Anda di halaman 1dari 29

Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual dan

Perundungan
di Lingkungan Akademik

Dr. Lucky Endrawati, SH., MH.


SOSIALISASI DWP SAHABAT KAMPUS
29 Agustus 2023

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
Pentingnya membahas Kampus yang sehat ruang akademis
aman dan nyaman yang kondusif
Kekerasan Seksual

KAMPUS UNTUK SEMUA:


tanpa ada yang ditinggalkan

Kampus yang Kampus yang


innovative
berintegritas

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
Perbedaan

Asusila Perbuatan yang tidak


senonoh
Di depan umum

Pelecehan Salah satu bentuk


dari Kekerasan
seksual Seksual

Kekerasa
DENGAN
Perbuatan yang PAKSAAN/YANG
menyerang TIDAK
n tubuh dan
seksualitas
DIKEHENDAKI/TANPA
IJIK

seksual
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
Mengapa topik tentang kekerasan seksual di lingkungan
Perguruan Tinggi menjadi penting untuk dibahas?

Riset dan Berita Survei dan Data

88% dari total kasus Dari kasus yang diadukan ke


Komnas Perempuan (2015-2021):
77% dosen menyatakan
kekerasan di Lembaga “kekerasan seksual pernah terjadi di
1. Perguruan Tinggi 35%, kampus“.
Pendidikan yang diadukan ke
2. pendidikan berbasis agama
Komnas Perempuan (2015-
19%,
2021) merupakan kasus 3. tingkat SMA/SMK 15%, 63% dari mereka tidak
Kekerasan Seksual. 4. tingkat SMP 6%, dan melaporkan kasus yang
5. TK, SD, SLB 9%. diketahuinya kepada pihak kampus
(Ditjen Diktiristek, 2020)

Sumber data: CATAHU Komnas Perempuan 2022

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
Garis Besar Isi Permendikbudristek No. 30/2021
tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual
di Lingkungan Perguruan Tinggi

Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V


Ketentuan Umum Pencegahan Penanganan Satuan Mekanisme
Tugas Penangana
n

Bab VI Bab VII Bab VIII Bab IX


Pemeriksaa Hak Pemantaua Ketentua
n Ulang Korban n dan n
dan Saksi Evaluasi Penutup

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
SISTEMATIKA PERTOR 70/2020:
• Berisi 8 BAB 20 pasal;
• BAB I : Ketentuan Umum;---1 Pasal---Pasal 1
• BAB II : Asas, Ruang Lingkup dan Tujuan;--- 3 Pasal --- Pasal 2, 3 dan 4
• BAB III : Jenis KSP --- 2 Pasal ---Pasal 5 dan 6
• BAB IV : Pencegahan --- 1 Pasal ---Pasal 7
• BAB V : Penanganan Korban Kekerasan Seksual Dan/Atau Perundungan
--- 8 Pasal --- Pasal 8-Pasal 15
• BAB VI : Unit Pelayanan Terpadu --- 1 Pasal ---Pasal 16
• BAB VII : Pendanaan – 1 Pasal --- Pasal 17
• BAB VIII : Larangan dan Sanksi --- 1 Pasal --- Pasal 18
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
MAKNA KEKERASAN SEKSUAL:
PERTOR 70 Tahun 2020
PERMENDIKBUDRISTEK 30 Tahun 2021
setiap perbuatan yang merendahkan dan/atau
menyerang terhadap tubuh, keinginan seksual,
dan/atau fungsi reproduksi seseorang, dengan
setiap perbuatan merendahkan, menghina, kekerasan atau ancaman kekerasan, baik secara fisik
melecehkan, dan/atau menyerang tubuh, maupun psikis, atau bertentangan dengan kehendak
dan/atau fungsi reproduksi seseorang, karena seseorang serta dalam kondisi seseorang itu serta tidak
ketimpangan relasi kuasa dan/atau gender, yang mampu memberikan persetujuan dalam keadaan bebas
berakibat atau dapat berakibat penderitaan yang memanfaatkan kerentanan, ketidaksetaraan, atau
psikis dan/atau fisik termasuk yang ketergantungan seseorang berdasarkan jenis kelamin
yang dapat disertai dengan status sosial lainnya,
mengganggu kesehatan reproduksi seseorang berakibat atau dapat mengakibatkan penderitaan atau
dan hilang kesempatan melaksanakan kesengsaraan fisik, psikis, seksual, kerugian secara
pendidikan tinggi dengan aman dan optimal ekonomi, sosial, dan/atau budaya terhadap Sivitas
Akademika dan Tenaga Kependidikan UB.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
APA ITU PERUNDUNGAN?
Pasal 1 Angka 7:
proses, cara, perbuatan seseorang yang menggunakan kekuatan untuk
menyakiti atau mengintimidasi orang yang lebih lemah darinya secara
berulang-ulang dengan memaksanya untuk melakukan apa yang
diinginkan oleh pelaku yang memiliki kekuasaan.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
JENIS-JENIS PERUNDUNGAN
(PASAL 6 PERTOR):
a. perundungan fisik; penindasan yang dilakukan dengan cara melibatkan fisik seperti melukai
tubuh seseorang yang dapat menyebabkan efek jangka pendek dan jangka panjang.
b. perundungan verbal; intimidasi yang melibatkan kata-kata baik secara tertulis atau terucap.
Perundungan secara verbal meliputi menggoda, memanggil nama yang tidak pantas, mengejek,
menghina, dan mengancam.
c. perundungan sosial;penindasan yang mengakibatkan merusak reputasi atau hubungan
seseorang. Intimidasi sosial ini mencakup berbohong, menyebarkan rumor negatif,
mempermalukan seseorang, dan mengucilkan seseorang.
d. perundungan siber; perilaku intimidasi yang dilakukan menggunakan teknologi digital.
Perundungan di dunia maya ini meliputi mengunggah gambar atau video yang tidak pantas,
menyebar gosip secara online, dan menggunakan informasi orang lain di media sosial.dan
e. perundungan seksual, tindakan yang berbahaya dan memalukan seseorang secara seksual.
Intimidasi seksual ini termasuk pemanggilan nama seksual atau cat-calling, gerakan vulgar,
menyentuh, dan materi pornografi.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
Konsep Kunci dalam Kekerasan Seksual

KEKERASAN SEKSUAL
Efeknya paling besar,
namun paling sulit dibuktikan.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
1. Kelumpuhan Sementara atau Tonic Immobility

Betul, dan korban yang diam saja saat


Jadi, korban yang
kejadian tidak dapat dikatakan sebagai
terdiam saja tidak
aktivitas “suka-sama-suka.”
berarti ia memberikan
Korban kekerasan seksual persetujuannya, ya?

seringkali dipersalahkan karena


tidak melawan, berteriak
atau lari saat mengalami
kekerasan, padahal saat itu
mereka masih mengalami
kelumpuhan sementara
atau tonic immobility.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
2. Menyalahkan Korban atau Victim Blaming
Biasanya, bentuk victim blaming …kata-kata dan perilaku korban
Bila konsep kelumpuhan yang dilakukan terhadap korban yang dianggap “provokatif,” dan
sementara atau tonic immobility kekerasan seksual berkisar dari
cara berpakaian korban yang
respon korban yang tidak melawan
pelaku.
tidak dipahami, dampaknya akan dianggap “mengundang” atau…

terjadi pada dua tingkat:

Internal:
korban menyalahkan diri sendiri
atau self blaming; dan

Eksternal:
pihak lain menyalahkan korban atau
victim blaming

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
3. Tuduhan Palsu atau False Accusation

Tantangan yang dihadapi korban


kekerasan seksual juga ditambah dengan
pembebanan pembuktian yang seolah
menjadi tanggung jawab korban untuk
membuktikan keabsahan kasus yang
dilaporkannya.
Selain fenomena masyarakat yang cenderung
menyalahkan korban kekerasan seksual, hal lain
yang juga membuat banyak korban kekerasan
seksual enggan melaporkan kasusnya adalah
pandangan bahwa mereka melakukan tuduhan
palsu.

Banyak korban kekerasan seksual yang


kemudian malah dilaporkan balik dengan pasal
pencemaran nama baik, karena dianggap tidak
memiliki bukti yang cukup kuat.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
4. Pembebanan Korban

Korban kekerasan seksual


seharusnya tidak perlu
dibebani lagi karena trauma
Aparat Penegak Hukum membebani korban untuk yang baru dialaminya.
mengumpulkan bukti dan mencari pasal untuk
menindaklanjuti kasus atau yang lebih dikenal
sebagai beban pembuktian.

Masyarakat membebani korban untuk upaya


pencegahan kekerasan seksual yang akan
datang.

Pengguna media sosial daring membebani korban


untuk bersuara melalui fenomena “spill.”

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
5. Penyalahgunaan Wewenang
Betul, terutama para laki-
laki dewasa dan pemuda
harus mulai ditingkatkan
kesadarannya.
Perbedaan identitas antara yang dimiliki
Kita harus saling menjaga
korban dengan pelaku, memberikan sesama dari kekerasan
kuasa yang berbeda bagi kedua belah berbasis gender termasuk Tentunya, Bu!
kekerasan seksual ya, Bu!
pihak.

Dengan kata lain, semakin banyak


lapisan identitas minoritas atau rentan
yang dimiliki seseorang, semakin banyak
pula tekanan yang didapatkannya,
sehingga ia tidak bisa memberikan
persetujuannya dengan bebas.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
Dampak Kekerasan Seksual

Berpotensi menyebabkan korban:


Menghambat Korban kehilangan • Peserta didik keluar mendiskreditkan posisi
pencapaian prestasi kesempatan melaksanakan sekolah sebelum waktu satuan pendidikan
akademik atau karir pendidikan dengan kelulusan
korban aman dan optimal • pendidik dan tendik
kehilangan mata
pencahariannya di dunia
pendidikan

Terhambatnya pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas


dan sesuai nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
8 Prinsip PPKS
Pasal 3 Permendikbudristek PPKS

1 Kepentingan terbaik bagi korban,

2 Keadilan dan Kesetaraan,

3 Kesetaraan Hak dan Aksesibilitas bagi Penyandang Disabilitas,

4 Akuntabilitas,

5 Independen,

6 Kehati-hatian,

7 Konsisten
,
8 Jaminan Ketidakberulangan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
Kepentingan terbaik bagi
korban

Dalam aspek pencegahan, kepentingan


terbaik korban merupakan langkah 1 mekanisme pengaduan atau pelaporan yang aman.

pencegahan berorientasi pada korban,


yang bertujuan untuk menciptakan ruang 2 sosialisasi layanan atau kanal pelaporan kekerasan
seksual secara rutin.
aman bagi semua sivitas akademika,
terutama bagi korban untuk tidak takut
melaporkan kasusnya.
3 memasang tanda peringatan “area bebas dari kekerasan
seksual”

4 Memasang tanda lokasi dan kontak layanan aduan

satuan tugas PPKS untuk melaporkan KS dengan aman.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
Kesetaraan Hak dan
Aksesibilitas bagi Penyandang
Disabilitas

pencegahan kekerasan seksual 1 mengintegrasikan perspektif disabilitas ke dalam


mata kuliah
yang berprinsip pada kesetaraan
hak dan aksesibilitas bagi 2 sosialisasi layanan atau kanal pelaporan kekerasan
seksual yang ramah akses disabilitas
mahasiswa, pendidik, tenaga
kependidikan, dan warga kampus
dengan disabilitas. 3 menyediakan pedoman penanganan laporan kekerasan
seksual yang dapat diakses oleh penyandang disabilitas

menyediakan mekanisme koordinasi antara satuan tugas PPKS


4 dan unit yang berfungsi memberikan layanan kepada
penyandang disabilitas di perguruan tinggi.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
Akuntabilita
s

Perguruan tinggi melaksanakan


pencegahan dan penanganan
1 penyediaan sumber daya yang memadai untuk penyelenggaraan kegiatan-
kegiatan pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di perguruan tinggi.

kekerasan seksual secara


akuntabel melalui: 2 komunikasi dan koordinasi langkah-langkah atau proses penanganan yang
akan diambil satuan tugas PPKS kepada korban.

3 penyampaian laporan tentang kegiatan pencegahan kekerasan seksual dan


data status penanganan kekerasan seksual secara rutin kepada kementerian.

penyampaian laporan hasil pemantauan dan evaluasi pemimpin perguruan


4 tinggi setiap akhir semester

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
Independen

upaya pencegahan kekerasan 1 membangun sistem penanganan yang bebas


dari pengaruh atau tekanan apa pun
seksual dilakukan secara
independen, bebas dari mendorong terwujudnya sistem layanan
pengaruh ataupun tekanan dari 2 terpadu yang berorientasi pada kepentingan
terbaik bagi korban;
pihak mana pun
mengupayakan pelindungan bagi korban,
3 saksi, dan pendamping korban
dari berbagai bentuk intimidasi seperti ancaman fisik dan/atau
psikologis, pengurangan nilai akademik atau penurunan jabatan,
pemberhentian status sebagai mahasiswa, pendidik, atau tenaga
kependidikan, pelaporan, dan tuntutan pidana atau gugatan perdata

KEMENTERIAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN,
KEMENTERIANPENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
PENDIDIKAN,KEBUDAYAAN,
KEBUDAYAAN,
RISET,
RISET, DAN
RISET,DAN TEKNOLOGI
DANTEKNOLOGI
TEKNOLOGI
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL DI LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI
Kehati-
hatian
Dalam aspek pencegahan kekerasan seksual, prinsip kehati-hatian perlu dilakukan
dalam merancang kegiatan kampanye dan sosialisasi sebagai bagian dari upaya
pencegahan.

Tujuannya adalah supaya narasi yang terbangun bukanlah pada pembatasan ruang
gerak dan ekspresi mahasiswa, pendidik, tenaga kependidikan, dan warga kampus,
melainkan pada peningkatan kolaborasi pencegahan kekerasan seksual di
perguruan tinggi.

Harapannya dapat tercipta suasana pelaksanaan tridarma yang manusiawi,


bermartabat, setara, inklusif, kolaboratif, serta tanpa kekerasan.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
Konsiste 1. melakukan sosialisasi Permendikbudristek PPKS di lingkungan perguruan

n tinggi secara rutin.


2. Melakukan peningkatan kapasitas kepada seluruh sivitas akademikan
dan
warga kampus lainnya.
konsisten berarti perguruan tinggi 3. kolaborasi antara jajaran pengelola perguruan tinggi dengan komunitas/
melakukan pencegahan kekerasan kelompok/organisasi yang sudah berpengalaman memberikan edukasi
seksual secara sistematis dan rutin tentang kekerasan seksual dan/atau layanan pendampingan bagi korban di
perguruan tinggi.
4. mendorong sebanyak mungkin pendidik dan pejabat structural, anggota
rektorat, dekanat, dan dewan guru besar, untuk aktif mengampanyekan
antikekerasan seksual di perguruan tinggi.
5. menguatkan satuan tugas PPKS untuk melaksanakan untuk melakukan
tugasnya dengan sesuai prosedur.
6. menjalankan survei kekerasan seksual bagi mahasiswa, pendidik,
tenaga
kependidikan, dan warga kampus;
7. membuat perencanaan pengembangan kegiatan pencegahan dan
penanganan kekerasan seksual yang dijalankan perguruan tinggi; dan
8. memastikan korban kekerasan seksual di perguruan tinggi dapat kembali
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
memaksimalkan potensi dirinya dalam menempuh pendidikan atau
RISET, DAN TEKNOLOGI
menjalankan pekerjaannya dengan aman.
Jaminan Ketidakberulangan
Dalam pencegahan, beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk mencegah keberulangan kasus antara lain:
• Melakukan langkah-langkah peningkatan keamanan kampus dari
kekerasan seksual untuk mencegah keberulangan, termasuk dan
tidak terbatas pada kegiatan penguatan pembelajaran dan tata
kelola, budaya komunitas mahasiswa, pendidik, dan tenaga
kependidikan di perguruan tinggi dan kegiatan pelaksanaan
tridarma perguruan tinggi lainnya.

• Memantau, mengevaluasi, serta terus meningkatkan kapasitas


satuan tugas PPKS dalam melaksanakan pencegahan dan
penanganan kekerasan seksual.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
Bab VIII Bab IX
Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Bab VI Bab VII

Pencegahan kekerasan seksual di perguruan tinggi mencakup dua tingkat:

1 Pembelajaran
Mewajibkan mahasiswa, pendidik, dan tendik mempelajari modul PPKS

Institusi 2 Penguatan tata kelola


Merumuskan kebijakan, membentuk satgas, menyediakan layanan pelaporan KS, dsb.
(struktur)

Penguatan budaya komunitas mahasiswa, pendidik, dan tendik


3 Mengadakan komunikasi, informasi, dan edukasi di kegiatan pengenalan kehidupan kampus; organisasi
kemahasiswaan; dan/atau jaringan komunikasi informal.

4 Pembatasan pertemuan individual


di luar wilayah, jam operasional, dan/atau kepentingan kampus

Individu
(agen)
5 Permohonan tertulis untuk mendapat persetujuan Kaprodi/Jurusan
Bila pertemuan tidak bisa dihindari

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
Ruang Lingkup pencegahan

Pencegahan kekerasan seksual melalui

pembelajaran

penguatan tata kelola

penguatan budaya komunitas mahasiswa,


pendidik, dan tenaga kependidikan.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
Pencegahan KS oleh
perguruan tinggi
1. Merumuskan kebijakan yang mendukung pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di perguruan tinggi.
2. membentuk satuan tugas PPKS pencegahan dan penanganan kekerasan seksual yang sesuai dengan
ketentuan dalam Permendikbudristek PPKS
3. Menyusun pedoman / POS PPKS
4. Pembatasan pertemuan sivitas akademika di luar waktu operasional dan di luar area perguruan
tinggi. Tata
cara pembatasan diatur melalui surat edaran perguruan tinggi.
5. menyediakan layanan pelaporan kekerasan seksual
6. melatih mahasiswa, pendidik, tenaga kependidikan, dan warga kampus terkait upaya pencegahan dan
penanganan kekerasan seksual.
7. sosialisasi pedoman PPKS secara lain.
8. Memasang tanda informasi yang berisi: pencantuman layanan aduan kekerasan seksual, dan
peringatan
bahwa perguruan tinggi tidak menoleransi kekerasan seksual.
9. Menyediakan akomodasi yang layak bagi disabilitas
10. membuat pakta integritas bagi seluruh sivitas akademika dan warga kampus lainnya
11. Melakukan kerja sama dengan instansi terkait PPKS
12. Peningkatan infrastruktur mencakup penerangan, pemasangan CCTV, dan ruangan atau kantor yang terbuka
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
atau yang bisa diakses dengan mudah oleh banyak pihak
RISET, DAN TEKNOLOGI
Pencegahan KS melalui
Penguatan budaya komunitas
1. Sosialisasi PPKS pada pengenalan kehidupan perguruan tinggi bagi mahasiswa, pendidik, dan
tenaga kependidikan
2. Sosialisasi PPKS melalui Jaringan komunikasi mahasiswa, pendidik, dan tenaga kependidikan
3. Organisasi kemahasiswaan: edukasi pencegahan dan penanganan kekerasan seksual melalui
kegiatan seminar, webinar, diskusi publik, dan/atau aktivitas lainnya.
4. Menerapkan Prinsip pencegahan kekerasan seksual dalam interaksi di lingkungan perguruan
tinggi:
-Segala komunikasi dan koordinasi seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan tridarma
harus dilakukan secara manusiawi, bermartabat, setara, nondiskriminatif, inklusif, dan
kolaboratif dengan memastikan tidak adanya unsur kekerasan.
-Menjunjung tinggi kode etik dan kode perilaku yang berlaku di institusi asal masingmasing
pihak saat berinteraksi dengan pihak lain yang terlibat dalam pelaksanaan tridarma.
5. Memasukan materi PPKS pada panduan interaksi dalam pelaksanaan tridarma

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
BERSAMA…KITA BISA

Anda mungkin juga menyukai