbangan antara penguasaan ilmu yang
mempelajari tentang sains-teknologi dengan pemahaman ilmu agama; f)
perangkat pendidikan, yaitu segala sesuatu yang mendukung secara langsung
dan tidak langsung pada proses belajar-mengajar.
Secara empiris-objektif setelah masa Orde Baru dan berganti dengan Era
Globalisasi, seakan-akan terjadi letupan dan semangat demokrasi yang kurang
terarah. Kenyataan tersebut secara objektif dapat dilihat pada dua sisi yang
berbeda; Pertama, mungkin disebabkan oleh gelora semangat yeng terpendam
masa Orde baru dengan segala keterbatasan untuk berekspresi dan semangat
untuk ikut serta berpartisipasi secara langsung dalam dunia politik tidak
tersalurkan, maka pada masa reformasi, semuanya dikeluarkan atau semua
yang ada di dalam hati dan fikiran dimuntahkan dalam suasana yang berbeda,
sehinga semua terasa tidak proporsional, masyarakat kebanyakan baru
mencari bentuk implementatif demokrasi, para pelopor reformasi seolah-olah
lupa bahwa masyarakat memerlukan proses edukasi atau pendidikan
demokrasi yang memerlukan waktu pemahaman, sehingga reformasi menjadi
sosok bayangan fatamorgana, seakan-akan terputus benag merah hukum
sebab dab akibat, sehingga para pelopor demokrasi sendiri tidak mendapatkan
suara terbanyak dalam Pemilu berikutnya. Inilah bukti secara empiris bahwa
reformasi berjalan dengan mencari bentuknya sendiri seperti bayi yang baru
lahir dan ditinggal begitu saja oleh orang tuanya; Kedua, secara kelembagaan
dan personal reformasi telah menjaga jarak dengan induknya, yaitu Pancasila
Lembaga Keuangan Syariah 215

dan UUD 1945, sehingga sangat jarang para tokoh reformasi berbicara tentang
nilai-nilai kultur Bangsa Indonesia yang tertanam secara idiologis dalam
Pancasila. Untuk itu perlu ditata kembali pemahaman dan pengembangan
Pancasila, sehingga sangat terasa sekali generasi muda bangsa ini
membutuhkan Pancasila117.
Kegagalan hasil didik saat ini yang menampilkan para tokoh terpelajar
terdidik dalam perguruan tinggi, baik yang bersifat sains-teknologi atau yang
berlatar belakang agama melakukan tindakan korupsi yang merugikan negara.
Secara empiris menjadi bukti akan pentingnya pembangunan pendidikan yang
berwawasan nasionalisme-kebangsaan dengan semangat Pancasila sebagai
perekat antar golongan, antar partai dan antar suku, sehingga terbangun
keutuhan ikatan kesatuan dalam bingkai NKRI apapun profesinya dan apapun
latar belakang pendidikannya, karena pada hakekatnya Pancasila tidak dapat

117
Koran Kompas, Minggu 2 juni 2013, dengan judul tukisan “Pancasila makin
dibutuhkan Bangs ini” (revitalisasi situs Bung Karno), yaitu : Nilai-nilai Pancasila kini
terus tergerus, baik dalam praktik tata kelola pemerintahan maupun dalam kehidupan
sosial kemasyarakatan sehari-hari, padahal Pancasila merupakan roh bangsa yang
semakin dibutuhkan untuk menghadapi tantangan dan persoalan bangsa ini.
Selanjutnya Wakil Presiden, Boediyono dalam peringatan hari Lahirnya Pancasila di
Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur yang sekaligus dirangkaikan dengan kegiatan
peresmian situs Bung Karno, mengatakan : yang intinya bahwa takdir Indonesia adalah
hidup dalam kebhinekaan yang telah ada sejak sebelum berdirinya negeri ini. Dengan
mengutip kalimat Bung Karno : kebhinekaan itu harus dirawat dan dikelola dengan
cara keberadaban, tidak ada tindakan kekerasan, tindakan menindas dan tindakan
menyingkirkan, terutama terhadap yang lemah, sungguh bertentangan dengan yang
berkeadaban itu. Indonesia masih menghadapi ketegangan dan konflik komunal di
sejumlah daerah. Pancasila akan efektif dalam praktik sosial bangsa jika diwujudkan
dalam berbagai hukum positif yang mengatur hidup bersama. Ideologi Pancasila sangat
penting dalam politik untuk membangun Bangsa Indonesia dalam kebhinekaan dan
kesatuan yang diperjuangkan oleh Bapak Pendiri Bangsa.
216 Lembaga Keuangan Syariah

dipisahkan dengan bangsa Indonesia seperti halnya tidak dapat dipisahkan


antara jasad manusia dan roh untuk hidup dan kehidupan.
Globalisasi pendidikan sebagai respon dari perkembangan atas kemajuan
teknologi informasi harus dimaknai dalam batasan koridor ke-Indonesiaan,
artinya dalam konteks pemahaman kultur dan nilai-nilai serta norma-norma
Bangsa Indonesia yang tetap terjaga dalam setiap pengambilan keputusan dan
kebijakan Indonesia. Pancasila sebagai perwujudan dari sintesa nilai-nilai luhur
Bangsa Indonesia harus dijadikan sebagai acuan dan pedoman pendidikan
nasional. Agar jiwa raga para peserta didik tidak terpisahkan dengan gelora
semangat nasionalisme kebangsaan dan akan terhindarkan dari godaan untuk
membawa bangsa ini menuju dasar ideologi agama118.
Sudah saatnya bangsa ini merumuskan dengan baik pola pendidikan
dengan meletakkan kerangka dasar pemahaman Pancasila dan semangat cinta
Tanah Air Indonesia serta kesadaran kebhinekaan budaya dan agama.
Kesadaran tersebut dituangkan dalam bentuk bahan pengajaran yang masuk

118
Koran Republika, tanggal 1 Juni 2013, hari Sabtu, dengan judul tulisan “Pancasila
dan Demokrasi Kita”, yang intinya mengatakan : sejak dirumuskan oleh Bung Karno
pada tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI atau Badan Persiapan Usaha
Penyelidikan Kemerdekaan Indonesia waktu itu, Pancasila mampu menjadi alat
perekat sekaligus sebagai wahana penghubung dan dapat menyatukan beraneka
ragam suku, aliran, agama, adat istiadat di Indonesia. Godaan untuk mendirikan agama
dalam konteks Indonesia tidak sesuai dengan morabilitas dan multikulturalitas
Indonesia. Pada tahun 1970-an Orde baru berhasil untuk mengangkat isu asas tunggal
Pancasila yang dapat diterima oleh semua golongan, suku dan berbagai kelompok
agama. Akan tetapi pasca reformasi, godaan untuk mengangkat tema perdebatan
untuk menegakkan negara agama, sehingga seakan-akan Bangsa Indonesia jalan di
tempat dalam aspek politik tentang ideologi negara. Untuk itu segenap komponen
bangsa mulai saat ini bertekad bulat bahwa tidak akan tergoda lagi untuk mengangkat
isu tentang kembalinya “Piagam Jakarta”, sehingga energi bangsa dapat dimanfaatkan
pada aspek yang lain guna mengisi kegiatan yang positif untuk pembangunan nasional
yang dapay mensejahterahkan masyarakat Indonesia secara menyeluruh.
Lembaga Keuangan Syariah 217

dalam kurikulum pendidikan mulai daritingkat SD, SMP, SMU dan Perguruan
Tinggi. Secara berjenjang materi ajaran disampaikan dengan menarik, sehingga
tidak membosankan mulai dari tataran filosofi, legislasi atau perundangan dan
implementasi sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Rapuhnya pemahaman
tentang Pancasila dan lemahnya semangat juang untuk cinta Tanah Air
Indonesia akan berdampak pada lemahnya rasa memiliki sebagai bagian dari
masyarakat Indonesia, sehingga kepentingan pribadi dan kepentingan
kelompok menjadi dominan jauh diatas kepentingan nasional. Hal inilah yang
menjadi sebab salah satunya korupsi yang dilakukan oleh praktisi partai politik,
seakan terjadi perlombaan menguras kekayaan bangsa secara nasional
menjadi kekayaan pribadi dan kelompok. Untuk itu pendidikan nasional harus
dapat mendistribusikan secara benar pemahaman Pancasila kedalam semua
aspek kehidupan. Pancasila bukan hanya sebagai ideologi politik dan sosial
kemasyarakatan, tetapi Pancasila juga sebagai ideologi ekonomi Bangsa
Indonesia yang kedepan diharapkan akan mampu menjawab tantangan zaman
pada era globalisasi119.

119
Koran Republika, tanggal 3 Juni 2013, dengan judul tukisan “Kemanakah
Ekonomi Pancasila?, yang ditulis oleh Iman Sugerna, inti tulisan tersebut adalah ;
Pertama, Pancasila merupakan dasar dan sumber dari ideology Ekonomi Pancasila
yang keberadaannya sebagai autitesis dari ideology besar ekonomi yang sudah
berjalan saat ini, yaitu Kapitalisme dan Komunisme; Kedua, Ideologi Komunisme sudah
hamper punah dan ideologi Kapitalisme sedang terkoyak dan kehilangan arah dalam
menghadapi krisis keuangan di Amerika dan Eropa; Ketiga, diperlukan pijakan yang
jelas untuk menyusun konsep pemikiran Ekonomi Pancasila; Keempat, gagasan
Ekonomi Pancasila yang dirintis oleh Profesor Mubyanto dari Universitas Gajah mada
harus ditindaklanjuti oleh akademisi generasi sekarang; Kelima, adanya kesadaran
akan dangkalnya tujuan akhir Kapitalisme dan Komunisme yang menempatkan
kesejahteraan materialisme sebagai tujuan akhir kegiatan ekonomi, sehingga tujuan
tersebut menjadi kering dan dangkal, karena posisi manusia tidak banyak berbeda
218 Lembaga Keuangan Syariah

Revolusi pendidikan, artinya harus dibuka opini dan isu dalam masyarakat
secara besar-besaran untuk melakukan soaialisai akan pentingnya pendidikan
masyarakata yang berkelanjutan, terarah dan adanya sinkronisasi dengan
dunia kerja, orientasi pendidikan lebih fokus pada aspek efektif, yaitu arah
pendidikan yang lebih menitikberatkan pada pembentukkan karakter dan
pembentukkan keterampilan atau skill. Strategi pendidikan juga harus
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut ; a( Faktor perkembangan
dan strategi ekonomi global yang berkaitan dengan tenaga kerja yang harus
disiapkan oleh dunia pendidikan sehingga semua hasil didik dapat terserap
secara keseluruhan pada kegiatan ekonomi; b) Kondisi geografi Indonesia
sebagai negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau dengan tanah yang
subur dan dengan dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan, sehingga
dapat dilihat melalui pendekatan historis empiris bahwa sektor kelautan dan
pertanian akan menyerap tenaga kerja yang paling banyak, untuk itu prioritas
dan perhatian masyarakat dan pemerintah mulai dari anggaran, peraturan
perundangan sampai dengan prioritas industri dan pendidikan tertuju pada
dua sektor tersebut, yaitu kelautan dan pertanian tanaman pangan; c) Harus
melihat kecenderungan masyarakat atas pilihan untuk memasuki dunia kerja,
karena kecenderungan tersebut akan mendatangkan niat dan motivasi belajar
peserta didik; d)Secara bertahap pemerintah harus berani membebaskan biaya
pendidikan di tingkat perguruan tingga atau Diploma dengan prioritas
pendidikan yang mendukung pengembangan sektor kelautan, pertanian
tanaman pangan, transportasi yaitu pendidikan pilot dan pelayanan

dengan makhluk lain, hewan yang hanya mencari kebutuhan hidup di dunia tidak
disertai dengan keyakinan di akhirat kelak.
Lembaga Keuangan Syariah 219

kedokteran dan perawat, serta pendidikan yang berorientasi pada teknologi


terapan. Strategi prioritas pendidikan tersebut sekaligus untuk memenuhi
pasar tenaga kerja internasional.
Revolusi pendidikan dengan memberikan beasiswa pada sektor prioritas,
yaitu perawat, bidan dan dokter, pilot, kapten kapal, maintenance peralatan
rumah tangga dan montir kendaraan bermotor akan menjadi fokus utama atau
sebagai tujuh sektor andalan untuk memenuhi permintaan pasar tenaga kerja
internasional. Sehingga strategi global pendidikan fokus pada tujuh bidang
tersebut. Dengan demikian pemerintah akan dapat menyerap pengiriman TKW
untuk pembantu rumah tangga yang merendahkan martabat dan harga diri
bangsa secara internasional. Arus masuknya cadangan devisa negara melalui
TKI yang disebut dengan istilah sebagai “pahlawan devisa” dapat melalui tujuh
sektor tersebut. Pasar tenaga kerja global akan dibanjiri oleh tenaga-tenaga
terampil yang berkualitas tinggi dari Indonesia yang tersebar keseluruh dunia.
Tujuh sektor pendidikan prioritas yaitu; perawat, bidan, dokter, pilot,
kapten kapal, maintenance peralatang rumah tangga dan montir kendaraan
bermotor akan menjadi prioritas dan revolusi pendidikan yang secara
tersendiri ditangani oleh yim khusus dan mendapat prioritas anggaran, baik di
pusat dan daerah. Strategi untuk merebut pasar tenaga kerja global tersebut
melalui pendidikan yang secara penuh dan bertahap dibiayai oleh negara.
Pemerintah daerah juga harus bergerak untuk mengambil salah satu dari tujuh
sektor revolusi pendidikan tersebut menjadi abdalan daerahnya masing-
masing dan khusus para siswa atau peserta didik diberikan beasiswa
pendidikan di luar negeri. Tujuh sektor prioritas pendidikan tersebut secara
bertahap akan dapat menguasai opini global bahwa tenaga kerja Indonesia
220 Lembaga Keuangan Syariah

pada tujuh sektor tersebut dapat mengungguli tingkat profesionalitas dari


tenaga kerja negara manapun.
Pendidikan sebagai komoditi ekonomi yang menguntungkan adalah
orientasi para pemain investasi pendidikan yang menanamkan modalnya di
Indonesia sebagai dampak dari globalisasi pendidikan. Peluang bisnis
pendidikan global ini muncul dari adanya kecenderungan masyarakat
Indonesia yang tingkat ekonominya menengah keatas untuk menyekolahkan
anaknya di perguruan tinggi ternama di luar negeri, terutama di Amerika dan
Eropa. Ada tiga alasan munculnya kecenderungan tersebut; Pertama, para
orang tua menengah keatas berpendapat berharap putra dan putrinya untuk
mendapatkan pendidikan yang berkualitas tinggi di luar negeri dan sekaligus
membuka wawasan internasional bagi generasi penerus, akan tetapi dibalik
artian tersebut adalah tingkat kepercayaan masyarakat ekonomi menengah
keatas terhadap kualitas pendidikan menurun, sehingga lebih percaya
terhadap kualitas pendidikan di luar negeri; Kedua, terbatasnya jumlah peserta
didik pada perguruan tinggi negeri fakultas tertentu; Ketiga, faktor gengsi atau
harga diri keluarga apabila anak-anaknya dapat menimba ilmu di luar negeri.
Ketiga alasan tersebut yang mendorong para orang tua dengan tingkat
pendapatan menengah keatas oleh para pelaku ekonomi global ditangkap
sebagai peluang bisnis yang menggiurkan, karena akan mendatangkan
keuntungan yang besar dan dengan resiko yang relatif kecil, akan tetapi bila
dilihat secara mendalam bahwa memposisikan pendidikan sebagai bagian
komoditi ekonomi global adalah proses polusi atau pencemaran atsmosfer
pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat
melalui pendidikan menjadi orientasi untung dan rugi. Pergeseran niat inilah
Lembaga Keuangan Syariah 221

yang menjadi fokus utama dalam penghayatan secara implementatif ekonomi


Pancasila, yaitu menempatkan tanggung jawab moral diatas kepentingan
ekonomi semata.
Pendidikan tepat guna, yaitu arah pendidikan nasional disesuaikan dengan
kebutuhan dunia kerja. Hal ini didasarkan pada hukum sebab dan akibat,
sehingga semua hasil didik akan dapat mengisi keperluan atau kekosongan
dunia kerja, dengan demikian sistem pendidikan harus diatur secara berjenjang
dan disesuaikan dengan kebutuhan daerah, kebutuhan tenaga kerja secara
nasional dan global. Hubungan timbal balik antara dunia kerja dan dunia
pendidikan akan berjalan dengan baik apabila terjadi tingkat harmonisasi
antara pihak yang bergerak di sektor perdagangan dan industri seirama dengan
pihak yang bergerak dibidang pendidikan, yang dalam hal ini pemerintah, yaitu
Menteri Pendidikan dan semua perangkatnya secara aktif bekerjasama dengan
kementerian lainnya, terutama Menteri Tenaga Kerja, Menteri Perindustrian,
Menteri Perdagangan dan Menteri Pendayaan Aparatur Negara dan semua
pihak yang terlibat langsung dan tidak langsung dalam penggunaan tenaga
kerja sebagai hasil didik, kemudian dituangkan dalam suatu kebijakan secara
nasional, akan tetapi secara desentralisasi dapat dilakukan dengan baik di
daerah.
Kesadaran akan pentingnya sistem pendidikan yang mengakomodasikan
kepentingan lokal, nasional dan global telah terwujud dengan hadirnya
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang menggantikan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1989, didalam Undang-Undang tersebut secara sadar
melibatkan masyarakat secara langsung dalam menata arah pendidikan
nasional. Hal tersebut tertuang dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 20
222 Lembaga Keuangan Syariah

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan yang mengatakan bahwa; masyarakat


berhak berperan aktif dalam sistem pendidikan. Dengan demikian sistem
pendidikan saat ini bersifat terbuka untuk membuka peluang sebesar-besarnya
bagi masyarakat, artinya sistem pendidikan saat ini bukan monopoli aparat dan
perangkat Menteri Pendidikan semata.
Didalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan, secara tidal langsung tersirat pengertian bahwa sistem pendidikan
nasional saat ini harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan
bagi semua warga negara, peningkatan mata pendidikan dan kualitas hasil
didik, serta relevansi dan efisien seistem pendidikan dan manajemen
pendidikan untuk menghadapi tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional
dan global, sehingga sangat mutlak dilakukan secara terencana, terarah dan
berkesinambungan dengan melibatkan semua kemampuan bangsa120.
Untuk menuju pendidikan yang tepat guna, maka setiap kabupaten,
propinsi dan tingkat nasional harus mempunyai database tentang kebutuhan
riil tenaga kerja pada setiap sektor dan jumlah pertumbuhan angkatan kerja
yang siap pakai, artinya dengan tingkat keterampilan tertentu yang
dipersyaratkan serta jumlah tenaga kerja yang tidak terampil atau tenaga kerja
yang tidak terdidik. Kemudian database tersebut digunakan sebagai acuan dan
pedoman untuk menentukan strategi pembangunan nasional bidang

120
Soegeng Sarjadi Sukardi Rinakit dalam bukunya “Memahami Indonesia”, Jakarta,
2006, Hal. 7-8, yang intinya mengatakan bahwa masalah pokok Bangsa Indonesia
adalah masalah kemiskinan, ketenaga kerjaan, pendidikan dan kesehatan. Khusus
masalah pendidikan sangat penting bagi pemerintah untuk mengambil langkah-
langkah optimalisasi peran Pesantren, taman belajar dan bermain untuk anak-anak
guna mengakomodasi kepentingan rakyat yang tidak mampu untuk biaya sekolah, hal
ini sebagai jawaban atas maraknya komersialisasi pendidikan.
Lembaga Keuangan Syariah 223

pendidikan, dengan demikian akan terjadi sinkronisasi antara dunia kerja dan
dunia pendidikan.
Pendidikan sains-teknologi dan Agama secara proporsional, artinya
keseimbangan antara pendidikan yang berlatar belakang teknologi sehingga
output bagi hasil didik adalah kecerdasan intelektual dan pendidikan morak
keagamaan, sehingga output bagi hasil didik adalah kejujuran dan kecerdasan
emosional yang terbentuk dalam pembangunan karakter atau caracter
building.
Gambar 4

Sains-Teknologi O Kecerdasan
Orientasi u Intelektual Orientasi
pendidikan t pendidikan
masyarakat P masyarakat
Indonesia u Kejujuran Indonesia
Moral Keagamaan t dan Ketaqwaan

Maraknya korupsi saat ini bukan dilakukan oleh orang-orang yang tidak
terdidik, tetapi dilakukan oleh orang-orang terpelajar sebagai akibat lemahnya
sistem pengajaran yang hanya memprioritaskan intelektual semata, terkadang
pendidikan Agama pun hanya sebatas pengetahuan Agama saja, tidak
menyentuh pada pembentukkan karakter dan pembentukkan pola pikir serta
pola tindak, sehingga korupsi tetap jalan meskipun mereka mengetahui bahwa
korupsi itu merugikan negara dan bertentangan dengan norma Agama. Sikap
seperti ini merupakan dampak tidak langsung dari globalisasi pendidikan yang
berkolerasi dengan globalisasi cara berfikir yang negatif. Untuk itu kurikulum
pendidikan dan semua guru, dosen dan pendidik lainnya termasuk para Ustadz
dan tokoh masyarakat serta para peserta didik, yaitu para murid, mahasiswa
224 Lembaga Keuangan Syariah

dan para santri serta semua stakeholder yang berkaitan dengan pendidikan
secara bersama-sama berupaya dengan penuh kesadaran untuk membangun
nmasyarakat Indonesia seutuhnya, yaitu sejahtera lahir dan bathin.
Pembangunan manusia seutuhnya melalui jalur pendidikan formal dan non
formal akan menghasilkan generasi bangsa yang unggul di tengah pergaulan
internasional121.
Dari sudut pandang pendidikan masyarakat, globalisasi harus dimaknai
sebagai kenyataan yang harus diterima tetapi dengan sikap kehati-hatian,
karena jangan sampai isu globalisasi hanya dipakai sebagai alat oleh negara
maju untuk menguasai sumber daya alam negara yang sedang berkembang,
demikian juga jumlah penduduk Indonesia yang besar nomor empat di dunia
setelah Cina, Amerika dan India hanya sebagai target pasar dari semua produk
dari negara maju, sehingga Indonesia dikemudian hari menjadi pusat proyek
dan percobaan teknologi negara maju. Kenyataan pahit ini akan terjadi bila
proses pendidikan masyarakat Indonesia gagal membentuk masyarakat yang

121
Darsono Prawironegara dalam bukunya, “Ekonomi Politik Globalisasi” yang
dalam satu tulisan Muji Sutkisno (Penerbit : Nusantara Consulting, Jakarta, 2010) Hal.
17 mengatakan yang intinya adalah : dewasa ini telah terjadi krisis moral sebagai
dampak dari globalisasi, moral religius secara bertahap tetapi pasti terkikis dan
tergerus oleh gelombang capital global. Ada istilah “Homo Homini Lupus dan Homo
Economicus”, artinya secara umum manusia akan menjadi Srigala bagi manusia yang
lain dan manusia hanya berfikir untung dan rugi, artinya terjadi pergeseran nilai dan
moral Agama menjadi moral dunia semata. Globalisasi telah membawa manusia dari
hidup berdampingan, saling membantu, gotong royong dalam kedamaian menjadi
hidup dalam persaingan, saling memangsa satu sama lain karena berebut harta. Dan
globalisasi telah merubah kemuliaan manusia sebagai ciptaan Tuhan yang dipercaya
sebagai khalifah atau wakil Tuhan untuk menjaga dan memelihara alam seisinya
menjadi manusia yang rakus dan serakah yang tidak jarang mengeksploitasi sesama
manusia, merusak alam dan mencemari lingkungan dengan segala macam polusi.
Lembaga Keuangan Syariah 225

unggul dalam sains dan teknologi serta santun dalam bersikap dan berperilaku
serta terpelihara dari kecurangan, korupsi dan penistaan bangsa sendiri.
Hal yang paling penting sebagai seorang guru atau dosen adalah
membangun sikap, perilaku dan pola pikir untuk mengerti alasan pentingnya
belajar. Dasar motivasi yang berfungsi sebagai tenaga pendorong semangat
belajar antar siswa sangat berbeda karena dilatar belakangi oleh kondisi
keluarganya masing-masing dan kehidupan siswa sehari-hari, misalnya anak
seorang petani, anak seorang pedagang, anak seorang penjahit, anak seorang
guru, dan lain-lain mempunyai alasan berbeda untuk belajar. Terkadang
perilaku di sekolah atau di kampus juga berbeda, heteroginitas sikap dan
perilaku tersebut merupakan tantangan bagi penduduk untuk mengantar
kondisi awal yang berbeda menjadi hasil kompetensi yang sama atau dengan
input yang berbeda-beda, tetapi output harus sama atau tidak jauh berbeda,
sehingga pengaruh proses sangat dominan. Adapun proses yang paling
dominan adalah latar belakang guru atau dosen untuk mengajar dan mendidik
serta latar belakang motivasi siswa untuk belajar, akan tetapi bila antara guru
dan siswa sudah seiring satu niat dan motivasi yang sama dalam proses belajar,
maka dengan sendirinya standar kompetensi sesuai jenjang pendidikan akan
terlampaui. Ibarat makan, tidak usah kepingin kenyang, tetapi bila makan terus
maka perut pasti akan kenyang, dan tidak usah kepingin pintar, tapi kalau
belajar terus maka pintar itu akan datang dengan sendirinya, dan tidak usah
kepingin standar kopetensi itu tercapai, kalau terjadi sinkronisasi niat dan
motivasi yang sama antara guru dan siswa dengan baik maka standar
kopetensi itu akan tercapai dengan sendirinya. Pemikiran ini disandarkan pada
satu keyakinan norma Agama, bahwa manusia hanya letaknya berusaha dan
226 Lembaga Keuangan Syariah

kerja keras, sedangkan hasil akhir Tuhan yang menentukan, akan tetapi
ketentuan Tuhan tidak akan jauh dari usaha manusia, karena inilah hukum
sebab-akibat.
Sistem pendidikan yang sentralistis tertuang pada Undang-Undang Nomor
2 Tahun 1989 yang digantikan oleh sistem pendidikan desentralistis Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003. Signifikansi perbedaannya adalah pada proses
pengambilan keputusan. Artinya pada sistem pendidikan yang sentralistis
semua keputusan pengelolaan kualitas dan standar kompetensi pendidikan
sampai pata tataran teknis diatur oleh Pusat. Pendek kata, sistem manajemen
pengelolaan pendidikan dari hulu ke hilir ditentukan oleh Pusat. Adapun sistem
pendidikan desentralistis, proses manajemen pendidikan melibatkan unsur
Daerah bahkan masyarakat dilibatkan secara langsung dalam sistem tersebut.
Secara umum, yang menentukan hasil didik dan kualitas pendidikan adalah
proses interaksi antara guru dan murid. Adapun unsur-unsur yang lain adalah
unsur pendukung. Tidak jarang pendidikan dengan fasilitas apa adanya tetapi
dengan semangat mengajar guru yang dibarengi oleh motivasi belajar siswa
yang baik akan menghasilkan hasil didik yang baik, demikian juga tidak jarang
pendidikan dengan fasilitas memadai semua sarana dan prasarana terdukung
dan perangkat pendidikan yang tercukupi tetapi menghasilkan hasil didik yang
tidak baik, misalnya para koruptor tingkat kakap atau koruptor besar adalah
mayoritas hasil dari proses pendidikan dengan fasilitas yang memadai. Oleh
sebab itu, faktor mental manusianya yang menjadi dominan dalam
menentukan hasil didik. Terkadang para akademisi dan politisi terjebak menilai
kualitas pendidikan dari yang lahir dan nyata tetapi unsur mental dan
kepribadian luput dari penilaian. Oleh sebab itu penting untuk ditata kembali
Lembaga Keuangan Syariah 227

menentukan parameter guna mengukur hasil didik dengan dua sudut pandang,
yaitu aspek lahir dan aspek bathin, kecerdasan intelektual dan kecerdasan
emosional.
Semua bangsa di dunia menyadari bahwa sektor pendidikan adalah hal
yang sangat penting dalam pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia tiap-
tiap negara. Karena tanpa didukung oleh Sumber Daya Manusia yang bagus,
niscaya semua aspek pembangunan akan menemui kegagalan. Untuk itu,
khususnya Bangsa Indonesia harus pandai merumuskan tantangan yang
dihadapi bidang pendidikan di era globalisasi, karena kegagalan merumuskan
tantangan yang dihadapi maka akan menimbulkan kegagalan dalam
menentukan arah dan model pendidikan yang dilaksanakan saat ini dan yang
akan datang, sehingga berdampak luas pada generasi yang akan datang.
Analogi yang digunakan adalah seperti pasukan yang sedang berperang, harus
mengetahui jenis senjata lawan, jumlah pasukannya dan ketahanan mental
tempur lawan, sehingga dengan data awal tersebut, Sang Panglima Perang
akan dapat menentukan jenis senjata, jumlah personel dan karakter satuan
dan karakter masing-masing personel serat pengalaman tempur dalam
pertimbangan untuk berhadapan dengan lawan tersebut. Dengan demikian
harus dengan cermat untuk merumuskan tantangan pendidikan di era
globalisasi saat ini. Adapun rumusan tantangan tersebut ada empat, yaitu;
Pertama, proses alkulturansi budaya atau pembauran budaya secara
internasional yang berdampak pada pencemaran budaya lokal; Kedua,
kompetisi riset dan teknologi; Ketiga, pasar tenaga kerja internasional yang
kompetitif; Keempat, SDM pengelolaan potensi ekonomi nasional, sehingga
dengan perumusan tersebut dapat dicarikan solusi kreasi pendidikan guna
228 Lembaga Keuangan Syariah

menghadapi era globalisasi pendidikan. Harapan kedepan Bangsa Indonesia


akan tampil sebagai pemenang dalam kompetisi pendidikan yang akan
mengangkat harkat dan martabat bangsa di dunia internasional.
Setelah berhasil merumuskan dengan baik tantangan pendidikan di era
Globalisasi saat ini, maka harus pula dirumuskan langkah-langkah untuk
mengantisipasinya. Adapun rumusan tersebut adalah; Pertama, arah
pendidikan nasional harus berorientasi pada ketahanan budaya lokal dan
budaya nasional dengan skala prioritas pada pemahaman jiwa patriotisme-
nasionalisme kebangsaan; Kedua, prioritas anggaran pendidikan pada
pembangunan kesadaran dan keterampilan bidang riset dan teknologi serta
pengembangannya; Ketiga, pembangunan pendidikan nasional berorientasi
pada pasar tenaga kerja internasional; Keempat, arah pendidikan nasional
adalah pendidikan yang tepat guna sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Secara umum dapat difahami bahwa ketahanan dan kewaspadaan sektor
pendidikan nasional guna mengadapi kompetisi pendidikan global harus
diciptakan bangunan untuk prioritas pendidikan pada tiga pokok materi, yaitu
nasionalisme kebangsaan, spiritual keagamaan dan kecerdasan sains-
teknologi.
Gambar 5
Ketahanan dan Kewaspadaan Sektor Pendidikan

Nasionalisme-Kebangsaan

Sains-Teknologi

Spiritual Keagamaan
Lembaga Keuangan Syariah 229

Dengan demikian akan terbangun semua potensi bangsa menuju kualitas


manusia Indonesia yang tangguh lahir dan bathin guna menyongsong era
globalisasi pendidikan saat ini dan tantangan masa depan122.
Dengan demikian, dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam konsep ekonomi Pancasila sangat disadari bahwa pembangunan suatu
bangsa harus dimulai dari tata kelola dengan baik sistem pendidikan nasional
sehingga menghasilkan generasi yang unggul lahir dan bathin, berkualitas
dalam sains-teknologi serta mampu mengimplementasikan dengan baik nilai
spiritual keagamaan dalam bingkai kesadaran kebhinekaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kualitas SDM
masyarakat Indonesia secara menyeluruh adalah modal dasar bangsa untuk
menghadapi era globalisasi yang dari sisi positif menjanjikan kemakmuran
masyarakat dunia, tetapi dari sisi negatif adalah bentuk baru penjajahan atau
kolonialisme negara maju terhadap negara yang sedang berkembang dan
sekaligus sebagai alat legalisasi penyerapan kekayaan alam negara sedang
berkembang oleh negara maju yang didukung dengan berbagai teknologi
modern serta kemampuan permodalan yang besar. Hasil laut, tambang,
kekayaan hutan tropis dan berbagai kekayaan alam lainnya akan dikuras habis
oleh negara maju dengan kendaraan pasar bebas.

122
UNESCO (United Nation Educational Scientific and Cultural Organization)
merumuskan tentang empat pilar pendidikan; a) Learning to know; b) Learning to do;
c) Learning to be; d) Learning to live together, dengan demikian guna menjawab
kebutuhan tersebut diatas, maka dibutuhkan orientasi pendidikan di Indonesia yang
meliputi; a) Kekuatan kelembagaan yang terintegratif; b) Sistem pendidikan yang
berwawasan pada tantangan kedepan serta sesuai dengan tuntutan masyarakat pada
tingkat lokal, nasional, regional dan internasional; c) Pendidikan yang berwawasan
nasionalitas kebangsaan dengan dilandasi pada pemahaman secara luas mental
keagamaan; d) Penghayatan pada jiwa toleransi dan pluralisme dan kebhinekaan.
230 Lembaga Keuangan Syariah

BAB III
TATA KELOLA KEUANGAN SYARIAH

Secara kelembagaan DSN atau Dewan Syariah Nasional, secara teknis


bertugas untuk melakukan sosialisasi tentang tata kelola keuangan dalam
transaksi ekonomi yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah, sehingga
masyarakat dan para pelaku ekonomi terhindar dari kegamangan antara halal
dan haram. Proses sosialisasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu sosialisasi
secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dilakukan dengan
tatap muka, seminar, diskusi di kantor perbankan atau di kampus atau
dilakukan di masjid, musholla, surau atau madrasah dan lain sebagainya.
Adapun sosialisasi secara tidak langsung dapat dilakukan melalui media cetak,
media elektronik dan lain sebagainya. Yang penting pada prinsipnya informasi
tentang tata kelola keuangan secara syariah sampai pada masyarakat pada
umumnya dan sampai para pelaku ekonomi pada khususnya123.

A. UMUM.
Globalisasi yang ditandai oleh salah satunya adalah pesatnya
perkembangan teknologi informasi, sehingga berdampak pada percepatan
komunikasi antar masyarakat dunia terutama pada aspek transaksi ekonomi.
Objek transaksi yang meliputi bidang keuangan, bidang jasa transportasi,

123
Tata kelola keuangan syariah yang secara langsung diimplementasikan pada
lembaga keuangan syariah yang utamanya pada perbankan syariah merupakan hasil
kajian komprehensif, sehingga dapat sejajar dengan praktik ekonomi konvensional.
Dengan demikian hasil kajian para pelopor pemikiran ekonomi Islam dapat dinikmati
oleh masyarakat luas. Mervn K. Lewis dan Latifah M. Algaoud, Perbankan Syariah-
Prinsip, Praktik dan Prospek, (Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2007), 27.
Lembaga Keuangan Syariah 231

bidang manufaktur dan sektor hulu-hilir dan bidang-bidang lain yang


dibutuhkan oleh masyarakat secara umum, mulai dari kebutuhan primer,
kebutuhan barang-barang sekunder dan barang-barang tertier serta barang-
barang subsitusi. Untuk itu diperlukan regulasi dan prinsip-prinsip transaksi
agar semua pihak atau para pihak terlayani dengan baik. Untuk menjaga
keseimbangan transaksi agar tidak ada yang dirugikan adalah alasan kuat
adanya tata kelola ekonomi pada umumnya dan tata kelola keuangan pada
khususnya secara syariah. Artinya semua komunikasi bisnis dilakukan dan
dijalankan dengan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist, sehingga terbebas dari
praktik riba, gharar dan maisyir.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari kegiatan
ekonomi atau transaksi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sejarah telah mencatat bahwa pada periode awal digunakan model transaksi
barter atau pertukaran barang kemudian digunakan transaksi ekonomi dengan
mata uang emas dan perak yang kemudian menggunakan mata uang kertas
dan selanjutnya menggunakan kartu elektronik. Akan tetapi dalam bentuk
apapun model transaksinya harus terhindar dari unsur riba.124
Secara bahasa, Riba berarti “ziyadah” atau tumbuh dan membesar dan
didalam kajian ilmu Fiqih, riba dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Riba Nasiah
dan Riba Fadhl. Pengertian keduanya adalah sebagai berikut: Riba Nasiah
adalah bentuk transaksi pinjam-meminjam dimana pihak peminjam atau
“mudlorib” harus mengembalikan uang kepada yang mempunyai uang atau

124
Mata uang dengan bahan dasar perak adalah Dirham yang diterbitkan oleh
Kerajaan Persia. Sedangkan mata uang dengan bahan dasar emas adalah Dinar yang
diterbitkan oleh Kekaisaran Romawi. Di dalam konsep ekonomi Islam, mata uang tidak
boleh diperjual-belikan. Fungsi uang hanya sebagai alat pembayaran mendatang.
Ahmad Hasan, Mata Uang Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), 30.
232 Lembaga Keuangan Syariah

“Shahibul Maal” dalam tempo waktu tertentu dengan jumlah pengembalian


pokok plus bunga yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun Riba Fadhl
adalah pertukaran barang yang sejenis tetapi berbeda jumlah atau beratnya
atau beda ukurannya.
Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (2) Ayat 278:
٢٧٨ َ‫ٱلربَ ٰ ٓواْ إِن ُكنتُم ُّم ۡؤمِ نِين‬ َ َّ ْ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ٱتَّقُوا‬
َ ‫ٱَّلل َوذَ ُرواْ َما بَق‬
ِ َ‫ِي مِ ن‬
Artinya : 278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman.

Pengertian Ayat tersebut di atas adalah agar ransaksi ekonomi yang sudah
terlanjur berjalan saat itu untuk meninggalkan sisa riba. Artinya riba
merupakan budaya atau kebiasaan yang sudah melekat pada kehidupan
masyarakat jahiliyah Arab pada waktu itu. Sehingga untuk menghindar atau
menjauhi praktik riba memerlukan proses waktu yang sangat panjang bahkan
sampai dengan saat ini sisa-sisa riba atau praktik riba masih berjalan, yaitu
dengan bukti adanya renternir di pasar-pasar tradisional.125
Secara empiris dasar mendasar dilarangnya riba karena ada pihak yang
diuntungkan, yaitu pemilik modal atau Shahibul Maal dan pihak yang dirugikan
adalah peminjam atau mudlorib. Padahal Islam menghendaki tidak ada pihak
yang dirugikan dan tidak ada pihak yang merugikan. Kaidah ini tercantum

125
Konsep ekonomi Islam mendatang melarang adanya praktik ekonomi atas dasar
penipuan, eksploitasi kedloliman, merugikan orang lain, riba, gharar, maisyir dan bisnis
pada objek yang diharamkan. Dengan demikian orientasi bisnis dalam Islam adalah
ketaatan pada akidah agama. Yusuf Al-Qaradhawi, Halal Haram Dalam Islam, (Jakarta :
Akbar Media Eka Sarana, 2004), 318.
Lembaga Keuangan Syariah 233

dalam Hadist Nabi yaitu: “La dharara wala dhirar”, artinya tidak rugi dan tidak
merugikan orang lain.
Untuk memudahkan pemahaman dapat juga dikatakan bahwa riba dalam
pengertian umum bertolak belakang dengan sedekah. Artinya jika seseorang
melakukan kegiatan sedekah maka bentuk pemberian harta pada orang lain
secara ikhlas tanpa mengharapkan apapun pengembalian dari besaran uang
yang disedekahkan. Adapun riba adalah jenis pemberian pinjaman yang
mengharapkan pengembalian yang lebih besar dari pokok pinjaman terebut
dan lebih jauh dari itu. Sifat sedekah adalah amal ibadah untuk kehidupan
akhirat, sedangkan riba hanya untuk keuntungan dunia secara ribadi. Dan lebih
dalam lagi kajian pemikiran pada objek transaksi pinjaman tercantum di dalam
Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (2) Ayat 280:
٢٨٠ َ‫ر لَّ ُك ۡم إِن ُكنت ُ ۡم ت َعۡ لَ ُمون‬ٞ ‫صدَّقُواْ خ َۡي‬
َ َ ‫ة َوأَن ت‬ٞۚ ٖ ‫س َر‬ ُ ‫َوإِن َكانَ ذُو‬
َ ‫عسۡ َر ٖة فَنَظِ َرة ٌ إِلَ ٰى َم ۡي‬
Artinya : 280. Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka
berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian
atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

Apabila dikaji secara mendalam maka pengertian Ayat tersebut di atas


menggeser niat transaksi ekonomi yang awalnya bertujuan mencari profit atau
keuntungan semata menjadi niat ibadah karena bentuk pinjaman menjadi
menyedekahkan. Artinya lebih jauh dan lebih dalam.126

126
Mencari keuntungan di akhirat dengan cara bersedekah pernah dicontohkan
oleh sahabat Rasulullah, yaitu Abu Bakar yang pada saat Perang Tabuk terjadi pada
bulan September tahun 630 M dengan menshodaqohkan seluruh hartanya senilai
40.000 Dirham. Muhammad Ridha, Sirah Nabawiyyah, Penerjemah: Anshori Umar,
(Jakarta : Irsyad Baitus Salam, 2010), 769.
234 Lembaga Keuangan Syariah

Pemahaman terhadap setiap transaksi dalam Islam selalu menghadirkan


“Tuhan”. Artinya Tuhan hadir dan menyaksikan disaat manusia para pelaku
ekonomi melakukan kegiatan transaksi, baik secara tunai atau tidak tunai.
Demikian juga pada Ayat tersebut terdapat arti tersirat bahwa hakekat pada
transaksi ekonomi adalah dalam rangka tolong-menolong. Demikian juga
dijelaskan di dalam Al-Qur’an Surat Al-Maa’idah (5) Ayat 2:
ٓ
َ‫ي َو ََّل ۡٱلقَ ٰلَئِدَ َو ََّلٓ َءآ ِمينَ ۡٱلبَ ۡيت‬ ۡ َ ‫شهۡ َر ۡٱل َح َر‬
َ ‫ام َو ََّل ٱل َه ۡد‬ َّ ‫ٱَّلل َو ََّل ٱل‬ َ ْ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ََّل تُحِ لُّوا‬
ِ َّ ‫ش ٰعَٓئ َِر‬
‫اْ َو ََّل يَ ۡج ِر َمنَّ ُك ۡم شَنَ َٔٔ انُ قَ ۡو ٍم أَن‬ٞۚ ‫طادُو‬ َ ۡ‫ا َوإِذَا َحلَ ۡلت ُ ۡم فَٱص‬ٞۚ ‫ض ٰ َو ّٗن‬ۡ ‫ض ًّٗل ِمن َّربِ ِه ۡم َو ِر‬ ۡ َ‫ام يَ ۡبتَغُونَ ف‬َ ‫ۡٱل َح َر‬
ْۘ
‫ٱۡل ۡث ِم‬
ِ ۡ ‫علَى‬ َ ْ‫علَى ۡٱل ِب ِر َوٱلتَّ ۡق َو ٰ ِۖى َو ََّل تَ َع َاونُوا‬ َ ْ‫ع ِن ۡٱل َمسۡ ِج ِد ۡٱل َح َر ِام أَن ت َعۡ تَدُواْ َوت َ َع َاونُوا‬ َ ‫صدُّو ُك ۡم‬ َ
ِ ‫شدِيدُ ۡٱل ِعقَا‬
٢ ‫ب‬ َ ِۖ َّ ْ‫ ِن َوٱتَّقُوا‬ٞۚ ‫َو ۡٱلعُ ۡد ٰ َو‬
َ َّ ‫ٱَّلل ِإ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬
Artinya : 2. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-
syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan
jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang
mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi
kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
Lembaga Keuangan Syariah 235

Ada 4 pokok pembahasan pada Ayat tersebut di atas, yaitu : 1) Hubungan


manusia dengan makhluk dan alam lingkungan; 2) Ibadah Haji; 3) Berbuat adil;
4) Tolong-menolong.127

Dampak dari riba yang dikonsumsi oleh para pelaku ekonomi digambarkan
oleh Al-Qur’an seperti orang yang kemasukan syaitan atau dalam ungkapan
yang lazim adalah kesurupan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (2) Ayat 275:
‫س ٰذَلِكَ ِبأَنَّ ُه ۡم قَالُ ٓو ْا ِإنَّ َما‬
ٞۚ ِ ‫ط ُن مِ نَ ۡٱل َم‬َ ٰ ‫ش ۡي‬
َّ ‫طهُ ٱل‬ُ َّ‫ٱلربَ ٰواْ ََّل يَقُو ُمونَ ِإ ََّّل َك َما يَقُو ُم ٱلَّذِي يَتَ َخب‬ ۡ
ِ َ‫ٱلَّذِينَ يَأ ُكلُون‬
‫ف‬َ ‫س َل‬ َ ‫ة ِمن َّر ِبِۦه فَٱنت َ َه ٰى فَلَ ۥهُ َما‬ٞ ‫ظ‬ َ ‫اْ فَ َمن َجا ٓ َء ۥهُ َم ۡو ِع‬ٞۚ ‫ٱلر َب ٰو‬ َّ ‫ٱلر َب ٰو ۗٓاْ َوأ َ َح َّل‬
ِ ‫ٱَّللُ ۡٱل َب ۡي َع َو َح َّر َم‬ ِ ‫ۡٱل َب ۡي ُع مِ ۡث ُل‬
ٰٓ
٢٧٥ َ‫ار ه ُۡم فِي َها ٰ َخ ِلدُون‬ ِ ِۖ َّ‫عادَ فَأ ُ ْولَئِكَ أَصۡ ٰ َحبُ ٱلن‬ َ ‫ٱَّلل َو َم ۡن‬ ِ ِۖ َّ ‫َوأَمۡ ُر ٓۥهُ إِلَى‬
Artinya : 275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.

Dari pengertian Ayat tersebut di atas ada 3 makna besar bait tersurat dan
tersirat, yaitu :

127
Sikap tolong-menolong disampaikan oleh Rasulullah pada Hadits ke-182 bahwa:
barangsiapa yang menyediakan perbekalan perang di jalan Allah maka pahalanya sama
dengan ikut berperang. Imam An-Nawawi, Riyadus Shalihin, (Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar, 2015), 140.
236 Lembaga Keuangan Syariah

1. Dampak dari orang mengkonsumsi harta hasil transaksi ekonomi riba.


2. Allah SWT menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
3. Pemakan harta riba kelak akan menjadi penghuni neraka selamanya.

Dengan demikian, dapat dikataka bahwa tata kelola keuangan syariah


menawarkan konsep transaksi ekonomi berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist
dengan berdasarkan konsep umum kehidupan yang memberikan kebaikan
pada semua pihak, yaitu pemerintah, masyarakat dan para pelaku ekonomi,
yaitu konsep hidup “rahmatan lil alamin”.128

B. DIMENSI KELEMBAGAAN.
Industri perbankan syariah, baik pada skala Nasional dan Internasional
berkembang pesat jika ditinjau dari perkembangan aset dan jumlah nasabah.
Perkembangan tersebut diikuti juga oleh perkembangan lembaga pembiayaan
non bank, yaitu Baitul Mal wa Tamil atau BMT dan Perkoperasian Syariah.
Kenyataan ini mencerminkan tiga variabel penting, yaitu :
1. Kesadaran masyarakat akan pentingnya untuk mengimplementasikan
ajaran agama Islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist dalam
kehidupan sehari-hari. Artinya menghadirkan Tuhan ke dalam transaksi
ekonomi sehingga orientasi dasar bisnis bergeser yang semula hanya
mengedepankan profit bergeser menjadi non profit atau non keuntungan
untuk kebahagiaan hidup di dunia menjadi kebahagiaan hidup di akhirat.

128
Hadirnya lembaga keuangan syariah dapat dikatakan sebagai tempat hijrah atau
berpindah dari ekonomi konvensional menuju ekonomi Islam. Dengan demikian akan
timbul semangat baru untuk melakukan kegiatan ekonomi yang berdasarkan Al-Qur’an
dan Hadist. Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 5,
(Bandung : Sinar baru Algensindo, 2001), 428.
Lembaga Keuangan Syariah 237

Sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-Qashash


(28) Ayat 77:
‫ٱَّللُ إِلَ ۡي ِۖكَ َو ََّل‬ َ ‫َصيبَكَ مِ نَ ٱلد ُّۡنيَ ِۖا َوأَحۡ سِن َك َما ٓ أَ ۡح‬
َّ َ‫سن‬ َ ‫َّار ۡٱۡلٓخِ َر ِۖة َ َو ََّل ت‬
ِ ‫َنس ن‬ َّ َ‫َو ۡٱبت َغِ فِي َما ٓ َءات َ ٰىك‬
َ ‫ٱَّللُ ٱلد‬
٧٧ َ‫ٱَّلل ََّل يُحِ بُّ ۡٱل ُم ۡف ِسدِين‬ ِۖ ِ ‫سادَ فِي ۡٱۡل َ ۡر‬
َ َّ ‫ض إِ َّن‬ َ َ‫ت َۡب ِغ ۡٱلف‬
Artinya : 77. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.129

2. Dukungan pemerintah dalam bentuk regulasi dengan terbitnya


seperangkat aturan yang berkaitan dengan transaksi ekonomi syariah
yang antara lain Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia, Pasal 10 Ayat 2 yang mengatakan bahwa
“cara-cara pengendalian moneter dapat dilaksanakan berdasarkan prinsip
syariah”. Demikian juga pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 1 Ayat 5 yang
mengatakan bahwa “cakupan bank secara kelembagaan meliputi unsur
konvensional dan syariah”. Dengan demikian secara langsung pemerintah
mendorong perkembangan bisnis yang mengedepankan tata kelola

129
Keseimbangan untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat akan
terwujud jika seseorang mentaati semua ketentuan Allah dan RasulNya, demikian juga
apabila terjadi perbedaan pendapat atau sengketa, maka harus bermusyawarah dan
kembali pada ketentuan Al-Qur’an dan Hadist. Imam Syafi’I, Ar-Risalah-Usul Fikh,
Penerjemah: Zainul Maarif, (Jakarta : PT. Rene Turos, 2019), 95.
238 Lembaga Keuangan Syariah

keuangan syariah.130 Hal ini juga dapat ditarik kesimpulan pada Sila
Pancasila yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Secara jelas tansaksi eknomi syariah harus dilakukan secara adil, sehingga
tidak mengganggu kehidupan sosial masyarakat. Hal ini telah diwahyukan
dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raaf (7) Ayat 85:
‫َة ِمن َّربِ ُك ِۡۖم‬ٞ ‫ٱَّلل َما لَ ُكم ِم ۡن إِ ٰلَ ٍه غ َۡي ُر ِۖۥهُ قَ ۡد َجا ٓ َء ۡت ُكم بَيِن‬ ۡ ‫ا قَا َل ٰيَقَ ۡو ِم‬ٞۚ ّٗ‫شعَ ۡيب‬
َ َّ ْ‫ٱعبُدُوا‬ ُ ‫َوإِلَ ٰى َم ۡديَنَ أَخَاه ُۡم‬
‫ا ٰذَ ِل ُك ۡم‬ٞۚ ‫ض بَعۡ دَ إِصۡ ٰلَحِ َه‬ِ ‫اس أ َ ۡشيَا ٓ َءه ُۡم َو ََّل ت ُ ۡف ِسدُواْ فِي ۡٱۡل َ ۡر‬ ُ ‫فَأ َ ۡوفُواْ ۡٱلك َۡي َل َو ۡٱلمِ يزَ انَ َو ََّل ت َۡب َخ‬
َ َّ‫سواْ ٱلن‬
٨٥ َ‫ر لَّ ُك ۡم إِن ُكنتُم ُّم ۡؤمِ نِين‬ٞ ‫خ َۡي‬
Artinya : 85. Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan
saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah,
sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang
kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran
dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-
barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian
itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman".

3. Analisis empiris bahwa pada saat terjadi badai krisis ekonomi tahun
1998, lembaga keuangan syariah dengan menggunakan tata kelola
keuangan syariah mampu bertahan karena tidak mendasarkan sistem
bunga pada akad transaksi ekonominya. Artinya pola bagi hasil atau
Mudharabah pada transaksi ekonomi mempunyai daya tahan lebih

130
Sejarah telah mencatat bahwa sistem perbankan syariah dengan menggunakan
tata kelola keuangan syariah cukup tangguh dan tahan terhadap guncangan krisis
ekonomi, karena dasar transaksinya menggunakan pola bagi hasil. Veithzal Rivai, dkk.,
Bank and Financial Institution Management, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2007), 739.
Lembaga Keuangan Syariah 239

dibandingkan dengan transaksi riba. Hal ini dengan tegas dilarang dalam
Al-Qur’an tentang praktik riba, yaitu dalam Surat Al-Baqarah (2) Ayat 279:
‫وس أَ ۡم ٰ َو ِل ُك ۡم ََّل ت َۡظ ِل ُمونَ َو ََّل‬
ُ ‫سو ِل ِِۖۦه َوإِن ت ُ ۡبت ُ ۡم فَلَ ُك ۡم ُر ُء‬ ٖ ‫فَإِن لَّ ۡم ت َۡفعَلُواْ فَ ۡأذَنُواْ بِ َح ۡر‬
ِ َّ َ‫ب ِمن‬
ُ ‫ٱَّلل َو َر‬
٢٧٩ َ‫ت ُ ۡظلَ ُمون‬
Artinya : 279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa
riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.
Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok
hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.

Dengan demikian, tiga variabel penting di atas merupakan bukti


keunggulan nyata tata kelola keuangan syariah dan sekaligus sebagai alasan
kuat atau daya dorong untuk pengembangan lembaga keuangan syariah baik
dalam skala Nasional dan Internasional serta menciptakan peluang untuk
pengembangan lembaga keuangan non bank syariah.

C. PERSPEKTIF TATA KELOLA KEUANGAN SYARIAH.131


Pendekatan kelembagaan guna mengelaborasi permasalahan ekonomi
yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara
menyeluruh dan pendekatan kesejahteraan orang-perorang adalah seiring
dengan semangat Pasal 33 UUD 1945 yang menitik beratkan pada demokrasi
ekonomi, pemikiran tersebut juga sejalan dengan Sila Pancasila, yaitu
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dengan argumentasi berfikir

131
Tata kelola keuangan syariah termasuk pada kajian fikih muamalah dengan
mengedepankan asas perekonomian, yaitu asas suka-sama suka (QS. 4:29), asas
keadilan (QS. 2:278-279), asas tolong-menolong (QS. 5:2). Fathurrahman Djamil, Fikih
Muamalah, pada Ensiklopedi Dunia Islam, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005),
133.
240 Lembaga Keuangan Syariah

bahwa mayoritas warga negara Indonesia beragama Islam, maka konsep


kelembagaan pada tata kelola keuangan syariah harus diawali dari tata kelola
pemikiran umat Islam.132 Artinya sebelum menata lembaganya maka harus
diawali dengan menata pola pikirnya terlebih dahulu, yaitu :

1. Tinggalkan faham “Fatalisme” yang hanya mengedepankan pasrah-


tanpa usaha. Faham tersebut harus digeser menjadi “pasrah setelah
usaha”. Terkadang dalam tradisi masyarakat bahwa pasrah itu hanya
melegalkan dari sikap malas belajar, malas berusaha dan malas
berkompetisi. Kondisi ini menjadi “alasan pembenaran” untuk
keterbelakangan dan kemiskinan sebagaimana Allah SWT berfirman di
dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ra’d (13) Ayat 11:
ْ‫ٱَّلل ََّل يُغ َِي ُر َما ِبقَ ۡو ٍم َحتَّ ٰى يُغ َِي ُروا‬
َ َّ ‫ٱَّلل ِإ َّن‬ ُ َ‫ت ِم ُۢن َب ۡي ِن َيدَ ۡي ِه َومِ ۡن خ َۡل ِفِۦه َي ۡحف‬ٞ ‫لَ ۥهُ ُم َع ِق ٰ َب‬
ِ ٓۗ َّ ‫ظونَ ۥهُ مِ ۡن أ َ ۡم ِر‬
١١ ‫ۥهُ َو َما لَ ُهم ِمن دُونِِۦه مِ ن َوا ٍل‬ٞۚ َ‫س ٓو ّٗءا فَ ًَل َم َردَّ ل‬ َّ َ‫َما بِأَنفُ ِس ِه ۡ ۗٓم َوإِذَآ أ َ َراد‬
ُ ‫ٱَّللُ بِقَ ۡو ٖم‬
Artinya : 11. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya
atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.

132
Pemikiran umat Islam terhadap tata kelola lembaga keuangan syariah yang
dalam hal ini bank Islam atau bank syariah yang mempunyai peran dan fungsi untuk
menjalankan transaksi dan perniagaan bank, investasi untuk pembiayaan berbagai
proyek dan program pembangunan negara pada semua aspek. Muhammad Abdul
Mur’im Al-Jamal, Ensiklopedia Ekonomi Islam Jilid 2, Penterjemah: Salahuddin
Abdullah, (Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka, 1997), 499.
Lembaga Keuangan Syariah 241

Allah SWT juga berfirman di dalam Al-Qur’an Surat An-Nisaa’ (4) Ayat 9:

َ ‫ٱَّلل َو ۡل َيقُولُواْ قَ ۡو َّّٗل‬


‫سدِيدًا‬ َ َّ ْ‫علَ ۡي ِه ۡم فَ ۡل َيتَّقُوا‬ ِ ‫ش ٱلَّذِينَ لَ ۡو ت ََر ُكواْ مِ ۡن خ َۡل ِف ِه ۡم ذُ ِري َّّٗة‬
َ ْ‫ض ٰ َعفًا خَافُوا‬ َ ‫َو ۡل َي ۡخ‬
٩
Artinya : 9. Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.

Salah satu tafsir dari pengertian Ayat tersebut di atas hendaknya


umat Islam berusaha agar generasi penerus atau anak-anak mereka
menjadi generasi yang tangguh, kuat dan mampu bersaing dalam bidang
ekonomi serta kualitas keimanan dan ketaatan kepada agama. Konsep
dasar keseimbangan atara kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan
hidup di akhirat menjadi motivasi dasar pembangunan SDM atau Sumber
Daya Manusia yang paripurna, artinya aspek jasmani dan rohani tumbuh
dengan baik, sehingga generasi muda Islam di masa yang akan datang
melahirkan generasi unggul di segala aspek kehidupan dan bukan generasi
yang lemah, miskin dan bukan juga menjadi generasi yang bodoh dan suka
membuat kerusuhan atau gejolak negatif.133

2. Cara berfikir “Khalifah Fil Ard” dan cara berfikir “Rahmatan Lil Alamin
menjadi pilar utama sebagai pijakan operasional lembaga keuangan

133
Daya saing ekonomi dapat dibangun dari intern, yaitu ekonomi kerakyatan
sebagai landasan kemandirian ekonomi. Optimalisasi pembangunan ekonomi
mempunyai dua arah orientasi pasar, yaitu pasar dalam negeri dan pasar ekspor. M.
Dawan Raharjo, Nalar Ekonomi Politik Indonesia, (Bogor : IPB Press, 2011), 11.
242 Lembaga Keuangan Syariah

syariah dan sekaligus sebagai dasar motivasi tata kelola keuangan syariah.
Implementasi dan cara berfikir tersebut adalah :

a. Khalifah Fil Ard. Artinya misi utama manusia diturunkan di atas


bumi ini adalah sebagai wakil Tuhan untuk mengelola dan
memberdayakan semua potensi alam raya dan sekaligus menjaga
kelestarian lingkungan, sehingga semua tata kelola alam menjadi
seimbang, lestari dan nyaman untuk kehidupan manusia itu sendiri.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan terbaik dibandingkan dengan
makhluk lainnya, karena manusia dilengkapi oleh Tuhan dengan
panca indera, akal-fikiran, rasa-hati nurani, intuisi, naluri dan lain-
lain. Sehingga sudah sepatutnya manusia menyandang predikat
sebagai “Khalifah Fil Ard”, yaitu wakil Tuhan untuk memimpin dan
mengelola alam raya ini.134

b. Rahmatan Lil Alamin. Artinya komunitas Islam dalam kehidupan


sehari-hari mampu memberikan manfaat kebaikan dan kedamaian
untuk masyarakat luas, sehingga terbentuk masyarakat madani atau
“civil society”, harmonisasi antara individu, kelompok masyarakat
bahkan secara Nasional dan Internasional adalah tujuan dan harapan
dari ajaran agama Islam. Untuk itu pola tindak dan pola ucap
masyarakat harus dibangun atas dasar :

134
Intuisi atau firasat atau dapat dikatakan sebagai “seni memprediksi”, potensi ini
merupakan hidayah kelebihan yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia dan dapat
dikembangkan sebagai landasan melakukan analisis pasar pada lembaga keuangan
syariah. M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi, (Jakarta : Lentera Hati, 2006), 142.
Lembaga Keuangan Syariah 243

1) Saling mengormati pada posisi masing-masing secara


proporsional yang dalam tataran tata kelola keuangan syariah
adalah keseimbangan komunikasi antara pemilik dana atau
Shahibul Maal dengan peminjam atau Mudlarib Secara spesifik
dapat dikatakan sebagai bentuk masyarakat masa depan, yaitu
saling membantu dan saling tolong-menolong.

2) Tidak terjadi praktik eksploitasi pada transaksi ekonomi,


tidak terjadi penghianatan atau tipuan, dengan demikian para
pihak saling diuntungkan.

3) Kemanusiaan yang adil dan beradab dengan sendirinya


akan terwujud dalam konsep “Rahmatan Lil Alamin”. Artinya
pada posisi ini tingkat kesadaran dan kematangan berfikir sudah
tertata dengan baik, lebih jauh dari itu dan lebih dalam kajian
tersebut dapat dikatakan ada kombinasi cara berfikir, yaitu
Nasionalis dan Agamis, akan tetapi cara berfikir dapat lebih
dalam lagi, yaitu kombinasi tiga variabel, yaitu Nasionalis,
Agamis dan Kearifan lokal. Kemudian akan timbul pertanyaan
besar, mengapa harus kombinasi tiga variabel sebagaimana
tersebut di atas, maka jawabannya karena kita hidup di
Indonesia. Sehingga kepentingan individu, kepentingan
kelompok lebur pada kepentingan Nasional.135 Kekuatan budaya

135
Ketika terjadi perdebatan dan benturan kepentingan pada skala Nasional, maka
kepentingan yang lebih besar atau kepentingan Nasional yang diutamakan, akan tetapi
proses sosialisasi harus dilakukan dengan baik guna mitigasi risiko di lapangan. Frans
Seda, Kebijakan APBN Berimbang dan Dinamis-dalam buku Kebijakan Fiskal, (Jakarta :
Buku Kompas, 2004), 86.
244 Lembaga Keuangan Syariah

Nasional terutama budaya Jawa dengan berbagai tradisi dan


adat sudah mapan sebelum hadirnya agama di Nusantara ini.
Latar belakang budaya dasar para leluhur bangsa inilah yag
menjadi kekuatan perekat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sehingga hipotesa yang dibangun adalah jika perekat
kebangsaan luntur maka Indonesia akan terpecah-pecah pada
kepentingan.

D. TINJAUAN HISTORIS LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH.


Sejarah tata kelola keuangan syariah diawali dari melimpahnya harta
rampasan perang, sehingga dibentuk “Baitul Mal” yang secara kelembagaan
bertugas mengelola keuangan negara. Adapun sumber keuangan negara pada
fase awal perkembangan dan pertumbuhan Islam berupa :

1. Ghanimah, yaitu harta yang diperoleh dari hasil rampasan perang.


Secara etimologi kata Ghanimah berasal dari kata “Ghanamah-
Ghanimatuh”. Harta rampasan perang ini berasal dari pertempuran
dengan orang kafir, tetapi bukan dari golongan “kafir dzimmi” yaitu orang
kafir yang dalam perlindungan kaum muslimin pada waktu itu. Bentuk
harta Ghanimah dapat berupa harta bergerak dan harta tidak bergerak.
Seperti unta, domba, lahan pertanian, perhiasan dan lain-lain. Adapun
porsi pembagiannya adalah 20% untuk :
a) Allah dan Rosul-Nya.
b) Keluarga dan kerabat Rosulullah.
c) Anak yatim.
d) Fakir miskin.
Lembaga Keuangan Syariah 245

e) Ibnu Sobil.

Adapun pembagian dari harta Ghanimah yang 80% untuk bala


tentara yang ikut berperang. Pelaksanaan pembagian tersebut
didistribusikan secara adil oleh lembaga pemerintahan pada waktu itu,
yaitu “Baitul Mal”. Harta Ghanimah 4 bagian untuk tentara yang terlibat
dalam pertempuran dan dibedakan antara tentara yang berkuda atau
kaveleri dan tentara yang berjalan kaki atau invanteri. Adapun sandaran
hukumnya adalah Al-Qur’an Surat Al-Anfaal (8) Ayat 41:
‫ِين‬
ِ ‫سك‬ َ ٰ ‫سو ِل َو ِلذِي ۡٱلقُ ۡر َب ٰى َو ۡٱل َي ٰتَ َم ٰى َو ۡٱل َم‬ ُ ‫ِلر‬
َّ ‫س ۥهُ َول‬ ِ َّ ِ ‫غن ِۡمتُم ِمن ش َۡي ٖء فَأ َ َّن‬
َ ‫َّلل ُخ ُم‬ َ ‫ٱعلَ ُم ٓواْ أَنَّ َما‬
ۡ ‫۞و‬
َ
َّ ‫ان َو‬
ُ‫ٱَّلل‬ ِ ٓۗ ‫ان َي ۡو َم ۡٱلتَقَى ۡٱل َج ۡم َع‬ ِ َ‫ع ۡب ِدنَا َي ۡو َم ۡٱلفُ ۡرق‬ َ ‫ٱَّلل َو َما ٓ أَنزَ ۡلنَا‬
َ ‫علَ ٰى‬ ِ َّ ‫س ِبي ِل ِإن ُكنت ُ ۡم َءا َمنتُم ِب‬ َّ ‫َو ۡٱب ِن ٱل‬
ٌ ‫علَ ٰى ُك ِل ش َۡي ٖء قَد‬
٤١ ‫ِير‬ َ
Artinya : 41. Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh
sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah,
Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil,
jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan
kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari
bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

2. Kharaj, adalah pajak atas tanah atau lahan pertanian sebagai hasil
dari rampasan perang. Pajak ini bersifat mengikat pada penggarap lahan
pertanian, baik muslim ataupun non muslim. Awal berdirinya lembaga
Kharaj ini pada masa Khalifah Umar Ibn Khatab. Karena sangat luasnya
daerah pemakbulan dan melimpahnya harta rampasan perang. Pada saat
itulah timbul kesadaran tentang lembaga yang mengatur kekayaan
negara. Demikian dapat dikatakan bahwa Kharaj adalah uang sewa dari
tanah, lahan pertanian, perkebunan, hutan dan lain-lain yang merupakan
246 Lembaga Keuangan Syariah

harta kekayaan publik dalam pengawasan negara, sehingga siapapun


penggarap dari lahan tersebut diwajibkan membayar kepada negara yang
dalam pelaksanaannya dikelola oleh lembaga kekayaan atau lembaga
pengelola harta negara sebagai sumber pendapatan negara yang secara
resmi dipergunakan untuk kepentingan umum, termasuk untuk
kepentingan pengerahan pasukan perang.136

3. Jizyah, adalah pajak kepala yang harus dibayar oleh masyarakat non
muslim kepada pemerintah Islam atas kompensasi perlindungan
keamanan, kebebasan melakukan kegiatan agama non muslin serta tidak
adanya kewajiban berperang. Dasar hukum Jizyah adalah Firman Allah
SWT di dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah (9) Ayat 29:
َ‫سولُ ۥهُ َو ََّل َيدِينُون‬ َّ ‫ٱَّلل َو ََّل ِب ۡٱل َي ۡو ِم ۡٱۡلٓخِ ِر َو ََّل يُ َح ِر ُمونَ َما َح َّر َم‬
ُ ‫ٱَّللُ َو َر‬ ِ َّ ‫ٰقَتِلُواْ ٱلَّذِينَ ََّل ي ُۡؤمِ نُونَ ِب‬
٢٩ َ‫صغ ُِرون‬ َ َ‫طواْ ۡٱل ِج ۡزيَة‬
َ ٰ ‫عن َيدٖ َوه ُۡم‬ ُ ۡ‫ب َحت َّ ٰى يُع‬ َ َ ‫ق مِ نَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ۡٱل ِك ٰت‬ ِ ‫دِينَ ۡٱل َح‬
Artinya : 29. Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan
tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa
yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan
agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-
Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh
sedang mereka dalam keadaan tunduk.

Sejarah awal adanya Jizyah sekitar 5 Abad Sebelum Masehi oleh


bangsa Yunani, kemudian bangsa Romawi. Kewajiban Jizyah pada

136
Pengertian meliputi: upah, hasil, cukai atau royalty atau apapun namanya dalam
bentuk sewa atau bagi hasil dari sesuatu kesepakatan pihak yang biasanya dibagi
dalam periode satu tahun sekali. Muhammad Abdul Mun’im Al-Jamal, Ensiklopedia
Ekonomi Islam, Penterjemah: Salahuddin Abdullah, Jilid 1, (Kuala Lumpur, Dewan
Bahasa dan Pustaka, 2000), 295
Lembaga Keuangan Syariah 247

dasarnya adalah kompensasi warga negara atau tanah kekuasaan negara


atau dalam konteks pemahaman adalah kompensasi warga negara yang
hidup di daerah atau negara lain dari hasil perorangan atau lebih mudah
difahami adalah negara jajahan. Sebagai kompensasi atas jaminan
keamanan, yang besarnya adalah 1 Dinar per tahun hanya untuk laki-laki
dewasa terkecuali pendeta, orang sakit, fakir miskin, orang lanjut usia dan
lain-lain.

4. Fa’i,137 adalah harta rampasan yang diperoleh dari musuh tanpa


terjadinya pertempuran. Sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Al-
Qur’an Surat Al-Hasyr (59) Ayat 6 dan 7:
ُ‫سلَ ۥه‬ ُ ‫ط ُر‬ ُ ‫س ِل‬ َ َّ ‫َاب َو ٰلَك َِّن‬
َ ُ‫ٱَّلل ي‬ ٖ ‫علَ ۡي ِه مِ ۡن َخ ۡي ٖل َو ََّل ِرك‬ َ ‫سو ِلِۦه مِ ۡن ُه ۡم فَ َما ٓ أَ ۡو َج ۡفت ُ ۡم‬ ُ ‫علَ ٰى َر‬ َّ ‫َو َما ٓ أَفَا ٓ َء‬
َ ُ‫ٱَّلل‬
ِ َّ ِ َ ‫سو ِلِۦه مِ ۡن أ َ ۡه ِل ۡٱلقُ َر ٰى‬
‫لِلَف‬ ُ ‫علَ ٰى َر‬ َ ُ‫ٱَّلل‬ َّ ‫ َّما ٓ أَفَا ٓ َء‬٦ ‫ِير‬ ٞ ‫علَ ٰى ُك ِل ش َۡي ٖء قَد‬ َّ ‫ ُء َو‬ٞۚ ٓ ‫شا‬
َ ُ‫ٱَّلل‬ َ ‫علَ ٰى َمن َي‬ َ
‫م‬ٞۚۡ ‫سبِي ِل ك َۡي ََّل يَ ُكونَ دُولَ ُۢةَ بَ ۡينَ ۡٱۡل َ ۡغنِيَآءِ مِ ن ُك‬ َّ ‫سكِي ِن َو ۡٱب ِن ٱل‬ َ ٰ ‫سو ِل َو ِلذِي ۡٱلقُ ۡربَ ٰى َو ۡٱليَ ٰت َ َم ٰى َو ۡٱل َم‬ ُ ‫ِلر‬
َّ ‫َول‬
ٞۚ
٧ ‫ب‬ ِ ‫شدِيدُ ۡٱل ِع َقا‬ َ ِۖ َّ ْ‫ع ۡنهُ َفٱنت َ ُهواْ َوٱتَّقُوا‬
َ َّ ‫ٱَّلل إِ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬ َ ‫سو ُل َف ُخذُوهُ َو َما نَ َه ٰى ُك ۡم‬ َّ ‫َو َما ٓ َءات َٰى ُك ُم‬
ُ ‫ٱلر‬
Artinya : 6. Dan apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah
kepada Rasul-Nya (dari harta benda) mereka, maka untuk mendapatkan
itu kamu tidak mengerahkan seekor kudapun dan (tidak pula) seekor
untapun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada Rasul-Nya
terhadap apa saja yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.

137
Pada zaman pemerintahan “Umar Ibn Khathab”, harta Fa’I digunakan juga untuk
subsidi pada anak yang baru lahir qo Dirham, dan jika sudah dewasa dimasukkan daftar
gaji. Pada pemerintahan Muawiyah sampai Umar bin abdul Aziz diberikan pada anak
yang sudah disapih atau sudah tidak menyusui. Abu ‘Ubaid Al-Qasim, Al-Amwal-
Ensiklopedia Keuangan Publik, Penerjemah: Setiawan Budi Utomo, (Jakarta : Gema
Insani, 2009), 324
248 Lembaga Keuangan Syariah

7. Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-
Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah
untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan
beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.

Pengertian Fa’i secara bahasa adalah bermakna “naungan”. Adapun


secara istilah adalah harta yang didapat dari musuh dengan cara damai
tanpa perperangan. Hal ini terjadi karena pihak musuh meninggalkan
harta miliknya di wilayah atau daerah tertentu karena alasan takut
berperang atau dapat juga dengan kesepakatan musuh meninggalkan
kampung halamannya dengan cara damai dengan membawa harta
kekayaannya semampunya mereka membawanya dan harta yang tidak
mampu mereka membawanya atau harta yang mereka tinggalkan menjadi
Fa’i yang digunakan sebagai kepemilikan publik yang dalam pembagiannya
atau pendistribusiannya diatur oleh lembaga “Baitul Mal”.

5. ‘Usr, adalah harta negara atau kekayaan publik yang diperoleh dari
retribusi atau cukai atau pungutan dari perdagangan antar wilayah.
Sejarah atau riwayat atau latar belakang adanya ‘Usr adalah saat
pemerintahan Umar bin Khatab yang menerima pengaduan melalui surat
dari Abu Musa Al-Asy’ori yang menjabat sebagai Gurbenur Basrah-Irak
bahwa umat Islam yang melakukan transaksi perdagangan di wilayah non
Muslim dipungut biaya 40 Dirham dibanding 1 Dirham. Artinya
Lembaga Keuangan Syariah 249

pendapatan 40 Dirham dipungut 1 Dirham. Kemudian Amiru Mukminin


Umar bin Khatab memerintahkan kepada Abu Musa Al-Asy’ori, “pungutlah
sebagaimana mereka memungut”. Sejak saat itu dikalangan pelaku
ekonomi saat itu dikenal adanya harta “’Usr” dimana pendapatan dari
harta tersebut dikelola oleh lembaga “Baitul Mal” untuk kepentingan
publik.

6. Zakat. Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-Mu’minuun


(23) Ayat 1 – 4:

َ ‫ ٱلَّذِينَ ه ُۡم فِي‬١ َ‫قَ ۡد أَ ۡفلَ َح ۡٱل ُم ۡؤمِ نُون‬


َ ‫ َوٱ َّلذِينَ ه ُۡم‬٢ َ‫ص ًَلتِ ِه ۡم ٰ َخ ِشعُون‬
٣ َ‫ع ِن ٱللَّ ۡغ ِو ُمعۡ ِرضُون‬
٤ َ‫ِلزك َٰو ِة ٰفَ ِعلُون‬
َّ ‫َوٱلَّذِينَ ه ُۡم ل‬
Artinya : 1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,
3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan)
yang tiada berguna,
4. dan orang-orang yang menunaikan zakat,

Lembaga “Amil” atau lembaga penerima dan pengelola Zakat adalah


mekanisme penyaluran Zakat yang sudah ada sejak Zakat diperintahkan.
Artinya instrumen Zakat salah satu sumber kesejahteraan masyarakat
secara umum dan menjadi vital secara ekonomi karena berfungsi untuk
ditribusi harta secara umum di masyarakat, sehingga menjadi semacam
kebijakan fiskal saat ini.138

138
Humanis dan harmonisasi adalah bentuk kehidupan masyarakat dengan tata
kelola zakat dengan baik dan harus dibedakan antara pajak dan zakat. Dasar
operasional dan peruntukkan antara pajak dan zakat berbeda. Pajak untuk negara
sedangkan zakat pembagiannya untuk 8 asnaf atau penerima zakat yang ditentukan di
250 Lembaga Keuangan Syariah

Menurut jenisnya, secara umum Zakat dibagi tiga, yaitu Zakat Mal,
Zakat Fitrah dan Zakat Profesi. Zakat Mal adalah Zakat terhadap harta
kekayaan dengan aturan dan ukuran yang ditentukan dalam Fiqih, Zakat
Fitrah adalah Zakat setiap Muslim menjelang Hari Raya Idul Fitri, dan
Zakat Profesi adalah Zakat dari pendapatan atau gaji kalangan profesional
yang besarnya disamakan dengan Zakat Emas, yaitu 2,5%. Adapun secara
teknis, pembagian Zakat menurut Fiqih adalah sebagai berikut :
a) Binatang ternak, dengan ketentuan bahwa pemiliknya beragama
Islam. Artinya non Muslim tidak wajib Zakat meskipun mempunyai
ternak yang banyak, dan pemilik ternak tersebut orang merdeka,
artinya hamba-sahaya tidak wajib. Kemudian mereka yang wajib
Zakat adalah pemilik yang sempurna, artinya hewan ternak yang
disewa atau ternak yang kepemilikannya atas kerjasama dalam Akad
Musyawrakah-Joint Venture yang berum dibagi, cukup satu nisab
atau dalam ukuran tertentu yang secara hukum Fiqih diatur secara
rinci serta masa kepemilikan ternak tersebut sudah dalam
penguasaan selama satu tahun. Binatang ternak yang menjadi objek
Zakat meliputi; unta, sapi, kerbau dan kambing.139
b) Emas dan Perak. Perhitungan nisabnya adalah 93,6 gram dengan
Zakat Mal 2,5%.

dalam Al-Qur’an. Muhammad Aud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf,
(Jakarta : UI Press, 1988), 9.
139
Syarat wajib zakat atas pemilik binatang adalah : 1. Islam; 2. Merdeka (bukan
hamba sahaya); 3. Milik yang sempurna; 4. Cukup satu nisab; 5. Satu tahun lamanya
dimiliki. Sulaiman Rasjid, Fikih Islam, (Bandung : Sinar Baru, 1989), 185.
Lembaga Keuangan Syariah 251

c) Biji makanan yang meliputi beras, jagung dan gandum dengan


ukuran nisabnya adalah 930 liter dengan Zakat 10%.
d) Zakat fitrah adalah Zakat yang dibayarkan sebelum Hari Raya
Idul Fitri dengan besaran setara dengan 3 Kg makanan pokok berupa
beras, tepung, kurma atau gandum.
e) Zakat Profesi dapat disetarakan dengan Zakat Emas atau lebih
mudah pelaksanaannya setiap gajian atau menerima upah
dikeluarkan Zakatnya sebesar 2,5%.

Secara kelembagaan sosial, Zakat merupakan instrumen penting


dalam mewujudkan keadilan sosial bagi masyarakat. Adapun manfat Zakat
secara langsung dalam kajian ilmu ekonomi kontemporer yaitu :
a) Dana yang terkumpul dari Zakat dapat dikelola oleh lembaga
“Amil Zakat” menjadi modal produktif, artinya perolehan harta Zakat
terutama Zakat Mal dipergunakan untuk modal usaha untuk fakir
miskin yang dalam istilah populer “tidak memberkan ikan tetapi
diperikan pancing”. Artinya harta Zakat tidak bersifat pasif, tetapi
dikelola secara produktif oleh lembaga keuangan mikro syariah
sehingga memperoleh manfaat dalam waktu yang lama dan region
yang luas.140
b) Harta Zakat mempunyai fungsi pendistribusian pendapatan
sehingga memperoleh manfaat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara umum dan sekaligus membantu pemerintah

140
Allah SWT akan menimpakan siksaan kepada orang-orang yang tidak membayar,
mereka akan disiksa dengan harta zakatnya sendiri di akhirat. Demikian dikatakan pada
buku ringkasan Shohih Muslim Hadist ke-506. M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan
Shahih Muslim, Penerjemah: Elly Latifah, (Jakarta : Gema Insani, 2005), 245.
252 Lembaga Keuangan Syariah

dalam menjalankan amanat dari UUD 1945 Pasal 34, yaitu “fakir
miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Hal ini
seirama dengan periode awal Islam dimana Khalifah pertama “Abu
Bakar” memerangi orang-orang yang tidak mau membyaar Zakat
dengan alasan kewajiban membayar Zakat itu sebanding dengan
kewajiban Sholat 5 waktu.
c) Watak sosial dan rasa empati antar status sosial akan terbentuk
dengan baik dengan mekanisme pembayaran kewajban Zakat. Dasar
argumentasi yang dibangun adalah kesadaran dan keikhlasan
mengeluarkan Zakat dari harta yang diperoleh dengan susah payah
dan dengan risiko tertentu. Kemudian setelah harta diperoleh dan
dikuasai diharuskan mengeluarkan Zakat. Rasa empati ini akan
berdampak pada karakter pribadi, karakter keluarga dan akan
menjadi karakter bangsa yang bersikap saling membantu dan gotong
royong. Hal tersebut pernah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW
dalam sebuah Hadist-nya yang mengatakan “tidak sempurna iman
seseorang sehingga mereka mencintai saudaranya seperti mencintai
diri sendiri”. Dengan demikian fungsi Zakat secara tidak langsung
mendidik watak dan karakter umat agar tidak bersifat egois,
mementingkan kelompoknya sendiri akan tetapi dengan Zakat maka
masyarakat dididik untuk peduli pada sesama anak bangsa.141

141
Dampak tidak langsung dari orang yang membayar zakat adalah keyakinan “apa
yang sedikit dan cukup itu lebih baik daripada harta banyak tetapi merasa
kekurangan”. Artinya dengan membayar zakat, orang akan merasa mempunyai rizki
yang cukup. Ibnu Atha’illah Al-Iskandari, Al-Hikam, Penerjemah: Imam Firdaus, (Jakarta
: Turos Pustaka, 2012), 298.
Lembaga Keuangan Syariah 253

d) Cinta Tanah Air. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23


Tahun 2011 tentang Pengolahan Zakat telah mengukuhkan “BAZNAS”
atau Badan Amil Zakat Nasional sebagai satu-satunya lembaga yang
mengelola Zakat secara Nasional sebagai lembaga non struktural dan
mandiri yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Pada
kondisi ini dapat diartikan bahwa posisi pengelola Zakat secara
kelembagaan sangat strategis dan lebih jauh dari sangat disadari
bahwa masih banyak potensi Zakat yang belum tergali dengan baik.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa loyalitas masyarakat
muslim dalam membayar Zakat adalah sebagai bentuk kewajiban
secara agama dan sekaligus sebagai bentuk implementasi dari
kesadaran “Cinta Tanah Air”. Sebagaimana Allah SWT berfirman
dalam Al-Qur’an Surat An-Nisaa’ (4) Ayat 59:
‫سو َل َوأ ُ ْولِي ۡٱۡل َ ۡم ِر مِ ن ُك ِۡۖم فَإِن ت َ ٰنَزَ ۡعت ُ ۡم فِي‬
ُ ‫ٱلر‬َّ ْ‫ٱَّلل َوأَطِ يعُوا‬ َ َّ ْ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓواْ أَطِ يعُوا‬
َ ۡ‫ر َوأَح‬ٞ ‫ ِر ٰذَلِكَ خ َۡي‬ٞۚ ِ‫ٱَّلل َو ۡٱليَ ۡو ِم ۡٱۡلٓخ‬
‫س ُن‬ ِ َّ ‫سو ِل ِإن ُكنت ُ ۡم ت ُ ۡؤمِ نُونَ ِب‬ ُ ‫ٱلر‬ ِ َّ ‫ش َۡي ٖء فَ ُردُّوهُ ِإلَى‬
َّ ‫ٱَّلل َو‬
ً ‫ت َۡأ ِو‬
٥٩ ‫يًل‬
Artinya : 59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika
kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
7. Infak. Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (2)
Ayat 3:
٣ َ‫صلَ ٰوة َ َومِ َّما َرزَ ۡق ٰنَ ُه ۡم يُن ِفقُون‬ ِ ‫ٱلَّذِينَ ي ُۡؤمِ نُونَ بِ ۡٱلغ َۡي‬
َّ ‫ب َويُقِي ُمونَ ٱل‬
254 Lembaga Keuangan Syariah

Artinya : 3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang


mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka.

Secara umum objek Infak itu adalah harta yang wajib dikeluarkan
meliputi Zakat, kafarat dan nazar serta harta yang tidak wajib atau sunnah
yaitu mengeluarkan harta dalam rangka membantu musibah bencana
alam, membantu fakir miskin, membantu kegiatan kemanusiaan dan lain-
lain. Dengan demikian “sedekah” termasuk pada kegiatan Infak yang
besarannya tidak ditentukan dan tergantung pada tingkat kesadaran dan
kepedulian masing-masing orang.142 Lembaga yang mengatur atau
mengelola dana Infak adalah badan amil Zakat dan dapat juka disalurkan
melalui Koperasi syariah atau BMT dan lain-lain. Sehingga hepotesa yang
dibangun pada dana Infak adalah jika tingkat kemakmuran dan tingkat
kesadaran masyarakat meningkat maka perolehan dana Infak berbanding
lurus. Dalam kaitan pembagian atau pendistribusian harta “Sodaqoh”atau
“sedekah” Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah (9)
Ayat 60:
َ‫ب َو ۡٱل ٰغَ ِرمِ ين‬ ِ ‫علَ ۡي َها َو ۡٱل ُم َؤلَّفَ ِة قُلُوبُ ُه ۡم َوفِي‬
ِ ‫ٱلرقَا‬ َ َ‫ِين َو ۡٱل ٰ َعمِ لِين‬
ِ ‫سك‬َ ٰ ‫صدَ ٰقَتُ ل ِۡلفُقَ َرآءِ َو ۡٱل َم‬ َّ ‫۞ ِإنَّ َما ٱل‬
٦٠ ‫ِيم‬ٞ ‫علِي ٌم َحك‬ َ ُ‫ٱَّلل‬ ِ ٓۗ َّ َ‫ض ّٗة ِمن‬
َّ ‫ٱَّلل َو‬ َ ‫س ِبي ِۖ ِل فَ ِري‬
َّ ‫ٱَّلل َو ۡٱب ِن ٱل‬
ِ َّ ‫س ِبي ِل‬
َ ‫َوفِي‬

142
Secara akademis, Penulis menemukan sentesa dari kajian komprehensif pada
tata kelola lembaga keuangan syariah dengan nama “Teori Gunung Pasir”, yaitu :
Y = A.F
Q
Y = Total Pendapatan; A = Total Dana Infak; F = Manajemen; Q = Motivasi – Niat
Abdullah Fathoni, Disertasi Doktor UIN Sahid Jakarta, Implementasi Ekonomi Islam dan
Dampaknya Pada SHU dan Asset Koperasi, (Jakarta, 2010), 267
Lembaga Keuangan Syariah 255

Artinya : 60. Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang


fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

E. PERSPEKTIF KELEMBAGAAN.143
Secara umum pengertian lembaga adalah institusi atau badan hukum
yang secara resmi berdiri sesuai dengan regulasi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Dapat juga dikatakan bahwa lembaga yang secara resmi belum
berbadan hukum, maka dasar operasionalnya berdasarkan kesepakatan atau
kearifan lokal. Kondisi ini sering terjadi di daerah tertentu yang dimulai dari
perkumpulan arisan kemudian berubah bentuk menjadi Koperasi, BPR atau
BMT. Dengan demikian fungsi kelembagaan dapat dikatakan sebagai institusi
sosial, artinya ikatan pemikiran dan kesadaran sosial di dalam kelompok
tertentu yang diimplementasikan pada aturan yang disepakati bersama pada
objek tertentu. Jika objek kelembagaan tersebut pada pengelolaan keuangan
masyarakat yaitu bank, maka menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 1967
tentang Pokok-pokok Perbankan mendefinisikan bahwa: Bank adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam lalu-lintas

143
Sosio-Antropologis memposisikan manusia sebagai makhluk ideal, sehingga
untuk memenuhi kebutuhannya mereka harus berusaha, entrepreneur atau jiwa
kewirausahaan harus dibarengi dengan pemahaman terhadap perspektif kelembagaan
agar tata kelola kegiatan ekonominya dapat berjalan dengan baik. Mochammad
Nadjib, Etika Kerja Dalam Ajaran dan Pandangan Masyarakat Islam-pada buku Kajian
Teori Ekonomi Dalam Islam, (Jakarta : Lipi Press, 2006), 201.
256 Lembaga Keuangan Syariah

pembayaran dan peredaran uang. Sedangkan pengertian lembaga keuangan


adalah semua badan yang melalui kegiatannya di bidang keuangan, menarik
uang dari dan menyalurkan kepada masyarakat.144
Gambar 6
Lembaga Keuangan Syariah

KEUANGAN SYARIAH

LEMBAGA

AL-QUR’AN DAN HADIST

TRANSAKSI
BANK NON BANK
EKONOMI

AKAD-AKAD SYARIAH

SHAHIBUL MAAL MUDLARIB


DILARANG :
- RIBA
- GHARAR
- MAISYIR

TERCIPTA KEHIDUPAN PADA IMPLEMENTASI


KEADILAN SOSIAL SECARA MENYELURUH

Keterangan Gambar 6 :145

144
Bank syariah dapat didifinisikan sebagai bank yang menjalankan tata kelolanya
berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yang menurut jenisnya dapat dibagi menjadi Bank
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Ahmad Ifham Sholihin, Buku
Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta : Kompas Gramedia, 2010), 150.
Lembaga Keuangan Syariah 257

~ Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial dan makhluk


individu, untuk itu manusia diberikan pilihan menepuh jalan hidupnya masing-
masing. Pada pilihan hidup secara syariah, maka yang berlaku adalah “lembaga
keuangan syariah” dengan mengedepankan pelaksanaan tatanan Al-Qur’an
berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist.
~ “Final Goal” lembaga keuangan syariah adalah terciptanya kehidupan
sosial kemasyarakatan, yaitu : keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
~ Setiap transaksi ekonomi dalam akad-akad yang dilakukan harus terhindar
dari praktik riba, gharar dan maisir.
~ Bank dan lembaga keuangan non bank harus memegang komitment
melakukan transaksi ekonomi secara syariah.
~ “Shahibul Maal” atau pihak yang mempunyai dana yang dalam hal ini
memberikan pinjaman dan pihak “Mudlarib” yaitu pihak yang memerlukan
dana atau sebagai pihak peminjam harus diikat dengan perjanjian secara
tertulis dan harus ada saksi, sebagaimana Allah berfirman di dalam Al-Qur’an
Surat Al-Baqarah (2) Ayat 282:
‫ب‬ َ ‫ ِل َو ََّل يَ ۡأ‬ٞۚ ‫هُ َو ۡليَ ۡكت ُب ب َّۡينَ ُك ۡم كَات ُِۢبُ بِ ۡٱلعَ ۡد‬ٞۚ ‫س ّٗمى فَ ۡٱكتُبُو‬ َ ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓواْ ِإذَا تَدَايَنتُم بِدَ ۡي ٍن ِإلَ ٰ ٓى أ َ َج ٖل ُّم‬
ُ‫َس مِ ۡنه‬ ۡ ‫ٱَّلل َربَّهۥُ َو ََّل َي ۡبخ‬ َ َّ ‫ق‬ ِ َّ ‫علَ ۡي ِه ۡٱل َح ُّق َو ۡل َيت‬
َ ‫ٱَّللُ َف ۡل َي ۡكت ُ ۡب َو ۡليُمۡ ِل ِل ٱلَّذِي‬
ٞۚ َّ ُ‫علَّ َمه‬
َ ‫ب َك َما‬ َ ُ ‫كَاتِبٌ أَن َي ۡكت‬
‫ ِل‬ٞۚ ‫ضعِيفًا أ َ ۡو ََّل َيسۡ تَطِ ي ُع أَن يُمِ َّل ه َُو فَ ۡلي ُۡمل ِۡل َو ِليُّ ۥهُ ِب ۡٱل َع ۡد‬ َ ‫سفِي ًها أ َ ۡو‬ َ ‫علَ ۡي ِه ۡٱل َح ُّق‬ َ ‫ا فَإِن َكانَ ٱلَّذِي‬ٞۚ ّٔٗ ٔ‫ش َۡي‬
ِ‫ش َهدَآء‬
ُّ ‫ض ۡونَ مِ نَ ٱل‬
َ ‫َان مِ َّمن ت َۡر‬ِ ‫ل َو ۡٱم َرأَت‬ٞ ‫ش ِهيدَ ۡي ِن مِ ن ِر َجا ِل ُك ۡ ِۖم فَإِن لَّ ۡم يَ ُكونَا َر ُجلَ ۡي ِن فَ َر ُج‬ َ ْ‫َوٱسۡ ت َۡش ِهدُوا‬
ٞۚ
ُ‫ش َهدَآ ُء إِذَا َما دُعُواْ َو ََّل ت َۡسَٔٔ ُم ٓواْ أَن ت َۡكتُبُوه‬ ُّ ‫ب ٱل‬ َ ‫ى َو ََّل يَ ۡأ‬ٰٞۚ ‫َض َّل إِحۡ دَ ٰى ُه َما فَتُذَك َِر إِ ۡحدَ ٰى ُه َما ۡٱۡل ُ ۡخ َر‬
ِ ‫أَن ت‬

145
Lembaga keuangan syariah dengan menggunakan tata kelola sistem keuangan
Islam harus dikembangkan dengan tiga unsur utama, yaitu: keamanan dan kesehatan;
kepercayaan dan keadilan; serta efisiensi dan efektivitas. Sehingga mempunyai daya
saing Internasional atau daya saing global. Burhanuddin Abdullah, Jalan Menuju
Stabilitas-Mencapai Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, (Jakarta : LP3ES, 2006),
106.
258 Lembaga Keuangan Syariah

َّ ‫ٱَّلل َوأ َ ۡق َو ُم لِل‬


ً‫ش ٰ َهدَ ِة َوأَ ۡدن ٰ َٓى أ َ ََّّل ت َۡرتَاب ُٓو ْا ِإ ََّّلٓ أَن ت َ ُكونَ ِت ٰ َج َرة‬ ِ َّ َ‫ط عِند‬ ُ ‫س‬َ ‫ِۦه ٰذَ ِل ُك ۡم أ َ ۡق‬ٞۚ ‫يرا ِإلَ ٰ ٓى أ َ َج ِل‬
ً ‫ِيرا أ َ ۡو َك ِب‬
ً ‫صغ‬ َ
َ ُ‫م َو ََّل ي‬ٞۚۡ ُ ‫علَ ۡي ُك ۡم ُجنَا ٌح أَ ََّّل ت َۡكتُبُوه َۗٓا َوأَ ۡش ِهد ُٓواْ إِذَا تَبَايَعۡ ت‬
‫ِب َو ََّل‬ٞ ‫ضا ٓ َّر كَات‬ َ ‫س‬ َ ‫ِيرونَ َها بَ ۡينَ ُك ۡم فَلَ ۡي‬ ُ ‫اض َر ّٗة تُد‬ ِ ‫َح‬
٢٨٢ ‫ِيم‬ٞ ‫عل‬ َ ٍ‫ٱَّللُ بِ ُك ِل ش َۡيء‬ َّ ‫ٱَّللُ َو‬ َ ِۖ َّ ْ‫سو ُۢ ُق بِ ُك ۡ ۗٓم َوٱتَّقُوا‬
ٓۗ َّ ‫ٱَّلل َويُعَ ِل ُم ُك ُم‬ ُ ُ‫د َوإِن ت َۡفعَلُواْ فَإِنَّ ۥهُ ف‬ٞۚٞ ‫ش ِهي‬َ
Artinya : 282. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya
dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana
Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan
dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang
lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi
yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)146
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik
kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu,
lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada
tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika
mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka

146
Perintah untuk menulis semua transaksi yang termasuk hutang-piutang adalah
bukti dan keadilan, sehingga tercipta dan tercurah rahmat dan berkah dari tata kelola
lembaga keuangan syariah dan sekaligus untuk meniadakan riba. M. Quraish Shihab,
Tafsir Al-Misbah-Volume 1, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), 602.
Lembaga Keuangan Syariah 259

tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu
adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Gambar 7
Pendekatan Regulasi

AL-QUR’AN HADIST

LEMBAGA
KEUANGAN
SYARIAH

UU NO 21 KEPMEN NO UU NO 20 TH UU NO 20 TH
TH 2008 91/1X TH 2004 2008 2008
TENTANG TENTANG TENTANG TENTANG
BANK SYARIAH GIAT KJKS UMKM UMKM

BANK LEMBAGA
TRANSAKSI
SYARIAH NON BANK
EKONOMI
SYARIAH

MASYARAKAT
Keterangan gambar 7 :
~ Lembaga keuangan syariah, baik pada badan hukum bank syariah atau
lebaga non bank syariah secara prinsip harus berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadist. Sedangkan secara tertulis operasional harus bersesuaian dengan
regulasi aturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
260 Lembaga Keuangan Syariah

~ Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan Syariah


mengatur antar lain :
a. Perbankan syariah termasuk unit usaha syariah mencakup unsur
kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya.
b. Bank umum syariah dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu-
lintas pembayaran.
c. Dalam kegiatan usahanya berdasarkan :
1) Prinsip syariah.
2) Demokrasi ekonomi.
3) Prinsip kehati-hatian.
d. Secara kelembagaan, bank umum syariah dapat menghimpun dana
dalam bentuk Giro, Tabungan berdasarkan Akad “Wadiah”.
e. Dapat menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad
“Mudharabah”.
f. Dapat melakukan kegiatan valuta asing, pasar modal, penyertaan
modal, perdagangan surat berharga dan lain-lain.
~ Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91/IX/2004 tentang Juklak Kegiatan
Koperasi Jasa Keuangan Syariah, antara lain mengatur :
a. KJKS atau Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan OJKS atau Unit Jasa
Keuangan Syariah, kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan,
investasi dan simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela.
b. KJKS dibentuk oleh minimal 20 orang yang mempunyai kepentingan
ekonomi yang sama.
Lembaga Keuangan Syariah 261

c. Secara kelembagaan, KJKS berpedoman pada Undang-Undang Nomor


25 tahun 1992 tentang Perkoperasian.
d. Pengelolaan UJKS dilakukan secara terpisah dari unit lainnya dalam
Koperasi yang bersangkutan.
e. Pembagian keuntungan atau profit margin disebut dengan SHU atau
Sisa Hasil Usaha yang besarannya atau prosentasenya diputuskan oleh
RAT (Rapat Anggota Tahunan).
f. KJKS atau UJKS dapat menghimpun dana dari anggota biasa, anggota
luar biasa, calon anggota dan Koperasi lainnya dalam bentuk tabungan
dan simpanan berjangka.
g. Akad layanan pembiayaan meliputi :
1) Mudharabah.
2) Musyarakah.
3) Murabahah.
4) Salam.
5) Istisna.
6) Ijarah.
7) Qard.
~ Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM mengatakan
antara lain :
a. Secara kelembagaan, lembaga keuangan mikro syariah merupakan
wadah atau organisasi yang merupakan kegiatan usaha yang mampu
memperluas lapangan pekerjaan, distribusi pendapatan serta mendorong
pertumbuhan ekonomi sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan daya
beli masyarakat.
262 Lembaga Keuangan Syariah

b. Secara kelembagaan usaha-usaha mikro kecil dan menengah dapat


berfungsi untuk :
1) Menumbuhkan semagat kemandirian, kebersamaan dan
kewirausahaan atau entrepreneurship.147
2) Merupakan implementasi dan kebijakan publik.
3) Pengembangan usaha yang berbasis pada potensi daerah.
4) Peningkatan daya saing ekonomi.
c. Kriteria kelembagaan pada aset dan usaha dalam satu tahun adalah
sebagai berikut :
1) Usaha mikro dengan aset Rp. 50 Juta dan kegiatan usaha dalam
satu tahun Rp. 30 Juta.
2) Usaha kecil dengan aset Rp. 50 Juta sampai Rp. 500 Juta dan
kegiatan usaha dalam satu tahun antara Rp. 300 Juta sampai Rp. 2,5
Milyar.
3) Usaha menengah dengan aset Rp. 500 Juta sampai Rp. 10 Milyar
dengan kegiatan usaha dalam satu tahun Rp. 2,5 Milyar sampai Rp.
50. Milyar.
~ Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK yang antara lain
mengatakan :
a. Perekonomian Nasional akan berkembang bila didukung oleh
lembaga keuangan yang terselenggaranya secara teratur, adil, transparan
dan akuntabel.148

147
Semangat kewirausahaan masyarakat harus didukung oleh lembaga keuangan
syariah secara profesional, baik sebagai Shahibul Maal-Mudlarib. Jasa perbankan
syariah akan menjadi katalisator untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Edukasi Profesional Syariah, Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah Kontemporer, (Jakarta :
Renaisan, 2005), 45.
Lembaga Keuangan Syariah 263

b. Lembaga jasa keuangan adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan


di sektor perbankan pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga
jasa keuangan lainnya.
c. Kegiatan sektor keuangan meliputi kelembagaan, kegiatan usaha
secara konvensional dan syariah.
d. Diantara wewenang OJK adalah :
1) Mengawasi kelembagaan bank yang meliputi perijinan.
2) Kegiatan usaha.
e. OJK melakukan pengaturan dan pengawasan bank terutama pada
aspek likuiditas, kinerja, laporan keuangan dan lain-lain.
f. OJK melakukan pengaturan, pengawasan dan pemeriksaan meliputi :
1) Manajemen risiko.
2) Tata kelola
3) Pencucian uang.
4) Kegiatan perbankan.

Dengan demikian pada pokok pembahasan harta sebagai objek lembaga


keuangan syariah harus mengedepankan tiga problematika, yaitu pada aspek
syariah, aspek tata kelola kelembagaan dan aspek harta atau keuangan. Untuk
itu sangat diperlukan adanya analisis komprehensif, sehingga terjadi
keseimbangan kepentingan di dunia dan akhirat. Sebagaimana Allah SWT
berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-Qashash (28) Ayat 77:

148
Perekonomian Nasional harus tumbuh dan berkembang untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara luas. Jangan sampai Negara Republik Indonesia yang
kita cintai ini menjadi negara yang secara ekonomi bangkrut dan secara politik
terpecah belah serta keamanan terjadi ketidakstabilan. Susilo Bambang Yudhoyono,
Mengatasi Krisis Menyelamatkan Reformasi, (Jakarta : PUSKAP, 2000), 41.
264 Lembaga Keuangan Syariah

‫ٱَّللُ ِإلَ ۡي ِۖكَ َو ََّل ت َۡب ِغ‬ َ ‫َصي َبكَ مِ نَ ٱلد ُّۡن َي ِۖا َوأَ ۡحسِن َك َما ٓ أَ ۡح‬
َّ َ‫سن‬ َ ‫َّار ۡٱۡلٓخِ َر ِۖة َ َو ََّل ت‬
ِ ‫َنس ن‬ َّ َ‫َو ۡٱبت َِغ فِي َما ٓ َءات َ ٰىك‬
َ ‫ٱَّللُ ٱلد‬
٧٧ َ‫ٱَّلل ََّل يُحِ بُّ ۡٱل ُم ۡف ِسدِين‬
َ َّ ‫ض إِ َّن‬ِۖ ِ ‫سادَ فِي ۡٱۡل َ ۡر‬ َ َ‫ۡٱلف‬
Artinya : 77. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.

Ayat tersebut di atas mengandung pengertian tentang keseimbangan


kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Akan tetapi bila
dilihat dari urutan bahasanya maka manusia harus terlebih dahulu untuk
berorientasi mencari kebahagiaan hidup di akhirat baru kemudian mencari
kebahagiaan hidup di dunia. Dengan dasar argumentasi bahwa jika seseorang
memperoleh kebahagiaan hidup di akhirat maka dengan sendirinya akan
memperoleh kebahagiaan hidup di dunia. Demikina juga sebaliknya.

Demikian juga Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-A’Raaf (7)
Ayat 32-33:
‫ِي لِلَّذِينَ َءا َمنُواْ فِي ۡٱل َح َي ٰو ِة ٱلد ُّۡن َيا‬ َ ‫ق قُ ۡل ه‬ ِ ٞۚ ‫ٱلر ۡز‬
ِ َ‫ت مِ ن‬ َّ ‫ٱَّلل ٱلَّت ِٓي أ َ ۡخ َر َج ِل ِع َبا ِدِۦه َو‬
ِ ‫ٱلط ِي ٰ َب‬ ِ َّ َ‫قُ ۡل َم ۡن َح َّر َم ِزينَة‬
‫ظ َه َر مِ ۡن َها‬ َ ‫ش َما‬ َ ِ‫ي ۡٱلف ٰ ََوح‬
َ ِ‫ قُ ۡل إِنَّ َما َح َّر َم َرب‬٣٢ َ‫ت ِلقَ ۡو ٖم يَعۡ لَ ُمون‬ ِ َ‫َص ُل ۡٱۡلٓ ٰي‬ ِ ‫ص ّٗة يَ ۡو َم ۡٱل ِق ٰيَ َم ۗٓ ِة َك ٰذَلِكَ نُف‬
َ ‫خَا ِل‬
‫ٱَّللِ َما‬َّ ‫علَى‬ َ ْ‫ط ّٗنا َوأَن تَقُولُوا‬َ ٰ ‫س ۡل‬ َّ ِ‫ق َوأَن ت ُ ۡش ِر ُكواْ ب‬
ُ ‫ٱَّللِ َما لَ ۡم يُن َِز ۡل بِِۦه‬ ِ ‫ي بِغ َۡي ِر ۡٱل َح‬ ۡ ۡ ِ ۡ ‫طنَ َو‬
َ ‫ٱۡلث َم َوٱلبَ ۡغ‬ َ َ‫َو َما ب‬
٣٣ َ‫ََّل تَعۡ لَ ُمون‬
Artinya : 32. Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah
yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan)
bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka
Lembaga Keuangan Syariah 265

saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-
orang yang mengetahui.
33. Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik
yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak
manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah
dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan
(mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu
ketahui".

Jika kandungan Ayat tersebut di atas dipadukan dengan pembahasan


“harta sebagai objek lembaga keuangan syariah”, maka dapat difahami sebagai
berikut :
a. Bahwa semuanya perhiasan, harta benda, hewan dan tumbuhan
adalah halal untuk dimanfaatkan, dibudidayakan atau dikonsumsi oleh
manusia. Kecuali ada dalil Al-Qur’an dan Hadist yang melarang dan
mengharamkan. Prinsip berfikir seperti ini sangat penting bila dikaitkan
dengan tugas manusia dilahirkan adalah untuk menjadi “Khalifah Fil Ard”,
dan logika berfikir trsebut tidak boleh dibalik menjadi “semua yang ada di
bumi, didalam dan di atasnya haram, kecuali ada dalil di dalam Al-Qur’an
atau hadist menghalalkannya”.

b. Kewenangan untuk menentukan boleh-tidaknya atau halal-haramnya


harta sebagai objek lembaga keuangan syariah harus bersesuaian dengan
Al-Qur’an dan Hadist. Artinya dalam konsep berfikir Islam adalah tidak
memisahkan antara transaksi ekonomi pada kehidupan dunia dengan
bermuamalah untuk kehidupan akhirat. Berkenaan dengan hal tersebut,
Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran Surat An-Nisaa’ (4) Ayat 160-161:
266 Lembaga Keuangan Syariah

١٦٠ ‫ٱَّلل َكثِي ّٗرا‬ ِ َّ ‫س ِبي ِل‬


َ ‫عن‬ َ ‫ص ِده ِۡم‬ َ ‫ت أُحِ َّل ۡت َل ُه ۡم َو ِب‬ ٍ ‫ط ِي ٰ َب‬
َ ‫علَ ۡي ِه ۡم‬ َ ‫ظ ۡل ٖم ِمنَ ٱلَّذِينَ هَادُواْ َح َّر ۡمنَا‬ُ ‫فَ ِب‬

َ ‫ ِل َوأَ ۡعتَ ۡدنَا ل ِۡل ٰ َكف ِِرينَ مِ ۡن ُه ۡم‬ٞۚ ِ‫اس بِ ۡٱل ٰبَط‬
‫عذَابًا أَل ِّٗيما‬ ِ َّ‫ع ۡنهُ َوأ َ ۡك ِل ِه ۡم أ َ ۡم ٰ َو َل ٱلن‬ ِ ‫َوأ َ ۡخ ِذ ِه ُم‬
َ ْ‫ٱلربَ ٰواْ َوقَ ۡد نُ ُهوا‬
١٦١
Artinya : 160. Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami
haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya)
dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi
(manusia) dari jalan Allah,
161. dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya
mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta
benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk
orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.

Dengan demikian, manusia tidak mempunyai kewenangan untuk merubah


yang haram menjadi halal, demikian juga manusia tidak bisa merubah barang
haram menjadi halal. Oleh sebab itu, lembaga keuangan syariah bersikap hati-
hati dalam menentukan objek usahanya. Dengan alasan inilah letak pentingnya
DPS atau Dewan Pengawas Syariah yang diposisikan dalam struktur organisasi
lembaga keuangan syariah.149
Berdasarkan Surat Keputusan MUI atau Majlis Ulama Indonesia Nomor
Kep-98/MUI/III/2001 mengatakan antara lain bahwa DSN atau Dewan Syariah
Nasional bertugas untuk menangani masalah-masalah yang berhubungan
dengan aktivitas lembaga keuangan syariah. Demikian juga pada Undang-

149
Peran dan fungsi Dewan Syariah yang paling utama adalah untuk menangani
semua permasalahan yang berhubungan dengan tata kelola lembaga keuangan
syariah. Untuk itu posisi anggota Dewan Syariah pada lembaga keuangan syariah
adalah bagian yang tidak terpisahkan. Edukasi Profesional Syariah, Sistem dan
Mekanisme Pengawasan Syariah, (Jakarta : Renaisan, 2005), 21.
Lembaga Keuangan Syariah 267

Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada Pasal 109
mengatakan bahwa setiap perusahaan yang menyelenggarakan bisnis
berdasarkan prinsip syariah harus diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah yang
bertugas untuk mengawasi dan membimbing agar semua aktivitas lembaga
keuangan syariah sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist. Demikian juga pada
kondisi tertentu harus diikuti dengan “law enforcement”, artinya pada kasus
tertentu harus diikuti dengan sanksi perdata atau pidana dengan tetap
berpedoman pada azas keadilan, sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam
Al-Quran Surat An-Nahl (16) Ayat 90:
ُ ‫ي ِ يَ ِع‬ٞۚ ‫شآءِ َو ۡٱل ُمنك َِر َو ۡٱلبَ ۡغ‬
َ ۡ‫ع ِن ۡٱلفَح‬
َ ‫س ِن َوإِيتَآي ِٕ ذِي ۡٱلقُ ۡربَ ٰى َويَ ۡن َه ٰى‬ ۡ َّ ‫۞إ َّن‬
‫ظ ُك ۡم‬ ِ ۡ ‫ٱَّللَ يَأ ُم ُر بِ ۡٱل َع ۡد ِل َو‬
َ ٰ ۡ‫ٱۡلح‬ ِ
٩٠ َ‫لَعَلَّ ُك ۡم تَذَ َّك ُرون‬
Artinya : 90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan
keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran.

Surat Keputusan Dewan Syariah Nasional atau DPS Nomor 3 tahun 2000
bahwa posisi anggota dewan pengawas syariah pada lembaga keuangan
syariah adalah suatu hal yang tidak terpisahkan dengan tugas untuk menjamin
kemurnian produk pembiayaan dan kolektivitas keuangan masyarakat serta
berbagai produk investasi dan lainnya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

F. TRANSAKSI YANG DILARANG PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH.


Objek transaksi yang dilakukan oleh lembaga keuangan baik langsung
(investasi langsung) atau dengan cara pembiayaan pada nasabah atau anggota,
artinya investasi tidak langsung dengan prinsip bagi hasil atau Mudharabah
268 Lembaga Keuangan Syariah

atau akad lainnya sangat dilarang pada objek yang jelas-jelas dilarang di dalam
Al-Qur’an, sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-
Maa’idah (5) Ayat 90-91:
َ ٰ ‫ش ۡي‬
‫ط ِن فَٱ ۡجتَنِبُوهُ لَعَلَّ ُك ۡم‬ ٞ ‫صابُ َو ۡٱۡل َ ۡز ٰلَ ُم ِر ۡج‬
َ ‫س ِم ۡن‬
َّ ‫ع َم ِل ٱل‬ َ ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓواْ إِنَّ َما ۡٱلخَمۡ ُر َو ۡٱل َم ۡيس ُِر َو ۡٱۡلَن‬
‫عن‬ َ ‫صدَّ ُك ۡم‬ُ َ‫ضا ٓ َء فِي ۡٱلخ َۡم ِر َو ۡٱل َم ۡيس ِِر َوي‬ َ ٰ ‫ش ۡي‬
َ ‫ط ُن أَن يُوقِ َع بَ ۡينَ ُك ُم ۡٱلعَ ٰدَ َوة َ َو ۡٱلبَ ۡغ‬ َّ ‫ إِنَّ َما ي ُِريدُ ٱل‬٩٠ َ‫ت ُ ۡف ِل ُحون‬
٩١ َ‫صلَ ٰو ِۖةِ فَ َه ۡل أَنتُم ُّمنت َ ُهون‬
َّ ‫ع ِن ٱل‬ ِ َّ ‫ذ ِۡك ِر‬
َ ‫ٱَّلل َو‬
Artinya : 90. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,
adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan.
91. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan
berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang;
maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Demikian juga operasional kegiatan lembaga keuangan syariah dilarang


menggunakan cara-cara yang merugikan orang lain sebagaimana Allah SWT
berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-Muthaffifin (83) Ayat 1, 2 dan 3:
٣ َ‫ َوإِذَا كَالُوه ُۡم أَو َّوزَ نُوه ُۡم ي ُۡخس ُِرون‬٢ َ‫اس يَسۡ ت َۡوفُون‬ َ ‫ل ل ِۡل ُم‬ٞ ‫َو ۡي‬
َ ْ‫ ٱلَّذِينَ إِذَا ۡٱكت َالُوا‬١ َ‫ط ِففِين‬
ِ َّ‫علَى ٱلن‬
Artinya : 1. Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang
2. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain
mereka minta dipenuhi,
3. dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain,
mereka mengurangi.

Kaidah Islam mengajarkan bahwa ketetapan harga suatu barang


ditentukan oleh mekanisme pasar, artinya pejabat negara atau tokoh agama
Lembaga Keuangan Syariah 269

tidak boleh intervensi pasar, terkecuali jika terjadi praktik monopoli dan
eksploitasi, sehingga mekanisme harga barang di pasar sebagai objek dari
lembaga keuangan syariah mengalami kondisi yang tidak sehat, sehingga
merugikan masyarakat secara umum karena ulah spekulan. Maka negara
dengan segala kekuasaannya dan kewenagannya harus turun tangan guna
menstabilkan harga.
Monopoli hukumnya haram, oleh karena itu sangat dilarang di dalam
mekanisme transaksi syariah. Adapun secara Fiqih ada dua syarat kegiatan
ekonomi dikatakan monopoli, yaitu; Pertama, kegiatan dan mekanisme
monopili tersebut merugikan masyarakat umum dan hanya menguntungkan
segelintir orang, karena sifat dasar transaksi ekonomi dalam Islam adalah
tolong-menolong, kejujuran dan keadilan meskipun tidak menafikkan
keuntungan. Lebih jauh dari itu dapat difahami bahwa keuntungan yang
diperoleh dan dikumpulkan secara halal diwajibkan untuk mengeluarkan
zakatnya 2,5% dari pokok harta; Kedua, pada praktik monopoli tersebut
bertujuan untuk menaikkan harga, sehingga para pedagang mendapatkan
selisih harga antara penjualan dan pembelian sangat besar. Artinya
keuntungan pedagang menjadi berlipat-lipat. Pada kondisi ini analisisnya
terletak pada posisi penawaran. Hal ini sangat berbeda secara hukum Fiqih
apabila kenaikan harga barang-barang yang menjadi objek lembaga keuangan
syariah disebabkan oleh peningkatan permintaan seperti pada saat menjelang
hari Raya Idul Fitri, Tahun Baru dan lain-lain.
Mekanisme pasar adalah cermin dari keadilan sosial, karena jumlah
barang yang ditawarkan di pasar terutama pada komoditas pertanian sangat
dipengaruhi oleh musim. Adapun mekanisme berjalan di luar kemampuan
270 Lembaga Keuangan Syariah

manusia, artinya musim adalah hak preogratif Allah SWT, tetapi pada kondisi
apapun manusia tetap diharuskan untuk berusaha. Pemikiran tersebut di atas
berpedoman pada Firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ra’d (13)
Ayat 11:
‫ٱَّللَ ََّل يُغَيِ ُر َما بِقَ ۡو ٍم َحتَّ ٰى يُغَيِ ُرواْ َما‬
َّ ‫ٱَّلل ِإ َّن‬ ُ َ‫ت ِم ُۢن بَ ۡي ِن يَدَ ۡي ِه َومِ ۡن خ َۡل ِفِۦه يَحۡ ف‬ٞ َ‫لَ ۥهُ ُمعَ ِق ٰب‬
ِ ٓۗ َّ ‫ظونَ ۥهُ مِ ۡن أ َ ۡم ِر‬
١١ ‫ۥهُ َو َما لَ ُهم ِمن دُونِِۦه مِ ن َوا ٍل‬ٞۚ َ‫س ٓو ّٗءا فَ ًَل َم َردَّ ل‬ َّ َ‫بِأَنفُ ِس ِه ۡ ۗٓم َوإِذَآ أ َ َراد‬
ُ ‫ٱَّللُ بِقَ ۡو ٖم‬
Artinya : 11. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Demikian juga manusia harus mempunyai keyakinan bahwa rizki makhluk


di dunia ini sudah diatur dan ditetapkan oleh Allah SWT. Artinya porsi manusia
itu berdo’a dan berusaha. Adapun hasil dari usaha tersebut masuk pada rana
ketentuan Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an
Surat Huud (11) Ayat 6:
٦ ‫ين‬ ٖ َ‫ل فِي ِك ٰت‬ٞ ‫ا ُك‬ٞۚ ‫ع َه‬
ٖ ِ‫ب ُّمب‬ َ َ‫ٱَّلل ِر ۡزقُ َها َويَعۡ لَ ُم ُمسۡ تَقَ َّرهَا َو ُمسۡ ت َۡود‬
ِ َّ ‫علَى‬ ِ ‫۞و َما مِ ن دَآبَّ ٖة فِي ۡٱۡل َ ۡر‬
َ ‫ض إِ ََّّل‬ َ
Artinya : 6. Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-
lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu
dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh
mahfuzh).
Lembaga Keuangan Syariah 271

BAB IV
SISTEM KEUANGAN PADA KELEMBAGAAN SYARIAH

Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial yang berinteraksi


antara yang satu dan yang lainnya terutama dalam kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Untuk itu, kondisi saat ini hampir bisa dikatakan bahwa
manusia tidak dapat hidup tanpa berinteraksi dengan orang lain. Proses
interaksi antar manusia dan antar kelompok dalam usaha untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang meliputi “sandang-pangan-papan” dan yang lainnya
disebut dengan kegiatan ekonomi. Kemudian lebih jauh dari itu, kegiatan
ekonomi dapat dikelompokkan menurut subjek-objek kedalam satu kegiatan
bisnis atau organisasi bisnis, akumulasi dari kegiatan bisnis baik dalam
organisasi tertentu atau perorangan yang melakukan kegiatan usaha dan saling
berinteraksi antar satu dan lainnya dalam satu wadah kegiatan disebut dengan
fungsi kelembagaan.150
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelembagaan atau institusi
adalah wadah atau palangan atau pramata dengan aturan tertentu yang sudah
disepakati serta diawaki dengan struktur organisasi dan orang-orang tertentu
yang dipersyaratkan untuk menjamin lancarnya tata kelola dan proses interaksi
bisnis atau usaha lainnya. Adapun prinsip lembaga keuangan syariah adalah
badan usaha atau institusi kelembagaan yang bergerak di bidang keuangan

150
Instrumen moneter yang mempengaruhi secara langsung jumlah uang beredar,
nisbah bagi hasil dan tingkat pembiayaan investasi akan berpengaruh terhadap sektor
bisnis “sandang, pangan dan papan”. Untuk itu kebijakan moneter yang bersentuhan
langsung dengan perbankan harus mengedepankan faktor kehati-hatian dan
pertumbuhan ekonomi. Sri Fatmawati, Bank Sentral-pada buku Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya, (Yogyakarta : STIE YKPN, 1999), 33.
272 Lembaga Keuangan Syariah

berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist serta dalam teknis operasional dan


kegiatannya menghimpun dana masyarakat serta menyalurkannya dalam
bentuk pembiayaan, kredit dan investasi dengan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian, lembaga keuangan
syariah secara prinsip berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist, sedangkan secara
teknis operasional dan kegiatannya berdasarkan regulasi yang sudah ada, yaitu
peraturan perundang-undangan yang berlaku pada saat itu.

A. PENDAHULUAN.
Konsep dasar yang dibangun pada implementasi lembaga keuangan
syariah adalah kemakmuran bersama, keadilan sosial dengan distribusi
pendapatan yang optimal merata sehingga secara tidak langsung menjadi
penyanggah untuk tercapainya “Rahmatan Lil Alamin”, dengan demikian
operasional lembaga keuangan syarah harus terhindar dari praktik korupsi,
eksploitasi dan monopoli.151
Korupsi adalah penyakit kronis pada lembaga-lembaga keuangan apapun
jenisnya, baik pada kejahatan perbankan termasuk juga “money loundry”. Ada
beberapa faktor terjadinya korupsi, yaitu :
1. Kesadaran. Tingkat kesadaran para koruptor itu lemah, baik dari sisi
agama, etika dan budaya, sehingga mereka dengan leluasa mengambil
dan menikmati harta yang bukan miliknya atau bukan haknya. Ajaran
Islam mengharuskan untuk berbuat baik dan sangat dilarang untuk

151
Terdapat pemikiran bahwa ideologi yang dibangun oleh masyarakat kapitalis
akan menjustifikasi dan mensakralkan totalitas relasi sosial yang muncul diatas
landasan eksploitasi ekonomi. William Outhwhite, Ensiklopedia Pemikiran Sosial
Modern, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), 111.
Lembaga Keuangan Syariah 273

memakan harta secara batil. Sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam


Al-Qur’an Surat An- Nisaa’ (4) Ayat 29:
‫م َو ََّل‬ٞۚۡ ‫اض ِمن ُك‬ َ ً ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ََّل ت َۡأ ُكلُ ٓواْ أَمۡ ٰ َولَ ُكم بَ ۡي َن ُكم بِ ۡٱل ٰبَطِ ِل ِإ ََّّلٓ أَن ت َ ُكونَ تِ ٰ َج َرة‬
ٖ ‫عن ت ََر‬
٢٩ ‫ٱَّلل َكانَ بِ ُك ۡم َرحِ ّٗيما‬ َ ُ‫ت َۡقتُلُ ٓواْ أَنف‬
َ َّ ‫م إِ َّن‬ٞۚۡ ‫س ُك‬
Artinya : 29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.

2. Budaya Materialistik. Mayoritas para pelaku korupsi adalah mereka


yang kaya.152 Artinya secara financial mereka berkecukupan. Maka
pertanyaan besarnya adalah, mengapa hal ini bisa terjadi?, karena dalam
fikiran mereka sudah terjangkit penyakit “budaya materialistik”. Sehingga
parameter yang tersimpan di bawah alam sadarnya adalah untuk
mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tanpa memperdulikan halal
dan haram, padahal dalam konteks lembaga keuangan syariah, objek
harta harus “Halalan Toyyiban”, atau halal dan baik. Sebagaimana Allah
SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (2) Ayat 68:
َ‫انُ بَ ۡينَ ٰذَل ِِۖك‬
ُۢ ‫عو‬
َ َ ‫ض َو ََّل بِ ۡك ٌر‬ َ ٞۚ ‫قَالُواْ ۡٱدعُ لَنَا َربَّكَ يُبَيِن لَّنَا َما ه‬
ِ َ‫ة ََّّل ف‬ٞ ‫ِي قَا َل إِنَّ ۥهُ يَقُو ُل إِنَّ َها بَقَ َر‬
ٞ ‫ار‬
٦٨ َ‫فَ ۡٱف َعلُواْ َما ت ُ ۡؤ َم ُرون‬
Artinya : 68. Mereka menjawab: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk
kami, agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina apakah itu". Musa

152
Adanya upaya untuk menguasai atau memiliki harta kekayaan publik melalui
pendekatan kekuasaan atau pengaruh pribadi dapat digolongkan tindakan korupsi,
menggelapkan angaran pemerintah dan lain-lain. Michael P. Torado dan Stephen C.
Smith, Pembangunan Ekonomi, (Jakarta : Erlangga, 2009), 161.
274 Lembaga Keuangan Syariah

menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah


sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".

Pada tataran filosofi Jawa, kata “halalan toyyiban” itu equivalent


dengan kata “bener lan pener”. Artinya harta yang diperoleh dalam
bentuk objek yang halal yaitu bukan babi, bukan khamer, bukan bangkai
dan lain-lain. Demikian juga cara memperolehnya dengan cara yang halal.
Artinya tidak dari hasil mencuri atau korupsi. Misalnya seseorang
mendapatkan mobil dengan cara korupsi, sehingga barang tersebut
menjadi tidak pener atau seseorang yang mempunyai penyakit darah
tinggi kemudian mengkonsumsi sate kambing, sehingga berakibat strooke
(sate kambing yang dikonsumsi halal, tetapi karena mereka ada penyakit
darah tinggi, maka menjadi tidak baik).

3. Formalitas Agama. Didalam tafsir kehidupan sering terjadi acara-


acara keagamaan dirancang hanya sebagai kegiatan protokoler dan
formalitas, sehingga jauh api dari panggang. Artinya ajaran agama yang
melarang praktik korupsi, monopoli dan eksploitasi hanya sebagai selogan
belaka.

4. Kesempatan. Secara umum, praktik kejahatan, kecurangan pada


lembaga keuangan itu memenuhi adanya dua syarat, yaitu adanya niat
dan adanya kesempatan. Untuk itu konsep “Waskat” atau pengawasan
melekat di dalam departemen risiko yang termasuk dalam struktur
organisasi lembaga keuangan mutlak diperlukan. Dengan demikian tata
kelola lembaga keuangan syariah diharapkan juga menerapkan konsep
Lembaga Keuangan Syariah 275

“GCG” atau “Good Corporate Governance”, yaitu tata kelola lembaga


keuangan yang baik sesuai dengan norma dan aturan perundang-
undangan yang berlaku. Unsur dari GCG meliputi :
a) Informasi153, yaitu proses mekanisme keterbukaan informasi
yang akurat dan tepat untuk semua “stakeholder” tidak boleh ada
praktik informasi “arimetris”, keterbukaan informasi terutama pada
aspek posisi dan fluktuasi keuangan dan mekanisme pasar menjadi
dasar manajemen untuk mengambil keputusan dan strategi bersaing
lembaga keuangan. Karena jika data dan informasi yang masuk
menyimpang dan salah, maka keputusan yang diambil juga salah dan
tidak menutup kemungkinan berdampak pada kerugian yang besar.

b) Accountability, yaitu kejelasan dari fungsi, siapa dan berbuat


apa, atau dalam istilah adalah “tupoksi”, yaitu tugas pokok dan aksi.
Dengan demikian dapat diukur tingkat efektifitas dan tingkat
efisiensi.154

c) Tingkat kemandirian, adalah ukuran tingkat profesionalisme


pada semua level pejabat pada struktur organisasi lembaga

153
Program atau kegiatan yang dalam ruang lingkup GCG atau Good Corporate
Governance adalah langkah yang penting untuk membangun kepercayaan semua
pihak, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan daya saing perusahaan.
Imam Sjahputra Tungal, Membangun Good Corporate Governance, (Jakarta :
Harvarindo, 2002), 10.
154
Hukum keuntungan komparatif bila diimplementasikan pada lembaga keuangan
syariah merupakan penawaran berbagai produk layanan, baik bank syariah sebagai
Shahibul Maal atau sebagai Mudlarib. Meskipun pada setiap lembaga keuangan
akhirnya mempunyai spesialisasi atau keunggulan produk. Mark Skoven, Sejarah
Pemikiran Ekonomi-Sang Maestro Teori-Teori Ekonomi Modern, Penerjemah: Tri
Wibowo Budi Santoro, (Jakarta : Prenada Media, 2005), 126.
276 Lembaga Keuangan Syariah

keuangan. Artinya semua pejabat dan karyawan mempunyai tugas


dan tanggung jawab yang sudah diatur di dalam “SOP” perusahaan,
sehingga tingkat kemandirian sudah terukur secara pasti dengan
tidak ada benturan atau friksi kepentigan antar pejabat dalam
struktur organisasi yang sudah baku.

d) Keadilan, adalah neraca keseimbangan antara hak dan


kewajiban serta selaras antara tugas dan pendapatan. Secara
sederhana dapat dianalogikan “karyawan yang keluar keringatnya
lebih banyak maka mereka harus lebih banyak minum”. Sifat
proporsional pada lembaga keuangan terutama lembaga keuangan
syariah maka akan menepis sifat kecemburuan di kalangan karyawan
dan sekaligus dapat menutup pintu kekurangan karena semua
pejabat dan karyawan diperlakukan secara adil dan diposisikan sesuai
dengan regulasi yang berlaku.

B. ETIKA KELEMBAGAAN.
SOP atau Standar Operasional Prosedur merupakan buku panduan
tentang tata laksana kegiatan lembaga keuangan syariah dengan tujuan agar
tercipta keserasian kerjasama antar unit dalam satu lembaga maupun lembaga
lain secara efektif dan efisien.155

155
Untuk mencapai efektif dan efisien pada lembaga keuangan syariah, maka
diperlukan adanya analisis jabatan dan struktur organisasi yang mencerminkan
pembagian tugas dan tanggung jawab serta adanya spesifikasi jabatan tertentu,
sehingga tercipta pola kerja yang harmonis dengan didukung oleh motivasi dan
semangat kerja yang optimal. Prasetyo Irawan dan Tim, Manajemen Sumber Daya
Manusia, (Jakarta : STIA Press LAN, 2002), 45.
Lembaga Keuangan Syariah 277

Tingkat kenyamanan, keserasian dan harmonisasi kerja akan dengan


mudah terjadi apabila terpenuhi dua syarat utama, yaitu kepuasan lahir dan
batin. Kondisi seperti ini akan dengan mudah terjadi pada lembaga keuangan
syariah yaitu secara financial atau gaji karyaan dan kompensasi atau deviden
para penyandang dana sesuai dengan UMR atau kepantasan yang berlaku saat
itu di banyak perusahaan. Sedangkan kepuasan secara batin akan diperoleh
karena lembaga keuangan syariah bekerja berdasarkan kaidah agama yang
tertulis di dalam Al-Qur’an dan Hadist serta secara teknis operasional
bersesuaian dengan semua peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan demikian etika kelembagaan harus menjaga norma dan nilai agama,
negara dan kearifan lokal, artinya target operasionalnya adalah profit oriented
dan social oriented. Sehingga semua stakeholder merasa diperlakukan secara
adil dan tidak ada praktik eksploitasi, baik secara tersirat dan tersurat serta
terjadi komunikasi yang harmonis dengan diikat “Ukhuwah Islamiyah” atau
persaudaraan religius.
278 Lembaga Keuangan Syariah

Gambar 8
Etika Kelembagaan

SYARIAH KONVENSIONAL

ETIKA
KELEMBAGAAN

CORPORATE
GOVERNANCE

FINANCIAL CONTRACTUAL WORK


GOVERNANCE GOVERNANCE GOVERNANCE

Keterangan Gambar 8 :
Check and Balance atas perilaku manajemen oleh penyandang dana atau
Shahibul Maal sangat penting pada lembaga keuangan syariah guna
memastikan bahwa etika kelembagaan berjalan dengan baik yang meliputi tata
kelola keuangan atau “financial governance”, tata kelola pada kontrak
kerjasama atau perjama (perjanjian kerjasama) atau “contractual governance”
dan tata kelola kerja atau “work governance” yang meliputi bentuk komunikasi
kerja antara manajemen dan pekerja serta kerjasama antara Shahibul Maal
dan Mudlarib pada satu perusahaan dan pada perusahaan lain. Hubungan
kerjasama yang baik akan melahirkan tingkat kepercayaanyang tinggi,
Lembaga Keuangan Syariah 279

demikian juga sebaliknya. Untuk itu memegang komitmen pada perjanjian


adalah ukuran daya saing lembaga keuangan syariah. Dengan demikian etika
kelembagaan dibangun atas dasar neraca keadilan, kejujuran dan komitmen
yang kuat.

1. Konsep Dasar Lembaga Keuangan Syariah.


“Islamic Values” dan “Islamic Principle” adalah konsep dasar dari
bangunan lembaga keuangan syariah. Nilai dasar yang dibangun berdasarkan
ajaran Islam yan tertuang dalam Al-Qur’an dan Hadist serta prinsip-prinsip
syariah dalam kegiatan ekonomi yang meliputi prinsip tauhid, prinsip adil,
prinsip tolong-menolong, prinsip kehalalan dan prinsip kesepakatan.
Pembangunan ekonomi dalam Islam tidak hanya berorientasi pada
kebahagiaan hidup di dunia, tetapi kebahagiaan hidup di akhirat, sehingga
implementasi lembaga keuangan syariah yang berkorelasi pada kegiatan bisnis
harus menghadirkan Tuhan. Artinya semua transaksi bisnis atau nermuamalah
harus berdasarkan kaidah Islam. Dengan demikian dasar keyakinan yang
dibangun adalah setiap transaksi atau setiap usaha memobilasi dana
masyarakat serta melakukan kegiatan investasi atau pembiayaan harus dengan
niat ibadah. Sehingga setiap perilaku bisnis harus berkeyakinan bahwa harta
yang dikelola oleh lembaga keuangan syariah adalah milik Allah SWT,
sedangkan manusia hanya menerima amanah atau titipan yang kelak di akhirat
akan dimintai tanggung jawabnya. Paradigma tanggung jawab di dunia dan di
akhirat adalah konsep dasar yang harus dipegang teguh secara kuat dan
permanen.
280 Lembaga Keuangan Syariah

2. GCG (Good Corporate Governance) adalah tata kelola perusahaan yang


baik dengan parameter :156
a) Hak dan tanggung jawab pemegang saham.
b) Kebijakan pengelola perusahaan.
c) Praktik pengelolaan perusahaan dan keterbukaan.
d) SOP dan regulasi internal dan eksternal.
e) Etika dan budaya perusahaan yang baik.
Adapun tata kelola kelembagaan keuangan syariah menggunakan
standar yang sedikit berbeda disebabkan cara berfikir dan pemahaman
yang berbeda, yaitu :
a) Kegiatan bisnis adalah bermuamalah bernilai ibadah.
b) Menghadirkan Tuhan di setiap transaksi bisnis, artinya tidak
boleh kegiatan bisnis yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan
Hadist, dengan demikian semua objek investasi harus bersifat halal.
c) Harus bersikap adil dan jujur serta tidak ada praktik eksploitasi157
dan monopoli, sehingga merugikan masyarakat luas.
d) Terhindar dari praktik riba, gharar dan maisir, dengan demikian
operasional lembaga keuangan syariah bersifat spesifik dan
meyakinkan semua pihak.

156
Salah satu prinsip GSG adalah akuntabilitas, yaitu setiap transaksi pada lembaga
keuangan syariah harus dapat dipertanggungjawabkan dan secara akuntansi dapat
diaudit, transparati serta pada batas kewenangan para pihak. John Pieris, Nizam Jim,
Etika Bisnis dan Good Corporate Governance, (Jakarta : Pelangi Cendekia, 2007), 133.
157
Faktor utama pada lembaga keuangan syariah adalah “keadilan”. Artinya
hepotesa yang dibangun yaitu “jika transaksi ekonomi dibangun atas kesadaran
pentingnya keadilan, maka semua pihak tidak ada yang dirugikan, begitu juga
sebaliknya. Umi Karomah Yanuariddin, Kebijakan Stabilisasi dan Keadilan Dalam Islam-
pada buku Kebijakan Ekonomi Dalam Islam, (Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2005), 83.
Lembaga Keuangan Syariah 281

Secara luas “Corporate Governance” dapat difahami sebagai sistem dan


struktur serta kegiatan untuk mengelola perusahaan dengan tujuan untuk
meningkatkan nilai pemegang saham atau “Stakeholders Value” serta menjaga
keharmonisan hubungan dengan berbagai pihak yang berkepentingan
langsung dan tidak langsung dengan perusahaan atau “Stakeholders”. Adapun
terbatas pada pemahaman “Governance” dapat diartikan sebagai proses
pengelolaan dan pemahaman pada aspek kehidupan yang meliputi aspek
sosial, aspek politik, aspek ekonomi, aspek lingkungan, aspek keamanan dan
lain-lain dengan cara yang sesuai dengan kaidah dan prinsip keadilan, efisiensi,
transparansi dan akuntabilitas.
Keterbukaan dan transparansi pada semua kegiatan lembaga keuangan
syariah dalam bentuk kerangka kerja “Corporate Governace” harus mampu
menyajikan data perusahaan yang meliputi laporan keuangan dan rasio
rentalitas yang menggambarkan kinerja perusahaan. Dengan demikian kondisi
kesehatan keuangan perusahaan serta prospektif perusahaan kedepan harus
tergambar secara jelas pada tahapan laporan kegiatan yang meliputi laporan
harian, laporan mingguan, laporan per triwulan, laporan semester dan laporan
tahunan dengan berikut analisisnya.
282 Lembaga Keuangan Syariah

C. PRINSIP ETIKA BISNIS PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH.158


Secara umum prinsip dasar pada pemahaman etika bisnis adalah adanya
perilaku, ucapan atau kebijakan yang bersumber dari kesadaran secara pribadi
untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu yang didasari oleh
nilai keimanan dan ketaatan pada ajaran agama, sehingga pada konteks
operasional lembaga keuangan syariah maka sumber dasar etika bisnis adalah
Al-Qur’an dan Hadist, aturan perundang-undangan yang berlaku serta kearifan
lokal. Akan tetapi secara spesifik bahwa prinsip dasar etika bisnis pada
lembaga keuangan syarah meliputi :

1. Kegaiatan dan transaksi ekonomi adalah bagian dari kegiatan


muamalah yang diatur secara rinci pada ilmu fikih, sehingga termasuk
dalam kegiatan ibadah.
2. Dasar keyakinan bahwa semua harta di dunia ini adalah milik Allah
SWT dan manusia hanya mendapatkan amanah atau titipan sehingga
kelak di akhirat nanti akan diminta pertangung jawabannya.
3. Ada tangung jawab moral dan tanggung jawab sosial.
4. Tidak ada praktik monopoli, eksploitasi dan suap serta korupsi.
5. Bersikap jujur, adil dan transparan sehingga tidak ada pihak yang
merasa ditipu atau dirugikan.

158
Prinsip dasar pada lembaga keuangan syariah antara lain menjaga
keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum serta ekonomi
politik Islam juga menjaga naluri politik individu dan kebutuhan spiritual, sehingga
orientasi dasar “fid dunya hasanah” dan “wa fil akhiroti hasanah” dapat terwujud
dengan baik. Mustofa Edwin Nasution, Dkk., Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam,
(Jakarta : Prenada Media Group, 2007), 154.
Lembaga Keuangan Syariah 283

Dengan demikian dapat difahami bahwa orientasi etika bisnis pada


lembaga keuangan syariah adalah menjaga harmonissasi hubungan vertikal
dan horizontal yaitu “hablum minnallah dan hablum minannas”, artinya setiap
kegiatan ekonomi dan transaksi bisnis harus disandarkan pada kesadaran
untuk berbuat baik kepada manusia dengan dasar ketaatan dan keimanan
kepada Allah SWT.159
Allah SWT menciptakan alam dan segala isinya serta segala proses dan
mekanismenya dalam bentuk ekosistem yang teratur dan seimbang adalah
untuk manusia dalam rangka menjalankan fungsi manusia sebagai wakil Tuhan
atau pemimpin di dunia ini atau sebagai “Khalifah Fil Ard” yaitu mengolah dan
memanfaatkan alam ini untuk kepentingan dan kebutuhan manusia dengan
satu syarat yaitu dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan serta menjaga
keseimbangan. Untuk itu dalam konteks lembaga keuangan syariah melakukan
kegiatan memobilisasi keuangan masyarakat berupa Tabungan, Deposito,
simpanan Giro dan lain-lain serta melakukan kegiatan pembiayaan dan
investasi harus berpedoman pada prinsip kelestarian ekosistem, objek
pembiayaan dan investasi yang halal serta kelestarian alam dan keseimbangan
lingkungan serta lebih jauh dari itu dapat menciptakan lingkungan yang
harmonis, membuka lapangan pekerjaan, melakukan sosialisasi produk dengan
cara mencerdaskan kehidupan bangsa serta mampu meningkatkan
kemakmuran bersama.

159
Etika bisnis pada lembaga keuangan syariah memposisikan etika pada aspek
theologis, artinya ukuran baik dan buruknya perbuatan didasarkan pada ketentuan
ajaran agama. Dengan demikian terjadi penyatuan cara berfikir antara aspek ekonomi
dan aspek religious. Abdullah Fathoni, Etika Bisnis Syariah-Bank, Koperasi dan BMT,
(Jakarta : Yayasan Pendidikan Nur Azza Lestari, 2018), 197
284 Lembaga Keuangan Syariah

Objektivitas etika bisnis pada lembaga keuangan syariah mempunyai tiga


jalur kesadaran dan keseimbangan, yaitu hubungan dengan Allah SWT dalam
bentuk keimanan yang sempurna atau “insan kamil” dan hubungan sesama
manusia serta hubungan dengan alam.
Gambar 9
Etika Bisnis Pada Lembaga Keuangan Syariah

Keterangan Gambar 9 :
➢ Ada tiga korelasi dan pemahaman pada operasional kegiatan lembaga
keuangan syariah yang berkaitan dengan etika bisnis dengan tetap menjaga
kesadaran keimanan dan ketaqwaan kepada allah SWT dan komunikasi bisnis
yang baik dengan semua “Stakeholders” serta dengan tetap menjaga
kelestarian alam.

➢ Ketaatan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa dengan tetap mengikuti
petunjuk-Nya yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist. Sedangkan pada aspek
“hablum minannas” yang secara tertulis dalam bentuk pelayanan lembaga
keuangan syariah pada masyarakat secara luas dengan berpedoman pada
Lembaga Keuangan Syariah 285

semua peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kearifan lokal.


Adapun pada objek pembiayaan dan investasi lembaga keuangan syariah harus
berpegang teguh pada objek yang halal serta harus menjaga kelestarian alam
dan ekosistem.
Semua aktivitas bisnis lembaga keuangan syariah adalah bagian integral
dari kegiatan ekonomi secara nasional serta ikut serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui distribusi pendapat yang adil sehingga dapat
diartikan bahwa lembaga keuangan syariah turut serta berpartisipasi aktif
dalam program pembangunan pemerintah. Untuk itu kehadiran pemerintah
dalam mendorong pembangunan lembaga keuangan syariah merupakan
keniscayaan, sehingga sudah seyogyanya memberikan akses seluas-luasnya
pada aspek permodalan serta turut menjaga “core bisnis” lembaga keuangan
yang bermodal besar dengan membagi “sigmentasi pasar” secara adil dan
proporsional.160
Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-Jumu’ah (62) Ayat 9 dan
10:
‫ر لَّ ُك ۡم‬ٞ ‫ َع ٰذَ ِل ُك ۡم خ َۡي‬ٞۚ ‫ٱَّلل َوذَ ُرواْ ۡٱلبَ ۡي‬
ِ َّ ‫صلَ ٰوةِ مِ ن يَ ۡو ِم ۡٱل ُج ُمعَ ِة فَٱسۡ عَ ۡواْ ِإلَ ٰى ذ ِۡك ِر‬ ٓ
َ ‫ٰيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓواْ ِإذَا نُود‬
َّ ‫ِي لِل‬
َ َّ ْ‫ٱَّلل َو ۡٱذ ُك ُروا‬
‫ٱَّلل‬ ِ َّ ‫ض ِل‬ ۡ َ‫ض َو ۡٱبتَغُواْ مِ ن ف‬ ِ ‫صلَ ٰوة ُ فَٱنتَش ُِرواْ فِي ۡٱۡل َ ۡر‬ َّ ‫ت ٱل‬ ِ ُ‫ فَإِذَا ق‬٩ َ‫ِإن ُكنت ُ ۡم تَعۡ لَ ُمون‬
ِ ‫ض َي‬
١٠ َ‫َكث ِّٗيرا لَّ َعلَّ ُك ۡم ت ُ ۡف ِل ُحون‬
Artinya : 9. Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah
jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

160
Segmentasi pasar dalam periode waktu tertentu akan melahirkan “tingkat
spesialisasi optimum” pada lembaga keuangan, sehingga diharapkan akan terjadi
kondisi yang efektif dan efisien dan pada sektor pembiayaan dan investasi terjadi
peningkatan produksivitas. Sthepen M. Goldfeld dan Lester V. Chandler, Ekonomi dan
Bank, Alih Bahasa: Danny Hutabarat, (Jakarta : Erlangga,1996), 5.
286 Lembaga Keuangan Syariah

10. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.

Kajian Ayat tersebut di atas menunjukkan keseimbangan antara


kepentingan hidup di dunia dan di akhirat, sehingga pelaku usaha atau
transaksi bisnis harus ditinggalkan ketika ada panggilan untuk melakukan
sholat Jum’at dan apabila sholat telah selesai ditunaikan maka Allah SWT
memerintahkan untuk melanjutkan aktivitas bisnis dan mencari karunia Allah
SWT. Artinya dalam membagi kegiatan harus ada waktu yang tepat, sehingga
secara organisasi lembaga keuangan syariah harus memberikan kesempatan
semua karyawannya laki-laki yang beragama Islam untuk melaksanakan sholat
Jum’at dan lebih dari itu, untuk karyawan perempuan yang melahirkan dan
datang bulan atau haid harus mendapatkan dispensasi secara wajar dengan
tidak meninggalkan tanggung jawabnya sesuai dengan struktur jabatan pada
lembaga keuangan syariah tersebut.

D. KEUANGAN.
Transaksi ekonomi pada lembaga keuangan syariah harus tercatat pada
laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan, laporan semester dan
laporan tahunan. Satuan hitung yang digunakan pada berbagai jenis laporan
tersebut dalam bentuk mata uang. Oleh sebab itu laporan terebut disebut
dengan laporan keuangan. Semua ukuran perkembangan pembiayaan dan
investasi dan lain-lain menggunakan data numerik uang. Untuk itu harus
difahami terlebih dahulu berbagai aspek tentang uang. Dalam kajian agama
Islam diceritakan di dalam Al-Qur’an Surat Yusuf (12) Ayat 20 dan Surat Al-
Lembaga Keuangan Syariah 287

Kahfi (18) Ayat 19 yang menceritakan penggunaan mata uang pada periode
sejarah zaman dahulu. Dokumentasi Al-Qur’an terhadap kisah dan cerita
tersebut bersifat mutlak dan hak serta tidak terbantahkan. Surat Yusuf (12)
Ayat 20:
َّ ٰ َ‫َوش ََر ۡوهُ بِث َ َم ُۢ ِن بَ ۡخ ٖس دَ ٰ َره َِم َمعۡ دُودَ ٖة َوكَانُواْ فِي ِه مِ ن‬
٢٠ َ‫ٱلز ِهدِين‬
Artinya : 20. Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu
beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf.

Isi Surat Al-Kahfi (18) Ayat 19:

َ َ ‫َو َك ٰذَلِكَ َب َع ۡث ٰنَ ُه ۡم ِل َيت‬


َ ۡ‫ِل ِم ۡن ُه ۡم ك َۡم لَ ِب ۡثت ُ ۡ ِۖم قَالُواْ لَ ِب ۡثنَا َي ۡو ًما أ َ ۡو َبع‬ٞ ‫م قَا َل قَآئ‬ٞۚۡ ‫سا ٓ َءلُواْ َب ۡينَ ُه‬
‫م قَالُواْ َربُّ ُك ۡم أَ ۡعلَ ُم‬ٞۚ ٖ ‫ض َي ۡو‬
ُ‫طعَ ّٗاما فَ ۡليَ ۡأتِ ُكم بِ ِر ۡز ٖق ِم ۡنه‬َ ‫ظ ۡر أَيُّ َها ٓ أ َ ۡزك َٰى‬ ُ ‫بِ َما لَبِ ۡثت ُ ۡم فَ ۡٱبعَث ُ ٓواْ أ َ َحدَ ُكم بِ َو ِرقِ ُك ۡم ٰ َه ِذ ِٓۦه إِلَى ۡٱل َمدِينَ ِة فَ ۡليَن‬
َّ َ‫َو ۡليَتَل‬
١٩ ‫ط ۡف َو ََّل ي ُۡشع َِر َّن بِ ُك ۡم أَ َحدًا‬
Artinya : 19. Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling
bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka:
Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)". Mereka menjawab: "Kita
berada (disini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan
kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah
salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang
perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka
hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku
lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada
seorangpun.
288 Lembaga Keuangan Syariah

Gambar 10
Fungsi Uang pada Lembaga Keuangan Syariah

TRANSAKSI EKONOMI

FUNGSI
UANG

STANDAR UNIT MEDIUM STANDAR


PENYIMPAN
UKURAN SATUAN OF PEMBAYARAN
NILAI
HARGA HITUNG EXCHARGE NON TUNAI

LEMBAGA
KEUANGAN
SYARIAH

MASYARAKAT

Keterangan Gambar 10 :
➢ Menurut Undang-Undang RI Nomor 23 tahun 1999 tetang Bank Indonesia,
Pasal 1 pada poin 10 mengatakan bahwa; kebijakan moneter adalah kebijakan
yang ditetapkan dilaksanakan oleh bank indonesia untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah yang dilakukan antara lain melalui
pengendalian jumlah uang beredar dan/atau suku bunga. Demikian juga pada
Lembaga Keuangan Syariah 289

Pasal 4 Ayat 2 mengatakan bahwa; Bank Indonesia adalah lembaga negara


yang indepeden bebas dari campur tangan pemerintah dan pihak manapun.
Dengan demikian fungsi uang pada Gambar 10 merupakan fungsi pengendalian
dari Bank Indonesia.

➢ Fungsi uang untuk standar ukuran harga, dimaksud dengan ukuran harga
adalah besaran nilai suatu barang atau jasa, sehingga dalam transaksi pada
lembaga keuangan syariah dapat dengan mudah diketahui. Hal tersebut sangat
berbeda dengan ukuran nilai pada sistem barter, seperti bagaimana cara
mengukur harga satu ekor kambing dengan harga liter beras, atau harga mobil
dengan harga handphone. Dengan demikian faktor harga pasar pada nilai uang
terhadap suatu barang menjadi sangat penting, demikian juga untuk
menentukan nilai pajaknya. Artinya fungsi uang terhadap ukuran harga itu
bersifat universal. Tingkat universal diperlukan standar secara internasional
seperti harga emas duni, harga minyak dan lain-lain.161

➢ Fungsi uang sebagai unit satuan hitung. Secara proporsional nilai uang
bersifat tetap pada satuan harga barang dan jasa. Harga barang atau jasa
menurut hukum pasar dapat mengalami naik atau turun tetapi secara
hakekatnya nilai uangnya tetap. Misalnya harga satu meter kain sutera di
pasaran dapat naik atau turun tetapi panjang kain sutera itu tetap, satu meter
itu 100 Cm. Akan lebih mudah bila menggunakan standar satuan hitung itu

161
Standar nilai uang untuk menentukan pajak dan harga komoditas sangat
dipengaruhi oleh kebijakan Negara. Untuk itu dapat dikatakan bahwa kebijakan
keuangan oleh Negara adalah alat ekonomi, M. Nazori Majid, Pemikiran Ekonomi Islam
Abu Yusuf, (Yogyakarta : PSEI, 2003), 263.
290 Lembaga Keuangan Syariah

pada mata uang Dinar-Emas. Satu Dinar Emas itu dengan berat setara 4,25
gram. Bila harga Unta atau Sapi sama 10 Dinar, maka dapat terjadi pada
kondisi tertentu harga Unta atau Sapi menjadi 12 Dinar atau turun menjadi 9
Dinar, akan tetapi harga Unta dan Sapi tersebut tidak berpengaruh terhadap
kandungan nilai pada Dinar itu sendiri. Dengan demikian, satu satuan hitung
pada uang itu mutlak diperlukan, terutama untuk menghitung kekayaan
seseorang atau pendapatan lembaga keuangan syariah berkaitan menghitung
pajak perusahaan, demikian juga untuk menghitung “Nisab” Zakat yang harus
dibayarkan.

➢ Fungsi uang sebagai “Medium of Excharge” atau uang sebagai alat media
pertukaran komoditas barang dan jasa. Fungsi ini sangat strategis terutama
bila dikaitkan dengan lembaga keuangan syariah, karena sebagai objek
kelembagaan mempunyai korelasi dengan mobilisasi dana masyarakat, proses
pembiayaan serta nilai investasi. Demikian juga fungsi silang antara nilai jasa
dan nilai harga komoditas. Misalnya upah dari Dokter Gigi pada jenis praktik
tertentu Rp. 200.000,- kemudian Dokter Gigi tersebut membutuhkan beras,
maka dapat membeli beras dengan ukuran satu karung seharga Rp. 200.000,-.
Dengan demikian fungsi uang sebagai alat tukar adalah fungsi utama karena
dapat mempengaruhi sistem perekonomian secara nasional dan internasional.
Demikian juga perdagangan dunia ekspor-impor sangat dipengaruhi fungsi
uang tersebut. Hidup matinya negara sangat dipengaruhi oleh cadangan Devisa
Negara tersebut guna memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Sebagai contoh;
misalnya karena dampak Covid-19 terbangun opini masyarakat dunia bahwa
China-PKT adalah sumber petaka dunia, kemudian fungsi uang China
Lembaga Keuangan Syariah 291

dibekukan secara internasional, maka akan terjadi musibah kelaparan di China


karena tidak dapat impor pangan.162

➢ Fungsi uang sebagai alat penyimpan nilai. Nilai uang menurut jenisnya
sangat berbeda, Dinar adalah mata uang Emas, sehingga nilai eksrinsik dan
nilai intrinsiknya sama . Hal ini sangat berbeda dengan uang kertas. Misalnya
uang kertas terulis di kertas tersebut USD 100, tetapi nilai kertas dan ongkos
cetaknya hanya USD 5. Sehingga terjadi selisih USD 100 – USD 5 = USD 95.
Selisih nilai inilah yang ditanggung oleh pemerintah Amerika Serikat, sehingga
terjadi pergeseran arti uang sebagai alat penyimpan nilai menjadi surat hutang
negara. Potensi uang sebagai penyimpan nilai pada lembaga keuangan syariah
akan lebih spesifik jika uang tersebut ditabung dan digunakan sebagai alat
transaksi di kemudian hari, akan tetapi masalah yang timbul adalah uang
kertas akan mengalami penyesuaian dengan inflasi, yaitu turunnya nilai uang
tersebut apabila digunakan untuk belanja di kemudian hari. Adapun mata uang
Dinar-Emas tidak megalami penurunan nilai, contoh: harga Domba pada zaman
Rasulullah Muhammad SAW 14 Abad yang lalu adalah 1 Dinar dan sampai
sekarang berharga 1 Dinar atau setara dengan harga 4,25 gram Emas.163

➢ Fungsi uang sebagai standar pembayaran non tunai. Kegiatan transaksi


pada lembaga keuangan syariah terutama pada sektor pembiayaan

162
Objek dari sistem keuangan lebih luas dari sistem moneter dan sistem
perbankan, demikian juga komponen sistem keuangan di berbagai negara berbeda-
beda sangat tergantung dari kebijakan negara tersebut. Ikatan Bankir Indonesia,
Memahami Audit Intern Bank, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), 11.
163
Kemakmuran bersama adalah harapan dan cita-cita dari lembaga syariah. Untuk
itu nilai kejujuran, kerjasama, demokrasi ekonomi dan tolong-menolong serta
kesepakatan menjadi pilar utama pada transaksi ekonomi. Masyhuri, Peran
Pemerintah Dalam Perspektif Ekonomi Islam, pada buku Kebijakan Ekonomi Dalam
Islam, (Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2005), 20.
292 Lembaga Keuangan Syariah

menggunakan sistem angsuran dengan standar nilai uang tertentu yang


terkadang pula mengikuti fluktuasi inflasi atau terkadang dipersyaratkan nilai
kurs Dollar Amerika. Kenyataan ini merupakan kesepakatan dari para pihak
atau dalam istilah Al-Qur’an “Antarodin Minkum”. Sebagaimana Allah SWT
berfirman di dalam Al-Qur’an Surat An-Nisaa’ (4) Ayat 29:
ْ‫م َو ََّل ت َۡقتُلُ ٓوا‬ٞۚۡ ‫اض ِمن ُك‬ َ ً‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ََّل ت َۡأ ُكلُ ٓواْ أَمۡ ٰ َولَ ُكم بَ ۡي َن ُكم بِ ۡٱل ٰبَطِ ِل إِ ََّّلٓ أَن تَ ُكونَ تِ ٰ َج َرة‬
ٖ ‫عن ت ََر‬
٢٩ ‫ٱَّلل َكانَ بِ ُك ۡم َرحِ ّٗيما‬ َ ُ‫أَنف‬
َ َّ ‫م إِ َّن‬ٞۚۡ ‫س ُك‬
Artinya : 29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

E. TINJAUAN HISTORIS.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, artinya untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari membutuhkan orang lain pada
komunitas tertentu. Misalnya petani membutuhkan tukang bangunan untuk
mendirikan rumahnya atau memerlukan supir untuk mengangkut hasil
panennya atau membutuhkan dokter untuk berobat, dalam istilah umumnya
“tidak ada orang mati itu mengkafani dirinya sendiri, kemudian berjalan ke
kuburan sendiri dan menimbun makamnya sendiri”. Ringkasnya adalah
manusia itu pasti membutuhkan orang lain meskipun dengan kadar yang
berbeda-beda.
Sistem ekonomi barter atau pertukaran komoditas menjadi lazim dan
berlaku pada zaman dahulu kala atau pada zaman awal manusia sudah
membentuk komunias sendiri-sendiri. Akan tetapi menjadi sangat sulit ketika
Lembaga Keuangan Syariah 293

seseorang peternak Domba membutuhkan beras. Atau seorang petani


memerlukan pengobatan, berapa harus membayarnya dengan liter beras.
Pada posisi ini manusia mulai sadar untuk memerlukan alat satuan nilai yang
dapat mengukur pada semua komoditas barang maupun jasa.164
Pada Abad Ke-6 Sebelum Masehi, bangsa Lydia pertama kali mencetak
uang logam dengan bahan dasar “Electrum”yaitu campuran antara Emas 75%
dan Perak 25%. Letak geografis bangsa “Lydia” oleh sebagian sejarahwan di
seputaran Turki dan meraka sudah melakukan hubungan politik dan ekonomi
dengan bangsa Yunani. ”Commodity Money” adalah uang hasil kreasi bangsa
Yunani yang terbuat dari Perunggu, Perak dan Emas sekitar tahun 406 Sebelum
Masehi. Kemudian imperium Romawi pada Tahun 268 Sebelum Masehi
mencetak “Denarius” dari Emas sebagai mata uang. Kemudian bangsa Persia
mencetak uang logam berbentuk bundar dari bahan dasar Perak yang mereka
sebut Dirham. Kedua mata uang yaitu Dinar-Romawi serta Dirham-Persia yang
lazim digunakan oleh masyarakat pada awal-awal pemerintahan Islam.
Sejarah transaksi pada awal pemerintahan Islam mengunakan mata uang
berdasarkan bahan Emas dan Perak, pada masa Khalifah yang ke-3 yaitu
“Usman bin Affan” menjadikan mata uang yang indentik dengan mata uang
bangsa Persia masa pemerintahan Yezdigrid III Raja Dinasti Sassan dengan
perbedaan adanya lafaz basmalah, adapun standarisasi Dinar dan Dirham
ditentukan oleh Khalifah Umar bin Khatab, yaitu 10 Dirham setara dengan 7
Dinar, kemudian Khalifah Abdul Malik pada Tahun 75 Hijriah atau 695 Masehi

164
Pada sisi kajian yang berbeda, jika uang dari bahan kertas atau “fiat money”
akan berhadapan dengan inflasi. Sehingga dengan adanya kemunduran ekonomi
karena inflasi, sebagian pakar ekonomi mengatakan “money is the culprit”, artinya
jumlah uang beredar secara berlebihan adalah biang keladinya dari kejatuhan
ekonomi.
294 Lembaga Keuangan Syariah

secara resmi mencetak Dirham berbentuk koin bertuliskan “Allahu Ahad Allahu
Sommad”. Adapun standar yang digunakan adalah Dinar Emas memiliki kadar
22 karat dengan berat 4,25 gram, sedangkan Dirham memiliki kadar murni
Perak dengan berat 3,0 gram. Dengan demikian secara teknis bentuk Dinar-
Dirham mengalami penyempurnaan tetapi kadar standar materinya tidak
mengalami perubahan, sehingga dapat diambil kesimpulan tentang pentingnya
mata uang apapun bentuk dan standar yang disepakati pada zaman dahulu
hingga sekarang. Adapun secara hukum Fikih, fungsi dan peran uang Dinar-
Dirham tidak ada perubahan meskipun gambar dan bentuk koin ada
perubahan.165

F. CORPORATE CULTURE.
Hubungan dinamis antara kelembagaan syariah dan corporate culture
terletak pada budaya kerja yang tumbuh dan berkembang secara alami dan
berkesinambungan yang menjadi acuan dalam berfikir, berucap dan
berperilaku. Secara umum budaya dapat didefinisikan menjadi seperangkat
norma, nilai yang tercermin dari pola pikir, pola ucap dalam kebiasaan dan
tradisi organisasi atau perusahaan atau dalam hal ini adalah “Lembaga
Keuangan Syariah” yang memposisikan Al-Qur’an dan Hadist sebagai pedoman
hidup dan kehidupan. Kemudian disusun Visi, Misi dan stategi bersaing pada
kehidupan bisnis, akan tetapi konsep hidup secara syariah tetap dipegang
teguh. Dengan demikian “Compatibility” atau kesesuaian antara kondisi nyata

165
Secara hukum positif: uang adalah bentuk dari objek yang dirumuskan dan
difungsikan secara ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Artinya
fungsi uang yang melekat pada objek tersebut diatur secara hukum. Ahmad Ifham
Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010),
862.
Lembaga Keuangan Syariah 295

persaingan bisnis kontemporer dengan nilai dan norma syariah berpadu


menjadi satu pada konsep besarnya yaitu “Rahmatan lil Alamin”. Artinya
budaya organisasi dibangun atas tiga pilar, yaitu Al-Qur’an dan Hadist, daya
saing bisnis, nilai dan norma. Dengan demkian semua pelaku bisnis akan
mengedepankan sikap jujur, adil dan tolong-menolong.

Gambar 11
Corporate Culture LKS (Lembaga Keuangan Syariah)

- AL-QUR’AN
- HADIST

CORPORATE
DAYA SAING CULTURE LKS NILAI DAN
BISNIS NORMA

VISI STRA- PERFOR- PROFESIO- STYLE OF


GOAL BRANDING
MISI TEGI MANCE NALISME LEADERSHIP

Keterangan Gambar 11 :
➢ Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat An-Nisaa’ (4) Ayat 59:
‫سو َل َوأ ُ ْولِي ۡٱۡل َ ۡم ِر مِ ن ُك ِۡۖم فَإِن ت َ ٰنَزَ ۡعت ُ ۡم فِي ش َۡي ٖء فَ ُردُّوهُ إِلَى‬ َّ ْ‫ٱَّلل َوأَطِيعُوا‬
ُ ‫ٱلر‬ َ َّ ْ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓواْ أَطِ يعُوا‬
٥٩ ‫يًل‬ ً ‫س ُن ت َۡأ ِو‬َ ‫ر َوأَ ۡح‬ٞ ‫ ِر ٰذَلِكَ خ َۡي‬ٞۚ ِ‫ٱَّلل َو ۡٱليَ ۡو ِم ۡٱۡلٓخ‬
ِ َّ ‫سو ِل ِإن ُكنت ُ ۡم ت ُ ۡؤمِ نُونَ ِب‬
ُ ‫ٱلر‬ ِ َّ
َّ ‫ٱَّلل َو‬
Artinya : 59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
296 Lembaga Keuangan Syariah

tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Makna yang terkandung pada Ayat tersebut di atas bila dihadapkan pada
LKS atau Lembaga Keuangan Syariah maka secara empiris dan filosofis bahwa
semua kegiatan Lembaga Keuangan Syariah yang meliputi antara lain
mobilisasi dana umat, pembiayaan dan investasi harus berpedoman pada
Al-Qur’an dan Hadist serta semua regulasi atau aturan Perundang-undangan
yang berlaku saat itu. Dengan demikian semua nilai dan norma serta kearifan
lokal harus menggunakan tiga pilar pedoman, yaitu Al-Qur’an, Hadist dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ada beberapa unsur yang harus
diperhatikan secara empiris yaitu :
1. Ketaqwaan.
2. Keadilan.
3. Kejujuran.
4. Tidak ada praktik riba, gharar dan maisir.
5. Tidak ada suap atau “La Riswa”.
6. Tidak ada eksploitasi dan monopoli.
Adapun bentuk pengawasan terhadap semua aktivitas lembaga keuangan
syariah, baik bank syariah atau lembaga keuanagn non bank syariah dilakukan
oleh :
1. Pemerintah secara umum.
2. Bank Indonesia.
3. Otoritas jasa keuangan.
4. Kementerian Koperasi.
Lembaga Keuangan Syariah 297

5. Dewan Syariah Nasional.


6. Stakeholder pengawasan internal atau waskat (pengawasan
melekat).

➢ Daya saing : Lembaga keuangan syariah dapat difahami sebagai salah satu
dari industri perbankan atau industri yang bergerak untuk mengelola keuangan
secara profesional, transparan dan akuntabel. Sebagai industri, maka lembaga
keuangan syariah tidak bergerak di ruang hampa, artinya kehadiran pesaing
pada bisnis dengan basis yang sama adalah kenyataan yang harus dihadapi,
untuk itu pendalaman dan kajian komprehensif sangat diperlukan agar
lembaga keuangan syariah dapat mempertahankan hidup untuk waktu yang
lama, dan lebih jauh dari itu kehadilran lembaga keuangan syariah mampu
memberikan kesejahteraan untuk “Stakeholders” dan masyarakat luas.166

Analisis terhadap daya saing lembaga keuangan syariah meliput antara


lain :
1. Analisis terhadap kekuatan dan kelemahan perusahaan sendiri atau
analisis internal.
2. Analisis terhadap aspek peluang dan sekaligus ancaman dari luar
perusahaan atau analisis eksternal.
3. Analisis terhadap lingkungan strategis dan kebijakan pemerintah.
4. Analisis terhadap perkembangan perekonomian global atau
internasional.

166
Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 207-2009 telah banyak
meruntuhkan atau menjatuhkan berbagai bisnis lembaga keuangan yang berbasis riba
atau bunga, tetapi perbankan syariah dengan prinsip bagi hasil mampu bertahan
bahkan berkembang pesat. Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah-Produk-Produk
dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta : Prenada Media Group, 2014), 41.
298 Lembaga Keuangan Syariah

Komponen analisis terhadap daya saing lembaga keuangan syariah dapat


dirumuskan antara lain sebagai berikut :
1. Asumsi yang tepat terhadap segala macam kejadian yang sangat
mungkin terjadi pada masa mendatang dengan dasar argumen kondisi
saat ini dan secara historis difahami latar belakang dan riwayat kejadian
sebelumya.
2. Pengembangan logika dan intuisi yang mengelaborasi pada setiap
perkembangan saat ini, serta kemampuan memprediksi kemungkinan
situasi yang berpengaruh langsung atau tidak langsung pada lembaga
keuangan syariah, contoh; terjadinya epidemi virus Corona Covid-19
berdampak pada fluktuasi tingkat profitabilitas perusahaan dan terjadinya
kemungkinan risiko gagal bayar oleh nasabah atau anggota.
3. Instrumen daya beli masyarakat dan potensi Tabungan, Deposito
serta instrumen nisbah bagi hasil, kurs mata uang dan lain-lain.
4. Perkembangan ekonomi global secara tidak langsung menjadi
instrumen penting dalam melakukan analisis terhadap daya saing lembaga
keuangan syariah.

➢ Nilai dan norma, implementasi falsafah hidup-kehidupan pada lembaga


keuangan syariah meliputi tiga hal, yaitu unsur kelembagaan, unsur regulasi
dan sumber daya manusia yang mengawaki organisasi. Untuk itu pemahaman
terhadap nilai-nilai pada aspek kearifan lokal dan norma-norma spiritual
keagamaan yang terangkum di dalam konsep “akhlakul karimah” atau perilaku
dan tutur kata yang baik menjadi pedoman dasar operasional kelembagaan.
Aspek mikro dan makro dalam konteks lembaga keuangan syariah harus
menjunjung tinggi orientasi dasar operasional dalam bentuk sikap dan perilaku
Lembaga Keuangan Syariah 299

kejujuran, keadilan dan keramah-tamahan, akan tetapi tetap berpegang teguh


pada prinsip kehati-hatian atau “prudent”. Harus difahami bahwa meskipun
lembaga keuangan syariah mengedepankan aspek spiritual keagamaan tetapi
lembaga ini didirikan bernuansa bisnis, sehingga tetap mempertimbangkan
besaran profit guna menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan secara
spesifik dapat membayar gaji pegawai dan untuk menutupi semua biaya-biaya
perusahaan. Untuk itu keseimbangan nilai dan norma serta keuntungan
perusahaaan harus tetap dijaga dengan baik.167
“Value” atau nilai-nilai yang terkandung pada lembaga keuangan syariah
secara intrinsik tercermin pada perilaku dan kebijakan perusahaan yang secara
empiris terlihat pada prinsip-prinsip kerja, Visi dan Misi perusahaan, strategi,
performance serta SOP. Dengan demikian corporate culture dan GCG atau
good corporate governace atau tata kelola perusahaan mengedepankan nilai-
nilai sebagai berikut, antara lain :
1. Akhlakul Karimah atau budi pekerti yang baik dengan pilihan kata
“sopan santun”.
2. Konsep pelayanan prima dengan memposisikan pelanggan dan
anggota sebagai partner yang penting.
3. Mengutamakan konsep “tolong-menolong” dengan tidak
meninggalkan prinsip “prudent” atau kehati-hatian.

167
“Sense of Identity” atau rasa identitas merupakan nilai bersama yang
merupakan nilai bersama yang merupakan karakter fundamental organisasi dari
lembaga keuangan syariah yang membedakan dengan organisasi bisnis lainnya.
Sehingga para anggota dan karyawan merasa istimewa dan bangga dengan identitas
tersebut. A.B. Susanto dan Tim, Corporate Culture-Orgazation Culture, (Jakarta : The
Jakarta Consulting Group, 2008), 16.
300 Lembaga Keuangan Syariah

4. Berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist tetapi tetap berpegang


teguh pada aturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan demikian apapun kondisinya, operasional lembaga keuangan
syariah harus menjaga keseimbangan antara kepentinga hidup di dunia dan
kebahagiaan hidup di akhirat.

➢ Visi dan Misi, secara umum pengertian Visi adalah “Final Goal” atau
tujuan akhir dari suatu perusahaan atau institusi, yang dalam hal ini adalah
lembaga keuangan syariah. Adapun Misi adalah cara untuk mencapai tujuan
tersebut. Sebagai contoh misalnya lembaga keuangan syariah :
1. Visi : Menjadi lembaga keuangan terbak pada skala nasional.
2. Misi :
a. Memberikan pendapatan prima pada nasabah dan anggota.
b. Menjaga keseimbangan tata kelola yang harmonis untuk
kemaslahatan di dunia dan akhirat.
c. Menjalin hubungan yang harmonis dan dinamis pada
stakeholders.
d. Komitmen pada sikap amanah, fatonah, sidiq dan tabligh.

Dengan demikian Visi dan Misi adalah jiwa atau soul dari perusahaan atau
lembaga dari cerminan tersebut dapat tergambar arah kebijakan institusi atau
perusahaan yang dalam hal ini adalah lembaga keuangan syariah, apabila
dalam satu periode tertentu Visi belum tercapai maka harus dilakukan evaluasi
dan kemudian Misi dapat dirubah untuk menyesuaikan kondisi geopolitik dan
geoekonomi.168

168
“Vision of Success” merupakan formulasi yang sangat penting karena berperan
sebagai arah strategi dan pedoman melaksanakan semua tata kelola lembaga
Lembaga Keuangan Syariah 301

➢ Strategi, merangkum dari berbagai pendapat ahli atau pakar serta


berbagai literatur buku dan pemikiran penulis yang pernah bertugas sebagai
Perwira militer maka strategi dapat dirumuskan sebagai seni dan kecerdikkan
dalam proses formulasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
konteks lembaga keuangan syariah, maka akan lebih spesifik bahwa langkah
dan cara yang diformulasikan harus sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist. Untuk
itu instrumen-instrumen yang harus dikaji secara mendalam sebelum
menentukan cara dan langkah strategi lembaga keuangan syariah maka harus
difahami terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut :169
1. Fikih Muamalah berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist.
2. Peraturan perundang-undangan yang berlaku berkaitan dengan
lembaga keuangan syariah.
3. Visi dan Misi.
4. ADO atau Analisi Daerah Operasi, yaitu kajian secara komprehensif
secara nasional dan internasional terhadap kondisi dan pergerakkan
ekonomi.
5. Cumemu, yaitu Cuaca, Medan Musuh, artinya harus faham cuaca
atau iklim investasi dan kecenderungan portofolio. Medan yaitu
lingkungan internal dan eksternal lembaga keuangan syariah, pada posisi

keuangan syariah agar berjalan secara optimal untuk mencapai tujuan perusahaan.
Mudrajad Kuncoro, Strategi-Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, (Jakarta :
Erlangga, 2005), 55.
169
Strategi lembaga keuangan syariah di Indonesia harus bisa memanfaatkan dari
jumlah penduduk yang beragama Islam 80% dan ada kecenderungan peningkatan
kesadaran pada kegiatan ekonomi Islam. Sosialisai dari lembaga keuangan syariah
telah menghasilkan peningkatan kesadaran sosial keagamaan. Markum Sumitro, Asa-
Asas Perbankan Syariah dan Lembaga-Lembaga Terkait, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), 72.
302 Lembaga Keuangan Syariah

internal para manager harus bisa menganalisa laporan keuangan


perusahaan dan posisi keuangan, struktur organisasi serta kekuatan SDM
secara menyeluruh. Musuh yaitu cara melihat secara cerdas posisi
pesaing, seperti pada dunia militer data intelijen harus masuk sebelum
perang, yaitu kekuatan lawan, jumlah personel dan keahliannya,
kemampuan alat sistemnya. Baru kemudian dihadapkan dengan
kemampuan diri sendiri dan yang terakhir adalah menentukan strategi,
yaitu strategi offensif atau menyerang dan strategi defensif atau bertahan
yang dalam bisnis adalah strategi sebagai follower atau strategi leader.
Dengan demikian, secara empiris strategi merupakan serangkaian
kegiatan yang tersistem dengan baik untuk dapat berdiri sama tegak
dengan para pesaing yang secara kompetitif harus dapat unggul atau
setingkat lebih tinggi. Untuk itu formulasi strategi bisnis lembaga
keuangan syariah harus cerdas, cerdik dan unggul.

➢ Permormance, adalah kinerja atau tampilan lembaga keuangan syariah


yang secara umum dapat diukur dengan parameter sebagai berikut :
1. Seluruh produk dan program investasi dan pembiayaan serta dalam
memobilisasi dana masyarakat sesuai dengan Al-Qur’an, Hadist dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Tingkat risiko bisnis investasi dan pembiayaan dapat ditekan
seminimal mungkin serta adanya langkah-langkah mitigasi risiko.
3. Laporan keuangan yang disajikan bernilai positif bila dilihat dari rasio
likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas. Artinya pada aspek
laporan keuangan, kondisi lembaga keuangan syariah bernilai positif.
Lembaga Keuangan Syariah 303

4. SDM atau Sumber Daya Manusia yang mengamati lembaga keuangan


syariah dapat diandalkan, baik pada aspek kejujuran dan aspek
profesionalitasnya.
5. Budaya organisasi dan style of leadership berjalan dengan baik,
artinya tidak terjadi gejolak atau demo ketidakpuasan karyawan. Sehingga
operasional dan kegiatan LKS berjalan lancar.

➢ Goal, adalah rincian target atau tahapan pencapaian pada periode


tertentu agar apa yang sudah tercantum pada misi tercapai untuk mendukung
tercapainya hasil akhir pada tujuan yang lebih besar. Artinya rangkaian target
membentuk goal dan rangkaian goal membentuk misi dan rangkaian misi
membuntuk visi. Dalam konteks lembaga keuangan syariah, maka target DPK
atau Dana Pihak Ketiga berupa Tabungan, Deposito pada akad Mudharabah,
Ijarah, Rohn, Musyarakah dan lain-lain, target pembiayaan, target
meminimalkan NPF atau “Non Performing Financing” atau kredit bermasalah
atau kredit berpotensi gagal bayar. Rangkaian target-target tersebut adalah
Goal.
Dengan demikian rangkaian Goal dalam formulasi bisnis lembaga
keuangan syariah merupakan salah satu instrumen untuk menilai dan
memprediksi bisnis kedepan, sehingga para manager terutama manager
keuangan harus jeli dan hati-hati dalam memberikan analisis laporan keuangan
sehingga top manajemen tidak melakukan kesalahan dalam mengambil
keputusan.

➢ Branding, secara umum dapat difahami sebagai simbol, citra merk atau
identitas pada suatu barang atau jasa pada persepsi pelanggan atau nasabah
304 Lembaga Keuangan Syariah

atau anggota dan lain-lain. Pada konteks lembaga keuangan syariah, maka
brand yang dibangun antara lain :
1. Mengunakan akad syariah pada setiap transaksi ekonomi yang
berdasarkan Al-Quran dan Hadist.
2. Menjunjung tinggi aspek kehalalan, kejujuran dan keadilan.
3. Berusaha pada tataran bisnis dan sekaligus beribadah yang
berorientasi pada kebahagiaan hidup di akhirat.
4. Pelanggan atau nasabah terbebas dari keraguan pada aspek
kehalalan produk.
5. Tidak tercampur dengan uang haram.

Dengan demikian, branding lembaga keuangan syariah pada persepsi


masyarakat yang menjadi nasabah dan anggota sangat kuat karena didukung
oleh dua unsur, yaitu unsur keuntungan dan unsur kehalalan, karena pada
prinsipnya semua transaksi bisnis pada objek yang halal dan terbebas dari
unsur riba, gharar dan maisyir.

➢ Profesionalism, secara umum dapat diartikan sebagai potensi atau


kemampuan seseorang pada bidang tertentu, ada tiga syarat profesionalism
dalam konteks lembaga keuangan syariah, yaitu; Pertama, skill atau tingkat
keahlian yang prima atau sempurna untuk memenuhi target yang ditetapkan.
Misalnya manager keuangan harus mampu menyajikan laporan keuangan
secara baik dan benar serta tepat waktu. Kedua, knowledge, yaitu potensi
akademis atau pengetahuan komprehensif yang mendukung bidang tugasnya
serta mampu mengembangkan pengetahuan dan pengalaman menjadi suatu
Lembaga Keuangan Syariah 305

model inovasi di bidang tugas tertentu. Ketiga, attitude, yaitu sikap mental170,
etika dan perilaku yang mencerminkan penguasaan sempurna pada bidang
tertentu. Profesionalism tidak membedakan jenis kelamin laki-laki atau
perempuan, sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat An
Nahl (16) Ayat 97:
ِۖ َ ّٗ
َ ۡ‫طيِ َب ّٗة َولَن َۡج ِزيَنَّ ُه ۡم أَجۡ َرهُم بِأَح‬
‫س ِن َما‬ ‫ن فَلَنُ ۡحيِيَنَّ ۥهُ َحيَ ٰوة‬ٞ ِ‫صلِحّٗ ا ِمن ذَك ٍَر أ َ ۡو أُنثَ ٰى َوهُ َو ُم ۡؤم‬ َ ‫َم ۡن‬
َ ٰ ‫عمِ َل‬
٩٧ َ‫كَانُواْ يَعۡ َملُون‬
Artinya : 97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.

➢ Style of Leadership, adalah gaya kepemimpinan atau cara-cara yang


digunakan oleh seorang pemimpin untuk menggerakkan seluruh unsur di
bawahnya guna mecapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada konteks lembaga
keuangan syariah, maka style of leadership dapat dibagi menjadi :
1. Pemimpin gaya teokrasi, yaitu gaya kepemimpinan yang menyatu
antara aspek agama dan organisasi, contoh; seorang Ustad atau Kyai pada
Pondok Pesantren dan sekaligus sebagai ketua BMT
2. Otoriter, yaitu gaya kepemimpinan dengan pendekatan perintah dan
tidak menerima pendapat orang lain.

170
Tingkat professionalism manajemen adalah kemampuan untuk dapat melihat
organisasi lembaga keuangan syariah sebagai suatu badan tunggal. Artinya tidak hanya
melihat setiap bagian unit-unit kecil, dengan demikian organisai bergerak bersama
dalam satu kesatuan untuk mencapai tujuan bersama. George R. Terry, Prinsip-Prinsip
Manajemen, Penerjemah: J. Smith D.E.M, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2003), 207
306 Lembaga Keuangan Syariah

3. Demokratis, yaitu gaya kepemimpinan yang secara demokrasi dapat


menerima pendapat orang lain, sehingga pejabat atau karyawan dalam
semua struktur organisasi mempunyai hak suara secara musyawarah
untuk mufakat sebagaimana Allah berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Ali
‘Imran (3) Ayat 159:
‫ع ۡن ُه ۡم‬
َ ‫ف‬ ۡ َ‫ب َلَنفَضُّواْ مِ ۡن َح ۡول ِِۖكَ ف‬
ُ ‫ٱع‬ ِ ‫ظ ۡٱلقَ ۡل‬
َ ‫غلِي‬ َ ‫ظا‬ ًّ َ‫ٱَّلل لِنتَ لَ ُه ۡ ِۖم َولَ ۡو ُكنتَ ف‬
ِ َّ َ‫فَبِ َما َرحۡ َم ٖة ِمن‬
١٥٩ َ‫ٱَّلل يُحِ بُّ ۡٱل ُمت ََو ِكلِين‬ ِ ٞۚ َّ ‫علَى‬
َ َّ ‫ٱَّلل إِ َّن‬ َ ‫عزَ ۡمتَ فَت ََو َّك ۡل‬َ ‫َوٱسۡ ت َۡغف ِۡر لَ ُه ۡم َوشَا ِو ۡره ُۡم فِي ۡٱۡل َ ۡم ِۖ ِر فَإِذَا‬
Artinya : 159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Lembaga Keuangan Syariah 307

BAB V
KONSEP DASAR TRANSAKSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Wilayah konsep pemikiran tentang lembaga keuangan syariah berdiri


pada posisi ruang pendebatan yang menjadi domain para pemikir ekonomi
syariah. Hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
1. Pada zaman Rasulullah dan para khalifah sesudah wafatnya Beliau
yang ada adalah “Baitul Mal” yang mengatur keuangan negara tanpa ada
unsur bisnis, sehingga pada zaman kontemporer diperlukan pemikiran
dan ijtihad ulama fikih pada domain empiris praktis lembaga keuangan
syariah yang berorientasi bisnis.
2. Strategi bisnis lembaga keuangan konvensional dengan berbagai
teori ekonomi yang berdasarkan konsep Bungan bank sudah mapan
secara ekonomi.
3. Terdapat perbedaan pemikiran di kalangan internal pemikir atau para
ulama dalam memposisikan bunga bank bila dikaitkan dengan inflasi, kurs
mata uang dan fluktuasi perkembangan ekonomi global.
4. Sosialisasi tentang transaksi ekonomi yang berdasarkan fikih
muamalah terhadap para pelaku ekonomi yang beragama Islam
khususnya dan masyarakat secara luas masih dirasakan belum optimal
atau belum tuntas.
5. Market Share atau pangsa pasar lembaga keuangan syariah dirasakan
masih luas dan terbuka termasuk, termasuk juga di negara-negara yang
penduduknya beragama Islam.
308 Lembaga Keuangan Syariah

Dengan demikian perjuangan para pemikir lembaga keuangan syariah


serta para praktisi ekonomi syariah masih terbuka, sehingga perjuangan secara
ekonomi akan menempuh perjalanan panjang yang terjal dan berliku. Akan
tetapi apapun kondisinya secara empiris lembaga keuangan syariah telah
berkiprah baik secara nasional atau internasional dan akan menjadi alternatif
positif pada dunia perbankan, demikianjuga secara historis lembaga keuangan
syariah lebih mampu bertahan terhadap hantaman badai krisis ekonomi
dibandingkan dengan pola konvensional.

A. PENDAHULUAN.
“Institution” atau lembaga dapat diFahami sebagai organisasi dengan
perangkat SDM, struktur organisasi dan regulasi. Pada konteks lembaga
keuangan syariah, maka terdapat tiga unsur yang harus dipahami yaitu unsur
kelembagaan dengan semua perangkatnya, unsur keuangan sebagai objek
bisnis dan dengan segala macam regulasi dan proses perkembangannya pada
skala global dan nasional serta syariah yang disertai dengan segala macam
aturan fikih muamalah yang berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist.
Lembaga keuangan syariah adalah bentuk institusi yang dinamis dan
berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan sesuai dengan kemajuan
teknologi informasi dan harus seiring dengan potensi kemajuan lembaga
keuangan konvensional. Dengan demikian semua akad dan transaksi
kekurangan secara teknis harus berpedoman pada dua pilar utama, yaitu fikih
muamalah dan perkembangan pesaing dari pemain ekonomi konvensional.
Lembaga Keuangan Syariah 309

B. MUDHARABAH.
Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-Maa’idah (5) Ayat 2:

َ ‫َّل َءآ ِمينَ ۡٱل َب ۡيتَ ۡٱل َح َر‬


‫ام‬ ٓ َ ‫ي َو ََّل ۡٱلقَ ٰلَٓ ِئدَ َو‬ ۡ
َ ‫ام َو ََّل ٱل َه ۡد‬ َ ‫شهۡ َر ۡٱل َح َر‬ َ ْ‫ٰ َٓيأ َ ُّي َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ََّل تُحِ لُّوا‬
ِ َّ ‫ش ٰ َٓعئ َِر‬
َّ ‫ٱَّلل َو ََّل ٱل‬
ٞۚ َ ۡ‫ا وإذَا ح َل ۡلتُمۡ فَٱص‬ٞۚ ‫ض ٰو ّٗن‬
َ ۡ‫صدُّو ُكم‬
‫ع ِن‬ َ ‫طادُو ْا َو ََّل َيجۡ ِر َم َّن ُكمۡ شَنَ َٔٔ ا ُن َق ۡو ٍم أَن‬ َ ِ َ َ ۡ ‫ض ًّٗل ِمن َّر ِب ِهمۡ َو ِر‬ ۡ ‫َي ۡبتَغُونَ َف‬
ْۘ
َ ِۖ َّ ْ‫ ِن َوٱتَّقُوا‬ٞۚ ‫ٱۡل ۡث ِم َو ۡٱلعُ ۡد ٰ َو‬
َ َّ ‫ٱَّلل إِ َّن‬
‫ٱَّلل‬ ِ ۡ ‫علَى‬ َ ْ‫اونُوا‬ َ َ‫علَى ۡٱل ِب ِر َوٱلتَّ ۡق َو ٰ ِۖى َو ََّل تَع‬ َ ْ‫اونُوا‬ َ َ‫ۡٱل َمسۡ ِج ِد ۡٱل َح َر ِام أَن تَعۡ تَدُواْ َوتَع‬
ِ ‫شدِيدُ ۡٱل ِعقَا‬
٢ ‫ب‬ َ
Artinya : 2. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-
syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan
jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang
mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi
kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
Tinjauan dan pemahaman ayat tersebut di atas terletak pada kata tolong-
menolong, artinya secara umum bentuk komunikasi sosial yang termasuk
transaksi ekonomi dalam koridor ibadah tolong-menolong untuk kebaikan dan
kemaslahatan, artinya tidak dibenarkan saling membantu atau saling tolong-
menolong pada aspek kemaksiatan.
Mudharabah adalah salah satu bentuk kerjasama antara pemilik dana
atau “Shahibul Maal” dengan pengusaha atau pekerja yang memerlukan modal
disebut dengan istilah “Mudlarib” dimana kerja sama tersebut diperjanjikan
pembagian keuntungan di awalnya. Secara etimologi, Mudharabah dapat
310 Lembaga Keuangan Syariah

disebut juga dengan istilah “Muqaradhan” atau “Qiradh”. Arti Mudharabah


secara bahasa adalah memukul atau pergerakkan sesuatu pada suatu kondisi
kepada kondisi yang lain.

Pada teknis pelaksanaannya maka akad Mudharabah dibagi dua :171


1. Mudharabah Mutlaqah, yaitu Mudlarib atau pengelola harta
mendapatkan mandat penuh untuk mengelola harta dari Shahibul Maal
tanpa dibatasi oleh jenis usaha dan tempat usaha, akan tetapi
kepercayaan modal tersebut harus dikelola secara profesional dan setiap
perubahan kondisi usaha atau perubahan kebijakan pada lembaga
keuangan syariah harus dikomunikasikan terlebih dahulu kepada pemilik
modal. Adapun pembagian keuntungan dan risiko usaha harus dibuat
secara tertulis dengan adanya saksi. Sebagaimana Allah SWT berfirman di
dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (2) Ayat 282:

َ ‫ٰ َٓيأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓو ْا ِإذَا تَدَا َينتُم ِبدَ ۡي ٍن ِإ َل ٰ ٓى أ َ َج ٖل ُّم‬
‫ ِل َو ََّل‬ٞۚ ‫هُ َو ۡل َي ۡكتُب ب َّۡينَ ُك ۡم كَات ُِۢبُ ِب ۡٱل َع ۡد‬ٞۚ ‫س ّٗمى فَ ۡٱكتُبُو‬
‫َس‬ۡ ‫ٱَّلل َربَّ ۥهُ َو ََّل يَ ۡبخ‬ َ َّ ‫ق‬ ِ َّ‫علَ ۡي ِه ۡٱل َح ُّق َو ۡليَت‬
َ ‫ٱَّللُ فَ ۡليَ ۡكت ُ ۡب َو ۡلي ُۡم ِل ِل ٱلَّذِي‬
ٞۚ َّ ُ‫علَّ َمه‬
َ ‫ب َك َما‬ َ ُ ‫ب كَاتِبٌ أَن يَ ۡكت‬ َ ‫يَ ۡأ‬
‫ضعِيفًا أَ ۡو ََّل يَسۡ تَطِ ي ُع أَن يُمِ َّل ه َُو فَ ۡلي ُۡمل ِۡل‬ َ ‫سفِي ًها أ َ ۡو‬ َ ‫علَ ۡي ِه ۡٱل َح ُّق‬ َ ‫ا فَإِن َكانَ ٱلَّذِي‬ٞۚ ّٔٗ ٔ‫مِ ۡنهُ ش َۡي‬
‫َان مِ َّمن‬ ِ ‫ل َو ۡٱم َرأَت‬ٞ ‫ش ِهيدَ ۡي ِن مِ ن ِر َجا ِل ُك ۡ ِۖم َفإِن لَّ ۡم يَ ُكونَا َر ُج َل ۡي ِن َف َر ُج‬ َ ْ‫ ِل َوٱسۡ ت َ ۡش ِهدُوا‬ٞۚ ‫َو ِليُّ ۥهُ بِ ۡٱلعَ ۡد‬
ْ‫ا‬ٞۚ ‫ش َهدَآ ُء ِإذَا َما دُعُو‬ ُّ ‫ب ٱل‬ َ ‫ى َو ََّل يَ ۡأ‬ٰٞۚ ‫َض َّل ِإ ۡحدَ ٰى ُه َما فَتُذَك َِر ِإ ۡحدَ ٰى ُه َما ۡٱۡل ُ ۡخ َر‬ ِ ‫ش َهدَآءِ أَن ت‬ ُّ ‫ض ۡونَ مِ نَ ٱل‬ َ ‫ت َۡر‬
َّ ‫ٱَّلل َوأ َ ۡق َو ُم لِل‬
‫ش ٰ َهدَ ِة َوأ َ ۡدن ٰ َٓى‬ ِ َّ َ‫ط عِند‬ ُ ‫س‬ َ ‫ِۦه ٰذَ ِل ُك ۡم أ َ ۡق‬ٞۚ ‫يرا ِإ َل ٰ ٓى أ َ َج ِل‬
ً ‫ِيرا أ َ ۡو َك ِب‬
ً ‫صغ‬َ ُ‫َو ََّل ت َۡسَٔٔ ُم ٓو ْا أَن ت َۡكتُبُوه‬
‫علَ ۡي ُك ۡم ُجنَا ٌح أَ ََّّل ت َۡكتُبُوه َۗٓا‬ َ ‫ِيرونَ َها َب ۡينَ ُك ۡم فَلَ ۡي‬
َ ‫س‬ ِ ‫َّل أَن ت َ ُكونَ ِت ٰ َج َرة ً َح‬
ُ ‫اض َر ّٗة تُد‬ ٓ َّ ‫أ َ ََّّل ت َۡرت َاب ُٓو ْا ِإ‬

171
Secara umum pengertian Mudharabah yaitu kerjasama dua pihak yang diikat
dengan perjanjian dimana satu pihak berperan sebagai pemodal dan pihak lain sebagai
pekerja pada suatu pekerjaan tertentu dengan porsi pembagian keuntungan yang
disepakati. Yadi Janwari, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2015), 59.
Lembaga Keuangan Syariah 311

َ ِۖ َّ ْ‫سو ُۢ ُق ِب ُك ۡۗٓم َوٱت َّقُوا‬


‫ٱَّلل َويُ َع ِل ُم ُك ُم‬ ُ ُ‫ َو ِإن ت َۡف َعلُواْ فَإِنَّ ۥهُ ف‬ٞۚٞ‫ش ِهيد‬ َ ُ‫م َو ََّل ي‬ٞۚۡ ُ ‫َوأ َ ۡش ِهد ُٓواْ ِإذَا ت َ َبا َيعۡ ت‬
َ ‫ِب َو ََّل‬ٞ ‫ضا ٓ َّر كَات‬
٢٨٢ ‫ِيم‬ٞ ‫عل‬ َ ٍ‫ٱَّللُ بِ ُك ِل ش َۡيء‬ ٓۗ َّ
َّ ‫ٱَّللُ َو‬
Artinya : 282. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia
menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa
yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya,
dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang
berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau
dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi
dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka
(boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang
kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,
baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang
demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan
lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah
mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang
kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan
janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan
312 Lembaga Keuangan Syariah

(yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada
dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu.

2. Mudharabah Muqayyadah, yaitu pemilik modal menentukan jenis


usaha dan tempat usaha.

Lembaga keuangan syariah pada posisi sebagai Mudlarib dengan akad


Mudharabah Muqayyadah harus mengikuti semua syarat yang ditetapkan oleh
pemodal atau Shahibul Maal, karena setiap penyimpangan yang berdampak
pada risiko kerugian akan menjadi tanggung jawab lembaga keuangan syariah
tersebut. Adapun rukun dari akad Mudharabah adalah :
1. Adanya para pihak yang berakad.
2. Adanya harta secara nyata menjadi modal usaha, artinya tidak
diperbolehkan yang masih dalam bentuk piutang.
3. Adanya usaha, artinya tidak boleh harta pada akad Mudharabah
digunakan untuk kepentingan yang bersifat konsumtif atau lebih jelasnya
harta yang menjadi objek akad berfungsi sebagai modal kerja.
4. Adanya aturan tentang laba dan rugi serta pembagian porsi tanggung
jawab secara rinci agar tidak terjadi perselisihan atau bertentangan di
kemudian hari, termasuk juga harus diatur antara lembaga keuangan
syariah dengan modal pada kondisi “Force Majeure”.
5. Harus adanya “Shigah” atau niat atau pernyataan kontrak kerja
secara jelas yang diucapkan dan secara tertulis di tandatangani oleh para
pihak dan saksi.172

172
Pada kondisi tertentu, usaha yang dijalankan oleh Mudharib mengalami
kerugian besar, sehingga modal yang disetor oleh Shahibul Maal habis atau ludes,
Lembaga Keuangan Syariah 313

Adapun syarat para pihak yang berakad yaitu antara lembaga keuangan
syariah baik sebagai Mudlarib -Shahibul Maal adalah :
1. Syarat para pihak yang berakad, yaitu para pihak yang berakad harus
cakap dan sehat secara hukum, artinya tidak boleh para pihak termasuk
lembaga keuangan syariah yang mewakilinya dalam kondisi “Mahjur” atau
tidak cakap secara hukum.
2. Syarat modal yang di-akadkan berupa uang dan bukan berupa barang
yang harus dijual terlebih dahulu, karena nilai pasar barang dapat berubah
setiap saat, sehingga berpotensi adanya sengketa dikemudian hari.
Demikian juga objek uang yang menjadi pokok akad lembaga keuangan
syariah harus nyata dan tidak boleh dalam bentuk hutang atau piutang.
Karena hal tersebut menjadi ketidakjelasan objek.
3. Posisi Mudlarib pada akad Mudharabah adalah sebagai pekerja
sehingga mereka harus mendapatkan upah kerja yang wajar, minimal
dengan UMR atau lebih, sehingga konsep “Ta Awwun” atau tolong-
menolong sekaligus dapat tercapai.
4. Kuantitas dan kualitas harus jelas, artinya lembaga keuangan syariah
harus memastikan jumlah modal yang menjadi akad.
5. Penyerahan modal pada Mudlarib secara langsung dan tidak boleh
diwakilkan. Baik wakil badan hukum atau perorangan. Hal demikian
dimaksudkan untuk menghindari cidera janji atau ingkar janji.

Secara empiris, akad Mudharabah pada lembaga keuangan syariah


sebagai “Shahibul Maal” dan pihak nasabah sebagai “Mudlarib” mengalami

maka hanya pemilik modal atau Shahibul Maal yang menanggung kerugian harta. Ash-
Shadiq Abdurrahman Al-Gharyan, Fatwa-Fatwa Muamalah Kontemporer, (Surabaya :
Pustaka Progressif, 2004), 97.
314 Lembaga Keuangan Syariah

pasang-surut atau fluktuasi yang dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi


dalam bentuk kebijakan pemerintah atau kondisi ekonomi global, demikian
juga dipengaruhi oleh kondisi mikro ekonomi dalam bentuk daya beli
masyarakat, PHK dan tingkat pengangguran dan kondisi pelaku pasar sektor
non formal serta kondisi usaha UMKM dan Koperasi, maka tidak menutup
kemungkinan gagal bayar, untuk itu diperlukan langkah strukturisasi
kelembagaan secara syariah.173

Lembaga keuangan syariah dalam menentukan langkah restrukturisasi


berpedoman pada “Peraturan Bank Indonesia” Nomor 10/18/PBI/2008
tentang Restrukturisasi pembiayaan bagi bank syariah dan unit syariah yang
menyatakan antara lain sebagai berikut :
1. Lembaga keuangan syariah dapat melakukan restrukturisasi
pembiayaan atas nasabah yang memiliki prospek usaha guna menjaga
kelangsungan usaha, akan tetapi tetap menjaga prinsip syariah dan prinsip
kehati-hatian.
2. Pembiayaan oleh lembaga keuagan syariah dengan mengunakan
akad syariah :
a. Mudharabah dan Musyarakah.
b. Akad Sewa dalam bentuk “Ijarah atau Sewa Beli dengan akad
“IMBT-Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik”

173
Bentuk kekecewaan para pakar ekonomi pada tataran mikro ekonomi karena
jarak antara teori dan praktiknya pada ekonomi konvensional. Sehingga menjadi
peluang pada kajian teori ekonomi syariah, akan tetapi terdapat titik temu antara teori
ekonomi syariah dan konvensional, yaitu tidak dibolehkan uang sebagai komoditas.
Iskandar Putong, Ekonomi Mikro, (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2005), 7.
Lembaga Keuangan Syariah 315

c. Akad Jual-Beli dalam bentuk piutang Murabahah, saham dan


Istishna serta dalam bentuk piutang “Qardh” atau transaksi “Ijarah-
Multijasa”.
3. Restrukturisasi pembiayaan oleh lembaga keuangan syariah dengan
syarat :
a. Nasabah mengalami penurunan kemampuan pembayaran.
b. Nasabah mengalami prospek usaha yang baik.
c. Restrukturisasi pembiayaan hanya dapat dilakukan pada kondisi
pembiayaan dengan status kurang lancar, diragukan dan macet,
dengan bukti dan analisis keuangan yang memadai.
d. Restrukturisasi dapat dilakukan 3 kali dan untuk retrukturisasi
kedua dan ketiga paling cepat 6 bulan setelah pembayaran
sebelumnya dengan tetap memperhatikan fatwa Majlis Ulama
Indonesia.
4. Tata cara restrukturisasi pembiayaan adalah :
a. Lembaga keuangan syariah yang melakukan pembiayaan dalam
bentuk piutang Murabahah atau piutang Istishna dapat dilakukan
restrukturisasi dengan cara penjadwalan kembali atau “rescheduling”
atau persyaratan kembali “reconditioning” atau penataan kembali
“restructuring”.
b. Pembiayaan dalam piutang “Qardh” dapat direstrukturisasi
dengan cara penjadwalan kembali-rescheduling dan persyaratan
kembali-reconditioning.
316 Lembaga Keuangan Syariah

c. Untuk pembiayaan dalam bentuk Mudharabah dam Musyarakah


dapat direstrukturisasi dengan cara rescheduling, reconditioning dan
restructuring.
d. Pembiayaan dalam bentuk ijarah atau ijarah muntahiyyah bit
tamlik-IMBT, dapat direstrukturisasi dengan cara rescheduling,
reconditioning dan restructuring.
e. Pembiayaan multijasa dalam bentuk ijarah dapat
direstrukturisasi dengan cara rescheduling dan reconditioning.
f. Pembiayaan dalam bentuk piutang “salam” dapat
direstrukturisasi dengan cara rescheduling, reconditioning dan
restructuring.

C. MURABAHAH.
Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (2) Ayat 275:
‫س ٰذَ ِلكَ بِأَنَّ ُه ۡم قَالُ ٓواْ إِنَّ َما‬
ٞۚ ِ ‫ط ُن مِ نَ ۡٱل َم‬َ ٰ ‫ش ۡي‬
َّ ‫طهُ ٱل‬ُ َّ‫ٱلربَ ٰواْ ََّل يَقُو ُمونَ إِ ََّّل َك َما يَقُو ُم ٱلَّذِي يَت َ َخب‬ ۡ
ِ َ‫ٱلَّذِينَ يَأ ُكلُون‬
‫ف‬َ ‫س َل‬ َ ‫ة ِمن َّر ِبِۦه فَٱنت َ َه ٰى فَلَ ۥهُ َما‬ٞ ‫ظ‬ َ ‫اْ فَ َمن َجا ٓ َء ۥهُ َم ۡو ِع‬ٞۚ ‫ٱلربَ ٰو‬ َّ ‫ٱلربَ ٰو ۗٓاْ َوأ َ َح َّل‬
ِ ‫ٱَّللُ ۡٱلبَ ۡي َع َو َح َّر َم‬ ِ ‫ۡٱلبَ ۡي ُع مِ ۡث ُل‬
ٰٓ
٢٧٥ َ‫ار ه ُۡم فِي َها ٰ َخ ِلدُون‬ ِ ِۖ َّ‫عادَ فَأ ُ ْولَئِكَ أَصۡ ٰ َحبُ ٱلن‬َ ‫ٱَّلل َو َم ۡن‬ ِ ِۖ َّ ‫َوأ َ ۡم ُر ٓۥهُ ِإلَى‬
Artinya : 275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
Lembaga Keuangan Syariah 317

(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka


kekal di dalamnya.

Penekanan Ayat tersebut di atas yang berkorelasi dengan lembaga


keuangan syariah adalah “Allah SWT menghalalkan jual-beli dan
mengharamkan Riba”, dan setiap apa yang diharamkan oleh Allah SWT pasti
mengandung kerusakan atau kemudharatan, baik dalam waktu cepat atau
lambat, demikian juga hal-hal yang dihalalkan oleh Allah SWT dalam kehidupan
manusia pasti mengandung kebaikan atau kemaslahatan.
Pengertian umum murabahah adalah transaksi jual-beli barang dengan
harga dasar dan margin keuntungan yang diketahui oleh para pihak yang
bertransaksi dan disepakatinya. Adapun syarat akad murabahah adalah
sebagai berikut :
1. Harus ada komunikasi antar pihak, artinya tidak dibenarkan adanya
informasi “asimetris” penjual harus memberitahukan atas biaya modal
secara keseluruhan, biaya bahan, biaya transportasi, biaya promosi dan
lain-lain serta besar keuntungan yang diharapkan.
2. Kontrak perjanjian para pihak harus terbebas dari riba, gharar dan
maisir serta pada objek transaksi yang halal dan tidak ada eksploitasi atau
monopoli.
3. Informasi terhadap objek transaksi harus lengkap semua
karakteristik, temasuk bila ada kemungkinan cacat produk.
4. Para pihak harus dengan niat jujur dan adil serta tidak ada
pengurangan ukuran atau timbangan pada objek, sehingga tidak ada
pengkhianatan dan kecurangan pada transaksi.
318 Lembaga Keuangan Syariah

Pada lembaga keuangan syariah untuk teknis implementasi akad


murabahah, maka ada dua cara pembayarannya, yaitu tunai dan tangguh.
Sedangkan untuk jenis pelaksanaan akadnya pada objek melalui dua cara, yaitu
barang berdasarkan pesanan atau tanpa pesan. Adapun jenis barang
berdasarkan pesanan dibagi dua, yaitu jenis barang pesanan yang mengikat
dan jenis barang yang tidak mengikat. Artinya untuk jenis barang pesanan yang
mengikat maka pihak pemesan harus membeli. Pesanan mengikat dapat
mengikat pada karakteristik barang dan waktu pesan atau proses barang
selesai pengerjaan.
Pengadaan barang yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Transaksi barang yang sudah tersedia (prinsip dasar Murabahah).
2. Memesan barang dengan pembayaran dilakukan secara keseluruhan
setelah akad (prinsip dasar akad Salam).
3. Pembayaran di depan (prinsip dasar akad Istishna).
Teknis pelaksanaan akad Murabahah pada lembaga keuangan syariah
sebagaimana diatur dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-
MUI/IV/2000 tanggal 1 April tahun 2000 tentang Murabahah adalah sebagai
berikut :
Ketentuan umum akad Murabahah pada lembaga keuangan syariah yaitu :
1. Objek akad bebas riba dan tidak haram.
2. Lembaga keuangan syariah melakukan pembiayaan seluruhnya atau
sebagian pada jenis objek barang yang sudah disepakati karakteristiknya
dengan harga jual yang disepakati yang terdiri dari harga pokok dan
keuntungannya.
Lembaga Keuangan Syariah 319

3. Jika lembaga keuangan syariah mewakilkan pembeliannya pada


nasabah, proses akad dilakukan setelah barang secara sah menjadi milik
lembaga keuangan syariah, artinya penguasaan barang secara penuh dan
utuh nyata dan menjadi objek akad.
Dengan demikian proses akad Murabahah antara lembaga keaunagn
syariah dan nasabah bersifat adil, jujur dan transparan.
Komponen Murabahah, secara empiris lembaga keuangan syariah
melakukan akad Murabahah seperti pada pembiayaan konsumen atau
“customer financing” yang memberikan pembiayaan dalam bentuk uang dan
nasabah mencari sendiri barang yang diperjanjikan, bahkan nasabah dapat
mengalihkan peruntukkan dana yang diperjanjikan karena tanpa kontrol atau
pengawasan. Pada kondisi seperti ini dapat dikatakan akad Murabahah cacat
secara hukum.
Teknis pelaksanaan akad yang seharusnya adalah adanya unsur
keterbukaan antara lembaga keuangan syariah dan nasabah dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Nilai ekonomis objek transaksi adalah semua biaya pengadaan
barang yang meliputi harga bahan dasar, biaya pengolahan, biaya
transportasi dan lain-lain.
2. Tingkat margin atau keuntungan harus disepakati oleh para pihak
atau ” An Taradin Minkum”, sehingga tidak terjadi kekecewaan diantara
para pihak.
3. Pada prinsipnya akad murabahah terjadi pada saat terjadi
penyerahan barang sebagai objek transaksi.
320 Lembaga Keuangan Syariah

Prinsip dasar terjadinya akad Murabahah antara lembaga keuangan


syariah dengan nasabah adalah sebagai berikut :
1. Tidak ada sedikitpun unsur kedloliman atau pengkhianatan atau
penipuan antara lembaga keuangan syariah dan nasabah, sehingga
sampai akhir akad masih terjadi suasana harmonis dan ikatan silaturahmi
yang baik.
2. Tidak mengandung unsur riba, gharar dan maiysir.
3. Objek akad adalah barang yang halal, artinya bukan yang diharamkan
oleh agama sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran surat Al-
Maaidah (5) ayat 3:
ُ ‫ٱَّلل بِِۦه َو ۡٱل ُم ۡن َخنِقَةُ َو ۡٱل َم ۡوقُوذَة‬ ِ َّ ‫ير َو َما ٓ أ ُ ِه َّل ِلغ َۡي ِر‬ ِ ِ‫علَ ۡي ُك ُم ۡٱل َم ۡيتَةُ َوٱلدَّ ُم َولَ ۡح ُم ۡٱلخ‬
ِ ‫نز‬ َ ‫ُح ِر َم ۡت‬
‫ِم‬ٞۚ َ‫ب َوأَن تَسۡ ت َۡق ِس ُمواْ بِ ۡٱۡل َ ۡز ٰل‬
ِ ‫ص‬ ُ ُّ‫علَى ٱلن‬ َّ ‫َو ۡٱل ُمت ََر ِديَةُ َوٱلنَّطِ ي َحةُ َو َما ٓ أ َ َك َل ٱل‬
َ ‫سبُ ُع إِ ََّّل َما ذَ َّك ۡيت ُ ۡم َو َما ذُبِ َح‬
‫ ِن ۡٱليَ ۡو َم أ َ ۡك َم ۡلتُ َل ُك ۡم دِينَ ُك ۡم‬ٞۚ ‫ٱخش َۡو‬ۡ ‫ِس ٱ َّلذِينَ َكف َُرو ْا مِ ن دِينِ ُك ۡم َف ًَل ت َۡخش َۡوه ُۡم َو‬ َ ‫ٰذَ ِل ُك ۡم فِسۡ ۗٓ ٌق ۡٱليَ ۡو َم يَئ‬
‫ِف ِ ِۡل ۡث ٖم‬ ٖ ‫ص ٍة غ َۡي َر ُمتَ َجان‬ َ ‫ط َّر فِي َم ۡخ َم‬ ۡ ‫ا فَ َم ِن‬ٞۚ ‫ٱۡلسۡ ٰلَ َم د ِّٗين‬
ُ ‫ٱض‬ ِ ۡ ‫ضيتُ لَ ُك ُم‬ ِ ‫علَ ۡي ُك ۡم نِعۡ َمتِي َو َر‬ َ ُ‫َوأ َ ۡت َممۡ ت‬
٣ ‫يم‬ٞ ِ‫ور َّرح‬ ٞ ُ‫غف‬ َ َّ ‫فَإِ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬
Artinya : 3. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,
(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik,
yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas,
kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu)
yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib
dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah
kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk
(mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka
dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-
Lembaga Keuangan Syariah 321

ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.

Demikian juga Allah SWT mengharamkan khamr atau minuman yang


memabukkan, pada Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (2) Ayat 219:
ِ َّ‫ير َو َم ٰنَ ِف ُع لِلن‬ٞ ‫م َك ِب‬ٞ ‫ع ِن ۡٱلخَمۡ ِر َو ۡٱل َم ۡيس ِۖ ِِر قُ ۡل فِي ِه َما ٓ ِإ ۡث‬
‫اس َو ِإ ۡث ُم ُه َما ٓ أَ ۡكبَ ُر مِ ن‬ َ َ‫سَٔٔ لُونَك‬ ۡ َ‫۞ي‬
٢١٩ َ‫ت لَ َعلَّ ُك ۡم تَتَفَ َّك ُرون‬ َّ ‫ونَ قُ ِل ۡٱل َع ۡف ۗٓ َو َك ٰذَلِكَ يُ َب ِي ُن‬
ِ ‫ٱَّللُ لَ ُك ُم ۡٱۡلٓ ٰ َي‬ ِۖ ُ‫سَٔٔ لُونَكَ َماذَا يُن ِفق‬
ۡ ‫نَّ ۡف ِع ِه َم ۗٓا َو َي‬
Artinya : 219. Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.
Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa
manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka
nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,

Perselisihan atau sengketa pada akad murabahah jika terjadi kebohongan


atau khianat di antara para pihak baik pada posisi harga dasar atau pada
karakteristik objek maka keduanya atau sepihak dapat membatalkan akad atau
ada alternatif solusi baru yang disepakati dengan cara penyesuaian harga baru
kondisi ini dimaksudkan agar para pihak yang berhak akan tetap dalam kondisi
baik dan tidak ada perpecahan di antaranya.
Masa "Khiyar” adalah kondisi diperbolehkan kepada para pihak untuk
meneruskan atau menangguhkan akad atau membatalkan akad karena pada
prinsip dasar akad murabahah adalah kerelaan atau kesepakatan atau "An
Taradin Minkum”. Dengan demikian akad murabahah menjadi sempurna.
Kondisi demikian sangat penting karena secara empiris akad murabahah
adalah jenis transaksi yang sering terjadi pada lembaga keuangan syariah.
322 Lembaga Keuangan Syariah

D. MUSYARAKAH.
Pengertian secara umum adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih
yang dalam hal ini lembaga keuangan syariah dengan nasabah untuk suatu
kegiatan bisnis dengan kontribusi modal kerja yang disepakati sehingga
kemungkinan keuntungan kerugian ditanggung secara bersama dengan
perjanjian yang dikeluarkan oleh notaris, atau dengan cara lain yang disepakati
oleh para pihak.
Secara bahasa atau etimologi, Musyarakah adalah pencampuran antara
sesuatu dengan yang lainnya sehingga sulit dibedakan, dengan demikian akad
Musyarakah adalah bentuk kerjasama atau “joint venture” yang
menitikberatkan pada bentuk kerjasama para pihak, bentuk kerjasama
tersebut dapat bersifat perorangan atau badan hukum dengan wilayah kerja
sama dalam satu negara atau luar negeri sehingga konsekuensi hukum dalam
kerjasama bisnis bersifat luas, untuk itu faktor kejujuran keterbukaan serta
bentuk perjanjian yang ditandatangani oleh para pihak harus jelas dan
terperinci sehingga tidak terjadi perselisihan di kemudian hari.
Konsep dasar Musyarakah pada lembaga keuangan syariah dengan badan
hukum bisnis atau perorangan dapat disebut dengan istilah “pengkongsian
para pemodal”, sehingga konsep dasarnya terletak pada “kemitraan” pada
jenis akad Musyarakah, para pihak berhak ikut serta pada jajaran manajemen
sehingga para pihak mengetahui dengan jelas setiap saat tingkat kemajuan
objek, demikian juga potensi profit-loss atau untung-rugi serta tingkat risiko
usaha atau investasi para pihak terlibat langsung dalam pengambilan
keputusan. Adapun para pihak yang terlibat dalam pengkongsian modal untuk
investasi dua pihak atau lebih yang diikat dengan perjanjian bahkan lembaga
Lembaga Keuangan Syariah 323

keuangan syariah dapat masuk pada salah satu direksi. Pada akad Syirkah atau
Musyarakah terjadi pencampuran gaya atau seni manajemen, sehingga
diantara para pihak dapat memahami atau mengenal partner bisnis mereka
masing-masing seperti halnya Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-
Hujuraat (49) Ayat 13:
ٞۚ
‫م‬ٞۚۡ ‫ٱَّلل أَ ۡتقَ ٰى ُك‬
ِ َّ َ‫ارفُ ٓواْ إِ َّن أ َ ۡك َر َم ُك ۡم عِند‬
َ َ‫شعُوبّٗ ا َوقَبَآئِ َل ِلتَع‬ ُ َّ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلن‬
ُ ‫اس إِنَّا َخلَ ۡق ٰ َن ُكم ِمن ذَك َٖر َوأُنث َ ٰى َو َجعَ ۡل ٰ َن ُك ۡم‬
١٣ ‫ير‬ٞ ِ‫علِي ٌم َخب‬ َ َّ ‫إِ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬
Artinya : 13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Kajian lebih lanjut pada konsep dasar Musyarakah secara etimologi dapat
disebut dengan istilah Syirkah atau Syarikah atau Serikat atau kongsi, sehingga
pada lembaga keuangan syariah harus mengedepankan unsur kerjasama
modal, akan tetapi para pihak harus menjunjung tinggi unsur kehati-hatian dan
kewaspadaan agar dalam perjalanan waktu bisnis tidak terjadi pengingkaran
atau pengkhianatan sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an
Surat As-Shaad (38) ayat 24:
‫ض إِ ََّّل‬ٍ ۡ‫علَ ٰى بَع‬ َ ‫ض ُه ۡم‬ ُ ۡ‫طآءِ لَيَ ۡبغِي بَع‬ َ َ‫اج ِِۖۦه َوإِ َّن َكث ِّٗيرا ِمنَ ۡٱل ُخل‬ ِ َ‫س َؤا ِل نَعۡ َجتِكَ إِلَ ٰى نِع‬ ُ ِ‫ظلَ َمكَ ب‬
َ ‫قَا َل لَقَ ۡد‬
۩‫َاب‬ َ ‫اودُ أَنَّ َما فَت َ ٰنَّهُ فَٱسۡ ت َۡغف ََر َربَّهۥُ َوخ َّۤ ََّر َراك ِّٗع َّۤا َوأَن‬ َ ‫ِيل َّما ه ۡ ُۗٓم َو‬
‫ظ َّن دَ ُۥ‬ ٞ ‫ت َوقَل‬ َّ ٰ ‫عمِ لُواْ ٱل‬
ِ ‫ص ِل ٰ َح‬ َ ‫ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ َو‬
٢٤
Artinya : 24. Daud berkata: "Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu
dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan
sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian
324 Lembaga Keuangan Syariah

mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini".
Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia meminta ampun
kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 tanggal 14


Oktober 2004 tentang Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah pada Pasal 14 antara lain mengatakan bahwa
kepemilikan bank dilarang menggunakan sumber dana yang berasal dari
pinjaman dan berasal dari sumber yang diharamkan menurut syariah,
termasuk juga untuk tujuan yang dilarang secara hukum, yaitu untuk
pencucian uang atau “mone laundry”. Aturan tersebut mengikat juga pada
lembaga keuangan syariah yang melakukan akad Musyarakah-Syirkah. Adapun
ketentuan lain berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 08/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah antara lain mengatakan
ketentuan yang berkaitan dengan lembaga keuangan syariah yaitu :
1. Harus dilakukan akad ijab-kabul dengan memperhatikan unsur
penawaran dan penerimaan yang secara eksplisit menunjukkan adanya
akad Musyarakah dan waktu penerimaan dari penawaran dilakukan pada
pelaksanaan kontrak kerja dan harus dilakukan secara tertulis semua
bentuk perikatan atau perjanjian para pihak, sehingaga secara
proporsional para pihak memahami tugas dan tanggung jawab masing-
masing. Hal demikian dilakukan untuk menghindari adanya perselisihan
kepentingan di kemudian hari.
2. Para pihak yang terikat kontrak pada lembaga keuangan syariah
harus cakap secara hukum dan para pihak tidak dibenarkan melakukan
Lembaga Keuangan Syariah 325

tindakan hukum atau kegiatan usaha bisnis tanpa diketahui oleh pihak lain
yang terikat pada perjanjian Musyarakah, termasuk juga dilarang
melakukan pencairan dana atau melakukan investasi lain dari modal
kerjasama secara sepihak.
3. Ketentuan tentang objek akad Musyarakah yang meliputi ketentuan
modal pembagian kerja serta terjadinya laba usaha atau profit margin dan
kemungkinan terjadinya risiko kerugian harus diatur secara rinci tertulis
dalam bentuk dokumen perjama atau perjanjian kerjasama dan di
notariskan.

Konsep dasar yang difahami dalam akad Musyarakah-Syirkah adalah


kepemilikan secara bersama terhadap suatu objek. Pada prinsipnya jenis akad
Musyarakah dibagi dua yaitu Syirkah Al-Amlak dan Syirkah Al-Uqud. Untuk
Syirkah Al-Amlak adalah proses kepemilikan sebelum akad, seperti harta hibah,
wasiat, harta wakaf. Adapun Syirkah Al-Uqud adalah akad kesepakatan
penyertaan modal dua orang atau lebih pada jenis usaha bersama dengan
pembagian modal pembagian keuntungan atau kerugian yang telah disepakati.
Mekanisme kerja dan mekanisme pembagian modal kerja secara proposional
dibagi dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Syirkah Al-‘Inan yaitu pengkongsian modal atau dana dan kerja secara
professional berbeda sehingga berdampak pada perbedaan pembagian
keuntungan kerugian, pola kerjasama seperti ini harus dengan
kesepakatan yang ditulis secara rinci agar tidak terjadi perselisihan atau
pertengkaran di kemudian hari.
2. Syirkah Mufawadha, adalah kontrak kerjasama pengkongsian antara
lembaga keuangan syariah atau perorangan dengan porsi dana dan porsi
326 Lembaga Keuangan Syariah

kerja dalam jumlah yang sama, sehingga kemungkinan terjadi keuntungan


atau kerugian dibagi pada porsi yang sama.
3. Syirka A’maal, yaitu kerja kongsi secara bersama dalam suatu proyek
tertentu, misalnya tukang bangunan dua orang atau mengerjakan satu
rumah, sehingga hasil yang diperoleh dibagi secara proporsional sesuai
dengan yang diperjanjikan pada awal mula sebelum pekerjaan dimulai.
Demikian pada akad ini menekankan adanya persekutuan tenaga baik
dalam satu profesi atau tidak akan tetapi bentuk pengkongsian harus
diperjanjikan secara tertulis kepada siapa, berbuat apa dan hasilnya apa.
4. Syirkah Wujuh, yaitu pengkongsian dua orang atau lebih tanpa ada
modal, membeli secara kredit dan penjualan secara tunai seperti kerja
jenis menyuplai atau pengadaan barang, sehingga kerjasama seperti ini
adalah penggabungan antara jaringan atau akses masing-masing para
pihak, misalnya salah satu pihak mempunyai akses untuk mendapatkan
proyek dan pihak lain mempunyai akses kepada pemilik barang, akan
tetapi bentuk kerjasama seperti ini rentan pengingkaran, sehingga harus
ditulis dan jika perlu diaktenotariskan.
5. Syirkah Al-Mudharabah, yaitu bentuk pengkongsian antara pemilik
modal atau Shahibul Maal dengan pekerja atau Mudlarib dengan
pembagian keuntungan yang disepakati sewaktu akad dan jika terjadi
kerugian harta sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemilik modal.
Adapun pihak mitra menanggung kerugian atas tenaga dan waktu. Bentuk
kerjasama atau pengkongsian seperti ini harus dijelaskan pada awal akad
dan kesepakatan para pihak harus harus tertulis.
Lembaga Keuangan Syariah 327

Kondisi saat ini pada akad Musyarakah lembaga keuangan syariah adalah
jenis akad “Syirkah Inan”, karena tidak mensyaratkan porsi yang sama pada
besaran modal atau tenaga. Posisi lembaga keuangan syariah dapat berfungsi
sebagai mudlorib dan nasabah sebagai Shahibul Maal, artinya nasabah
mempercayakan modalnya pada lembaga keuangan syariah baik berupa
tabungan, giro dan deposito atau bentuk lainnya. Kemudian pihak lembaga
keuangan syariah dapat melakukan investasi pada bidang usaha tertentu. Pola
seperti ini biasa disebut dengan metode investasi langsung, dan apabila dana
yang terkumpul atau dimobilisasi oleh lembaga keuangan syariah tersebut
disalurkan pada bentuk pembiayaan atau pinjaman pada pihak lain untuk
suatu kegiatan usaha, sehingga posisi lembaga keuangan syariah sebagai
Shahibul Maal. Maka pola seperti ini disebut dengan metode investasi tidak
langsung karena fungsi lembaga keuangan syariah hanya sebagai perantara.
Adapun Rukun Syirkah ‘Inan adalah :
1. Adanya para pihak yang berakad, yaitu dua orang atau lebih atau
badan hukum.
2. Adanya objek akad berupa harta atau modal atau uang, kerja atau
keahlian pada masing-masing pihak.
3. Adanya Shighah atau kontrak atau perjama-perjanjian kerjasama
yang disepakati.
Lembaga keuangan syariah atau perorangan sebagai subjek pihak yang
berakad harus memposisikan modal usaha atau uang secara jelas dan nyata
atau hadir pada saat akad Kondisi modal tidak boleh “Mahjul” atau ditaksir
atau diperkirakan, dengan demikian pada akad Musyarakah ini harus jelas dan
nyata antara subjek dan objeknya.
328 Lembaga Keuangan Syariah

Adapun jenis usaha atau pembagian kerja yang sudah disepakati


sebelumnya dalam bentuk SOP atau standart operational procedur harus
dilaksanakan dan jika terjadi kekhususan atau penyimpangan pada saat proses
berlangsungnya proyek maka harus dikomunikasikan kepada para pihak
dengan cara lisan dan tertulis.
Lembaga keuangan syariah pada akad Musyarakah-Syirkah secara tidak
langsung membentuk keseimbangan atau “equilibrium” pada bidang usaha
yang secara kelembagaan memposisikan modal dan keahlian atau profesi
sumber daya manusia menjadi satu kesatuan yang utuh dalam pengkongsian
atau kerjasama sehingga menyatukan potensi, relasi dan jaringan dalam satu
lembaga dan satu proyek atau kegiatan usaha dengan porsi keterlibatan antar
pihak. Dengan demikian ada kesadaran para pihak untuk bekerjasama dengan
dasar “Falah”, yaitu kebahagiaan hidup dunia dan akhirat sebagaimana Allah
SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-Qashash (28) Ayat 77:
‫ٱَّللُ إِلَ ۡي ِۖكَ َو ََّل ت َۡب ِغ‬ َ ۡ‫َصيبَكَ مِ نَ ٱلد ُّۡنيَ ِۖا َوأ َ ۡحسِن َك َما ٓ أَح‬
َّ َ‫سن‬ َ ‫َّار ۡٱۡلٓخِ َر ِۖة َ َو ََّل ت‬
ِ ‫َنس ن‬ َ ‫ٱَّللُ ٱلد‬َّ َ‫َو ۡٱبت َِغ فِي َما ٓ َءات َ ٰىك‬
٧٧ َ‫ٱَّلل ََّل يُحِ بُّ ۡٱل ُم ۡف ِسدِين‬
َ َّ ‫ض ِإ َّن‬ ِۖ ِ ‫سادَ فِي ۡٱۡل َ ۡر‬ َ َ‫ۡٱلف‬
Artinya : 77. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.

Keseimbangan antara kebahagiaan hidup di dunia-akhirat juga terdapat


pada Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (2) Ayat 201:

َ َ ‫عذ‬
ِ َّ‫اب ٱلن‬
٢٠١ ‫ار‬ َ ‫سن َّٗة َوفِي ۡٱۡلٓخِ َرةِ َح‬
َ ‫سن َّٗة َوقِنَا‬ َ ‫َومِ ۡن ُهم َّمن يَقُو ُل َربَّنَا ٓ َءاتِنَا فِي ٱلد ُّۡنيَا َح‬
Lembaga Keuangan Syariah 329

Artinya : 201. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami,
berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami
dari siksa neraka".
Prinsip dasar atau konsep dasar akad Musyarakah-Syirkah diadopsi oleh
lembaga keuangan syariah pada skala internasional yaitu IDB atau Islamic
Development Bank yang berfungsi untuk menjembatani atau memfasilitasi
kerjasama atau pengkongsian antar negara. Pembiayaan IDB untuk negara
sedang berkembang pada proyek-proyek infrastruktur ekonomi,
transportasi,174 komunikasi, irigasi, bidang kesehatan atau proyek-proyek yang
diperlukan untuk kegiatan sosial sebagai sarana pendidikan pembangunan
sekolahan-kampus dan Rumah Sakit. Jenis pinjaman ini biasanya dengan
jangka waktu pengembalian atau tenor setara 15 tahun sampai dengan 30
tahun dengan menggunakan mata uang Dinar yang berbahan baku Emas serta
harus dengan jaminan dari bank sentral dari negara pengkongsian. Artinya
akad Musyarakah pada lembaga keuangan syariah secara internasional dapat
mempertemukan kepentingan para pihak yang berkongsi atau kerjasama.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa kerjasama ekonomi dengan akad
Musyarakah atau Syirkah dapat mewakili para pihak secara kerjasama
internasional.
Adapun perspektif syariah pada kegiatan lembaga keuangan syariah yang
dalam hal ini adalah IDP dengan menggunakan akad Musyarakah yang dapat

174
Musyarakah dalam bentuk kerjasama perkongsian yang melibatkan lembaga
keuangan syariah Nasional-Internasional, maka ada empat aspek, yaitu; a. Jumlah
modal; b. Jenis modal (ekuitas, pinjaman, dan lain-lain); c. Sumber modal (dalam
negeri, luar negeri); d. Komposisi atau struktur modal. Bramantyo Djohanputro,
Manajemen Keuangan Korporat, (Jakarta : PT. Mitra Kesjaya, 2008), 187.
330 Lembaga Keuangan Syariah

dilaksanakan saat ini atau kontemporer dengan syarat yang melekat pada
perjanjian pengkongsian antara lain :
1. Deviden dibayarkan terlebih dahulu, artinya bersifat prioritas dari
saham biasa.
2. Pada risiko yang mungkin terjadi yaitu perusahaan dilikuidasi, maka
dalam hal ini lembaga keuangan syariah dalam hal ini IDB diprioritaskan
untuk memperoleh pembagian kekayaan atau aset terlebih dahulu.

Untuk investasi jangka pendek, IDB melakukan kegiatan dalam bentuk


akad Musyarakah-Syirkah dengan penerimaan dana tabungan investasi atau
“portofolio”untuk pembiayaan antar negara atau pembiayaan luar negeri.
Pada posisi seperti ini lembaga keuangan syariah melakukan akad kombinasi
yaitu akad Musyarakah dan Mudharabah.Pada jenis kegiatan ekonomi dapat
memposisikan sebagai teori-teori secara fiqih kegiatan seperti ini
memposisikan lembaga keuangan syariah sebagai Mudlarib. Kegiatan seperti
ini diperbolehkan, akan tetapi guna mengantisipasi terjadinya perselisihan di
kemudian hari maka harus dibuat perjanjian secara tertulis.

E. WADIAH.
Konsep dasar lembaga keuangan syariah pada akad Wadiah adalah
kepercayaan atau trust atau Al-Amin dan secara etimologi mempunyai makna
menempatkan sesuatu pada orang lain atau pihak lain yang bukan pemiliknya
untuk dipelihara, akan tetapi secara terminologi dapat diartikan
mempercayakan atau mewakilkan urusan harta dengan ukuran tertentu dan
dengan cara tertentu dan pada kurun waktu tertentu kepada orang lain
dengan diperjanjikan atau kesepakatan dan sebaiknya kesepakatan tersebut
Lembaga Keuangan Syariah 331

dibuat secara tertulis dan ada saksi agar tidak terjadi perselisihan di kemudian
hari ini, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nisaa’ (4)
Ayat 58 - 59:

َ َّ ‫ ِل إِ َّن‬ٞۚ ‫اس أَن تَحۡ ُك ُمواْ بِ ۡٱلعَ ۡد‬


‫ٱَّلل نِ ِع َّما‬ ِ َ‫ٱَّلل يَ ۡأ ُم ُر ُك ۡم أَن ت ُ َؤدُّواْ ۡٱۡل َ ٰ َم ٰن‬
ِ َّ‫ت إِلَ ٰ ٓى أ َ ۡه ِل َها َوإِذَا َحكَمۡ تُم بَ ۡينَ ٱلن‬ َ َّ ‫۞إِ َّن‬
‫سو َل َوأ ُ ْولِي‬ ُ ‫ٱلر‬ َّ ْ‫ٱَّلل َوأَطِ يعُوا‬ َ َّ ْ‫ ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓواْ أَطِ يعُوا‬٥٨ ‫ص ّٗيرا‬ ِ َ‫سمِ ي ُۢعَا ب‬ َ َ‫ٱَّلل َكان‬ َ َّ ‫ظ ُكم بِ ۗٓ ِ ٓۦه إِ َّن‬
ُ ‫يَ ِع‬
َ‫ ِر ٰذَ ِلك‬ٞۚ ِ‫ٱَّلل َو ۡٱليَ ۡو ِم ۡٱۡلٓخ‬
ِ َّ ِ‫سو ِل إِن ُكنت ُ ۡم ت ُ ۡؤمِ نُونَ ب‬
ُ ‫ٱلر‬ ِ َّ ‫ۡٱۡل َ ۡم ِر مِ ن ُك ۡ ِۖم فَإِن ت َ ٰنَزَ ۡعت ُ ۡم فِي ش َۡي ٖء فَ ُردُّوهُ إِلَى‬
َّ ‫ٱَّلل َو‬
٥٩ ‫يًل‬ ً ‫س ُن ت َۡأ ِو‬َ ‫ر َوأ َ ۡح‬ٞ ‫خ َۡي‬
Artinya : 58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Konsep dasar akad Wadiah lembaga keuangan syariah pada proses


pelaksanaannya dapat dibagi atau dikategorikan sebagai berikut:
1. Wajib, yaitu kondisi seseorang atau lembaga yang hanya mereka
satu-satunya pihak yang layak menerima titipan tersebut, artinya dari segi
kejujuran dan kemampuan untuk menerima amanat berupa titipan harta,
sebagaimana Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-An'aam (6) Ayat 152:
332 Lembaga Keuangan Syariah

‫ۥهُ َوأ َ ۡوفُواْ ۡٱلك َۡي َل َو ۡٱلمِ يزَ انَ ِب ۡٱل ِقسۡ طِِۖ ََّل‬ٞۚ َّ‫شد‬
ُ َ ‫س ُن َحت َّ ٰى َي ۡبلُ َغ أ‬ ۡ
َ ‫َو ََّل ت َۡق َربُواْ َما َل ٱل َيت ِِيم ِإ ََّّل ِبٱلَّتِي ه‬
َ ۡ‫ِي أَح‬
َّ ‫اْ ٰذَ ِل ُك ۡم َو‬ٞۚ ‫ٱَّلل أ َ ۡوفُو‬
‫ص ٰى ُكم بِِۦه‬ ِ َّ ‫ٱع ِدلُواْ َولَ ۡو َكانَ ذَا قُ ۡربَ ٰ ِۖى َوبِعَهۡ ِد‬ ۡ َ‫سا إِ ََّّل ُوسۡ عَ َه ِۖا َوإِذَا قُ ۡلت ُ ۡم ف‬
ً ‫ِف ن َۡف‬
ُ ‫نُكَل‬
١٥٢ َ‫لَعَلَّ ُك ۡم تَذَ َّك ُرون‬
Artinya : 152. Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali
dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan
sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak
memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya.
Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil,
kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang
demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.

2. Sunnah, yaitu bagi pihak yang pantas menerima titipan dengan niat
tolong-menolong meskipun ada pihak lain yang dapat menerima amanat
tersebut.
3. Haram, yaitu jika pihak yang menerima titipan tidak kuasa, tidak jujur
atau ada niat jahat terhadap harta benda yang hendak dititipkan, dengan
demikian para pihak yang terkait dengan harta titipan tersebut
mengetimbangkan faktor kejujuran.

Adapun yang menjadi rukun akad Wadiah adalah :


1. Adanya para pihak yang berakad, yaitu kehadirannya.
2. Adanya objek akad secara nyata sehingga tidak dibenarkan objeknya
berupa piutang, barang di dalam air atau barang yang dalam perjalanan
pengiriman.
3. Sighat Ijab dan Qobul atau serah terima barang titipan secara nyata
dan sebaiknya juga dilakukan secara tertulis sehingga ada dokumen yang
menyertainya.
Lembaga Keuangan Syariah 333

Dengan demikian konsep dasar pada akad Wadiah adalah mutlak


kepercayaan dan jika terjadi kerusakan barang karena faktor cuaca atau
bencana alam maka bukan menjadi tanggung jawab pada pihak yang
menerima titipan akan tetapi dalam perkembangannya pada lembaga
keuangan syariah yang menerima harta atau uang maka pihak lembaga
keuangan syariah dapat menggunakan harta tersebut untuk investasi dan
keuntungan atau kerugian menjadi tanggung jawab lembaga keuangan syariah.
Sedangkan pihak penitip menerima bonus.
Konsep dasar dan implementasinya akad Wadiah dapat dibagi dua :
1. Wadiah Yad Amanah atau “trustee safe custody”, artinya pihak
lembaga keuangan syariah mempunyai prosedur atau tata cara
pengamanan barang titipan sehingga apabila terjadi hilang, rusak,
pencurian, kebakaran, kebanjiran atau bencana alam lainnya maka bukan
menjadi tanggung jawab lembaga keuangan syariah, kustodian atau
lembaga keuangan syariah wajib melakukan prosedur pengawasan
terhadap barang titipan tersebut dengan cara :
a) Tidak mencampur dengan barang titipan lainnya untuk menjaga
terinduksi dan menjadi rusak.
b) Tidak menggunakan barang tersebut untuk kepentingan apapun
sehingga murni hanya menyimpannya saja.
c) Tidak ada fee apapun selama proses penyimpanan barang
tersebut.
2. Wadiah Yad Dhamanah atau “guarantee safe custody”, artinya pihak
lembaga keuangan syariah diperbolehkan untuk mempergunakan barang
334 Lembaga Keuangan Syariah

titipan dengan konsekuensi harus mengganti barang yang sama bila


terjadi kerusakan atau hilang.

Regulasi kelembagaan yang berkaitan langsung atau berhubungan dengan


akad Wadiah adalah :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang
Bank Indonesia.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/7/PBI/2004 tentang Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia.
4. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 36/DSN-MUI/X/2002 tentang
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.

Konsep dasar dan implementasinya akad Wadiah telah diimplementasikan


oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen untuk kestabilan sektor
moneter, artinya tingkat fleksibilitas akad Wadiah secara kelembagaan bernilai
strategis demikian juga secara tegas Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an
tentang pemenuhan akad dan perintah menegakkan kebenaran pada surat Al-
Maa’idah (5) Ayat 1 dan 8:
‫ص ۡي ِد َوأَنت ُ ۡم‬ َ ‫ِد أُحِ لَّ ۡت لَ ُكم بَ ِهي َمةُ ۡٱۡل َ ۡن ٰ َع ِم ِإ ََّّل َما يُ ۡتلَ ٰى‬ٞۚ ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓواْ أ َ ۡوفُواْ ِب ۡٱلعُقُو‬
َّ ‫علَ ۡي ُك ۡم غ َۡي َر ُمحِ لِي ٱل‬
َ َّ ‫ُح ُر ۗٓ ٌم ِإ َّن‬
١ ُ‫ٱَّلل َيحۡ ُك ُم َما ي ُِريد‬
Artinya : 1. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan
bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang
demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang
mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut
yang dikehendaki-Nya.
Lembaga Keuangan Syariah 335

‫ ْا‬ٞۚ ‫علَ ٰ ٓى أَ ََّّل تَعۡ ِدلُو‬


َ ‫ش َهدَآ َء ِب ۡٱل ِقسۡ طِِۖ َو ََّل َيجۡ ِر َمنَّ ُك ۡم شَنَ َٔٔ ا ُن قَ ۡو ٍم‬ ِ َّ ِ َ‫ٰ َٓيأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ُكونُواْ قَ ٰ َّومِ ين‬
ُ ‫َّلل‬
٨ َ‫ير بِ َما تَعۡ َملُون‬ ُ ُۢ ِ‫ٱَّلل َخب‬ َ ٞۚ َّ ْ‫ٱع ِدلُواْ ه َُو أ َ ۡق َربُ لِلت َّ ۡق َو ٰ ِۖى َوٱتَّقُوا‬
َ َّ ‫ٱَّلل إِ َّن‬ ۡ
Artinya : 8. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

F. IJARAH.
Konsep dasar akan ini berdasarkan fatwa DSN-MUI Nomor09/DSN-MUI-
IV-2000 tanggal 13 April 2000 tentang Pembiayaan Ijarah menyebutkan bahwa
pengertian ijarah adalah pemindahan hak pakai pada objek barang atau jasa
dalam waktu yang diperjanjikan dan diikuti dengan kewajiban untuk
membayar sewa atau sebagai kompensasinya dan tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan Berkaitan dengan upah, Al-Qur’an dalam surat Al-
Kahfi (18) Ayat 77:
‫ض‬ َ ُ‫طلَقَا َحت َّ ٰ ٓى ِإذَآ أَت َ َيا ٓ أ َ ۡه َل قَ ۡر َي ٍة ٱسۡ ت َۡط َع َما ٓ أ َ ۡهلَ َها فَأ َ َب ۡواْ أَن ي‬
َّ َ‫ض ِيفُوهُ َما فَ َو َجدَا فِي َها ِجدَ ّٗارا ي ُِريدُ أَن َينق‬ َ ‫فَٱن‬
٧٧ ‫علَ ۡي ِه أ َ ۡج ّٗرا‬ َ َ‫فَأَقَا َم ِۖۥهُ قَا َل لَ ۡو ِش ۡئتَ لَتَّخ َۡذت‬
Artinya : 77. Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada
penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu,
tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya
mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr
menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu
mengambil upah untuk itu".
336 Lembaga Keuangan Syariah

Kemudian Allah SWT juga berfirman di dalam Al-Qur’an Surat An-Nuur


(24) Ayat 33:
‫ب مِ َّما َملَك َۡت‬ َ َ‫ض ِل ِۗٓۦه َوٱلَّذِينَ يَ ۡبتَغُونَ ۡٱل ِك ٰت‬
ۡ َ‫ٱَّللُ مِ ن ف‬َّ ‫َو ۡليَسۡ ت َعۡ فِفِ ٱلَّذِينَ ََّل يَ ِجدُونَ نِكَا ًحا َحت َّ ٰى ي ُۡغنِيَ ُه ُم‬
‫علَى‬َ ‫م َو ََّل ت ُ ۡك ِرهُواْ فَت َ ٰيَتِ ُك ۡم‬ٞۚۡ ‫ِي َءات َٰى ُك‬ ِ َّ ‫علِمۡ ت ُ ۡم فِي ِه ۡم خ َۡي ّٗر ِۖا َو َءاتُوهُم ِمن َّما ِل ٱ‬
ٓ ‫َّلل ٱلَّذ‬ َ ‫أ َ ۡي ٰ َمنُ ُك ۡم فَكَاتِبُوه ُۡم إِ ۡن‬
ٞ ُ‫غف‬
‫ور‬ َ َّ ‫ا َو َمن ي ُۡك ِره ُّه َّن فَإِ َّن‬ٞۚ َ‫ض ۡٱل َحيَ ٰوةِ ٱلد ُّۡني‬
َ ‫ٱَّلل مِ ُۢن بَعۡ ِد إِ ۡك ٰ َر ِه ِه َّن‬ ُّ ‫ۡٱلبِغَآءِ إِ ۡن أ َ َر ۡدنَ ت َ َح‬
َ ْ‫ص ّٗنا ِلت َۡبتَغُوا‬
َ ‫ع َر‬
٣٣ ‫يم‬ٞ ِ‫َّرح‬
Artinya : 33. Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga
kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya.
Dan budak-budak yang kamu miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah
kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan
pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang
dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa budak-budak
wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini
kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa
yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu.

Demikian juga Allah SWT berfirman tentang kompensasi upah atas jasa
pada Al-Qur’an Surat Al-Qashash (28) Ayat 27:
ۡ
َ َ‫ِي حِ َج ِۖ ٖج فَإِ ۡن أَ ۡت َم ۡمت‬
‫ع ۡش ّٗرا فَمِ ۡن‬ َ ‫علَ ٰ ٓى أَن تَأ ُج َرنِي ث َ ٰ َمن‬ َّ َ ‫قَا َل ِإن ِٓي أ ُ ِريدُ أَ ۡن أُن ِك َحكَ ِإ ۡحدَى ۡٱبنَت‬
َ ‫ي ٰ َهت َۡي ِن‬
٢٧ َ‫ص ِلحِ ين‬ َّ ٰ ‫ٱَّللُ مِ نَ ٱل‬
َّ ‫شا ٓ َء‬
َ ‫ست َِجدُن ِٓي ِإن‬ َ َ‫ك‬ٞۚ ‫علَ ۡي‬ ُ َ ‫عِند ِِۖكَ َو َما ٓ أ ُ ِريدُ أ َ ۡن أ‬
َ ‫ش َّق‬
Artinya : 27. Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud
menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar
bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan
sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak
Lembaga Keuangan Syariah 337

hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang baik".

Kata “Ijarah” denga nasal kata “Al-Ajr” yang berarti kompensasi atau
imbalan yang secara implementatif terjadi pada lembaga keuangan syariah
menyewakan suatu objek tertentu kepada nasabahnya dengan suatu
perjanjian yang disepakati bersama untuk pembayaran sewa atas pengambilan
manfaat dari objek tersebut dalam waktu tertentu atau periodesasi yang
disepakati. Adapun rukun akad Ijarah meliputi :
1. Adanya ijab-qobul, yaitu pernyataan serah terima objek yang diikuti
secara tertulis.
2. Adanya para pihak yang terlibat dalam akad Ijarah
3. Adanya objek akad.

Konsep dasar akad Ijarah pada lembaga keuangan syariah di pihak lain
secara implementatif terletak pada penekanan objek akad dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Manfaat barang pada objek Ijarah menyatu atau lekat dengan kondisi
barang, akan tetapi pada hakekatnya objeknya akad terletak pada
manfaat objek.
2. Standar atau barometer atau ukuran manfaat objek harus jelas dan
dapat dinilai secara nyata dalam kontrak, sehingga para pihak secara
terbuka dapat menilai nilai guna objek.
3. Manfaat dan nilai guna objek bersifat halal secara syar’i.
4. Adanya kesanggupan memenuhi manfaat sesuai dengan ketentuan
syariah.
338 Lembaga Keuangan Syariah

5. Terhindar dari sengketa sehingga diperlukan adanya spesifikasi nilai


guna.
6. Identifikasi objek harus jelas dengan karakteristiknya.
7. Adanya harga sewa yang disepakati.
8. Ukuran Sewa adalah besaran manfaat objek, waktu lamanya dan
tingkat risiko yang sangat mungkin terjadi.
Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik-IMBT adalah sewa-menyewa yang berakhir
dengan pemindahan kepemilikan, contoh nyatanya adalah para kredit KPR BTN
syariah. Secara rinci ketentuan serta tata cara akad IMBT diatur oleh Fatwa
Dewan Syariah Nasional Nomor 27/DSN-MUI/III/2002 yang antara lain
menyatakan :
1. Praktik sewa-beli merupakan kenyataan yang sudah terjadi di
masyarakat yaitu perjanjian sewa-menyewa pada objek suatu barang
tertentu dengan kurun waktu yang disepakati dan pembayaran besaran
uang yang diperjanjikan dan berakhir dengan pemindahan kepemilikan
atas objek.
2. Syarat dan rukun akan harus terpenuhi dan semua kesepakatan atau
Antaradin Minkum harus secara nyata tertuli.
3. Jika terjadi perselisihan antar pihak bank pada proses perjalanan
sewa atau pada akhir perjanjian atau sewaktu acara pemindahan
kepemilikan akan diselesaikan melalui Badan Arbitrase Syariah.

G. RAHN (GADAI).
Dasar hukum akad Rahn (gadai) adalah firman Allah SWY di dalam Al-
Qur’an Surat Al-Baqarah (2) Ayat 283:
Lembaga Keuangan Syariah 339

ِۖ ‫ن م ۡقبُو‬ٞ ‫۞وإن ُكنتُم علَى سفَر ولَم ت َجدُواْ كَاتِبّٗ ا فَر ٰه‬
َ‫ض ُكم َبعۡ ضّٗ ا فَ ۡلي َُؤ ِد ٱلَّذِي ۡٱؤتُمِ ن‬
ُ ۡ‫ة فَإِ ۡن أَمِ نَ َبع‬ٞ ‫ض‬ َ َّ َ ِ ِ ۡ َ ٖ َ ٰ َ ۡ َِ
٢٨٣ ‫ِيم‬ٞ ‫عل‬ َ َ‫ٱَّللُ بِ َما تَعۡ َملُون‬َّ ‫ِم قَ ۡلبُ ۗٓۥهُ َو‬ٞ ‫ة َ َو َمن يَ ۡكت ُ ۡم َها فَإِنَّ ٓۥهُ َءاث‬ٞۚ َ‫ش ٰ َهد‬
َّ ‫ٱَّلل َربَّ ۗٓۥهُ َو ََّل ت َۡكت ُ ُمواْ ٱل‬
َ َّ ‫ق‬ِ َّ ‫أ َ ٰ َمنَت َ ۥهُ َو ۡليَت‬
Artinya : 283. Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara
tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada
barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika
sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan
persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya
ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.

Rahn atau gadai dapat didifinisikan sebagai barang yang dijaminkan atas
hutang. Ketentuan sebagai dasar regulasinya adalah Fatwa DSN-MUI Nomor 25
tahun 2002 yang mengatakan antara lain :
1. Perjanjian hutang-piutang dengan jaminan barang ditentukan atas
besarannya atau prosentase dan batas waktunya.
2. Barang yang dijaminkan tidak boleh digunakan atau diambil
manfaatnya oleh pihak yang berhutang.
3. Biaya atau ongkos perawatan barang jaminan dan biaya
penyimpanan atau pergudangan diatur atas kesepakatan para pihak.
4. Jika ada batas waktu yang ditentukan terjadi gagal bayar pelunasan
maka sesuai dengan kesepakatan dan perjanjian di awal maka barang
yang digadaikan dapat dijual untuk melunasi hutang yang diperjanjikan.
340 Lembaga Keuangan Syariah

5. Jika terjadi perselisihan antar pihak maka permasalahannya dapat


diajukan melalui badan arbitrase syariah untuk mendapatkan
penyelesaian secara adil.

Ketentuan umum tentang akad Rahn-gadai antara lembaga keuangan


syariah dengan para pihak yang ikut dalam suatu perjanjian tertulis akan
diaktenotariskan adalah sebagai berikut :

1. Istilah “Murtahin” adalah penerima barang gadai mempunyai hak


sepenuhnya atas “Marhun”, yaitu objek barang yang digadaikan sebagai
jaminan atas hutang sampai dengan hutang lunas.

2. Manfaat barang menjadi milik Rahin terkecuali atas kesepakatan para


pihak dan diperjanjikan secara tertulis.

3. Manfaat yang timbul akibat dari penyimpanan dan perawatan barang


menjadi tanggung jawab Rahin, sehingga bila barang yang rusak atau
hilang tetap menjadi tanggung jawab Rahin terkecuai jika ada
kesepakatan antar pihak berbeda.
4. Besaran biaya pemeliharaan barang jaminan dihitung berdasarkan
risiko pemeliharaan dan tidak boleh dihitung atas pokok pinjaman.
5. Marhun atau sebutan barang yang menjadi objek gadai dapat dijual
oleh Murtahin atau penerima barang gadai jika pada waktu yang
disepakati Rahin tidak dapat melunasi kewajibannya, akan tetapi secara
etika ada tiga kali surat peringatan untuk pelunasan.
6. Hasil penjualan barang gadai digunakan untuk melunasi semua
kewajiban Rahin termasuk biaya perawatannya dan jika ada kelebihan
dari hasil lelang barang gadai maka menjadi hak dari kpihak Rahin, karena
Lembaga Keuangan Syariah 341

pada umumnya nilai pinjaman dengan akad Rahn itu maksimal 80% dari
nilai barang gadai sehingga sisa harga 20% dan digunakan untuk biaya
pemeliharaan dan perawatan selama barang gadai menjadi pengawasan
pihak Murtahin atau penerima barang.

Gadai Emas, sekarang adalah hari Jumat tanggal 15 Mei 2020 berbagai
negara dilanda oleh virus Corona-Covid-19 pada posisi seperti ini kebijakan
pemerintah pusat melakukan PSBB atau pembatasan sosial berskala besar atau
Lockdown, berdasarkan pantauan penulis solusi gadai menjadi jalan keluar
terbaik dan tercepat karena adanya gelombang PHK dan banyaknya karyawan
yang dirumahkan dan sektor non formal lumpuh. Sektor UMKM dan Koperasi
juga mengalami kemunduran. Ada tiga sektor yang masih ramai dikunjungi
nasabah yaitu perbankan, leasing dan gadai-Rahn.
Melihat kenyataan tersebut maka peran dan fungsi akad Rahn-gadai
sangat membantu laju perputaran ekonomi agar kekayaan tidak berputar di
antara orang-orang kaya saja, sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Al-
Qur’an Surat Al-Hasyr (59) Ayat 7:
‫ِين َو ۡٱب ِن‬ ِ ‫سك‬ َ ٰ ‫سو ِل َو ِلذِي ۡٱلقُ ۡربَ ٰى َو ۡٱليَ ٰتَ َم ٰى َو ۡٱل َم‬ َّ ِ َ ‫سو ِلِۦه مِ ۡن أ َ ۡه ِل ۡٱلقُ َر ٰى‬
َّ ‫لِلَفِ َول‬
ُ ‫ِلر‬ ُ ‫علَ ٰى َر‬ َّ ‫َّما ٓ أَفَا ٓ َء‬
َ ُ‫ٱَّلل‬
ْ‫ا‬ٞۚ ‫ع ۡنهُ فَٱنتَ ُهو‬
َ ‫سو ُل فَ ُخذُوهُ َو َما نَ َه ٰى ُك ۡم‬ َّ ‫م َو َما ٓ َءات َٰى ُك ُم‬ٞۚۡ ‫سبِي ِل ك َۡي ََّل يَ ُكونَ دُولَ ُۢةَ بَ ۡينَ ۡٱۡل َ ۡغنِيَآءِ مِ ن ُك‬
ُ ‫ٱلر‬ َّ ‫ٱل‬
٧ ‫ب‬ ِ ‫شدِيدُ ۡٱل ِعقَا‬ َ ِۖ َّ ْ‫َوٱتَّقُوا‬
َ َّ ‫ٱَّلل إِ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬
Artinya : 7. Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-
Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah
untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin
dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di
antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul
kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
342 Lembaga Keuangan Syariah

tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras


hukumannya.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 26/DSN-MUI/III/2002 tentang


Rahn-Emas mengatakan antara lain :
1. Rahn atau gadai adalah salah satu kebutuhan mendasar masyarakat
sesuai dengan semboyannya “mengatasi masalah tanpa masalah”.
2. Emas adalah “public goods” yang menjadi barang perhiasan dan
sekaligus sebagai harta penyimpan kekayaan yang “liquid”.
3. Ketentuan untuk ongkos penyimpanan dan perawatan ditanggung
oleh pihak penggadai, sehingga akumulasi biaya administrasi dihitung
secara nyata dan tidak boleh dihitung atas pokok pinjaman.
4. Semua ketentuan akad Rahn-Gadai mengikuti ketentuan secara
umum, yaitu objek gadai tidak boleh barang yang haram dan tidak boleh
atas dasar niat pencucian harta hasil dari kejahatan, demikian juga uang
hasil gadai tidak boleh untuk kegiatan maksiat atau kegiatan yang
merugikan orang lain seperti digunakan untuk kegiatan terorisme,
perjudian, pelacuran dan sebagainya. Untuk itu semua rangkaian akad
Rahn-Gadai harus sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist.

H. AL-QIRADH-QARDH.
Yaitu ketentuan pinjaman, di dalam Al-Qur’an dinyatakan pada Surat Al-
Muzzammil (73) Ayat 20:
َّ ‫كَ َو‬ٞۚ ‫َة ِمنَ ٱلَّذِينَ َم َع‬ٞ ‫طآئِف‬
‫ٱَّللُ يُقَد ُِر ٱلَّ ۡي َل‬ َ ‫۞إِ َّن َربَّكَ يَعۡ لَ ُم أَنَّكَ تَقُو ُم أ َ ۡدن َٰى مِ ن ثُلُثَي ِ ٱلَّ ۡي ِل َونِصۡ فَ ۥهُ َوثُلُث َ ۥهُ َو‬
‫ض ٰى‬ َ ‫سيَ ُكونُ مِ ن ُكم َّم ۡر‬ َ ‫عل َِم أَن‬ ِ ٞۚ ‫علَ ۡي ُك ۡ ِۖم فَ ۡٱق َر ُءواْ َما تَيَس ََّر مِ نَ ۡٱلقُ ۡر َء‬
َ ‫ان‬ َ ‫صوهُ فَت‬
َ ‫َاب‬ ُ ‫عل َِم أَن لَّن ت ُ ۡح‬ َ ‫ار‬ َ ٞۚ ‫َوٱلنَّ َه‬
‫ٱَّلل فَ ۡٱق َر ُءواْ َما‬ َ ‫ٱَّلل َو َءاخ َُرونَ يُ ٰقَتِلُونَ فِي‬
ِ ِۖ َّ ‫س ِبي ِل‬ ِ َّ ‫ض ِل‬ ۡ َ‫ض يَ ۡبتَغُونَ مِ ن ف‬ ِ ‫ض ِربُونَ فِي ۡٱۡل َ ۡر‬ ۡ َ‫َو َءاخ َُرونَ ي‬
Lembaga Keuangan Syariah 343

‫ا َو َما تُقَ ِد ُمواْ ِۡلَنفُ ِس ُكم ِم ۡن خ َۡي ٖر‬ٞۚ ‫س ّٗن‬ َ َّ ‫ٱلزك َٰوةَ َوأ َ ۡق ِرضُو ْا‬
َ ‫ٱَّلل قَ ۡرضًا َح‬ َّ ‫صلَ ٰوة َ َو َءاتُو ْا‬ َّ ‫هُ َوأَقِي ُمو ْا ٱل‬ٞۚ ‫ت َ َيس ََّر مِ ۡن‬
٢٠ ‫ور َّرحِ ي ُۢ ُم‬ ٞ ُ‫غف‬ َ ِۖ َّ ْ‫ا َوٱسۡ ت َۡغف ُِروا‬ٞۚ ‫ظ َم أَجۡ ّٗر‬
َ َّ ‫ٱَّلل إِ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬ َ ‫ٱَّلل ه َُو خ َۡي ّٗرا َوأ َ ۡع‬
ِ َّ َ‫ت َِجدُوهُ عِند‬
Artinya : 20. Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri
(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau
sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama
kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui
bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu,
maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah
(bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-
orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah,
maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah
pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu
niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang
paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada
Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Lembaga keuangan syariah dapat menggunakan akad “Qordh” dalam


melakukan kegiatannya dengan pengertian bahwa “Qordh” adalah pemberi
pinjaman atau disebut “kreditur” memberikan pinjaman kepada pihak lain
yang disebut dengan “debitur-muqtaridh” pada waktu yang ditentukan dengan
jumlah yang sama pada pokok pinjaman. Ketentuan tentang akad Qordh diatur
pada Fatwa DSN Nomor 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Qordh.
Qordhul Hasan yaitu jenis pinjaman yang bersifat sosial pada pihak yang
sangat memerlukan dalam jangka waktu tertentu tanpa diikuti dengan
344 Lembaga Keuangan Syariah

komitmen apapun. Pinjaman ini bersifat bantuan yang biasanya diperuntukkan


lembaga sosial atau pelaku usaha UMKM dan Koperasi dengan tujuan murni
untuk pinjaman sosial tanpa bunga atau tambahan dari pokok atau tanpa
nisbah bagi hasil.
Perjanjian kerjasama pada akad Qordh dapat dilakukan oleh lembaga
keuangan syariah atau perorangan, dan dalam perjanjian tersebut pihak
pemberi pinjaman atau disebut dengan “kreditor” memberikan sejumlah dana
untuk suatu kepentingan tertentu dengan jumlah besaran yang disepakati
dalam waktu pengembalian pada waktu tertentu dan jumlah besaran
pengembalian dihitung pokok. Adapun secara kelembagaan aturan tentang
akad Qordh terdapat pada fatwa DSN Nomor 19/DSN-MUI/IV/2001 yang
memberikan ketentuan sebagai berikut :
1. Qordh adalah bentuk pinjaman antara lembaga keuangan syariah
yang diberikan kepada nasabah atau “muqtaridh” dalam tempat tertentu
dan dalam waktu yang disepakati dengan jumlah pengembalian yang
sama dengan pokok pinjaman, tetapi biaya administrasi pinjaman
ditanggung oleh peminjam, dan jika dipandang perlu maka lembaga
keuangan syariah dapat meminta jaminan atas pinjaman tersebut,
demikian juga LKS dapat meminta dana kontribusi atau sumbangan
dengan alasan bahwa LKS memerlukan dana operasional.
2. Jika pada waktu yang telah disepakati nasabah tidak dapat
mengembalikan maka pihak lembaga keuangan syariah dapat menjual
aset jaminan setelah berkoordinasi dengan pihak peminjam.
3. Sumber dana yang dipergunakan oleh lembaga keuangan syariah
untuk akad Qordh bersumber dari harta yang halal, yaitu dari modal
Lembaga Keuangan Syariah 345

internal atau dari keuntungan yang disisihkan atau dari dana pihak ketiga
yang sah dan halal menurut ketentuan syariah.
4. Jika terdapat perselisihan antar pihak maka diselesaikan melalui
badan arbitrase Jika jalan musyawarah mengalami jalan buntu, akan
tetapi para pihak dituntut untuk berbuat adil sebagaimana Allah SWT
berfirman di dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl (16) Ayat 90 – 91:
ۡ َ َّ ‫۞إ َّن‬
ِ ‫ي‬ٞۚ ‫شآءِ َو ۡٱل ُمنك َِر َو ۡٱلبَ ۡغ‬
َ ‫ع ِن ۡٱلف َۡح‬ َ ‫س ِن َوإِيتَآي ِٕ ذِي ۡٱلقُ ۡربَ ٰى َويَ ۡن َه ٰى‬ َ ٰ ‫ٱۡل ۡح‬ِ ۡ ‫ٱَّلل يَأ ُم ُر بِ ۡٱلعَ ۡد ِل َو‬ ِ
‫ع َهدت ُّ ۡم َو ََّل ت َنقُضُواْ ۡٱۡل َ ۡي ٰ َمنَ بَعۡ دَ ت َۡوكِي ِدهَا َو َق ۡد‬ ِ َّ ‫ َوأ َ ۡوفُواْ بِعَهۡ ِد‬٩٠ َ‫ظ ُك ۡم لَعَلَّ ُك ۡم تَذَ َّك ُرون‬
َ ٰ ‫ٱَّلل إِذَا‬ ُ ‫يَ ِع‬
٩١ َ‫ٱَّلل يَعۡ َل ُم َما ت َۡف َعلُون‬ ٞۚ ً ‫علَ ۡي ُك ۡم َكف‬
َ َّ ‫ِيًل ِإ َّن‬ َ َّ ‫َج َع ۡلت ُ ُم‬
َ ‫ٱَّلل‬
Artinya : 90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
91. Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan
janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah
meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu
(terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa
yang kamu perbuat.

I. WAKALAH.
Dasar hukum akad Wakalah di dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi (18) Ayat
19:

َ َ ‫َو َك ٰذَلِكَ بَعَ ۡث ٰنَ ُه ۡم ِليَت‬


َ ۡ‫ِل ِم ۡن ُه ۡم ك َۡم لَبِ ۡثت ُ ۡ ِۖم قَالُواْ لَبِ ۡثنَا يَ ۡو ًما أ َ ۡو بَع‬ٞ ‫م قَا َل قَآئ‬ٞۚۡ ‫سا ٓ َءلُواْ بَ ۡينَ ُه‬
‫م قَالُواْ َربُّ ُك ۡم أَ ۡعلَ ُم‬ٞۚ ٖ ‫ض يَ ۡو‬
ُ‫طعَ ّٗاما فَ ۡليَ ۡأتِ ُكم بِ ِر ۡز ٖق ِم ۡنه‬َ ‫ظ ۡر أَيُّ َها ٓ أَ ۡزك َٰى‬ ُ ‫بِ َما لَبِ ۡثت ُ ۡم فَ ۡٱبعَث ُ ٓواْ أ َ َحدَ ُكم بِ َو ِرقِ ُك ۡم ٰ َه ِذ ِٓۦه إِ َلى ۡٱل َمدِينَ ِة فَ ۡليَن‬
َّ َ‫َو ۡليَتَل‬
١٩ ‫ط ۡف َو ََّل ي ُۡشع َِر َّن بِ ُك ۡم أَ َحدًا‬
346 Lembaga Keuangan Syariah

Artinya : 19. Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling
bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka:
Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)". Mereka menjawab: "Kita
berada (disini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan
kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah
salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang
perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka
hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku
lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada
seorangpun.

Pengertian Wakalah adalah pendelegasian atau pelimpahan tugas kepada


seseorang atau badan hukum untuk melakukan tindakan atau perbuatan
hukum pada suatu urusan tertentu yang telah diperjanjikan bagi pihak lain
dengan segala macam konsekuensi yang melekat pada tugas yang
dimandatkan atau “agency assignment”, demikian juga untuk tugas perwakilan
atau utusan pada suatu urusan, Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an surat
An-Nisaa’ (4) Ayat 35:
‫ٱَّللُ بَ ۡينَ ُه َم ۗٓا ٓ إِ َّن‬ ٰ
َّ ‫ق‬ ِ ِ‫َوإِ ۡن خِ ۡفت ُ ۡم ِشقَاقَ بَ ۡينِ ِه َما فَ ۡٱبعَثُواْ َحك َّٗما ِم ۡن أ َ ۡه ِلِۦه َو َحك َّٗما ِم ۡن أَ ۡه ِل َها ٓ إِن ي ُِريدَآ إِصۡ لَ ّٗحا ي َُوف‬
َ َ‫ٱَّلل َكان‬
٣٥ ‫علِي ًما َخبِ ّٗيرا‬ َ َّ
Artinya : 35. Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,
maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari
keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan
perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Lembaga Keuangan Syariah 347

Pelimpahan tugas dan tanggung jawab atau mandat pada akad Wakalah
jika dilihat dari sudut pandang cakupan implementasinya dapat dibagi tiga
yaitu :
1. Wakalah Al-Mutlaqah, yaitu mewakilkan suatu urusan yang
diperjanjikan secara mutlak tanpa batas waktu dengan tugas dan
tanggung jawab dan kewenangan yang diperjanjikan oleh para pihak.
2. Wakalah Al-Muqayyadah, yaitu mewakilkan suatu perusahaan hanya
pada satu urusan tertentu dan pada batas waktu tertentu yang
diperjanjikan oleh para pihak.
3. Wakalah Al-Amanah, yaitu mewakilkan suatu urusan sehari-hari yang
pada lembaga keuangan syariah pelengkap untuk suatu kesempurnaan
akad. Dengan demikian posisi atau kewenangannya lebih luas dari akad
Wakalah-Al-Muqayyadah tetapi lebih sempit atau lebih terbatas dari akad
Wakalah Al-Mutlaqah. Sehingga dalam pelaksanaannya atau dalam
praktiknya akad Wakalah pada lembaga keuangan syariah mempunyai
tingkat fleksibilitas yang tinggi.

Konsep dasar akad Wakalah pada lembaga keuangan syariah adalah


ditunjuknya seseorang untuk mewakili akad lembaga, sehingga yang
bersangkutan tidak bertindak melebihi atau mengurangi dari amanat yang
ditugaskan dengan suatu ikatan perjanjian yang disepakati antar pihak.
Demikian juga objek yang menjadi sebabnya akad harus jelas dan tidak
mengandung unsur atau jenis barang yang haram serta tidak mengandung
unsur riba, gharar dan maiysir. Adapun secara implementatif, akad Wakalah
diatur dengan fatwa DSN MUI Nomor 10/DSN-MUI/IV/2000 tentang Wakalah
yang antara lain mengatakan :
348 Lembaga Keuangan Syariah

1. Pernyataan ijab dan qobul yang harus dinyatakan agar diketahui


secara jelas oleh para pihak yang berakad tentang segala sesuatunya.
2. Wakalah adalah akad yang mengikat para pihak dan tidak dibenarkan
adanya pembatalan sepihak.
3. Subyek dan objek jelas dan “mumayyiz” atau kuasa dan dewasa
secara hukum.
4. Cakap secara hukum.
5. Jika terjadi perselisihan antar pihak maka harus adukan masalahnya
ke badan arbitrase syariah untuk dimintakan keputusan penyelesaiannya.

Batasan waktu atau kondisi berakhirnya akad Wakalah yang ditentukan


oleh syariah adalah sebagai berikut :
1. Kesepakatan para pihak yang terikat dalam perjanjian akad untuk
mengakhiri ikatan akad.
2. Rusaknya objek atau musnahnya atau hilangnya objek karena sebab-
sebab tertentu sehingga para pihak sepakat untuk mengakhiri ikatan
perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
3. Meninggalnya salah satu pihak yang terikat dalam perjanjian akad
Wakalah sehingga dengan sendirinya perjanjian para pihak gugur karena
kondisi.
4. Hilangnya kemampuan salah satu pihak untuk melaksanakan
kewajiban yang telah diamanahkan, misalnya karena sakit dan lain-lain.
5. Karena “Force Majeure” atau kondisi atau situasi di luar kemampuan
para pihak yang terlibat dalam akad Wakalah, seperti karena terjadinya
bencana alam atau bencana/kerusuhan sosial.
Lembaga Keuangan Syariah 349

J. KAFALAH.
Secara implementatif pada lembaga keuangan syariah disebut dengan
“Garansi” atau dengan istilah “Bank Guarantee”. Sehingga secara umum
pengertian Kafalah adalah tindakan hukum yang memberikan jaminan
pengembalian pembayaran atas suatu pihak kepada pihak lain pada jumlah
dana atau modal tertentu yang telah disepakati sebelumnya. Adapun secara
syar’i akad Kafalah disandarkan pada firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat
Yusuf (12) Ayat 72 dan 75:
٧٢ ‫ِيم‬ٞ ‫ع ۡٱل َملِكِ َو ِل َمن َجا ٓ َء بِِۦه حِ مۡ ُل بَع ِٖير َوأَن َ۠ا بِِۦه زَ ع‬ ُ ُ‫قَالُواْ ن َۡف ِقد‬
َ ‫ص َوا‬
Artinya : 72. Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja, dan
siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan
(seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya".
َّ ٰ ‫ۥهُ َك ٰذَلِكَ ن َۡج ِزي ٱل‬ٞۚ ‫قَالُواْ َج ٰ ٓزَ ُؤ ۥهُ َمن ُو ِجدَ فِي َرحۡ ِلِۦه فَ ُه َو َج ٰ ٓزَ ُؤ‬
٧٥ َ‫ظلِمِ ين‬
Artinya : 75. Mereka menjawab: "Balasannya, ialah pada siapa diketemukan
(barang yang hilang) dalam karungnya, maka dia sendirilah balasannya
(tebusannya)". Demikianlah kami memberi pembalasan kepada orang-orang
yang zalim.

Fatwa DSN-MUI tentang “Kafalah” Nomor ii/DSN-MUI/IV/2000 yang


mengatakan antara lain :
1. Para pihak yang terlibat pada akad Kafalah harus melakukan ijab-
qobul sebagai bentuk pernyataan secara lisan dan tertulis tentang
kehendak masing-masing pihak, dalam akad ini penjamin dapat menerima
imbalan-fee yang proporsional yang bersifat mengikat sehingga masing-
masing pihak tidak boleh membatalkan secara sepihak pada waktu
tertentu.
350 Lembaga Keuangan Syariah

2. Pihak penjamin disebut “Kafiil” adalah kuasa secara hukum atau


identitas semua pihak nyata-legal secara hukum dengan dibuktikan oleh
dokumen identitas.
3. Objek penjaminan atau “Makful Bihi” merupakan objek tidak
bertentangan dengan ketentuan syariah dan hukum positif yang berlaku.
Artinya objek tidak boleh mengandung unsur riba, gharar dan maisyir
serta tidak mengandung unsur eksploitasi dan monopoli yang dapat
merugikan masyarakat secara luas dan apabila ada sengketa antara pihak
harus diselesaikan secara musyawarah atau melalui Badan Arbitrase
Syariah.
Lembaga Keuangan Syariah 351

BAB VI
PRODUK KELEMBAGAAN

“Social Institution” adalah pendekatan kelembagaan dalam prespektif


proses sosial untuk mengkaji lebih dalam tentang lembaga keuangan syariah.
Artinya pemahaman terhadap pranata sosial yang membentuk kelompok cara
berpikir akibat dari interaksi sosial serta nilai dan norma agama atau keyakinan
terhadap paham sikap dan perilaku sosial yang kemudian membentuk sistem
organisasi yang dikuatkan dengan dalil-dalil agama sehingga menjadi semacam
petunjuk atau barometer perilaku tertentu yang menjadi identitas suku
bangsa, yang demikian itu telah tertulis di dalam AlQur’an Surat Al-Hujuraat
(49) Ayat 13:
ٞۚ
‫م‬ٞۚۡ ‫ٱَّلل أَ ۡتقَ ٰى ُك‬
ِ َّ َ‫ارفُ ٓواْ إِ َّن أ َ ۡك َر َم ُك ۡم عِند‬
َ َ‫شعُوبّٗ ا َوقَبَآئِ َل ِلتَع‬ ُ َّ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلن‬
ُ ‫اس إِنَّا َخلَ ۡق ٰنَ ُكم ِمن ذَك َٖر َوأُنث َ ٰى َو َجعَ ۡل ٰنَ ُك ۡم‬
١٣ ‫ير‬ٞ ‫ع ِلي ٌم َخ ِب‬ َ َّ ‫ِإ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬
Artinya : 13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Pemahaman Ayat tersebut di atas pada konteks lembaga keuangan


syariah terletak pada kata “saling kenal mengenal”, artinya adanya proses
pembelajaran pada etika, budaya dan perilaku bisnis, sehingga menghasilkan
tata kelola kelembagaan yang harmonis, dinamis dan “rahmatan lil alamin”.
352 Lembaga Keuangan Syariah

A. PENDAHULUAN.
Pemahaman secara umum lembaga atau institusi adalah sebagai wadah
atau organisasi yang menampung kegiatan oleh kelompok tertentu dengan
tujuan tertentu dan diatur dengan regulasi tertentu juga, akan tetapi kegiatan
organisasi tersebut tidak bergerak di ruang hampa, artinya membuka diri
untuk berinteraksi dengan lembaga lain atau perorangan pada wilayah
teritorial nasional dan internasional. Sehingga lembaga tersebut harus bersifat
independen tetapi mempunyai batas toleransi yang tinggi untuk bekerjasama
dengan pihak lain dan tidak bersifat eksklusif atau terpisah atau menyendiri
dengan yang lain, apalagi dalam konteks lembaga keuangan syariah yang
merupakan bagian integral dari lembaga-lembaga keuangan lainnya, baik yang
melakukan sistem konvensional atau syariah. Sehingga interaksi antar lembaga
dan perorangan merupakan pernyataan yang tidak dapat ditolak atau
dinafikkan.175
“Way of life” atau sistem kehidupan adalah konsep dasar yang
menempatkan Islam dengan segenap jajarannya termasuk sistem ekonomi
pada lembaga keuangan syariah adalah implementasi dari konsep “rahmatan
lil ‘alamin artinya ajaran Islam mampu memberikan tata kehidupan yang
rahmatan atau memberikan kemakmuran dan kebahagiaan menyeluruh bagi
umat manusia, untuk itu argumen yang dibangun pada implementasi lembaga
keuangan syariah yaitu :

175
Tata kelola lembaga keuangan syariah dapat berkembang dengan pesat jika
dikelola dengan baik pada lingkungan “masyarakat madani”. M. Dawam Rahardjo,
Krisis Kapatalisme Global Ilusi Atau Realitas, pada pengantar buku George Soros, Open
Society-Reforming Global Capitalism, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2006), xviii,
Lembaga Keuangan Syariah 353

1. Produk kelembagaan ekonomi yang berdasarkan Al-Qur’an dan


Hadist mampu memberikan kontribusi nyata untuk kemakmuran bersama
umat manusia. Apapun agamanya, suku dan warga negaranya dengan
satu dasar keyakinan bahwa Islam adalah agama yang diridloi oleh Allah
SWT sebagaimana firman-Nya di dalam Al- Qur’an Surat Al-Maa’idah (5)
Ayat 3:
ُ ‫ٱَّلل بِِۦه َو ۡٱل ُم ۡن َخنِقَةُ َو ۡٱل َم ۡوقُوذَة‬ ِ َّ ‫ير َو َما ٓ أ ُ ِه َّل ِلغ َۡي ِر‬ ِ ِ‫علَ ۡي ُك ُم ۡٱل َم ۡيتَةُ َوٱلدَّ ُم َولَ ۡح ُم ۡٱلخ‬
ِ ‫نز‬ َ ‫ُح ِر َم ۡت‬
‫ِم‬ٞۚ َ‫ب َوأَن ت َسۡ ت َۡق ِس ُمواْ بِ ۡٱۡل َ ۡز ٰل‬
ِ ‫ص‬ ُ ُّ‫علَى ٱلن‬ َّ ‫َو ۡٱل ُمت ََر ِديَةُ َوٱلنَّطِ ي َحةُ َو َما ٓ أ َ َك َل ٱل‬
َ ‫سبُ ُع إِ ََّّل َما ذَ َّك ۡيت ُ ۡم َو َما ذُبِ َح‬
‫ ِن ۡٱليَ ۡو َم أَ ۡك َم ۡلتُ َل ُك ۡم دِينَ ُك ۡم‬ٞۚ ‫ِس ٱلَّذِينَ َكف َُرو ْا مِ ن دِينِ ُك ۡم َف ًَل ت َۡخش َۡوه ُۡم َوٱ ۡخش َۡو‬ َ ‫ٰذَ ِل ُك ۡم فِسۡ ۗٓ ٌق ۡٱليَ ۡو َم يَئ‬
‫ِف ِ ِۡل ۡث ٖم‬ ٖ ‫ص ٍة غ َۡي َر ُمت َ َجان‬ َ ‫ط َّر فِي َم ۡخ َم‬ ۡ ‫ا فَ َم ِن‬ٞۚ ‫ٱۡلسۡ ٰلَ َم د ِّٗين‬
ُ ‫ٱض‬ ِ ۡ ‫ضيتُ لَ ُك ُم‬ ِ ‫علَ ۡي ُك ۡم نِعۡ َمتِي َو َر‬ َ ُ‫َوأ َ ۡت َممۡ ت‬
٣ ‫يم‬ٞ ِ‫ور َّرح‬ ٞ ُ‫غف‬ َ َّ ‫َفإِ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬
Artinya : 3. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,
(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik,
yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas,
kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu)
yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib
dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah
kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk
(mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka
dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-
ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
354 Lembaga Keuangan Syariah

2. Produk-produk jasa keuangan syariah merupakan bagian integral


yang tidak dapat terpisahkan dengan semua ajaran Islam yang
ditransformasikan dalam kehidupan nyata pada mekanisme dan prosedur
investasi atau pembiayaan dalam rangka memobilisasi dana masyarakat.
Sehingga norma keadilan harus diutamakan, sebagaimana Allah SWT
berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-Maa’idah (5) Ayat 8:

َ ‫ش َهدَآ َء بِ ۡٱل ِقسۡ طِِۖ َو ََّل يَ ۡج ِر َمنَّ ُك ۡم شَنَ َٔٔ انُ قَ ۡو ٍم‬
‫علَ ٰ ٓى أَ ََّّل‬ ِ َّ ِ َ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ُكونُواْ قَ ٰ َّومِ ين‬
ُ ‫َّلل‬
٨ َ‫ير بِ َما ت َعۡ َملُون‬ ُ ُۢ ِ‫ٱَّلل َخب‬
َ َّ ‫ٱَّلل إِ َّن‬ ۡ ْ‫ا‬ٞۚ ‫ت َعۡ ِدلُو‬
َ ٞۚ َّ ْ‫ٱع ِدلُواْ ه َُو أ َ ۡق َربُ لِلت َّ ۡق َو ٰ ِۖى َوٱتَّقُوا‬
Artinya : 8. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-
orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu
kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena
adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.176

3. Semua kegiatan lembaga keuangan syariah yang berupa layanan


keuangan selalu berorientasi pada konsep tolong-menolong, sehingga jika
terjadi kredit macet atau gagal bayar maka Al-Qur’an mengajarkan untuk
diberikan kelonggaran waktu atau rescheduling yang demikian tercantum
di dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (2) Ayat 280:
٢٨٠ َ‫ر لَّ ُك ۡم إِن ُكنت ُ ۡم تَعۡ لَ ُمون‬ٞ ‫صدَّقُواْ خ َۡي‬
َ َ‫ة َوأَن ت‬ٞۚ ٖ ‫س َر‬ ُ ‫َوإِن َكانَ ذُو‬
َ ‫عسۡ َر ٖة فَنَظِ َرة ٌ إِلَ ٰى َم ۡي‬
Artinya : 280. Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka
berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan

176
“Roler of behavior” adalah aturan tingkah laku, yang diantaranya berlaku adil,
pada konteks lembaga keuangan syariah, maka unsur adil adalah pilar pokoknya. Atho
Mudzar, Pendekatan Studi Islam-Dalam Teori Dan Praktiknya, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2002), 44.
Lembaga Keuangan Syariah 355

(sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui.

4. “Equilibrium” atau keseimbangan adalah kondisi secara langsung dan


tak langsung tercipta yaitu keseimbangan kebahagiaan di dunia dan
akhirat, karena melalui produk-produk kelembagaan syariah akan
tercipta177 lapangan kerja baru dengan membuka lahan investasi melalui
produk pembiayaan dan dalam proses akad pembiayaan tersebut
menggunakan dasar syariah yang berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist.
Dengan demikian tercapai secara bersama kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Kondisi yang demikian ini sudah tertulis di dalam Al-Qur’an Surat
Al-Qashash (28) Ayat 77:
‫ٱَّللُ ِإ َل ۡي ِۖكَ َو ََّل‬ َ ‫َصي َبكَ مِ نَ ٱلد ُّۡن َي ِۖا َوأ َ ۡحسِن َك َما ٓ أَ ۡح‬
َّ َ‫سن‬ َ ‫َّار ۡٱۡلٓخِ َر ِۖة َ َو ََّل ت‬
ِ ‫َنس ن‬ َّ َ‫َو ۡٱبت َِغ فِي َما ٓ َءات َ ٰىك‬
َ ‫ٱَّللُ ٱلد‬
٧٧ َ‫ٱَّلل ََّل يُحِ بُّ ۡٱل ُم ۡف ِسدِين‬ ِۖ ِ ‫سادَ فِي ۡٱۡل َ ۡر‬
َ َّ ‫ض إِ َّن‬ َ َ‫ت َۡبغِ ۡٱلف‬
Artinya : 77. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

5. Setiap transaksi transaksi ekonomi pada produk kelembagaan syariah


selalu menghadirkan Allah SWT pada tahapan Ijab-Qobul, sehingga terjadi

177
Ekonomi ekuilibrium adalah akumulasi dari perimbangan dalam satu kerangka
susunan sistem ekonomi. Sehingga tercipta kondisi “stabile equilibrium” atau ekonomi
bersifat stabil. Sumitro Djojohadikusumo, Perkembangan Pemikiran Ekonomi-Dasar
Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, (Jakarta : PT. Pustaka LP3ES,
1994), 25.
356 Lembaga Keuangan Syariah

sikap kejujuran dan keadilan karena dilandasi dengan keyakinan diawasi


oleh Tuhan.

6. Konsep “Takaful” atau jaminan sosial merupakan salah satu target


dari upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui produk
pembiayaan kelembagaan syariah, karena karena setiap margin
keuntungan atau pendapatan bagi hasil tidak dihitung dari besaran
prosentase pokok pinjaman tetapi dihitung dari besaran keuntungan,
sehingga terhindar dari praktik “eksploitasi”, tetapi sebaliknya yaitu
tercipta konsep pemikiran “Takaful”.

B. PASAR MODAL SYARIAH.178


Liquid dan efisien adalah syarat utama untuk menjadi pengikat yang
menarik minat para investor berpartisipasi aktif pada transaksi pasar modal
yang menempatkan sejumlah uang pada system transaksi yang ada. Liquid
artinya proses transaksi dapat dilakukan dengan tempo waktu yang cepat dan
dengan proses yang tepat pula. Adapun efisien adalah jika harga dari surat
berharga tersebut mencerminkan nilai nyata dari objek investasi, artinya tidak
ada unsur gharar.
“Equity Market” atau pasar ekuitas atau pasar saham adalah tempat
bertemunya antara penjual dan pembeli saham-obligasi guna memenuhi
kebutuhan modal perusahaan untuk jangka waktu tertentu. Saham merupakan
bukti atas sebagian nilai perusahaan dengan mendapatkan keuntungan berupa

178
Jenis instrumen keuangan secara kelembagaan ada tiga, yaitu: uang, saham dan
hutang. Sehingga peran bank central dan semua unsur perbankan termasuk lembaga
keuangan syariah mutlak diperlukan. D. Fred Weston dan Tim, Manajemen Keuangan,
(Jakarta : Erlangga, 1999), 38.
Lembaga Keuangan Syariah 357

“deviden”, sedangkan obligasi atau Bond adalah bukti hutang perusahaan


dengan pihak lain dengan kewajiban untuk membagi keuntungan pada periode
waktu tertentu. Pasar modal berfungsi sebagai sarana untuk mengalokasikan
dana produktif dari satu pihak kepada pihak lain dengan diikat oleh perjanjian
dan dalam waktu tertentu.
Urgensi pasar modal bagi kegiatan ekonomi adalah mempertemukan
antara investor dan perusahaan. Keuntungan yang diperoleh oleh investor
adalah berkembangnya harta karena “return”, sedangkan keuntungan bagi
perusahaan adalah adanya dana segar untuk pengembangan investasi, akan
tetapi secara syariah, objek dari akad adalah halal, artinya tidak dibenarkan
untuk pengembangan pabrik minuman keras, lahan perjudian dan lain-lain.179
Posisi strategis atau peran penting adanya pasar modal diharapkan
adanya peningkatan aktivitas perekonomian yang mampu menyerap tenaga
kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pasar modal merupakan
alternatif sumber dana untuk perusahaan. Sehingga semua jenis usaha dapat
dioptimalkan dengan meningkatnya volume investasi yang pada akhirnya akan
dapat meningkatkan laba perusahaan. Pada sisi yang berbeda maka adanya
pasar modal membuka peluang masyarakat memiliki saham perusahaan secara
tidak langsung mencegah perusahaan melakukan monopoli. Ketentuan umum
perusahaan yang telah “go public” maka laporan keuangan harus disampaikan
secara terbuka, artinya tidak hanya pemilik atau pendiri perusahaan yang
mengetahui perkembangan perusahaan, tetapi semua stakeholder harus

179
“Shadow Banking System” adalah lembaga keuangan non bank, yaitu pasar
modal, pasar uang dan pasar saham yang dapat berubah bentuk menjadi “plutocracy”,
yaitu kekuasaan yang berasal dari kekayaan. Eriyatno, Membangun Ekonomi
Komporatif, (Jakarta : PT. Alex Media Komputindo, 2011), 44.
358 Lembaga Keuangan Syariah

mengetahui, sehingga perusahaan dituntut harus profesional dan terhindar


dari laporan palsu atau “markup”. Sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam
Al-Qur’an Surat Al-Hujuraat (49) Ayat 6:
‫علَ ٰى َما فَعَ ۡلت ُ ۡم‬ ِ ُ ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓواْ إِن َجا ٓ َء ُك ۡم فَا ِس ُۢ ُق بِنَبَ ٖإ فَتَبَيَّنُ ٓواْ أَن ت‬
َ ْ‫صيبُواْ قَ ۡو ُۢ َما بِ َج ٰ َهلَ ٖة فَتُصۡ بِ ُحوا‬
٦ َ‫ٰنَدِمِ ين‬
Artinya : 6. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Bertemunya antara pemilik modal atau Shahibul Maal dengan emiten


atau pemilik usaha atau Mudlarib pada kegiatan ekonomi pasar modal adalah
dalam rangka meningkatkan volume investasi dan sekaligus meningkatkan
keuntungan bagi pemilik modal, sehingga pada kondisi normal kedua pihak
memperoleh keuntungan dengan proporsi yang sudah dijanjikan sebelumnya.
Konsep dasar investasi pasar modal adalah peningkatan dan pengembangan
nilai investasi dan dengan sendirinya akan membuka lapangan kerja baru,
meningkatkan daya beli masyarakat dan kemakmuran bersama dengan satu
syarat yaitu implementasi kejujuran dan keadilan. Secara jelas Allah SWT dan
Rasul-Nya sangat menginginkan kebaikan untuk umat manusia termasuk
kebaikan pada saat bertransaksi ekonomi. Sebagaimana Allah SWT berfirman
di dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah (9) Ayat 128 - 129:
ٞ ‫علَ ۡي ُكم بِ ۡٱل ُم ۡؤمِ نِينَ َر ُء‬
١٢٨ ‫يم‬ٞ ِ‫وف َّرح‬ َ ‫يص‬ َ ‫علَ ۡي ِه َما‬
ٌ ‫عنِت ُّ ۡم َح ِر‬ َ ‫يز‬ ٌ ‫ع ِز‬ َ ‫ول ِم ۡن أَنفُ ِس ُك ۡم‬ ٞ ‫س‬ُ ‫لَقَ ۡد َجا ٓ َء ُك ۡم َر‬
َ ‫َّل ِإ ٰلَهَ ِإ ََّّل ه ِۖ َُو‬
١٢٩ ‫علَ ۡي ِه ت ََو َّك ۡل ِۖتُ َوه َُو َربُّ ۡٱل َع ۡر ِش ۡٱل َعظِ ِيم‬ ٓ َ ُ‫ٱَّلل‬
َّ ‫ي‬ َ ‫فَإِن ت ََولَّ ۡواْ فَقُ ۡل َحسۡ ِب‬
Artinya : 128. Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu
sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan
Lembaga Keuangan Syariah 359

dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-
orang mukmin.
129. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah
bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia
adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung".

Hipotesa yang dibangun berkaitan dengan pasar modal adalah jika pada
suatu periode tertentu terdapat peningkatan dan penambahan modal investasi
pasar modal dalam jumlah yang sangat signifikan, maka pendapatan nasional
suatu negara akan meningkat, dengan dasar argumen bahwa pasar modal
adalah sarana yang efektif dalam menggerakkan dana masyarakat untuk
kegiatan ekonomi yang produktif. Sejarah telah mencatat bahwa peran penting
pasar modal untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dan sekaligus
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara umum pembiayaan suatu
perusahaan berasal dari sumber internal dan eksternal. Sumber internal yaitu
diperoleh dari setoran pemilik perusahaan dari sisa laba ditahan atau “retainer
earning”, dan sumber eksternal adalah dari pasar modal dan pinjaman dari
bank atau lembaga pembiayaan lain. Pasar pasar modal dapat berjalan dengan
baik pada aktivitas ekonomi jika informasi yang tersedia dari berbagai aspek
yang berkaitan dengan investasi tersedia dengan baik, cepat, tepat, akurat,
kontinu dan efisien.180
Konsep dasar pasar modal syariah adalah sebagai berikut :

180
Lembaga bank yang termasuk didalamnya adalah lembaga keuangan syariah
mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting dalam sistem keuangan suatu
negara. Jonni Manurung, Ekonomi Keuangan Dan Kebijakan Moneter, (Jakarta :
Salemba Empat, 2009), 127.
360 Lembaga Keuangan Syariah

1. Seluruh objek transaksi tidak boleh melanggar aturan syariah


berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist, artinya semua efek yang menjadi objek
akad harus halal.
2. Data, fakta dan informasi harus jelas nyata sehingga tidak ada unsur
kecurangan, penipuan atau manipulasi laporan keuangan.
3. Pertukaran efek sejenis harus mempunyai nilai yang sama dan tidak
boleh ada mark-up harga.
4. Tidak dibenarkan adanya rekayasa penawaran dengan alasan
kenaikan keuntungan dengan cara mengurangi supply.
5. Larangan adanya “False Demand”, yaitu rekayasa permintaan untuk
meningkatkan keuntungan.
6. Seluruh transaksi dilakukan dengan cara langsung atau “spot”.
7. Seluruh akad yang terjadi antara pemilik harta atau Shahibul Maal
dan emiten harus jelas untuk menghindari kerugian semua pihak yang
bertransaksi.

Para pihak atau lembaga yang terlibat secara langsung dan tidak langsung
pada pasar modal adalah sebagai berikut:
1. BAPEPAM, adalah lembaga pengawas pasar modal yang mempunyai
fungsi untuk pembinaan, pengaturan dan pengawasan semua kegiatan
pasar modal yang secara struktur organisasi dibawah tanggung jawab
MenteriKeuangan RI.
2. Bursa Efek, adalah tempat kegiatan perdagangan efek di pasar modal,
demikian juga sebagai pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem perdagangannya.
Lembaga Keuangan Syariah 361

3. Bank Kustodian, adalah lembaga yang bertugas dan berfungsi untuk


jasa penitipan dan penyimpanan efek yang diperdagangkan.
4. Biro Administrasi Efek, berperan sebagai petugas untuk
mendaftarkan pemilik Efek dalam daftar buku pemegang saham emiten
dan berperan juga untuk melakukan pembagian hak yang berkaitan
dengan Efek.
5. “Trustee” atau wali amanat dilakukan oleh Bank Umum atau pihak
lain yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah.
6. Akuntan, bertugas untuk melaksanakan audit laporan keuangan
Emiten dengan standar yang ditetapkan oleh “IKATAN AKUNTANSI
Indonesia”.
7. “Legal Opinion”, adalah opini hukum yang dibuat oleh konsultan
hukum yang sekaligus berperan untuk melakukan pemeriksaan atas fakta
hukum mengenai Emiten.
8. Penilai berperan untuk menilai batas kewajaran aktiva perusahaan.
9. Notaris berperan untuk membuat akta perubahan anggaran dasar
jika diperlukan, dan berperan dalam pembuatan perjanjian emisi Efek,
perjanjian antar penjamin Efek dan perjanjian dengan penjual serta
bentuk perjanjian lain yang mengikat.
10. Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum, yaitu
perusahaan-perusahaan yang memperoleh dana melalui pasar modal
yang menerbitkan dan menjual saham kepada masyarakat.
11. Pengatur Emisi yang terdiri dari penjamin Emisi atau
“Underwriter”,yaitu perusahaan sekuritas yang membuat kontrak dengan
Emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan Emiten.
362 Lembaga Keuangan Syariah

Perantara pedagang efek atau “broker” adalah pihak yang melakukan


pembelian dan penjualan Efek untuk kepentingan pihak lain dengan
memperoleh imbalan atau fee.
Manajer investasi adalah pihak yang mendapat ijin usaha dari Bapepam
untuk mengelola portofolio Efek untuk para investor atau nasabah secara
kolektif dan perorangan. Adapun instrumen yang ditransaksikan secara syariah
pada pasar modal meliputi surat pengakuan hutang dan surat berharga
konvensional yang meliputi :
a. Saham.
b. Obligasi.
c. Option.
d. Warrant.
e. Right.

➢ Saham adalah catatan yang merupakan surat pernyataan berisi tentang


kepemilikan sejumlah besar modal pada perusahaan tertentu.

➢ Obligasi adalah pengakuan hutang atas pinjaman dana oleh Emiten untuk
jangka waktu tertentu minimal 3 tahun dengan konpensasi tertentu pada
periode waktu yang diperjanjikan.

➢ Option adalah produk derivatif atau produk turunan dari Efek dalam
bentuk saham atau obligasi. Ada dua bentuk Option, yaitu :
a. Call Option, yaitu hak untuk membeli.
b. Put Option, yaitu hak untuk menjual.
Lembaga Keuangan Syariah 363

➢ Warrant adalah produk derivatif yang bersifat jangka panjang, dan


pemegang Warrant mempunyai hak untuk membeli saham dengan harga yang
disepakati.

➢ Right adalah “Common Stock” atau pemilik saham biasa yang mempunyai
hak untukmembeli tambahan penerbitan saham baru.

Konsep dasar transaksi pasar modal adalah memposisikan risalah syariah


sebagai landasan, sehingga ada dua panduan yaitu :
a. Jangan mengharamkan apa yang baik.
b. Mencari rezeki yang halal dan baik.

Kondisi seperti ini adalah prinsip umum sebagai konsekuensi dari ajaran
atau rambu-rambu syariah yang harus dipedomani untuk kemaslahatan
bersama atau rahmatan lil alamin.
Sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-Maa’idah
(5) Ayat 87 - 88:
ْ‫ َو ُكلُوا‬٨٧ َ‫ٱَّلل ََّل يُحِ بُّ ۡٱل ُمعۡ تَدِين‬ ٞۚ َّ ‫ت َما ٓ أَ َح َّل‬ َ ْ‫ٰ َٓيأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ََّل ت ُ َح ِر ُموا‬
َ َّ ‫ٱَّللُ لَ ُك ۡم َو ََّل تَعۡ تَد ُٓواْ ِإ َّن‬ ِ ‫ط ِي ٰ َب‬
٨٨ َ‫ِي أَنتُم بِِۦه ُم ۡؤمِ نُون‬ ٓ ‫ٱَّلل ٱلَّذ‬ َ ‫ٱَّللُ َح ٰلَ ًّٗل‬
َ َّ ْ‫ا َوٱتَّقُوا‬ٞۚ ّٗ‫طيِب‬ َّ ‫مِ َّما َرزَ قَ ُك ُم‬
Artinya : 87. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-
apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.
88. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya.
364 Lembaga Keuangan Syariah

Demikian juga dalam perdagangan pasar modal harus pada objek yang
halal, tidak boleh ada unsur riba-gharar dan maisyir serta harus ada
keterbukaan dan kejujuran informasi dan laporan keuangan, sehingga tidak
dibenarkan adanya praktik kecurangan atau dengan istilah umum
“menggoreng harga saham”. Semua ketentuan di atas bertujuan jangka
panjang yaitu tidak ada pihak yang dirugikan, artinya semua pelaku bisnis
berjalan sesuai dengan oridor agama yang ada pada Al-Qur’an dan Hadist.
Saham sebagai objek transaksi pada jual-beli atau akad Murabahah
merupakan penjualan atas kepemilikan secara proporsional pada perusahaan,
artinya konsep dasar yang berlaku adalah akad jual-beli proporsional terhadap
asset atas operasional perusahaan, dengan demikian menurut kajian fikih
muamalah diperbolehkan dan keuntungan yang diperoleh dari deviden yang
dibagikan setelah melalui proses dan prosedur panjang pada mekanisme
internal perusahaan juga diperbolehkan. Akan tetapi pada praktik “Derivativ”
yaitu penjualan lembar saham pada pihak ketiga tidak diperbolehkan jika
adanya perbedaan antara harga nominal per lembar tersebut berbeda dengan
harga yang disepakati. Artinya harga nominal pada harga per lembar saham
harus sama dengan harga sebenarnya.Hal ini juga berbeda konsep dasarnya
dengan surat hutang atau obligasi pada pasar sekunder “Derivatif” tidak
diperbolehkan, karena dalam syariah nilai hutang itu tidak boleh dijual-belikan
dan jika terjadi pertukaran uang atau surang hutang dalam mata uang yang
sama maka nilainya harus sama pula.
Dengan demikian, rukun dan syarat jual beli saham dengan akad
Murabahah maka mengikuti rukun dan syarat Murabahah yang telah dibahas
pada Bab sebelumnya. Ketetapan dan ketentuan rukun dan syarat pada
Lembaga Keuangan Syariah 365

transaksi pasar modal harus sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku saat itu di wilayah hukum negara dimana
transaksi tersebut terjadi. Hal demikian telah diatur dalam Al-Qur’an agar
mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya serta pemimpinnya. Ketentuan ini terdapat
pada Al-Qur’an Surat An-Nisaa’ (4) Ayat 59:
‫سو َل َوأ ُ ْولِي ۡٱۡل َ ۡم ِر مِ ن ُك ۡ ِۖم فَإِن تَ ٰنَزَ ۡعت ُ ۡم فِي ش َۡي ٖء فَ ُردُّوهُ إِلَى‬ َّ ْ‫ٱَّلل َوأَطِيعُوا‬
ُ ‫ٱلر‬ َ َّ ْ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓواْ أَطِ يعُوا‬
٥٩ ‫يًل‬ ً ‫س ُن ت َۡأ ِو‬ َ ‫ر َوأَ ۡح‬ٞ ‫ ِر ٰذَلِكَ خ َۡي‬ٞۚ ِ‫ٱَّلل َو ۡٱليَ ۡو ِم ۡٱۡلٓخ‬
ِ َّ ِ‫سو ِل إِن ُكنت ُ ۡم ت ُ ۡؤمِ نُونَ ب‬
ُ ‫ٱلر‬ ِ َّ
َّ ‫ٱَّلل َو‬
Artinya : 59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Dengan demikian argumen yang dibangun pada transaksi pasar modal


dengan akad Murabahah adalah keselarasan antar pihak dengan landasan
hukum syariah serta peraturan perundang-undangn yang berlaku dengan
harapan semua pihak yang terlibat langsung dalam transaksi serta masyarakat
secara umum tidak ada yang dirugikan.181
Secara umum pasar modal dapat diartikan sebagai tempat atau wadah
untuk memperdagangkan instrumen jangka panjang dalam bentuk modal atau
hutang pada waktu tertentu dan dengan ikatan perjanjian yang disepakati oleh
para pihak. Adapun menurut Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal mendefinisikan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang

181
Ketentuan umum tentang akad Murabahah diatur pada Fatwa DSN Nomor
04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April tahun 2000 tentang Murabahah yang antara lain
mengatakan bahwa bank dan nasabah harus melakukan akad Murabahah yang bebas
riba
366 Lembaga Keuangan Syariah

berkaitan dengan penawaran umum dan proses transaksi perdagangan Efek


serta berkaitan dengan lembaga dan profesi yang berhubungan secara
langsung dan tak langsung berkaitan dengan Efek. Peran strategis pasar modal
adalah untuk mengoptimalkan partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan
bisnis, sehingga ada dua keuntungan :
1. Masyarakat pemilik dana atau Shahibul Maal memperoleh
keuntungan dari nisbah bagi hasil dari operasional perusahaan dengan
akad Mudharabah.
2. Perusahaan sebagai Mudlarib dapat mengembangkan nilai investasi
dan dapat membangun produk baru sehingga daya saing perusahaan pada
dunia bisnis semakin meningkat.

Jakarta Islamic Index atau JII atau indeks syariah adalah respon dari
meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi aktif pada bursa Efek
yang dikelola syariah. Kebutuhan informasi yang berhubungan dengan
investasi syariah dikelola oleh PT BEJ atau Bursa Efek Jakarta yang bekerjasama
dengan Dana Reksa Investasi Manajemen. Posisi JII merupakan subset dari
IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan yang salah satu tujuannya adalah
menjadi barometer atau tolak ukur atau “benchmark” untuk investasi saham
secara syariah di pasar modal. Secara umum peran dan fungsi Jakarta Islamic
Index antara lain yaitu :
1. Sarana untuk meningkatkan investasi secara syariah di pasar modal.
2. Meningkatkan kepercayaan investor karena keterbukaan dan
kejujuran informasi.
3. Pengembangan investasi pada ekuiti syariah.
Lembaga Keuangan Syariah 367

4. Memberikan kesempatan pada para investor atau Shahibul Maal


untuk memperbesar skala investasi pada sektor syariah.
5. Sebagai sarana sosialisasi syariah sekaligus untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya transaksi ekonomi dengan
akad syariah di pasar modal.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang


Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksadana Syariah mengatakan antara
lain :
1. Aktivitas ekonomi dalam Islam diatur dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan tetapi harus tetap mengacu pada etika dan
prinsip dasar ekonomi syariah.
2. Hubungan transaksi syariah dilakukan atas dasar kerelaan suka sama
suka atau “An Tadin Minkum”, prinsip keadilan dan tidak ada yang
dirugikan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an Surat
An-Nisaa’ (4) Ayat 29:
‫م َو ََّل‬ٞۚۡ ‫اض ِمن ُك‬ َ ً ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ََّل ت َۡأ ُكلُ ٓواْ أَمۡ ٰ َولَ ُكم بَ ۡي َن ُكم بِ ۡٱل ٰبَطِ ِل ِإ ََّّلٓ أَن تَ ُكونَ تِ ٰ َج َرة‬
ٖ ‫عن ت ََر‬
٢٩ ‫ٱَّلل َكانَ بِ ُك ۡم َرحِ ّٗيما‬ َ ُ‫ت َۡقتُلُ ٓواْ أَنف‬
َ َّ ‫م إِ َّن‬ٞۚۡ ‫س ُك‬
Artinya : 29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.

3. Objek transaksi bukan yang dilarang atau diharamkan secara syariah.


Artinya usaha emiten bukan dalam bentuk perjudian atau perdagangan
yang dilarang.
368 Lembaga Keuangan Syariah

4. Lembaga keuangan yang bertransaksi bukan mengandung unsur riba,


gharar dan maiysir atau bukan jenis usaha yang diharamkan seperti
minuman keras atau khamr dan lain-lain.

Secara umum pengertian Reksadana atau mutual fund yaitu suatu bentuk
sertifikat yang menyatakan sepenuhnya bahwa pemiliknya atau Shahibul Maal
menitipkan atau menguasakan sejumlah modal atau uang dalam jumlah
tertentu dan pada tempo waktu tertentu untuk digunakan sebagai modal
investasi di pasar uang atau pasar modal kepada pengelola Reksadana yang
disebut sebagai manajer investasi. Pola transaksi Reksadana ada dua yaitu jenis
“Open End”, yaitu dapat dijual kembali kepada manajer investasi dan jenis
“Close End”, yaitu bisa dijual dipasar sekunder. Adapun secara spesifik jenis
Reksadana dapat dibedakan menjadi s:
1. “Money Market Fund” atau Reksadana Pasar Uang, yaitu instrumen
investasi dalam waktu kurang dari satu tahun, sehingga mempunyai kadar
risiko yang rendah. Dan Reksadana pada jenis ini bersifat hutang dagang,
artinya Efek yang berfungsi untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan
modal.
2. “Fixed Income Fund” atau Reksadana Pendapatan Tetap, yaitu
instrumen yang memberikan imbal hasil lebih tinggi dari bank tetapi
mempunyai risiko yang besar.
3. “Equity Fund” atau Reksadana Saham, yaitu 80% dari aktiva dalam
bentuk Efek yang bersifat ekuitas dan berisiko tinggi tetapi mempunyai
imbal hasil yang tinggi karena harganya bersifat fluktuatif.
Lembaga Keuangan Syariah 369

4. “Discretionary Fund” atau Reksadana Campuran, yaitu investasi


dalam Efek yang bersifat ekuitas, komposisi portofolionya sangat beragam
dalam bentuk Efek hutang, equitas dan Efek pasar uang.

Adapun manfaat langsung yang diperoleh oleh Shahibul Maal atau para
investor dengan adanya Reksadana atau lain adalah :
1. Memberikan akses yang luas bagi Shahibul Maal kepada investasi
dengan berbagai macam instrument, yaitu saham, obligasi dan instrument
lainnya.
2. Tingkat profesional yang terjamin pada pengelola investasi, yaitu
manajer investasi yang didukung oleh tim yang berpengalaman serta
struktur administrasi yang tertata bagus oleh bank kustodian. Sehingga
melalui manajer investasi dan bank kustodian sebagai Mudlarib.
3. Manfaat lain adalah adanya diversifikasi investasi yang sulit jika
dilakukan sendiri karena adanya keterbatasan jumlah dana, akan tetapi
dapat dilakukan oleh Reksadana dengan kombinasi atau gabungan dari
sejumlah banyak investor yang dapat dikumpulkan dalam satu wadah.
4. Keunggulan di bidang perpajakan adalah profit margin atau hasil dari
Reksadana bukan merupakan objek pajak karena kewajiban pajak sudah
dibayar oleh Reksadana.
5. Mempunyai likuiditas yang bagus karena sebagai unit penyertaan
pada satuan investasi Reksadana dapat dibeli dan dicairkan setiap hari
bursa melalui manajer investasi.

Dengan demikian manfaat langsung Reksadana bagi shohibu lmal adalah


mengatasi kendala yang dihadapi oleh investor individu dengan cara
menggabungkan sejumlah data investasi kemudian mempercayakan
370 Lembaga Keuangan Syariah

pengelolaannya kepada manajer investasi dan bank custodian, sehingga


posisinya sebagai Mudlarib. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran dan
fungsi Reksadana membantu pekerjaan investor untuk mengembangkan
modalnya.182
Menurut fatwa DSN Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001, Reksadana Syariah
adalah Reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah
Islam baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik modal atau
pemilik harta atau Shahibul Maal dengan manajer investasi sebagai wakil dari
Shahibul Maal, maupun antara manajer investasi sebagai wakil Shahibul Maal
dengan pengguna investasi. Adapun menurut Undang-Undang Pasar Modal
Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 1 Ayat 27, Reksadana adalah suatu wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek atau manajer investasi yang
telah mendapat izin dari Bapepam. Reksadana dapat terdiri dari berbagai
macam surat berharga seperti saham, obligasi, instrumen pasar uang atau
campuran dari instrumen-instrumen di atas. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa Reksadana adalah bentuk hubungan trilateral karena melibatkan
beberapa pihak yang terkait pada perjanjian kontrak yang saling mengikat
yaitu pemilik modal, manajer investasi dan bank custodian.
Posisi dan bentuk dari manajer investasi adalah perusahaan dengan badan
hukum tertentu yang kegiatan usahanya adalah mengelola portofolio Efek
yang disebut dengan “Fund Management Company” disamping posisinya

182
Investasi pihak swasta dan pemerintah pada Reksadana secara tidak langsung
akan meninggalkan produktivitas dan sekaligus membuka lapangan pekerjaan baru
sehingga meningkatkan keakmuran dan daya beli masyarakat. Rina Oktaviani, Modal
Ekonomi Keseimbangan Umum, (Bogor : IPB Press, 2011), 277.
Lembaga Keuangan Syariah 371

sebagai pengelola investasi juga menyelesaikan masalah pemasaran, laporan


keuangan dan berbagai masalah internal dan eksternal. Adapun portofolio Efek
adalah kumpulan atau kombinasi sekuritas atau surat berharga atau Efek atau
instrumen lain yang dikelola.
Reksadana syariah tidak boleh melakukan investasi pada bidang yang
bertentangan dengan syariat Islam, sebagaimana Allah SWT berfirman di
dalam Al-Qur’an Surat Al-Maa’idah (5) Ayat 90 dan 91:
‫ٱجتَنِبُوهُ لَعَلَّ ُك ۡم‬ َ ٰ ‫ش ۡي‬
ۡ َ‫ط ِن ف‬ َ ‫س ِم ۡن‬
َّ ‫ع َم ِل ٱل‬ ٞ ۡ‫صابُ َو ۡٱۡل َ ۡز ٰلَ ُم ِرج‬ َ ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓواْ إِنَّ َما ۡٱلخَمۡ ُر َو ۡٱل َم ۡيس ُِر َو ۡٱۡلَن‬
‫عن‬ َ ‫صدَّ ُك ۡم‬ُ َ‫ضا ٓ َء فِي ۡٱلخ َۡم ِر َو ۡٱل َم ۡيس ِِر َوي‬
َ ‫طنُ أَن يُوقِ َع بَ ۡينَ ُك ُم ۡٱلعَ ٰدَ َوةَ َو ۡٱلبَ ۡغ‬َ ٰ ‫ش ۡي‬
َّ ‫ إِنَّ َما ي ُِريدُ ٱل‬٩٠ َ‫ت ُ ۡف ِل ُحون‬
٩١ َ‫صلَ ٰو ِۖةِ فَ َه ۡل أَنتُم ُّمنت َ ُهون‬
َّ ‫ع ِن ٱل‬ ِ َّ ‫ذ ِۡك ِر‬
َ ‫ٱَّلل َو‬
Artinya : 90. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,
adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan.
91. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan
berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang;
maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Ayat tersebut di atas menunjukkan larangan investasi pada khamr atau


minuman keras baik pada sektor pabrikan atau sektor hiburan dan juga
investasi di bidang perjudian serta larangan mengundi nasib atau transaksi
yang tidak jelas atau untung-untungan. Demikian juga adanya larangan
investasi di bidang pelacuran atau yang mendekati dengan kecenderungan
adanya konstitusi. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Israa’ (17) Ayat
32:
372 Lembaga Keuangan Syariah

٣٢ ‫س ِب ّٗيًل‬ َ ‫ٱلزن ِٰۖ َٓى ِإنَّ ۥهُ َكانَ ٰفَحِ ش َّٗة َو‬
َ ‫سا ٓ َء‬ ِ ْ‫َو ََّل ت َۡق َربُوا‬
Artinya : 32. Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.

Adapun secara spesifik operasional Reksadana syariah adalah sebagai


berikut :
1. Eksistensi Dewan Syariah Nasional yang bertugas untuk memberikan
arahan dan bimbingan kepada manajer investasi agar tidak keluar dari
koridor syariah.
2. Rangkaian kegiatan investasi menggunakan akad Mudharabah.
3. Terhindar dari praktik riba, ghrar dan maisyir pada setiap kegiatan
investasi.

C. PEGADAIAN SYARIAH.
Dalam sebuah hadist dikatakan bahwa Rasulullah pernah meghadiahkan
baju besinyakepada orang Yahudi untukbarter atau ditukar dengan gandum.
Hadist tersebut merupakan dasar hukum transaksi ekonomi berupa gadai.
Lembaga keuangan syariah pegadaian merupakan salah satu bentuk
kelembagaan ekonomi yang dikeal oleh masyarakat secara luas dan
mekanisme transaksi berjalan dalam tempo cepat atau tidak berbelit-belit.
Mayoritas nasabah gadai adalah mereka yang membutuhkan uang dalam
waktu cepat untuk kebutuhan yang mendesak atau kebutuhan konsumtif.
Motto kerja pegadaian adalah “mengatasi masalah tanpa masalah” menjadi
“jargon” yang melekat di hati masyarakat. Secara fiqih akad yang digunakan
adalah Rahn atau bias sebagai akad tambahan pada pembiayaan Murabahah.
Biaya yang timbul pada akad Rahn atau gadai adalah biaya penitipan barang,
Lembaga Keuangan Syariah 373

biaya pemeliharaan, biaya penaksiran atau biaya administrasi lainnya yang


dipersyaratkan secara sah dan tidak memberatkan.
Secara umum manfaat pegadaian sebagai lembaga keuangan syariah yang
dirasakan masyarakat antara lain adalah :
1. Waktu proses antara pengajuan pembiayaan dan pencairan dana
pinjaman dalam waktu cepat, termasuk waktu penaksiran terhadap
barang yang menjadi objek gadai atau “marhun”.
2. Caranya atau prosedur sangat mudah dan cepat yaitu dengan
membawa barang gadai atau marhun dan mengisi format langko
kebutuhan uang.
3. Marhun atau barang yang menjadi objek gadai terjamin keamanan
dan terpelihara dengan standar keamanan yang baik.

Definisi gadai secara bahasa berarti tetap atau kekal atau jaminan, adapun
secara syariah mempunyai arti penguasaan (menyandera) sejumlah barang-
harta yang diserahkan sebagian jaminan atas pembiayaan hutang dalam
periode tertentu yang diikat dengan perjanjian tertulis para pihak. Dengan
demikian akad gadai dilakukan atas dasar suka sama suka, tidak ada paksaan
atau “An Taradin Minkum” dan atas dasar kejujuran, sehingga tidak ada pihak
yang dirugikan.
“Murtahin” atau penerima gadai yang dalam hal ini adalah lembaga
keuangan syariah mempunyai hak untuk menjual barang jaminan jika nasabah
gagal bayar pada periode waktu yang telah diperjanjikan untuk melunasi
semua hutang pinjaman atau “Marhun-Bih”, pemegang gadai juga berhak atas
semua biaya penyimpanan barang gadai dan selama pinjaman belum dilunasi
maka pegadaian berhak untuk menahan barang gadai. Adapun kewajiban
374 Lembaga Keuangan Syariah

murtahin atau penerima gadai adalah menjaga keutuhan dan keamanan


barang yang digadaikan dan barang yang menjadi objek gadai tidak boleh
diambil manfaatnya terkecuali apabila ada kesepakatan lain para pihak.
Demikian juga jika pada tenggang waktu yang disepakati untuk pelunasan tidak
tercapai sehingga ada rencana pelelangan barang gadai, maka pihak
pengadaian syariah wajib terlebih dahulu memberitahukan kepada nasabah
tentang rencana tersebut dan jika terjadi pelelangan barang gadai dan hasilnya
melebihi dari tanggungan hutang, maka kelebihan harta lelang menjadi hak
“Rahin” atau pihak yang menggadaikan.
Lembaga keuangan syariah yang dalam hal ini pegadaian syariah dalam
melakukan transaksi ekonomi dapat menggunakan akad Qordlu-Hasan atau
akad Mudharabah atau akad Ba’i-Muqayyadah dan akad Ijarah. Implementasi
akad pada pegadaian syariah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Akad Qordlu-Hasan yaitu akad dengan tujuan konsumtif sehingga
biaya yang dikenakan adalah biaya administrasi biasa dan tidak boleh
dihitung secara prosentase berdasarkan pokok pinjaman. Artinya akad ini
murni dengan niat tolong-menolong. Sebagaimana Allah SWT berfirman
dalam Al-Qur’an Surat Al-Fath (48) Ayat 29:
َ‫س َّجدّٗ ا يَ ۡبتَغُون‬ ُ ‫ار ُر َح َما ٓ ُء بَ ۡينَ ُه ِۡۖم ت ََر ٰى ُه ۡم ُر َّك ّٗعا‬ ِ ‫ع َلى ۡٱل ُك َّف‬
َ ‫ٱَّلل َوٱ َّلذِينَ َم َع ٓۥهُ أ َ ِشدَّآ ُء‬
ِ ٞۚ َّ ‫سو ُل‬ُ ‫د َّر‬ٞ ‫ُّم َح َّم‬
‫ ِة َو َمثَلُ ُه ۡم‬ٞۚ ‫ِد ٰذَلِكَ َمثَلُ ُه ۡم فِي ٱلتَّ ۡو َر ٰى‬ٞۚ ‫س ُجو‬ ُّ ‫ض ٰ َو ّٗن ِۖا سِي َماه ُۡم فِي ُو ُجو ِه ِهم ِم ۡن أَث َ ِر ٱل‬ ِ َّ َ‫ض ًّٗل ِمن‬
ۡ ‫ٱَّلل َو ِر‬ ۡ َ‫ف‬
‫ع‬
َ ‫ٱلز َّرا‬ ُ ‫علَ ٰى‬
ُّ ُ‫سو ِقِۦه يُعۡ ِجب‬ َ ‫ظ فَٱسۡ ت ََو ٰى‬ َ ‫فَٔٔ ازَ َر ۥهُ فَٱسۡ ت َۡغ َل‬ َ ُ‫ع أَ ۡخ َر َج ش َۡطَٔٔ ۥه‬ ٍ ‫نجي ِل كَزَ ۡر‬ ِ ‫ٱۡل‬ِ ۡ ‫فِي‬
َ ‫ت مِ ۡن ُهم َّم ۡغف َِر ّٗة َوأَ ۡج ًرا‬
٢٩ ‫عظِ ي ُۢ َما‬ ِ ‫ص ِل ٰ َح‬َّ ٰ ‫عمِ لُواْ ٱل‬َ ‫ٱَّللُ ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ َو‬
َّ َ‫عد‬ َ ٓۗ َّ‫ظ بِ ِه ُم ۡٱل ُكف‬
َ ‫ار َو‬ َ ‫ِليَغِي‬
Artinya : 29. Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud
Lembaga Keuangan Syariah 375

mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak


pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam
Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu
menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu
menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang
mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang
besar.

2. Akad Mudharabah, yaitu akad pinjaman gadai untuk kepentingan


investasi atau usaha produktif sehingga antar pihak diikat dengan
perjanjian bagi hasil secara proporsional dengan dasar suka sama suka
atau “An Taradin Minkum”. Sebagaimana Allah Swt berfirman di dalam Al-
Qur’An Surat At-Taubah (9) Ayat 34:
َ‫صدُّون‬ ِ َّ‫ان لَيَ ۡأ ُكلُونَ أ َ ۡم ٰ َو َل ٱلن‬
ُ َ‫اس بِ ۡٱل ٰبَطِ ِل َوي‬ ِ َ‫ٱلر ۡهب‬
ُّ ‫ار َو‬ِ َ‫۞ ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓواْ إِ َّن َكث ِّٗيرا ِمنَ ۡٱۡل َ ۡحب‬
‫ب أَل ِٖيم‬
ٍ ‫ٱَّلل فَبَش ِۡرهُم بِعَذَا‬
ِ َّ ‫سبِي ِل‬ َ ‫ضةَ َو ََّل يُن ِفقُونَ َها فِي‬ َّ ‫َب َو ۡٱل ِف‬ َ ‫ٱَّلل َوٱلَّذِينَ يَ ۡكن ُِزونَ ٱلذَّه‬
ِ ٓۗ َّ ‫سبِي ِل‬
َ ‫عن‬ َ
٣٤
Artinya : 34. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian
besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar
memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi
(manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan
perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah
kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,
376 Lembaga Keuangan Syariah

3. Akad Ba’i Muqayyadah adalah lembaga keuangan syariah yang dalam


halpenggadaian memberikan pinjaman kepada nasabah untuk pembelian
suatu barang produktif dengan cara menggadaikan asset. Untuk pihak
penggadaian dapat memperoleh keuntungan dari penjualan dan
pembelian atau keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual.
4. Akad Ijarah, yaitu penukaran manfaat pada periode waktu tertentu,
bentuk nyata pada akad ini seperti penyewaan tempat penyimpanan
barang “deposit box” dimana nasabah dapat memanfaatkan tempat
tersebut dengan standar keamanan yang terjamin, dan sementara
daripihak penggadaian memperoleh imbalan jasa padasewa tempat
tersebut dan ongkos pengamanan.

Secara empiris manfaat dengan adanya produk dan jasa pegadaian syariah
yang ditawarkan kepada masyarakat secara umum adalah sebagai berikut :
1. Barang gadai harus dalam bentuk barang gerak, artinya lembaga
keuangan syariah ini tidak mengambil risiko jika nasabah gagal bayar
untuk pelunasan pembiayaan maka akan dengan cepat untuk dilakukan
lelang, demikian juga jumlah atau besaran pinjaman akan sangat
ditentukan dengan nilai jaminan.
2. Jasa penaksiran terhadap objek gadai, artinya pihak pegadaian
syariah juga memberikan layanan jasa penaksiran atau penilaian terhadap
suatu barang secara profesional dengan menggunakan pendekatan harga
pada saat itu.
3. Ijarah, yaitu jasa penitipan barang berharga atau surat-surat
berharga, dan dari pihakpenggadaian memperoleh pendapatan sewa
Lembaga Keuangan Syariah 377

tempat dan dari kepentingan nasabah akan memperoleh rasa aman


terhadap objek barang atau “sense of secure”.
4. Gold Counter, yaitu jasa pelayanan untuk penjualan emas eksekutif
dengan disertai sertifikat jaminan kualitas dan lain-lain oleh penggadaian
syariah.

Secara tidak langsung peran dan fungsi pegadaian syariah sebagai jaring
pengaman sosial artinya pada saat terjadinya penurunan skala ekonomi dan
gelombang PHK karena suatu bencana atau musibah seperti saat ini yaitu
adanya Epidemi Virus Corona - Covid 19 dengan kebijakan PSBB atau
Pembatasan Sosial Berskala Besar atau dengan istilah lain “Lockdown”.
Sehingga semua usaha pedagang kecil non formal menjadi kesulitan karena
semua harus berdiam diri di rumah, perekonomian masyarakat menengah ke
bawah berhenti, maka solusi untuk bertahan adalah penggadaian. Dengan
demikian fungsi dan peran pegadaian syariah di mata masyarakat sangat
penting dan strategis guna memutar roda perekonomian kelas bawah dan
menurut kitab undang-undang hukum perdata Pasal 1150 mengatakan bahwa
gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu
barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh seseorang berhutang atau
oleh seorang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada
orang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut.
378 Lembaga Keuangan Syariah

D. KOPERASI SYARIAH.183
Konsep dasar Koperasi adalah sebagai turunan atau bagian integral dari
implementasi UUD 1945 Pasal 33, artinya bangun usaha Koperasi merupakan
bentuk partisipasi warga masyarakat dalam pembangunan nasional yaitu
membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
dan bila pembahasannya diteruskan dalam konteks lembaga keuangan syariah
maka secara kelembagaan menjadi “Koperasi syariah”. Sehingga akan tercapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat sebagaimana Allah SWT berfirman di
dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (2) Ayat 201:

َ َ ‫عذ‬
ِ َّ‫اب ٱلن‬
٢٠١ ‫ار‬ َ ‫سن َّٗة َوفِي ۡٱۡلٓخِ َرةِ َح‬
َ ‫سن َّٗة َوقِنَا‬ َ ‫َومِ ۡن ُهم َّمن يَقُو ُل َربَّنَا ٓ َءاتِنَا فِي ٱلد ُّۡنيَا َح‬
Artinya : 201. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami,
berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami
dari siksa neraka".

Dengan demikian argumen yang dibangun pada pendirian Koperasi


syariah adalah semangat membangun kehidupan berbangsa dan bernegara,
adil dan makmur, Baldatun Toyyibatun - Wa Rabbun – Ghofur.184
Konsep dasar berdirinya Koperasi syariah dilandasi oleh adanya semangat
untuk membangun dan mengembangkan potensi ekonomi anggotanya dalam

183
Koperasi yang identik dengan ekonomi rakyat yang termasuk didalamnya
Koperasi Syariah. Seharusnya diberdayakan untuk mampu bersaing dengan pelaku
ekonomi pada tataran Nasional dan Internasional. Anif Punto Utomo, Adi Sasono Sang
Penggerak Seribu Gagasan, Seribu Tindakan, (Jakarta : Buku Republika, 2013), 241.
184
Dalam konteks Indonesia, maka Koperasi merupakan perwujudan dari Pasal 33
UUD 1945 dari bagian integral dari Pancasila. Untuk itu sistem ekonomi yang diabngun
harus mencerminkan dari implementasi ekonomi Pancasila secara nyata. Mubyanto,
Ekonomi Pancasila-Gagasan Dan Kemungkinan, (Jakarta : LP3ES, 1987), 68.
Lembaga Keuangan Syariah 379

skala tertentu yang mempunyai identitas kegiatan ekonomi yang sama,


misalnya Koperasi pasar yang anggotanya para pedagang pasar Kosti atau
Koperasi Supir Taksi Indonesia yang anggotanya para supir Taksi atau KKGJ,
yaitu Koperasi Keluarga Guru Jakarta yang anggotanya adalah para Guru yang
bertugas di Jakarta, KPBS, yaitu Koperasi Peternak Bandung Selatan yang
anggotanya adalah para peternak hewan yang berdomisili pada wilayah
Bandung Selatan dan lain-lain. Artinya gerakan ekonomi Koperasi, baik yang
konvensional dan syariah mempunyai segmen pasar yang berbeda yang diatur
secara bertingkat dan berjenjang seperti Primer Koperasi yang anggotanya
adalah orang-perorang. Koperasi Sekunder yang aggotanya adalah badan
hukum, yaitu pusat koprerasi yang sering disebut “Puskop” yang anggotanya
adalah badan hukum Primer Koperasi, kemudian Induk Koperasi yang
anggotanya adalah badan hukum “Puskop”.
Koperasi syariah secara kelembagaan berperan aktif dalam upaya
meningkatkan kualitas kehidupan anggota dan masyarakat pada umumnya, hal
ini dibuktikan saat terjadi krisis ekonomi tahun 1997 dan 1998 Koperasi secara
umum dapat bergerak dan memutar perekonomian pada sektor UMKM dan
menyerap tenaga kerja korban PHK dan Koperasi juga dapat mengembangkan
“home industry” dengan membuka akses pembiayaan dan pemasaran.185
Demikian juga seluruh keputusan yang diambil pada Koperasi secara
musyawarah pada RAT atau Rapat Anggota Tahunan. Hal ini sangat sesuai

185
Koperasi syariah dengan tata kelola berdasarkan prinsip Demokrasi yang
menekankan adanya kerja kolektif dengan tujuan amal sholeh adalah perintah dan
ajaran Islam. Monzer Kahf, Ekonomi Islam-Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem
Ekonomi Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995), 58.
380 Lembaga Keuangan Syariah

dengan ketentuan syariah sebagai sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-
Qur’an Surat Ali Imran (3) Ayat 159:
‫ع ۡن ُه ۡم َوٱسۡ ت َۡغف ِۡر‬
َ ‫ف‬ ۡ َ‫ب َلَنفَضُّواْ مِ ۡن َح ۡول ِِۖكَ ف‬
ُ ‫ٱع‬ ِ ‫ظ ۡٱلقَ ۡل‬ َ ‫غلِي‬
َ ‫ظا‬ ًّ َ‫ٱَّلل لِنتَ لَ ُه ۡ ِۖم َولَ ۡو ُكنتَ ف‬ ِ َّ َ‫فَبِ َما َرحۡ َم ٖة ِمن‬
١٥٩ َ‫ٱَّلل يُحِ بُّ ۡٱل ُمت ََو ِكلِين‬ ِ ٞۚ َّ ‫علَى‬
َ َّ ‫ٱَّلل إِ َّن‬ َ ‫لَ ُه ۡم َوشَا ِو ۡره ُۡم فِي ۡٱۡل َ ۡم ِۖ ِر فَإِذَا‬
َ ‫عزَ ۡمتَ فَت ََو َّك ۡل‬
Artinya : 159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya.

Dengan demikian meningkatkan kualitas kehidupan anggota dan


masyarakat merupakan harapan dan cita-cita masyarakat perkoperasian, baik
secara kelembagaan dan gerakan Koperasi dan sekaligus membantu
pemerintah dalam mendorong cita-cita pembangunan nasional.
Koperasi sebagai “soko guru” perekonomian Indonesia, artinya Koperasi
sebagai salah satu pilar ketahanan perekonomian Indonesia dengan pola
arsitektur ekonomi yang berbasis dengan demokrasi ekonomi, gotong royong
serta keadilan sebagaimana tercermin pada Pasal 33 UUD 1945 yang
mengatakan antara lain bahwa bangun ekonomi berdasarkan asas
kekeluargaan, yaitu saling membantu sehingga semua cabang produksi yang
menguasai hajat hidup orang banyak dan berkaitan pada sektor sandang,
pangan, papan, energi, pendidikan, rumah sakit dan lain-lain dikuasai oleh
negara untuk menjaga dari jeratan praktik monopoli, termasuk juga usaha
sekitar pertambangan dan lain-lain harus selalu berorientasi pada kepentingan
Lembaga Keuangan Syariah 381

masyarakat secara luas. Dengan demikian peran dan fungsi PMA atau
Penanaman Modal Asing atau investor dari luar negeri hanya bersifat sebagai
“katalisator” atau sebagai fungtor “daya ungkit” bukan menjadi unsur utama
pada pembangunan ekonomi dengan dasar argumen bahwa investor asing
hanya mencari keuntungan semata dan kurang memperhatikan faktor
lingkungan dan “social cost” sebagai dampaknya.186
Prinsip Koperasi sebagai konsep dasar berkoperasi dan secara
implementatif menjadi identitas kegiatan usaha Koperasi serta identitas
kelembagaannya adalah sebagai berikut :
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, artinya tidak ada paksaan
menjadi anggota Koperasi dan terbuka untuk semua masyarakat
bergabung menjadi anggotanya, akan tetapi harus bersesuaian dengan
undang-undang perkoperasian dan tidak menyimpang dari anggaran dasar
dan anggaran rumah tangga yang telah disahkan sebelumnya. Adapun
keanggotaan Koperasi secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu anggota
biasa, calon anggota dan anggota luar biasa yang kriteria, hak dan
kewajibannya diatur tersendiri dan disetujui oleh Rapat Anggota.
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis, artinya pengurus,
pengawas dan anggota Koperasi adalah satu kesatuan untuk memikirkan
kemajuan Koperasi, itulah sebabnya dalam satu tahun sekali Koperasi

186
Pembangunan ekonomi akan berkorelasi langsung dengan ekonomi pertahanan,
karena penyediaan kekuatan pertahanan membutuhkan sumber daya ekonomi yang
besar. Purnomo Yusgiantoro, Ekonomi Pertahanan-Teori Dan Praktik, (Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka, 2014), 43.
382 Lembaga Keuangan Syariah

wajib menyelenggarakan Rapat Anggota untuk meminta laporan


pertangung jawaban pengurus dan pengawas.187
Dan sesuai dengan penjelasan pasal 37 Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian bahwa penerimaan
pertanggungjawaban pengurus oleh Rapat Anggota berarti membebaskan
pengurus dari tanggung jawabnya pada tahun yang bersangkutan, dengan
demikian apabila terjadi pergantian pengurus dn pengurus pengganti
tersebut tidak piawai atau tidak profesional yang berdampak pada
kerugian Koperasi maka tidak dapat menyalakan pengurus sebelumnya,
apalagi hanya menyalahkan ketua pengurusnya saja, dengan dasar
argumen bahwa kepemimpinan pada Koperasi bersifat “kolektif kolegial”
yaitu suatu sistem kepemimpinan yang melibatkan beberapa pihak yang
berkepentingan dalam suatu keputusan tertentu melalui mekanisme yang
sudah ditetapkan musyawarah untuk mufakat atau melalui pemungutan
suara pada Rapat Anggota. Analisis terhadap laporan keuangan dengan
menggunakan “Standar Akuntansi Indonesia” adalah bukti legalitas
autentifikasi atau keakuratan data atau kebenaran terhadap semua
laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Hal
ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kriminalisasi pengurus.
3. Di dalam laporan keuangan Koperasi, profit atau keuntungan
Koperasi disebut dengan SHU atau Sisa Hasil Usaha yang pembagian
keuntungan tersebut dilakukan secara adil syang berbanding lurus dengan

187
Bentuk dasar sistem perekonomian yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa
yang dalam hal ini Bung Hatta adalah sistem ekonomi koperasi yang mengedepankan
demokrasi ekonomi. Mubyanto, Sistem Dan Moral Ekonomi Indonesia, (Jakarta : LP3ES,
1988), 39.
Lembaga Keuangan Syariah 383

besarnya jasa masing-masing anggota. Konsep adil dalam pembagian SHU


ini bersesuaian dengan firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an Surat Al-
Maa’idah (5) Ayat 8:
َ ‫ش َهدَآ َء بِ ۡٱل ِقسۡ طِِۖ َو ََّل يَجۡ ِر َمنَّ ُك ۡم شَنَ َٔٔ انُ قَ ۡو ٍم‬
‫علَ ٰ ٓى أَ ََّّل‬ ِ َّ ِ َ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ُكونُواْ قَ ٰ َّومِ ين‬
ُ ‫َّلل‬
٨ َ‫ير بِ َما ت َعۡ َملُون‬ ُ ُۢ ِ‫ٱَّلل َخب‬
َ َّ ‫ٱَّلل إِ َّن‬ ۡ ْ‫ا‬ٞۚ ‫ت َعۡ ِدلُو‬
َ ٞۚ َّ ْ‫ٱع ِدلُواْ ه َُو أ َ ۡق َربُ لِلت َّ ۡق َو ٰ ِۖى َوٱتَّقُوا‬
Artinya : 8. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-
orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu
kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena
adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

4. Ada 3 jenis simpanan pada Koperasi, yaitu; Simpanan Pokok yang


dibayar satu kali dalam satu tahun yang besarannya simpanan tersebut
ditetapkan dalam Rapat Anggota; Simpanan Wajib yang harus dibayar
setiap bulan dan besarannya disetujui oleh semua anggota; serta
Simpanan Sukarela yang besarnya tergantung kemampuan atau potensi
masing-masing anggota dengan mendapatkan kompensasi sesuai dengan
yang diperjanjikan dan dan dengan menggunakan akad “Murabahah”.
Sehingga pemberian jasa tersebut terbatas pada modal artinya pada posisi
Koperasi syariah bertindak sebagai “Mudlarib”.
5. Kemandirian Koperasi yaitu dalam pengambilan keputusan selalu
mengedepankan asas musyawarah untuk mufakat, dan pemegang
kekuasaan tertinggi di dalam Koperasi secara kelembagaan adalah RAT
atau “Rapat Anggota Tahunan” sesuai dengan Pasal 22 Ayat 1 Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Akan tetapi kondisi
384 Lembaga Keuangan Syariah

nyata di lapangan sekarang ini sering terjadi benturan kepentingan


dengan lembaga samping atau lembaga di atasnya, seperti pada Koperasi
karyawan pabrik atau Koperasi karyawan perusahaan dan Koperasi
fungsional pada lembaga pemerintahan yaitu Koperasi dengan anggota
pegawai ASN yaitu Aparat Sipil Negara serta Koperasi di lingkungan TNI-
POLRI. Untuk itu harus dicarikan jalan keluar yang bersifat sinergi antara
lembaga dan dituangkan secara tertulis dalam bentuk “Nota
Kesepahaman”. Latar belakang terjadinya masalah disebabkan oleh
pergantian pejabat pada lembaga sandaran atau pergantian pengurus
Koperasi yang keduanya mempunyai “Style of Leadership” yang berbeda
serta perubahan kebijakan pemerintah dan perubahan kondisi pangsa
pasar Koperasi.

6. Pendidikan perkoperasian, pemahaman terhadap Koperasi syariah


secara kelembagaan tidak hanya dipahami sebagai kegiatan ekonomi
untuk mencari keuntungan semata, tetapi lebih jauh dari itu sebagai
ideologi ekonomi yang berorientasi pada konsep demokrasi ekonomi,
tolong-menolong serta mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk
itu diperlukan proses pemahaman melalui jalur pendidikan formal dan
informal sehingga diperoleh kualitas SDM atau Sumber Daya Manusia
yang tangguh. Pendidikan perkoperasian mutlak diperlukan agar
diperoleh kualitas SDM yang tangguh dan mampu bersaing dengan
kualitas pelaku ekonomi swasta pada tataran nasional, regional dan
internasional. Artinya Koperasi dapat membuka peluang ekonomi yang
berdaya saing tinggi. Kondisi saat ini para pelaku ekonomi Koperasi
syariah masih tertinggal, sehingga diperlukan kerja keras, padahal jauh-
Lembaga Keuangan Syariah 385

jauh hari 14A yang lalu Al-Qur’an mengatakan bahwa Allah SWT akan
mengangkat derajat atau ketinggian maqom orang-orang yang beriman
dan orang-orang yang berilmu pengetahuan. Al-Qur’an Surat Al-
Mujaadilah (58) Ayat 11:
ْ‫ش ُزوا‬
ُ ‫ٱَّللُ لَ ُك ِۡۖم َو ِإذَا قِي َل ٱن‬
َّ ِ‫سح‬ َ ‫س ُحواْ يَ ۡف‬ َ ‫س ُحواْ فِي ۡٱل َم ٰ َجل ِِس فَ ۡٱف‬ َّ َ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓواْ إِذَا قِي َل لَ ُك ۡم تَف‬
١١ ‫ير‬ٞ ِ‫ٱَّللُ بِ َما تَعۡ َملُونَ َخب‬ َّ ‫ت َو‬ ٖ ٞۚ ‫ٱَّللُ ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ مِ ن ُك ۡم َوٱلَّذِينَ أُوتُواْ ۡٱلع ِۡل َم دَ َر ٰ َج‬
َّ ‫ش ُزواْ يَ ۡرفَ ِع‬
ُ ‫فَٱن‬
Artinya : 11. Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

7. Kerjasama antar Koperasi sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang


Nomor 25 Tahun 1992 yang mengatakan antara lain adalah Koperasi
bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota dan masyarakat,
untuk itu diperlukan hal-hal sebagai berikut :
a. Sinergi antar Koperasi, artinya ikatan kerjasama sebagai gerakan
ekonomi rakyat pada lembaga Dekopin, Dekopinwil dan Dekopinda
serta dalam persekutuan usaha primer Koperasi, pusat Koperasi dan
induk Koperasi, kemudian bekerjasama dengan unsur pemerintah
yaitu Kementerian Koperasi, Dinas Koperasi dan Suku Dinas Koperasi.
Dengan demikian keterkaitan kerjasama antar Koperasi itu sangat
penting guna meningkatkan seluruh potensi ekonomi Koperasi.
b. Kerjasama antar Koperasi harus dibarengi dengan peningkatan
kualitas SDM yang professional.
386 Lembaga Keuangan Syariah

c. Kesadaran saling membantu dan saling mendorong untuk


membuka akses permodalan dan akses pasar harus dikerjakan secara
tersistem.
d. Strategi bersaing Koperasi pada pasar global harus segera
dikedepankan agar gerakan Koperasi tidak jauh tertinggal oleh
bangun ekonomi kapitalis.

Secara spesifik pengertian Koperasi mencakup pemahaman terhadap


perkumpulan, kegiatan ekonomi dan keanggotaan serta tata kelola organisasi
dan sistem jaringan kerjasamanya. Untuk itu pemahaman terhadap Koperasi
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Ideologi ekonomi yang dikembangkan dengan konsep demokrasi
ekonomi yang dinamis dan terbuka.
2. Kepentingan ekonomi yang sama antar anggotanya sehingga
Koperasi dapat dikelompokkan menjadi Koperasi simpan pinjam, Koperasi
jasa, Koperasi produsen dan Koperasi konsumen.
3. Pemenuhan kebutuhan bersama yang melatarbelakangi tindakan
bersama pada Koperasi diharapkan secara implementatif lebih efisien dan
lebih dinamis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan anggota
Koperasi itu sendiri.
4. Sebagai sarana untuk mencapai tujuan bersama tersebut dalam
wadah badan hukum “Koperasi”.
5. Konsep dasar Koperasi syariah adalah “profit oriented” dan “social
oriented”, artinya Koperasi adalah lembaga bisnis yang bersifat sosial dan
dinamis mengikuti perkembangan jaman dan mengikuti tuntutan
masyarakat.
Lembaga Keuangan Syariah 387

Ketentuan tentang peran, fungsi dan struktur Koperasi sebagaimana


diatur pada Keputusan Menteri Koperasi Nomor 91/KEP/M.KUKM/IX/2004
tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah
yang mengatakan antara lain :
1. Pemerintah berkepentingan untuk mendorong dan mengembangkan
Koperasi syariah guna meningkatkan manfaatnya bagi masyarakat dan
memberikan kepastian hukum.
2. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang
atau badan hukum Koperasi yang berdasarkan prinsip Koperasi yaitu
sebagai gerakan ekonomi rakyat dengan asas kekeluargaan.
3. KJKS dan UJKS adalah Koperasi jasa keuangan syariah dan unit jasa
keuangan syariah yang bergerak pada bidang usaha pembiayaan, investasi
dan simpan pinjam dengan akad Mudharabah, Musyarakah, Murabahah
dan lain-lain.
4. Simpanan anggota dengan akad “Wadiah Yad Dhmanah”, artinya
simpanan anggota dapat digunakan Koperasi dan menyimpan dana tidak
memperoleh konpensasi bagi hasil, aka tetapi dapat memperoleh bonus
sesuai kemampuan Koperasi tanpa ada perjanjian apapun sebelumnya.
5. Simpanan sukarela dalam bentuk tabungan atau dana penyertaan
dengan akad “Mudharabah Muthalaqah” untuk investasi produktif
dengan nisbah bagi hasil secara proposional.
6. Pembiayaan yang dilakukan Koperasi syariah dapat menggunakan
akad Mudharabah, Musyarakah, Murabahah dan lain-lain dengan
ketentuan yang disyaratkan melalui perjanjian tertulis yang disepakati
sebelumnya.
388 Lembaga Keuangan Syariah

7. Akumulasi dari semua keuntungan Koperasi syariah tersebut


dikumpulkan dalam satu wadah yang disebut dengan SHU atau Sisa Hasil
Usaha yang dibagikan kepada anggota secara proporsional sesuai dengan
kesepakatan dan hasil musyawarah berdasarkan RAT atau Rapat Anggota
Tahunan.
8. Pembentukan KJKS atau Koperasi Jasa Keuangan Syariah tingkat
primer oleh 20 anggota yang “mumayyis”, yaitu sehat dan kuasa secara
hukum yang dibuktikan dengan fotokopi KTP dan surat kesehatan jika
perlu, dan untuk Koperasi sekunder yang meliputi “Puskop dan induk
Koperasi syariah” dibentuk oleh sekurang-kurangnya tiga badan hukum
Koperasi syariah dengan syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh
Kementerian Koperasi.
9. KJKS atau Koperasi Jasa Keuangan Syariah dibentuk berdasarkan hasil
rapat anggota dengan surat bukti penyetoran modal awal sebesar
Rp.15.000.000,- pada bank pemerintah atas nama Menteri Koperasi CQ
Ketua Koperasi yang bersangkutan dan Rp 5.000.000,- untuk Koperasi
sekunder.
10. Pengelolaan Koperasi syariah dilakukan oleh jajaran pengurus yaitu
Ketua, Sekretaris, dan Bendahara yang pada akhir tahun buku
dipertanggungjawabkan kepada RAT.
11. UJKS atau Unit Jasa Keuangan Syariah harus dikelola sendiri dan
terpisah dengan unit-unit lainnya.
12. Untuk jenis Koperasi syariah wajib menggunakan stempel, papan
nama dan kop surat dengan lambing syariah.
Lembaga Keuangan Syariah 389

13. Pembagian SHU ditentukan oleh Rapat Anggota dan harus membayar
zakat, demikian juga KJKS dan UJKS harus menerapkan manajemen risiko,
sehingga pelaksanaan kegiatan pembiayaan dan investasi harus
mengedepankan faktor rudent atau kehati-hatian terhadap
kecenderungan manusia. Sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Al-
Qur’an Surat Ali ‘Imran (3) Ayat 14:
‫ض ِة َو ۡٱلخ َۡي ِل‬
َّ ‫ب َو ۡٱل ِف‬ َ ‫ير ۡٱل ُمقَن‬
ِ ‫ط َرةِ مِ نَ ٱلذَّ َه‬ ِ ِ‫سآءِ َو ۡٱلبَنِينَ َو ۡٱلقَ ٰنَط‬ َ ِ‫ت مِ نَ ٱلن‬ َّ ‫اس حُبُّ ٱل‬
ِ ‫ش َه ٰ َو‬ ِ َّ‫ُزيِنَ لِلن‬
١٤ ‫ب‬ َّ ‫ث ٰذَلِكَ َم ٰت َ ُع ۡٱل َحيَ ٰوةِ ٱلد ُّۡنيَ ِۖا َو‬
ِ ‫ٱَّللُ عِندَ ۥهُ ُحسۡ ُن ۡٱل َمَٔٔ ا‬ ِ ٓۗ ‫س َّو َم ِة َو ۡٱۡل َ ۡن ٰعَ ِم َو ۡٱل َح ۡر‬
َ ‫ۡٱل ُم‬
Artinya : 14. Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak
dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).
Gambar 12
Sruktur Koordinasi Kegiatan Perkoperasian

KEMENTERIAN INDUK
DEKOPIN
KOPERASI KOPERASI

DINAS DEKOPIN PUSAT


KOPERAS WIL KOPERAS
I I

SUKU DINAS PRIMER


DEKOPINDA
KOPERASI KOPERASI
390 Lembaga Keuangan Syariah

Keterangan Gambar 12 :
Kementerian Koperasi sebagai lembaga pemerintah secara nasional
mempunyai tugas yang salah satu yang dapat mengembangkan dan
memperkokoh kesejahteraan masyarakat dengan berkoordinasi pada kegiatan
tersebut pada Dekopin yang merupakan lembaga satu-satunya gerakan
Koperasi secara nasional yang kemudian diikuti oleh organisasi di bawahnya.
Adapun Induk Koperasi dan organisasi di bawahnya adalah jalur fungsional
Koperasi yang sejenis baik Koperasi primer atau sekunder.

E. ASURANSI SYARIAH.
Konsep dasar dan implementasi lembaga keuangan syariah yang dalam
hal ini adalah asuransi syariah dengan mengedepankan sikap dan cara berpikir
tolong-menolong bersandar pada firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an Surat
Al-Maa’idah (5) Ayat 2:
ٓ َ ‫ي َو ََّل ۡٱلقَ ٰلَٓئِدَ َو‬
َ‫َّل َءآ ِمينَ ۡٱلبَ ۡيت‬ ۡ َ ‫شهۡ َر ۡٱل َح َر‬
َ ‫ام َو ََّل ٱل َه ۡد‬ َّ ‫ٱَّلل َو ََّل ٱل‬ َ ْ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ََّل تُحِ لُّوا‬
ِ َّ ‫ش ٰعَٓئ َِر‬
‫اْ َو ََّل يَ ۡج ِر َمنَّ ُك ۡم شَنَ َٔٔ انُ قَ ۡو ٍم أَن‬ٞۚ ‫طادُو‬ َ ۡ‫ا َو ِإذَا َحلَ ۡلت ُ ۡم فَٱص‬ٞۚ ‫ض ٰ َو ّٗن‬ۡ ‫ض ًّٗل ِمن َّر ِب ِه ۡم َو ِر‬ ۡ َ‫ام يَ ۡبتَغُونَ ف‬َ ‫ۡٱل َح َر‬
ْۘ
‫ٱۡل ۡث ِم‬
ِ ۡ ‫علَى‬ َ ْ‫علَى ۡٱل ِب ِر َوٱلتَّ ۡق َو ٰ ِۖى َو ََّل تَ َع َاونُوا‬ َ ْ‫ع ِن ۡٱل َمسۡ ِج ِد ۡٱل َح َر ِام أَن ت َعۡ تَدُواْ َوت َ َع َاونُوا‬ َ ‫صدُّو ُك ۡم‬ َ
ِ ‫شدِيدُ ۡٱل ِعقَا‬
٢ ‫ب‬ َ ِۖ َّ ْ‫ ِن َوٱتَّقُوا‬ٞۚ ‫َو ۡٱلعُ ۡد ٰ َو‬
َ َّ ‫ٱَّلل إِ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬
Artinya : 2. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-
syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan
jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang
mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi
Lembaga Keuangan Syariah 391

kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan


tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

Kemudian ada Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah yang
berbunyi “Sesungguhnya seseorang yang beriman itu adalah siapa saja yang
memberi keselamatan dan perlindungan terhadap harta dan jiwa raga
manusia”.
Berdasarkan kitab Undang-Undang Hukum Dagang Pasal 246
mendefinisikan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah “suatu perjanjian
yang dengan perjanjian tersebut penanggung mengikatkan diri kepada
seseorang tertanggung untuk memberikan penggantian kepadanya karena
suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang
mungkin diderita karena suatu peristiwa yang tidak menentu”. Adapun difinisi
asuransi syariah menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 21/DSN-
MUI/IV/2001 tentang Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful, Tadhamun) adalah
usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang atau
pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan/atau “Tabarru” yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui
akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah, dengan demikian dari difinisi
tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa rumusan awal asuransi syariah
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Niat awal para pihak yang terikat pada kegiatan asuransi syariah
harus didasari oleh semangat tolong-menolong, tanpa adanya semangat
ini maka produk asuransi seperti bermain ruang hampa. Dengan demikian
392 Lembaga Keuangan Syariah

semangat tolong-menolong akan menjiwai seluruh produk asuransi


syariah dan lebih jauh dari itu akan terhindar adanya praktik kecurangan,
bohong dan culas.
2. Konsep dasar Rahmatan Lil Alamin yang memposisikan Al-Qur’an dan
Hadist sebagai landasan berpikir dan landasan operasional, maka seluruh
aktivitas asuransi akan terhindar dari praktik riba, gharar, maiysir dan
terpelihara dari kegiatan eksploitasi serta monopoli. Dengan demikian
tidak dapat terpisahkan antara asuransi syariah dengan kegiatan “ibadah
ghairu mahdah”, yaitu ibadah sosial.
3. Akad yang digunakan pada kegiatan asuransi syariah harus
bersesuaian dengan ketentuan fikih muamalah sebagaimana fatwa DSN,
terutama pada akad Ijarah dan Tabarru.
4. Premi adalah sejumlah dana yang diberikan oleh peserta asuransi
kepada perusahaan asuransi. Adapun “klaim” adalah hak peserta asuransi
yang wajib diberikan oleh perusahaan sesuai dengan kesepakatan pada
akad. Khusus bagi perusahaan asuransi dengan produk ganda dalam satu
premi yaitu dana yang disetor oleh peserta dimanfaatkan untuk investasi,
maka peserta asuransi berperan sebagai “Shahibul Maal” dan perusahaan
asuransi syariah sebagai “Mudlarib”, sehingga akad yang digunakan
adalah akad “Mudharabah”. Untuk itu harus ada kesepakatan awal
tentang nisbah bagi hasil.
5. Akad yang dilakukan antara peserta asuransi syariah dan perusahaan
mengandung unsur-unsur sebagai berikut ; yaitu harus disebutkan hak
dan kewajiban para pihak, cara dan waktu pembayaran premi serta harus
dipenuhi semua rukun dan syarat akad sesuai dengan ketentuan syariah.
Lembaga Keuangan Syariah 393

Dan untuk menentukan besarnya premi digunakan tabel perhitungan yang


berlaku dan disepakati oleh para pihak, sehingga akan terhindar adanya
sengketa di kemudian hari.
6. Di dalam struktur transaksi ekonomi pada Koperasi syariah, maka
kedudukan para pihak yang terlibat pada akad adalah sebagai berikut;
Pertama, untuk akad Mudharabah maka perusahaan bertindak sebagai
“Mudlarib” atau pengelola, sedangkan peserta bertindak sebagai
“Shahibul Maal” atau pemegang polis; Kedua, pada adad “Tabarru” atau
hibah maka peserta memberikan hibah untuk menolong peserta lain dan
perusahaan berperan sebagai pengelola dana hibah. Adapun ketentuan
tentang premi yaitu pembayaran premi didasarkan atas jenis akad “Ijarah-
Tabarru” dan untuk menentukan besaran premi maka perusahaan
asuransi syariah menggunakan referensi tabel yang sudah ada dan berlaku
saat itu. Adapun premi dengan akad Mudharabah dapat diinvestasikan
dengan nisbah bagi hasil yang diperjanjikan sebelumnya, demikian juga
ketentuan umum tentang klaim pada asuransi syariah akan dibayarkan
sesuai akad yang diperjanjikan sebelumnya. Besaran klaim sangat
dipengaruhi oleh jumlah premi yang sudah disepakati, dengan demikian
secara umum operasional asuransi syariah ditentukan oleh kesepakatan
para pihak yang mengikuti ketentuan akad-akad syariah.

Ketentuan umum asuransi syariah meliputi hal-hal sebagai berikut : tata


kelola asuransi syariah harus dijalankan oleh perusahaan atau lembaga yang
berbadan hukum dan secara profesional memenuhi standar untuk berfungsi
sebagai pemegang amanah. Perusahaan asuransi syariah secara profesional
memperoleh pendapatan dari nisbah bagi hasil dari upaya pengelolaan dana
394 Lembaga Keuangan Syariah

yang dikolektif dengan akad Mudharabah, demikian demikian juga perusahaan


asuransi syariah memperoleh “Ujrah-Fee” atau konpensasi pada akad Tabarru
atau hibah, dan seluruh aktivitas asuransi syariah menjadi objek pengawasan
dari DSN atau Dewan Syariah Nasional. Sehingga setiap terjadi perselisihan
pendapat antar pihak maka diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat
dan bila hal tersebut tidak tercapai kata sepakat maka penyelesaiannya melalui
badan arbitrasi syariah. Akan tetapi sesuai dengan konsep dasar dan niat awal
berdirinya asuransi syariah adalah tolong-menolong, secara syariah maka
harus dihindari sejak awal akan terjadi perselisihan atau pertentangan,
sehingga sejak awal para pihak harus ada keterbukaan informasi yang
dituangkan dalam bentuk perjanjian para pihak.
Pemahaman terhadap asuransi syariah dapat dilakukan yang secara
akademis untuk mengelaborasi tata kelola kelembagaan syariah, yaitu :
1. Kesepakatan para pihak untuk saling tolong-menolong yang
dituangkan dalam suatu perjanjian atau kesepahaman dalam hubungan
keperdataan atau muamalah pada suatu periode waktu tertentu dan pada
waktu kejadian tertentu serta dengan syarat-syarat tertentu yang harus
dipenuhi oleh para pihak.
2. Premi merupakan bentuk kesepakatan para pihak berupa sejumlah
uang yang dibayarkan oleh tertanggung kepada penanggung, besarnya
premi yang dibayarkan akan berkorelasi langsung atau berbanding lurus
dengan besaran uang klaim. Artinya jika pembayaran preminya besar
maka akan memperoleh uang klaim yang besar pula dengan ukuran
standar asuransi . Demikian juga sebaliknya artinya jika pembayaran
preminya kecil atau biasa-biasa saja, maka perolehan laim juga kecil.
Lembaga Keuangan Syariah 395

3. Dengan demikian jika terjadi suatu peristiwa yang dipersyaratkan


dalam perjanjian, maka akan adanya ganti rugi dari penanggung kepada
tertanggung jika terjadi klaim.

Konsep dasar akad pada perikatan antar pihak yang terlibat langsung
dalam asuransi syariah yaitu : Akad “Tijarah” yang mempunyai pengertian dari
semua akad komersial yang pada lembaga keuangan syariah dalam bentuk
akad Mudharabah. Adapun akad Tabarru adalah bentuk dari implementasi
tolong-menolong untuk kebajikan. Sehingga tidak mengharapkan adanya
imbalan atau kompensasi apapun. Sandaran berpikir pada akad Tabarru atau
tolong-menolong yang salah satunya adalah Hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah Nabi Muhammad Saw bersabda “barangsiapa menghilangkan
kesulitan duniawiyah seseorang mukmin, maka Allah akan menghilangkan
kesulitan pada hari kiamat, dan barang siapa mempermudah kesulitan
seseoran, maka Allah akan mempermudah urusannya dunia dan akhirat”
Dengan demikian konsep dasar operasional asuransi syariah sebagai lembaga
keuangan syariah penekanan utama pada porsi tolong-menolong dan bukan
pada porsi investasi, meskipun pada akhirnya akan akad Murabahah terdapat
nisbah bagi hasil yang diperoleh para pihak, akan tetapi bukan menjadi tujuan
utama.
Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat An-Nisaa’ (4) Ayat 9:
َ ‫ٱَّلل َو ۡليَقُولُواْ قَ ۡو َّّٗل‬
٩ ‫سدِيدًا‬ َ َّ ْ‫علَ ۡي ِه ۡم فَ ۡليَتَّقُوا‬ ِ ‫ش ٱلَّذِينَ لَ ۡو ت ََر ُكواْ مِ ۡن خ َۡل ِف ِه ۡم ذُ ِري َّّٗة‬
َ ْ‫ض ٰعَفًا خَافُوا‬ َ ‫َو ۡليَ ۡخ‬
Artinya : 9. Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
396 Lembaga Keuangan Syariah

bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang


benar.

Demikian juga tentang upah, yiatu pembayaran yang patut atau


pembayaran yang semestinya dan berlaku saat itu. Allah SWT berfirman di
dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (2) Ayat 233:
‫علَى ۡٱل َم ۡولُو ِد لَ ۥهُ ِر ۡزقُ ُه َّن‬ َ ‫ةَ َو‬ٞۚ ‫ع‬
َ ‫ضا‬َ ‫ٱلر‬ َّ ‫ضعۡ نَ أ َ ۡو ٰلَدَه َُّن َح ۡولَ ۡي ِن َكامِ لَ ۡي ِۖ ِن ِل َم ۡن أَ َرادَ أَن يُتِ َّم‬
ِ ‫۞و ۡٱل ٰ َو ِل ٰدَتُ ي ُۡر‬
َ
‫علَى‬ ُۢ َ ُ ‫ا ََّل ت‬ٞۚ ‫س ِإ ََّّل ُوسۡ َع َه‬
َ ‫ ِه َو‬ٞۚ‫د لَّ ۥهُ ِب َولَ ِدۦ‬ٞ ‫ضا ٓ َّر ٰ َو ِلدَة ُ ِب َولَ ِدهَا َو ََّل َم ۡولُو‬ ٌ ‫ف ن َۡف‬ ۡ
ُ َّ‫ ََّل ت ُ َكل‬ِٞۚ‫َو ِكسۡ َوت ُ ُه َّن ِبٱل َمعۡ ُروف‬
‫علَ ۡي ِه َم ۗٓا َوإِ ۡن أَ َردتُّ ۡم أَن‬ َ ‫َاو ٖر فَ ًَل ُجنَا َح‬ ُ ‫اض ِم ۡن ُه َما َوتَش‬ ٖ ‫عن ت ََر‬ َ ‫ص ًاَّل‬َ ِ‫ث مِ ۡث ُل ٰذَل ِۗٓكَ فَإِ ۡن أ َ َرادَا ف‬ ِ ‫ۡٱل َو ِار‬
َ َّ ‫ٱعلَ ُم ٓواْ أَ َّن‬
‫ٱَّلل بِ َما‬ َ َّ ْ‫سلَّ ۡمتُم َّما ٓ َءات َۡيتُم بِ ۡٱل َمعۡ ُروفِۗٓ َوٱتَّقُوا‬
ۡ ‫ٱَّلل َو‬ َ ‫ضعُ ٓواْ أ َ ۡو ٰلَدَ ُك ۡم فَ ًَل ُجنَا َح‬
َ ‫علَ ۡي ُك ۡم إِذَا‬ ِ ‫ت َسۡ ت َۡر‬
٢٣٣ ‫ير‬ٞ ‫ص‬ ِ َ‫ت َعۡ َملُونَ ب‬
Artinya : 233. Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara
ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya
ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin
anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada
Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Kajian ayat tersebut di atas, maka secara implementatif melahirkan usaha


asuransi syariah yang secara kelembagaan mampu memberikan semacam
tambahan kontribusi untuk jaminan masa depan, demikian juga variasi dan
fluktuasi kondisi ekonomi serta berbagai peristiwa negatif dapat menimpa
Lembaga Keuangan Syariah 397

siapa saja, baik berupa risiko musibah bencana alam atau kecelakaan atau
kematian atau jaminan kesehatan atau jaminan pendidikan anak-anak dan lain-
lain, maka alasan inilah letak pentingnya peran dan fungsi asuransi
Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Yusuf (12) Ayat 47, 48 dan
49:
‫ ث ُ َّم يَ ۡأتِي مِ ُۢن‬٤٧ َ‫س ُۢنبُ ِل ِ ٓۦه ِإ ََّّل قَل ِّٗيًل ِم َّما ت َۡأ ُكلُون‬
ُ ‫صدت ُّ ۡم فَذَ ُروهُ فِي‬ َ ‫س ۡب َع ِسنِينَ دَأَبّٗ ا فَ َما َح‬ َ َ‫قَا َل ت َۡز َرعُون‬
َ َ‫ ث ُ َّم يَ ۡأتِي مِ ُۢن بَعۡ ِد ٰذَلِك‬٤٨ َ‫صنُون‬
‫ام فِي ِه‬ٞ ‫ع‬ ِ ۡ‫د يَ ۡأ ُك ۡلنَ َما قَد َّۡمت ُ ۡم لَ ُه َّن إِ ََّّل قَل ِّٗيًل ِم َّما تُح‬ٞ ‫ع ِشدَا‬ٞ ‫س ۡب‬
َ َ‫بَعۡ ِد ٰذَلِك‬
٤٩ َ‫ص ُرون‬
ِ ۡ‫اس َوفِي ِه يَع‬ ُ ‫يُغ‬
ُ َّ‫َاث ٱلن‬
Artinya : 47. Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)
sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan
dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.
48. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang
menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit),
kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.
49. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi
hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur".

Rangkaian pemahaman ketiga Ayat tersebut di atas memberikan pokok


pengertian tentang :
1. Pentingnya membuat perkiraan atau prediksi faktor alam atau cuaca
atau musim yang kerap bergeser atau dengan istilah “pancarobah”, maka
diperlukan disiplin ilmu khusus, antara lain meteorology.
2. Harus ada langkah antisipatif untuk menghadapi perubahan tersebut
karena berkorelasi dengan ketahanan pangan masyarakat secara umum
agar tidak menimbulkan bencana kelaparan.
398 Lembaga Keuangan Syariah

3. Jaminan kehidupan masa depan harus dipersiapkan dengan baik.


Setelah adanya kemampuan memprediksi kemungkinan besar akan terjadi
dengan melihat adanya tanda-tanda alam bagi orang-orang yang berfikir.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an Surat Al-
Baqarah (2) Ayat 164:
‫ار َو ۡٱلفُ ۡلكِ ٱلَّتِي تَجۡ ِري فِي ۡٱلبَ ۡح ِر بِ َما يَن َف ُع‬ ٰ ۡ ‫ضو‬
ِ ‫ٱختِلَفِ ٱلَّ ۡي ِل َوٱلنَّ َه‬ َ ِ ‫ت َو ۡٱۡل َ ۡر‬ ِ ‫س ٰ َم ٰ َو‬ ِ ‫إِ َّن فِي خ َۡل‬
َّ ‫ق ٱل‬
‫ث فِي َها مِ ن ُك ِل دَآب َّٖة‬ َّ َ‫ض بَعۡ دَ َم ۡوتِ َها َوب‬ َ ‫س َمآءِ مِ ن َّما ٓ ٖء فَأ َ ۡحيَا بِ ِه ۡٱۡل َ ۡر‬ َّ ‫اس َو َما ٓ أَنزَ َل‬
َّ ‫ٱَّللُ مِ نَ ٱل‬ َ َّ‫ٱلن‬
١٦٤ َ‫ت ِلقَ ۡو ٖم يَعۡ ِقلُون‬ ٖ َ‫ض َۡل ٓ ٰي‬ ِ ‫س َمآءِ َو ۡٱۡل َ ۡر‬ َ ‫ب ۡٱل ُم‬
َّ ‫س َّخ ِر بَ ۡينَ ٱل‬ ِ ‫س َحا‬َّ ‫ح َوٱل‬ ِ َ‫ٱلر ٰي‬
ِ ِ‫َوتَصۡ ِريف‬
Artinya : 164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa
apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit
berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-
nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan.

4. Mitigasi risiko adalah upaya untuk mengendalikan risiko atau


rekayasa risiko sehingga semua upaya untuk mengurangi dampak negatif
dari risiko atau jikalau memungkinkan adalah meniadakan risiko secara
menyeluruh. Upaya ini merupakan konsekuensi logis peran manusia
sebagai “khalifah fil ard”, yaitu manusia mendapat amanah langsung dari
Tuhan, yaitu hak untuk mengelola alam, memanfaatkannya dan sekaligus
merawat kelestarian alam dan kesehatan lingkungan. Peran dan fungsi
manusia sebagai pengolah alam dan sekaligus manusia juga harus
menjaga keseimbangan atau equilibrium alam dan dirinya sendiri serta
Lembaga Keuangan Syariah 399

anak keturunannya, maka dengan alasan tersebut diperlukan adanya


asuransi.
5. Saling berkontribusi untuk menghadapi risiko, artinya manusia
berupaya terhadap tata kelola alam dan tata kelola dirinya sendiri
terhadap kemungkinan terjadinya musibah kematian misalnya, maka
harus ada jaminan kehidupan yang baik untuk anak keturunannya, maka
pada posisi ini penting adanya asuransi syariah yang secara gotong royong
dan tolong-menolong. Sejumlah orang yang bermanfaat untuk saling
membantu dalam menghadapi musibah kematian, karena semua orang
tidak mengetahui secara pasti waktu mereka mati dan di bumi bagaimana
ajalnya dating. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat An-
Nisaa’ (4) Ayat 78:
‫َة يَقُولُواْ ٰ َه ِذِۦه مِ ۡن عِن ِد‬ٞ ‫سن‬ ِ ُ ‫شيَّدَ ٖ ۗٓة َوإِن ت‬ ۡ َ
َ ‫ص ۡب ُه ۡم َح‬ ٖ ‫أ ۡينَ َما ت َ ُكونُواْ يُ ۡد ِرك ُّك ُم ٱل َم ۡوتُ َولَ ۡو ُكنت ُ ۡم فِي ب ُُر‬
َ ‫وج ُّم‬
ٓ َ ‫ٱَّلل فَ َما ِل ٰ َٓهؤ‬
َ‫َُّلءِ ۡٱلقَ ۡو ِم ََّل يَكَادُون‬ ِ ِۖ َّ ‫ل ِم ۡن عِن ِد‬ٞ ‫ِكَ قُ ۡل ُك‬ٞۚ ‫َة يَقُولُواْ ٰ َه ِذِۦه مِ ۡن عِند‬ٞ ‫س ِيئ‬ َ ‫ص ۡب ُه ۡم‬ ِ ُ ‫ٱَّلل َو ِإن ت‬
ِ ِۖ َّ
٧٨ ‫َي ۡفقَ ُهونَ َحدِي ّٗثا‬
Artinya : 78. Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan
kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika
mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi
Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan:
"Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya
(datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik)
hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?

Dengan demikian produk asuransi kematian sebagai salah satu objek


asuransi syariah dibutuhkan oleh masyarakat guna mitigasi risiko dan sekaligus
untuk penyangga kehidupan anak keturunnnya.
400 Lembaga Keuangan Syariah

Pada perkembangannya, asuransi syariah mengalami pertumbuhan dan


penyesuaian pada skala mikro dan makro sehingga terbit Peraturan
Pemerintah Nomor 39 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha
Perasuransian yang menyatakan antara lain :
1. Perusahaan asuransi adalah perusahaan asuransi kerugian dan
perusahaan asuransi jiwa, sedangkan reasuransi adalah jenis perusahaan
yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang
dihadapi oleh perusahaan asuransi. Adapun yang dimaksud dengan istilah
“retensi sendiri” adalah bagian dari jumlah uang pertanggungan unuk
setiap risiko yang menjadi tanggungan sendiri tanpa dukungan reasuransi.
2. Unit syariah adalah salah satu unit kerja di kantor pusat asuransi atau
perusahaan reasuransi yang berperan sebagai kantor induk dari kantor
cabang yang menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Sehingga
secara operasional dan keuangan terpisah. Artinya asuransi syariah
danasuransi konvensional tidak boleh digabung karena dikhawatirkan
tercampur dengan harta riba, gharar dan maisyir.
3. Guna memperlancar dan untuk meningkatkan daya saing asuransi
serta untuk mendorong pertumbuhan dan pengembangan perusahaan
asuransi, maka diperlukan adanya perusahaan atau unsur penunjang yang
meliputi :
a. Perusahaan pialang asuransi yang bergerak pada area pasar
modal.
b. Perusahaan reasuransi yang berperan sebagai kantor induk.
Lembaga Keuangan Syariah 401

c. Perusahaan agen asuransi yang bergerak sebagai upaya


memperbesar “market share”.
d. Perusahaan penilai kerugian asuransi yang bergerak untuk
memberikan kepastian hukum secara professional.
e. Perusahaan konsultan aktuaria, yaitu perusahaan yang secara
profesional memikirkan estimasi atau perkiraan tingkat risiko yang
sempat mungkin terjadi.

4. Perusahaan reasuransi dapat menjalankan operasional secara syariah


dan hanya untuk pertanggungan ulang untuk jenis asuransi kerugian dan
asuransi jiwa. Secara empiris reasuransi ini untuk jenis pertanggungan
pada skala besar yang secara finansial tidak mampu disangga oleh
perusahaan asuransi biasa, seperti asuransi pesawat,kapal tangker dan
lain-lain.
5. Modal kerja yang diharuskan untuk unit syariah Rp 25 Milyar,
sedangkan untuk unit syariah dari perusahaan reasuransi Rp 50 Milyar.
Akan tetapi perusahaan asuransi dilarang memberikan pinjaman kepada
pemegang saham dan afiliasinya. Modal tersebut bukti kekuatan finansial
untuk menghadapi risiko keuangan di masa yang akan dating. Secara
implisit dinyatakan di dalam Al-Qur’an Surat Al-Hasyr (59) Ayat 18:
ُ ُۢ ‫ٱَّلل َخ ِب‬
َ‫ير بِ َما ت َعۡ َملُون‬ ٞ ‫ظ ۡر ن َۡف‬
َ ٞۚ َّ ْ‫س َّما قَدَّ َم ۡت ِلغَدٖ ِۖ َوٱتَّقُوا‬
َ َّ ‫ٱَّلل إِ َّن‬ َ َّ ْ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ٱتَّقُوا‬
ُ ‫ٱَّلل َو ۡلت َن‬
١٨
Artinya : 18. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
402 Lembaga Keuangan Syariah

Dari berbagai uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara


spesifik karakteristik asuransi syariah adalah sebagai berikut :
1. Dalam sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dikatakan
bahwa “sebaik-baik manusia adalah mereka yang banyak manfaatnya
untuk manusia lain”, artinya pada konteks asuransi syariah maka “final
goal” yang hendak dicapai adalah memberi manfaat secara sukarela dan
bukan untuk mencari dukungan finansial.
2. Asuransi syariah sebagai media untuk silaturahmi antar pihak, artinya
melalui kolektivitas dana dalam bentuk “premi” maka secara tidak
langsung para nasabah atau anggota asuransi syariah saling berupaya
untuk menanggung risiko dari kelompok tersebut. Dan pada momen
tertentu mereka bisa saling silahturahmi yang diawali dan dimotori oleh
perusahaan asuransi syariah.
3. Kepedulian akan rasa empati sesama anggota masyarakat tercipta
secara tidak langsung, yaitu saling tolong-menolong, semangat membantu
dan meringankan beban penderitaan merupakan akar budaya yang sudah
terbangun sejak lama, misalnya apabila ada kerabat atau tetangga yang
meninggal dunia maka tanpa ada komando atau permintaan, mata para
tetangga dan kerabat hahir sebelum atau sesudah acara pemakaman
dengan membawa bantuan materi dalam bentuk beras, kue, gula atau
uang. Inilah dasar budaya yang kemudian dikemas menjadi perusahaan
asuransi syariah yang berbadan hukum.
4. Ada Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari-Muslim, yaitu
“perumpamaan orang yang beriman itu seperti satu tubuh, bila ada satu
bagian tubuh yang sakit maka bagian tubuh lainnya juga merasakan sakit“.
Lembaga Keuangan Syariah 403

Artinya pada konsep dasar asuransi syariah adalah semangat tolong-


menolong untuk meringankan penderitaan orang lain menjadi latar
belakang niat para pihak bergabung menjadi bagian dari asuransi syariah.
5. Keuntungan secara finansial berupa kompensasi atau bonus yang
diterima daripremi yang disetor nasabah atau anggota kepada perusahaan
asuransi syariah dengan akad “Tijarah-Tabarru” tidak boleh menjadi
prioritas niat, agar kemurnian niat ibadah tolong-menolong tidak menjadi
bergeser dalam bentuk bisnis, sehingga menggugurkan pahalanya.

Dengan demikian faktor niat atau latar belakang tindakan untuk


bergabung pada asuransi syariah menjadi sangat penting karena
mempunyai dampak dan implikasi yang panjang di kemudian hari.

F. BAITUL MAL - WA TAMWIL.


Lembaga keuangan syariah tertua mulai zaman Rasulullah Muhammad
S.a.w. kemudian diteruskan oleh khalifaurrosidin Abu Bakar Umar Usman dan
Alokarena rosidin Abu Bakar, Umar Utsman dan Ali adalah “Baitul Mal”, yaitu
rumah harta yang berperan dan berfungsi sebagai tempat menyimpan harta
umat, yaitu harta zakat, infak, shodaqoh, wakaf, rampasan perang dan lain-
lain. Baitul Mal berperan untuk memobilisasi dana untuk kepentingan
kolektivitas harta dan mendistribusikan untuk kepentingan umat dan
kepentingan negara yang meliputi kepentingan pasukan perang. Baitul Mal
berkembang pesat pada saat pemerintahan Amirul Mukminin “Umar Ibn
Khattab”. Sehingga mendirikan pergudangan yang besar karena banyak harta
diperoleh dari rampasan perang. Administrasi pergudangan ditata dengan baik
dan distribusinya meliputi para pensiunan perang Badar dan perang Uhud
404 Lembaga Keuangan Syariah

serta para janda istri Rasulullah mendapat santunan tetap, serta distribusi yang
lain atas kebijakan Amirul Mukminin dan saran masukan-masukan dari para
sahabat Rasulullah.
Kemudian dalam perkembangannya, Baitul Mal bertambah fungsi menjadi
“Baitul Tamwil” atau atau rumah usaha. Dan selanjutnya menjadi “BMT - Baitul
Mal Wa Tamwil” yang mempunyai fungsi ganda yaitu memobilisasi dana dan
sekaligus menjadi modal usaha yang dikelola secara syariah untuk
mensejahterakan perekonomian masyarakat. Tata kelola BMT hampir sama
atau berdekatan dengan Koperasi syariah, karena hingga saat (hari Juma’t
tanggal 5 Juni 2020) belum ada undang-undang yang mengatur khusus tentang
BMT, sehingga rujukan operasionalnya yaitu Undang-Undang Nomor 25 tahun
1992 tentang Perkoperasian dan Surat Keputusan Menteri Koperasi Nomor
91/KEP/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Dengan demikian BMT berbadan hukum
Koperasi dan di bawah pembinaan Kementerian Koperasi, sehingga dalam sisi
pergerakan tergabung pada induk Koperasi syariah dan pada struktur
organisasi Koperasi disetarakan dengan Primer Koperasi Pesantren atau
Kompotren dan ditingkat sekunder sejajar dengan Pusat Kompontren.
Dengan demikian secara kelembagaan BMT mempunyai karakteristik
sebagai berikut :
1. Secara empiris berdirinya BMT dilatarbelakangi oleh adanya lembaga
non structural, seperti dari perkumpulan pengajian di wilayah tertentu
atau kelompok jamaah masjid atau kelompok santri di pondok pesantren
atau bahkan di kampus yang dekat dengan orientasi keragamaan.
Sehingga secara historis dan BMT merupakan kelanjutan dari konsep
Lembaga Keuangan Syariah 405

“Islam Kaffah”. Sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an


Surat Al-Baqarah (2) Ayat 208:
ٞ ‫ُو ُّم ِب‬ٞ ‫عد‬
٢٠٨ ‫ين‬ َ ٰ ‫ش ۡي‬
َ ‫ ِن إِنَّ ۥهُ لَ ُك ۡم‬ٞۚ ‫ط‬ َّ ‫ت ٱل‬ ُ ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ٱ ۡد ُخلُواْ فِي ٱلس ِۡل ِم َكآفَّ ّٗة َو ََّل تَتَّبِعُواْ ُخ‬
ِ ‫ط ٰ َو‬
Artinya : 208. Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Dengan demikian faktor pendorong utama untuk mendirikan BMT


untuk mengimplemtasikan ajaran Islam pada wilayah ekonomi yang
berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist. Sehingga ada semacam
ketergantungan secara organisasi BMT dengan organisasi samping, seperti
BMT yang dibangun dariperkumpulan penajian, maka kondisi kondisi yang
terjadi jika pengajian pesertanya bubar, maka BMT akan mengalami
kesulitan.

2. BMT merupakan gerakan ekonomi umat yang secara sadar dan


sukarela memperjuangkan aspek ekonomi anggota dan masyarakat
dengan mengedepankan praktik ekonomi syariah. Lembaga ekonomi
syariah dalam bentuk BMT diharapkan dapat melawan prakter renternir di
banyak daerah pedesaan dan pasar tradisional. Kesadaran masyarakat
dalam bentuk gerakan ekonomi umat merupakan hidayah dari Allah SWT
laksana cahaya atau nur yang membangkitkan kesadaran. Cahaya atau nur
yang datangnya dari Allah SWT laksana lentera di kegelapan ekonomi
ribawi. Sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat An-
Nuur (24) Ayat 35:
‫ورِۦه َكمِ ۡشك َٰو ٖة فِي َها مِ صۡ َبا ِۖ ٌح ۡٱلمِ صۡ َبا ُح فِي ُز َجا َج ٍِۖة‬ ِ ُ‫ض َمث َ ُل ن‬ٞۚ ِ ‫ت َو ۡٱۡل َ ۡر‬
ِ ‫س ٰ َم ٰ َو‬ ُ ُ‫۞ٱَّللُ ن‬
َّ ‫ور ٱل‬ َّ
َ ‫ي يُوقَدُ مِ ن‬ٞ ‫َب د ُِر‬ٞ ‫ٱلز َجا َجةُ َكأَنَّ َها ك َۡوك‬
‫ش َج َر ٖة ُّم ٰبَ َرك َٖة زَ ۡيتُون َٖة ََّّل ش َۡرقِي َّٖة َو ََّل غ َۡربِي َّٖة يَكَادُ زَ ۡيت ُ َها‬ ُّ
406 Lembaga Keuangan Syariah

‫ٱَّللُ ۡٱۡل َ ۡم ٰثَ َل‬ ۡ ‫ ُء َو َي‬ٞۚ ٓ ‫شا‬


َّ ُ‫ض ِرب‬ ِ ُ‫ٱَّللُ ِلن‬
َ ‫ورِۦه َمن َي‬ ٞۚ ٖ ُ‫علَ ٰى ن‬
َّ ‫ور َيهۡ دِي‬ ٌ ُّ‫َار ن‬ٞۚٞ ‫سسۡ هُ ن‬
َ ‫ور‬ َ ۡ‫ُض ٓي ُء َولَ ۡو لَ ۡم ت َم‬ ِ ‫ي‬
٣٥ ‫ِيم‬ٞ ‫عل‬ َ ٍ‫ٱَّللُ بِ ُك ِل ش َۡيء‬
َّ ‫اس َو‬ ٓۗ ِ َّ‫لِلن‬
Artinya : 35. Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.
Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak
tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan)
kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang
dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon
zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di
sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi,
walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah
membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah
memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.

Dengan demikian, hadirnya BMT sebagai lembaga keuangan syariah


diharapkan mempunyai kontribusi sebagaimana diamanatkan oleh Pasal
33 UUD 1945 yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
secara umum serta mampu mencerdaskan bangsa secara optimal.

3. Final Goal secara umum BMT adalah untuk mencari kebahagiaan di


dunia dan akhirat. Artinya BMT pada implementasinya menjaga
keseimbangan atau equilibrium kepentingan rohani dan jasmani.
Kecenderungan umum manusia mencari harta untuk memenuhi
kebutuhan hidup di dunia dan terkadang manusia melupakan
kebahagiaan hidup di akhirat. Untuk itu BMT bergerak pada sektor profit
oriented dan sekaligus bergerak pada sektor social oriented. Sebagaimana
Allah berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi (18) Ayat 28-29:
Lembaga Keuangan Syariah 407

‫ع ۡن ُه ۡم‬ َ ُ‫سكَ َم َع ٱ َّلذِينَ َي ۡدعُونَ َربَّ ُهم ِب ۡٱلغَدَ ٰو ِة َو ۡٱل َعشِي ِ ي ُِريدُونَ َوجۡ َه ِۖۥهُ َو ََّل ت َعۡ د‬
َ َ‫ع ۡينَاك‬ َ ‫َوٱصۡ ِب ۡر ن َۡف‬
٢٨ ‫عن ذ ِۡك ِرنَا َوٱتَّبَ َع ه ََو ٰىهُ َو َكانَ أ َ ۡم ُر ۥهُ فُ ُر ّٗطا‬ َ ُ‫ت ُ ِريدُ ِزينَةَ ۡٱل َحيَ ٰوةِ ٱلد ُّۡنيَ ِۖا َو ََّل تُطِ ۡع َم ۡن أ َ ۡغف َۡلنَا قَ ۡلبَ ۥه‬
‫ط بِ ِه ۡم‬َ ‫َارا أَ َحا‬
ً ‫ظلِمِ ينَ ن‬ َّ ٰ ‫ر إِنَّا ٓ أَ ۡعتَ ۡدنَا لِل‬ٞۚۡ ُ‫شا ٓ َء فَ ۡليَ ۡكف‬
َ ‫شا ٓ َء فَ ۡلي ُۡؤمِ ن َو َمن‬ َ ‫َوقُ ِل ۡٱل َح ُّق مِ ن َّربِ ُك ۡ ِۖم فَ َمن‬
٢٩ ‫سا ٓ َء ۡت ُم ۡرتَ َف ًقا‬َ ‫ش َرابُ َو‬ َّ ‫س ٱل‬ َ ‫هَ بِ ۡئ‬ٞۚ ‫ا َوإِن يَسۡ تَغِيثُو ْا يُغَاثُو ْا بِ َما ٓ ٖء ك َۡٱل ُمهۡ ِل يَ ۡش ِوي ۡٱل ُو ُجو‬ٞۚ ‫س َرا ِدقُ َه‬ ُ
Artinya : 28. Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang
yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap
keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka
(karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami,
serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.
29. Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa
yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi
orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan
jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan
air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah
minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

Dengan demikian diharapkan hadirnya BMT sebagai pelaku ekonomi


untuk memobilisasi dana masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk
pembiayaan dengan mekanisme syariah dapat meningkatkan kadar
keimanan dan sekaligus kesejahteraan.

4. Keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela, artinya BMT sebagai


lembaga keuangan syariah mempunyai basic atau atas dasar kesadaran
optimal untuk menjalankan syi’ar agama dengan kegiatan ekonomi yang
manfaatnya secara langsung dinikmati oleh masyarakat secara luas.
408 Lembaga Keuangan Syariah

Sehingga keanggotaan BMT secara terbuka, artinya dengan latar belakang


apapun dapat menjadi anggota BMT dengan syarat-syarat yang telah
ditetapkan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta hasil
keputusan RAT. Demikian juga tidak bisa dan tidak boleh ada pemaksaan
seseorang untuk menjadi anggota BMT. Artinya keanggotaan BMT bersifat
sukarela. Dengan demikian kesadaran untuk menjadi anggota BMT adalah
perwujudan dari keimanan seseorang secara utuh. Sebagaimana Allah
SWT berfirman di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2) Ayat 285:
ٓ
ُ ‫ٱَّلل َو َم ٰلَئِ َكتِِۦه َو ُكت ُ ِبِۦه َو ُر‬
‫س ِلِۦه ََّل‬ ِ َّ ِ‫ونَ ُك ٌّل َءا َمنَ ب‬ٞۚ ُ‫نز َل إِلَ ۡي ِه مِ ن َّربِِۦه َو ۡٱل ُم ۡؤمِ ن‬ ِ ُ ‫سو ُل بِ َما ٓ أ‬
ُ ‫ٱلر‬
َّ َ‫َءا َمن‬
٢٨٥ ‫ير‬ ُ ‫ص‬ ِ ‫غ ۡف َرانَكَ َربَّنَا َوإِلَ ۡيكَ ۡٱل َم‬
ُ ‫طعۡ ن َِۖا‬
َ َ‫سمِ عۡ نَا َوأ‬
َ ْ‫ِۦه َوقَالُوا‬ٞۚ ‫س ِل‬ُ ‫نُف َِر ُق بَ ۡينَ أ َ َحدٖ ِمن ُّر‬
Artinya : 85. Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan
kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman.
Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya
dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-
bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya",
dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa):
"Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali".

5. Cara pendirian BMT mengikuti cara pendirian Koperasi, karena


undang-undang sebagai paying hukum BMT adalah Undang-Undang
Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, yaitu harus didirikan oleh
minimal 20 orang yang dibuktikan dengan fotokopi KTP dan wajib setor
dana pada bank pemerintah RP 15 juta. Kemudian 20 orang tersebut
mengadakan rapat untuk menentukan nama BMT, anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga, calon pengurus, calon pengawas dan
menentukan notaris yang ditunjuk. Setelah itu mengadakan rapat resmi
Lembaga Keuangan Syariah 409

pendirian BMT. Jika yang dibentuk BMT tingkat primer, maka rapat
dihadiri oleh semua calon anggota, calon pengurus, calon pengawas,
pengurus Dekopinda, pejabat Suku Dinas Koperasi dan Notaris yang
semuanya itu dibuktikan dengan daftar hadir. Hasil rapat pembentukan
dibuatkan Berita Acara oleh Notaris untuk selanjutnya dilaporkan kepada
Dinas Koperasi dan Kementerian Koperasi, selanjutnya mekanisme
administrasi sampai terbitnya Akta Pendirian BMT diselesaikan oleh
Notaris. Untuk biaya pengurusan administrasi disebut berkisar antara Rp 5
juta hingga 10 juta tergantung daerah masing-masing.

6. Unsur pendidikan BMT. Kesadaran masyarakat untuk secara sukarela


bergabung pada BMT dilatarbelakangi oleh pendidikan secara formal atau
informal, karena tingkat pendidikan yang baik akan melahirkan kesadaran
yang baik. Demikian juga BMT secara aktif dan dinamis mengembangkan
pola pendidikan berjenjang yang mendukung pada pemahaman Fikih
Muamalah yang focus pada implementasi ekonoi syariah. Ada 4 pokok
pembahasan tentang BMT, yaitu tentang kesadaran beragama (tauhid),
tentang kelembagaan atau institusi, tentang Fikih Muamalah dan akad-
akad syariah serta pemahaman riba, gharar dan maisyir, tentang ilmu
keuangan dan implementasi dari konsep dasar ekonomi makro dan mikro.
Dengan demikian pendidikan harus kompatibel dengan operasional BMT,
akan tetapi kesemuanya itu harus sesuai dengan kemampuan atau
potensi akademis anggota dengan dasar argumen bahwa Allah SWT tidak
membebani seseorang kecuali pada batas kemampuannya. Sesuai dengan
Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (2) Ayat 286:
410 Lembaga Keuangan Syariah

‫س َب ۡۗٓت َربَّنَا ََّل ت ُ َؤاخِ ۡذنَا ٓ ِإن نَّسِينَا ٓ أَ ۡو‬ َ َ‫علَ ۡي َها َما ۡٱكت‬
َ ‫س َب ۡت َو‬ َ ‫ا لَ َها َما َك‬ٞۚ ‫سا ِإ ََّّل ُوسۡ َع َه‬
ً ‫ٱَّللُ ن َۡف‬
َّ ‫ِف‬ ُ ‫ََّل يُكَل‬
َ‫طاقَة‬َ ‫َا َربَّنَا َو ََّل ت ُ َح ِم ۡلنَا َما ََّل‬ٞۚ ‫علَى ٱلَّذِينَ مِ ن قَ ۡب ِلن‬ َ ‫َا َربَّنَا َو ََّل تَحۡ مِ ۡل‬ٞۚ ‫ط ۡأن‬
َ ُ‫علَ ۡينَا ٓ إِصۡ ّٗرا َك َما َح َم ۡلت َ ۥه‬ َ ‫أ َ ۡخ‬
٢٨٦ َ‫علَى ۡٱلقَ ۡو ِم ۡٱل ٰ َكف ِِرين‬ ُ ‫ا ٓ أَنتَ َم ۡولَ ٰىنَا فَٱن‬ٞۚ َ‫ٱغف ِۡر لَنَا َو ۡٱر َحمۡ ن‬
َ ‫ص ۡرنَا‬ ۡ ‫عنَّا َو‬ َ ‫ف‬ ُ ‫ٱع‬ ۡ ‫لَنَا بِ ِِۖۦه َو‬
Artinya : 286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau
bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.
Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah
Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".

7. Akad. Konsep dasar secara implementatf BMT adalah seluruh akad-


akad pada tuntutan Fikih Muamalah yang ditindaklanjuti oleh fatwa DSN
atau Dewan Syariah Nasional, yaitu akad Mudharaba,h Murabahah,
Musyarakah, Ijarah dan lain-lain. Pemahaman terhadap akad-akad
tersebut harus diikuti dengan pemahaman rukun dan syaratnya akad, dan
lebih jauh dari itu harus diikuti dengan pemahaman halal dan haram pada
objek. Sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an surat Al-
Maa’idah (5) Ayat 90:
َ ٰ ‫ش ۡي‬
ُ‫ط ِن فَٱجۡ تَنِبُوه‬ ٞ ‫صابُ َو ۡٱۡل َ ۡز ٰلَ ُم ِر ۡج‬
َ ‫س ِم ۡن‬
َّ ‫ع َم ِل ٱل‬ َ ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓواْ ِإنَّ َما ۡٱلخَمۡ ُر َو ۡٱل َم ۡيس ُِر َو ۡٱۡلَن‬
٩٠ َ‫َل َع َّل ُك ۡم ت ُ ۡف ِل ُحون‬
Artinya : 90. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
Lembaga Keuangan Syariah 411

panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-


perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.

Demikian juga adanya larangan zina sebagaimana Allah SWT


berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-Israa’ (17) Ayat 32:
٣٢ ‫س ِب ّٗيًل‬ َ ‫ٱلزن ِٰۖ َٓى ِإنَّ ۥهُ َكانَ ٰفَحِ ش َّٗة َو‬
َ ‫سا ٓ َء‬ ِ ْ‫َو ََّل ت َۡق َربُوا‬
Artinya : 32. Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.

Diantara larangan pada ayat tersebut di atas adalah batasan akad


objek pembiayaan BMT, disamping juka larangan riba, gharar dan maiysir.

8. Perputaran harta. Al-Qur’an mengajarkan distribusi kekayaan


berputar secara adil, yaitu perputaran harta kekayaan di semua lapisan
masyarakat termasuk pada orang-orang miskin. Demikian firman Allah
SWT pada surat Al-Hasyr (59) Ayat 7:
‫ِين َو ۡٱب ِن‬
ِ ‫سك‬ َ ٰ ‫سو ِل َو ِلذِي ۡٱلقُ ۡربَ ٰى َو ۡٱليَ ٰتَ َم ٰى َو ۡٱل َم‬ ُ ‫ِلر‬ ِ َّ ِ َ ‫سو ِلِۦه مِ ۡن أ َ ۡه ِل ۡٱلقُ َر ٰى‬
َّ ‫لِلَف َول‬ ُ ‫علَ ٰى َر‬ َّ ‫َّما ٓ أَفَا ٓ َء‬
َ ُ‫ٱَّلل‬
ُ‫ع ۡنه‬
َ ‫سو ُل َف ُخذُوهُ َو َما نَ َه ٰى ُك ۡم‬ َّ ‫م َو َما ٓ َءات َ ٰى ُك ُم‬ٞۚۡ ‫سبِي ِل ك َۡي ََّل يَ ُكونَ دُولَ ُۢةَ بَ ۡينَ ۡٱۡل َ ۡغنِيَآءِ مِ ن ُك‬
ُ ‫ٱلر‬ َّ ‫ٱل‬
٧ ‫ب‬ ِ ‫شدِيدُ ۡٱل ِعقَا‬ ِۖ َّ ْ‫اْ َوٱتَّقُوا‬ٞۚ ‫فَٱنت َ ُهو‬
َّ ‫ٱَّللَ إِ َّن‬
َ َ‫ٱَّلل‬
Artinya : 7. Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka
adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu
jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
412 Lembaga Keuangan Syariah

Demikian juga Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an tentang


pendistribusian harta pada Surat At-Taubah (9) Ayat 60:
َ‫ب َو ۡٱل ٰغَ ِرمِ ين‬ ِ ‫علَ ۡي َها َو ۡٱل ُم َؤلَّفَ ِة قُلُوبُ ُه ۡم َوفِي‬
ِ ‫ٱلرقَا‬ َ َ‫ِين َو ۡٱل ٰعَمِ لِين‬
ِ ‫سك‬ َ ٰ ‫صدَ ٰقَتُ ل ِۡلفُقَ َرآءِ َو ۡٱل َم‬ َّ ‫۞إِنَّ َما ٱل‬
٦٠ ‫ِيم‬ٞ ‫علِي ٌم َحك‬ َ ُ‫ٱَّلل‬ ِ ٓۗ َّ َ‫ض ّٗة ِمن‬
َّ ‫ٱَّلل َو‬ َ ‫سبِي ِۖ ِل فَ ِري‬َّ ‫ٱَّلل َو ۡٱب ِن ٱل‬
ِ َّ ‫سبِي ِل‬
َ ‫َوفِي‬
Artinya : 60. Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Dengan peran dan fungsi BMT menjadi salah satu distribusi


perputaran harta benda dengan mekanisme sesuai syariah agar harta
tersebut tidak hanya berputar di antara orang-orang kaya. Sehingga
secara nyata Allah SWT menghendaki adanya kegiatan ekonomi yang
produktif, sehingga mampu memberikan dampak positif yaitu
kemakmuran bersama dan koridor jarak antara yang kaya-miskin pada
batas toleransi yang dapat dimaklumi.

9. Badan hukum BMT. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor


6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha
Berdasarkan Prinsip Syariah pada Pasal 2 menyatakan bahwa bentuk
hukum suatu bank dapat merupa perseroan terbatas, Koperasi dan
perusahaan daerah. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bahwa badan hukum BMT adalah badan hukum Koperasi, maka tidak
menutup kemungkinan dikemudian hari BMT dapat berubah menjadi
bank syariah pada skala nasional dan internasional. Akan tetapi di dalam
Lembaga Keuangan Syariah 413

tubuh BMT harus melibatkan DSN atau Dewan Syariah Nasional yang
menurut peraturan atau regulsi yang berlaku pada penjelasan Pasal 27
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6 tahun 2004 bahwa dalam
melaksanakan tugasnya DSN atau Dewan Pengawas Syariah dpat meminta
dokumen dan penjelasan langsung dari satuab kerja bank serta dalam
pembahasan komite pembiayaan. Dengan demikian badan hukum BMT
dalam bentuk Koperasi diuntungkan secara kelembagaan, karena
mempunyai akses lebih luas dan mempunyai kapasitas hukum yang baik.

10. Dekopin. Wadah tunggal gerakan Koperasi secara nasional adalah


Dekopin, yang keanggotaannya saat ini diperkirakan berjumlah 35 juta
orang di seluruh Indonesia dengan perincian 486 Dekopinda, 33
Dekopinwil, 60 Induk Koperasi yang salah satunya adalah BMT. Sehingga
BMT diuntungkan secara kelembagaan sejajar dengan Koperasi di seluruh
Indonesia serta mempunyai hak suara di Dekopin. BMT juga mempunyai
akses pasar yang luas meliputi Koperasi Perusahaan, Koperasi Pabrikan,
Koperasi Awak Maskapai Penerbangan, Koperasi Angkutan, Koperasi
Pasar, Kopotren, Koperasi Batik dan lain-lain. Oleh sebab itu BMT harus
bisa mengambil kesempatan di dalam jaringan usaha Koperasi. Untuk Itu
tantangan berat BMT adalah kesiapan SDM dan akses permodalan.
Payung hukum BMT adalah Undang-Undang Nomor 25 tahun 2002
tentang Perkoperasian. Maka BMT di bawah pembinaan Kementerian
Koperasi, sehingga semua kebijakan pemerintah tentang UMKM dan
Koperasi BMT mendapat fasilitas kemudahan seperti dana KUR, LPDB, CSR
dan lain sebagainya.
414 Lembaga Keuangan Syariah

11. SHU atau Sisa Hasil Usaha adalah akumulasi di seluruh keuntungan
BMT dalam satu tahun buku. Berdasarkan Pasal 45 Undang-Undang
Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian mengatakan bahwa
perolehan SHU tersebut setelah dikurangi dengan biaya, penyusutan,
pajak dan lain-lain. Kemudian SHU tersebut dibagikan kepada anggota
sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota.
Biasanya prosentase pembagian SHU diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga akan tetapi Rapat Anggota dapat mengambil keputusan secara
teknis tentang pembagian tersebut. Secara empiris kemajuan dan
perkembangan BMT dapat dilihat dari kenaikan SHU setiap tahunnya,
disamping itu juga dapat dilihat dari rasio laporan keuangan BMT saat
tutup buku yang meliputi rasio likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas yang
artinya rasio likuiditas adalah mengukur kemampuan BMT untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek, rasio rentabilitas adalah
kemampuan BMT untuk menghasilkan pada periode waktu tertentu.
Adapun rasio solvabilitas adalah kemampuan BMT untuk memenuhi
kewajibannya baik jangka pendek atau jangka panjang.

12. RAT atau Rapat Anggota Tahunan BMT yang dilaksanakan sekali pada
tahun buku merupakan pemegang kekuasaan tertinggi. Harus diketahui
bahwa perangkat organisasi BMT yang berbadan hukum Koperasi ada tiga,
yaitu Rapar Anggota, Pengurus dan Pengawas. Adapun fungsi dari Rapat
Anggota untuk menetapkan :
a. Anggaran Dasar BMT dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan Anggaran Dasar tersebut.
Lembaga Keuangan Syariah 415

b. Kebijaksanaan umum dan tata kelola BMT yang menyangkut


bidang organisasi, manajemen dan pengembangan usaha serta
investasi.
c. Pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian pengurus dan
pengawas dan lain-lain.
d. Pengesahan laporan pertanggungjawaban pengurus dan
pengawas pada periode tertentu.
e. Pembagian SHU.
f. Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja BMT
pada satu tahun buku kedepan.
g. Penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran
Koperasi.
Dengan demikian segala sesuatu yang ditetapkan oleh Rapat Anggota
adalah keputusan mutlak yang tidak bias diintervensi oleh pihak
manapun.

Perjalanan panjang BMT untuk berperan aktif dan dinamis dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan masyarakat terdapat kendala
yang harus dicarikan solusinya agar BMT lebih produktif, hambatan tersebut
meliputi :
1. SDM atau Sumber Daya Manusia. Jika dilihat dari kualitas dan tingkat
profesionalisme BMT masih sangat dirasakan terbatas, artinya tingkat
pendidikan, akses yang terbuka pada semua sektor usaha belum optimal
terjangkau oleh SDM-BMT.
2. Akses permodalan BMT masih terbatas sehingga unit-unit usaha dan
pembiayaan serta ivestasi BMT belum optimal,padahal lembaga keuangan
416 Lembaga Keuangan Syariah

perbankan dan LPDB siap untuk membantu. LPDB adalah Lembaga


Pengelola Dana Bergulir yang dibawah kontrol Kementerian Koperasi
menyiapkan dana yang cukup besar untuk pengembangan usaha yang
berbadan hukum Koperasi.
3. Secara regulasi hingga saat ini belum ada undang-undang yang
khusus mengatur tentang BMT, sehingga ada semacam kegamangan
dalam usaha dan investasi.
4. Daya saing pasar dan akses pasar BMT dapat dioptimalkan melalui
jalur-jalur informal yaitu pesantren, perkumpulan pengajian, kampus-
kampus yang berlatar belakang agama, akan tetapi “market share” hingga
saat ini belum optimal karena basic dari organisasi tersebut pada skala
ekonomi yang terbatas. Untuk itu harus ada cara-cara terobosan dan
langkah-langkah strategis guna meningkatkan daya saing pasar BMT. Ada
istilah lama “di mana ada gula, di sana ada semut”. Sehingga hepotesa
secara ekonomi yang dapat dibangun adalah jika BMT dapat memobilisasi
dana masyarakat secara luas dan dalam jumlah besar maka keuntungan
BMT akan meningkat, karena aspek pelayanan pembiayaan dan investasi
mengalami pertumbuhan secara jumlah proyek dan peningkatan modal
kerja. Dengan demikian daya saing pasar BMT sangat dipengaruhi oleh
kemampuan pengurus BMT mengakses permodalan yang bersumber dari :
a. Simpanan anggota.
b. Simpanan sukarela masyarakat.
c. Bantuan pemerintah.
d. Perbankan syariah.
e. Sumber lain yang sah.
Lembaga Keuangan Syariah 417

G. BANK SYARIAH.
Aspek regulasi yang menekankan pada legitimasi hukum yang mengatur
tentang prinsip Mudharabah atau bagi hasil tercantum pada Undang-Undang
Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan pada Pasal 6 yang menyatakan bahwa
bank umum dan bank perkreditan rakyat menyediakan pembiayaan bagi
nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil kemudian legitimasi ini dipertegas
dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998. Kemudian secara tegas
ketentuan dan operasional bank syariah diatur dalam Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Akan tetapi secara teknis
operasional, akad-akad dan ketentuan umum produk lainnya diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 tentang akad penghimpunan
dan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah. Kemudian hal yang perlu diperhatikan juga adalah
fatwa DSN Nomor 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha
Dalam Lembaga Keuangan Syariah, dan masih banyak lagi regulasi tentang
prinsip-prinsip syariah, operasionalnya dan tata kelola secara menyeluruh,
akan tetapi garis sepadannya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.
LKS atau lembaga keuangan syariah saat ini yang terintegrasi secara
sempurna atau mendekati sempurna pada aspek jaringan atau network,
market share dan pengaruhnya terhadap kehidupan berbangsa dan negara
adalah bank syariah bila dibandingkan dengan jenis lembaga keuangan syariah
lainnya. Untuk itu di banyak negara menaruh perhatian besar terhadap
perkembangan dan pertumbuhan bank dengan prinsip bagi hasil atau
Mudharabah. Kenyataan ini menjadikan bank syariah pada posisi strategis
terutama bila dikaitkan dengan mobilisasi dana masyarakat dunia yang
418 Lembaga Keuangan Syariah

utamanya bersumber dari negara Timur Tengah yang kaya dengan minyak.
Peran dan fungsi bank syariah menjadi partner strategis bank konvensional
dengan prinsip kerja bunga. Untuk itu tidak menutup kemungkinan masyarakat
dunia lebih condong untuk menjadi nasabah bank syariah karena kompensasi
perhitungan berdasarkan pada keuntungan atau profit margin dan bukan
berdasarkan pokok pinjaman. Demikian juga apabila terjadi risiko kerugian
usaha atau perdagangan investasi akan ditanggung secara proporsional antara
pemilik modal atau Shahibul Maal dan nasabah atau perusahaan sebagai
Mudlarib.
Konsep dasar ekonomi syariah yang berfungsi sebagai pembeda dengan
ekonomi konvensional dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Kegiatan ekonomi adalah sebagai bagian dari ibadah atau “ghairu
mahdlah”, yaitu ibadah umum yang meliputi semua aspek kehidupan,
yaitu aspek sosial, ekonomi, politik, budaya, seni, dan lain sebagainya
Sehingga cakupan ibadah ghairu mahdlah sangat luas dan bukan hanya
terbatas ibadah ritual di masjid, manasyah dan lain-lain.
2. Ketaqwaan atau ketaatan pada aturan transaksi ekonomi merupakan
pilar utama. Taqwa adalah pilar utama dalam kehidupan sebagaimana
Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Thaahaa (20) Ayat 132:
١٣٢ ‫علَ ۡي َه ِۖا ََّل ن َۡسَٔٔ لُكَ ِر ۡز ّٗق ِۖا نَّ ۡح ُن ن َۡر ُزقُ ۗٓكَ َو ۡٱل ٰ َع ِقبَةُ لِلت َّ ۡق َو ٰى‬ َّ ‫َو ۡأ ُم ۡر أ َ ۡهلَكَ ِبٱل‬
َ ۡ‫صلَ ٰوةِ َوٱص‬
َ ‫ط ِب ۡر‬
Artinya : 132. Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat
dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki
kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang
baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.
Lembaga Keuangan Syariah 419

Dengan demikian manifestasi taqwa secara nyata adalah ketaatan


transaksi ekonomi yang berdasarkan ketentuan Al-Qur’an dan Hadist.

3. Uang bukan komoditi tetapi murni sebagai alat tukar. Artinya dalam
ekonomi syariah tidak dibenarkan adanya jual beli uang. Dampak paling
besar dari aturan ini adalah melindungi terjadinya eksploitasi antar
negara, terutama pada transaksi internasional tidak ada nilai kurs mata
uang sehingga perekonomian berjalan seimbang dan adil.

4. Ekonomi syariah tidak mengakui adanya konsep “time value of


money”, sehingga nilai uang saat ini dan pada waktu mendatang sama,
tidak ada inflasi. Kondisi ini akan terlaksana apabila dasar perhitungan
mata uang emas atau Dinar. Sehingga harga domba pada zaman
Rasulullah 14 abad yang lalu bernilai 1 Dinar dan hingga saat ini harga
domba tetap 1 Dinar, dan menjadi sangat berbeda jika mata uang dengan
dasar bahan yang kertas, maka akan terjadi inflasi yang berdampak
kenaikan harga pada setiap komoditi dan tidak hanya harga domba saja.

5. Tidak boleh adanya praktik ekonomi atas dasar curang atau tidak
jujur. Sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-
Muthaffifiin (83) Ayat 1, 2 dan 3:
‫ َوإِذَا كَالُوه ُۡم أَو َّوزَ نُوه ُۡم‬٢ َ‫اس يَسۡ ت َۡوفُون‬ َ ْ‫ ٱلَّذِينَ إِذَا ۡٱكت َالُوا‬١
ِ َّ‫علَى ٱلن‬ َ ‫ل ل ِۡل ُم‬ٞ ‫َو ۡي‬
َ‫ط ِففِين‬
٣ َ‫ي ُۡخس ُِرون‬
Artinya : 1. Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang
2. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain
mereka minta dipenuhi,
420 Lembaga Keuangan Syariah

3. dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain,


mereka mengurangi.

6. Dilarang adanya praktik spekulasi, eksploitasi, monopoli, riba, gharar


dan maisyir. Serta objek bisnis harus pada usaha atau investasi yang halal
menurut fiqih muamalah, artinya pada lembaga keuangan ekonomi
syariah mengedepankan aspek kemurnian dan kesucian harta dan bukan
pada besarnya keuntungan dan juga dilarang merugikan orang lain.
Dengan demikian pada akhirnya sesama pelaku ekonomi diposisikan
sebagai sahabat atau relasi yang saling memberi manfaat, bukan
memposisikan sebagai pesaing atau lawan tanding.

7. Harta harus berputar melalui mekanisme yang halal, tidak boleh


harta hanya berputar diantara orang kaya saja. Pada posisi ini letak
pentingnya lembaga keuangan syariah untuk memobilisasi dana umat
kemudian menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan
dan investasi dengan akad Mudharabah, Murabahah, Musyarakah dan
lain-lain. Dengan demikian agama Islam mendorong adanya transaksi
ekonomi masyarakat dalam menjalankan fungsinya sebagai khalifah fil
ard, Al-Qur’an mengatakan bahwa Allah tidak akan merubah nasib suatu
kaum sehingga mereka berkehendak untuk berusaha merubahnya.
Artinya rezeki atau harta harus dicari, diusahakan dan difikirkan
strateginya, karena harta itu tidak turun dari langit. Allah SWT berfirman
dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ra’d (13) Ayat 11:
ْ‫ٱَّلل ََّل يُغ َِي ُر َما ِبقَ ۡو ٍم َحتَّ ٰى يُغ َِي ُروا‬
َ َّ ‫ٱَّلل ِإ َّن‬ ُ َ‫ت ِم ُۢن َب ۡي ِن َيدَ ۡي ِه َومِ ۡن خ َۡل ِفِۦه َي ۡحف‬ٞ ‫لَ ۥهُ ُم َع ِق ٰ َب‬
ِ ٓۗ َّ ‫ظونَ ۥهُ مِ ۡن أ َ ۡم ِر‬
١١ ‫ۥهُ َو َما لَ ُهم ِمن دُو ِنِۦه مِ ن َوا ٍل‬ٞۚ َ‫س ٓو ّٗءا فَ ًَل َم َردَّ ل‬ َّ َ‫َما ِبأَنفُ ِس ِه ۡ ۗٓم َو ِإذَآ أ َ َراد‬
ُ ‫ٱَّللُ ِبقَ ۡو ٖم‬
Lembaga Keuangan Syariah 421

Artinya : 11. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya


bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.

8. Landasan tauhid. Seluruh aktivitas makhluk di bumi ini dan


penciptaan langit dan bumi serta alam raya ini dalam pandangan Islam
adalah penjabaran mutlak dari pancaran tauhid, artinya Kemahaesaan
Allah SWT Tuhan Maha Berkehendak yang mengatur semua alam jagat
raya ini serta menentukan hasil dari aktivitas ekonomi semua atas
kehendak Allah SWT. Untuk itu harus ada keyakinan yang ditancapkan hati
semua pelaku ekonomi bahwa manusia terbatas berdoa dan berusaha.
Adapun semua keputusan hasil berada pada kekuasaan Allah SWT.
Landasan tauhid dapat menjiwai semua pelaku ekonomi sehingga pada
setiap transaksi merasa dan yakin diawasi oleh Allah SWT, dengan
demikian semua pelaku ekonomi bersikap jujur dan adil serta tidak akan
melakukan kecurangan. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al-
Qur’an Surat Al-Mu’minuun (23) Ayat 1 sampai 11:
٣ َ‫ع ِن ٱللَّ ۡغ ِو ُمعۡ ِرضُون‬ َ ‫ َوٱلَّذِينَ ه ُۡم‬٢ َ‫ص ًَلتِ ِه ۡم ٰ َخ ِشعُون‬ َ ‫ ٱلَّذِينَ ه ُۡم فِي‬١ َ‫قَ ۡد أَ ۡفلَ َح ۡٱل ُم ۡؤمِ نُون‬
‫علَ ٰ ٓى أَ ۡز ٰ َو ِج ِه ۡم أ َ ۡو َما َملَك َۡت‬
َ ‫ إِ ََّّل‬٥ َ‫ظون‬ ُ ‫وج ِه ۡم ٰ َح ِف‬ِ ‫ َوٱلَّذِينَ ه ُۡم ِلفُ ُر‬٤ َ‫ِلزك َٰوةِ ٰفَ ِعلُون‬َّ ‫َوٱلَّذِينَ ه ُۡم ل‬
ٓ
‫ َوٱلَّذِينَ ه ُۡم ِۡل َ ٰ َم ٰنَتِ ِه ۡم‬٧ َ‫ َف َم ِن ۡٱبتَغ َٰى َو َرآ َء ٰذَلِكَ َفأ ُ ْو ٰ َلئِكَ ُه ُم ۡٱلعَادُون‬٦ َ‫أ َ ۡي ٰ َمنُ ُه ۡم َفإِ َّن ُه ۡم غ َۡي ُر َملُومِ ين‬
ٓ
َ‫ ٱ َّلذِين‬١٠ َ‫ أ ُ ْو ٰ َلئِكَ هُ ُم ۡٱل ٰ َو ِرثُون‬٩ َ‫ظون‬ ُ ِ‫ص َل ٰ َوتِ ِه ۡم يُ َحاف‬
َ ‫ع َل ٰى‬َ ‫ َوٱ َّلذِينَ ه ُۡم‬٨ َ‫عهۡ ِده ِۡم ٰ َرعُون‬ َ ‫َو‬
َ ‫َي ِرثُونَ ۡٱلف ِۡردَ ۡو‬
١١ َ‫س ه ُۡم فِي َها ٰ َخ ِلدُون‬
422 Lembaga Keuangan Syariah

Artinya : 1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,


2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,
3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna,
4. dan orang-orang yang menunaikan zakat,
5. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka
miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
7. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-
orang yang melampaui batas.
8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan janjinya.
9. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.
10. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,
11. (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di
dalamnya.

Kerangka besar sistem perbankan secara umum untuk menjaga kestabilan


moneter yang salah satu instrumennya adalah menjaga nilai kurs mata uang.
Bank Indonesia yang salah satu peran dan fungsinya adalah menentukan
kebijakan moneter untuk stabilitas rupiah dengan cara mengendalikan jumlah
mata uang beredar serta menjaga mekanisme transaksi perbankan yang
dinamis dan harmonis tanpa adanya gejolak. Adapun yang dimaksud dengan
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah bebas riba adalah penyediaan uang
atau tagihan berdasarkan kesepakatan atau “An Taradin Minkum” dengan
mekanisme bagi hasil atau dengan akad Mudharabah. Adapun yang dikatakan
Lembaga Keuangan Syariah 423

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia sebagai lembaga


negara yang independen dan bebas dari campur tangan pemerintah dan pihak-
pihak lain. Dengan demikian Bank Indonesia sebagai otoritas yang bertugas
untuk stabilitas nilai rupiah.
Prinsip dasar operasional bank syariah dalam merespon perkembangan
perekonomian secara umum yaitu perkembangan tuntutan masyarakat dan
perkembangan regulasi maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Latar belakang berdirinya bank syariah berangkat dari niat untuk
melakukan syariat Islam pada aspek ekonomi, sehingga semua mekanisme
transaksi harus sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan Hadits. Sehingga
bank syariah tidak hanya mencari untung semata tetapi juga mencari
ridho Allah SWT.
2. Prinsip bagi hasil adalah dasar perhitungan keuntungan bank syariah,
artinya profit margin dihitung bukan dari pokok pinjaman-pembiayaan
tetapi dihitung berdasarkan hasil usaha atau keuntungan secara
proporsional antara Shahibul Maal atau pemilik modal dengan
perusahaan sebagai pelaksana proyek atau Mudlarib. Demikian juga
terdapat porsi risiko dari kegagalan investasi, sehingga terjadi keadilan
ekonomi.
3. Kompensasi hadiah atau fee atau jasa atas layanan yang dilakukan
oleh bank syariah selain pembiayaan seperti layanan dalam bentuk bank
garansi, pembukaan L/C, jasa transfer, ATM dan layanan valuta asing.
4. Prinsip dasar pembiayaan atau investasi menggunakan akad
Mudharabah, Murabahah, Musyarakah, Wadiah, Ijarah, Qard, Wakalah
424 Lembaga Keuangan Syariah

dan lain-lain, akan tetapi setiap transaksi bank syariah selalu mendapat
bimbingan dan fungsi kontrol dari DSN atau Dewan Syariah Nasional.
5. Objek pembiayaan dan investasi harus pada usaha yang halal, artinya
tidak diperbolehkan untuk objek yang dilarang oleh agama, seperti
membangun pabrik minuman keras, peternakan babi, tempat perjudian
atau tempat pelacuran. Dengan demikian objek usahanya harus “Halalan
Toyyiban”, demikian juga dilarang adanya praktik monopoli, eksploitasi
dan hal-hal lain yang merugikan masyarakat.
6. Produk perbankan syariah yang saat ini banyak dibutuhkan
masyarakat secara umum dan masyarakat pelaku ekonomi meliputi :
a. Mobilisasi dana masyarakat, yaitu produk bank syariah untuk
sumber dana dari masyarakat berupa simpanan giro, deposito dan
tabungan yang secara spesifik berupa “giro wadiah” yang utamanya
adalah dalam bentuk titipan “wadiah yad dhamanah” yang
mempunyai konsekuensi bank dapat mempergunakan dana tersebut.
Akad jenis ini dapat ditarik oleh nasabah kapan saja, kekhususan
pada hal ini adalah jika bank syariah mendapatkan keuntungan dari
pengelolaan dana tersebut maka nasabah akan memperoleh
kompensasi keuntungan, tetapi jika terjadi kerugian maka nasabah
tidak mendapat risiko kerugian, akan tetapi segala bentuk
kemungkinan dan pengembangan atau situasi dalam kondisi di
lapangan harus dibicarakan lebih awal dan harus ada kesepakatan
para pihak sehingga tidak terjadi perselisihan atau pertentangan para
pihak di kemudian hari.
Lembaga Keuangan Syariah 425

“Deposito Mudharabah” adalah produk bank syariah untuk


simpanan nasabah yang bisa ditarik terhadap dana tersebut pada
waktu yang diperjanjikan “profit and loss sharing” berlaku pada akad
ini. Artinya nasabah yang bertindak sebagai Shahibul Maal
memperoleh kemungkinan keuntungan tetapi juga memperoleh
risiko kerugian. Demikian juga untuk produk bank syariah dengan
akad “Tabungan Mudharabah” hampir sama dengan produk
deposito, akan tetapi dapat diambil sewaktu-waktu oleh nasabah,
sehingga nisbah bagi hasil yang akan dihitung berdasarkan saldo rata-
rata. Ada juga produk “Tabungan Haji Mudharabah” atau “Tabungan
Haji Wadiah”, keduanya mempunyai konsekuensi yang berbeda
sesuai dengan kesepakatan para pihak untuk diperjanjikan diawal
dan secara tertulis. Sedangkan ketentuan rukun dan syaratnya
mengikuti pola dari fiqih muamalah. Secara prinsip akad yang sudah
sepakati tidak boleh dirubah secara sepihak, artinya bila ada
perubahan akad maka para pihak harus menjalin kesepakatan secara
bersama.
b. Produk bank syariah untuk dana atau pembiayaan yang meliputi
“pembiayaan Mudharabah” atau disebut dengan “trusty financing”,
yaitu pembiayaan modal investasi atau modal kerja secara penuh.
Pada akad ini nasabah sebagai mudharib dan bank syariah sebagai
Shahibul Maal. Nasabah menyiapkan proyek dan manajemen dengan
perjanjian waktu tertentu, keuntungan dan kerugian dibagi secara
proporsional atas dasar kesepakatan para pihak. Ada dua pembagian
akad, yaitu :
426 Lembaga Keuangan Syariah

1)Mudharabah Mutlaqah.
2)Mudharabah Muqayyadah.
Pada akad Mudharabah Mutlaqah, nasabah mempunyai
kebebasan pada bidang apa saja untuk berinvestasi. Sedangkan pada
akad Mudharabah Muqayyadah , nasabah hanya boleh berinvestasi
pada jenis usaha tertentu sesuai dengan kesepakatan para pihak.
Dengan demikian ada akad ini semua pihak mempunyai kemungkinan
potensi profit dan mempunyai kemungkinan potensi kerugian, dan
semua potensi kemungkinan tersebut harus dibicarakan di awal akad.
Pembiayaan Musyarakah adalah jenis pembiayaan gabungan
pemodal yang tidak hanya dalam bentuk uang tetapi dapat dalam
bentuk lain tetapi fokus pada satu jenis usaha. Dengan demikian pada
akad ini terdapat persekutuan modal kerja sama dengan porsi
masing-masing yang ditentukan di awal akad. Sebagai
konsekuensinya maka porsi potensi kemungkinan keuntungan dan
kemungkinan risiko kerugian diatur untuk kesepakatan para pihak,
yaitu antara bank syariah dan nasabah.
Pembiayaan bank syariah dalam bentuk Murabahah yaitu jenis
pembiayaan untuk tujuan membeli barang. Prosedur baku yang
terjadi biasanya barang sebagai objek akad atas nama nasabah akan
tetapi surat tanda bukti kepemilikan ditahan oleh bank syariah
sampai nasabah melunasi pinjaman. Bank syariah memperoleh
untung dari selisih harga beli barang dan harga jual barang yang
disepakati sebelumnya oleh para pihak, sehingga antara bank syariah
Lembaga Keuangan Syariah 427

dan nasabah terdapat keterbukaan informasi antaar harga jual dan


harga beli.
Pembiayaan bank syariah dalam bentuk akad “Istishna”, yaitu
jenis pembiayaan pada produk manufaktur yang biasanya pada
sektor UMKM dan Koperasi berupa barang pesanan yang
karakteristik dan jenisnya ditentukan sebelum terjadinya akad. Pihak
produsen yang memproduksi jenis barang dapat ditentukan oleh
bank syariah tetapi dapat juga disebabkan oleh nasabah dan selama
dalam proses akad para pihak tidak diperbolehkan untuk merubah
karakteristik dan jenis barang yang dipesan secara sepihak.
Jenis pembiayaan bank syariah dalam bentuk akad “Sewa-Beli”
atau disebut juga dengan istilah “IMBT – Ijarah Muntahiyyah Bi
Tamlik”, jenis akad ini sering digunakan pada KPR atau Kredit
Perumahan yaitu jenis akad pada pembiayaan objek akad dan
nasabah diijinkan untuk manfaatkan nilai guna objek dengan cara
menyewa dan sekaligus mengangsur atau mencicil pokok objek,
sehingga pada akhirnya akan menjadi kepemilikan nasabah atas
objek akad.
Produk bank syariah pada akad “Hiwalah” atau dalam istilah
perbankan sering disebut dengan istilah “giro mundur”, akan tetapi
dalam istilah fiqih muamalah adalah pengalihan hutang. Nasabah
yang berperan sebagai supplier barang memperoleh atau mendapat
piutang barang yang belum jatuh tempo tetapi perusahaan
memerlukan modal untuk produksi barang lagi. Keperluan modal
produksi selanjutnya diajukan pembiayaan pada bank syariah. Pada
428 Lembaga Keuangan Syariah

kondisi seperti ini antara bank syariah dan nasabah supplier


menggunakan akad “Hiwalah”, dan pihak bank memperolah profit
margin dari bagian keuntungn supplier terebut dengan porsi yang
disepakati oleh para pihak. Fee atas pemindahan piutang tersebut
harus diperjanjikan secara tertulis dengan disertai porsi keuntungan,
akad seperti ini sering terjadi pada sektor UMKM dan Koperasi, akan
tetapi batasan waktu yang diperjanjikan adalah sampai pada
pelunasan piutang tersebut oleh konsumen pada supplier.
“Multiguna” adalah salah satu produk dari akad perbankan
syariah dengan akad “Rahn-Gadai”. Bank syariah memperoleh
imbalan atau fee dari jasa penyimpanan dan perawatan objek akad
“Rahn”, akan tetapi secara empiris akad ini sering terjadi pada
perusahaan gadai syariah.
“Wakalah” adalah produk pada perbankan syariah dengan
mekanisme sebagai berikut: nasabah memberikan kuasa kepada bank
syariah untuk suatu kepentingan tertentu seperti pada pembukaan
L/C, Inkaso atau transfer uang melalui bank. Kompensasi atau fee
diperoleh oleh bank syariah atas terlaksananya proses akad. Syarat
dan rukun akad Wakalah adalah untuk mereka yang sudah mumayyiz
atau kuasa jasmani, rohani dan kemampuan untuk melakukan
kegiatan transaksi ekonomi yang berkonsekuensi secara hukum.
Dengan demikian dapat dikatakan akad Wakalah adalah mewakilkan
atau memberi mandat dari nasabah kepada bank syariah untuk suatu
urusan tertentu pada aspek ekonomi.
Lembaga Keuangan Syariah 429

“Sharf” adalah produk dari perbankan syariah untuk jual-beli


valuta asing atau bisa disebut juga tukar-menukar mata uang yang
berbeda jenis antar negara. Jika penukaran mata uang yang sejenis
misalnya rupiah dengan rupiah atau dolar USA dengan dolar USA,
maka syarat dan rukunnya harus dengan jumlah yang sama tunai.
Pada akad ini bank syariah mendapatkan fee atau kompensasi atau
jasa atas fasilitas pelayanan.
“Kafalah” adalah produk bank syariah yang memposisikan bank
syariah sebagai penjamin atas pembayaran yang menjadi kewajiban
nasabah. Pada posisi ini bank syariah berhak menentukan syarat-
syarat tertentu kepada nasabah dan bank syariah menerima fee atau
kompensasi atau jasa atas pelayanan administrasi pada akad Kafalah
dan semua prosedur, mekanisme serta hak dan kewajiban para pihak
harus disepakati dan diperjanjikan secara tertulis untuk menghindari
terjadinya sengketa atau perselisihan atau ingkar janji di kemudian
hari.
“Ijarah” adalah salah satu produk bank syariah pada akad
“sewa”, artinya bank syariah menyiapkan kebutuhan nasabah baik
dalam bentuk barang, fasilitas tertentu atau jasa. Nasabah
mempunyai kewajiban untuk membayar uang sewa dengan syarat-
syarat yang telah disepakati atau diperjanjikan sebelumnya.
“Qardhl Hasan” adalah bentuk kepedulian bank syariah, karena
produk akad ini murni bersifat sosial. Nasabah hanya diwajibkan
mengembalikan pokok pinjaman tanpa adanya bagi hasil dan tanpa
kompensasi apapun. Nasabah hanya menanggung biaya-biaya atas
430 Lembaga Keuangan Syariah

kepentingan dirinya sendiri. Pada produk akad “Qordlu Hasan” inilah


sebagai bukti bahwa transaksi ekonomi pada bank syariah tidak
hanya fokus mencari untung semata, tetapi ada sisi sosial untuk
membantu masyarakat terutama pada home industry yang
membutuhkan pendampingan.

Secara empiris tidak ada usaha perbankan baik konvensional maupun


syariah yang terbebas dari risiko. Untuk segala upaya mitigasi risiko harus
dilakukan yang salah satu caranya adalah dengan melakukan restrukturisasi
pembiayaan. Adapun regulasi tentang hal ini diatur pada Peraturan Bank
Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi
Bank Syariah Dan Unit Usaha Syariah antara lain mengatakan :
1. Pelaksanaan restrukturisasi mengedepankan prinsip syariah dan
prinsip kehati-hatian serta sebagai bentuk upaya untuk menjaga
kelangsungan usaha bank syariah dan sekaligus sebagai solusi bagi
nasabah yang mengalami kesulitan membayar angsuran yang
kemungkinan disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Kesulitan
pembiayaan dan perlakuan yang baik kepada nasabah sebagaimana
diajarkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (2) Ayat 280:

َ‫ر لَّ ُك ۡم ِإن ُكنت ُ ۡم تَعۡ لَ ُمون‬ٞ ‫صدَّقُواْ خ َۡي‬


َ َ‫ة َوأَن ت‬ٞۚ ٖ ‫س َر‬ ُ ‫َو ِإن َكانَ ذُو‬
َ ‫ع ۡس َر ٖة فَن َِظ َرة ٌ ِإلَ ٰى َم ۡي‬
٢٨٠
Artinya : 280. Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka
berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan
(sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui.
Lembaga Keuangan Syariah 431

2. Pengertian restrukturisasi pembiayaan adalah upaya mitigasi risiko


kredit perbankan dalam rangka membantu nasabah untuk menyelesaikan
kewajibannya. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh adalah :
a. Rescheduling, yaitu penjadwalan ulang, artinya ada perubahan
jadwal pembayaran cicilan hutang atau kewajiban untuk jangka
waktu yang ditentukan sehingga penjadwalan ulang akan dapat
meringankan angsuran yang diharapkan nasabah sebagai Mudlarib
dapat melaksanakan angsuran pada periode ke depan secara tepat
waktu dan tepat jumlah.
b. Reconditioning atau persyaratan kembali, yaitu perubahan
secara keseluruhan terhadap mekanisme dan prosedur serta waktu
dan total angsuran dengan harapan agar nasabah dapat optimal
kembali menjalankan usahanya dan dapat mengangsur pinjaman
kembali dengan satu syarat, yaitu tidak menambah total dari sisa
angsuran.
c. Restructuring atau penataan kembali, yaitu secara menyeluruh
dilakukan kajian komprehensif atau menyeluruh terhadap semua
potensi bisnis nasabah. Analisis ini tidak terbatas pada rescheduling
atau reconditioning dengan kegiatan sebagai berikut : yang meliputi
penambahan dana fasilitas pembiayaan agar bisnis nasabah dapat
bergerak kembali, adanya konversi akan pembiayaan dan dapat juga
dalam bentuk konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah
berjangka waktu menengah serta dapat juga dilakukan konversi
pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan
nasabah. Dengan demikian upaya penyelesaian gagal bayar atau
432 Lembaga Keuangan Syariah

kredit macet secara regulasi ada jalan keluar yang menguntungkan


semua pihak, yaitu antara “Shahibul Maal - Mudlarib”, akan tetapi
rambu-rambunya harus dipegang teguh, yaitu faktor kehati-hatian
dan tetap pada koridor syariah.

3. Restrukturisasi. Ketentuan dan persyaratan sebagai pedoman dan


rambu-rambu kegiatan restrukturisasi adalah sebagai berikut :
restrukturisasi hanya dapat dilakukan atas dasar permohonan secara
tertulis dari nasabah kepada bank syariah. Akan tetapi bank syariah
dilarang melakukan perencanaan atau analisis keuangan restrukturisasi
atas tujuan untuk menghindari hal-hal sebagai berikut :
a. Untuk maksud penurunan penggolongan kualitas pembiayaan.
b. Untuk pembentukan penyisihan penghapusan aktiva yang lebih
besar.
c. Untuk tujuan penghentian pengakuan pendapatan margin atau
Ujrah.

Seluruh aktivitas bank syariah untuk melakukan restrukturisasi harus


tetap memperhatikan fatwa DSN. Sehingga langkah-langkahnya tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. Pemikiran seperti ini penting untuk
mengantisipasi terjadinya kejahatan perbankan dengan memanfaatkan
kebijakan restrukturisasi. Untuk itu faktor kehati-hatian dan fungsi kontrol
atau pengawasan secara ketat penting untuk dilakukan oleh pejabat
terkait.
Lembaga Keuangan Syariah 433

4. Mekanisme kelembagaan, yang meliputi seluruh aktivitas perbankan


syariah yang berkaitan dengan aspek kebijakan dan prosedur
restrukturisasi adalah sebagai berikut :
a. Pelaksanaan SOP atau Standard Operational Procedur untuk
restrukturisasi pembiayaan harus mengikuti perkembangan dan
disetujui oleh direksi dan disetujui oleh DSN atau Dewan Syariah
Nasional serta disetujui juga oleh komisaris.
b. Ketentuan tentang penetapan kualitas pembiayaan yaitu pada
posisi kurang lancer untuk pembiayaan yang sebelum dilakukan
restrukturisasi tergolong diragukan atau macet, demikian juga
kualitas pembiayaan tidak berubah untuk pembiayaan yang belum
dilakukan restrukturisasi tergolong kurang lancer.
c. Kualitas pembayaran menjadi lancar apabila tidak terdapat
tunggakan selama tiga kali periode pembayaran angsuran pokok,
nisbah bagi hasil, fee dan lain-lain secara berturut-turut. Akan tetapi
jika nasabah tidak memenuhi kriteria sesuai dengan yang
diperjanjikan maka kualitas pembiayaan menjadi menurun.
d. Mekanisme dan prosedur serta tata cara restrukturisasi
pembiayaan pada lembaga keuangan syariah adalah sebagai berikut :
1) Untuk pembiayaan dalam bentuk akad piutang Murabahah
atau Istisna dapat direstrukturisasi dengan cara :
a) Rescheduling atau penjadwalan kembali.
b) Reconditioning atau persyaratan kembali.
c) Restructuring atau penataan kembali.
434 Lembaga Keuangan Syariah

2) Untuk pembiayaan dalam bentuk piutang akad Qardh maka


dapat dilakukan restrukturisasi dengan cara :
a) Rescheduling atau penjadwalan kembali.
b) Reconditioning atau persyaratan kembali.
3) Untuk pembiayaan dalam bentuk akad Mudharabah atau
Musyarakah maka dapat melakukan restrukturisasi dengan cara
:
a) Rescheduling atau penjadwalan kembali.
b) Reconditioning atau persyaratan kembali.
c) Restructuring atau penataan kembali.
4) Untuk pembiayaan dalam bentuk Ijarah atau IMBT atau
Ijarah Muntahiyyah Bittamlik dapat dilakukan restrukturisasi
dengan cara :
a) Rescheduling atau penjadwalan kembali.
b) Reconditioning atau persyaratan kembali.
c) Restructuring atau penataan kembali.
5) Khusus untuk pembiayaan multijasa dalam brnuk akad
Ijarah dapat dilakukan restrukturisasi dengan cara :
a) Rescheduling atau penjadwalan kembali.
b) Reconditioning atau persyaratan kembali.
6) Untuk piutang akad Salam dapat di restrukturisasi dengan
cara :
a) Rescheduling atau penjadwalan kembali.
b) Reconditioning atau persyaratan kembali.
c) Restructuring atau penataan kembali.
Lembaga Keuangan Syariah 435

Restrukturisasi pembiayaan pada cara penataan kembali atau


restructuring dalam bentuk konversi pembiayaan menjadi surat berharga
syariah berjangka menengah.
Operasional, prosedur dan tata kelola bank syariah secara khusus diatur
pada Undang-Undang RI Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
yang antara lain mengatakan bahwa :
1. Perbankan syariah adalah salah satu dari sistem perbankan nasional
dengan mengedepankan nilai atau value dalam bentuk konsepsi dan
manifestasinya yang antara lain :
f. Tauhid.
g. Keadilan.
h. Kemanfaatan.
i. Keseimbangan.
j. Keuniversalan.
k. Menjaga akselerasi ekonomi dalam rangka berperan aktif untuk
mewujudkan tujuan pembangunan nasional.

Prinsip perbankan syariah merupakan bagian integral dari semangat


pemerataan hasil-hasil pembangunan yang sekaligus
mengimplementasikan nilai-nilai ajaran Islam aspek ekonomi dengan
harapan semua pihak dapat memperoleh manfaat. Konsep inilah yang
sering disebut dengan Rahmatan Lil Alamin, karena yang memperoleh
manfaat tidak hanya pemodal saja, tetapi semua masyarakat dengan
dasar prinsip demokrasi ekonomi.

2. Syariah compliance atau kepatuhan syariah merupakan bentuk nilai


kontrol dan pembinaan pada kewenangan DSN atau Dewan Syariah
436 Lembaga Keuangan Syariah

Nasional, secara khusus Bank Indonesia membentuk “Komite Perbankan”


yang keanggotaanya secara komposisi berimbang, terdiri dari unsur :
a. Pemerintah - Bank Indonesia.
b. Perbankan syariah.
c. Departemen Agama.
d. Masyarakat.
Kepastian hukum untuk diterapkannya prinsip syariah merupakan
salah satu dasar motivasi para calon nasabah untuk menjadi nasabah bank
syariah. Manfaat strategis pada tata kelola bank syariah antara lain
adalah :
a. Terhindar dari unsur riba, gharar, maisyir, haram dan dzalim.
b. Terpenuhinya fiqih muamalah dalam bentuk akad-akad syariah.
c. Dapat memobilisasi dana masyarakat dengan prinsip bagi hasil.
d. Menjadi factor daya Tarik pemodal asing terutama dana dari
timur tengah.

3. Tata kelola syariah yang menjadi prinsip dasar transaksi perbankan


syariah yaitu kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur :
a. Riba, yaitu penambahan harta yang bersumber dari pendapatan
yang batil yang meliputi :
1) Riba Fadhl, yaitu transaksi pertukaran barang sejenis yang
tidak sama kualitasnya atau kuantitasnya dan waktu penyerahan
tidak tunai.
2) Riba Nasi’ah, yaitu transaksi pembiayaan atau pinjam-
meminjam yang mensyaratkan Mudlarib atau peminjam untuk
Lembaga Keuangan Syariah 437

mengembalikan melebihi dari jumlah yang dipinjam yang


dihitung dari pokok pinjaman karena berjalannya waktu.
b. Maisyir, adalah transaksi yang bersifat tidak pasti atau untung-
untungan (perjudian).
c. Gharar, adalah transaksi dengan objek yang tidak jelas jumlah
dan keberadaannya (jual-beli ikan yang masih dalam air).
d. Haram, adalah objek transaksi dilarang dalam agama Islam.
e. Dzalim, adalah transaksi dengan cara mendlolimi orang lain atau
eksploitasi atau transaksi bersifat monopoli.

4. Mitigasi risiko adalah upaya untuk mengurangi dampak risiko dengan


cara menyebar potensi risiko adalah suatu cara bank syariah untuk
mengatur penyaluran kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
atau dengan pemberian jaminan atau fasilitas lain sehingga tidak terpusat
pada Mudlarib atau debitur tertentu saja. Langkah penyebaran risiko ini
dimaksudkan untuk menjaga kesehatan laporan keuangan bank syariah
yang diantaranya rasio likuidita, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas.

5. Manajemen risiko pada perbankan syariah merupakan tata kelola


risiko yang meliputi serangkaian prosedur dan metodologi untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko sebagai
konsekuensi logis dari operasional perbankan syariah. “know your
customer” atau prinsip mengenal nasabah atau identifikasi nasabah dan
proses edukasi pada nasabah bank sebagai Shahibul Maal atau sebagai
Mudlarib merupakan langkah penting perbankan syariah untuk tata kelola
risiko dan sekaligus sebagai early warning atau mengantisipasi terjadinya
438 Lembaga Keuangan Syariah

risiko yang lebih besar atau mitigasi risiko untuk meminimise dampak
negatif dari risiko tersebut.
Lembaga Keuangan Syariah 439

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia;


Abdullah, Amin 2002, pada Ensiklopedi Dunia Islam, Pemikiran dan Peradaban,
Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve;
Abdullah, Burhanuddin, 2006, Jalan Menuju Stabilitas-Mencapai Pembangunan
Ekonomi Berkelanjutan, Jakarta : LP3ES;
Abdullah, Burhanuddin, 2006, Menanti Kemakmuran Negeri Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama;
Acemoglu, Daron– James A. Robinson, 2015, Mengapa Negara Gagal, Jakarta : PT.
Alex Media Komputindo;
Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir, 2001, Tafsir Ibnu Kasir Juz 5,
Bandung : Sinar baru Algensindo;
Al – Jailani, Syaikh `Abdul Qadir, 2007, a Raihlah Hakikat Jangan Abaikan Syariat
yang diterjemahkan oleh Tatang Wahyudin dari judul aslinya Adab As - Suluk Wa At -
Tawasshul Ila Manazil Al - Mulk, Bandung : Pustaka Hidayah;
Al-Albani, M. Nashiruddin, 2005, Ringkasan Shahih Muslim, Penerjemah: Elly
Latifah, Jakarta : Gema Insani;
Al-Gharyan, Ash-Shadiq Abdurrahman, 2004, Fatwa-Fatwa Muamalah
Kontemporer, Surabaya : Pustaka Progressif;
Ali, Fachry - Bahtiar Effendy, 1986, Merambah Jalan Baru Islam, Bandung : Mizan;
Ali, Maulana Muhammad, 1996, Islamologi, Jakarta : Darul Kutubil Islamiyah;
Ali, Muhammad Aud, 1988, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, Jakarta : UI
Press;
Al-Iskandari, Ibnu Atha’illah, Al-Hikam, 2012, Penerjemah: Imam Firdaus, Jakarta :
Turos Pustaka;
Al-Jamal, Muhammad Abdul Mun’im, 2000, Ensiklopedia Ekonomi Islam,
Penterjemah: Salahuddin Abdullah, Jilid 1, Kuala Lumpur, Dewan Bahasa dan Pustaka;
Al-Jamal, Muhammad Abdul Mur’im, 1997, Ensiklopedia Ekonomi Islam Jilid 2,
Penterjemah: Salahuddin Abdullah, Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka;
Al-Mawardi, Imam - Penerjemah: Khalifurrahman, 2019, Ahkam Sulthaniyah,
Jakarta : QISTHI Press;
440 Lembaga Keuangan Syariah

Al-Qaradhawi, Yusuf, 2004, Halal Haram Dalam Islam, Jakarta : Akbar Media Eka
Sarana;
Al-Qasim, Abu ‘Ubaid, 2009, Al-Amwal-Ensiklopedia Keuangan Publik, Penerjemah:
Setiawan Budi Utomo, Jakarta : Gema Insani;
An-Nawawi, Imam, 2015, Riyadus Shalihin, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar;
Arifin, Bustanul, 2004, Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia, Jakarta : Buku
Kompas;
Ash-Shawi, Muhammad Sholah Muhammad, 2008, Problematika Investasi Pada
Bank Islam, Solusi Ekonomi Islam, Jakarta : Migunani;
Azra, Azyumardi, 2006, Pancasila dan Identitas Nasional Indonesia, dalam buku
Restorasi Pancasila Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas, Bogor :
Perhimpunan Pendidikan Demokrasi;
Basri, Faisal, 2002, Perekonomian Indonesia, Jakarta : Erlangga;
Bastian, Aulia Reza, 2002, Reformasi Pendidikan, Yogyakarta : Lappera Pustaka
Utama;
Basuki, M. Heru, 2022, Civic Education, Jakarta : Fidie Press;
Boediono dan Mubyarto, 1997, Ekonomi Pancasila, Yogyakarta : BPFE;
Chapra, M. Umer, 1985, Sistem Moneter Islam, Jakarta : Gema Insani;
Chapra, M. Umer, 1999, Islam Dan Tantangan Ekonomi, Surabaya : Risalah Gusti;
Collin, ,1988, Kamus Lengkap Ekonomi, Jakarta : Erlangga;
Dimyati, Ahmad, dkk., 1998, Islam dan Koperasi-Telaah Peran Serta Umat Islam
Dalam pengembangan Koperasi, Jakarta : Kopinfo;
Dimyati, Hamdan – Kadar Nurjaman, 2014, Manajemen Proyek, Bandung : CV.
Pustaka Setio;
Djamil, Fathurrahman, 2005, Fikih Muamalah, pada Ensiklopedi Dunia Islam,
Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve;
Djamin, Zulkarenain, 1995, Masalah Hutang Luar Negeri bagi Negara-Negara
Berkembang dan Bagaimana Indonesia Mengatasinya, Jakarta : Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Indonesia;
Djohanputro, Bramantyo, 2008, Manajemen Keuangan Korporat, Jakarta : PT. Mitra
Kesjaya;
Djojohadikusumo, Sumitro, 1994, Perkembangan Pemikiran Ekonomi-Dasar Teori
Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, Jakarta : PT. Pustaka LP3ES;
Lembaga Keuangan Syariah 441

Edukasi Profesional Syariah, 2005, Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah Kontemporer,


Jakarta : Renaisan;
Edukasi Profesional Syariah, 2005, Sistem dan Mekanisme Pengawasan Syariah,
Jakarta : Renaisan;
Eriyatno, 2011, Membangun Ekonomi Komporatif, Jakarta : PT. Alex Media
Komputindo;
Fathoni, Abdullah, 2008, Serat Sejatinig Urip 2, Jakarta : Yayasan Pendidikan Nur
Azza Lestari;
Fathoni, Abdullah, 2010, Disertasi Doktor UIN Sahid Jakarta, Implementasi Ekonomi
Islam dan Dampaknya Pada SHU dan Asset Koperasi, Jakarta;
Fathoni, Abdullah, 2014, Bersama Rakyat TNI Kuat, Jakarta : BPA Pustaka;
Fathoni, Abdullah, 2014, Serat Sejatining Urip 1, Jakarta : Yayasan Pendidikan Nur
Azza Lestari;
Fathoni, Abdullah, 2017, Serat Sejatining Urip 3, Jakarta : Yayasan Pendidikan Nur
Azza Lestari;
Fathoni, Abdullah, 2018, Etika Bisnis Syariah-Bank, Koperasi dan BMT, Jakarta :
Yayasan Pendidikan Nur Azza Lestari;
Fatmawati, Sri, 1999, Bank Sentral-pada buku Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya, Yogyakarta : STIE YKPN;
Fatwa DSN Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April Tahun 2000 tentang
Murabahah;
Fukuyama, Francis, 1992, The End of History and The Last Man, Kemenangan
Kapitalisme dan Demokrasi Liberal, yang diterjemahkan oleh M.H. Amrullah,
Yogyakarta : CV. Qalam;
Fukuyama, Francis, 2005, Memperketat Negara, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama;
Gie, Kwik Kian, 1999, Ekonomi Indonesia dalam Krisis dan Transisi Politik, Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama;
Goldfeld, Sthepen M. dan Lester V. Chandler, 1996, Ekonomi dan Bank, Alih Bahasa:
Danny Hutabarat, Jakarta : Erlangga;
Hasan, Ahmad, 2005, Mata Uang Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada;
Hidayat, Komaruddin, 1994, Tiga Model Hubungan Agama dan Demokrasi dalam
buku Demokratisasi Politik, Budaya, dan Ekonomi, Jakarta : Yayasan Wakaf
Paramadina;
442 Lembaga Keuangan Syariah

Huntington, Samuel P., 2002, Benturan Antar Peradaban, Yogyakarta : CV Qalam;


Ikatan Bankir Indonesia, 2014, Memahami Audit Intern Bank, Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama;
Irawan, Prasetyo dan Tim, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : STIA
Press LAN;
Janwari, Yadi, 2015, Lembaga Keuangan Syariah, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya;
Kaelan, 2010, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta : Paradigma;
Kahf, Monzer, 1995, Ekonomi Islam-Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem
Ekonomi Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar;
Kaisiepo, Manuel, 2006, Pancasila dan Keadilan Sosial : Peran Negara dalam buku
Restorasi Pancasila Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas, Yogyakarta :
Perhimpunan Pendidikan Demokrasi;
Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik
Indonesia Nomor : 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah;
Keraf, A. Sonny, 1998, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Yogyakarta :
Kanisius;
Kerjasama Bank Indonesia dan UII Yogyakarta, 2008, Ekonomi Islam, Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada;
Koentjaraningrat, 1999, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta :
Djambatan;
Komisi Pemberantasan Korupsi-KPK, 2006, Memahami Untuk Membasmi, Jakarta :
KPK;
Koran Jakarta Pos, tanggal 7 Januari 2010;
Koran Kompas, Minggu 2 Juni 2013;
Koran Republika, Selasa 13 September 2011;
Koran Republika, Senin 3 Oktober 2011, 2-4;
Koran Republika, tanggal 1 Juni 2013;
Koran Republika, tanggal 3 Juni 2013;
Kotler, Philip, 1998, Pemasaran Keunggulan Bangsa (The Marketing of Nation),
Jakarta : PT. Prenhallindo;
Lembaga Keuangan Syariah 443

Kuncoro, Mudrajad, 2005, Strategi-Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif,


Jakarta : Erlangga;
Lewis, Mervin K. dan Latifah M. Algaoud, 2007, Perbankan Syariah-Prinsip, Praktik
dan Prospek, Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta;
Lubis, Muhammad Yamin dan Abdul Rohim Lubis, 2013, Kepemilikan Properti Di
Indonesia Termasuk Kepemilikan Rumah Oleh Orang Asing, Bandung : Mandar Maju;
Maarif, Ahmad Syafii, 1985, Islam dan Pancasila sebagai Dasar Negara, (Jakarta :
Pusataka LP3ES;
Madjid, Nurcholis, 2004, Indonesia Kita, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama;
Majid, M. Nazori, 2003, Pemikiran Ekonomi Islam Abu Yusuf, Yogyakarta : PSEI;
Mannan, M. Abdul, 1997, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, Yogyakarta : PT. Dana
Bhakti Wkaf;
Manurung, Jonni, 2009, Ekonomi Keuangan Dan Kebijakan Moneter, Jakarta :
Salemba Empat;
Mardiasmo (Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan), 2009, Kebijakan
Desentralisasi Fiskal di Era Reformasi 2005-2008 pada judul buku Era Baru Kebijakan
Fiskal, Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara;
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1992, Sejarah Nasional
Indonesia jilid dua, Jakarta : Balai Pustaka;
Maryoto, Andreas, 2009, Jejak Pangan Sejarah, Silang Budaya dan Masa Depan,
Jakarta : Buku Kompas;
Masruri, Siswanto, 2005, Humanitarianisme Soedjatmoko, Visi Kemanusiaan
Kontemporer, Yogyakarta : Pilar Media;
Masruri, Siswanto, 2005, Humanitarianisme Soejatmoko, Yogyakarta : Pilar Media;
Masyhuri, 2005, Peran Pemerintah Dalam Perspektif Ekonomi Islam, pada buku
Kebijakan Ekonomi Dalam Islam, Yogyakarta : Kreasi Wacana;
Mubyanto, 1987, Ekonomi Pancasila-Gagasan Dan Kemungkinan, Jakarta : LP3ES;
Mubyanto, 1988, Sistem Dan Moral Ekonomi Indonesia, Jakarta : LP3ES;
Mubyarto, 1987, Ekonomi Pancasila, Yogyakarta: LP3ES;
Mudzar, Atho, 2002, Pendekatan Studi Islam-Dalam Teori Dan Praktiknya,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar;
Muhtar, Moh. Asy’ari, 2018, The Ideal State-Perspektif Al-Farabi Tentang Konsep
Negara Ideal, Yogyakarta : IRCISod;
444 Lembaga Keuangan Syariah

Nadjib, Mochammad, 2006, Etika Kerja Dalam Ajaran dan Pandangan Masyarakat
Islam-pada buku Kajian Teori Ekonomi Dalam Islam, Jakarta : Lipi Press;
Nasution, Mustofa Edwin, dkk., 2007, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta :
Prenada Media Group;
Nataatmaja, Hidayat, Karsa, 1997, Membangun Ilmu Ekonomi Pancasila dalam
buku Ekonomi Pancasila edisi pertama dengan editor Mubyarto dan Boediono yang
saat ini menjabat sebagai Wakil Presiden RI, Yogyakarta : BPFE;
Oktaviani, Rina, 2011, Modal Ekonomi Keseimbangan Umum, Bogor : IPB Press;
Outhwhite, William, 2008, Ensiklopedia Pemikiran Sosial Modern, Jakarta : Kencana
Prenada Media Group;
Pieris, John, Nizam Jim, 2007, Etika Bisnis dan Good Corporate Governance, Jakarta
: Pelangi Cendekia;
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, 1992, Sejarah
Nasional Indonesia jilid satu, Jakarta : Balai Pustaka;
Porter, Michael E. – Agus Maulana, 1980, Strategi Bersaing, Jakarta : Erlangga;
Pramudito, Bambang, 2006 pada Kata Pengantar dari Kitab Negara Kertagama
Yogyakarta : Gelombang Pasang;
Prawironegara, Darsono, 2010, Ekonomi Politik Globalisasi, Jakarta : Nusantara
Consulting;
Purwadi, 2004, Jejak Nasionalisme Gajah Mada, Yogyakarta : Diva;
Purwadi, 2004, Strategi Politik Ken Arok, Yogyakarta : Gelombang Pasang;
Pusjarah TNI, 2003, Sejarah Perang-Perang Nusantara, Jakarta : Pusat Sejarah dan
Tradisi TNI;
Putong, Iskandar, 2005, Ekonomi Mikro, Jakarta : Mitra Wacana Media;
Putra, Windhu, 2018, Perekonomian Indonesia, Depok : PT. Raja Grafindo Persada;
Rahardjo, M. Dawam, 1997, Demokrasi Ekonomi dalam Alam Liberalisasi Ekonomi
dalam buku Liberalisasi Ekonomi dan Politik di Indonesia, Yogyakarta : Pusat
Pengembangan Manajemen FE UII;
Rahardjo, M. Dawam, 2006, Krisis Kapatalisme Global Ilusi Atau Realitas, pada
pengantar buku George Soros, Open Society-Reforming Global Capitalism, Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia;
Rahardjo, M. Dawam, 2011, Nalar Ekonomi Politik Indonesia, Bogor : IPB Press;
Lembaga Keuangan Syariah 445

Raharjo, Iman Toto K., dkk., 2001, Kata Pengantar, Bung Karno dan Wacana Islam,
Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia;
Rasjid, Sulaiman, 1989, Fikih Islam, Bandung : Sinar Baru;
Ridha, Muhammad, 2010, Sirah Nabawiyyah, Penerjemah: Anshori Umar, Jakarta :
Irsyad Baitus Salam;
Rinakit, Soegeng Sarjadi Sukardi, 2006, Memahami Indonesia, Jakarta;
Rivai, Veithzal, dkk., 2007, Bank and Financial Institution Management, Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada;
Rohman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 3, 2002, Yogyakarta : PT. Dana Bhakti
Prima Yasa;
Sanie, Susy Y.R. – Herman, 2012, Teori Ekonomi Mikro Tentang Agama – Pengaruh
Religius Terhadap Perilaku Ekonomi, Jakarta : CV. EFKO Grafika;
Sasmita, Ginanjar Karta, 1996, Pembangunan untuk Rakyat, Jakarta : CIDES;
Sasono, Adi, 2013, Menjadi Tuan di Negeri Sendiri, Pergulatan Kerakyatan,
Kemartabatan dan Kemakmuran, Jakarta : Grafindo Books Media;
Seda, Frans, 2004, Kebijakan APBN Berimbang dan Dinamis-dalam buku Kebijakan
Fiskal, Jakarta : Buku Kompas;
Shihab, M. Quraish, 2002, Tafsir Al-Misbah-Volume 1, Jakarta : Lentera Hati;
Shihab, M. Quraish, 2006, Menabur Pesan Ilahi, Jakarta : Lentera Hati;
Sholahuddin, M., 2007, Asas-Asas Ekonomi Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada;
Sholihin, Ahmad Ifham, 2010, Buku Pintar Ekonomi Syariah, Jakarta : Kompas
Gramedia;
Simbolon, Parakitri T., 2006, Menjadi Indonesia, Jakarta : Buku Kompas;
Sjahdeini, Sutan Remy, 2014, Perbankan Syariah-Produk-Produk dan Aspek-Aspek
Hukumnya, Jakarta : Prenada Media Group;
Skoven, Mark, 2005, Sejarah Pemikiran Ekonomi-Sang Maestro Teori-Teori Ekonomi
Modern, Penerjemah: Tri Wibowo Budi Santoro, Jakarta : Prenada Media;
Soekarno, 1930, Indonesia Menggugat;
Soekarno, 2001, Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme, dalam buku Bung Karno
dan Wacana Islam, Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia;
446 Lembaga Keuangan Syariah

Sri - Edi Swasono, 2005, Ekspose Ekonomika, Mewaspadai Globalisme dan Pasar
Bebas, Yogyakarta : Pusat Studi Ekonomi Pancasila - UGM;
Stiglitz, Joseph E., 2003, Globalisasi dan Kegagalan Lembaga-Lembaga Keuangan
Internasional, Jakarta : PT. Ina Publikatama, 5. Dengan judul asli Globalization and
Discontents, yang diterjemahkan oleh Ahmad Lukman.
Stiglitz, Josept E., 2006, diterjemahkan oleh Aan Suhaeni, Dekade Keserakahan (the
roaring nineties : a new history of the world`s most prosperous decade), Jakarta :
marjin kiri PT. Cipta Lintas Wacana;
Sumawinata, Sarbini, 2004, Politik Ekonomi Kerakyatan, Jakarta, PT. Gamedia
Pustaka Utama;
Sumitro, Markum, 2002, Asa-Asas Perbankan Syariah dan Lembaga-Lembaga
Terkait, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada;
Suryosumarto, Budisantoso, 2001, Ketahanan Nasional Indonesia, Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan;
Susanto, A.B., dkk., Corporate Culture-Orgazation Culture, 2008, Jakarta : The
Jakarta Consulting Group;
Susanto, A.B., dkk., Family Business, 2008, Jakarta : Divisi penerbitan The Jakarta
Consulting Group;
Syafi’I, Imam, 2019, Ar-Risalah-Usul Fikh, Penerjemah: Zainul Maarif, Jakarta : PT.
Rene Turos;
Terry, George R., 2003, Prinsip-Prinsip Manajemen, Penerjemah: J. Smith D.E.M,
Jakarta : PT. Bumi Aksara;
Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith, 2004, Pembangunan Ekonomi di Dunia
Ketiga, Jakarta : Erlangga;
Torado, Michael P. dan Stephen C. Smith, 2009, Pembangunan Ekonomi, Jakarta :
Erlangga;
Tungal, Imam Sjahputra, 2002, Membangun Good Corporate Governance, Jakarta :
Harvarindo;
Umar, Nasaruddin, dalam kolom Hikmah Koran Republika tanggal 27 September
2011;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah;
Utomo, Anif Punto Adi Sasono, 2013, Sang Penggerak Seribu Gagasan, Seribu
Tindakan, Jakarta : Buku Republika;
Lembaga Keuangan Syariah 447

Weston, D. Fred dan Tim, 1999, Manajemen Keuangan, Jakarta : Erlangga;


Winters, Jeffrey A., 1999,Power in Motion, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan;
Yanuariddin, Umi Karomah, 2005, Kebijakan Stabilisasi dan Keadilan Dalam Islam-
pada buku Kebijakan Ekonomi Dalam Islam, Yogyakarta : Kreasi Wacana;
Yatim, Badri, 1993, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada;
Yudhoyono, Susilo Bambang, 2000, Mengatasi Krisis Menyelamatkan Reformasi,
(Jakarta : PUSKAP;
Yusgiantoro, Purnomo, 2014, Ekonomi Pertahanan-Teori Dan Praktik, Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka;
Yustika, Ahmad Erani, 2008, Ekonomi Kelembagaan, Malang : Bayumedia
Publishing;
Zainuddin, Oemar, 2010, Kota Gresik 1896 - 1916, Jakarta : Ruas;
Lampiran 1

DOKUMENTASI KARYA TULIS

NO JUDUL BUKU KETERANGAN


1 - Jumah Halaman : 285
- Kampus : Sekolah Pascasarjana
Universitas Islam negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
- Tahun : 1431H / 2010 M
- Dosen Peguji :
1. Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA
2. Prof. Dr. Fathurahman Djamil, MA
3. Prof. Dr. AbdulHamid, MS
4. Prof. Dr. Bambang Pranowo, MA
Disertasi. 5. Prof. Dr. Abudin Nata, MA
Implementasi Ekonomi Islam dan 6. Dr. Muslimin Nasution, APU
Dampaknya Pada SHU dan Aset 7. Prof. Dr. Suwito, MA
Koperasi – Studi Kasus Primer
Koperasi Mabesau Cilangkap
2. - Jumlah Halaman : 561
- Penerbit : Yayasan Pendidikan Nur
Azza Lestari
- Tahun : 2015
- ISBN : 978-602-73028-0-8

Manajemen Risiko Kontemporer


Bank, Koperasi dan BMT (Kajian
Komprehensif Syariah dan
Konvensional)
2

3. - Jumlah Halamah : 153


- Penerbit : BPA Pustaka
- Tahun : 2014
- ISBN : 978-602-70409-0-8

Bersama Rakyat TNI Kuat

4. - Jumlah Halamah : 446


- Penerbit : KPBA
- Tahun : 2014
- ISBN : 978-602-70409-2-2

Manajemen Kebandarudaraan
Strategis

5. - Jumlah Halaman : 285


- Penerbit : Yayasan Pendidikan Nur
Azza Lestari
- Tahun : 2014
- ISBN : 978-602-73755-1-2 (jil 1)

Serat Sejatining Urip I – Seribu


Jalan Menuju bahagia (Upaya
Membangun National Character
Building)
3

6. - Jumlah Halaman : 296


- Penerbit : yayasan Pendidikan Nur
Azza Lestari
- Tahun : 2016
- ISBN : 978-602-73028-1-5

Kumpulan Puisi “Cinta Tua-Tua”

7. - Jumlah Halaman : 181


- Penerbit : Yayasan Pendidikan Nur
Azza Lestari
- Tahun : 2016
- ISBN : 978-602-73755-3-6

Kumpulan Puisi “Sastra Ekonomi”

8. - Jumlah Halaman : 361


- Penerbit : Yayasan Pendidikan Nur
Azza Lestari
- Tahun : 2016
- ISBN : 978-602-73755-2-9 (jil 2)

Serat Sejatining Urip II – Seribu


Jalan Menuju bahagia (Upaya
Membangun National Character
Building)
4

9. - Jumlah Halaman : 361


- Penerbit : Yayasan Pendidikan Nur
Azza Lestari
- Tahun : 2017
- ISBN : 978-602-73755-4-3

Serat Sejatining Urip III – Seribu


Jalan Menuju bahagia (Upaya
Membangun National Character
Building)

10. - Jumlah Halaman : 448


- Penerbit : Yayasan Pendidikan Nur
Azza Lestari
- Tahun : 2018
- ISBN : 978-602-73755-5-0

Etika Bisnis Syariah – Bank,


Koperasi dan BMT
Lampiran 2

KEPUTUSAN
MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 91/Kep/M.KUKM/IX/2004

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA KOPERASI


JASA KEUANGAN SYARIAH

MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH


REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa praktek usaha koperasi yang dikelola secara


syariah telah tumbuh dan berkembang di masyarakat,
serta mengambil bagian penting dalam
memberdayakan ekonomi masyarakat khususnya
kalangan usaha kecil dan mikro;
b. bahwa pemerintah perlu mengembangkan iklim yang
kondusif untuk mendorong perkembangan kegiatan
usaha dengan pola syariah, khususnya yang telah dan
akan dikelola melalui koperasi, sehingga mampu
memberikan manfaat dan kepastian hukum bagi
masyarakat;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam hurup a, b, dan c, perlu dikeluarkan
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia, tentang Petunjuk
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan
Syariah.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 116, Tambahan
2

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502);


2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian
dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1994,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3540);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1994 tentang
Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 24,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3549);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 101
Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Menteri Negara;
5. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia Nomor
70/KEP/MENEG/XII/2001 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia;
6. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia Nomor
104.1/Kep/M.KUKM/X/2002 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pembentukan, Pengesahan Akta Pendirian
dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA


KECIL DAN MENENGAH TENTANG PETUNJUK
PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA KOPERASI JASA
KEUANGAN SYARIAH
BAB I
KETENTUAN UMUM
3

Pasal 1
Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :
1. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau
badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas asas kekeluargaan.
2. Koperasi Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut KJKS adalah Koperasi
yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan
simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).
3. Unit Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut UJKS, adalah unit koperasi
yang bergerak di bidang usaha pembiayaan, investasi dan simpanan
dengan pola bagi hasil (syariah) sebagai bagian dari kegiatan koperasi
yang bersangkutan.
4. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota,
koperasi lain dan atau anggotanya kepada koperasi dalam bentuk
simpanan / tabungan dan simpanan berjangka.
5. Simpanan Wadiah Yad Dhamanah, adalah simpanan anggota pada
koperasi dengan akad wadiah / titipan namun dengan seijin penyimpan
dapat digunakan oleh KJKS dan UJKS untuk kegiatan operasional koperasi,
dengan ketentuan penyimpan tidak mendapatkan bagi-hasil atas
penyimpanan dananya, tetapi bisa dikompensasi dengan imbalan bonus
yang besarnya bonus ditentukan sesuai kebijakan dan kemampuan
Koperasi.
6. Simpanan Mudharabah Al-Muthalaqah, adalah tabungan anggota pada
koperasi dengan akad Mudharabah Al Muthalaqah yang diperlakukan
sebagai investasi anggota untuk dimanfaatkan secara produktif dalam
bentuk pembiayaan kepada anggota koperasi, calon anggota, koperasi-
koperasi lain dan atau anggotanya secara profesional dengan ketentuan
penyimpan mendapatkan bagi hasil atas penyimpanan dananya sesuai
nisbah ( proporsi bagi-hasil ) yang disepakati pada saat pembukaan
rekening tabungan.
7. Simpanan Mudharabah Berjangka adalah tabungan anggota pada koperasi
dengan akad mudharabah Al Muthalaqah yang penyetorannya dilakukan
sekali dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
menurut perjanjian antara penyimpan dengan koperasi yang
4

bersangkutan.
8. Pembiayaan adalah kegiatan penyediaan dana untuk investasi atau
kerjasama permodalan antara koperasi dengan anggota, calon anggota,
koperasi lain dan atau anggotanya, yang mewajibkan penerima
pembiayaan itu untuk melunasi pokok pembiayaan yang diterima kepada
pihak koperasi sesuai akad disertai dengan pembayaran sejumlah bagi
hasil dari pendapatan atau laba dari kegiatan yang dibiayai atau
penggunaan dana pembiayaan tersebut.
9. Pembiayaan Mudharabah, adalah akad kerjasama permodalan usaha
dimana Koperasi sebagai pemilik modal (Sahibul Maal) menyetorkan
modalnya kepada anggota, calon anggota, koperasi-koperasi lain dan atau
anggotanya sebagai pengusaha (Mudharib) untuk melakukan kegiatan
usaha sesuai akad dengan pembagian keuntungan dibagi bersama sesuai
dengan kesepakatan (nisbah), dan apabila rugi ditanggung oleh pemilik
modal sepanjang bukan merupakan kelalaian penerima pembiayaan.
10. Pembiayaan Musyarakah, adalah akad kerjasama permodalan usaha
antara koperasi dengan satu pihak atau beberapa pihak sebagai pemilik
modal pada usaha tertentu, untuk menggabungkan modal dan melakukan
usaha bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah pembagian hasil
sesuai kesepakatan para pihak, sedang kerugian ditanggung secara
proposional sesuai dengan kontribusi modal.
11. Piutang Murabahah adalah tagihan atas transaksi penjualan barang
dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang
disepakati pihak penjual (koperasi) dan pembeli (anggota, calon anggota,
koperasi-koperasi lain dan atau anggotanya) dan atas transaksi jual-beli
tersebut, yang mewajibkan anggota untuk melunasi kewajibannya sesuai
jangka waktu tertentu disertai dengan pembayaran imbalan berupa
marjin keuntungan yang disepakati dimuka sesuai akad.
12. Piutang Salam adalah tagihan anggota terhadap koperasi atas transaksi
jual beli barang dengan cara pemesanan antara penjual dan pembeli
dengan pembayaran dimuka dan pengiriman barang oleh penjual
dilakukan dibelakang/kemudian, dengan ketentuan bahwa spesifikasi
barang disepakati pada akad transaksi salam.
13. Piutang Istisna adalah tagihan atas akad transaksi jual beli barang dalam
bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara pemesan/pembeli dan penjual yang cara
5

pembayarannya dapat dilakukan dimuka, diangsur, atau ditangguhkan


sampai jangka waktu tertentu.
14. Piutang Ijarah adalah tagihan akad sewa-menyewa antara muajir
(Lessor/Penyewa) dengan Musta’jir (Lessee/yang menyewakan) atas
Ma’jur (Objek sewa) untuk mendapatkan imbalan atas barang yang
disewakannya.
15. Ijarah Muntahiyah Bittamlik adalah perjanjian sewa-beli suatu barang
antara lessor dengan lessee yang diakhiri dengan perpindahan hak milik
objek sewa dari Lessee/yang menyewakan kepada Lessor/Penyewa.
16. Qardh adalah kegiatan transaksi dengan akad pinjaman dana non
komersial dimana sipeminjam mempunyai kewajiban untuk membayar
pokok dana yang dipinjam kepada koperasi yang meminjamkan tanpa
imbalan atau bagi hasil dalam waktu tertentu sesuai kesepakatan.
17. Nisbah adalah proporsi pembagian keuntungan (bagi hasil) antara Pemilik
Dana (Shahibul Maal) dan Pengelola Dana (Mudharib) atas hasil usaha
yang dikerjasamakan.
18. Marjin adalah keuntungan yang diperoleh Koperasi atas hasil transaksi
penjualan dengan pihak pembelinya.
19. Dewan Pengawas Syariah adalah dewan yang dipilih oleh koperasi yang
bersangkutan berdasarkan keputusan rapat anggota dan beranggotakan
alim ulama yang ahli dalam syariah yang menjalankan fungsi dan tugas
sebagai pengawas syariah pada koperasi yang bersangkutan dan
berwenang memberikan tanggapan atau penafsiran terhadap fatwa yang
dikeluarkan Dewan Syariah Nasional.
20. Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pedoman operasional yang
menyangkut peraturan dan kebijakan serta tata cara kerja dan atau sistem
prosedur kerja Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan
Syariah.
21. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam pembinaan dan
pengembangan koperasi.
22. Pejabat adalah aparatur pemerintah yang ditetapkan Menteri dan
berwenang mengesahkan akta pendirian, perubahan Anggaran Dasar dan
pembubaran koperasi di pusat, propinsi/DI, dan kabupaten/kota.
6

BAB II
TUJUAN

Pasal 2
Tujuan pengembangan Koperasi Jasa Keuangan Syariah / Unit Jasa Keuangan
Syariah :
a. meningkatkan program pemberdayaan ekonomi, khususnya di kalangan
usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi melalui sistem syariah;
b. mendorong kehidupan ekonomi syariah dalam kegiatan usaha mikro,
kecil, dan menengah khususnya dan ekonomi Indonesia pada umumnya;
c. meningkatkan semangat dan peran serta anggota masyarakat dalam
kegiatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah.

BAB III
PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDIRIAN
KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH / UNIT JASA KEUANGAN SYARIAH

Bagian Pertama
Persyaratan dan Tata Cara Pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah

Pasal 3
(1) Koperasi Jasa Keuangan Syariah Primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya
20 (dua puluh) orang yang memenuhi persyaratan untuk mejadi anggota
koperasi dan orang-orang dimaksud mempunyai kegiatan usaha dan atau
mempunyai kepentingan ekonomi yang sama.
(2) Koperasi Jasa Keuangan Syariah Sekunder dibentuk oleh sekurang-
kurangnya 3 (tiga) koperasi yang sudah berbadan hukum dan harus
memenuhi persyaratan kelayakan usaha serta manfaat pelayanan kepada
anggotanya.
(3) Pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah Tingkat Primer dan Sekunder,
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan Akta
Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi serta Keputusan
Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
7

Indonesia Nomor 104.1/Kep/M.KUKM/X/2002 tentang Petunjuk


Pelaksanaan Pembentukan, Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan
Anggaran Dasar Koperasi.

Pasal 4
Pengajuan permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi Jasa Keuangan
Syariah wajib melampirkan :
a. berita acara rapat pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah, disertai
dengan daftar hadir, dan bukti photocopy KTP seluruh anggota;
b. surat bukti penyetoran modal pada awal pendirian Koperasi Jasa
Keuangan Syariah Primer sekurang-kurangnya Rp 15.000.000 (lima belas
juta rupiah), dan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Sekunder sekurang-
kurangnya Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah);
c. setoran sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan dalam bentuk
deposito pada bank Syariah yang disetorkan atas nama Menteri cq Ketua
Koperasi yang bersangkutan yang dapat dicairkan sebagai modal awal
Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah atas dasar
persetujuan pencairan oleh Menteri atau Pejabat, yang dilaksanakan
bersamaan dengan pengesahan dan atau perubahan anggaran dasar
koperasi;
d. rencana kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun, yang menjelaskan
antara lain :
1) rencana penghimpunan dana dan pengalokasian pembiayaannya
beserta jenis akad yang melandasinya;
2) Standar Operasional Prosedur (SOP) yang memuat peraturan dan
prosedur transaksi sumber dana dan pembiayaan lengkap dengan
teknis penerapan akad Syariah dan perhitungan bagi hasil/marjin
masing-masing produk simpanan maupun pembiayaan, dan telah
dimintakan fatwa/rekomendasi dari Dewan Syariah yang
bersangkutan;
3) rencana penghimpunan modal sendiri berasal dari simpanan pokok,
simpanan wajib, modal penyertaan, hibah maupun cadangan;
4) rencana modal pembiayaan yang diterima, yang dilengkapi dengan
penjelasan status akad dan manfaat serta keuntungan untuk pemilik
dana dan koperasi;
8

5) rencana pendapatan dan beban, harus dijelaskan sesuai dengan Pola


Syariah dan tidak bertentangan dengan fatwa dari Dewan Syariah
yang bersangkutan;
6) rencana dibidang organisasi yang meliputi rencana struktur
organisasi, uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang, jumlah
karyawan, serta rencana pembentukan dewan syariah, bagi Koperasi
Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah yang telah
mampu mengangkat ahli atau dewan syariah.
e. nama dan riwayat hidup calon pengelola dengan melampirkan :
1) surat keterangan pengalaman pernah mengikuti pelatihan dan atau
magang/ kerja di Lembaga keuangan Syariah;
2) surat Keterangan Berkelakuan Baik dari pihak yang berwajib yang
menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak pernah melakukan
tindak pidana;
3) surat pernyataan tidak mempunyai hubungan keluarga dengan
pengurus sampai dengan derajat kesatu.
f. keterangan pokok-pokok administrasi dan pembukuan yang didesain
sesuai karakteristik lembaga keuangan syariah, meliputi :
1) blanko permohonan menjadi anggota;
2) blanko permohonan pengunduran diri sebagai anggota;
3) buku daftar anggota;
4) buku daftar simpanan pokok dan simpanan wajib anggota;
5) blanko Tabungan dan atau Simpanan Berjangka;
6) blanko administrasi Pembiayaan/Tagihan (Piutang) yang diberikan;
7) blanko administrasi hutang yang diterima;
8) blanko administrasi modal sendiri;
9) formulir akad Pembiayaan dan Piutang Jual Beli.
g. Daftar Sarana Kerja yang memuat catatan daftar :
1) kantor, meja dan kursi;
2) komputer dan alat hitung;
9

3) tempat menyimpan uang atau brankas;


4) tempat menyimpan buku administrasi dan pembukuan.

Pasal 5
Pengesahan atas permohonan pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah diatur
sesuai dengan lokasi dan jangkauan keanggotaan koperasi yang bersangkutan,
dengan ketentuan :
a. permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Primer dan Sekunder yang anggotanya berdomisili di dua atau lebih
propinsi, diajukan kepada Menteri c.q Deputi Bidang Kelembagaan
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, setelah terlebih dahulu
mendapatkan rekomendasi Pejabat pada tingkat kabupaten/kota tempat
domisili koperasi yang bersangkutan dan selanjutnya Menteri
mengeluarkan surat keputusan pengesahan akta pendiriannya;
b. permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah,
baik Koperasi Jasa Keuangan Syariah Primer maupun Sekunder yang
anggotanya berdomisili di beberapa kabupaten dan atau kota dalam satu
propinsi, diajukan kepada instansi yang membidangi koperasi tingkat
propinsi yang membawahi bidang koperasi, dengan terlebih dahulu
mendapatkan rekomendasi dari Pejabat yang membawahi bidang
koperasi pada kabupaten dan atau kota tempat domisili koperasi yang
bersangkutan. Selanjutnya Pejabat tingkat propinsi mengeluarkan surat
keputusan pengesahan akta pendiriannya;
c. permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Primer dan Sekunder yang anggotanya berdomisili dalam satu wilayah
kabupaten dan atau kota diajukan kepada Instansi yang membawahi
bidang koperasi pada kabupaten dan atau kota setempat dan selanjutnya
Pejabat setempat mengeluarkan surat keputusan pengesahan akta
pendiriannya;
d. jawaban terhadap permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi Jasa
Keuangan Syariah dikeluarkan paling lambat dalam waktu 3 (tiga) bulan
terhitung sejak diterimanya permohonan pengesahan secara lengkap oleh
Pejabat;
e. bagi instansi yang memberikan pengesahan akta pendirian diharuskan
membuat catatan dan atau data registrasi koperasi di wilayah masing-
10

masing;
f. Pejabat mencatat pengesahan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b,
dan c ke dalam Buku Daftar Umum Koperasi;
g. tembusan surat keputusan pengesahan akta pendirian yang dikeluarkan
oleh instansi tingkat Kabupaten/Kota dan tingkat Propinsi/DI yang
membawahi koperasi, dikirimkan kepada Deputi Bidang Kelembagaan
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah untuk diumumkan dalam Berita
Negara RI;
h. pengesahan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan c berlaku
sebagai ijin usaha dan Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang bersangkutan
dapat melakukan kegiatan usaha pembiayaan.

Bagian Kedua
Persyaratan dan Tata Cara Pendirian Unit Jasa Keuangan Syariah

Pasal 6
(1) Pembentukan Unit Jasa Keuangan Syariah harus disetujui oleh rapat
anggota koperasi yang bersangkutan dan ditetapkan dalam anggaran
dasarnya.
(2) Pengurus koperasi yang sudah berbadan hukum tetapi belum
mencantumkan kegiatan jasa keuangan syariah didalam anggaran
dasarnya, apabila akan melakukan kegiatan dibidang jasa keuangan
syariah, wajib mengajukan permohonan pengesahan perubahan anggaran
dasarnya kepada Pejabat dengan mencantumkan usaha jasa keuangan
syariah di dalam anggaran dasarnya.
(3) Pembentukan Unit Jasa Keuangan Syariah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan
Anggaran Dasar Koperasi serta Keputusan Menteri Negara Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor
104.1/Kep/M.KUKM/X/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan
Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.

Pasal 7
Pengajuan permohonan pengesahan Unit Jasa Keuangan Syariah harus
disertai lampiran sebagai berikut :
11

a. hasil keputusan rapat anggota yang menyetujui pembentukan Unit Jasa


Keuangan Syariah dan anggaran dasar yang telah mencantumkan Unit
Jasa Keuangan Syariah sebagai salah satu unit usaha koperasi yang
bersangkutan;

b. surat bukti penyetoran modal awal Unit Jasa Keuangan Syariah dari
Koperasi primer sekurang-kurangnya Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta
rupiah) dan disetorkan atas nama Menteri Negara Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah cq Ketua Koperasi yang bersangkutan yang dapat
dicairkan sebagai modal awal Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi yang
bersangkutan atas dasar persetujuan pencairan oleh Sekretaris Menteri
Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah atau Kepala Instansi
Propinsi/DI atau Kepala Instansi Kabupaten/Kota yang membidangi
pembinaan koperasi dan usaha kecil dan menengah yang dilaksanakan
bersamaan dengan pengesahan dan atau perubahan anggaran dasar
koperasi;

c. penempatan dana sebagaimana dimaksud pada butir b untuk dikelola


dengan manajemen dan pembukuan secara tersendiri;

d. rencana kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun;

e. administrasi dan pembukuan koperasi;

f. nama dan riwayat hidup Pengurus, Pengawas, Ahli Syariah atau Dewan
Syariah dan calon Pengelola;

g. daftar sarana kerja;

h. surat perjanjian kerja antara Pengurus Koperasi dengan


Pengelola/Manajer/Direksi;

i. Keterangan mengenai rencana kerja, administrasi dan pembukuan, nama


dan riwayat hidup personil dalam organisasi Unit Jasa Keuangan Syariah,
serta daftar sarana kerja Unit Jasa Keuangan Syariah, sebagaimana
dimaksud Pasal 4 huruf d, e, f, dan g.
.
Pasal 8
12

(1) Ketentuan mengenai tata cara pengesahan perubahan anggaran dasar


Koperasi yang membentuk Unit Jasa Keuangan Syariah dan Pejabat yang
berwenang memberikan pengesahan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5.
(2) Pengesahan terhadap permohonan persetujuan perubahan anggaran
dasar koperasi dikeluarkan oleh Pejabat paling lambat 1 (satu) bulan
terhitung sejak diterimanya permohonan perubahan anggaran dasar
secara lengkap.
(3) Persetujuan perubahan aggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) berlaku sebagai ijin usaha dan Unit Jasa Keuangan Syariah yang
bersangkutan dapat melakukan kegiatan usaha jasa keuangan syariah.

Pasal 9
Koperasi Jasa Keuangan Syariah / Unit Jasa Keuangan Syariah yang semula
melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan telah memperoleh ijin
perubahan kegiatan usaha menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa
Keuangan Syariah, dilarang untuk melakukan perubahan kegiatan usaha
syariahnya menjadi kegiatan usaha secara konvensional (sistem bunga)
kembali.

BAB IV
PERSYARATAN PEMBUKAAN JARINGAN KANTOR
KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH/UNIT JASA KEUANGAN SYARIAH

Pasal 10
(1) Untuk mendekatkan jarak pelayanan dan meningkatkan kualitas
pelayanan kepada anggota, baik pelayanan jasa simpanan maupun
pemberian pembiayaan, Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa
Keuangan Syariah melalui koperasinya dapat mendirikan jaringan
pelayanan berupa Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan kantor
Kas.
(2) Pembukaan jaringan pelayanan dapat dilaksanakan jika Koperasi Jasa
Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah yang bersangkutan
memiliki kinerja yang baik atas Organisasi, Kelangsungan Usaha dan aspek
Finansial, Managemen serta telah memiliki anggota yang dilayani
13

sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang pada lokasi dimana Kantor


Cabang, Kantor Cabang Pembantu, atau Kantor Kas tersebut akan dibuka.
(3) Pembukaan Kantor Cabang Koperasi Jasa Keuangan Syariah / Unit Jasa
Keuangan Syariah dapat dilakukan paling cepat 2 (dua) tahun setelah
Koperasi Jasa Keuangan Syariah berbadan hukum atau Unit Jasa Keuangan
Syariah disahkan perubahan anggaran dasarnya, setelah mendapatkan
rekomendasi dari Pejabat Instansi yang membawahi bidang Koperasi,
dimana Kantor Cabang tersebut akan dibuka.
(4) Pembukaan Kantor Cabang Pembantu dan kantor Kas dilaporkan oleh
Pengurus Koperasi kepada Pejabat di tempat koperasinya berdomisili
dengan tembusan kepada instansi yang membawahi bidang koperasi pada
kantor Cabang Pembantu dan Kantor Kas koperasi tersebut didirikan.

Pasal 11
Permohonan persetujuan pembukaan Kantor Cabang diajukan oleh Pengurus
Koperasi yang bersangkutan, dengan melampirkan :
a. alamat kantor cabang yang akan dibuka;
b. surat bukti setoran modal kerja yang disediakan untuk Kantor Cabang;
c. daftar sarana kerja;
d. nama dan riwayat hidup calon Pimpinan dan daftar nama calon karyawan
Kantor Cabang;
e. data anggota yang dipersyaratkan disertai dengan bukti KTP yang telah
dilegalisir oleh Kantor Lurah setempat;
f. Neraca dan Perhitungan Hasil Usaha koperasi yang bersangkutan dalam 2
(dua) tahun terakhir;
g. Rencana Kerja Kantor Cabang sekurang-kurangnya setahun;
h. nama Dewan Pengawas Syariah.

Pasal 12
(1) Kantor Cabang yang telah memperoleh persetujuan, harus sudah
melaksanakan kegiatan usaha jasa keuangan syariah paling lambat 6
(enam) bulan sejak tanggal persetujuan diterima dan apabila dalam jangka
waktu tersebut belum melaksanakan kegiatan usaha jasa keuangan
14

syariah, maka surat persetujuan tersebut secara otomatis tidak berlaku.


(2) Kantor cabang yang sudah melakukan kegiatan usaha jasa keuangan
syariah, namun belum terdaftar akan ditutup oleh Pejabat yang
mengesahkan akta pendirian dan perubahan anggaran dasar koperasi,
setelah terlebih dahulu diberikan peringatan secara tertulis sekurang-
kurangnya 3 (tiga) kali.

Pasal 13
Pembukaan Kantor Cabang Pembantu dan Kantor Kas yang tidak dilaporkan
dalam waktu 1 (satu) bulan akan ditutup oleh Pejabat yang berwenang

BAB V
PENGELOLAAN

Bagian Pertama
Pengelolaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah

Pasal 14
(1) Pengelolaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dilakukan oleh pengurus
yang bertanggung jawab kepada Rapat Anggota.
(2) Dalam hal pengurus Koperasi Jasa Keuangan Syariah mengangkat tenaga
pengelola, maka tugas pengelolaan teknis Koperasi Jasa Keuangan Syariah
tersebut diserahkan kepada pengelola yang ditunjuk pengurus
menjalankan tugas perencanaan kebijakan strategis, pengawasan dan
pengendalian.
(3) Dalam keadaan sebagaimana dimaksud ayat (2), pengawas bisa diangkat
atau tidak perlu diangkat sesuai dengan kebutuhan dan keputusan Rapat
Anggota Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang bersangkutan.
(4) Apabila Koperasi Jasa Keuangan Syariah tidak mengangkat pengawas,
maka tugas pengawasan dilakukan oleh pengurus.
(5) Pengelola Koperasi Jasa Keuangan Syariah harus bekerja purna waktu.
(6) Apabila pengurus mengangkat tenaga pengelola maka pengurus atau
anggota pengurus tidak boleh merangkap sebagai pengelola.
15

Pasal 15
(1) Dalam hal pengelola sebagaimana dimaksud Pasal 15 ayat (2) adalah
perorangan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. tidak pernah melakukan tindakan tercela dibidang keuangan dan
atau dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana;
b. memiliki akhlak dan moral yang baik;
c. mempunyai keahlian dibidang keuangan atau pernah mengikuti
pelatihan keuangan Syariah atau magang di lembaga keuangan
syariah.
(2) Dalam hal pengelola lebih dari satu orang, harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. paling sedikit 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah pengelola
wajib mempunyai keahlian dibidang keuangan atau pernah mengikuti
pelatihan dibidang keuangan Syariah atau magang di lembaga
keuangan syariah;
b. diantara pengelola tidak boleh mempunyai hubungan keluarga
sampai derajat kesatu menurut garis lurus kebawah maupun
kesamping.
(3) Apabila pengelola adalah badan usaha, harus memenuhi persyaratan
minimal sebagai berikut :
a. memiliki kemampuan keuangan yang memadai;
b. memiliki tenaga manajerial yang berkualitas baik.

Bagian Kedua
Pengelolaan Unit Jasa Keuangan Syariah

Pasal 16
(1) Pengelolaan Unit Jasa Keuangan Syariah dilakukan secara terpisah dari
unit lainnya dalam koperasi yang bersangkutan.
(2) Pengurus koperasi wajib mengangkat pengelola atau menugaskan salah
satu dari pengurusnya sebagai pengelola.
(3) Apabila pengurus koperasi merangkap sebagai pengelola Unit Jasa
Keuangan Syariah, maka pengurus yang bersangkutan tidak diperbolehkan
16

melakukan kegiatan pada unit usaha lainnya.


(4) Apabila pengurus telah mampu mengangkat seluruh tenaga pengelola,
maka pengurus tidak boleh merangkap sebagai pengelola.

Pasal 17
(1) Apabila pengelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (4) adalah
perorangan, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. tidak pernah melakukan tindakan tercela dibidang keuangan dan
atau dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana dibidang
keuangan;
b. memiliki ahlak dan moral yang baik;
c. mempunyai keahlian dibidang keuangan atau pernah mengikuti
pelatihan keuangan Syariah atau magang di lembaga keuangan
syariah.
(2) Apabila pengelola lebih dari satu orang, harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. paling sedikit 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah pengelola
wajib mempunyai keahlian dibidang keuangan atau pernah mengikuti
pelatihan dibidang keuangan Syariah atau magang di lembaga
keuangan syariah;
b. diantara pengelola tidak boleh mempunyai hubungan keluarga
sampai derajat kesatu menurut garis lurus kebawah maupun
kesamping.
(3) Apabila pengelola tersebut adalah Badan Usaha, harus memenuhi
persyaratan minimal sebagai berikut :
a. memiliki kemampuan keuangan yang memadai;
b. memiliki tenaga manajerial yang berkualitas baik.
c. memiliki pengalaman mengelola lembaga keuangan syariah.

Bagian Ketiga
Penyelenggaraan Unit Jasa Keuangan Syariah oleh KSP/USP Koperasi
17

Pasal 18
(1) Koperasi simpan pinjam dapat menjalankan usaha jasa keuangan syariah
dengan cara membuka unit atau divisi layanan syariah.
(2) Unit atau divisi layanan syariah merupakan unit pada koperasi yang
dilakukan sesuai dengan keputusan ini.
(3) Apabila suatu USP Koperasi bermaksud menyelenggarakan jasa keuangan
syariah, maka USP yang bersangkutan wajib menutup kegiatannya dan
membentuk Unit Jasa Keuangan Syariah setelah terlebih dahulu
memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam keputusan ini.
(4) Apabila USP ingin menyelenggarakan kegiatan dua sistem, maka USP yang
bersangkutan harus memisahkan diri dari kegiatan koperasi yang menjadi
induknya dan membentuk koperasi baru dan memiliki badan hukum yang
terpisah dari koperasi sebelumnya, setelah terlebih dahulu memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, 4, dan Pasal 5.

Bagian Keempat
Penggunaan Nama

Pasal 19
Koperasi yang melaksanakan jasa keuangan pola syariah dan telah
mendapatkan pengesahan akta pendirian atau pengesahan perubahan
anggaran dasar, wajib menggunakan nama Koperasi Jasa Keuangan Syariah
atau Unit Jasa keuangan Syariah pada papan nama, stempel serta kop surat
yang digunakan dalam melakukan usahanya.

BAB VI
PEMBAGIAN SHU KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH
DAN UNIT JASA KEUANGAN SYARIAH

Pasal 20
(1) Pembagian dan penggunaan Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Jasa
Keuangan Syariah harus diputuskan oleh Rapat Anggota.
(2) Pembagian SHU sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setelah dikurangi
dana cadangan dipergunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
18

sebagai berikut :
a. dibagikan kepada anggota secara adil berimbang berdasarkan jumlah
dana yang tertanamkan sebagai modal sendiri pada koperasi dan nilai
transaksi;
b. membiayai pendidikan dan latihan serta peningkatan keterampilan
bagi pengurus, pengawas, pengelola dan karyawan koperasi;
c. insentif bagi pengelola dan karyawan;
d. keperluan lain dalam menunjang kegiatan koperasi;
e. pembagian dan penggunaan SHU dilakukan dengan memasukkan
komponen kewajiban (potongan) zakat atas Badan Usaha Koperasi
dan zakat atas perorangan sebelum dibagikan kepada anggota yang
bersangkutan.
(3) Pendapatan Unit Jasa Keuangan Syariah setelah dikurangi biaya
penyelenggaraan kegiatan unit yang bersangkutan dipergunakan untuk
keperluan sebagai berikut :
a. dibagikan kepada anggota secara berimbang berdasarkan nilai
transaksi;
b. pemupukan modal Unit Jasa Keuangan Syariah;
c. membiayai kegiatan lain yang menunjang Unit Jasa Keuangan
Syariah, sebagai berikut :
1) bagian untuk koperasinya;
2) anggota yang bertransaksi;
3) zakat.

BAB VII
PERMODALAN

Pasal 21
(1) Setiap pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan pembentukan Unit
Jasa Keuangan Syariah wajib menyediakan modal untuk membiayai
investasi dan modal kerja.
19

(2) Modal yang disetor pada awal pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah
dan pembentukan Unit Jasa Keuangan Syariah disebut modal disetor.
Besarnya modal ditetapkan sekurang-kurangnya sebagai berikut :
a. Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) untuk Koperasi Jasa
Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi Primer;
b. Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) untuk Koperasi Jasa
Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi Sekunder.
(3) Modal yang disetor pada awal pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah
dapat berupa simpanan pokok, simpanan wajib dan dapat ditambah
dengan hibah modal penyertaan dan simpanan pokok khusus.
(4) Modal disetor pada Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi berupa modal
tetap yang dipisahkan dari harta kekayaan koperasi yang bersangkutan.
(5) Modal disetor pada awal pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit
Jasa Keuangan Syariah tidak boleh berkurang jumlahnya.
(6) Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi
yang belum memenuhi persyaratan minimal modal disetor tidak dapat
disahkan oleh Pejabat.

BAB VIII
PRODUK DAN LAYANAN

Bagian Pertama Tabungan dan Simpanan

Pasal 22
(1) Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah dapat
menghimpun dana dari anggota, calon anggota, koperasi lainnya, dan atau
anggotanya dalam bentuk tabungan dan simpanan berjangka.
(2) Tabungan dan simpanan memungkinkan untuk dikembangkan yang
esensinya tidak menyimpang dari prinsip wadiah dan mudharabah sesuai
dengan kepentingan dan manfaat yang ingin diperoleh, selama tidak
bertentangan dengan syariah yang berlaku, dengan merujuk pada fatwa
syariah Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
(3) Perhitungan bagi hasil untuk Tabungan dan Simpanan Berjangka sesuai
pola bagi hasil (syariah) dilakukan dengan Sistem Distribusi Pendapatan.
20

(4) Penetapan distribusi pendapatan diperoleh dari perhitungan saldo rata-


rata perklasifikasi dana dibagi total saldo rata-rata seluruh klasifikasi dana,
dikalikan dengan komponen pendapatan dikalikan nisbah bagi hasil
masing masing produk tabungan/simpanan berjangka yang dibagikan,
sebagaimana contoh perhitungan pada lampiran 1 Keputusan ini.

Bagian Kedua
Pembiayaan

Pasal 23
(1) Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah menyediakan
layanan pembiayaan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut :
a. Pembiayaan Mudharabah;
b. Pembiayaan Musyarakah;
c. Piutang Murabahah;
d. Piutang salam;
e. Piutang istisna;
f. Piutang ijarah;
g. Qardh.
(2) Persyaratan, tata cara dan administrasi penyelenggaraan pelayanan
pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diadministrasikan
sebagaimana contoh pada lampiran 2 Keputusan ini.
(3) Pengembangan layanan pembiayaan dalam bentuk lain, dimungkinkan
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan memiliki
landasan syariah yang jelas serta telah mendapatkan fatwa dari Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.

Bagian Ketiga
Kegiatan Maal Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah

Pasal 24
Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah selain
menjalankan kegiatan pembiayaan atau tamwil, dapat menjalankan kegiatan
'maal', dan atau kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana Zakat, Infaq, dan
21

Sodaqoh (ZIS), termasuk wakaf.

Bagian Keempat
Prinsip Kerahasiaan

Pasal 25
(1) Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah yang
menyelenggarakan kegiatan maal harus dikelola dan disupervisi oleh
penanggung jawab khusus bidang maal.
(2) Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah yang
menjalankan kegiatan maal wajib memisahkan sistem administrasi dan
laporan keuangan kegiatan maal-nya dengan kegiatan pembiayaan
'tamwil'nya.
(3) Kegiatan bidang maal harus mengacu pada peraturan dan perundang-
undangan pengelolaan Zakat, Infaq, dan Sodaqoh (ZIS).
(4) Dalam hal terjadi kesulitan pengelolaan baik karena aspek teknis maupun
aspek legal, maka kegiatan maal harus dipisahkan dari kegiatan Koperasi
Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah , dan dikelola melalui
lembaga di luar Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan
Syariah.

Pasal 26
(1) Untuk menjaga kerahasiaan data keuangan anggota, maka pengelola
(Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah) wajib
merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan Tabungan,
Simpanan Berjangka masing-masing penyimpan serta
Pembiayaan/Piutang yang diberikan kepada pihak ketiga dan kepada
anggota secara individu, kecuali dalam hal yang diperlukan untuk
kepentingan proses peradilan dan perpajakan.
(2) Apabila ada permintaan untuk mendapatkan informasi mengenai
simpanan berjangka dan tabungan, misalnya yang diajukan oleh Pimpin an
Instansi yang menangani proses peradilan atau perpajakan, maka
permintaan tersebut diajukan kepada Pejabat Instansi yang membidangi
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah yang berwenang memberikan
pengesahan akta pendirian dan perubahan anggaran dasar koperasi.
22

BAB IX
PENGENDALIAN RESIKO

Pasal 27
(1) Pengelolaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah
Syariah wajib memperhatikan azas-azas dan pembiayan yang sehat, dan
menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian serta pembiayaan yang benar
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(2) Penilaian atas kemampuan dan kesanggupan anggota/calon anggota yang
dibiayai untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan
wajib mempertimbangkan watak, kemampuan, modal, agunan dan
prospek usaha dari anggota/ calon anggota.

Pasal 28
(1) Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah dapat
menetapkan agunan sebagai jaminan pembiayaan dengan catatan
terlebih dahulu telah diketahui kelayakan kemampuan anggota/calon
anggota dalam mengembalikan kewajibannya sesuai dengan rencana
pemanfaatan yang disepakati.
(2) Agunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa barang atau
hak tagih dari usaha yang dibiayai oleh pembiayaan yang bersangkutan
atau pernyataan kesanggupan tanggung renteng diantara anggota atas
segala kewajibannya.
(3) Agunan berupa barang bisa diatur dengan ketentuan barang tersebut
secara fisik tetap berada pada anggota/calon anggota.

BAB X
KELEBIHAN DANA

Pasal 29
Dalam hal terdapat kelebihan dana yang telah dihimpun setelah melaksanakan
kegiatan pemberian pembiayaan dan atau piutang jual beli, maka Koperasi Jasa
Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah wajib menempatkan
kelebihan dana tersebut dalam bentuk :
23

a. Giro, deposito, dan tabungan pada Bank Syariah, atau Bank/Lembaga


Keuangan lainnya jika Bank Syariah setempat tidak ada;
b. Tabungan dan atau simpanan berjangka pada Koperasi Jasa Keuangan
Syariah lainnya;
c. Jika penempatan dilakukan pada lembaga keuangan non-syariah, maka
pendapatan yang diperoleh dari aktivitas penyimpanan tersebut harus
dibukukan secara terpisah sebagai pendapatan non bagi hasil ( Non
syariah ) pada rekening pasiva dan penggunaan dana non-bagi hasil
tersebut diputuskan oleh Rapat Anggota setelah mendapat persetujuan
dewan pengawas syariah, atau diatur dalam anggaran dasar koperasi;
d. Investasi diluar huruf a dan b dapat dilakukan sepanjang tidak
menyimpang dari prinsip Syariah dan telah mendapat persetujuan dari
rapat anggota jika investasi tersebut menanggung resiko yang cukup
tinggi.

BAB XI
PEMBINAAN

Pasal 30
Kewajiban Pembinaan Terhadap Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa
Keuangan Syariah dilakukan oleh :
a. Pemerintah;
b. Dewan Pengawas Syariah.

Pasal 31
Pejabat pemerintah yang bertanggungjawab dalam bidang perkoperasian
melaksanakan pembinaan terhadap Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit
Jasa Keuangan Syariah Koperasi sebagai berikut :
a. Memantau perkembangan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa
Keuangan Syariah Koperasi secara berkala melalui laporan keuangan
Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi
yang bersangkutan;
b. Melakukan pemeriksaan secara menyeluruh baik yang menyangkut
organisasi maupun usahanya, termasuk pelaksanaan program pembinaan
24

anggota sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) Koperasi Jasa


Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah ;
c. Melakukan penilaian kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit
Jasa Keuangan Syariah sesuai standar kesehatan Pola bagi Hasil (Syariah).

Pasal 32
Dewan Pengurus Syariah bertugas melakukan pengawasan pelaksanaan
kegiatan usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah / Unit Jasa Keuangan Syariah
berdasarkan prinsip- prinsip syariah dan melaporkan hasil pengawasannya
kepada Pejabat.

BAB XII
LAPORAN KEUANGAN

Bagian Pertama
Kewajiban Laporan Keuangan

Pasal 33
(1) Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi
melalui koperasi yang bersangkutan wajib menyampaikan laporan
keuangan berkala kepada Pejabat yang berwenang memberikan
pengesahan akta pendirian dan perubahan anggaran dasar koperasi yang
bersangkutan.
(2) Laporan keuangan berkala terdiri dari :
a. Laporan Triwulan;
b. Laporan Tahunan.
(3) Laporan triwulanan disampaikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
sejak bulan terakhir pada periode yang bersangkutan.
(4) Laporan tahunan disampaikan selambat-lambatnya 5 (lima) bulan sejak
periode tahunan itu berakhir, dengan ketentuan bagi Koperasi Jasa
Keuangan Syariah / Unit Jasa Keuangan Syariah yang telah wajib audit,
maka laporan yang disampaikan adalah laporan hasil audit eksternal.
(5) Laporan Tahunan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan
Syariah Koperasi terdiri dari Neraca sebagaimana contoh Ilustrasi Neraca
25

pada lampiran 3 dan 4, Perhitungan Hasil Usaha sebagaimana contoh


pada lampiran 5, Laporan Arus Kas sebagaimana contoh pada lampiran 6
dan 7.
(6) Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah yang
menjalankan kegiatan maal, wajib membuat laporan penerimaan dan
distribusi dana Zakat, Infaq, Sadaqah, serta wakaf (ZISWAF), melengkapi
laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat 5.
(7) Perlakuan akuntansi yang menyangkut pengakuan, pengukuran, penyajian
dan pengungkapan seluruh perkiraan dilakukan berdasarkan prinsip
akuntansi Syariah yang berlaku umum.

Bagian Kedua
Bentuk dan Penyajian Laporan Keuangan

Pasal 34
(1) Laporan keuangan tahunan disajikan dengan membandingkan keadaan
keuangan antara tahun berjalan dengan tahun sebelumnya secara
komparatif dalam 2 (dua) tahun buku terakhir, kecuali bagi Koperasi Jasa
Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah yang belum memiliki
laporan periode sebelumnya.
(2) Penyajian pos Aktiva dan Kewajiban dalam Neraca Koperasi Jasa
Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi disusun
menurut tingkat likuiditas dan jatuh temponya, sebagaimana contoh
Ilustrasi Neraca pada lampiran 3 dan 4 Keputusan ini.
(3) Laporan Perhitungan Hasil Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit
Jasa Keuangan Syariah Koperasi menggambarkan pendapatan dan beban
yang berasal dari kegiatan utama Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit
Jasa Keuangan Syariah, dan kegiatan lainnya, sebagaimana contoh
Perhitungan Hasil Usaha pada lampiran 5 Keputusan ini.
(4) Catatan atas laporan keuangan menyajikan informasi yang memuat
kebijakan akuntansi, yaitu kebijakan-kebijakan dibidang akuntansi dalam
rangka penyusunan laporan keuangan yang menetapkan hal-hal sebagai
berikut :
a. kebijakan pemberian pembiayaan dan piutang penjualan;
b. klasifikasi atas pembiayaan dan piutang penjualan;
26

c. kebijakan penyisihan, taksiran pembiayaan dan piutang penjualan


yang tidak dapat ditagih;.
d. harga perolehan aktiva tetap termasuk kebijakan penyusutan;
e. kebijakan biaya termasuk kapitalisasi;
f. kebijakan cadangan sesuai dengan pasal 45 Undang-Undang Nomor
25 Tahun 1992 dan cadangan tujuan khusus yang ditetapkan oleh
Rapat Anggota.
(5) Laporan disampaikan kepada Pejabat yang memberikan pengesahan akta
pendirian dan perubahan anggaran dasar koperasi di tempat kedudukan
koperasi yang bersangkutan, dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
Pasal 33 ayat (4).

Bagian Ketiga
Audit

Pasal 35
(1) Audit wajib dilakukan pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa
Keuangan Syariah yang telah mempunyai jumlah volume pembiayaan dan
piutang dalam 1 (satu) tahun paling sedikit Rp.1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
(2) Audit harus dilakukan oleh Akuntan Publik atau Koperasi Jasa Audit.
(3) Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah yang belum
wajib audit menurut ketentuan ayat (1), melakukan pemeriksaan laporan
keuangan yang dilakukan oleh audit internal, atau pengawas, dan atau
petugas khusus yang telah ditetapkan sesuai kebijakan koperasi yang
bersangkutan.
(4) Hasil audit disampaikan dalam Rapat Anggota.
(5) Selain disampaikan dalam Rapat Anggota, hasil audit diumumkan kepada
anggota dan atau umum melalui papan pengumuman pada kantor
koperasi yang bersangkutan atau mass media.

Bagian Keempat
Penilaian Kesehatan
27

Pasal 36
(1) Penilaian kesehatan terhadap Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit
Jasa Keuangan Syariah dilakukan oleh petugas penilai kesehatan Koperasi
Keuangan Syariah dan Uinit Jasa Keuangan Syariah yang memenuhi syarat
dari Kantor Koperasi, dan Usaha Kecil dan Menengah baik di tingkat Pusat,
Provinsi/DI, dan Kabupaten/Kota.
(2) Untuk menjadi Pejabat penilai kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah
dan Unit jasa Keuangan Syariah harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS);
b. berpendidikan serendah-rendahnya sarjana Muda atau yang
sederajat;
c. telah mengikuti pendidikan dan pelatihan (teori dan praktek) tentang
lembaga keuangah syariah, yang dibuktikan dengan sertifikat yang
dikeluarkan oleh Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah.

Pasal 37
(1) Penetapan Pejabat Penilai Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan
Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah diatur sebagai berikut :
a. Pejabat Penilai Kesehatan pada tingkat Pusat ditetapkan oleh Pejabat
eselon I, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah yang
bertanggung- jawab terhadap pengawasan kegiatan simpan-pinjam;
b. Pejabat Penilai Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa
Keuangan Syariah pada tingkat propinsi/DI ditetapkan oleh Kepala
Instansi yang membidangi Koperasi tingkat propinsi/DI;
c. Pejabat Penilai Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa
Keuangan Syariah pada tingkat kabupaten/kota ditetapkan oleh
Kepala Instansi yang membidangi koperasi tingkat kabupaten/kota
setempat.
(2) Petunjuk pelaksanaan Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan
Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi diatur tersendiri dengan
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
28

BAB XIII
SANKSI

Pasal 38
(1) Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi
yang terlambat dan atau tidak menyampaikan laporan keuangan berkala
triwulanan kepada Pejabat koperasi, sebagaimana dimaksud Pasal 33 ayat
(3) dikenakan sanksi sebagai berikut :
a. Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah yang
terlambat menyampaikan laporan triwulan dalam jangka waktu 1
(satu) bulan dari jadwal yang ditentukan untuk menyampaikan
laporan, dikenakan teguran tertulis;
b. Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah yang
terlambat menyampaikan laporan triwulan dalam jangka waktu 2
(dua) bulan dari jadwal yang ditentukan untuk menyampaikan
laporan, dikenakan teguran tertulis kedua;
c. Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah yang
terlambat 3 (tiga) kali berturut-turut menyampaikan laporan dalam
jangka waktu 1 (satu) tahun buku, tingkat kesehatannya diturunkan
satu tingkat;
d. Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah yang
terlambat 4 (empat) kali berturut-turut menyampaikan laporan
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun buku dikenakan sanksi penilaian
tidak sehat;
e. Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah yang
sama sekali tidak memberikan laporan triwulan, minimal 1 (satu)
periode triwulan, hingga akhir tahun berjalan, dikenakan sanksi
penilaian tidak sehat.
(2) Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi
yang terlambat atau tidak menyampaikan laporan keuangan tahunan
kepada Pejabat koperasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 ayat (4),
dikenakan sanksi administrasi sebagai berikut :
a. Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah yang
terlambat menyampaikan laporan tahunan lebih dari 5 bulan sejak
29

tutup buku dikenakan peringatan tertulis;


b. Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah yang
tidak menyampaikan laporan tahunan, lebih dari 1 (satu ) tahun,
dikenakan sanksi penilaian tidak sehat;
c. Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah yang
tidak menyampaikan laporan tahunan selama 2 (dua) tahun berturut-
turut, dikenakan sanksi pembubaran Koperasi Jasa Keuangan Syariah
atau pembatalan pengesahan perubahan Anggaran Dasar Koperasi
yang memiliki Unit Jasa Keuangan Syariah.

Pasal 39
Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi yang
telah mempunyai volume pembiayaan dan piutang dalam 1 (satu) tahun
paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) tetapi belum diaudit
oleh Akuntan Publik atau Koperasi Jasa Audit dikenakan sanksi administrasi
berupa penurunan tingkat kesehatan.

Pasal 40
(1) Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi
yang tidak memberikan kesempatan kepada Pejabat pemeriksa untuk
memeriksa buku dan berkas berkas yang ada padanya serta tidak
memberikan bantuan yang diperlukan oleh pemeriksa dalam rangka
memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen dan penjelasan
yang dilaporkan oleh Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa
Keuangan Syariah , dikenakan sanksi berupa penghentian sementara ijin
kegiatan usahanya.
(2) Koperasi yang melaksanakan kegiatan pembiayaan pola bagi hasil
(Syariah) tanpa ijin, dikenakan sanksi administrasi berupa penghentian
sementara kegiatan usahanya sampai dengan proses pengesahan izin
usahanya dipenuhi.

Pasal 41
(1) Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang akta pendiriannya telah disahkan
oleh Pejabat yang berwenang, apabila dalam jangka waktu 2 (dua) tahun
sejak tanggal pengesahan belum melaksanakan kegiatan usahanya,
dikenakan sanksi berupa pembubaran koperasi.
30

(2) Unit Jasa Keuangan Syariah yang perubahan anggaran dasar koperasi
telah disahkan oleh Pejabat yang berwenang, apabila dalam waktu 2 (dua)
tahun belum melakukan kegiatan usaha, dikenakan sanksi pembatalan
pengesahan perubahan anggaran dasar Koperasi.

Pasal 42
Pejabat berwenang membubarkan Koperasi Jasa Keuangan Syariah atau
koperasi yang mempunyai Unit Jasa Keuangan Syariah jika Koperasi yang
bersangkutan, berdasarkan penilaian Dewan Pengawas Syariah telah terbukti
melanggar prinsip-prinsip syariah dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Pasal 43
(1) Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah yang
dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud Pasal 38, 39, 40, dan 41, dapat
diumumkan oleh Pejabat secara terbuka dalam surat kabar harian atau
mingguan.
(2) Pejabat wajib mencatat nama-nama Pengurus dan Manajer Koperasi Jasa
Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah yang telah dikenakan sanksi
sebagaimana dimaksud Pasal 38, 39, 40, dan 41, dalam daftar khusus yang
disediakan untuk keperluan tersebut.

BAB XIV
PEMBUBARAN KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH / UNIT JASA KEUANGAN
SYARIAH

Bagian Pertama
Pembubaran Oleh Anggota

Pasal 44
(1) Koperasi Jasa Keuangan Syariah dapat dibubarkan oleh anggota
berdasarkan Keputusan Rapat Anggota sesuai dengan ketentuan Undang -
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
(2) Pembubaran Koperasi Syariah oleh anggota, dilaksanakan melalui tata
cara sebagai berikut :
a. Koperasi Jasa Keuangan Syariah menyelenggarakan Rapat Anggota
31

pembubaran koperasi yang antara lain menetapkan kuasa Rapat


Anggota dan membentuk Tim Penyelesaian yang bertanggungjawab
kepada kuasa Rapat Anggota;
b. Kuasa Rapat Anggota memberitahukan keputusan pembubaran
koperasi tersebut secara tertulis kepada semua kreditor dan Instansi
yang membidangi Pembinaan Koperasi;
c. Kreditor dan Pemerintah berhak mengajukan keberatan terhadap
rencana pembubaran koperasi dalam jangka waktu 2 (dua) bulan
sejak tanggal diterimanya pemberitahuan dari kuasa Rapat Anggota
dan selama pemberitahuan pembubaran koperasi tersebut belum
diterima oleh pemerintah dan kreditor, maka pembubaran koperasi
belum berlaku;
d. Kuasa Rapat Anggota mengeluarkan keputusan tentang diterima atau
ditolaknya keberatan atas rencana pembubaran, paling lambat 1
(satu) bulan sejak tanggal diterimanya pernyataan keberatan dari
Pemerintah dan atau kreditor;
e. Tim Penyelesai mempunyai hak, wewenang dan kewajiban untuk
menyelesaikan seluruh permasalahan dan hal-hal yang berkaitan
dengan hak dan kewajiban Koperasi Jasa Keuangan Syariah;
f. Kuasa Rapat Anggota menyampaikan hasil penyelesaian pembubaran
kepada Instansi yang membidangi koperasi di tempat kedudukan
koperasi yang bersangkutan;
g. Instansi sebagaimana dimaksud pada huruf f menyampaikan
keputusan Rapat Anggota pembubaran koperasi dan laporan
penyelesaian pembubaran koperasi didaerahnya kepada Deputi
Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah;
h. Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah mengumumkan pembubaran Koperasi yang
bersangkutan melalui Berita Negara.

Pasal 45
(1) Pembubaran Unit Jasa Keuangan Syariah, oleh anggota dilaksanakan
melalui tata cara sebagai berikut :
a. rapat pleno pengurus membuat keputusan tentang pembubaran Unit
32

Jasa Keuangan Syariah dan membentuk tim penyelesai;


b. tim penyelesai diberi wewenang untuk menyelesaikan hak dan
kewajiban Unit Jasa Keuangan Syariah yang bersangkutan;
c. keputusan pembubaran disampaikan kepada Kepala Instansi yang
membidangi koperasi di tempat kedudukan koperasi;
d. tim penyelesai atas nama pengurus koperasi berkewajiban untuk
melaksanakan kewajiban yang harus dilakukan oleh Unit Jasa
Keuangan Syariah.
e. hasil penyelesaian dilaporkan oleh Tim Penyelesai kepada Pengurus
Koperasi yang bersangkutan;
f. koperasi menyelenggarakan Rapat Anggota Perubahan Anggaran
Dasar yang menetapkan penghapusan Unit Jasa Keuangan Syariah
dari salah satu bidang usaha koperasi yang bersangkutan;
g. pengurus koperasi yang bersangkutan mengajukan pengesahan
perubahan Anggaran Dasar koperasi kepada Pejabat;
h. Pejabat mengesahkan perubahan Anggaran Dasar Koperasi yang Unit
Jasa Keuangan Syariah-nya telah ditutup.
(2) Apabila dalam proses pembubaran Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit
Jasa Keuangan Syariah oleh anggota terdapat perselisihan, maka
penyelesaian dapat diajukan kepada BAMUI (Badan Arbitrase Muamalat
Indonesia).

Bagian Kedua
Pembubaran Oleh Pemerintah

Pasal 46
Koperasi Jasa Keuangan Syariah dapat dibubarkan oleh pemerintah sesuai
dengan tata cara pembubaran koperasi sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 1994 tentang pembubaran koperasi oleh
pemerintah dan petunjuk pelaksanaannya.

Pasal 47
Dalam masa penyelesaian, pembayaran kewajiban Koperasi Jasa Keuangan
Syariah atau Unit Jasa Keuangan Syariah dilakukan berdasarkan urutan sebagai
33

berikut :
a. gaji pegawai yang terutang;
b. biaya perkara di Pengadilan;
c. biaya lelang;
d. pajak Koperasi Jasa Keuangan Syariah atau Unit Jasa Keuangan Syariah;
e. biaya kantor, seperti listrik, air telepon, sewa dan pemeliharaan gedung;
f. penyimpanan dana atau penabung, yang pembayarannya dilakukan
secara berimbang untuk setiap penyimpan/penabung dalam jumlah yang
ditetapkan oleh Tim Penyelesai berdasarkan persetujuan Menteri;
g. kreditur lainnya.

Pasal 48
(1) Segala biaya yang berkaitan dengan penyelesai dibebankan pada harta
kekayaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah atau Unit Jasa Keuangan Syariah
yang bersangkutan dan dikeluarkan terlebih dahulu dari dana yang ada
atau setiap hasil pencairan harta tersebut.
(2) Biaya pegawai, kantor dan pencairan harta kekayaan selama masa
penyelesaian disusun dan ditetapkan oleh pihak yang melakukan
pembubaran.
(3) Honor Tim Penyelesai ditetapkan oleh pihak yang melakukan pembubaran
dalam jumlah yang tetap dan berdasarkan prosentase dari setiap hasil
pencairan harta kekayaan.

Pasal 49
Apabila setelah dilakukan pembayaran kewajiban dan biaya penyelesaian
sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 dan pasal 49 masih terdapat sisa harta
kekayaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah atau Unit Jasa Keuangan Syariah,
maka :
a. dalam hal Koperasi Jasa Keuangan Syariah, sisa harta tersebut dibagikan
kepada anggota Koperasi Jasa Keuangan Syariah.
b. dalam hal Unit Jasa Keuangan Syariah, sisa harta tersebut diserahkan
kepada Koperasi yang bersangkutan.
34

BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 50
(1) KSP/USP-Koperasi yang ingin mengubah atau mengkonversikan kegiatan
usahanya menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan
Syariah dapat menjalankan usaha dengan ketentuan :
a. KSP/Koperasi yang memiliki Unit Pembiayaan melakukan perubahan
Anggaran Dasar yang mencantumkan perubahan pembiayaan
konvensional menjadi kegiatan usaha pembiayaan pola syariah;
b. Melakukan konversi data keuangan sistem lama menjadi sistem
Syariah disertai permohonan ijin perubahan pola operasional menjadi
sistem syariah;
c. Mengajukan pengesahan perubahan anggaran dasar dan perubahan
operasionalnya menjadi sistem syariah, dengan menyertakan
dokumen :
1) Berita acara persetujuan anggota untuk menjalankan kegiatan
usaha jasa keuangan syariah;
2) Alasan-alasan perubahan/konversi;
3) Laporan posisi, dan kondisi saat konversi, sehingga jelas duduk
persoalannya;
4) Bukti-bukti keuangan yang menunjukan hak dan kewajiban bagi
KSP/USP- Koperasi yang bersangkutan.
(2) Koperasi yang telah menyelenggarakan kegiatan Pembiayaan Pola Syariah,
diberikan kesempatan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak
berlakunya keputusan ini, untuk menyesuaikan dan mengikuti segala
peraturan yang berlaku dalam keputusan ini.
35

BAB XVI
PENUTUP

Pasal 51
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal :

Menteri Negara

ALIMARWAN HANAN

Draft :
1. Asdep 3.2 : ........... / ............
2. Deputi 3 : ........... / ............
3. Asdep 1.2 : ........... / ............
4. Deputi 1 : ........... / ............
5. Ses Meneg : ........... / ............
Lampiran 3

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 21 TAHUN 2008
TENTANG
PERBANKAN SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa sejalan dengan tujuan pembangunan nasional


Indonesia untuk mencapai terciptanya masyarakat adil dan
makmur berdasarkan demokrasi ekonomi, dikembangkan
sistem ekonomi yang berlandaskan pada nilai keadilan,
kebersamaan, pemerataan, dan kemanfaatan yang sesuai
dengan prinsip syariah;
b. bahwa kebutuhan masyarakat Indonesia akan jasa-jasa
perbankan syariah semakin meningkat;
c. bahwa perbankan syariah memiliki kekhususan
dibandingkan dengan perbankan konvensional;
d. bahwa pengaturan mengenai perbankan syariah di dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 belum spesifik sehingga perlu diatur secara
khusus dalam suatu undang-undang tersendiri;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu
membentuk Undang-Undang tentang Perbankan Syariah;

Mengingat: 1. Pasal 20 dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor
31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3790);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
2

Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun


1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3843) sebagaimana telah diubah dengan
UndangUndang Nomor 3 Tahun 2004 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4357);
4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga
Penjamin Simpanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4420);
5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4756);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: UNDANG–UNDANG TENTANG PERBANKAN SYARIAH.

BAB I
IKETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,
serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
2. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat.
3. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
3

4. Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya


secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum
Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat.
5. Bank Umum Konvensional adalah Bank Konvensional yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
6. Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank Konvensional yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
7. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
8. Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
9. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
10. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari
kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu
Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.
11. Kantor Cabang adalah kantor cabang Bank Syariah yang bertanggung
jawab kepada kantor pusat Bank yang bersangkutan dengan alamat
tempat usaha yang jelas sesuai dengan lokasi kantor cabang tersebut
melakukan usahanya.
12. Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.
13. Akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak
lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak
sesuai dengan Prinsip Syariah.
14. Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan Simpananannya serta
Nasabah Investor dan Investasinya.
15. Pihak Terafiliasi adalah:
a. komisaris, direksi atau kuasanya, pejabat, dan karyawan Bank Syariah
atau Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS;
b. pihak yang memberikan jasanya kepada Bank Syariah atau UUS,
antara lain Dewan Pengawas Syariah, akuntan publik, penilai, dan
4

konsultan hukum; dan/atau


c. pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta
memengaruhi pengelolaan Bank Syariah atau UUS, baik langsung
maupun tidak langsung, antara lain pengendali bank, pemegang
saham dan keluarganya, keluarga komisaris, dan keluarga direksi.
16. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa Bank Syariah dan/atau
UUS.
17. Nasabah Penyimpan adalah Nasabah yang menempatkan dananya di Bank
Syariah dan/atau UUS dalam bentuk Simpanan berdasarkan Akad antara
Bank Syariah atau UUS dan Nasabah yang bersangkutan.
18. Nasabah Investor adalah Nasabah yang menempatkan dananya di Bank
Syariah dan/atau UUS dalam bentuk Investasi berdasarkan Akad antara
Bank Syariah atau UUS dan Nasabah yang bersangkutan.
19. Nasabah Penerima Fasilitas adalah Nasabah yang memperoleh fasilitas
dana atau yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan Prinsip Syariah.
20. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank
Syariah dan/atau UUS berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dalam bentuk Giro, Tabungan,
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
21. Tabungan adalah Simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau Investasi
dana berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi
tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
22. Deposito adalah Investasi dana berdasarkan Akad mudharabah atau Akad
lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan Akad antara
Nasabah Penyimpan dan Bank Syariah dan/atau UUS.
23. Giro adalah Simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana
perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan.
24. Investasi adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank
Syariah dan/atau UUS berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dalam bentuk Deposito,
Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
25. Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berupa:
5

a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;


b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna’;
d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan
e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank
Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa
imbalan, atau bagi hasil.
26. Agunan adalah jaminan tambahan, baik berupa benda bergerak maupun
benda tidak bergerak yang diserahkan oleh pemilik Agunan kepada Bank
Syariah dan/atau UUS, guna menjamin pelunasan kewajiban Nasabah
Penerima Fasilitas.
27. Penitipan adalah penyimpanan harta berdasarkan Akad antara Bank
Umum Syariah atau UUS dan penitip, dengan ketentuan Bank Umum
Syariah atau UUS yang bersangkutan tidak mempunyai hak kepemilikan
atas harta tersebut.
28. Wali Amanat adalah Bank Umum Syariah yang mewakili kepentingan
pemegang surat berharga berdasarkan Akad wakalah antara Bank Umum
Syariah yang bersangkutan dan pemegang surat berharga tersebut.
29. Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Bank
atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Bank lain yang telah ada
yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Bank yang menggabungkan
diri beralih karena hukum kepada Bank yang menerima penggabungan
dan selanjutnya status badan hukum Bank yang menggabungkan diri
berakhir karena hukum.
30. Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua Bank atau
lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu Bank baru yang
karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari Bank yang meleburkan
diri dan status badan hukum Bank yang meleburkan diri berakhir karena
hukum.
31. Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan
hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham Bank yang
mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Bank tersebut.
32. Pemisahan adalah pemisahan usaha dari satu Bank menjadi dua badan
usaha atau lebih, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
6

undangan.

BAB II
ASAS, TUJUAN, DAN FUNGSI

Pasal 2
Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip
Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.

Pasal 3
Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan
kesejahteraan rakyat.
Pasal 4
(1) Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat.
(2) Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,
sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
organisasi pengelola zakat.
(3) Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari
wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai
dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
(4) Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB III
PERIZINAN, BENTUK BADAN HUKUM, ANGGARAN DASAR, DAN KEPEMILIKAN

Bagian Kesatu
Perizinan

Pasal 5
(1) Setiap pihak yang akan melakukan kegiatan usaha Bank Syariah atau UUS
wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Syariah atau
UUS dari Bank Indonesia.
(2) Untuk memperoleh izin usaha Bank Syariah harus memenuhi persyaratan
sekurang-kurangnya tentang:
a. susunan organisasi dan kepengurusan;
7

b. permodalan;
c. kepemilikan;
d. keahlian di bidang Perbankan Syariah; dan
e. kelayakan usaha.
(3) Persyaratan untuk memperoleh izin usaha UUS diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bank Indonesia.
(4) Bank Syariah yang telah mendapat izin usaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib mencantumkan dengan jelas kata “syariah” pada penulisan
nama banknya.
(5) Bank Umum Konvensional yang telah mendapat izin usaha UUS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mencantumkan dengan jelas
frase “Unit Usaha Syariah” setelah nama Bank pada kantor UUS yang
bersangkutan.
(6) Bank Konvensional hanya dapat mengubah kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dengan izin Bank Indonesia.
(7) Bank Umum Syariah tidak dapat dikonversi menjadi Bank Umum
Konvensional.
(8) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah tidak dapat dikonversi menjadi Bank
Perkreditan Rakyat.
(9) Bank Umum Konvensional yang akan melakukan kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syariah wajib membuka UUS di kantor pusat Bank
dengan izin Bank Indonesia.

Pasal 6
(1) Pembukaan Kantor Cabang Bank Syariah dan UUS hanya dapat dilakukan
dengan izin Bank Indonesia.
(2) Pembukaan Kantor Cabang, kantor perwakilan, dan jenis- jenis kantor
lainnya di luar negeri oleh Bank Umum Syariah dan Bank Umum
Konvensional yang memiliki UUS hanya dapat dilakukan dengan izin Bank
Indonesia.
(3) Pembukaan kantor di bawah Kantor Cabang, wajib dilaporkan dan hanya
dapat dilakukan setelah mendapat surat penegasan dari Bank Indonesia.
(4) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah tidak diizinkan untuk membuka Kantor
Cabang, kantor perwakilan, dan jenis kantor lainnya di luar negeri.
8

Bagian Kedua
Bentuk Badan Hukum

Pasal 7
Bentuk badan hukum Bank Syariah adalah perseroan terbatas.

Bagian Ketiga
Anggaran Dasar

Pasal 8
Di dalam anggaran dasar Bank Syariah selain memenuhi persyaratan anggaran
dasar sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
memuat pula ketentuan:
a. pengangkatan anggota direksi dan komisaris harus mendapatkan
persetujuan Bank Indonesia;
b. Rapat Umum Pemegang Saham Bank Syariah harus menetapkan
tugas manajemen, remunerasi komisaris dan direksi, laporan
pertanggungjawaban tahunan, penunjukkan dan biaya jasa akuntan
publik, penggunaan laba, dan hal-hal lainnya yang ditetapkan dalam
Peraturan Bank Indonesia.

Bagian Keempat
Pendirian dan Kepemilikan Bank Syariah

Pasal 9
(1) Bank Umum Syariah hanya dapat didirikan dan/atau dimiliki oleh:
a. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia;
b. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia dengan
warga negara asing dan/atau badan hukum asing secara kemitraan;
atau
c. pemerintah daerah.
(2) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah hanya dapat didirikan dan/atau dimiliki
oleh:
a. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia yang
seluruh pemiliknya warga negara Indonesia;
b. pemerintah daerah; atau
c. dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf
b.
(3) Maksimum kepemilikan Bank Umum Syariah oleh warga negara asing
9

dan/atau badan hukum asing diatur dalam Peraturan Bank Indonesia.

Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan, bentuk badan hukum, anggaran
dasar, serta pendirian dan kepemilikan Bank Syariah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 9 diatur dengan Peraturan Bank Indonesia.

Pasal 11
Besarnya modal disetor minimum untuk mendirikan Bank Syariah ditetapkan
dalam Peraturan Bank Indonesia.

Pasal 12
Saham Bank Syariah hanya dapat diterbitkan dalam bentuk saham atas nama.

Pasal 13
Bank Umum Syariah dapat melakukan penawaran umum efek melalui pasar
modal sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Pasal 14
(1) Warga negara Indonesia, warga negara asing, badan hukum Indonesia,
atau badan hukum asing dapat memiliki atau membeli saham Bank Umum
Syariah secara langsung atau melalui bursa efek.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 15
Perubahan kepemilikan Bank Syariah wajib memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 14.

Pasal 16
(1) UUS dapat menjadi Bank Umum Syariah tersendiri setelah mendapat izin
dari Bank Indonesia.
(2) Izin perubahan UUS menjadi Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bank Indonesia.

Pasal 17
(1) Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Syariah wajib
terlebih dahulu mendapat izin dari Bank Indonesia.
10

(2) Dalam hal terjadi Penggabungan atau Peleburan Bank Syariah dengan
Bank lainnya, Bank hasil Penggabungan atau Peleburan tersebut wajib
menjadi Bank Syariah.
(3) Ketentuan mengenai Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan
Bank Syariah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

BAB IV
JENIS DAN KEGIATAN USAHA, KELAYAKAN PENYALURAN DANA, DAN
LARANGAN BAGI BANK SYARIAH DAN UUS

Bagian Kesatu
Jenis dan Kegiatan Usaha

Pasal 18
Bank Syariah terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.

Pasal 19
(1) Kegiatan usaha Bank Umum Syariah meliputi:
a. menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan,
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad
wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah;
b. menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito,
Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;
c. menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah,
Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah;
d. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad
salam, Akad istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah;
e. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
f. menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak
bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa
beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang
11

tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;


g. melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau
Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
h. melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah;
i. membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga
pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan
Prinsip Syariah, antara lain, seperti Akad ijarah, musyarakah,
mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;
j. membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan
oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia;
k. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga
berdasarkan Prinsip Syariah;
l. melakukan Penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu
Akad yang berdasarkan Prinsip Syariah;
m. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah;
n. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;
o. melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan Akad wakalah;
p. memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan
Prinsip Syariah; dan
q. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan
dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Kegiatan usaha UUS meliputi:
a. menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan,
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad
wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah;
b. menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito,
Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;
c. menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah,
Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah;
12

d. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad


salam, Akad istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah;
e. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
f. menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak
bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa
beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
g. melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau
Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
h. melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah;
i. membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan
atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain,
seperti Akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah,
atau hawalah;
j. membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan
oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia;
k. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga
berdasarkan Prinsip Syariah;
l. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah;
m. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;
n. memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan
Prinsip Syariah; dan
o. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan
dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 20
(1) Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (1), Bank Umum Syariah dapat pula:
a. melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan Prinsip Syariah;
b. melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank Umum Syariah
atau lembaga keuangan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan
13

Prinsip Syariah;
c. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi
akibat kegagalan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan
syarat harus menarik kembali penyertaannya;
d. bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun berdasarkan
Prinsip Syariah;
e. melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah dan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal;
f. menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan
Prinsip Syariah dengan menggunakan sarana elektronik;
g. menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga
jangka pendek berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui pasar uang;
h. menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga
jangka panjang berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui pasar modal; dan
i. menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Umum
Syariah lainnya yang berdasarkan Prinsip Syariah.
(2) Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (2), UUS dapat pula:
a. melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan Prinsip Syariah;
b. melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah dan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal;
c. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi
akibat kegagalan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan
syarat harus menarik kembali penyertaannya;
d. menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan
Prinsip Syariah dengan menggunakan sarana elektronik;
e. menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga
jangka pendek berdasarkan Prinsip Syariah baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui pasar uang; dan
f. menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Umum
Syariah lainnya yang berdasarkan Prinsip Syariah.
(3) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib
memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
14

Pasal 21
Kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah meliputi:
a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:
1. Simpanan berupa Tabungan atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah; dan
2. Investasi berupa Deposito atau Tabungan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad
lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
b. menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:
1. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah atau
musyarakah;
2. Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, salam, atau istishna’;
3. Pembiayaan berdasarkan Akad qardh;
4. Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
Nasabah berdasarkan Akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik; dan
5. pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah;
c. menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan
berdasarkan Akad wadi’ah atau Investasi berdasarkan Akad mudharabah
dan/atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
d. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional, dan UUS; dan
e. menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya
yang sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan Bank
Indonesia.

Pasal 22
Setiap pihak dilarang melakukan kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk
Simpanan atau Investasi berdasarkan Prinsip Syariah tanpa izin terlebih dahulu
dari Bank Indonesia, kecuali diatur dalam undang-undang lain.

Bagian Kedua
Kelayakan Penyaluran Dana

Pasal 23
(1) Bank Syariah dan/atau UUS harus mempunyai keyakinan atas kemauan
dan kemampuan calon Nasabah Penerima Fasilitas untuk melunasi
15

seluruh kewajiban pada waktunya, sebelum Bank Syariah dan/atau UUS


menyalurkan dana kepada Nasabah Penerima Fasilitas.
(2) Untuk memperoleh keyakinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank
Syariah dan/atau UUS wajib melakukan penilaian yang saksama terhadap
watak, kemampuan, modal, Agunan, dan prospek usaha dari calon
Nasabah Penerima Fasilitas.

Bagian Ketiga
Larangan Bagi Bank Syariah dan UUS

Pasal 24
(1) Bank Umum Syariah dilarang:
a. melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip
Syariah;
b. melakukan kegiatan jual beli saham secara langsung di pasar modal;
c. melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (1) huruf b dan huruf c; dan
d. melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen
pemasaran produk asuransi syariah.
(2) UUS dilarang:
a. melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip
Syariah;
b. melakukan kegiatan jual beli saham secara langsung di pasar modal;
c. melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (2) huruf c; dan
d. melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen
pemasaran produk asuransi syariah.

Pasal 25
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dilarang:
a. melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip
Syariah;
b. menerima Simpanan berupa Giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran;
c. melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran
uang asing dengan izin Bank Indonesia;
d. melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen
pemasaran produk asuransi syariah;
e. melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang dibentuk
16

untuk menanggulangi kesulitan likuiditas Bank Pembiayaan Rakyat


Syariah; dan
f. melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21.

Pasal 26
(1) Kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Pasal 20, dan
Pasal 21 dan/atau produk dan jasa syariah, wajib tunduk kepada Prinsip
Syariah.
(2) Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difatwakan oleh
Majelis Ulama Indonesia.
(3) Fatwa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam Peraturan
Bank Indonesia.
(4) Dalam rangka penyusunan Peraturan Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Bank Indonesia membentuk komite perbankan
syariah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan, keanggotaan,
dan tugas komite perbankan syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
diatur dengan Peraturan Bank Indonesia.

BAB V
PEMEGANG SAHAM PENGENDALI, DEWAN KOMISARIS,
DEWAN PENGAWAS SYARIAH, DIREKSI,
DAN TENAGA KERJA ASING

Bagian Kesatu
Pemegang Saham Pengendali

Pasal 27
(1) Calon pemegang saham pengendali Bank Syariah wajib lulus uji
kemampuan dan kepatutan yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
(2) Pemegang saham pengendali yang tidak lulus uji kemampuan dan
kepatutan wajib menurunkan kepemilikan sahamnya menjadi paling
banyak 10% (sepuluh persen).
(3) Dalam hal pemegang saham pengendali tidak menurunkan kepemilikan
sahamnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka:
a. hak suara pemegang saham pengendali tidak diperhitungkan dalam
Rapat Umum Pemegang Saham;
b. hak suara pemegang saham pengendali tidak diperhitungkan sebagai
17

penghitungan kuorum atau tidaknya Rapat Umum Pemegang Saham;


c. deviden yang dapat dibayarkan kepada pemegang saham pengendali
paling banyak 10% (sepuluh persen) dan sisanya dibayarkan setelah
pemegang saham pengendali tersebut mengalihkan kepemilikannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan
d. nama pemegang saham pengendali yang bersangkutan diumumkan
kepada publik melalui 2 (dua) media massa yang mempunyai
peredaran luas.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai uji kemampuan dan kepatutan diatur
dengan Peraturan Bank Indonesia.

Bagian Kedua
Dewan Komisaris dan Direksi

Pasal 28
Ketentuan mengenai syarat, jumlah, tugas, kewenangan, tanggung jawab,
serta hal lain yang menyangkut dewan komisaris dan direksi Bank Syariah
diatur dalam anggaran dasar Bank Syariah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.

Pasal 29
(1) Dalam jajaran direksi Bank Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
wajib terdapat 1 (satu) orang direktur yang bertugas untuk memastikan
kepatuhan Bank Syariah terhadap pelaksanaan ketentuan Bank Indonesia
dan peraturan perundang-undangan lainnya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas untuk memastikan kepatuhan
Bank Syariah terhadap pelaksanaan ketentuan Bank Indonesia dan
peraturan perundang-undangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Bank Indonesia.

Pasal 30
(1) Calon dewan komisaris dan calon direksi wajib lulus uji kemampuan dan
kepatutan yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
(2) Uji kemampuan dan kepatutan terhadap komisaris dan direksi yang
melanggar integritas dan tidak memenuhi kompetensi dilakukan oleh
Bank Indonesia.
(3) Komisaris dan direksi yang tidak lulus uji kemampuan dan kepatutan wajib
melepaskan jabatannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai uji kemampuan dan kepatutan
18

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Peraturan Bank Indonesia.
Pasal 31
(1) Dalam menjalankan kegiatan Bank Syariah, direksi dapat mengangkat
pejabat eksekutif.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkatan pejabat eksekutif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bank
Indonesia.

Bagian Ketiga
Dewan Pengawas Syariah

Pasal 32
(1) Dewan Pengawas Syariah wajib dibentuk di Bank Syariah dan Bank Umum
Konvensional yang memiliki UUS.
(2) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat
oleh Rapat Umum Pemegang Saham atas rekomendasi Majelis Ulama
Indonesia.
(3) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas
memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan
Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Dewan Pengawas Syariah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bank
Indonesia.

Bagian Keempat
Penggunaan Tenaga Kerja Asing

Pasal 33
(1) Dalam menjalankan kegiatannya, Bank Syariah dapat menggunakan
tenaga kerja asing.
(2) Tata cara penggunaan tenaga kerja asing sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
19

BAB VI

TATA KELOLA, PRINSIP KEHATI-HATIAN,


DAN PENGELOLAAN RISIKO PERBANKAN SYARIAH

Bagian Kesatu
Tata Kelola Perbankan Syariah

Pasal 34
(1) Bank Syariah dan UUS wajib menerapkan tata kelola yang baik yang
mencakup prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban,
profesional, dan kewajaran dalam menjalankan kegiatan usahanya.
(2) Bank Syariah dan UUS wajib menyusun prosedur internal mengenai
pelaksanaan prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kelola yang baik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bank Indonesia.

Bagian Kedua
Prinsip Kehati-hatian

Pasal 35
(1) Bank Syariah dan UUS dalam melakukan kegiatan usahanya wajib
menerapkan prinsip kehati-hatian.
(2) Bank Syariah dan UUS wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia
laporan keuangan berupa neraca tahunan dan perhitungan laba rugi
tahunan serta penjelasannya yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi
syariah yang berlaku umum, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu
dan bentuk yang diatur dengan Peraturan Bank Indonesia.
(3) Neraca dan perhitungan laba rugi tahunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) wajib terlebih dahulu diaudit oleh kantor akuntan publik.
(4) Bank Indonesia dapat menetapkan pengecualian terhadap kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bagi Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.
(5) Bank Syariah wajib mengumumkan neraca dan laporan laba rugi kepada
publik dalam waktu dan bentuk yang ditentukan oleh Bank Indonesia.

Pasal 36
Dalam menyalurkan Pembiayaan dan melakukan kegiatan usaha lainnya, Bank
Syariah dan UUS wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan Bank
20

Syariah dan/atau UUS dan kepentingan Nasabah yang mempercayakan


dananya.

Pasal 37
(1) Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum
penyaluran dana berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan,
penempatan investasi surat berharga yang berbasis syariah, atau hal lain
yang serupa, yang dapat dilakukan oleh Bank Syariah dan UUS kepada
Nasabah Penerima Fasilitas atau sekelompok Nasabah Penerima Fasilitas
yang terkait, termasuk kepada perusahaan dalam kelompok yang sama
dengan Bank Syariah dan UUS yang bersangkutan.
(2) Batas maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh
melebihi 30% (tiga puluh persen) dari modal Bank Syariah sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
(3) Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum
penyaluran dana berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan,
penempatan investasi surat berharga, atau hal lain yang serupa yang
dapat dilakukan oleh Bank Syariah kepada:
a. pemegang saham yang memiliki 10% (sepuluh persen) atau lebih dari
modal disetor Bank Syariah;
b. anggota dewan komisaris;
c. anggota direksi;
d. keluarga dari pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
dan huruf c;
e. pejabat bank lainnya; dan
f. perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan dari pihak
sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf e.
(4) Batas maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak boleh
melebihi 20% (dua puluh persen) dari modal Bank Syariah sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
(5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)
wajib dilaporkan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.

Bagian Ketiga
Kewajiban Pengelolaan Risiko

Pasal 38
(1) Bank Syariah dan UUS wajib menerapkan manajemen risiko, prinsip
21

mengenal nasabah, dan perlindungan nasabah.


(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Bank Indonesia.

Pasal 39
Bank Syariah dan UUS wajib menjelaskan kepada Nasabah mengenai
kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi Nasabah
yang dilakukan melalui Bank Syariah dan/atau UUS.

Pasal 40
(1) Dalam hal Nasabah Penerima Fasilitas tidak memenuhi kewajibannya,
Bank Syariah dan UUS dapat membeli sebagian atau seluruh Agunan, baik
melalui maupun di luar pelelangan, berdasarkan penyerahan secara
sukarela oleh pemilik Agunan atau berdasarkan pemberian kuasa untuk
menjual dari pemilik Agunan, dengan ketentuan Agunan yang dibeli
tersebut wajib dicairkan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu)
tahun.
(2) Bank Syariah dan UUS harus memperhitungkan harga pembelian Agunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan kewajiban Nasabah kepada
Bank Syariah dan UUS yang bersangkutan.
(3) Dalam hal harga pembelian Agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melebihi jumlah kewajiban Nasabah kepada Bank Syariah dan UUS, selisih
kelebihan jumlah tersebut harus dikembalikan kepada Nasabah setelah
dikurangi dengan biaya lelang dan biaya lain yang langsung terkait dengan
proses pembelian Agunan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembelian Agunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Bank Indonesia.

BAB VII
RAHASIA BANK

Bagian Kesatu
Cakupan Rahasia Bank

Pasal 41
Bank dan Pihak Terafiliasi wajib merahasiakan keterangan mengenai Nasabah
Penyimpan dan Simpanannya serta Nasabah Investor dan Investasinya.
22

Bagian Kedua
Pengecualian Rahasia Bank

Pasal 42
(1) Untuk kepentingan penyidikan pidana perpajakan, pimpinan Bank
Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan
perintah tertulis kepada Bank agar memberikan keterangan dan
memperlihatkan bukti tertulis serta surat mengenai keadaan keuangan
Nasabah Penyimpan atau Nasabah Investor tertentu kepada pejabat
pajak.
(2) Perintah tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyebutkan
nama pejabat pajak, nama nasabah wajib pajak, dan kasus yang
dikehendaki keterangannya.

Pasal 43
(1) Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, pimpinan Bank
Indonesia dapat memberikan izin kepada polisi, jaksa, hakim, atau
penyidik lain yang diberi wewenang berdasarkan undang-undang untuk
memperoleh keterangan dari Bank mengenai Simpanan atau Investasi
tersangka atau terdakwa pada Bank.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan secara tertulis atas
permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia,
Jaksa Agung, Ketua Mahkamah Agung, atau pimpinan instansi yang diberi
wewenang untuk melakukan penyidikan.
(3) Permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus menyebutkan
nama dan jabatan penyidik, jaksa, atau hakim, nama tersangka atau
terdakwa, alasan diperlukannya keterangan, dan hubungan perkara
pidana yang bersangkutan dengan keterangan yang diperlukan.

Pasal 44
Bank wajib memberikan keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
dan Pasal 43.

Pasal 45
Dalam perkara perdata antara Bank dan Nasabahnya, direksi Bank yang
bersangkutan dapat menginformasikan kepada pengadilan tentang keadaan
keuangan Nasabah yang bersangkutan dan memberikan keterangan lain yang
relevan dengan perkara tersebut.
23

Pasal 46
(1) Dalam rangka tukar-menukar informasi antarbank, direksi Bank dapat
memberitahukan keadaan keuangan Nasabahnya kepada Bank lain.
(2) Ketentuan mengenai tukar-menukar informasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bank Indonesia.

Pasal 47
Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari Nasabah Penyimpan atau
Nasabah Investor yang dibuat secara tertulis, Bank wajib memberikan
keterangan mengenai Simpanan Nasabah Penyimpan atau Nasabah Investor
pada Bank yang bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk oleh Nasabah
Penyimpan atau Nasabah Investor tersebut.

Pasal 48
Dalam hal Nasabah Penyimpan atau Nasabah Investor telah meninggal dunia,
ahli waris yang sah dari Nasabah Penyimpan atau Nasabah Investor yang
bersangkutan berhak memperoleh keterangan mengenai Simpanan Nasabah
Penyimpan atau Nasabah Investor tersebut.

Pasal 49
Pihak yang merasa dirugikan oleh keterangan yang diberikan oleh Bank
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, Pasal 43, Pasal 45, dan Pasal 46,
berhak untuk mengetahui isi keterangan tersebut dan meminta pembetulan
jika terdapat kesalahan dalam keterangan yang diberikan.

BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 50
Pembinaan dan pengawasan Bank Syariah dan UUS dilakukan oleh Bank
Indonesia.

Pasal 51
(1) Bank Syariah dan UUS wajib memelihara tingkat kesehatan yang meliputi
sekurang-kurangnya mengenai kecukupan modal, kualitas aset, likuiditas,
rentabilitas, solvabilitas, kualitas manajemen yang menggambarkan
kapabilitas dalam aspek keuangan, kepatuhan terhadap Prinsip Syariah
dan prinsip manajemen Islami, serta aspek lainnya yang berhubungan
24

dengan usaha Bank Syariah dan UUS.


(2) Kriteria tingkat kesehatan dan ketentuan yang wajib dipenuhi oleh Bank
Syariah dan UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Bank Indonesia.

Pasal 52
(1) Bank Syariah dan UUS wajib menyampaikan segala keterangan dan
penjelasan mengenai usahanya kepada Bank Indonesia menurut tata cara
yang ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.
(2) Bank Syariah dan UUS, atas permintaan Bank Indonesia, wajib
memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas
yang ada padanya, serta wajib memberikan bantuan yang diperlukan
dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen,
dan penjelasan yang dilaporkan oleh Bank Syariah dan UUS yang
bersangkutan.
(3) Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2), Bank Indonesia berwenang:
a. memeriksa dan mengambil data/dokumen dari setiap tempat yang
terkait dengan Bank;
b. memeriksa dan mengambil data/dokumen dan keterangan dari
setiap pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia memiliki
pengaruh terhadap Bank; dan
c. memerintahkan Bank melakukan pemblokiran rekening tertentu, baik
rekening Simpanan maupun rekening Pembiayaan.
(4) Keterangan dan laporan pemeriksaan tentang Bank Syariah dan UUS yang
diperoleh berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) tidak diumumkan dan bersifat rahasia.

Pasal 53
(1) Bank Indonesia dapat menugasi kantor akuntan publik atau pihak lainnya
untuk dan atas nama Bank Indonesia, melaksanakan pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2).
(2) Persyaratan dan tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Bank Indonesia.

Pasal 54
(1) Dalam hal Bank Syariah mengalami kesulitan yang membahayakan
kelangsungan usahanya, Bank Indonesia berwenang melakukan tindakan
dalam rangka tindak lanjut pengawasan antara lain:
25

a. membatasi kewenangan Rapat Umum Pemegang Saham, komisaris,


direksi, dan pemegang saham;
b. meminta pemegang saham menambah modal;
c. meminta pemegang saham mengganti anggota dewan komisaris
dan/atau direksi Bank Syariah;
d. meminta Bank Syariah menghapusbukukan penyaluran dana yang
macet dan memperhitungkan kerugian Bank Syariah dengan
modalnya;
e. meminta Bank Syariah melakukan penggabungan atau peleburan
dengan Bank Syariah lain;
f. meminta Bank Syariah dijual kepada pembeli yang bersedia
mengambil alih seluruh kewajibannya;
g. meminta Bank Syariah menyerahkan pengelolaan seluruh atau
sebagian kegiatan Bank Syariah kepada pihak lain; dan/atau
h. meminta Bank Syariah menjual sebagian atau seluruh harta dan/atau
kewajiban Bank Syariah kepada pihak lain.
(2) Apabila tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum cukup untuk
mengatasi kesulitan yang dialami Bank Syariah, Bank Indonesia
menyatakan Bank Syariah tidak dapat disehatkan dan menyerahkan
penanganannya ke Lembaga Penjamin Simpanan untuk diselamatkan atau
tidak diselamatkan.
(3) Dalam hal Lembaga Penjamin Simpanan menyatakan Bank Syariah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak diselamatkan, Bank Indonesia
atas permintaan Lembaga Penjamin Simpanan mencabut izin usaha Bank
Syariah dan penanganan lebih lanjut dilakukan oleh Lembaga Penjamin
Simpanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
(4) Atas permintaan Bank Syariah, Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha
Bank Syariah setelah Bank Syariah dimaksud menyelesaikan seluruh
kewajibannya.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencabutan
izin usaha Bank Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur
dengan Peraturan Bank Indonesia.

BAB IX
PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 55
(1) Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan
dalam lingkungan Peradilan Agama.
26

(2) Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelesaian sengketa dilakukan
sesuai dengan isi Akad.
(3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh
bertentangan dengan Prinsip Syariah.

BAB X
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 56
Bank Indonesia menetapkan sanksi administratif kepada Bank Syariah atau
UUS, anggota dewan komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, direksi,
dan/atau pegawai Bank Syariah atau Bank Umum Konvensional yang memiliki
UUS, yang menghalangi dan/atau tidak melaksanakan Prinsip Syariah dalam
menjalankan usaha atau tugasnya atau tidak memenuhi kewajibannya
sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini.

Pasal 57
(1) Bank Indonesia mengenakan sanksi administratif kepada Bank Syariah
atau UUS, anggota dewan komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah,
direksi, dan/atau pegawai Bank Syariah atau Bank Umum Konvensional
yang memiliki UUS yang melanggar Pasal 41 dan Pasal 44.
(2) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
mengurangi ketentuan pidana sebagai akibat dari pelanggaran
kerahasiaan bank.

Pasal 58
(1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang ini
adalah:
a. denda uang;
b. teguran tertulis;
c. penurunan tingkat kesehatan Bank Syariah dan UUS;
d. pelarangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring;
e. pembekuan kegiatan usaha tertentu, baik untuk kantor cabang
tertentu maupun untuk Bank Syariah dan UUS secara keseluruhan;
f. pemberhentian pengurus Bank Syariah dan Bank Umum
Konvensional yang memiliki UUS, dan selanjutnya menunjuk dan
mengangkat pengganti sementara sampai Rapat Umum Pemegang
Saham mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan Bank
27

Indonesia;
g. pencantuman anggota pengurus, pegawai, dan pemegang saham
Bank Syariah dan Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS
dalam daftar orang tercela di bidang perbankan; dan/atau
h. pencabutan izin usaha.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia.

BAB XI
KETENTUAN PIDANA

Pasal 59
(1) Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha Bank Syariah, UUS, atau
kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk Simpanan atau Investasi
berdasarkan Prinsip Syariah tanpa izin usaha dari Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 22 dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp200.000.000.000,00 (dua
ratus miliar rupiah).
(2) Dalam hal kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
badan hukum, penuntutan terhadap badan hukum dimaksud dilakukan
terhadap mereka yang memberi perintah untuk melakukan perbuatan itu
dan/atau yang bertindak sebagai pemimpin dalam perbuatan itu.

Pasal 60
(1) Setiap orang yang dengan sengaja tanpa membawa perintah tertulis atau
izin dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dan Pasal
43 memaksa Bank Syariah, UUS, atau pihak terafiliasi untuk memberikan
keterangan, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun
dan paling lama 4 (empat) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak
Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah).
(2) Anggota direksi, komisaris, pegawai Bank Syariah atau Bank Umum
Konvensional yang memiliki UUS, atau Pihak Terafiliasi lainnya yang
dengan sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 dipidana dengan pidana penjara
28

paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling
banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

Pasal 61
Anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai Bank Syariah atau Bank Umum
Konvensional yang memiliki UUS yang dengan sengaja tidak memberikan
keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44, Pasal
47, dan Pasal 48 dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun
dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak
Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).

Pasal 62
(1) Anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai Bank Syariah atau Bank
Umum Konvensional yang memiliki UUS yang dengan sengaja:
a. tidak menyampaikan laporan keuangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (2); dan/atau
b. tidak memberikan keterangan atau tidak melaksanakan perintah
yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
(2) Anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai Bank Syariah atau Bank
Umum Konvensional yang memiliki UUS yang lalai:
a. tidak menyampaikan laporan keuangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (2); dan/atau
b. tidak memberikan keterangan atau tidak melaksanakan perintah
yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52
dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah).

Pasal 63
(1) Anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai Bank Syariah atau Bank
Umum Konvensional yang memiliki UUS yang dengan sengaja:
a. membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam
29

pembukuan atau dalam laporan, dokumen atau laporan kegiatan


usaha, dan/atau laporan transaksi atau rekening suatu Bank Syariah
atau UUS;
b. menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan tidak
dilakukannya pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan,
dokumen atau laporan kegiatan usaha, dan/atau laporan transaksi
atau rekening suatu Bank Syariah atau UUS; dan/atau
c. mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau
menghilangkan adanya suatu pencatatan dalam pembukuan atau
dalam laporan, dokumen atau laporan kegiatan usaha, dan/atau
laporan transaksi atau rekening suatu Bank Syariah atau UUS, atau
dengan sengaja mengubah, mengaburkan, menghilangkan,
menyembunyikan, atau merusak catatan pembukuan tersebut
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak
Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah).
(2) Anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai Bank Syariah atau Bank
Umum Konvensional yang memiliki UUS yang dengan sengaja:
a. meminta atau menerima, mengizinkan atau menyetujui untuk
menerima suatu imbalan, komisi, uang tambahan, pelayanan, uang,
atau barang berharga untuk keuntungan pribadinya atau untuk
keuntungan keluarganya, dalam rangka:
1. mendapatkan atau berusaha mendapatkan bagi orang lain
dalam memperoleh uang muka, bank garansi, atau fasilitas
penyaluran dana dari Bank Syariah atau UUS;
2. melakukan pembelian oleh Bank Syariah atau UUS atas surat
wesel, surat promes, cek dan kertas dagang, atau bukti
kewajiban lainnya;
3. memberikan persetujuan bagi orang lain untuk melaksanakan
penarikan dana yang melebihi batas penyaluran dananya pada
Bank Syariah atau UUS; dan/atau
b. tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk
memastikan ketaatan Bank Syariah atau UUS terhadap ketentuan
dalam Undang-undang ini
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling
lama 8 (delapan) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
30

Pasal 64
Pihak Terafiliasi yang dengan sengaja tidak melaksanakan langkah-langkah
yang diperlukan untuk memastikan ketaatan Bank Syariah atau Bank Umum
Konvensional yang memiliki UUS terhadap ketentuan dalam Undang-Undang
ini dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling
lama 8 (delapan) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah).

Pasal 65
Pemegang saham yang dengan sengaja menyuruh anggota dewan komisaris,
direksi, atau pegawai Bank Syariah atau Bank Umum Konvensional yang
memiliki UUS untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan yang
mengakibatkan Bank Syariah atau UUS tidak melaksanakan langkah-langkah
yang diperlukan untuk memastikan ketaatan Bank Syariah atau UUS terhadap
ketentuan dalam Undang-Undang ini dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 7 (tujuh) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak
Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah).

Pasal 66
(1) Anggota direksi atau pegawai Bank Syariah atau Bank Umum
Konvensional yang memiliki UUS yang dengan sengaja:
a. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Undang-Undang ini
dan perbuatan tersebut telah mengakibatkan kerugian bagi Bank
Syariah atau UUS atau menyebabkan keadaan keuangan Bank Syariah
atau UUS tidak sehat;
b. menghalangi pemeriksaan atau tidak membantu pemeriksaan yang
dilakukan oleh dewan komisaris atau kantor akuntan publik yang
ditugasi oleh dewan komisaris;
c. memberikan penyaluran dana atau fasilitas penjaminan dengan
melanggar ketentuan yang berlaku yang diwajibkan pada Bank
Syariah atau UUS, yang mengakibatkan kerugian sehingga
membahayakan kelangsungan usaha Bank Syariah atau UUS;
dan/atau
d. tidak melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan
ketaatan Bank Syariah atau UUS terhadap ketentuan Batas
Maksimum Pemberian Penyaluran Dana sebagaimana ditentukan
dalam Undang-Undang ini dan/atau ketentuan yang berlaku
31

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah).
(2) Anggota direksi dan pegawai Bank Syariah atau Bank Umum Konvensional
yang memiliki UUS yang dengan sengaja melakukan penyalahgunaan dana
Nasabah, Bank Syariah atau UUS dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 8 (delapan) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 67
(1) Bank Syariah atau UUS yang telah memiliki izin usaha pada saat Undang-
Undang ini mulai berlaku dinyatakan telah memperoleh izin usaha
berdasarkan Undang-Undang ini.
(2) Bank Syariah atau UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
menyesuaikan dengan ketentuan dalam Undang- Undang ini paling lama 1
(satu) tahun sejak mulai berlakunya Undang-Undang ini.

Pasal 68
(1) Dalam hal Bank Umum Konvensional memiliki UUS yang nilai asetnya
telah mencapai paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari total nilai aset
bank induknya atau 15 (lima belas) tahun sejak berlakunya Undang-
Undang ini, maka Bank Umum Konvensional dimaksud wajib melakukan
Pemisahan UUS tersebut menjadi Bank Umum Syariah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemisahan dan sanksi bagi Bank Umum
Konvensional yang tidak melakukan Pemisahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bank Indonesia.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 69
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, segala ketentuan mengenai
Perbankan Syariah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor
32

31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472)


sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790) beserta peraturan
pelaksanaannya dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan Undang-Undang ini.

Pasal 70
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-


Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 16 Juli 2008 PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 16 Juli 2008

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,
ttd
ANDI MATTALATTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 94

Salinan sesuai dengan aslinya


SEKRETARIAT NEGARA RI
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan
Bidang Perekonomian dan Industri,

Setio Sapto Nugroho


33

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 21 TAHUN 2008

TENTANG

PERBANKAN SYARIAH

I. UMUM
Sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tujuan pembangunan nasional
adalah terciptanya masyarakat adil dan makmur, berdasarkan demokrasi
ekonomi, dengan mengembangkan sistem ekonomi yang bertumpu pada
mekanisme pasar yang berkeadilan. Guna mewujudkan tujuan tersebut,
pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional diarahkan pada
perekonomian yang berpihak pada ekonomi kerakyatan, merata, mandiri,
handal, berkeadilan, dan mampu bersaing di kancah perekonomian
internasional.
Agar tercapai tujuan pembangunan nasional dan dapat berperan aktif
dalam persaingan global yang sehat, diperlukan partisipasi dan kontribusi
semua elemen masyarakat untuk menggali berbagai potensi yang ada di
masyarakat guna mendukung proses akselerasi ekonomi dalam upaya
merealisasikan tujuan pembangunan nasional. Salah satu bentuk
penggalian potensi dan wujud kontribusi masyarakat dalam
perekonomian nasional tersebut adalah pengembangan sistem ekonomi
berdasarkan nilai Islam (Syariah) dengan mengangkat prinsip-prinsipnya
ke dalam Sistem Hukum Nasional. Prinsip Syariah berlandaskan pada nilai-
nilai keadilan, kemanfaatan, keseimbangan, dan keuniversalan (rahmatan
lil ‘alamin). Nilai-nilai tersebut diterapkan dalam pengaturan perbankan
yang didasarkan pada Prinsip Syariah yang disebut Perbankan Syariah.
Prinsip Perbankan Syariah merupakan bagian dari ajaran Islam yang
berkaitan dengan ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi Islam
adalah larangan riba dalam berbagai bentuknya, dan menggunakan
sistem antara lain prinsip bagi hasil. Dengan prinsip bagi hasil, Bank
34

Syariah dapat menciptakan iklim investasi yang sehat dan adil karena
semua pihak dapat saling berbagi baik keuntungan maupun potensi risiko
yang timbul sehingga akan menciptakan posisi yang berimbang antara
bank dan nasabahnya. Dalam jangka panjang, hal ini akan mendorong
pemerataan ekonomi nasional karena hasil keuntungan tidak hanya
dinikmati oleh pemilik modal saja, tetapi juga oleh pengelola modal.
Perbankan Syariah sebagai salah satu sistem perbankan nasional
memerlukan berbagai sarana pendukung agar dapat memberikan
kontribusi yang maksimum bagi pengembangan ekonomi nasional. Salah
satu sarana pendukung vital adalah adanya pengaturan yang memadai
dan sesuai dengan karakteristiknya. Pengaturan tersebut di antaranya
dituangkan dalam Undang-Undang Perbankan Syariah. Pembentukan
Undang-Undang Perbankan Syariah menjadi kebutuhan dan keniscayaan
bagi berkembangnya lembaga tersebut. Pengaturan mengenai Perbankan
Syariah dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
belum spesifik dan kurang mengakomodasi karakteristik operasional
Perbankan Syariah, dimana, di sisi lain pertumbuhan dan volume usaha
Bank Syariah berkembang cukup pesat.
Guna menjamin kepastian hukum bagi stakeholders dan sekaligus
memberikan keyakinan kepada masyarakat dalam menggunakan produk
dan jasa Bank Syariah, dalam Undang-Undang Perbankan Syariah ini
diatur jenis usaha, ketentuan pelaksanaan syariah, kelayakan usaha,
penyaluran dana, dan larangan bagi Bank Syariah maupun UUS yang
merupakan bagian dari Bank Umum Konvensional. Sementara itu, untuk
memberikan keyakinan pada masyarakat yang masih meragukan
kesyariahan operasional Perbankan Syariah selama ini, diatur pula
kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah meliputi
kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur-unsur riba, maisir, gharar,
haram, dan zalim.
Sebagai undang-undang yang khusus mengatur perbankan syariah, dalam
Undang-Undang ini diatur mengenai masalah kepatuhan syariah (syariah
compliance) yang kewenangannya berada pada Majelis Ulama Indonesia
(MUI) yang direpresentasikan melalui Dewan Pengawas Syariah (DPS)
yang harus dibentuk pada masing-masing Bank Syariah dan UUS. Untuk
menindaklanjuti implementasi fatwa yang dikeluarkan MUI ke dalam
Peraturan Bank Indonesia, di dalam internal Bank Indonesia dibentuk
komite perbankan syariah, yang keanggotaannya terdiri atas perwakilan
dari Bank Indonesia, Departemen Agama, dan unsur masyarakat yang
35

komposisinya berimbang.
Sementara itu, penyelesaian sengketa yang mungkin timbul pada
perbankan syariah, akan dilakukan melalui pengadilan di lingkungan
Peradilan Agama. Di samping itu, dibuka pula kemungkinan penyelesaian
sengketa melalui musyawarah, mediasi perbankan, lembaga arbitrase,
atau melalui pengadilan di lingkungan Peradilan Umum sepanjang
disepakati di dalam Akad oleh para pihak.
Untuk menerapkan substansi undang-undang perbankan syariah ini, maka
pengaturan terhadap UUS yang secara korporasi masih berada dalam satu
entitas dengan Bank Umum Konvensional, di masa depan, apabila telah
berada pada kondisi dan jangka waktu tertentu diwajibkan untuk
memisahkan UUS menjadi Bank Umum Syariah dengan memenuhi tata
cara dan persyaratan yang ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut, pengaturan tersendiri bagi Perbankan
Syariah merupakan hal yang mendesak dilakukan, untuk menjamin
terpenuhinya prinsip-prinsip Syariah, prinsip kesehatan Bank bagi Bank
Syariah, dan yang tidak kalah penting diharapkan dapat memobilisasi dana
dari negara lain yang mensyaratkan pengaturan terhadap Bank Syariah
dalam undang-undang tersendiri.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Kegiatan usaha yang berasaskan Prinsip Syariah, antara lain, adalah
kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur:
a. riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil)
antara lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak
sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau
dalam transaksi pinjam-meminjam yang mempersyaratkan
Nasabah Penerima Fasilitas mengembalikan dana yang diterima
melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah);
b. maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan
yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan;
c. gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki,
tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan
pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah;
36

d. haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah;


atau
e. zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi
pihak lainnya.
Yang dimaksud dengan “demokrasi ekonomi” adalah kegiatan
ekonomi syariah yang mengandung nilai keadilan, kebersamaan,
pemerataan, dan kemanfaatan.
Yang dimaksud dengan “prinsip kehati-hatian” adalah pedoman
pengelolaan Bank yang wajib dianut guna mewujudkan perbankan
yang sehat, kuat, dan efisien sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 3
Dalam mencapai tujuan menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional, Perbankan Syariah tetap berpegang pada Prinsip Syariah
secara menyeluruh (kaffah) dan konsisten (istiqamah).

Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “dana sosial lainnya”, antara lain adalah
penerimaan Bank yang berasal dari pengenaan sanksi terhadap
Nasabah (ta’zir).
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Persyaratan yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia
sekurang-kurangnya memuat tentang:
a. susunan organisasi dan kepengurusan;
b. modal kerja;
37

c. keahlian di bidang Perbankan Syariah; dan


d. kelayakan usaha
Ayat (4)
Yang diwajibkan mencantumkan kata “syariah” hanya Bank
Syariah yang mendapatkan izin setelah berlakunya Undang-
Undang ini.
Penulisan kata “syariah” ditempatkan setelah kata “bank” atau
setelah nama bank.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.

Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “kantor di bawah Kantor Cabang” adalah
kantor cabang pembantu atau kantor kas yang kegiatan
usahanya membantu kantor induknya.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 7
Cukup jelas.

Pasal 8
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Hal-hal yang dapat diatur dalam Peraturan Bank Indonesia
38

antara lain:
a. pemberhentian anggota direksi dan komisaris yang
tidak lulus uji kemampuan dan kepatutan;
b. pengalihan kepemilikan saham pengendali bank yang
harus mendapatkan persetujuan Bank Indonesia;
c. pengalihan izin usaha dari nama lama ke nama baru,
perubahan modal dasar, dan perubahan status menjadi
Bank terbuka harus mendapatkan persetujuan Bank
Indonesia;
d. perubahan modal disetor Bank yang meliputi
penambahan, pengurangan, dan komposisi harus
mendapatkan persetujuan Bank Indonesia;
e. pelarangan penjaminan saham yang dimiliki oleh
pemegang saham pengendali.

Pasal 9
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Dalam hal salah satu pihak yang akan mendirikan Bank
Umum Syariah adalah badan hukum asing, yang
bersangkutan terlebih dahulu harus memperoleh
rekomendasi dari otoritas perbankan negara asal.
Rekomendasi dimaksud sekurang-kurangnya memuat
keterangan bahwa badan hukum asing yang bersangkutan
mempunyai reputasi yang baik dan tidak pernah melakukan
perbuatan tercela di bidang perbankan.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 10
Cukup jelas.

Pasal 11
39

Cukup jelas.

Pasal 12
Cukup jelas.

Pasal 13
Cukup jelas.

Pasal 14
Cukup jelas.

Pasal 15
Perubahan kepemilikan Bank Syariah yang tidak mengakibatkan
perubahan pemegang saham pengendali cukup dilaporkan secara
tertulis kepada Bank Indonesia.

Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pokok-pokok pengaturan dalam Peraturan Bank Indonesia
mencakup antara lain:
a. minimum kecukupan modal;
b. persiapan sumber daya manusia;
c. susunan organisasi dan kepengurusan; dan
d. kelayakan usaha.

Pasal 17
Cukup jelas.

Pasal 18
Cukup jelas.

Pasal 19
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “Akad wadi’ah” adalah Akad
penitipan barang atau uang antara pihak yang mempunyai
barang atau uang dan pihak yang diberi kepercayaan
40

dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan,


serta keutuhan barang atau uang.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “Akad mudharabah” dalam
menghimpun dana adalah Akad kerja sama antara pihak
pertama (malik, shahibul mal, atau Nasabah) sebagai
pemilik dana dan pihak kedua (‘amil, mudharib, atau Bank
Syariah) yang bertindak sebagai pengelola dana dengan
membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan
yang dituangkan dalam Akad.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “Akad mudharabah” dalam
Pembiayaan adalah Akad kerja sama suatu usaha antara
pihak pertama (malik, shahibul mal, atau Bank Syariah)
yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua (‘amil,
mudharib, atau Nasabah) yang bertindak selaku pengelola
dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan
kesepakatan yang dituangkan dalam Akad, sedangkan
kerugian ditanggung sepenuhnya oleh Bank Syariah kecuali
jika pihak kedua melakukan kesalahan yang disengaja, lalai
atau menyalahi perjanjian.
Yang dimaksud dengan “Akad musyarakah” adalah Akad
kerja sama di antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana
dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai
dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai
dengan porsi dana masing-masing.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “Akad murabahah” adalah Akad
Pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga
belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan
harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.
Yang dimaksud dengan “Akad salam” adalah Akad
Pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dan
pembayaran harga yang dilakukan terlebih dahulu dengan
syarat tertentu yang disepakati.
Yang dimaksud dengan “Akad istishna’ ” adalah Akad
Pembiayaan barang dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu
41

yang disepakati antara pemesan atau pembeli (mustashni’)


dan penjual atau pembuat (shani’).
Huruf e
Yang dimaksud dengan “Akad qardh” adalah Akad pinjaman
dana kepada Nasabah dengan ketentuan bahwa Nasabah
wajib mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu
yang telah disepakati.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “Akad ijarah” adalah Akad
penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna
atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan
transaksi sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri.
Yang dimaksud dengan “Akad ijarah muntahiya bittamlik”
adalah Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan
hak guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa
berdasarkan transaksi sewa dengan opsi pemindahan
kepemilikan barang.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “Akad hawalah” adalah Akad
pengalihan utang dari pihak yang berutang kepada pihak
lain yang wajib menanggung atau membayar.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Yang dimaksud dengan “transaksi nyata” adalah transaksi
yang dilandasi dengan aset yang berwujud.
Yang dimaksud dengan “Akad kafalah” adalah Akad
pemberian jaminan yang diberikan satu pihak kepada pihak
lain, di mana pemberi jaminan (kafil) bertanggung jawab
atas pembayaran kembali utang yang menjadi hak
penerima jaminan (makful).
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l
Cukup jelas.
Huruf m
42

Cukup jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Huruf o
Yang dimaksud dengan “Akad wakalah” adalah Akad
pemberian kuasa kepada penerima kuasa untuk
melaksanakan suatu tugas atas nama pemberi kuasa.
Huruf p
Cukup jelas.
Huruf q
Yang dimaksud dengan “kegiatan lain” adalah, antara lain,
melakukan fungsi sosial dalam bentuk menerima dan
menyalurkan dana zakat, infak, sedekah, serta dana
kebajikan.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 20
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “penyertaan modal” adalah
penanaman dana Bank Umum Syariah dalam bentuk saham
pada perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan
syariah, termasuk penanaman dana dalam bentuk surat
berharga yang dapat dikonversi menjadi saham (convertible
bonds) atau jenis transaksi tertentu berdasarkan Prinsip
Syariah yang berakibat Bank Umum Syariah memiliki atau
akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak
dalam bidang keuangan syariah.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “penyertaan modal sementara”
adalah penyertaan modal Bank Umum Syariah, antara lain,
berupa pembelian saham dan/atau konversi pembiayaan
menjadi saham dalam perusahaan Nasabah untuk
mengatasi kegagalan penyaluran dana dan/atau piutang
dalam jangka waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan Bank Indonesia.
43

Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.

Pasal 23
Ayat (1)
Kemauan berkaitan dengan iktikad baik dari Nasabah Penerima
Fasilitas untuk membayar kembali penggunaan dana yang
disalurkan oleh Bank Syariah dan/atau UUS.
Kemampuan berkaitan dengan keadaan dan/atau aset Nasabah
Penerima Fasilitas sehingga mampu untuk membayar kembali
penggunaan dana yang disalurkan oleh Bank Syariah dan/atau
UUS.
Ayat (2)
Penilaian watak calon Nasabah Penerima Fasilitas terutama
didasarkan kepada hubungan yang telah terjalin antara Bank
Syariah dan/atau UUS dan Nasabah atau calon Nasabah yang
bersangkutan atau informasi yang diperoleh dari pihak lain yang
dapat dipercaya sehingga Bank Syariah dan/atau UUS dapat
menyimpulkan bahwa calon Nasabah Penerima Fasilitas yang
bersangkutan jujur, beriktikad baik, dan tidak menyulitkan Bank
Syariah dan/atau UUS di kemudian hari.
44

Penilaian kemampuan calon Nasabah Penerima Fasilitas


terutama Bank harus meneliti tentang keahlian Nasabah
Penerima Fasilitas dalam bidang usahanya dan/atau
kemampuan manajemen calon Nasabah sehingga Bank Syariah
dan/atau UUS merasa yakin bahwa usaha yang akan dibiayai
dikelola oleh orang yang tepat.
Penilaian terhadap modal yang dimiliki calon Nasabah Penerima
Fasilitas, terutama Bank Syariah dan/atau UUS harus melakukan
analisis terhadap posisi keuangan secara keseluruhan, baik
untuk masa yang telah lalu maupun perkiraan untuk masa yang
akan datang sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan
calon Nasabah Penerima Fasilitas dalam menunjang pembiayaan
proyek atau usaha calon Nasabah yang bersangkutan.
Dalam melakukan penilaian terhadap Agunan, Bank Syariah
dan/atau UUS harus menilai barang, proyek atau hak tagih yang
dibiayai dengan fasilitas Pembiayaan yang bersangkutan dan
barang lain, surat berharga atau garansi risiko yang ditambahkan
sebagai Agunan tambahan, apakah sudah cukup memadai
sehingga apabila Nasabah Penerima Fasilitas kelak tidak dapat
melunasi kewajibannya, Agunan tersebut dapat digunakan untuk
menanggung pembayaran kembali Pembiayaan dari Bank
Syariah dan/atau UUS yang bersangkutan.
Penilaian terhadap proyek usaha calon Nasabah Penerima
Fasilitas, Bank Syariah terutama harus melakukan analisis
mengenai keadaan pasar, baik di dalam maupun di luar negeri,
baik untuk masa yang telah lalu maupun yang akan datang
sehingga dapat diketahui prospek pemasaran dari hasil proyek
atau usaha calon Nasabah yang akan dibiayai dengan fasilitas
Pembiayaan.

Pasal 24
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
45

Bank Umum Syariah dapat memasarkan produk asuransi


melalui kerja sama dengan perusahaan asuransi yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah.
Semua tindakan Bank Umum Syariah yang berkaitan dengan
transaksi asuransi yang dipasarkan melalui kerja sama
dimaksud menjadi tanggung jawab perusahaan asuransi
syariah.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
UUS dapat memasarkan produk asuransi melalui kerja sama
dengan perusahaan asuransi yang melakukan kegiatan
usaha berdasrkan Prinsip Syariah. Semua tindakan UUS
yang berkaitan dengan transaksi asuransi yang dipasarkan
melalui kerja sama dimaksud menjadi tanggung jawab
perusahaan asuransi syariah.

Pasal 25
Huruf a
Usaha yang bertentangan dengan Prinsip Syariah antara lain
usaha yang dianggap riba, maisir, gharar, haram, dan zalim.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dapat memasarkan produk
asuransi melalui kerja sama dengan perusahaan asuransi
syariah. Semua tindakan Bank yang berkaitan dengan transaksi
asuransi yang dipasarkan melalui kerja sama dimaksud menjadi
tanggung jawab perusahaan asuransi syariah.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
46

Cukup jelas.

Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Komite perbankan syariah beranggotakan unsur-unsur dari Bank
Indonesia, Departemen Agama, dan unsur masyarakat dengan
komposisi yang berimbang, memiliki keahlian di bidang syariah
dan berjumlah paling banyak 11 (sebelas) orang.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 27
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “pemegang saham pengendali” adalah
badan hukum, orang perseorangan, dan/atau kelompok usaha
yang:
a. memiliki saham Bank Syariah sebesar 25% (dua puluh lima
persen) atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan dan
memperoleh hak suara; atau
b. memiliki saham perusahaan atau Bank kurang dari 25%
(dua puluh lima persen) dari jumlah saham yang
dikeluarkan dan mempunyai hak suara, tetapi yang
bersangkutan dapat dibuktikan telah melakukan
pengendalian perusahaan atau bank, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Pengendalian merupakan suatu tindakan yang bertujuan untuk
memengaruhi pengelolaan dan/atau kebijakan perusahaan,
termasuk bank, dengan cara apa pun, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Pengendalian terhadap Bank Syariah dapat dilakukan dengan
cara-cara, antara lain, sebagai berikut:
a. memiliki secara sendiri-sendiri atau bersama-sama 25%
(dua puluh lima persen) atau lebih saham Bank;
47

b. secara langsung menjalankan manajemen dan/atau


memengaruhi kebijakan Bank Syariah;
c. memiliki hak opsi atau hak lainnya untuk memiliki saham
yang apabila digunakan akan menyebabkan pihak tersebut
memiliki dan/atau mengendalikan secara sendiri-sendiri
atau bersama-sama 25% (dua puluh lima persen) atau lebih
saham Bank;
d. melakukan kerja sama atau tindakan yang sejalan untuk
mencapai tujuan bersama dalam mengendalikan Bank
(acting in concert) dengan atau tanpa perjanjian tertulis
dengan pihak lain sehingga secara bersama-sama memiliki
dan/atau mengendalikan 25% (dua puluh lima persen) atau
lebih saham Bank Syariah, baik langsung maupun tidak
langsung dengan atau tanpa perjanjian tertulis;
e. melakukan kerja sama atau tindakan yang sejalan untuk
mencapai tujuan bersama dalam mengendalikan Bank
(acting in concert) dengan atau tanpa perjanjian tertulis
dengan pihak lain sehingga secara bersama-sama
mempunyai hak opsi atau hak lainnya untuk memiliki
saham, yang apabila hak tersebut dilaksanakan
menyebabkan pihak-pihak tersebut memiliki dan/atau
mengendalikan 25% (dua puluh lima persen) atau lebih
saham Bank Syariah;
f. mengendalikan satu atau lebih perusahaan lain yang secara
keseluruhan memiliki dan/atau mengendalikan secara
bersama-sama 25% (dua puluh lima persen) atau lebih
saham Bank;
g. mempunyai kewenangan untuk menyetujui dan/atau
memberhentikan pengurus Bank Syariah;
h. secara tidak langsung memengaruhi atau menjalankan
manajemen dan/atau kebijakan Bank Syariah;
i. melakukan pengendalian terhadap perusahaan induk atau
perusahaan induk di bidang keuangan dari Bank Syariah;
dan/atau
j. melakukan pengendalian terhadap pihak yang melakukan
pengendalian sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai
dengan huruf i.
Uji kemampuan dan kepatutan sepenuhnya merupakan
kewenangan Bank Indonesia untuk menilai kompetensi,
48

integritas, dan kemampuan keuangan pemegang saham


pengendali dan/atau pengurus bank. Mengingat tujuan uji
kemampuan dan kepatutan adalah untuk memperoleh
pemegang saham pengendali dan pengurus bank yang dapat
menjaga kepercayaan masyarakat terhadap perbankan,
penilaian dalam rangka uji kemampuan dan kepatutan oleh Bank
Indonesia tidak perlu dipertanggungjawabkan.
Ayat (2)
Kewajiban menurunkan kepemilikan saham bagi Pemilik Bank
yang tidak lulus uji kemampuan dan kepatutan adalah dalam
jangka waktu 6 (enam) bulan sejak dinyatakan tidak lulus uji
kemampuan dan kepatutan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 28
Yang termasuk dalam pengertian peraturan perundang-undangan
adalah Peraturan Bank Indonesia.
Pokok-pokok pengaturan tugas direksi Bank Syariah dalam anggaran
dasar antara lain:
a. tugas dan tanggung jawab;
b. pelaporan; dan
c. perlindungan dalam pelaksanaan tugas.

Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pokok-pokok pengaturan tugas direktur adalah:
a. tugas dan tanggung jawab;
b. pelaporan; dan
c. perlindungan dalam pelaksanaan tugas.

Pasal 30
Ayat (1)
Uji kemampuan dan kepatutan bertujuan untuk menjamin
kompetensi, kredibilitas, integritas, dan pelaksanaan tata kelola
49

yang sehat (good corporate governance) dari pemilik, pengurus


bank, dan pengawas syariah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 31
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “pejabat eksekutif” adalah pejabat yang
bertanggung jawab langsung kepada direksi dan/atau
mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dan operasional Bank
Syariah seperti kepala divisi, pemimpin Kantor Cabang, atau
kepala satuan kerja audit internal.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 32
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia sekurang-
kurangnya meliputi:
a. ruang lingkup, tugas, dan fungsi dewanpengawas syariah;
b. jumlah anggota dewan pengawas syariah;
c. masa kerja;
d. komposisi keahlian;
e. maksimal jabatan rangkap; dan
f. pelaporan dewan pengawas syariah.

Pasal 33
Cukup jelas.
50

Pasal 34
Cukup jelas.

Pasal 35
Ayat (1)
Dalam rangka menjamin terlaksananya pengambilan keputusan
dalam pengelolaan bank yang sesuai dengan prinsip kehati-
hatian, Bank memiliki dan menerapkan, antara lain, sistem
pengawasan intern.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “prinsip akuntansi syariah yang berlaku
umum” adalah standar akuntansi syariah yang ditetapkan oleh
lembaga yang berwenang.
Ayat (3)
Kantor akuntan publik yang dimaksud adalah kantor akuntan
publik yang memiliki akuntan dengan keahlian bidang akuntansi
syariah.
Ayat (4)
Dalam memberikan pengecualian, Bank Indonesia
memperhatikan kemampuan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
yang bersangkutan.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 36
Cukup jelas.

Pasal 37
Ayat (1)
Penyaluran dana berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Syariah
dan UUS mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam
pelunasannya sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan
Bank Syariah dan UUS. Mengingat bahwa penyaluran dana
dimaksud bersumber dari dana masyarakat yang disimpan pada
Bank Syariah dan UUS, risiko yang dihadapi Bank Syariah dan
UUS dapat berpengaruh pula kepada keamanan dana
masyarakat tersebut.
Oleh karena itu, untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan
daya tahannya, bank diwajibkan menyebar risiko dengan
51

mengatur penyaluran kredit atau pemberian pembiayaan


berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan ataupun
fasilitas lain sedemikian rupa sehingga tidak terpusat pada
Nasabah debitur atau kelompok Nasabah debitur tertentu.
Ayat (2)
Pengertian “modal Bank Syariah sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia” sesuai dengan pengertian yang
dipergunakan dalam penilaian kesehatan bank.
Batas maksimum yang dimaksud diperuntukkan bagi masing-
masing Nasabah Penerima Fasilitas atau sekelompok Nasabah
Penerima Fasilitas termasuk perusahaan- perusahaan dalam
kelompok yang sama.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “keluarga” adalah hubungan sampai
dengan derajat kedua, baik menurut garis keturunan lurus
maupun ke samping termasuk mertua, menantu, dan ipar.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat (4)
Pengertian “modal Bank Syariah sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia” sesuai dengan pengertian yang
dipergunakan dalam penilaian kesehatan bank.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 38
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “manajemen risiko” adalah serangkaian
prosedur dan metodologi yang digunakan oleh perbankan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan
52

risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank.


Prinsip mengenal Nasabah (know your customer principle)
merupakan prinsip yang harus diterapkan oleh perbankan yang
sekurang-kurangnya mencakup kegiatan penerimaan dan
identifikasi Nasabah serta pemantauan kegiatan transaksi
Nasabah, termasuk pelaporan transaksi yang mencurigakan.
Perlindungan Nasabah dilakukan antara lain dengan cara adanya
mekanisme pengaduan Nasabah, meningkatkan transparansi
produk, dan edukasi terhadap Nasabah.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 39
Penjelasan yang diberikan kepada Nasabah mengenai kemungkinan
timbulnya risiko kerugian Nasabah dimaksudkan untuk menjamin
transparansi produk dan jasa Bank.
Apabila informasi tersebut telah disediakan, Bank dianggap telah
melaksanakan ketentuan ini.

Pasal 40
Ayat (1)
Pembelian Agunan oleh Bank melalui pelelangan dimaksudkan
untuk membantu Bank agar dapat mempercepat penyelesaian
kewajiban Nasabah Penerima Fasilitasnya. Dalam hal bank
sebagai pembeli Agunan Nasabah Penerima Fasilitasnya, status
Bank adalah sama dengan pembeli bukan Bank lainnya.
Bank dimungkinkan membeli Agunan di luar pelelangan
dimaksudkan agar dapat mempercepat penyelesaian kewajiban
Nasabah Penerima Fasilitasnya.
Batas waktu 1 (satu) tahun dengan memperhitungkan
pemulihan kondisi likuiditas Bank dan batas waktu ini
merupakan jangka waktu yang wajar untuk menjual aset Bank.
Agunan yang dapat dibeli oleh Bank adalah Agunan yang
pembiayaannya telah dikategorikan macet selama jangka waktu
tertentu.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
53

Ayat (4)
Pokok-pokok ketentuan yang diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bank Indonesia memuat antara lain:
a. Agunan yang dapat dibeli oleh Bank Syariah dan UUS adalah
Agunan yang pembiayaannya telah dikategorikan macet
selama jangka waktu tertentu;
b. Jangka waktu pencairan Agunan yang telah dibeli.

Pasal 41
Cukup jelas.

Pasal 42
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “memperlihatkan bukti tertulis”,
termasuk menyampaikan keterangan atau fotokopi.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 43
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “pimpinan instansi yang diberi
wewenang untuk melakukan penyidikan” adalah pimpinan
departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen
setingkat menteri.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 44
Cukup jelas.

Pasal 45
Cukup jelas.

Pasal 46
Cukup jelas.

Pasal 47
54

Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.

Pasal 49
Cukup jelas.

Pasal 50
Pembinaan yang dilakukan Bank Indonesia, antara lain, mengenai
aspek kelembagaan, kepemilikan dan kepengurusan (termasuk uji
kemampuan dan kepatutan), kegiatan usaha, pelaporan, serta aspek
lain yang berhubungan dengan kegiatan operasional Bank Syariah
dan UUS.
Pengawasan bank meliputi pengawasan tidak langsung (off-site
supervision) atas dasar laporan Bank dan pengawasan langsung (on-
site supervision) dalam bentuk pemeriksaan di kantor bank yang
bersangkutan.

Pasal 51
Ayat (1)
Bank Syariah dan UUS perlu menjaga tingkat kesehatannya
dalam rangka memelihara kepercayaan masyarakat.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 52
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “data/dokumen” adalah segala jenis
data atau dokumen, baik tertulis maupun elektronis, yang
terkait dengan objek pengawasan Bank Indonesia.
Yang dimaksud dengan “setiap tempat yang terkait dengan
Bank” adalah setiap bagian ruangan dari kantor bank dan
tempat lain di luar bank yang terkait dengan objek
pengawasan Bank Indonesia.
55

Huruf b
Yang dimaksud dengan “data/dokumen” adalah segala jenis
data atau dokumen, baik tertulis maupun elektronis yang
terkait dengan objek pengawasan Bank Indonesia.
Yang dimaksud dengan “setiap pihak” adalah orang atau
badan hukum yang memiliki pengaruh terhadap
pengambilan keputusan dan operasional Bank, baik
langsung maupun tidak langsung, antara lain, ultimate
shareholder atau pihak tertentu yang namanya tidak
tercantum sebagai pegawai, pengurus atau pemegang
saham bank tetapi dapat memengaruhi kegiatan
operasional bank atau keputusan manajemen bank.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “rekening Simpanan maupun
rekening Pembiayaan” adalah rekening-rekening, baik yang
ada pada Bank yang diawasi/diperiksa maupun pada Bank
lain, yang terkait dengan objek pengawasan/pemeriksaan
Bank Indonesia.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 53
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “pihak lainnya” adalah pihak yang
menurut penilaian Bank Indonesia memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pemeriksaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 54
Ayat (1)
Keadaan suatu Bank dikatakan mengalami kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usahanya apabila berdasarkan
penilaian Bank Indonesia, kondisi usaha Bank semakin
memburuk, antara lain, ditandai dengan menurunnya
permodalan, kualitas aset, likuiditas, dan rentabilitas, serta
pengelolaan Bank yang tidak dilakukan berdasarkan prinsip
kehati-hatian dan asas perbankan yang sehat.
Huruf a
56

Yang dimaksud dengan “membatasi kewenangan” antara


lain pembatasan keputusan pemberian bonus (tantiem),
pemberian dividen kepada pemilik Bank, atau kenaikan gaji
bagi pegawai dan pengurus.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “pihak lain” adalah pihak di luar
Bank yang bersangkutan, baik Bank lain, badan usaha lain,
maupun individu yang memenuhi persyaratan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 55
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “penyelesaian sengketa dilakukan sesuai
dengan isi Akad” adalah upaya sebagai berikut:
a. musyawarah;
b. mediasi perbankan;
c. melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau
lembaga arbitrase lain; dan/atau
57

d. melalui pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum.


Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 56
Pada dasarnya sanksi administratif dikenakan terhadap anggota
komisaris atau anggota direksi secara personal yang melakukan
kesalahan, tetapi tidak menutup kemungkinan sanksi administratif
dikenakan secara kolektif apabila kesalahan tersebut dilakukan
secara kolektif.

Pasal 57
Cukup jelas.

Pasal 58
Cukup jelas.

Pasal 59
Cukup jelas.

Pasal 60
Cukup jelas.

Pasal 61
Cukup jelas.

Pasal 62
Cukup jelas.

Pasal 63
Cukup jelas.

Pasal 64
Cukup jelas.

Pasal 65
Cukup jelas.
58

Pasal 66
Cukup jelas.

Pasal 67
Ayat (1)
UUS yang telah memiliki izin usaha dalam ketentuan ini adalah
UUS yang sudah ada berdasarkan izin pembukaan Kantor Cabang
Syariah pada Bank Umum Konvensional.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 68
Cukup jelas.

Pasal 69
Cukup jelas.

Pasal 70
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4867


DR. Abdullah Fathoni, S.E., M.M adalah dosen tetap
Fakultas Ekonomi Universitas Krisnadwipayana.
Dilahirkan di Gresik tanggal 18 Agustus 1964.
Merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara dari
pasangan Bapak H. Moh. Ridwan (alm) dan Ibu Hj.
Fatimah (almh). Adapun riwayat pendidikan yang
dilaluinya :

1. Madrasah Al-Falah Sembayat – Manyar – Gresik


2. SMP Walisongo Sembayat – Manyar – Gresik
3. SMAN I Gresik
4. Akademi Angkatan Udara (AAU) – Yogyakarta
5. Universitas Sriwijaya – Palembang
6. Universitas Tama Jagakarsa – Jakarta
7. UIN Syarif Hidayatullah – Jakarta
(Meraih gelar Doktor Ke-802 Bidang Ekonomi Syariah Tahun 2010)
Tanda penghargaan yang dimiliki :
1. Satya Lencana Bhakti Koperasi dari Menteri Koperasi Tahun 2006
2. Satya Lencana Wirakarya dari Presiden Republik Indonesia Tahun 2008
3. Rekor MURI Nomor : 3508 Tahun 2008 di bidang Koperasi
Riwayat Jabatan di bidang Koperasi :
1. Ketua Dekopinda Jakarta Timur Tahun 2010 – 2011
2. Ketua Dekopinwil DKI Jakarta Tahun 2010 – 2011
3. Ketua KSU DKI Jakarta Tahun 2014 – 2015

Anda mungkin juga menyukai