Anda di halaman 1dari 2

Nama:Siska

Kelas: XI MIPA 2
Membuat Resensi dari Novel

Judul: Cinderella in Paris


Penulis: Sari Musdar
Penerbit: Human Books
Genre: Romance
ISBN: 978-602-96055-8-7
Kota Penerbit: Jakarta Selatan
Tahun Terbit: 2010
Jumlah Halaman: 293
Sari Musdar merupakan seorang HRD profesional yang
lahir dan besar di Jakarta, kemudian sempat tinggal di Bandung,
Paris dan Melbourne.
Kegiatan backpackingnya menurut Sari sangat bermanfaat untuk mengenal karakter manusia dari
berbagai budaya, ras dan negara. Sari Musdar telah menggeluti dunia tulis menulis sejak ia kelas
1 SD mengikuti acara “Menulis Itu Mudah” di TVRI yang diasuh Arswendo Atmowiloto. Tulisan
non fiksinya pernah dimuat di majalah “As Salam”, Canberra, majalah “Kangguru”, Jakarta dan
buku kompilasi artikel pemuda-pemudi ASEAN yang diterbitkan oleh The World Assembly of
Youth, Kuala Lumpur. Selain menulis dan backpacking, Sari mempunyai hobi melukis dan
fotografi serta minat pada bahasa dan budaya.Sari Musdar telah menulis 3 buku best seller,yaitu
“Cinderella In Paris”, “Panduan Hemat Keliling Amsterdam, Brussel, Paris & Luxemburg”.
Di usianya yang menginjak 28 tahun Saras ratiban baru menyadari status single ternyata
kurang menguntungkan di masyarakat Indonesia. Berdasarkan fakta temannya itu dan data statistik
usia menikah di keluarganya, takut dicap perawan tua, Saras berusaha dengan segala cara, baik
cara yang masuk akal yang ia pelajari dari majalah-majalah wanita maupun cara-cara yang di luar
nalarnya sebagai perempuan yang selalu berpikir logis.
3 tahun setelah usahanya yang cukup gigih tanpa ada tanda-tanda keberhasilan, dia berada
dalam puncak kejenuhan. Saras memutuskan untuk memulai perjalanan sebagai backpacker ke
Eropa bersama sahabat yang baru dikenalnya satu tahun terakhir di tempat kursus. Perjalanan itu
benar-benar intermeso dalam hidupnya yang menyenangkan dan penuh petualangan, setidaknya
sebelum sahabatnya Vani berubah menjadi frenemy, teman tapi musuh. Di tengah kesedihan
karena dikhianati seseorang yang selama setahun menjadi tempat curhatnya itu, secara tidak
sengaja saat berusaha menghindar dari kejaran pelukis jalanan di Montmartre, dia melakukan
tindakan nekat yang membuatnya bertemu dengan Stephane.
Tekanan sosial yang sangat tinggi di Indonesia pada perempuan usia 30an yang belum
menikah,kisah cinta yang berliku-liku dan bertemu beberapa lelaki yang hanya menambah
kekecewaan yang akan cinta serta harapannya yang tidak kunjung menjadi kenyataan,membuat ia
nyaris mencoba bunuh diri.
Hingga akhirnya Saras belajar untuk pasrah dan ikhlas,dan sadar,sama seperti kesalahan yang
banyak dilakukan perempuan,selama ini dia mengejar hubungan hanya karena impian ingin segera
menikah dan melenyapkan status 'perawan tua' dan bukannya karena ingin mengejar kebahagiaan
sejati.Di saat kepasrahan yang dalam,semangat menikmati hidup dan memahami arti kebahagiaan
sejati itulah, ia bertemu dengan lelaki dari masa lalunya, lelaki yang akhirnya ia sadari telah
dikirim Tuhan untuk menjadi pasangan hidupnya.
Cerita ini sangat menarik untuk dibaca,alur tidak berbelit-belit, sehingga mudah dipahami.
Mulai dari awal hingga akhir kisah sungguh alur yang sangat kuat.Penokohan juga sangat jelas
dengan peran yang dimainkan masing-masing di dalam novel tersebut.Keunggulan lain dari novel
ini adalah latar yang digambarkan oleh penulis sangat detail sehingga membuat pembaca dapat
merasakan suasana di tempat itu.Gaya bahasa yang digunakan sangat ringan,dengan penuturan
yang ceria dan dapat menyebabkan emosi bagi pembaca, seolah-olah cerita ini sedang diceritakan
secara langsung oleh penulis.
Di dalam novel ini terdapat beberapa kata asing yang terjemahannya ada di belakang, sehingga
sangat sulit untuk dimengerti oleh para pembaca, karena harus membolak-balik halaman untuk
mengetahui terjemahan dari kata asing tersebut.
Membaca novel ini akan membuat kita merasa senang,dan tertarik untuk membacanya.Terkhusus
untuk perempuan yang belum mendapatkan jodohnya di usia yang terbilang bukanlah muda
lagi.Novel ini sangat menginspirasi para perempuan untuk terus berusaha tanpa mendengarkan apa
yang dikatakan oleh orang lain.Hal yang banyak dirasakan oleh perempuan Indonesia,yaitu di satu
sisi mandiri,namun dituntut oleh nilai tradisional di masyarakat.Namun harus tetap berusaha dan
sabar,perihal pendamping hidup akan datang pada waktu yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai