Anda di halaman 1dari 29

CAKUPAN KEKERASAN

SEKSUAL DAN BENTUK-


BENTUKNYA DI KAMPUS

Sri Wiyanti Eddyono


Fakultas Hukum UGM
POKJA Perundungan dan Kekerasan
Health Promotion University
UGM

13 Juni 2022
Pentingnya
Kampus yang sehat ruang akademis
membahas Kekerasan aman dan nyaman yang kondusif
Seksual

KAMPUS UNTUK SEMUA:


tanpa ada yang
ditinggalkan

Kampus yang Kampus yang


innovative berintegritas

Google image
Kebijakan merespon Kekerasan Seksual, Perundungan dan
Intoleransi di UGM
Peraturan Rektor
UGM No
Keputusan Rektor Peraturan Rektor 59/P/SK/HT/2014
UGM UGM No tentang
246/P/SK/HT/2004- 711/P/SK/HT/201 Perubahan atas
KODE ETIK DOSEN 3 -Tata Perilaku Peraturan Rektor
UGM Mahasiswa UGM UGM Tata
Perilaku
Mahasiswa UGM
ASUSILA PELECEHAN SEKSUAL KEKERASAN SEKSUAL

INSTRUKSI Keputusan Rektor


REKTOR UGM No.
Peraturan Rektor No.1/UNI1.P/INS/ 1699/UN1.P/SK/H
No 1/2020- 2019 UKOR/2016
Pencegahan dan Upaya tentang Pedoman
Penanganan Pencegahan dan Pencegahan
Kekerasan Sekual Penanganan Pelecehan di
Kekerasan Seksual Lingkungan UGM
Pengelolaan berbagai peluang di kampus dalam
FAKULTAS penanganan Kasus Kekerasan Seksual-UGM

Layatan Terpadua - Unit Layanan


Kedokteran, Kesehatan Terpadu (REKTORAT
Masyarakat dan Kebidanan

Unit KonselingHukum Health Promotion


FISIPOL care University (HPU)
Ilmu Budaya
Teknik Pusat Studi; PSW,
Pancasila, PSKP
Psikologi
Unit Konsultasi Psikologi
(penanganan Korban dan REKTORAT
Mandatory conseling pelaku
UNIT KEGIATAN MAHASISWA
Layanan Kesehatan (Rumah BEM, Hopehelps, Upgirls, Pers
Sakit) Mahasiswa
Mekanisme Penanganan
Mekanisme Kerja SATGAS Integrasi Satgas dengan SPT
melalui ULT?

Penerimaan Pemeriksaan • Pendampingan


laporan tertutup – ULT lbersifat menginventarisasi
kebutuhan korban dan/atau saksi
pelapor (dalam penerimaan laporan)
& BERKORDINASI DENGAN
Penyusunan SEKRTETARIS REKTOR dalam
kesimpulan & Pemulihan pemenuhan atau pendampingan lebih
rekomendasi lanjut
• Pelindungan
– Berdasarkan kebutuhan
Tindakan • KOMITE ETIK dalam investigasi kasus
pencegahan
keberulangan Baik Permen dan PR 1/2020:
PIHAK DAN MEKANISE PENANGANAN KORBAN PERLU DIPERTEGAS
Penanganan
Peraturan Rektor UGM 1/2020 PERMENRISTEKDIKBUD 30/2021
• SPT (Sistem Penanganan • Pendampingan
Terpadu):
• Pelindungan
– Pelayanan terhadap korban
• Pelayanan awal • Pengenaan sanksi administratif
• Pelayanan lanjutan • Pemulihan korban
• Pemulihan • Pemeriksaan ulang oleh Dirjen
– Penindakan terhadap pelaku DIKTI
• Pelaporan/pengaduan melalui ULT
• Rekomendasi tindak lanjut PR UGM 1/2020 belum mengatur
penanganan KS oleh Sekretaris pemantauan
Rektor
• Pemeriksaan oleh komite etik
• Pemberian rekomendasi oleh
komite etik
Sistem Hukum Indonesia
• Hirarki peraturan perundang-undangan
• Peraturan yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan atau harus berkesesuaian
dengan Peraturan yang lebih tinggi
Kebijakan Anti Kekerasan Seksual di
tingkat nasional
UU No 12/2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual

UU No. 7/1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap perempuan

Keberdaan PERMENDIKBUDRISTEK 30/2021 sebagai proses panjang advokasi adanya kebijakan pendidikan
nasional zero sexual violence diusung oleh berbagai pihak

Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama (Kemenag)
Nomor 5494 Tahun 2019 --Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan Seksual pada Perguruan
Tinggi Keagamaan Islam (PTKI)

Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor SE.03/MEN/IV/2011 tentang Pedoman
Pencegahan Pelecehan Seksual di Tempat Kerja
Kekerasan seksual
Violation
against the
Kekerasan terkait hak seksualitas; paksaan terkait
rights to orientasi seksual, paksaan dalam melakukan hubungan
sexual and seksual atau melakukan tindakan-tindakan yang
reproductive berkonotasi seksual
health (pelan
ggaran
terhadap hak
seksual dan
kesehatan Kekerasan terkait kesehatan reproduksi: sterilisasi paksa
reproduksi) pemaksaan aborsi, pemaksaan kehamilan, kriminalisasi
aborsi termasuk pelayanan aborsi yang tidak aman,
pemaksaan lain terkait kehamilan, perlakukan yang tidak
wajar dan penyalahgunaan terhadap perempuan dan
GR CEDAW 35/2017 anak termasuk dalam upaya mencari informasi
KONVENSI HAK
PEREMPUAN
kesehatan reproduksi dan layanan.
Perbedaan

Asusila Perbuatan yang tidak


senonoh
Di depan umum

Pelecehan Salah satu bentuk


dari Kekerasan
seksual Seksual

DENGAN
Kekerasan Perbuatan yang
menyerang tubuh
PAKSAAN/YANG
TIDAK
seksual dan seksualitas DIKEHENDAKI/TANPA
IJIK
Kekerasan Seksual
Dengan keadaan:
Perbuatan Terhadap • Secara paksa
• Menghina • Tubuh • Bertentangan • perbuatan merendahkan,
• Menyerang • Hasrat dengan kehendak
menghina, melecehkan,
seksual seseorang
• Atau

perbuatan • Fungsi Dalam kondisi dan/atau menyerang
reproduksi seseorang tidak
lainnya mampu • tubuh dan/atau fungsi
memberikan
persetujuan bebas reproduksi seseorang,
• karena ketimpangan relasi kuasa
Yang berakibat dan/atau gender
Karena kepada:
ketimpangan • Penderitaan • yang berakibat atau dapat
relasi kuasa dan fisik, psikis, Dilakukan oleh
atau relasi dan atau berakibat penderitaan psikis
seksual masyarakat
gender dan/atau fisik termasuk yang
UGM
mengganggu kesehatan
reproduksi seseorang dan hilang
Dalam kegiatan kesempatan melaksanakan
Pendidikan,
Penelitian dan pendidikan tinggi dengan aman
Pengabdian PR UGM 1/20202
Masyarakat atau dan optimal
kegiatan lainnya

PERMENDIKTI 30/2021
Cakupan Kekerasan Seksual

Pelecehan Ekploitasi
Verbal Nonfisik Seksual Seksual

teknologi Pemaksaan
informasi Perkosaan
fisik Aborsi
dan
komunikasi

PERMENDIKTI 30/2021 PR UGM 1/2020


Kekerasan Seksual dalam Permendikti 30/2021
• menyampaikan ujaran yang mendiskriminasi atau melecehkan
tampilan fisik, kondisi tubuh, dan/atau identitas gender Korban;
• memperlihatkan alat kelaminnya dengan sengaja tanpa persetujuan
Korban;
• menyampaikan ucapan yang memuat rayuan, lelucon, dan/atau
siulan yang bernuansa seksual pada Korban;
• menatap Korban dengan nuansa seksual dan/atau tidak nyaman;
• mengirimkan pesan, lelucon, gambar, foto, audio, dan/atau video
bernuansa seksual kepada Korban meskipun sudah dilarang Korban;
• mengambil, merekam, dan/atau mengedarkan foto dan/atau
rekaman audio dan/atau visual Korban yang bernuansa seksual tanpa
persetujuan Korban;
• mengunggah foto tubuh dan/atau informasi pribadi Korban yang
bernuansa seksual tanpa persetujuan Korban;
Kekerasan Seksual dalam Permendikti
30/2021
• menyebarkan informasi terkait tubuh dan/atau pribadi Korban yang
bernuansa seksual tanpa persetujuan Korban;
• mengintip atau dengan sengaja melihat Korban yang sedang melakukan
kegiatan secara pribadi dan/atau pada ruang yang bersifat pribadi;
• membujuk, menjanjikan, menawarkan sesuatu, atau mengancam Korban
untuk melakukan transaksi atau kegiatan seksual yang tidak disetujui oleh
Korban;
• memberi hukuman atau sanksi yang bernuansa seksual;
• menyentuh, mengusap, meraba, memegang, memeluk, mencium
dan/atau menggosokkan bagian tubuhnya pada tubuh Korban tanpa
persetujuan Korban;
• membuka pakaian Korban tanpa persetujuan Korban;
• memaksa Korban untuk melakukan transaksi atau kegiatan seksual;
• mempraktikkan budaya komunitas Mahasiswa, Pendidik, dan Tenaga
Kependidikan yang bernuansa Kekerasan Seksual;
CAKUPAN UU TPKS

KEKERASAN
Korban → orang yang SEKSUAL
Akibat dari Perbuatan
mengalami
Tindak Pidana Kekerasan
• penderitaan fisik Seksual yang dilakukan oleh:
• mental • Orang perorangan
• kerugian ekonomi • Korporasi
• dan atau kerugian sosial Mencakupi • Kumpulan orang atau
interseksio kekayaan
nalitas: • Badan hukum non
badan hukum
Perempuan
Anak
Disabilitas
Tujuan UU TPKS

mencegah segala bentuk kekerasan seksual;

menangani, melindungi, dan memulihkan Korban;

melaksanakan penegakan hukum dan merehabilitasi pelaku;

mewujudkan lingkungan tanpa kekerasan seksual;

menjamin ketidakberulangan kekerasan seksual.


Defenisi Kekerasan Seksual
• UU TPKS tidak memberikan defensi umum tentang Kekerasan
Seksual
• Defenisi ditemukan di dalam rumusan pasal-pasal yang
tercakupi di dalam UU TPKS
• Setiap bentuk kekerasan memiliki unsur-unsur delik yang
berbeda
Pasal 4 (1) (UU
TPKS
• Pasal 4 (2) UU TPKS
1. Pelecehan seksual nonfisik Tindak pidana lain yang diliputi:
2. Pelecehan seksual fisik a. Perkosaan
3. Pemaksaan kontrasepsi b. Perbuatan cabul
4. Pemaksaan sterilisasi c. Persetubuhan terhadap anak, perbuatan cabul terhadap
anak, dan/atau ekploitasi seksual terhadap Anak
5. Pemaksaan perkawinan d. Perbuatan melanggar kesusilaan yang bertentangan
6. Penyiksaan seksual kehendak korban
7. Eksploitasi seksual e. Pornografi anak atau pornografi yang memuat ekploitasi
seksual
8. Perbudakan seksual f. Pemaksaan pelacuran
9. Kekerasan seksual berbasis g. Tindak pidana perdagangan orang-ekploitasi seksual
elektronik h. Kekerasn seksual dalam lingkup rumah tangga
i. Pencucian uang yang berasal dari Tindak Pidana
Kekerasan Seksual
Obstruction of justice
j. Tindak Pidana lain yang dinyatakan secara tegas sebagai
(Pasal 19) tindak pidana kekerasan seksual sebagaimana diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
perbuatan seksual secara nonfisik
• ditujukan terhadap tubuh, keinginan seksual,
dan/atau organ reproduksi
• dengan maksud merendahkan harkat dan
martabat seseorang berdasarkan seksualitas
dan/atau kesusilaannya,
• dipidana karena pelecehan seksual nonfisik,
dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan)
bulan dan/ atau pidana denda paling banyak
Rp10.0OO.000,00 (sepuluh juta rupiah).
perbuatan seksual secara fisik
(kategori 1)
• yang ditujukan terhadap tubuh, keinginan
seksual, dan/ atau organ reproduksi dengan
maksud merendahkan harkat dan martabat
seseorang
• berdasarkan seksualitas dan/atau kesusilaannya
yang tidak termasuk dalam ketentuan pidana lain
yang lebih berat
• dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
tahun dan/ atau pidana denda paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
perbuatan seksual secara fisik (2)
• yang ditujukan terhadap tubuh, keinginan
seksual, dan/ atau organ reproduksi
• dengan maksud menempatkan seseorang di
bawah kekuasaannya secara melawan hukum,
• baik di dalam maupun di luar perkawinan
• dengan pidana penjara paling lama 12 (dua
belas) tahun dan/ atau pidana denda paling
banyak Rp300.OO0.0OO,O0 (tiga ratus juta
rupiah).
Eksploitasi seksual
yang menyalahgunakan kedudukan, wewenang,
kepercayaan, atau perbawa yang timbul dari tipu
muslihat atau hubungan keadaan atau
memanfaatkan kerentanan, ketidaksetaraan atau
ketergantungan seseorang, memaksa atau dengan
penyesatan menggerakkan orang itu untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan
persetubuhan atau perbuatan cabul dengannya
atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/ atau
pidana denda paling banyak Rp300.0OO.0OO,00
(tiga ratus juta rupiah).
Kekerasan seksual
Kekerasan dimaknai luas; tidak semata-mata kekerasan dalam bentuk
fisik melainkan kondisi-kondisi rentan yang berpengaruh terhadap
terjadinya kekerasan:
• menyalahgunakan kedudukan, wewenang, kepercayaan,
• perbawa yang timbul dari tipu muslihat hubungan keadaan
• memanfaatkan kerentanan, ketidaksetaraan atau ketergantungan seseorang
• memaksa atau dengan penyesatan menggerakkan orang lain
• penyalahgunaan kekuasaan, penyesatan, penipuan,
• membuat atau memanfaatkan kondisi tidak berdaya
• penjeratan hutang

Ada Bentuk-bentuk kekerasan yang memiliki tingkatan

• Pelecehan seksual fisik; memiliki tiga kategori dengan jenis sanksi berbeda
• Kekerasan seksual berbasis online: memiliki tiga bentuk
Pengaturan tentang delik aduan

Delik aduan terbatas pada

• Pelecehan seksual non fisik


• Pelecehan seksuan fisik kategori a
• Kekerasan seksual berbasis elektronik

Terkecuali jika terjadi pada

• Anak
• Penyandang Disabilitas
Sanksi Pidana terhadap Orang
Perorangan
Restitusi untuk
Penjara dan Denda Perberatan sanksi pidana
hukuman:Ditambah 1/3
• Paling rendah:
• Lingkup keluarga
yang diancam
maksimal 9 bulan
dan denda 10 juta – • Terhadap Anak, dengan pidana 4
pelecehan non fisik disabilitas, dan hamil tahun ke atas
• Paling tinggi: 15 • Dampak (tidak untuk
tahun • Dilakukan oleh pihak
yang berwenang
pelecehan non
• Penyertaan fisik
• Pengulangan
• Dalam keadaan
tertentu: tidak
berdaya, pingsan
• Kondisi perang dsb
Sistem Pelayanan Terpadu
Unit Layanan Terpadu

Pelayanan Korban Penindakan Pelaku


• Awal • Pelaporan/pengaduan
• Lanjutan melalui Unit Layanan Terpadu
• Pemulihan • Rekomendasi tindak lanjut
• Pemeriksaan Komite Etik
• Rekomendasi Komite Etik
• Penindakan
Penanganan Korban
• Medis, pendataan, konseling, pendampingan,
perlindungan keamanan, penyediaan tempat
Awal
tinggal, perlindungan kerahasiaan identitas dll
• 3 x 24 jam oleh ULT

• Sesuai dengan kebutuhan


Lanjutan • Dilakukan sejak Sekretaris REKTOR
merekomendasikan penanganan lanjutan

• selama dan pasca penindakan


• Meliputi: layanan kesehatan, pendampingan psikologis,
Pemulihan informasi layanan pemulihan, rujukan bimbingan rohani,
penguatan keluarga dan komunitas, jaminan kelanjutan
pendidikan atau pekerjaan di lingkungan UGM
Penindakan Pelaku
Penerimaan Laporan
(termasuk lapor oleh Pendataan dan Hasil diserahkan ke
Fakultas/Sekolah/Unit verifikasi oleh ULT Rektor/pimpinan Univ
kepada ULT)

Sekretaris Rektor Rektor memerintahkan


memberi tindaklanjut adanya Komite Etik
Persidangan Komite
kepada rektor (maks 7 kepada Dekan atau
Etik
hari sejak penyerahan membentuk Komite
laporan/verifikasi Etik

Pemberian
rekomendasi sanksi
oleh Komite Etik (60
hari + 30 hari)
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai