Editor :
Dr. Abdullah Fathoni, S.E., M.M.
Hikmah Nur Azza, S.E., M.E.
Erlangga
ISBN : 978-602-70409-0-8
KATA PENGANTAR
ABSTRAKSI
PUISI NASIONALISME
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
B. TITIK KESEIMBANGAN BARU ....................................................... 9
C. BERSAMA RAKYAT TNI KUAT ...................................................... 16
D. NETRALITAS TNI .......................................................................... 27
E. BERSAMA TNI RAKYAT KUAT ....................................................... 38
F. REFORMASI BIROKRASI ............................................................... 44
G. EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI ORGANISASI ................................... 61
H. ORGANIZATION CULTURE ........................................................... 68
I. VISI TNI-POLRI KEDEPAN ............................................................ 84
J. KESIMPULAN .............................................................................. 140
K. SARAN ......................................................................................... 141
L. PENUTUP .................................................................................... 142
DAFTAR GAMBAR :
Gambar 1 : PERAN DAN FUNGSI ............................................................ 7
Gambar 2 : PROSES INTERAKSI .............................................................. 8
Gambar 3 : DINAMISASI TITIK KESEIMBANGAN .................................... 10
Gambar 4 : METRIK TITIK KESEIMBANGAN BARU ................................. 12
Gambar 5 : SISTEM PERTAHANAN SEMESTA ........................................ 15
Gambar 6 : TNI DAN RAKYAT ................................................................. 17
iii Bersama Rakyat TNI Kuat
A. PENDAHULUAN.
Negara secara kelembagaan adalah kumpulan dari masyarakat yang
terdiri dari kumpulan keluarga dan membentuk persekutuan dengan ikatan
aturan yang disepakati secara bersama. Bentuk dan bangun Negara serta
nilai-nilai yang mendasari berdirinya sebuah Negara berbeda satu sama lain
tergantung latar belakang perjalanan sejarahnya, letak geografis dan
cultural masyarakatnya serta kehidupan beragamanya. Untuk itu
memandang dunia secara holistik dimana setiap komponen berkaitan dan
berperan masing-masing mutlak diperlukan1. Indonesia Baru yang dicita-
citakan adalah orientasi konsep baru pembangunan, yaitu pergeseran
pendekatan dari keunggulan komparatif yang bertumpu pada upah murah
dan Sumber Daya Alam menjadi keunggulan kompetitif yang bertumpu
pada kualitas Sumber Daya Manusia dan teknologi2 3. Ada empat parameter
atau titik acuan untuk mempelajari sistem Negara; Pertama, Mempelajari
secara seksama hubungan ekologi yang ada pada Negara tersebut; Kedua,
Perjalanan sejarah Bangsanya dengan korelasinya; Ketiga, Struktur sosial
1 Azyumardi Azra, Kata Pengantar membangun pertanian dari sudut pandang Holistik
dalam buku “Revitalisasi Pertanian”, (Jakarta, Penerbit : Kompas, 2006).
2 Adi Sasono, “Menjadi Tuan di Negeri Sendiri”, (Jakarta, Penerbit : Grafindo Book Media,
2013), Hal. 251.
3 Bangsa Indonesia mengalami kejayaan pada waktu Kerajaan Sriwijaya pada Abad Ke-7
dan Kerajaan Majapahit yang mengalami kejayaannya pada masa Raja Hayam Wuruk dengan
Patihnya Gajah Mada yang meninggal pada Tahun 1354 dan pada akhir Abad Ke-13 telah
masuk orang-oran muslim yang bertempat tinggal di Gresik dan Trowulan. Hal tersebut
diceritakan oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto dalam bukunya
“Sejarah Nasional Indonesia III”, (Penerbit : Balai Pustaka, Jakarta, 1992), Hal. 1-5.
2 Bersama Rakyat TNI Kuat
4 Parakitri T. Simbolon, “Menjadi Indonesia”, (Jakarta, Penerbit : Kompas, 2006), Hal. 197.
5 Stabilitas politik, kepastian hukum serta keamanan merupakan kunci untuk
meningkatkan kerjasama ekonomi menciptakan lapangan pekerjaan, sehingga pertumbuhan
ekonomi dan cadangan Devisa Negara meningkat yang pada akhirnya dapat membangun
Angkatan Bersenjata yang kuat dengan Alutsista yang memadai dalam segi kualitas dan
Bersama Rakyat TNI Kuat 3
kuantitasnya. Larry Diamond & Marc F. Plattner, “Hubungan Sipil Militer &Kosolidasi
Demokrasi”, (Jakarta, Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), Hal. 126.
6 Berikut adalah kutipan Howard P. James, seorang Diplomat Senior Amerika yang pernah
menjabat sebagai Duta Besar di Indonesia; “As for the future, the augueries are bright.
Indonesia has the pontential to become the number one Asian Nation in Economic
Development in the next 30 years. Exepting only Japan and perhaps that great question
mark, China. She has the natural resources and she has people of quality rooted in a vital
culture tradition” (Howard Palfrey, June, 1970). (Adapun untuk masa depan, berbagai
pertanda adalah cemerlang Indonesia punya potensi untuk menjadi Bangsa Asia Nomor 1
dalam perkembangan ekonomi dalam 30 Tahun mendatang, terkecuali Jepang dan
barangkali China yang menjadi tanda tanya besar itu. Ia memiliki sumber daya alam dan
mempunyai Rakyat bermutu yang berakar dalam tradisi budaya yang vital).
4 Bersama Rakyat TNI Kuat
7 Akumulasi dari pergaulan dan interaksi masyarakat secara terbuka akan melahirkan etika
pergaulan, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, perilaku-perilaku yang pada akhirnya akan
membentuk instansi secara kelembagaan sebagai bukti monumental mulai dari tingkat lokal,
Nasional, regional dan global, sehingga proses akumulasi tersebut mengkristal menjadi
peradaban universal. Samuel P. Huntington, “Benturan Antar Peradaban”, (Yogyakarta,
Penerbit : CV. Qalam, 2000), Hal. 75.
Bersama Rakyat TNI Kuat 5
berpolitik praktis, tidak berbisnis dan dijamin kesejahteraannya serta mengikuti kebijakan
politik Negara yang menganut Sistem Demokrasi, Supremasi Sipil, HAM, ketentuan Hukum
Nasional dan Hukum Internasional yang diratifikasi; dan Pasal 5 dikatakan bahwa : TNI
berperan sebagai Alat Negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya
berdasarkan kebijakan dan keputusan politik Negara.
Bersama Rakyat TNI Kuat 7
belakangan ini sering terjadi yang menyebabkan rentang jarak yang jauh
antara Militer, masyarakat dan potensi alamnya10.
Gambar 1
PERAN DAN FUNGSI
KEBIJAKAN NEGARA
TNI POLRI
TUPOK TUPOK
AMAN HUKUM
SELAIN
PERANG TERTIB PERLINDUNGAN
PERANG
PENGAYOM PELAYANAN
SINERGI
Keterangan Gambar 1 :
Bersama Rakyat TNI Kuat adalah penjabaran secara implementatif
terhadap Peran dan Fungsi Aparatur Negara yang dalam hal ini adalah TNI
dan POLRI dalam mengemban tugas Negara, tingkat sinergitas antara TNI-
POLRI secara kelembagaan harus menjadi keputusan politik dan
ditindaklanjuti secara aktif pembuatan aturan pelaksanaannya yang
meliputi Juknis atau Petunjuk Teknis dan Protap atau Prosedur Tetap yang
disepakati bersama dan harus dilatihkan secara bersama dan berulang-
10 Reformasi birokrasi TNI yang disampaikan oleh Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko
pada saat Rapim atau Rapat Pimpinan TNI pada tanggal 8 - 13 januari 2014, yaitu yang
meliputi : Aspek Doktrin, Struktur Organisasi TNI secara Kelembagaan, Administrasi dan
Perencanaan serta Aspek Kultur dan Mind Set Personel TNI dalam konteks tugas dan jabatan
maupun dalam konteks membangun komunikasi sosial.
8 Bersama Rakyat TNI Kuat
ulang di setiap wilayah Kodam dan Polda serta harus jelas siapa dan
berbuat apa serta sumber dukungan logistik - biayanya*).
POLITISI AKADEMISI
SI
PELAKU
MASYARAKAT
EKONOMI
CITA-CITA NASIONAL
11 Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko pada suatu kesempatan mengatakan; “dulu untuk
menjaga stabilitas kita memiliki instrumen UU RI Anti Subversi sangat kuat, sekarang kita
tidak memiliki instrumen tersebut, untuk itu TNI harus mengambil sikap dan tidak boleh
diam, tetapi secara akademik dicari titik keseimbangan barunya yang tepat bagi Bangsa ini”.
Bersama Rakyat TNI Kuat 9
Keterangan Gambar 2 :
Bentuk keseimbangan baru dalam tata pergaulan antara TNI dan
Rakyat dalam rangka menggalang kekuatan baru untuk orientasi “Bersama
Rakyat TNI Kuat”, maka harus melibatkan semua komponen Rakyat, yaitu
para Politisi yang beragam dari lintas partai, para Akademisi dari lintas
generasi dan lintas Perguruan Tinggi Swasta dan Negeri, para pelaku
ekonomi baik yang bergerak pada sektor jasa dan sektor riil serta semua
komponen unsur masyarakat berbagai profesi dan status sosialnya.
Kesepahaman antar kelompok masyarakat dengan TNI akan menciptakan
komunikasi sosial yang kuat dan saling memahami posisi masing-masing*).
12 Keputusan untuk melakukan perang dan persaingan Militer antar Bangsa ini dapat
bersifat paradok, suatu penyatuan yang lebih besar dari Bangsa-Bangsa. Peristiwa seperti itu
menyebabkan perang yang menghancurkan mereka. Memaksa Negara untuk menerima
teknologi peradaban modern dan struktur sosial yang mendukungnya. Francis Fukuyama,
“The End of History and The Last Man”, (Yogyakarta, Penerbit : CV. Qalam, 2004), Hal. 121.
10 Bersama Rakyat TNI Kuat
Gambar 3
DINAMISASI TITIK KESEIMBANGAN
(Bandul Jam)
12
9 3
4
6
A C
B
Keterangan Gambar 3 :
Posisi TNI dalam mencapai titik keseimbangan baru untuk
mengaktualisasikan motto “Bersama Rakyat TNI Kuat, maka dapat
dimanifestasikan pada tiga asumsi dasar, yaitu; Asumsi “A” Negara dalam
kondisi aman, tenteram dan semua aktivitas ekonomi masyarakat berjalan
normal sehingga hukum pasar dalam konsep persaingan sempurna dapat
terlaksana dengan baik tanpa adanya monopoli; Asumsi “B” Negara dalam
keadaan unstable, artinya terdapat demonstrasi yang anarkhis dan konflik
komunal serta konflik yang berlatar belakang SARA; Asumsi “C” Negara
dalam keadaan perang atau bergejolak dengan tingkat eskalasi yang
mengancam simbol-simbol Negara dan mengancam kedaulatan NKRI baik
bersumber dari dalam Negeri atau luar Negeri.
Bersama Rakyat TNI Kuat 11
13 Presiden Republik Indonesia, Dr. Susilo Bambang Yudhoyono dalam bukunya “Mengatasi
Krisis, Menyelamatkan Reformasi”, (Jakarta, Penerbit : PUSKAP, 1999, Hal. 6-7), bahwa;
Analisis tentang kehidupan berbangsa dan bernegara pasca Reformasi disandarkan pada dua
argumen; Pertama, Benar-benar ada yang salah di Negeri ini. Kita harus sadar jika Bangsa
Indonesia tidak segera dapat memposisikan dirinya dan kemudian menemukan arah
perjalanan kembali, masa depan kita sungguh sangat suram; Kedua, Jika kita berhasil
memposisikan dan menata pikiran kita dengan benar dan mampu mengenali isu-isu kritis
dan permasalahan utama yang dihadapi Bangsa ini seraya menatap kedepan, tentu kita akan
mampu untuk mengkontruksikan kembali Negeri dan masa depan kita.
12 Bersama Rakyat TNI Kuat
tiga kondisi yang berbeda, yaitu; Negara dalam keadaan damai; Negara
dalam kondisi gejolak; dan Negara dalam keadaan perang14.
Gambar 4
METRIK TITIK KESEIMBANGAN BARU
NOM KONDISI JALUR DUKUNGAN KETENTUAN
OR KONTEMPORER KOMANDO LOGISTIK PERUNDANGAN
1. Kondisi Aman
a. Aman Murni - Panglima - APBN - UU RI Nomor 3 Th. 2002
- Dan Satuan - UU RI Nomor 34 Th. 2004
3. Kondisi Perang
a. Sumber Dalam Negeri - Keputusan politik - APBN - UUD 1945
- Presiden - UU RI Nomor3 Th.2002
- UU RI Nomor34 Th.2004
b. Sumber Luar Negeri - Keputusan politik - APBN - Keputusan Politik
- Presiden
14 Analisis makro tentang perang didasarkan pada logika berfikir bahwa sasaran politik
perang sangat tergantung di bagian luar medan perang, karena perang tidak memiliki logika
dan sasarannya sendiri, karena Tentara harus selalu menjadi bawahan Negarawan. Menurut
Clausewitz, bahwa Doktrin Perang yang mutlak adalah tanpa batas, sehingga dasar
argumentasinya adalah perang merupakan suatu tindakan kekuatan untuk memaksa lawan
atau musuh dengan segenap potensi dan pendukungnya tunduk dan melakukan kehendak
kita. Samuel P. Huntington, “Prajurit dan Negara”, (Jakarta, Penerbit : PT. Grasindo, 2003),
Hal. 60-61.
Bersama Rakyat TNI Kuat 13
Keterangan Gambar 4 :
Mencari titik keseimbangan baru guna memposisikan medan juang
TNI bila dihadapkan kondisi kontemporer lingkungan yang terus
berkembang, maka dapat dibagi tiga posisi, yaitu; disaat Negara dalam
keadaan aman, Negara dalam kondisi gejolak atau unstable dan Negara
dalam kondisi perang. Tugas pokok TNI sesuai dengan rujukan keputusan
politik dirangkum dalam kesatuan tugas yang besar, yaitu OMP dan OMSP.
Akan tetapi dalam kondisi apapun TNI secara langsung dan tidak langsung
harus berperan aktif dengan dasar argumen bahwa bila eskalasi ancaman
dan gangguan memuncak dan mengancam integritas Bangsa, maka TNI
harus turun tangan*).
Gambar 5
SISTEM PERTAHANAN SEMESTA
PERTAHANAN SEMESTA
Keterangan Gambar 5 :
Interpretasi terhadap motto “Bersama Rakyat TNI Kuat” harus
difahami mulai dari kajian peraturan Perundang-undangan yang ada
sebagai hasil keputusan politik, kemudian ditarik benang merahnya
terhadap kajian Doktrin Pertahanan Negara, yaitu “Doktrin Pertahanan”
berfungsi sebagai Doktrin Dasar yang menjadi sumber acuan Doktri-Doktrin
yang lain dalam ruang lingkup pertahanan. Kemudian setelah Doktrin Dasar
diikuti dengan Doktrin Induk, berupa Doktrin Pertahanan Militer yaitu
Doktrin TRI DHARMA EKA KARMA dan Doktrin Pertahanan Nirmiliter,
kemudian diikuti dengan Doktrin pelaksanaan yang dibedakan menjadi dua,
yaitu Doktrin pelaksanaan pada lingkup pertahanan Militer dan Doktrin
16 Bersama Rakyat TNI Kuat
16 Dalam upaya untuk mewujudkan cita-cita Nasional tersebut sesuai dengan Pasal 33 UUD
1945 adalah ada 8 hal sebagai ciri demokrasi Ekonomi; 1). Perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan; 2). Cabang-cabang produksi yang penting
bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara; 3). Bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya sebagai pokok-pokok kemakmuran Rakyat
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran Rakyat;
4). Sumber kekayaan dan keuangan Negara digunakan dengan permufakatan lembaga
perwakilan Rakyat dan pengawasan terhadap lembaga kebijaksanaan ada pada lembaga
perwakilan Rakyat; 5). Perekonomian daerah dikembangkan secara serasi dan seimbang
dalam satu kesatuan perekonomian Nasional dengan mendayagunakan potensi dan peran
serta daerah secara optimal; 6). Warga Negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan
yang dikehendaki serta mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan; 7). Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan masyarakat; 8). Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap
warga diperkembangkan sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan
umum. Ada 3 hal yang harus dihindari sebagai musuh Demokrasi Ekonomi, yaitu; 1). Sistem
“Free-Fight Liberalism”; 2). Sistem Etatisme; 3). Persaingan tidak sehat. Ginanjar
Kartasasmita, “Pembangunan untuk Rakyat”, (Jakarta, Penerbit : CIDES, 1996, Hal. 27-34).
Bersama Rakyat TNI Kuat 17
TNI
- Geografi
RAKYAT - Demografi WILAYAH NKRI
AKUMULASI
PERSAINGAN GLOBAL
NEGARA KAWASAN
18 Bersama Rakyat TNI Kuat
Keterangan Gambar 6 :
Kajian terhadap motto “Bersama Rakyat TNI Kuat” harus dilihat
dalam satu rangkaian pemahaman korelasi antara TNI, Rakyat dan
dihadapkan dengan bentuk wilayah NKRI sebagai Negara Kepulauan
terbesar di Dunia. Artinya menata Negara Kepulauan sangat berbeda
dengan menata Negara Daratan, apalagi bila dihadapkan dengan faktor
kependudukan atau Demografi, kerangka berfikir komprehensif dari sudut
pandang berbagai aspek kehidupan harus dilakukan mulai dari aspek
Budaya, Ekonomi, Ideologi, Politik, Sosial, Pertahanan Keamanan serta
kajian ekologi yang melekat pada ke-Khas-an NKRI. Untuk itu TNI harus
mengambil peran aktif dan cerdas dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara*).
Gambar 7
HUBUNGAN TIMBAL BALIK
TNI–RAKYAT
CITA-CITA
BERSAMA
TNI - RAKYAT
Keterangan Gambar 7 :
Final Goal atau tujuan akhir hubungan timbal balik antara TNI-Rakyat
adalah terwujudnya cita-cita bersama untuk mewujudkan Indonesia yang
lebih baik menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. Untuk itu usaha mewujudkan kondisi “Bersama Rakyat TNI
Kuat” maka secara tidak langsung akan menimbulkan kondisi “Bersama TNI
Rakyat Kuat”, akan tetapi harus dirumuskan parameter TNI Kuat dan
parameter Rakyat Kuat. Meskipun titik temu kata yang sama pada TNI
Rakyat adalah pada kata “Kuat”, persepsi Kuat TNI dan Kuat Rakyat adalah
sesuatu yang sangat berbeda jauh karena berbeda peran dan fungsinya*).
melaksanakan Operasi Militer Perang atau OMP dan Operasi Militer selain
Perang atau OMSP.
Implementasi penggunaan kekuatan TNI dalam tugas OMP
dimaksudkan untuk mengatasi ancaman dari luar atau ancaman dari Negara
lain dalam rangka mempertahankan kedaulatan Negara baik di darat, laut
dan udara serta untuk keselamatan Bangsa dan Negara. Akan tetapi
penggunaan dan pengaruh kekuatan TNI dengan tugas OMP merupakan
keputusan politik yang ditempuh dan diawali dengan upaya damai melalui
jalur diplomatik.
Salah satu bentuk langkah implementatif Bangsa Indonesia untuk
mencapai tujuan Nasional adalah melaksanakan fungsi pertahanan Negara
dengan baik, yang dalam hal ini merupakan tugas pokok TNI, akan tetapi
dalam pelaksanaan tugas tersebut secara kelembagaan TNI dan secara
perorangan Prajurit TNI harus manyadari bahwa pemberdayaan peran dan
fungsi TNI serta pembangunannya secara proporsional dan profesional
merupakan hasil keputusan politik yang berpedoman pada kepentingan
politik Negara dan mengacu pada prinsip nilai-nilai demokrasi, supremasi
sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum Nasional dan Internasional yang
telah diratifikasi.
Setiap kegiatan organisasi digerakkan dengan berpedoman pada
sasaran akhir atau “final goal”, kemudian disusun dengan baik proses
perencanaannya sampai dengan pentahapan dan strateginya. Adapun
sasaran akhir penggunaan kekuatan TNI pada OMP adalah hilangnya atau
terusirnya berbagai bentuk ancaman dari kekuatan Militer Negara lain,
sedangkan penggunaan kekuatan TNI dalam bidang OMSP yaitu teratasinya
Bersama Rakyat TNI Kuat 23
20 Buku Petunjuk Induk OMP dan OMSP, (Jakarta, Penerbit : Babinkum TNI, 2011), Hal. 13-
83.
24 Bersama Rakyat TNI Kuat
Gambar 8
BERSAMA RAKYAT TNI KUAT
KEPENTINGAN
RAKYAT
KEPENTINGAN KEPENTINGAN
TNI POLITIK
KEPENTINGAN
EKONOMI
Keterangan Gambar 8 :
Hakekat kepentingan Rakyat adalah kesejahteraan, hakekat
kepentingan TNI adalah tercapainya tugas OMP dan OMSP, hakekat
kepentingan Politik adalah stabilitas dan kontinuitas pembangunan
Nasional dan hakekat kepentingan Ekonomi adalah progres pertumbuhan
ekonomi yang stabil. Dengan demikian hakekat kepentingan dari empat
kelompok dengan latar belakang tersebut merupakan proses yang saling
mempengaruhi dan saling mendorong untuk pencapaian yang optimal
kepentingan masing-masing. Sehingga empat kelompok latar belakang
tersebut harus duduk bersama dalam merumuskan program bersama untuk
26 Bersama Rakyat TNI Kuat
satu tujuan umum, yaitu cita-cita Nasional yang telah dirumuskan oleh para
Pendiri Bangsa*).
D. NETRALITAS TNI.
Sikap tegas netralitas TNI dalam suksesi kepemimpinan Nasional
melalui Pemilu Tahun 2014 yang beberapa bulan kedepan akan
mempertandingkan kontestan Partai Politik adalah proses Demokrasi
secara wajar sebagai bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Akan
tetapi dari sudut pandang TNI adalah menjaga situasi aman dan lancarnya
prosesi tersebut tanpa adanya keperpihakkan pada satu golongan dan
kepentingan politik manapun. Sikap tegas tersebut telah disampaikan oleh
Presiden Republik Indonesia, DR. Susilo Bambang Yudhoyono dan juga
disampaikan oleh Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko22. Proses
Demokrasi yang secara umum berlaku di Negara-Negara di Dunia adalah
proses netral dan proses obyektif dengan mengedepankan partisipasi aktif
Rakyat untuk menentukan pilihan Pimpinannya.
mengatakan, “Saya sudah sering menegaskan dan saya akan mengatakan kembali, netralitas
TNI-POLRI itu bukan hanya harapan selaku kepala pemerintahan/Negara, tetapi juga para elit
politik dan juga Rakyat Indonesia”. Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko juga mengatakan,
“Jika TNI bermain-main di politik, akan merusak demokrasi, TNI mempunyai semangat kuat
untuk tidak turut campur”. Adapun Tema yang diangkat dalam Rapim TNI tersebut adalah
“Kita Mantapkan Profesionalitas TNI dalam Menjaga Stabilitas, Kedaulatan dan Keutuhan
NKRI”.
28 Bersama Rakyat TNI Kuat
Gambar 9
NETRALITAS TNI
PROFESIONALITAS
TNI
OMP OMSP
KEPUTUSAN
POLITIK
KEPENTINGAN KEPENTINGAN
KEPENTINGAN
PARTAI POLITIK PRIBADI
BANGSA DAN NEGARA
CITA-CITA
NASIONAL
NETRALITAS
TNI
Keterangan Gambar 9 :
Netralitas TNI dalam kehidupan politik mutlak diperlukan karena bila
TNI berpihak pada satu golongan dan kepentingan maka peran TNI sebagai
kekuatan stabilitas Negara menjadi hilang. Penekanan Panglima TNI
Jenderal TNI Moeldoko bahwa TNI tidak akan main-main dengan politik.
Adalah cermin sikap tegas Fungsi dan Peran TNI dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Meskipun tidak dipungkiri bahwa keputusan
politik memungkinkan dipengaruhi oleh Partai Politik pemenang Pemilu dan
kepentingan pribadi politikus yang berkuasa, akan tetapi keperpihakkan TNI
sudah jelas bahwa TNI berpihak kepada kepentingan Rakyat dan sandaran
perjuangan TNI adalah Pancasila dan UUD 1945*).
politik dan tidak melibatkan diri pada kegiatan politik praktis, kemudian
pada Ayat 4 mengatakan bahwa : Anggota Tentara Nasional Indonesia tidak
menggunakan hak memilih dan dipilih. Keikutsertaan TNI dalam
menentukan arah kebijakan Nasional disalurkan melalui MPR paling lama
sampai dengan 2009. Kemudian pada UU RI Nomor 34 Tahun 2001 tentang
TNI Pasal 2 Huruf “d”, mengatakan bahwa : Tentara profesional yaitu
tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik
praktis, tidak berbisnis dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti
kebijakan politik Negara yang menganut sistem Demokrasi, Supremasi Sipil,
HAM, ketentuan Hukum Nasional dan Hukum Internasional yang telah
diratifikasi, dengan demikian posisi netralitas TNI dalam kehidupan politik
kepartaian tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Dalam bahasa Militer dapat dikatakan bahwa “Netralitas TNI adalah
Harga Mati”, akan tetapi dari sudut pandang yang lain harus difikirkan
melalui perdebatan dan diskusi panjang agar para Perwira TNI tidak
mengalami apa yang dikatakan “GAP POL” atau Gagap Politik, karena
apapun yang dilakukan TNI adalah hasil keputusan politik, maka para
Perwira juga harus memahami tentang kronologis dan latar belakang
lahirnya keputusan politik tersebut, sehingga terjadi sinkronisasi benang
merahnya antara kebijakan dan pelaksanaan atau dengan istilah hulu dan
hilirnya bersambung dan tidak ada benang yang putus di tengahnya.
Implementasi atau bentuk nyata yang memungkinkan dilaksanakan
adalah : Pertama, Pihak TNI melakukan lobby khusus pada pihak Legislatif
agar TNI secara kelembagaan diperkenankan menempatkan personel
Pamen berpangkat Kolonel di Lembaga Legislatif Tingkat Pusat dan Daerah
Bersama Rakyat TNI Kuat 31
23 Perwira Militer harus netral karena keperpihakkan pada politik tertentu akan
mengkaburkan bahkan merusak tingkat profesionalisme dan para Komandan Militer jangan
pernah mengizinkan pandangan Militer yang dimilikinya terbungkus oleh azas manfaat
politik, demikian juga harus difahami bahwa area ilmu kemiliteran berada dibawah dan
bergantung kepada area politik. Seperti halnya perang yang memenuhi tujuan akhir politik,
maka profesi Militer pun memenuhi tujuan akhir dari Negara. Demikian pendapat Samuel P.
Huntington dalam bukunya “Prajurit dan Negara”, (Jakarta, Penerbit : PT. Grasindo, 2003),
hal. 77.
Bersama Rakyat TNI Kuat 33
24 Pada bulan Januari 1946, TKR berubah menjadi TRI karena Jenderal Soedirman
berpendapat bahwa kedudukan TRI adalah Tentara Nasional dan Tentara Rakyat yang
berdikari, yaitu Tentara Mandiri tanpa campur tangan Asing. Demikian disampaikan oleh
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto dalam bukunya “Sejarah
Nasional Indonesia - VI”, (Jakarta, Penerbit : Balai Pustaka, 1992), Hal. 110.
34 Bersama Rakyat TNI Kuat
Gambar 10
TINJAUAN HISTORIS BERDIRINYA TNI
Ditolak
TKR
5-10-1945
TRI BKMI
Januari – 1946 10 November 1945
Oleh : Jenderal Soedirman Badan Kongres Pemuda Indonesia
TNI
Juni 1947
Keterangan Gambar 10 :
Berdirinya organisasi Tentara Nasional yang dicita-citakan semua
komponen Bangsa pada saat awal Kemerdekaan merupakan suatu
keberanian nyata dari kelompok Pemuda Pejuang Kemerdekaan pada
waktu itu, karena kondisi situasi politik Dunia yang memasuki babak akhir
Perang Dunia II, sedangkan pasukan Jepang yang kalah perang masih
berada di Indonesia dengan persenjataan lengkap, sementara pada posisi
Pemuda Pejuang Kemerdekaan belum terorganisir dengan baik, tersebar di
seluruh Wilayah NKRI dan tersebar latar belakang semangat dan dilengkapi
dengan senjata yang terbatas, maka jalur diplomasi adalah jalan yang
terbaik*).
Gambar 11
PERAN MILITER DI DUNIA
Militer
Permasalahan Permasalahan
Kebangsaan Dengan
Dalam Negeri Luar Negeri
Profesionalisme
Militer
36 Bersama Rakyat TNI Kuat
Keterangan Gambar 11 :
Ukuran tingkat profesionalisme Militer di Dunia berbeda-beda,
karena Tugas, Peran dan Fungsi Militer di Dunia juga berbeda latar
belakangnya, tetapi untuk tugas tempur semua Negara mempunyai ukuran
yang sama, yaitu “Memenangkan Pertempuran”. Hal ini serupa dengan apa
yang dikatakan oleh Clausewiz, bahwa perang mempunyai logikanya
tersendiri, akan tetapi interaksi antara pemimpin tertinggi Militer dan
pengambil keputusan Negara menjadi obyek diskusi yang menarik, dimana
sudut pandang pemikiran dengan dilatar belakangi kepentingan yang
berbeda dan disiplin ilmu yang berbeda pula. Untuk itu, jalur perang dan
jalur diplomasi dalam mengatasi konflik kewilayahan dan konflik ekonomi
harus diletakkan dalam kerangka berfikir kepentingan Nasional dan dampak
yang sangat mungkin timbul sebagai akibat dari keputusan tersebut*).
25Salim Said, “Wawancara tentang Tentara dan Politik”, (Jakarta, Penerbit : PT. Surya Multi
Grafika, 2001), Hal. 20.
38 Bersama Rakyat TNI Kuat
lahirnya dan berdirinya TNI. Analisis terhadap sikap netralitas TNI bila
dihadapkan dengan tuntutan profesionalisme TNI dan perkembangan
kondisi saat ini, maka Prajurit TNI terutama segenap komponen para
Perwira secara perorangan dan TNI secara kelembagaan harus mengambil
sikap implementatif sebagai berikut; 1) TNI harus menjaga hubungan
harmonis antara Lembaga Eksekutif, Legislatif, Yudikatif dan semua
komponen masyarakat terutama Tokoh Agama dan LSM; 2) TNI harus
berperan secara efektif, efisien dalam melakukan tugas pertahanan dan
keamanan serta mempunyai komitmen yang jelas dalam mengamankan
dan melanjutkan pembangunan Nasional dengan pendekatan persuasif dan
kekeluargaan; 3) Perkembangan kehidupan masyarakat secara Nasional,
Regional dan Internasional sebagai dampak dari tatanan kehidupan global
harus disikapi secara proporsional agar peran dan fungsi TNI tetap tepat
jaman; 4) TNI harus berperan aktif dalam mendorong terlaksananya dengan
baik Demokrasi Pancasila, Hak Asasi Manusia dan implementasi tatanan
kehidupan masyarakat madani; 5) Menjaga kredibilitas TNI di hati
masyarakat dengan tetap mengambil inisiatif di garis depan dalam upaya
mengatasi kesulitan masyarakat terutama dalam mengatasi musibah
bencana alam.
Kondisi ini apabila terjadi maka tatanan sosial akan terganggu dan loyalitas
masyarakat terhadap Negara akan berkurang bahkan tidak ada sama sekali.
Pada posisi ini TNI sangat berkepentingan karena di Negara manapun di
Dunia, bila jarak antara Rakyat dan Negara semakin melebar, maka
kecenderungan akan terjadinya konflik komunal, terorisme, gerakan
sparatis bersenjata dan berbagai konflik lainnya. Dengan demikian secara
tidak langsung TNI harus aktif mengambil langkah-langkah persuasif dan
dengan pendekatan kekeluargaan agar konflik internal dan eksternal tidak
terjadi atau konflik yang bersumber dari RAKA atau Radikal Kanan dan RAKI
atau Radikal Kiri27.
Pendekatan yang terpadu antara TNI dan semua unsur Pemerintah
pada Rakyat diperlukan, sehingga saluran komunikasi antara TNI, semua
unsur Pemerintah dan Rakyat berjalan dengan baik, komunikasi sosial atau
Komsos tersebut akan dapat mencegah kemungkinan gejolak yang akan
timbul dan sekaligus sebagai sarana “early warning” setiap gejala keresahan
masyarakat. Dengan demikian semua permasalahan dapat terdeteksi secara
dini. Ada tiga komponen dalam Struktur Organisasi TNI yang dapat dijadikan
penyanggah awal Komsos, yaitu; Litbang TNI untuk melakukan riset, Fungsi
Intelijen untuk pengamanan dan penyelidikan serta Aparat Teritorial untuk
menyatukan pemikiran dengan pendekatan culture.
27 Konsepsi Negara Kuat yang ditandai dengan kemampuannya menjamin bahwa semua
produk Hukum dan Kebijakan Negara yang dilahirkan ditaati oleh masyarakat, tanpa
menggunakan ancaman. Artinya masyarakat dengan penuh kesadaran melakukan ketaatan
peraturan Negara. Adapun elemen dasar Negara yang Kuat adalah otoritas yang efektif dan
terlembaga dengan baik. Partisipasi aktif masyarakat terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara akan terwujud apabila Negara mampu menciptakan kesejahteraan bersama dan
keadilan ekonomi. Demikian dikatakan pada Kata Pengantar dalam bukunya Francis
Fukuyama “Memperkuat Negara”, (Jakarta, Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005),
Hal. xiii.
Bersama Rakyat TNI Kuat 41
Gambar 12
BERSAMA TNI RAKYAT KUAT
KEBIJAKAN
TNI
NEGARA
Kepentingan Rakyat :
1. Aktivitas ekonomi yang tidak terganggu.
2. Ketersediaannya lapangan pekerjaan yang layak.
3. Terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan,
papan, pendidikan dan kesehatan.
Keterangan Gambar 12 :
Untuk mengelaborasi slogan “Bersama TNI Rakyat Kuat” harus dilihat
dari sinkronisasi hubungan antara TNI-Rakyat-Kebijakan Negara bila
dihadapkan dengan syarat-syarat Rakyat Kuat. Hal tersebut dapat dilihat
dari tiga elemen dasar, yaitu; Pertama, Aktivitas ekonomi masyarakat tidak
terganggu pada semua sektor, yaitu sektor formal dan informal serta sektor
riil dan jasa; Kedua, Ketersediaan lapangan pekerjaan yang layak. Dalam
hubungan lapangan pekerjaan, Pemerintah harus mempertimbangkan
pertumbuhan angkatan kerja dan angka kelahiran serta pembukaan
lapangan pekerjaan baru; Ketiga, Terpenuhinya kebutuhan sandang,
pangan, papan, pendidikan dan kesehatan serta terbukanya akses
masyarakat tanpa diskriminasi*).
28 Naskah Sementara Doktrin TNI “TRI DHARMA EKA KARMA” disahkah dengan Keputusan
Panglima TNI Nomor : Kep/474/VII/2012 tanggal 25 juli 2012.
29 Berdasarkan hasil penelitian bahwa gerakan fundamentalisme yang mengakibatkan aksi
teror bukanlah monopoli suatu kelompok Agama tertentu dan bukan pula di wilayah
tertentu, contoh : kelompok gerakan radikal keagamaan terjadi di India dengan latar
belakang Agama Hindu, di Irlandia terjadi gerakan radikal Katolik dan Prostestan, bahkan di
Amerika sebagai Negara Sekuler juga terjadi gerakan semacam ini. Artinya bahwa gerakan
radikal keagamaan adalah gejala universal dan fenomena yang dapat berkembang pada
semua tradisi keagamaan. Demikian disampaikan oleh Djahari Makruf dengan judul tulisan
“Radikalisme Islam di Indonesia Fenomena Sesaat?” yang terangkum dalam buku “Agama &
Radikalisme di Indonesia”, Editor : Bahtiar Effendi dan Soetrisno Hadi, (Jakarta, Penerbit :
Nuqtah, 2007).
44 Bersama Rakyat TNI Kuat
F. REFORMASI BIROKRASI.
Hubungan timbal balik antara TNI dan Rakyat dapat direfleksikan
seperti hubungan antara ikan dan air, meskipun refleksi tersebut tidak tepat
betul, tetapi melalui pendekatan tersebut akan lebih memudahkan dalam
mencari akar permasalahan dan solusi yang terbaik bagi reformasi birokrasi
TNI bila dikaitkan dengan kondisi kontemporer kehidupan berbangsa dan
bernegara, perubahan lingkungan startegis pada strata global dan
dinamisasi kehidupan Bangsa di kawasan serta kecenderungan bergesernya
paradigma masyarakat terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada
awal berdirinya NKRI, masyarakat secara umum hanya mengikuti kebijakan
yang sudah ada. Karena kondisi waktu sebagian besar masyarakat masih
buta huruf, kemudian pada periode Kedua, masyarakat mayoritas pasif
karena terlalu kuatnya dominasi kekuasaan, kemudian pada masa Ketiga,
yaitu pasca Reformasi, hampir semua elemen masyarakat menyuarakan
Bersama Rakyat TNI Kuat 45
32 Ada beerapa alasan mengapa saran pemikiran Reformasi Birokrasi TNI melibatkan pihak
Eksekutif, Legislatif, Yudikatif dan Publik untuk secara bersama-sama sharring pemikiran
yang tebaik, karena TNI adalah aset Nasional yang harus dioptimalkan kelembagaannya.
Upaya pembaharuan sangat penting karena adanya perubahan lingkungan strategis,
kenyataannya sangat sedikit sekali pihak Eksekutif yang memiliki kekuasaan untuk merubah
sistem pemerintahan dan struktur organisasi institusi Pemerintah, sementara itu sedikit
politisi yang memiliki pengetahuan atau keakraban yang diperlukan untuk mengubah
organisasi. Untuk itu diperlukan dukungan publik agar dikemudian hari bila terjadi
perubahan politik kebangsaan dan perubahan keputusan politik tidak akan berdampak pada
pemikiran Reformasi Birokrasi TNI yang sudah difikirkan secara matang sebelumnya oleh
berbagai pihak komponen Bangsa. David Osborne dan Peter Plas Trik, “Memangkas
Birokrasi”, (Jakarta, Penerbit : PPM, 2000), Hal. 59.
Bersama Rakyat TNI Kuat 49
Gambar 13
PEMIKIRAN PERTAMA
PRESIDEN
PANGLIMA GABUNGAN
Keterangan Gambar 13 :
Dasar analisis yang dibangun pada Gambar 13 Pemikiran Pertama
adalah optimalisasi prosedur anggaran, semua jenis anggaran terpusat pada
UO atau Unit organisasi masing-masing angkatan tanpa melalui jalur
birokrasi lainnya, dengan demikian kemandirian angkatan dalam mengelola
anggaran akan sangat kuat dan mandiri, akan tetapi dari sisi lemahnya
adalah ketika terjadi sinkronisasi kegiatan yang terintegrasi masing-masing
50 Bersama Rakyat TNI Kuat
Sisi positif dari Struktur Organisasi TNI pada pemikiran Pertama yaitu;
Pertama, Tingkat profesionalitas Prajurit masing-masing angkatan akan
cepat berkembang dengan didukung oleh organizational culture angkatan
yang menonjol; Kedua, Efektifitas anggaran akan tercapai dengan baik serta
optimalisasi fungsi kontrol anggaran. Jalur distribusi anggaran akan
terdeploi dengan baik karena adanya pemangkasan distribusi; Ketiga,
Masing-masing angkatan mempunyai kemandirian anggaran akan tetapi
bila dilihat dari sisi negatif akan timbul ego angkatan dan diperlukan
kesepahaman yang agak berat untuk menyatukan Visi dn Misi, terutama
bila tugas OMP dan OMSP datang dengan tiba-tiba33.
Argumen yang dibangun pada ide Gambar 13 Pemikiran Pertama
adalah “Optimalisasi Peran dan Fungsi Angkatan”. Akan tetapi apapun ide
tersebut hanyalah sebuah pemikiran yang “long term”, artinya sangat
dimungkinkan ide tersebut adalah khayalan tetapi dikemudian hari akan
menjadi pertimbangan dari keputusan politik.
33 Tingkat profesionalisme Militer yang banyak ditentukan oleh sikap para Perwira untuk
menjauhkan diri dari urusan politik dan berkonsentrasi pada pelatihan dan disiplin untuk
menghadapi perang. Kesetiaan Militer pada kontrol sipil ditegaskan kembali dan diuraikan
pada “The Art of Modern Warfare”. Demikian dikatakan oleh Samuel P. Huntington dalam
bukunya yang berjudul “Prajurit dan Negara”, (Jakarta, Penerbit : Grasindo, 2003), Hal. 125.
Bersama Rakyat TNI Kuat 51
Gambar 14
PEMIKIRAN KEDUA
PRESIDEN
PANGLIMA TNI
OMP OMSP
Keterangan Gambar 14 :
Orientasi Tugas Panglima TNI dengan work load atau beban kerja
yang tinggi sudah dimungkinkan dengan adanya Struktur Organisasi baru,
yaitu Wakil Panglima TNI Bidang tugas OMP dan OMSP. Dengan demikian
akan terjadi optimalisasi sesuai pelaksanaan Tugas Pokok TNI. Porsi Tugas
TNI saat ini apabila secara sekilas masih menitik beratkan Tugas OMP,
sedangkan untuk Tugas OMSP belum terdukung secara utuh aturan
52 Bersama Rakyat TNI Kuat
PRESIDEN
PANGLIMA TNI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
54 Bersama Rakyat TNI Kuat
Keterangan Gambar 15 :
Analisis pemikiran terhadap gambar 15 ini dibangun atas dasar
argumen yang telah dinyatakan dalam UU RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang
TNI pada Bab 2 Pasal 2 tentang Jati Diri pada huruf “d” mengatakan bahwa
pada hakekatnya yang dikatakan Tentara Profesional yaitu kondisi
keterampilan dan kemampuan tempur terlatih dengan baik, melalui proses
pendidikan yang terukur diperlengkapi atau dipersenjatai atau kelengkapan
Alutsista yang memadai dan mencukupi sesuai kualitas dan kuantitas yang
diperlukan. Tidak berpolitik praktis artinya Tentara harus bersikap netral
dalam dunia politik, tidak berbisnis dan dijamin kesejahteraannya. Dan di
dalam UU RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 25
mengatakan bahwa semua dana pembiayaan sebagai akibat dari aktifitas
pertahanan Negara yang ditujukan untuk membangun, memelihara,
mengembangkan dan menggunakan TNI dan komponen pertahanan lainnya
dibiayai oleh APBN. Dengan demikian ada dua kata kunci, yaitu; Pertama,
Prajurit dijamin kesejahteraannya; Kedua, Penggunaan TNI dibiayai oleh
APBN. Kondisi legislasi atau perangkat perundangan ini akan menjadi
pertanyaan besar bila dihadapkan dengan kondisi nyata Prajurit TNI secara
perorangan dan kesiapan Alutsista TNI secara kelembagaan*).
akumulasi nilai dan budayanya harus difahami menjadi satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dalam mengukur dan mengimplementasikan Reformasi
Birokrasi35.
Paradigma berfikir terhadap motto “Bersama Rakyat TNI Kuat”
adalah hubungan sebab akibat yang meliputi dua variabel, yaitu “Bersama
Rakyat” sebagai variabel “x” dan “TNI Kuat” sebagai variabel “y”. Kalau
dalam asumsi riset bahwa terdapat korelasi yang kuat antara variabel “x”
dan variabel “y”, maka akan menjadi nilai kemutlakkan atau syarat mutlak
bahwa kondisi akibat atau “y” akan terjadi apabila kondisi sebab atau
variabel “x” berjalan dengan baik. Akan tetapi bila kedua faktor tersebut
didudukkan secara sejajar tanpa menggunakan analisis korelasi sebab
akibat, yaitu variabel “x” dan “y”, maka titik temu keduanya bertumpu pada
satu kata, yaitu “Kesejahteraan”. Argumen tersebut disandarkan pada
analisis empiris, yaitu profesi apapun masyarakat tidak akan lepas dari cita-
cita keluarga yang sejahtera. Demikian juga kondisi psikis Prajurit berdinas
dimanapun wilayahnya dan dalam kondisi apapun, yaitu saat perang dan
LEGISLATIF KESEJAHTERAAN
KEPUTUSAN POLITIK PRAJURIT
REFORMASI BERSAMA
PENDEKATAN
BIROKRASI RAKYAT
KESEJAHTERAAN
TNI TNI KUAT
EKSEKUTIF KESEJAHTERAAN
KEBIJAKAN PUBLIK RAKYAT
36 Secara umum tingkat kebutuhan manusia dapat digolongkan menjadi lima tingkat
kebutuhan, yaitu; Pertama, Kebutuhan psikologis yang meliputi kebutuhan pokok seperti
kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya;
Kedua, Kebutuhan keamanan, yaitu aman dan terlindung dari semua ancaman dan ganguan
dari pihak manapun; Ketiga, Kebutuhan sosial yang meliputi kebutuhan berkelompok,
berorganisasi dan kegiatan sosial kemasyarakatan yang lain; Keempat, Tingkat kebutuhan
ego, yaitu kebutuhan akan harga diri serta pengakuan dari pihak lain; Kelima, Kebutuhan
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri seperti kebutuhan untuk mengembangkan potensi
diri, segala bentuk kreativitas, dan lain-lain. George R. Terry, “Prinsip-Prinsip Manajemen”,
(Jakarta, Penerbit : Bumi Aksara, 2003), Hal. 133.
Bersama Rakyat TNI Kuat 59
Keterangan Gambar 16 :
Pemikiran logis yang dapat diterima oleh semua pihak guna
memadukan konsep Bersama Rakyat TNI Kuat dengan konsep
Kesejahteraan. Tumpuan pendekatan kesejahteraan adalah hasil akumulasi
dari dua institusi, yaitu; Pertama, Legislatif yang menghasilkan keputusan
politik dan menjadi acuan pola tindak TNI dalam melaksanakan Tugas OMP
dan OMSP; Kedua, Eksekutif dengan berbagai program pembinaan
masyarakat dalam bentuk kebijakan publik untuk kelembagaan masyarakat,
kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan sebagainya, akan tetapi apapun
bentuk keputusan politik dan kebijakan publik harus selalu berorientasi
pada standar kesejahteraan masyarakat dan kesejahteraan Prajurit, dan
pada tataran implementasinya tidak ada pihak yang dieksploitasi dan tidak
ada pihak yang dirugikan, bahkan semua pihak diuntungkan*).
37 Ide dasar munculnya kebijakan publik yaitu adanya anggapan bahwa ada suatu ruang
atau domain dalam kehidupan yang bukan wilayah pribadi atau private atau murni milik
individual, tetapi merupakan milik bersama atau “Public Goods”. Publik itu sendiri
merupakan aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk diatur dan di-intervensi oleh
Pemerintah atau diatur oleh pranata sosial, atau setidaknya tindakan bersama. Menurut
sebagian para ahli ekonomi politik bahwa cara memecahkan ketegangan atau konflik
kepentingan publik dan private adalah dengan gagasan pasar atau market. Pada kondisi
pasca perang, gagasan untuk pengambil kebijakan didasarkan pada argumen bahwa peran
Negara adalah mengelola atau “to manage” ruang publik dengan segala macam
problematikanya untuk menangani aspek kehidupan sosial dan ekonomi yang tidak lagi
mampu ditangani oleh kekuatan pasar. Demikian dikatakan oleh Wayne Person, “Public
Policy”, (Jakarta, Penerbit : Prenada, 2005), Hal. 3-6.
Bersama Rakyat TNI Kuat 61
38 Em Zul Fajri dan Ratu Aprillia Senja, “Kamus Lengkap Bahasa Indonesia”, (Jakarta,
Penerbit : Difa Publisher), menyebutkan bahwa pengertian organisasi adalah kesatuan yang
terbentuk karena penggabungan dari beberapa orang dalam satu perkumpulan yang
mempunyai tujuan tertentu atau kelompok kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
Sedangkan organisasi profesi yang termasuk didalamnya adalah TNI, yaitu organisasi yang
dibentuk oleh orang-orang yang memiliki profesi yang sama.
62 Bersama Rakyat TNI Kuat
sebagai dampak dari Era Globalisasi dan kemajuan teknologi yang termasuk
teknologi Alutsista, maka organisasi TNI dewasa ini dituntut suatu bentuk
dan wadah organisasi yang efektif, efisien serta mempunyai kemampuan
yang profesional guna melindungi Bangsa Indonesia dengan segala bentuk
ancaman dan gangguan yang bersumber dari dalam Negeri maupun dari
luar Negeri.
Efektifitas organisasi TNI disusun berdasarkan hierarki dan rantai
komando organisasi yang disusun secara dua tingkat, yaitu Markas Besar
TNI dan Markas Besar Angkatan. Bentuk organisasi yang demikian itu secara
akademis sering disebut dengan “Struktur Organisasi Lini” atau disebut juga
“Military Organization”. Adapun ciri-ciri atau ke-khas-an organisasi ini
adalah;
Pertama, Bentuk struktur organisasinya piramid atau mengerucut ke
atas dengan satu pucuk pimpinan, rantai Komando atau instruksi menyebar
dari atas turun ke bawah ke seluruh bidang tugasnya masing-masing.
Pelimpahan hak dan kewajiban serta tugas-tugas kedinasan bersifat
perintah, sehingga tanggung jawab untuk pencapaian Visi dan Misi mutlak
menjadi tanggung jawab Pimpinan. Karena UO atau Unit Organisasi yang
ada pada jajaran paling bawah hanya pelaksana perintah dan instruksi dari
Pimpinan atau Komando atas. Organisasi Lini adalah bentuk khusus Struktur
Komando karena adanya tuntutan Tugas Militer dalam perang. Sangat tidak
mungkin apabila diskusi panjang dilakukan di medan perang dan operasi
tempur sedang berlangsung pada saat perang yang ada hanyalah “perintah”
dan “laksanakan”.
Bersama Rakyat TNI Kuat 63
Gambar 17
MILITARY ORGANIZATION
UNSUR PIMPINAN
UNSUR PELAYANAN
UNSUR BALAKPUS
UNSUR SATKER
Keterangan Gambar 17 :
Analisis terhadap Military Organization pada Gambar 17
menunjukkan ke-khasan akan jalur komando dan jalur birokrasi Tugas dan
Tanggung Jawab yang terpusat mengerucut pada satu titik unsur Pimpinan.
Akan tetapi pada sudut pandang yang berbeda terdapat cela stagnasi rotasi
64 Bersama Rakyat TNI Kuat
korban Prajurit yang gugur dalam tugas pada kedua belah pihak, baik yang
menang perang sekalipun, apalagi yang kalah dalam perang. Berangkat dari
kesadaran inilah maka Negara-Negara Internasional lebih memilih jalur
Diplomatik daripada jalur Konfrontasi atau Perang.
Keenam, Sebagai tindak lanjut Reformasi Birokrasi pada Struktur
Organisasi TNI dengan dasar analisis efektif dan efisien, maka struktur
organisasi dan hubungan kerja yang optimal adalah dalam bentuk
Organisasi “Lini dan Staf”, yaitu pada organisasi satuan tempur
menggunakan bentuk Organisasi Lini atau seperti piramid yang berjenjang
kebawah dan mengerucut keatas sampai pada pucuk Pimpinan Panglima
atau Komandan, sedangkan unsur Staf Pimpinan Fungsional yang dipimpin
oleh seorang yang ahli di bidangnya dan diposisikan setingkat dibawah
pucuk Pimpinan. Fungsi Staf Pimpinan adalah membantu pucuk Pimpinan
dalam bidang keahliannya masing-masing. Bentuk Struktur Organisasi Staf
yang paling ideal adalah “Flat Organization” atau struktur organisasi yang
mendatar. Dengan demikian harus dibedakan secara nyata dan tegas antara
organisasi tempur dan organisasi staf. Sehingga sangat mungkin untuk
dikurangi jumlah personel pejabat staf, bahkan ada fungsi-fungsi staf
tertentu yang ditarik di tingkat Pusat dalam pembinaannya untuk
memangkas birokrasi dan efesiensi penggunaan personel. Demikian juga
staf bidang keuangan, terutama pembayaran gaji bulanan Prajurit dapat
dilakukan melalui mekanisme perbankan. Sehingga dapat dilakukan
pengurangan jumlah personel yang cukup besar untuk efisiensi organisasi.
Bersama Rakyat TNI Kuat 67
Gambar 18
STRUKTUR ORGANISASI STAF
(FLAT ORGANIZATION)
UNSUR
STAF PIMPINAN
KASUB BAG
1 1 1 1
UMUM
KASUB BAG
2 2 2 2
ADMINISTRASI
KASUB BAG
3 3 3 3
KHUSUS
Keterangan Gambar 18 :
Operasional Staf Pimpinan dapat dilakukan dengan pola “Flat
Organization” bukan dengan pola “Lini Organization”, sehingga dapat
dilakukan penghematan penggunaan personel. Sebagai contoh: Staf
pimpinan organisasi tertentu berpangkat Kolonel dengan dibantu empat
68 Bersama Rakyat TNI Kuat
orang Kepala Bagian berpangkat Kapten dan untuk jabatan Kasub Bag dapat
dijabat oleh Bintara Tinggi. Dengan demikian efisiensi organisasi dapat
tercapai dengan baik. Pada analisis sudut yang berbeda, juga menjadi
catatan penting bagi budaya organisasi bahwa personel atau pejabat yang
bertugas di jalur Komando atau tempur pada Struktur “Lini Organization”
tidak diperbolehkan menyeberang ke jalur “Flat Organization”. Dengan
demikian tingkat profesionalitas Prajurit terjaga serta motivasi kerja Prajurit
secara tidak langsung akan tumbuh dengan baik, karena jalur profesi
jabatan antara personel tempur dan personel Staf mempunyai tempatnya
masing-masing. Artinya personel unsur tempur mempunyai jalur promosi
pada “Lini Organization” dan personel Staf mempunyai jalurnya sendiri,
yaitu “Flat Organization” terkecuali pada jabatan-jabatan tertentu atas
kepentingan organisasi dan kebijakan Pimpinan*).
H. ORGANIZATION CULTURE.
Pada hakekatnya organisasi Militer di Dunia di design untuk perang
atau memenangkan pertempuran, kemudian berkembang untuk membantu
tugas-tugas Negara yang lain, karena perang adalah bukan pilihan yang
terbaik untuk menyelesaikan masalah di dalam Negeri maupun luar Negeri,
jalur diplomasi dan pendekatan secara persuasif menjadi pilihan yang
terbaik untuk mencari penyelesaian masalah kenegaraan. Sehingga ada
slogan bahwa untuk saat ini “Perang sudah tidak populer lagi”.
Pendekatan budaya organisasi atau Organization Culture guna
mengoptimalkan Peran dan Fungsi TNI dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, terutama bila dikaitkan dengan motto “Bersama Rakyat TNI
Kuat”, maka dapat dilakukan analisis pembedahan obyek sebagai berikut;
Pertama, budaya “Good Governance” atau pengelolaan organisasi dengan
benar dan baik yang dalam terminologi Jawa dikatakan “Bener Lan Pener”,
Bersama Rakyat TNI Kuat 69
39 Pengelolaan organisasi dengan benar dan baik atau Good Governance akan dengan
sendirinya dapat menghilangkan budaya KKN atau Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Tekad
kuat membangun budaya organisasi yang baik harus dimulai dari unsur Pimpinan, kemudian
menyebar ke seluruh personel organisasi, sehingga terbangun budaya bersih dan
berkualitas. Fungsi kepemimpinan dalam membangun budaya organisasi adalah harapan
bersama, karena Pemimpin adalah sumber kesadaran arah atau “Sense of Direction” dan
sekaligus membangun kesadaran tujuan atau “Sense of Purpose”. Nurcholish Madjid,
“Indonesia Kita”, (Jakarta, Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004), Hal. 117-119.
40 Istilah “Good Governance” menjadi sangat populer di Indonesia sekitar Tahun 2000-an
Gambar 19
ORGANIZATION CULTURE
GOOD GOVERNANCE
- RAKYAT
- NEGARA
ORGANIZATIONAL CULTURE
Keterangan Gambar 19 :
Pembinaan tradisi TNI melalui Bintal Fungsi Komando dan pembinaan
keagamaan serta pembinaan motivasi oleh Dinas Psycology yang dilakukan
secara terus menerus dan terpadu, maka akan melahirkan Good
Governance yang didasari oleh kesadaran pelaksanaan 11 Azas
Kepemimpinan TNI, terlaksananya pembiayaan pemeliharaan dan
pengadaan Alutsista secara baik dan benar, kinerja organisasi secara efektif
72 Bersama Rakyat TNI Kuat
Gambar 20
KOMPETENSI MULTI-CULTURAL ORGANISASI TNI
KOMPETENSI MULTI-CULTURAL
PRAJURIT
1. PENGETAHUAN
2. KECAKAPAN
3. MOTIVASI 1. TOLERANSI
2. EMPATI
3. KOMPLEKSITAS KOGNETIF
KEPEMIMPINAN
TNI
Keterangan Gambar 20 :
Memposisikan pemikiran dan pemahaman orang lain merupakan
bagian integral dari kehidupan organisasi secara menyeluruh adalah bagian
dari kompetensi multi-cultural. Kemampuan untuk dapat menerima
74 Bersama Rakyat TNI Kuat
pemikiran pihak lain dan kemampuan untuk memposisikan diri dengan baik
di tengah-tengah tarik ulurnya kepentingan adalah cermin dari kepribadian
“Bhinneka Tunggal Ika”, artinya posisi TNI dari sudut kelembagaan dan
Prajurit dari sudut pribadi dapat mengaplikasikan sikap toleran atau saling
pengertian dan saling memahami diantara sekian banyak suku, adat, ras
dan Agama. Sikap Pluralitas yang dibangun oleh TNI dalam bentuk Program
Bintal Fungsi Komando dapat melahirkan potensi sikap; Pertama, Toleransi,
yaitu adanya perilaku tenggang rasa dan sikap untuk memberikan ruang
dan waktu bagi orang lain guna mengekspresikan diri sesuai dengan
keyakinan dan kepercayaan masing-masing; Kedua, Sikap Empati, yaitu
kesadaran yang mendasar untuk memahami orang lain pada saat terjalin
interaksi baik dalam satu organisasi atau eksternal organisasi, sikap Empati
berpotensi untuk menerjemahkan perbedaan menjadi pemahaman dan
pengertian yang mendalam; Ketiga, Kompleksitas Kognetif, yaitu
kemampuan seseorang untuk berfikir komprehensif dengan menggunakan
berbagai aspek rujukan atau referensi untuk satu input kognetif*).
41 Secara umum budaya organisasi atau Organization Culture dapat didefinisikan sebagai
akumulasi nilai dan norma yang dibangun dalam suatu organisasi yang tercermin dalam
perilaku sikap dan ucap pada semua personel yang mengawaki organisasi tersebut. Dengan
demikian, budaya organisasi bukanlah suatu hal yang berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil
76 Bersama Rakyat TNI Kuat
respon sikap dan penilaian diri orang lain atau performa organisasi lain. Kemampuan untuk
mendefinisikan budaya organisasi secara sempurna harus dapat dilakukan dan
diimplementasikan oleh segenap pejabat struktural dan para Pemimpin organisasi.
A.B. Susanto, dkk., “Corporate Culture”, (Jakarta, Penerbit : The Jakarta Consulting Group,
2008) Hal. 6-12.
Bersama Rakyat TNI Kuat 77
42 Perilaku organisasi dapat diwujudkan pada perilaku semua personel awak organisasi
tersebut, baik perilaku individu atau perilaku kelompok. Identitas perilaku tersebut akan
terlihat nyata ketika terjadi kegiatan yang terintegratif bersama-sama dengan kemampuan
organisasi lain atau bersama dengan masyarakat. Secara umum perilaku organisasi dapat
dibagi menjadu dua, yaitu faktor struktur dan nama organisasi dan faktor kepribadian dasar
individu yang mengawaki organisasi. Wirawan, “Teori Kepemimpinan”, (Jakarta, Penerbit :
Uhamka Press, 2002), Hal. 27.
Bersama Rakyat TNI Kuat 79
Gambar 21
POSITIONING ORGANISASI TNI
ORGANISASI
TNI
ANCAMAN
DAN
GANGGUAN
OMP OMSP
TUGAS
ORGANISASI TNI
80 Bersama Rakyat TNI Kuat
Keterangan Gambar 21 :
Secara umum organisasi TNI berada pada jajaran organisasi Eksekutif
Pemerintahan, akan tetapi pada kajian buku ini mencoba untuk melihat
lebih dalam apabila organisasi TNI ditinjau dari perspektif Lembaga
Eksekutif, Yudikatif dan Legislatif. Dengan demikian akan diperoleh kajian
yang komprehensif yang melihat positioning organisasi pada beberapa
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada dimensi Tugas TNI OMP
dan OMSP bila dihadapkan pada proses dinamisasi Era Globalisasi Industri,
pergesekkan kepentingan Negara kawasan, terutama berkaitan dengan
“konflik teritorial di Laut China Selatan” serta potensi konflik komunal di
dalam Negeri harus dapat direpresentasikan sebagai sumber ancaman dan
gangguan yang akan berdampak langsung dan tidak langsung dalam
kehidupan masyarakat. Kerjasama Internasional antar Negara dengan
menjalin hubungan diplomatik yang melibatkan secara langsung personel
TNI sebagai Atase Pertahanan di Negara-Negara sahabat guna
mengantisipasi timbulnya kesalah fahaman atau mis understanding antar
Negara Sahabat. Dengan demikian positioning organisasi TNI secara tidak
langsung merupakan bagian dari Reformasi Birokrasi Organisasi TNI, dengan
harapan agar proses fleksibilitas Reformasi Birokrasi menjadi bagian dari
program terus-menerus antar generasi guna mengoptimalkan kinerja
Prajurit TNI*).43
Gambar 22
KONSEP PEMIKIRAN
FLEKSIBILITAS STRUKTUR ORGANISASI TNI
FLEKSIBILITAS
ORGANISASI TNI
BIDANG
1 IDEOLOGI 1 1 BIDANG
RUMGA
BIDANG
2 2 2 PROTOKOLER
POLITIK
KANTOR
BIDANG
3 3 3 BIDANG
EKONOMI
PROTOKOLER
LUAR KANTOR
BIDANG
4 4 4
SOSIAL
14 ORANG SARJANA
JENJANG S1, S2 & S3
BIDANG
5 5 5
BUDAYA
BIDANG
6 6 6
PERTAHANAN
BIDANG
7 7 7
KEAMANAN
Keterangan Gambar 22 :
Konsep pemikiran tentang fleksibilitas Struktur Organisasi TNI
didasarkan pada argumen bahwa pertama diperlukan langkah cepat dan
strategis, akan tetapi dengan tidak mengesampingkan analisis
profesionalitas organisasi terhadap penempatan personel Perwira TNI yang
hingga saat ini belum ditemukan langkah kongkrit solusinya, karena
dikhawatirkan potensi dan motivasi para Perwira yang belum mendapatkan
Jabatan Struktural akan pudar dimakan oleh kejenuhan waktu menunggu
penempatan serta dikhawatirkan akan terjadi deviasi kedisiplinan Prajurit
karena adanya stagnasi potensi. Dengan demikian “Pemikiran Fleksibilitas
Struktur Organisasi TNI” menjadi salah satu sumber solusi.
Posisi jabatan Staf Ahli, Staf Khusus, Staf Umum, Staf Pribadi dan
Peneliti Ahli berada pada jabatan Eselon Perwira Bintang Dua keatas.
Adapun jenjang kepangkatan Staf Ahli satu tingkat kepangkatan dibawah
Pimpinan Struktural, Staf Khusus dua tingkat kepangkatan dibawah
Pimpinan Struktural, Staf Umum tiga tingkat kepangkatan dibawah
Pimpinan Struktural, Staf Pribadi empat tingkat kepangkatan dibawah
Pimpinan Struktural dan Peneliti Ahli sejumlah 14 orang tidak dilihat jenjang
kepangkatannya, tetapi dilihat Strata Pendidikan pada level S1, S2 dan S3.
Mekanisme ini dianggap selesai manakala penumpukan personel sudah
terurai dalam struktur jabatan yang tersedia, sehingga solusi “Pemikiran
Fleksibilitas Struktur Organisasi TNI” bersifat “Adhock”*).
Gambar 23
SINERGITAS KELEMBAGAAN
PRESIDEN
LEGISLATIF YUDIKATIF
EKSEKUTIF
TNI POLRI
RAKYAT
KEPUTUSAN
POLITIK
Keterangan Gambar 23 :
Sinergitas kelembagaan atau hubungan timbal balik antara Lembaga
Negara dan Rakyat melalui mekanisme Demokrasi akan menghasilkan
keputusan politik. Kesepakatan yang diperoleh dari hasil sinergitas tersebut
menjadi landasan dan barometer operasional TNI-POLRI dalam
Bersama Rakyat TNI Kuat 87
individu kepada jurang titik nadir yang paling bawah, yaitu kondisi
pertengahan Tahun 1997, mahasiswa dan masyarakat melakukan
sweepping anggota TNI dan membakar kendaraan TNI. Ini adalah suatu
bukti telah terjadi jarak pemahaman dan jarak berfikir serta jarak bersikap
antara TNI dan masyarakat; Ketiga, Fase era demokrasi yang telah
memposisikan TNI-POLRI sebagai Alat Negara dibawah kendali politisi sipil
dan fenomena pemahaman, kerangka berfikir serta pola tindak penugasan
TNI-POLRI harus mendukung pranata kehidupan berbangsa dan bernegara
pada semangat kehidupan “civil society”.
Semangat penulisan buku “Bersama Rakyat TNI Kuat” dilandasi oleh
kesadaran akademis tentang pentingnya suatu konsepsi pemikiran untuk
memposisikan palagan perjuangan Perwira TNI-POLRI pada kehidupan fase
ketiga, yaitu “fase demokrasi” dan mengantisipasi adanya nuansa
kehidupan berbangsa dan bernegara pada fase keempat, yaitu “fase
kristalisasi civil society”, kemudian akan masuk kepada fase kelima, yaitu
“fase eksplorasi potensi” yang bercirikan kebebasan bersaing positif antara
Perwira TNI-POLRI dan para politisi sipil dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dengan dasar pemikiran yang kembali pada rujukan UUD 1945
pasal 27, yaitu : “segala Warga Negara bersamaan kedudukannya didalam
hukum dan pemerintahan, artinya para Perwira TNI-POLRI sebagai Warga
Negara mempunyai hak kewarganegaraan yang sama dengan komponen
masyarakat lainnya. Dan kedepan akan diprediksikan fase keenam, yaitu
jaman keemasan NKRI yang dicirikan harmonisasi hubungan Sipil-Militer,
keserasian hubungan Perwira TNI-POLRI dan masyarakat serta terjalin
sinergi yang kuat antara Perwira TNI-POLRI dengan politisi sipil.
Bersama Rakyat TNI Kuat 91
dan apabila ada Negara yang memulai perang dengan senjata penghancur
menjadi musuh bersama semua Negara di Dunia. Dengan demikian analisis
peperangan generasi kelima adalah perang “Seni dan Budaya” yang
bercirikan perebutan pengaruh antar Negara dalam bidang seni dan
budaya. Dalam kondisi ini, maka peran POLRI menjadi sangat dominan
dengan bantuan TNI sebagai komponen dan unsur deteksi dini. Pada fase
ini akan terjadi mobilitas Warga Negara sangat tinggi, mobilitas ekonomi
sudah melewati batas-batas Negara dan ancaman penyelundupan narkoba
dengan menggunakan kapal-kapal perang sangat dimungkinkan, dengan
demikian sinergitas pemikiran dan pembinaan calon Perwira dan Perwira
TNI-POLRI menjadi sangat strategis dan mendesak guna mengantisipasi
hadirnya peperangan generasi kelima yang memposisikan POLRI sebagai
garda depan dan TNI sebagai benteng terakhir perang dengan senjata
penghancur menjadi tidak populer.
Tesis yang dibangun yang mendifinisikan peperangan generasi kelima
dan memposisikan “POLRI sebagai garda depan dan TNI sebagai benteng
terakhir” akan terjadi pada kurun waktu 10 Tahun sampai 30 Tahun
kedepan, akan tetapi kondisi ini akan sangat dipengaruhi oleh pranata
kehidupan masyarakat Nasional, Regional dan Internasional.
Kedua, Consensus Nasional sebagaimana telah disepakati bersama
mulai dari berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditandai
dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dengan Proklamator
yang sekaligus dikenal sebagai Bapak Pendiri Bangsa “Soekarno - Hatta”,
consensus tersebut telah mengalami pasang surut dalam tataran
implementatif, akan tetapi secara filosofis tidak mengalami perubahan
Bersama Rakyat TNI Kuat 93
apapun, karena daya rekat Bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan
consensus tersebut, ada empat pilar consensus yang harus dipegang teguh
oleh Bangsa Indonesia; Pertama, Pancasila sebagai Dasar Negara dan
sekaligus sebagai tuntunan dan arah kebijakan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, Pancasila mampu memperkokoh peran dan jati dirinya pada
setiap hati nurani anak Bangsa, dan melalui pengkajian Pancasila secara
mendalam dengan sudut pandang obyektif akademis maka akan semakin
tanpak kedalamnan arti dan fungsinya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, dengan alasan itulah sangat penting untuk menggali potensi
Pancasila dari sisi pemberdayaan ekonomi, sehingga dalam kajian ini
menggunakan istilah Ekonomi Pancasila; Kedua, Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 yang didalamnya terkandung cita-cita Bangsa
Indonesia. Sebagaimana dimaklumi bersama bahwa sejak era reformasi
yang diawali dengan bergantian kekuasaan pemerintahan dari kejayaan
Orde Baru menuju Era Reformasi yang dimotori oleh gerakan mahasiswa
telah menempatkan keinginan melalui kekuasaan legislatif untuk merubah
Batang Tubuh atau Pasal-Pasal yang terdapat pada Undang-Undang Dasar
1945 sebanyak empat kali, meskipun tidak menutup kemungkinan di masa
yang akan datang akan terjadi penyempurnaan Batang Tubuh Undang-
Undang Dasar 1945 oleh generasi anak Bangsa yang akan datang, akan
tetapi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tidak boleh dan tidak akan
mengalami perubahan karena disana terdapat semangat dan pernyataan
berdirinya sebuah Negara, artinya sudah tertutup kemungkinan adanya
perubahan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, karena merubahnya
berarti merubah semua tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara serta
94 Bersama Rakyat TNI Kuat
44 Nasaruddin Umar dalam kolom Hikmah Koran Republika tanggal 27 September 2011
mengatakan; bahwa pengertian Jihad adalah sesuatu yang luhur, dalam tinjauan bahasa
Jihad berasal dari kata Jahada yang berarti bersungguh-sungguh, sehingga pemaknaan
terhadap kata tersebut menghasilkan tiga pengertian; Pertama, Jihad dalam pengertian
bersungguh-sungguh dalam perjuangan untuk kemaslahatan atau usaha untuk berbuat baik
dalam bentuk kegiatan fisik; Kedua, Ijtihad yang merefleksikan usaha sungguh-sungguh
dalam bentuk perjuangan dengan nalar, hal tersebut dimaksudkan untuk menata cara
berfikir dan pemahaman yang benar terhadap ajaran agama, karena kekerasan terror
berakar pada penyimpangan pemaknaan ideologi secara sepihak; Ketiga, Mujahadah dalam
arti perjuangan dengan kekuatan rohani. Jihad dalam pemaknaan sebenarnya adalah Jihad
atau upaya yang sungguh-sungguh dengan tujuan untuk mempertahankan kehidupan
manusia yang bermartabat dan dedikasi harga diri sebagai manusia, serta bukan usaha untuk
menyengsarakan orang lain, apalagi dengan melakukan perbuatan yang berdampak pada
pengerusakan sarana ibadah dan pembunuhan.
Bersama Rakyat TNI Kuat 97
proses produksinya sehingga kalkulasi atas distribusi keuntungan yang dihasilkan dari
produksi Internasional tersebut antara penduduk setempat dan pihak asing menjadi menjadi
semakin sulit dilakukan. Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, “Pembangunan Ekonomi di
Dunia Ketiga”, (Jakarta : penerbit Erlangga, 2004), 35.
Bersama Rakyat TNI Kuat 101
48 Amerika Serikat sebagai Negara Super Power tunggal, bersama dengan Inggris dan
Perancis dapat membuat keputusan-keputusan penting dalam bidang politik dan kemanan
dunia, serta bersama dengan Jepang dan Jerman dalam persoalan ekonomi. Barat adalah
satu-satunya peradaban di dunia yang memiliki kepentingan langsung dan tak langsung
dalam tata pergaulan Internasional, serta kepentingan substansial di berbagai peradaban
atau wilayah-wilayah lain dengan pengaruhnya yang besar di bidang politik, ekonomi, dan
keamanan. Akan tetapi pada sisi yang bebeda, ia adalah sebuah peradaban yang sedang
mengalami kemerosotan, baik di bidang politik, ekonomi maupun Militer. Kemenangan
Barat dalam perang dingin telah melahirkan kejayaan, namun menguras banyak energi dan
dihadapkan pada banyak persoalan internal yaitu : pertumbuhan ekonomi yang lamban,
Bersama Rakyat TNI Kuat 103
populasi yang stagnan, pengangguran, defisit negara yang besar, kemerosotan etika kerja,
dan meningkatnya jumlah penyalahgunaan obat-obat terlarang. Samuel P. Huntington,
“Benturan Antar Peradaban”, (Yogyakarta : CV Qalam, 2002), 129.
49 Nurcholis Madjid, “Indonesia Kita”, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004), 117.
104 Bersama Rakyat TNI Kuat
50 A.B. Susanto dkk, “Corporate Culture, Organization Culture”, (Jakarta : Divisi Penerbitan
The Jakarta Consulting Group, 2008), 162.
51 Francis Fukuyama, “Memperketat Negara”, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama,
2005), 1.
Bersama Rakyat TNI Kuat 105
52Philip Kotler, “Pemasaran Keunggulan Bangsa”, (The Marketing of Nation), (Jakarta : PT.
Prenhallindo, 1998), 183.
Bersama Rakyat TNI Kuat 107
53 Leverage atau Capital Gearing dapat diartikan sebagai pengungkit modal, artinya
proporsi dari modal pinjaman berbunga tetap pada modal saham atau Share Capital suatu
perusahaan, apabila hampir semua modal perusahaan bersumber dari saham-saham yang
diterbitkan dan sebagaian kecil saja yang berasal dari pinjaman bunga tetap, maka
perusahaan tersebut mempunyai pengungkit modal yang rendah, apabila hampir semua
modal perusahaan berasal dari pinjaman berbunga tetap dan hanya menggunakan sebagian
110 Bersama Rakyat TNI Kuat
dari saham yang diterbitkan, maka perusahaan tersebut mempunyai daya ungkit modal yang
tinggi. Collin, “Kamus Lengkap Ekonomi”, (Jakarta : Erlangga, 1988), 67.
Bersama Rakyat TNI Kuat 111
maupun pada skala global. Sehingga pendidikan politik menjadi suatu yang
sangat penting terutama bila dikaitkan dengan upaya membangun budaya
politik yang berakar pada semangat persatuan dan kesatuan Bangsa,
semangat demokrasi dan pembaharuan sistem politik yang mampu
mengakomodasikan setiap aspirasi politik masyarakat yang dijamin oleh
Undang-Undang. Pendidikan politik dimaksudkan untuk semua komponen
Bangsa, masyarakat dan semua Prajurit TNI serta seluruh Anggota POLRI.
Pada perkembangan kehidupan bernegara selanjutnya dikenal
adanya Globalisasi Politik yang mengedepan proses akumulasi antara
kehidupan demokrasi yang ditandai dengan kebebasan berekspresi dan
pada sisi yang lain adanya tuntutan eksistensi kelembagaan pemerintahan,
akan tetapi apabila secara jernih dilihat berpusar pada satu tujuan yaitu
keadilan sosial dalam kehidupan dan kesejahteraan yang merata pada
semua aspek kehidupan masyarakat, globalisasi politik yang mengandung
berbagai muatan kepentingan dengan skala yang berbeda antar unsur
masyarakat haruslah difahami sebagai suatu yang alami dan kewajaran
dalam perjalanan sejarah kebangsaan, akan tetapi yang harus diwaspadai
adalah jangan sampai pemahaman globalisasi politik yang berwujud bentuk
reformasi keluar dari koridor rasa persatuan dan kesatuan yang dapat
memporak-porandakan tata nilai dan norma berbangsa dan bernegara
sehingga berdampak dis-integrasi Bangsa, globalisasi politik yang
berorientasi pada pemahaman baru demokrasi yang harus ditanggapi
sebagai koreksi efektif untuk kemajuan kehidupan politik kebangsaan yang
bebas dari KKN, sehingga pada akhirnya akan terbukti bahwa implementasi
112 Bersama Rakyat TNI Kuat
54 Kwik Kian Gie, “Ekonomi Indonesia dalam Krisis dan Transisi Politik”, (Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1999), 24.
Bersama Rakyat TNI Kuat 115
55 Pada bulan Agustus 1930 Bung Karno melakukan pembelaan di Landraad Bandung
menulis bahwa ekonomi rakyat oleh sistem monopoli disempitkan, sama sekali didesak dan
dipadamkan. (Soekarno, “Indonesia Menggugat”, 1930), 31.
56 Gambaran umum sistem Ekonomi Pancasila sebagaimana tercantum dalam Penjelasan
Pasal 33 UUD 1945 sebagai berikut : dalam Pasal 33 tercantum dasar Demokrasi Ekonomi,
produksi dikerjakan oleh semua untuk semua dibawah pimpinan atau untuk pemilikan
anggota-anggota masyarakat, kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan
kemakmuran orang seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah Koperasi.
Perekonomian berdasar atas Demokrasi Ekonomi kemakmuran bagi segala orang. Sebab itu
cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hidup orang banyak
harus dikuasai oleh Negara. Kalau tidak, tampuk produksi jatuh ke tangan orang-seorang
yang berkuasa dan Rakyat yang banyak ditindasnya. Hanya perusahaan yang tidak
menguasai hajat hidup orang banyak boleh di tangan orang-seorang. Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkadung dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran Rakyat. Sebab
itu harus dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran Rakyat.
(dan sungguh sangat disayangkan, salah satu dampak dari tuntutan Reformasi diterjemahkan
oleh MPR untuk menghapus atau menghilangkan penjelasan tentang Demokrasi Ekonomi
116 Bersama Rakyat TNI Kuat
UUD 1945 dengan alasan yang sederhana bahwa di Negara-Negara lain tidak ada UUD atau
Konstitusi yang memakai penjelasan.
57 Sarbini Sumawinata, “Politik Ekonomi Kerakyatan”, (Jakarta, PT. Gamedia Pustaka
58 Globalisasi dari sisi positif telah mendorong terbukanya jalan perdagangan Internasional
118 Bersama Rakyat TNI Kuat
hampir menyentuh angka 80%, dan hasil laporan dari semua kantor Bank Indonesia
menunjukan adanya kecenderungan besar aliran dana dari daerah ke pusat, dan hal tersebut
berlangsung cukup lama hingga saat ini. Tingkat penanaman kembali di daerah lebih rendah
(dengan rasio pinjaman terhadap dana/LDR mencapai antara 30% hingga 40%) dari sumber
dana yang dapat dimobolisasi, kondisi paradok juga terjadi pada tingkat yang lebih kecil
(individual) labih dari 90% simpanan masyarakat yang berada di bank-bank hanya dimiliki
oleh kurang dari 10% penabung. Burhanuddin Abdullah, “Menanti Kemakmuran Negeri”,
(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), 42.
Bersama Rakyat TNI Kuat 119
UUD 1945?, jawaban yang paling tepat adalah dimulai dari para
pemimpinnya dengan metode pemberian contoh dan keteladanan hidup
yang baik, lalu timbul pertanyaan berikutnya, pemimpin yang mana pada
saat ini dapat dijadikan tauladan hidup bagi masyarakat?, inilah pertanyaan
yang sangat sulit dijawab karena diantara masyarakat yang berbeda
mempunyai parameter dan standar nilai yang berbeda, akan tetapi
berbagai pendapat yang berbeda tersebut dapat disatukan pada tata nilai
yang harus dibangun sebagai landasan perjuangan ekonomi Bangsa adalah;
Pertama, Adanya niat baik untuk sumbangsih pada pembangunan Bangsa
dan Negara; Kedua, Tertanam jiwa cinta Tanah Air Indonesia yang kuat dan
terpatri dalam diri sanubari; Ketiga, Terdorong semangat tolong-menolong,
semangat berbagi rasa dan semangat untuk bekerjasama; Keempat,
Mempunyai jiwa ketulusan dan keikhlasan tanpa pamrih dalam perjuangan
tersebut.60 Demikian juga pada pandangan pakar ekonomi yang
60 Diantara nilai-nilai tersebut telah tertuang dalam prinsip dasar Koperasi yang terkandung
di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang PerKoperasian, yang kemudian
ditegaskan dalam pernyataan identitas Koperasi secara Internasional pada Tahun 1995
adalah; 1. Keanggotaan berfsifat sukarela dan terbuka; 2. Pengendalian anggota secara
demokratis; 3. Pertisipasi ekonomi anggota; 4. Otonomi dan kebebasan; 5. Pendidikan,
pelatihan dan informasi; 6. Kerjasama antar Koperasi; 7. Keperdulian terhadap komunitas
(disunting dari pidato Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia pada acara peringatan Hari Koperasi ke-62 Tahun 2009 di Stadion Madya Sempala
Samarinda, Kalimantan Timur). Dan pada kesempatan yang sama Presiden Republik
Indonesia mengatakan beberapa harapannya yaitu; 1. Meningkatkan permodalan Koperasi
dengan skim kredit biasa, maupun dengan skim KUR yang pada dua Tahun terakhir disiapkan
dana oleh Pemerintah hingga 34 Trilyun dan pada lima Tahun mendatang mencapai angka
100 Trilyun; 2. Peningkatan peran Dekopin pada usaha ketahanan pangan, bukan hanya
beras, tetapi juga gandum, kedelai, gula dan jenis-jenis pangan lainnya; 3. Merambah pada
potensi baru yaitu dalam bidang energi, termasuk energi terbarukan, energi yang bersumber
dari bio energi yang bisa mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak; 4.
Membangun usaha di bidang ekonomi kreatif, kerajinan batik serta usaha lain yang cocok
untuk Usaha Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; 5. Percepatan usaha Koperasi dalam
rangka upaya mengurangi angka pengangguran dan angka kemiskinan sehingga secara tidak
120 Bersama Rakyat TNI Kuat
Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan”, (Jakarta : PT. Pustaka LP3ES, 1994), 65.
Bersama Rakyat TNI Kuat 121
Juta penduduk dan lebih dari 17.000 gugusan pulau kecil dan pulau besar,
dengan segala potensi tambang dan pertanian serta potensi bahari yang
belum tergali, rangakaian perencanaan tersebut merupakan akumulasi dari
rencana pemberdayaan potensi alam dan potensi masyarakat Indonesia
pada strategi pembangunan ekonomi yang berakarkan kerakyatan.62
Faktor terpenting lainnya yang dapat dijadikan rujukan adalah
pentingnya pemahaman bahwa Negara Indonesia adalah Negara Kepulauan
dengan tingkat penyebaran penduduk yang tidak merata dan dengan luas
laut diatas angka 60% dari luas daratan sehingga sangat diperlukan kerja
keras untuk melakukan pemetaan potensi serta pemetaan kebutuhan
masyarakat, hal yang tidak kalah pentingnya adalah ketersediaan alat
transportasi laut dan udara dengan segala prasarana pendukungnya guna
mendukung lalu lintas ekonomi Nasional dan lalu-lintas ekonomi
Internasional, dilain pihak harus dipertimbangkan bahwa lalu-lintas
ekonomi Internasional sebagai bagian dari perkembangan ekonomi global
mempunyai peran yang sangat penting pada Negara sedang berkembang
seperti Indonesia, dan dalam hubungan ini neraca perdagangan dan
pembayaran luar Negeri menunjukan tingkat kedudukan Negara dalam
pergaulan dan hubungan bisnis secara Internasional, sehingga faktor
penting yang harus dipertimbangkan adalah tingkat fluktuasi harga barang
dan jasa serta laju inflasi sebagaimana tercantum dalam indeks harga
konsumen dan indeks harga perdagangan yang berlaku pada kehidupan
rumah tangga keluarga dan kegiatan dunia usaha secara luas. Sebagai
acuan orientasi perencanaan pembangunan ekonomi Negara dapat
dilakukan perbandingan bahwa diantara ciri pokok Negara industri yang
maju adalah : cukup tersedianya dengan baik kapasitas produksi yang sudah
terpasang meliputi modal masyarakat berupa prasarana fisik yaitu; jaringan
jalan antar-daerah, ketersedian aliran listrik yang memadai guna
mendukung sektor usaha skala kecil, menengah dan usaha besar, saluran
irigasi yang sesuai dengan kontur tanah dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, sarana pelabuhan dengan segala macam perangkat
pendukungnya, serta sarana komunikasi. Dan tidak kalah pentingnya adalah
faktor jaminan keselamatan dan keamanan Dunia usaha serta kepastian
hukum.
Dalam konsep pembangunan ekonomi sebuah Negara secara umum
tidak akan lepas dari pembahasan ketahanan pangan (food security),
sehingga diperlukan upaya khusus untuk mengantisipasi segala
kemungkinan yang akan terjadi, karena kerapuhan dan kekuatan suatu
Negara akan banyak ditentukan oleh kepandaiannya dalam mengelola
sumber daya pangan, manusia tidak dapat hidup tanpa pangan sehingga
pangan merupakan syarat mutlak untuk hidup. Para ahli merumuskan
bahwa unsur ketahanan pangan meliputi dua hal; Pertama, Ketersedian
pangan secara baik; dan Kedua, Aksesbilitas masyarakat terhadap pangan
tersebut, apabila salah satu unsur tersebut tidak tersedia secara baik maka
suatu Negara belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang
Bersama Rakyat TNI Kuat 123
63 Organisasi pangan dan pertanian sedunia (FAO) telah menetapkan ketentuan tentang
kriteria ancaman ketahanan pangan suatu Negara yang meliputi ; 1. Tingginya proporsi
penduduk yang kekurangan pangan; 2. Tingginya proporsi kekurangan energi, protein dari
rata-rata kebutuhan energi, protein yang disyaratkan atau Food Gap; 3. Besarnya indeks Gini
dari Food Gap konsumsi energi, protein; 4. Besarnya koefisien variasi konsumsi, energi.
Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri adalah setiap nNegara harus belomba untuk
melindungi para petaninya guna menjamin ketersedian pangan Warga Negaranya, Uni Eropa
(UE) mengalokasikan total subsidi rata-rata 40 Miliar Dollar AS per Tahun, sedangkan
Amerika Serikat (AS) mengalokasikan subsidi 19 Miliar Dollar per Tahun kepada petaninya
atau sekitar dua kali lipat dari dana yang dicadangkan untuk bantuan Internasional atau
Foreign Aid. Bustanul Arifin, “Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia”, (Jakarta : Penerbit Buku
Kompas, 2004), 38.
124 Bersama Rakyat TNI Kuat
64 Kata Pengantar Siswono Yudo Husodo dalam bukunya Andreas Maryoto, “Jejak Pangan
Sejarah, Silang Budaya dan Masa Depan”, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2009), xii. Akan
tetapi pada sisi yang berbeda terdapat kondisi yang berlawanan karena Indonesia
merupakan Negara pengimpor Gula 37% dari kebutuhan Nasional, 29% Daging Sapi dari
kebutuhan Nasional, Garam 50% dari kebutuhan Nasional, Kedelai 70% dari kebutuhan
Nasional, Jagung 11% dari kebutuhan Nasional, Kacang Tanah 15% dan 70% kebutuhan Susu
Impor.
Bersama Rakyat TNI Kuat 125
mendapatkan pendidikan; 2. Setiap Warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya; 3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan Nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa yang diatur dengan Undang-Undang;
4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara serta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk
126 Bersama Rakyat TNI Kuat
dengan revolusi pemikiran yang berawal dari ACADEMI atau sekolah yang dirintis oleh Plato
dan Socrates di Athena pada 400 Tahun sebelum Masehi, dengan sebutan LYCEUM. Di Timur
Tengah Jazirah Arab pada masa Harun Al-Rasyid telah dibangun Bayt Al Hikmah sebagai
pusat pendidikan yang mengantarkan kejayaan Dunia Islam, sehingga melahirkan pemikir-
pemikir Dunia di bidang saint, matematika, fisika, al jabar, serta ilmu kedokteran modern.
Para pakar intelektual tersebut antara lain Ibnu Rusd, Ibnu Sina, Al Kindi, Al Farabi dan masih
banyak lagi nama-nama besar akademisi pada waktu itu. Aulia Reza Bastian, “Reformasi
Pendidikan”, (Yogyakarta : Lappera Pustaka Utama, 2002), 93.
Bersama Rakyat TNI Kuat 127
peninggalan tulisan batu pada masa itu, atau bukti-bukti lain yang berhasil
ditemukan oleh para peneliti dan para ahli sejarah, dari hasil temuan bukti
sejarah tersebut dapat difahami bahwa dalam kehidupan masa itu terdapat
kehidupan sosial ekonomi dan kepercayaan, bercocok tanam atau
pertanian, pemujaan pada nenek moyang. Dengan demikian dari sisi
kependudukan Bangsa Indonesia saat ini tidak dapat dilepaskan dari
perjalanan kehidupan prasejarah, terutama pada sisi faktor biologis dan
kultural.69
Para ahli sejarah memperkirakan lima ratus ribu Tahun yang lalu
daerah es di Kutub Utara dan Selatan mengalami perubahan bentang
wilayah karena perubahan suhu sehingga mengakibatkan kenaikan
permukaan laut yang berdampak pada perubahan struktur kepulauan dan
sebagian daratan terendam, sehingga terjadi perubahan pula struktur
ekosistem yang termasuk juga manusia. Pada sisi yang berbeda para ahli
sejarah juga memperkirakan bahwa manusia Indonesia telah ada pada satu
Juta Tahun yang lalu dengan hidup berkelompok-kelompok, dan menyebar
sesuai dengan keperluan kehidupan masing-masing, para ahli sejarah juga
menarik hubungan yang linier antar wilayah penyebaran penduduk yang
tidak terkonsentrasi pada kelompok masyarakat tertentu, tetapi menyebar
ke seluruh daratan.70
Semua Bangsa di Dunia ini mempunyai nilai-nilai luhur yang dijunjung
tinggi sebagai warisan budaya yang dijaga dan dihormati, demikian juga
15.
130 Bersama Rakyat TNI Kuat
tetap menjunjung tinggi harkat dan martabat serta hak-hak sebagai Warga
Negara yang melekat pada setiap Anggota TNI-POLRI. Dalam faktanya tidak
ada perjajian Anggota TNI-POLRI untuk melepaskan hak-hak sebagai Warga
Negara ketika memilih profesi sebagai Anggota TNI-POLRI. Untuk itu isi dari
pasal 26, 27 dan 28 pada UUD 1945 masih melekat pada setiap anggota
TNI-POLRI, akan tetapi hal tersebut akan menjadi diskusi panjang untuk
melaksanakan edukasi dan pemahaman personel TNI-POLRI di bidang
Politik agar dapat melakukan tugas “hasil keputusan politik” dengan baik.
Padahal menjadi Anggota TNI-POLRI adalah pilihan profesi yang tidak ada
bedanya dengan profesi-profesi yang lain. Pada Pasal 5 poin (4) untuk
Anggota TNI dan Pasal 10 poin (2) untuk Anggota POLRI pada TAP MPR
Nomor VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan Peran POLRI melarang
Anggota TNI-POLRI untuk memilih dan dipilih, sehingga secara jernih dasar
pemikiran tersebut mengandung kontradektif dan lebih jauh dari itu pada
taraf pangkat dan jabatan tertentu, Anggota TNI-POLRI yang tampil sebagai
pemimpin harus dapat memahami cara berfikir dan cara pandang politisi
sipil dalam mengambil tindakan dan kebijakan yang berkaitan dalam
keanekaragaman permasalahan di lapangan, sehingga perdebatan
pemikiran yang dimunculkan adalah dasar pengalaman penugasan dimana
pengetahuan politik dalam proses jenjang kerier menjadi kosong atau
paling tidak menjadi sangat minimal sekali.
Berdasarkan perdebatan pemikiran tersebut diatas, maka dapat
diambil jalan tengah bahwa harus dibuat peraturan baru yang
menempatkan Anggota TNI-POLRI pada lembaga legislatif yang terbatas
sebagai lison officer atau sebagai peninjau tetap. Penempatan Anggota TNI-
Bersama Rakyat TNI Kuat 133
wajar dan biasa terjadi, dengan dasar pemikiran bahwa tidak ada hal yang
kekal di Dunia ini terutama hal yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Kedua, Makna dari pasal 30 poin 2 pada naskah perubahan kedua
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa semua usaha dan tindakan untuk pertahanan dan
keamanan Negara dilaksanakan dengan cara “sistem pertahanan dan
keamanan Rakyat semesta” yang memposisikan TNI dan POLRI sebagai
kekuatan utama dan Rakyat sebagai kekuatan pendukung, dengan demikian
pada bidang pertahanan dan keamanan adalah porsi tugas profesi sebagai
anggota TNI-POLRI.
Apabila dilihat dari sudut pandang profesi tugas, maka menjadi
Anggota TNI dan POLRI adalah pilihan profesi yang tidak ada bedanya
dengan profesi sebagai Pegawai Negeri Sipil, profesi sebagai politisi, profesi
sebagai guru, profesi sebagai wartawan dan berbagai profesi lainnya. Untuk
itu hal yang menjadi berdebatan adalah adanya pembatasan Anggota TNI-
POLRI sebagai Warga Negara untuk turut aktif dalam usaha dan upaya
menentukan kebijakan Negara melalui Partai Politik, hak memilih dan
dipilih adalah hak Warga Negara yang sangat mendasar, dan hak tersebut
tidak serta merta hilang ketika Rakyat tertentu memilih profesi sebagai
Anggota TNI dan POLRI. Apabila dilihat dari sudut pandang obyektif
akademis, maka ada kesan pembedaan atau bahkan kesan ketidak-adilan
dalam memposisikan Anggota TNI-POLRI bila dibangdingkan dengan profesi
lainnya, misalnya PNS yang diberi hak untuk memilih dalam Pemilu. Secara
empiris ada kekhawatiran tentang keperpihakkan Anggota TNI-POLRI
136 Bersama Rakyat TNI Kuat
J. KESIMPULAN.
Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Pertama, Gagasan Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko tentang
motto “Bersama Rakyat TNI Kuat” harus terdokumentasi dengan baik dan
dilakukan proses sosialisasi dua arah, yaitu sosialisasi kepada Prajurit TNI
Bersama Rakyat TNI Kuat 141
K. SARAN.
Sebagai bentuk kecintaan Penulis pada Organisasi dan Institusi TNI,
maka disarankan :
Pertama, Semua pemikiran dan gagasan Panglima TNI Jenderal TNI
Moeldoko harus dijabarkan sampai pada tingkat Satker berupa Instruksi
atau Protap, Juknis dan Juklak.
Kedua, Penjabaran tugas TNI di bidang OMSP harus dimasukkan pada
pembahasan skala Doktrin dan diikuti oleh aturan-aturan pelaksanaan di
142 Bersama Rakyat TNI Kuat
L. PENUTUP.
Konsep pemikiran yang terangkum dalam Buku “Bersama Rakyat TNI
Kuat” disampaikan kepada semua pihak yang berkepentingan sebagai
bahan masukkan dan penyegaran pemikiran untuk menata Organisasi atau
Institusi TNI di masa yang akan datang sesuai dengan perkembangan
lingkungan strategis dan tuntutan masyarakat guna mencari titik
keseimbangan baru hubungan TNI dan Rakyat. Penulis menyadari akan
kelemahan penulisan dan kedangkalan analisis pemikiran pada buku ini.
Untuk itu saran perbaikkan, kritik dan saran sangat diharapkan. Akhirnya
hanya kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa Penulis berserah diri.
Bersama Rakyat TNI Kuat 143
DAFTAR PUSTAKA
Anto Dajan, Pengantar Metode Statistik Jilid II, LP3ES, Jakarta, 1986;
Aulia Reza Bastian, Reformasi Pendidikan, Lappera Pustaka Utama,
Yogyakarta, 2002;
Azyumardi Azra, Revitalisasi Pertanian, Kompas, Jakarta, 2006;
Bambang Istianto, Demokratisasi Birokrasi, Mitra Wacana Media, Jakarta,
2011;
Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005;
Bambang Sutiyoso, Penyelesaian Sengketa Bisnis, Citra Media, Yogyakarta,
2006;
Bambang Waluyo Hidayat, dkk., Suntzu Perang dan Manajemen, PT. Alex
Media Komputindo, Jakarta, 1992;
Beni Sukadis dan Erig Hendro, Pertahanan Semesta dan Wajib Militer,
(Pengalaman Indonesia dan Negara Lain), LESPERSSI, Jakarta, 2008;
Bertens K., Psikoanalisis Sigmund Freud, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2006;
Bijah Subijanto, Restorasi Intelejen, Jatidiri, Jakarta, 2003;
Bilson Simamora, Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan
Profitabel, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001;
Bramantyo Djohanputro, Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro, PPM, Jakarta,
2006;
Budi Santoso Suryosumarto, Ketahanan Nasional Indonesia, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 2001;
Buku Petunjuk Induk OMP dan OMSP, Babinkum TNI, Jakarta, 2011;
Burhanuddin Abdullah, Jalan Meuju Stabilitas, LP3ES, Jakarta, 2006;
Burhanuddin Abdullah, Menanti Kemakmuran Negeri, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2006;
Bustanul Arifin, Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia, Buku Kompas,
Jakarta, 2004;
Bersama Rakyat TNI Kuat 145
Em Zul Fajri dan Ratu Aprillia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Difa
Publisher, Jakarta;
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi, Pustaka Asatruss, Jakarta, 2005;
Fachry Ali, Bachtiar Effendi, Merambah Jalan Baru Islam, Mizan, Bandung,
1986;
Francis Fukuyama, Memperketat Negara, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2005;
Francis Fukuyama, The End of History and The Last Man, CV. Qalam,
Yogyakarta, 2004;
Francis Fukuyama, The Great Disruption, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2005;
Frans M. Royan, Market Intellegence, PT. Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia, Jakarta, 2005;
Franz Magnis - Suseno, Etika Politik, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2001;
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Tehnik Membedah Kasus Bisnis, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004;
Frianto Pandia, dkk., Lembaga Keuangan , PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2005;
Fuad Jabali, dkk., Benturan Peradaban, Nalar, Jakarta, 2005;
George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta, 2003;
George Ritzer - Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Edisi Keenam,
Prenada Media, Jakarta, 2005;
George Soros, Open Society, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2006;
Ginanjar Kartasasmita, Pembangunan untuk Rakyat, CIDES, Jakarta, 1996;
H. Budi Santoso Suryosomarto, Ketahanan Nasional Indonesia, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta, 2001;
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Penerbit Sinar Baru, Bandung, 1987;
H. Zainudin Hamidi dan Tim Al-Hadits, Shahih Bukhari dan Terjemahannya,
Widjaya, Jakarta, 1992;
Bersama Rakyat TNI Kuat 147
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2004;
Keegran Z. Warren, Manajemen Pemasaran Global, Prenhallindo, Jakarta,
1996;
Ken Conboy, Menguak Tabir Dunia Intelejen Indonesia, Pustaka Primatama,
Ciputat, 2007;
Kenichi Ohmae, Hancurnya Negara dan Bangsa, CV. Qalam, Jakarta, 2002;
Kenichi Ohmae, The Next Global Stage - Tantangan dan Peluang di Dunia
yang Tidak Mengenal Batas Kewilayahan, PT. Indeks-Gramedia,
Jakarta,2005;
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Perwakilan Rakyat RI Nomor :
IV/MPR/1999 tentang Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004.
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Djambatan,
Jakarta, 1999;
Kompas dan Freedom Institute Canberra, Pelaku Berkisah Ekonomi
Indonesia 1950- sampai 1990-an, PT. Kompas, Media Nusantara,
Jakarta, 2005;
Koran Republika tanggal 27 September 2011.
Kwik Kian Gie, Ekonomi Indonesia Dalam Krisis dan Transisi Politik,
PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999;
Larry Diamond & Marc F. Plattner, Hubungan Sipil Militer &Kosolidasi
Demokrasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,2001;
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kuantitatif, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2005;
M. Bambang Prawono, Multidimensi Ketahanan Nasional, Pustaka Alvabet,
Jakarta, 2010;
M. Dawam Rahadjo, Nalar Ekonomi Politik, Bogor, IPB Press;
M. Umar Chapra, Etika Ekonomi Politik, Risalah Gusti, Surabaya, 1997;
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto dalam bukunya
Sejarah Nasional Indonesia III, Balai Pustaka, Jakarta, 1992;
Bersama Rakyat TNI Kuat 149
Wee Chow Hou, dkk., Sun Tzu; Perang dan Manajemen, PT. Elex Media
Komputerindo, Jakarta, 2002;
Widi Agoes Pratikto, Menjual Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Cikal Media,
Jakarta, 2005;
Wirawan, Teori Kepemimpinan, Uhamka Press, Jakarta, 2002;
Zulkarnain Djamin, Masalah Utang Luar Negeri, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta, 1996;
Letnan Kolonel Adm Dr. Abdullah Fathoni, S.E., M.M. adalah
Perwira lulusan Akademi Angkatan Udara (Akabri Udara)
Tahun 1988, Werving Tahun 1985. Lahir di Gresik, 18
Agustus 1964 (lulus SMAN I Gresik tahun 1984). Penugasan
kedinasan pertama di Lanud Palembang dan ditengah-
tengah kesibukannya bertugas menyempatkan diri untuk
kuliah di UNSRI Fakultas Ekonomi (Tahun 1991-1994). Pada
Tahun 1993 mendapat penugasan GOM VII di Aceh (Korem
011 Lilawangsa Lhouk Seumaweu-Aceh). Dan pada
tahun 1997 berdinas di Bais TNI. Selama berdinas di Aceh,
kegiatan perkuliahan terhenti, kemudian sepulang dari penugasan di Aceh
mendapatkan Skep mutasi ke Jakarta, sehingga penulisan Skripsi diselesaikan di
Universitas TAMA Jagakarsa dan dilanjutkan ke jenjang S2. Selanjutnya gelar Doktor di
bidang Ekonomi Syariah diperoleh dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010.
Penulis telah mendapatkan penghargaan dari Menteri Koperasi berupa Bhakti Koperasi
tahun 2006 dan penghargaan dari Presiden RI berupa Satya Lencana Wira Karya tahun
2008 serta mendapatkan Rekor MURI Nomor 3508 tahun 2008 di bidang Koperasi.
Pada saat digelar Rapim (Rapat Pimpinan) TNI tanggal 8-13 januari 2014,
Presiden mengatakan, “Saya sudah sering menegaskan dan saya akan mengatakan
kembali, netralitas TNI-POLRI itu bukan hanya harapan selaku kepala pemerintahan/
Negara, tetapi juga para elit politik dan juga Rakyat Indonesia”. Panglima TNI, Jenderal
TNI Moeldoko juga mengatakan, “Jika TNI bermain-main di politik, akan merusak
Demokrasi, TNI mempunyai semangat kuat untuk tidak turut campur”. Adapun Tema
yang diangkat dalam Rapim TNI tersebut adalah “Kita Mantapkan Profesionalitas TNI
dalam Menjaga Stabilitas, Kedaulatan dan Keutuhan NKRI”.
Perwira Militer harus netral karena keperpihakkan pada politik tertentu akan
mengkaburkan bahkan merusak tingkat profesionalisme dan para Komandan Militer
jangan pernah mengizinkan pandangan militer yang dimilikinya terbungkus oleh azas
manfaat politik, demikian juga harus difahami bahwa area ilmu kemiliteran berada
dibawah dan bergantung kepada area politik. Seperti halnya perang yang memenuhi
tujuan akhir politik, maka profesi militerpun memenuhi tujuan akhir dari Negara.
Demikian pendapat Samuel P. Huntington dalam bukunya “Prajurit dan Negara”,
(Jakarta, Penerbit : PT. Grasindo, 2003), hal. 77.