Anda di halaman 1dari 16

MAKNA ISLAM, MISI SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM, SETTING

SOSIO GEOGRAFIS, KULTURAL DAN IDEOLOGI MASYARAKAT


ARAB PRA ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PAI

Dosen Pengampu:
Dr. M. Faizul Husnayain, M.Pd.I

Oleh:
Faizul
NIM: 1234567

FAKULTAS SAINTEK PROGRAM STUDI TPB


UNIVERSITAS NAHDAHATUL ULAMA
PURWOKERTO
2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Sang pemilik cinta yang sejati dan yang
telah memberikan segala ridho serta karunia-Nya kepada semua umat manusia
untuk beraktifitas di muka bumi ini. Dan shalawat serta salam tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kita kepada suatu arah dan
tujuan yang jelas dan terang benderang bagaiakan matahari menyinari dunia.

Makalah ini hanyalah sekilas ulasan tentang PAI yang lebih menitik
teratkan pada makna islam, misi sejarah perkembangan islam, setting sosio
geografis, kultural dan idiologi masyarakat arab pra islam yang semuanya jauh
dari kesempurnaan. Penulis turut berterima kasih kepada Dr. M. Faizul
Husnayain, M.Pd.I yang senantiasa membimbing dalam mempelajari PAI dan tak
lupa motivasi dari rekan-rekan penulis.

Tentunya segala sesuatu tidak ada yang sempurna dalam segala aspeknya,
tak terkecuali makalah ini. Akan tetapi penulis tetap berusaha untuk
menyelesaikannya dengan sebaik mungkin. Jadi mohon maaf jika ada kesalahan
secara teknis penulisan maupun subtansi. Saran dan komentar yang membangun
dari para pembaca, sangatlah penulis butuhkan demi perbaikan makalah ini.

Purwokerto, 30 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
C. Tujuan ..................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Makna Islam ........................................................................................... 5
B. Misi dan sejarah perkembangan Islam ................................................... 7
C. Setting sosio geografis, kultural dan ideologi masyarakat Arab pra
Islam ........................................................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata tentang 'Islam' sudah tak asing lagi terdengar. Di Indonesia sendiri,
Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas penduduknya. Sering kali, kata
'Islam' dikaitkan dengan kata 'muslim'. Padahal artinya berbeda, jika Islam adalah
agama, maka muslim adalah sebutan untuk orang yang beragama Islam. Agama
Islam berasal dari Allah. Memahami Islam secara benar akan mengantarkan
umatnya untuk mengamalkannya secara benar pula. Sekarang ini problematika
umat yang mendasar yaitu ketidak fahaman terhadap Al Islam sebagaimana yang
dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu memahami "Dinnul Islam"
adalah suatu keharusan bagi umat Islam.

Di antara keistimewaan agama Islam adalah namanya. Berbeda dengan


agama lain, nama agama ini bukan berasal dari nama pendirinya atau nama tempat
penyebarannya. Tapi, nama Islam menunjukkan sikap dan sifat pemeluknya
terhadap Allah. Inilah salah satu kekhasan agama Islam. Nama “Islam” tidak
diasosiasikan pada pribadi seseorang, nama ras, suku, ataupun wilayah. Dan
kalimatul Islam (kata Al-Islam) mengandung pengertian dan prinsip-prinsip yang
dapat didefinisikan secara terpisah dan bila dipahami secara menyeluruh
merupakan pengertian yang utuh.

B. Rumusan Masalah
1. Apa makna Islam ?
2. Bagaimana misi dan sejarah perkembangan Islam ?
3. Bagaimana setting sosio geografis, kultural dan ideologi masyarakat Arab pra
Islam?
C. Tujuan
1. Menjelaskan makna Islam
2. Menjelaskan misi dan sejarah perkembnagan Islam
3. Menjelaskan setting sosio geografis, kultural dan ideologi masyarakat Arab pra
Islam

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna Islam
Kata “al-islaam” bermakna : patuh sepenuh hati dengan kerendahan diri dan
kerendahan hati, yaitu : kepatuhan dengan kerendahan diri dan meninggalkan hal-
hal yang bersifat membantah. Maka, Allah SWT berfirman:
َّ ََّٰ َّ َّ َّ ََّٰ َّ َّ َّ
َّ َّ َّ َّ َّ َّ َّ َّ َّ َّ َّ َّ َّ َّ َّ َّ
‫ِإن ٱ ِلدين ِعند ٱلل ِه ٱل ِۡإسۡلم وما ٱخۡتلف ٱل ِذين أوتوا ٱل ِۡكتب ِإلا ِمنۢ بع ِۡد ما جآءهم ٱل ِۡعلۡم بغَۡيۢا بۡۡنُمۡ ومن‬

َّ ‫لۡح‬ َّ َّ َّ َّ َّ َّ ََّٰ َّ
٩١ ‫اب‬
ِ ‫س‬ ِ ‫ٱ‬ ‫يع‬‫ر‬ِ ‫يكۡفرۡ ِبَّٔٔاي ِت ٱلل ِه ف ِإن ٱلله‬
‫س‬

Artinya: Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.


Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat
cepat hisab-Nya. (Q.S. Al-Imran:19)

Sesungguhnya semua agama dan syari’at yang didatangkan oleh para Nabi,
ruh atau intinya adalah Islam (menyerahkan diri), tunduk dan menurut. Meskipun
dalam beberapa kewajiban dan bentuk amal agak berbeda, hal ini pulalah yang
selalu diwasiatkan oleh para Nabi. Orang muslim hakiki adalah orang yang bersih
dari kotoran syirik, berlaku ikhlas dalam amalnya, dan disertai keimanan, tanpa
memandang dari agama mana dan dalam zaman apa ia berada.

Ayat ini menurut Ibnu Katsir, mengandung pesan dari Allah bahwa tiada
agama disisi-Nya dan yang diterima-Nya dari seorang pun kecuali Islam. Yaitu
mengikuti Rasul-rasul yang diutus Nya setiap saat hingga berakhir dengan
Muhammad SAW. Dengan kehadiran beliau, telah tertutup semua jalan dari arah
beliau sehingga siapa yang menemui Allah setelah diutusnya Muhammad SAW.
Dengan menganut satu agama selain syari’at yang beliau sampaikan, tidak diterima
oleh-Nya. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah SWT.

5
َّ ‫لۡخسر‬
٥٨ ‫ين‬
ََّٰ َّ َّ
‫ن‬ ‫م‬ ‫ة‬ ‫ر‬‫خ‬ ٓ ‫أ‬‫ل‬
ۡ ‫ي‬ ‫ف‬ َّ ‫ينا َّف َّلن يق َّۡب َّل منۡه َّوه‬
‫و‬
ٗ
‫د‬ ‫م‬
ََّٰ
‫ۡل‬ ‫س‬‫ۡإ‬ ‫ل‬ َّ ‫َّو َّمن َّيب َّۡتغ َّغي‬
‫ۡر‬
ِ ِ ‫ٱ‬ ِ ِ ِ ‫ٱ‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ٱ‬ ِ

Artinya: Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali


tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk
orang-orang yang rugi.(Q.S. Al-Imran : 85)

Secara etimologi kata Islam berasal dari bahasa Arab, terambil dari kosa
kata salima yang berarti selamat sentosa. Kemudian dibentuk menjadi aslama yang
berarti taat dan berserah diri. Sehingga terbentuk kata Islam (aslama-yuslimu-
islaman) yang berarti damai, aman, dan selamat. Orang yang masuk Islam
dinamakan Muslim.1 Pengertian Islam yang demikian itu sejalan dengan firman
Allah SWT, antara lain surat al-Baqarah ayat 112

َّ َّ َّ َّ َّ ٌ َّ َّ َّ َّ َّ َّ َّ َّ َّ
َّ
٩ ١ ‫ فلهۥٓ أجۡر ۥه ِعند َّر ِب ِهۦ َّولا خوۡف علَي ُِۡمۡ َّولا همۡ يح َّۡزنون‬ٞ‫َّبل َٰىٰۚ َّمنۡ أسۡل َّم َّوج َُّۡ ۥه ِلل ِه َّوه َّو مح ِۡسن‬

Artinya: (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri


kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi
Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.(Q.S. Al-Baqarah:112)

Dengan demikian, pengertian Islam dari segi istilah adalah agama yang
diturunkan Allah kepada nabi Muhammad yang isinya bukan hanya mengatur
hubungan manusia dengan tuhan, melainkan juga mengatur hubungan manusia
dengan manusia dan alam jagat raya. Selanjutnya kata Islam juga bisa dimaknai
sebagai berikut:

1. Islam adalah Ketundukan

Ikhlas berserah diri kepada Pencipta alam yang kepadaNya alam tunduk
patuh berserah diri. Maka, Islam identik dengan ketundukan kepada sunnatullah
yang terdapat di alam semesta (tidak tertulis) maupun Kitabullah yang tertulis (Al-
Qur'an). Ketundukan terhadap alam semesta maksudnya kita sebagai manusia harus

1
Abudin Nata, Studi Islam Komprehensif , (Cendekia, Jakarta : 2008), hlm. 231

6
merawat alam semesta dan tidak merusaknya. Sedangkan ketundukan terhadap Al-
Qur'an adalah kita sebagai harus menjaga kemurnian Al-Qur'an dan
mengamalkannya.

2. Islam adalah Wahyu Allah

Islam merupakan satu-satunya agama yang bersandar kepada wahyu Allah


secara murni. Artinya, seluruh sumber nilai dari nilai agama ini adalah wahyu yang
Allah turunkan kepada para Rasul-Nya terdahulu.

3. Islam adalah Agama Para Nabi dan Rasul

Nabi-nabi lain pun mendakwahkan ajaran Islam kepada manusia. Mereka


mengajarkan agama sebagaimana yang dibawa Nabi Muhammad saw. Hanya saja,
dari segi syariat (hukum dan aturan) belum selengkap yang diajarkan Nabi
Muhammad saw. Tetapi, ajaran prinsip-prinsip keimanan dan akhlaknya sama.
Nabi Muhammad saw datang menyempurnakan ajaran para Rasul, menghapus
syariat yang tidak sesuai dan menggantinya dengan syariat yang baru.

4. Islam adalah Jalan Allah Yang Lurus

Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup bagi seorang muslim.


Baginya, tidak ada agama lain yang benar selain Islam. Karena ini merupakan jalan
Allah yang lurus yang diberikan kepada orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah.

5. Islam Pembawa Keselamatan Dunia dan Akhirat

Sebagaimana sifatnya yang bermakna selamat sejahtera, Islam


menyelamatkan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Keselamatan dunia adalah
kebersihan hati dari noda syirik dan kerusakan jiwa. Sedangkan keselamatan akhirat
adalah masuk surga yang disebut Daarus Salaam. Allah menyeru (manusia) ke
Daarus Salaam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendakiNya kepada jalan
yang lurus (Islam). Dengan prinsip kita dapat memahami kemuliaan dan keagungan
ajaran agama Allah ini.2

2
Supiana, Metodologi Studi Islam, (Pelita Jaaya: Jakarta, 2009)

7
B. Misi dan Sejarah Perkembangan Islam
1. Masa sebelum kedatangan Islam

Jazirah Arab sebelum kedatangan agama Islam merupakan sebuah kawasan


perlintasan perdagangan dalam Jalan Sutera yang menjadikan satu antara Indo-
Eropa dengan kawasan Asia di timur. Kebanyakan orang Arab merupakan
penyembah berhala dan ada sebagian yang merupakan pengikut agama-agama
Kristen dan Yahudi. Mekkah adalah tempat yang suci bagi bangsa Arab ketika itu,
karena di sana terdapat berhala-berhala agama mereka, telaga Zamzam, dan yang
terpenting adalah Ka'bah. Masyarakat ini disebut pula Jahiliyah atau dalam artian
lain bodoh. Bodoh disini bukan dalam intelegensianya namun dalam pemikiran
moral. Warga Quraisy terkenal dengan masyarakat yang suka berpuisi. Mereka
menjadikan puisi sebagai salah satu hiburan disaat berkumpul di tempat-tempat
ramai.

2. Masa awal

Bermula pada tahun 611 ketika wahyu pertama diturunkan kepada rasul
yang terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira', Arab Saudi. Muhammad
dilahirkan di Mekkah pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (571 masehi). Ia
dilahirkan ditengah-tengah suku Quraish pada zaman jahiliyah, dalam kehidupan
suku-suku padang pasir yang suka berperang dan menyembah berhala. Muhammad
dilahirkan dalam keadaan yatim, sebab ayahnya Abdullah wafat ketika ia masih
berada di dalam kandungan. Pada saat usianya masih 6 tahun, ibunya Aminah
meninggal dunia. Sepeninggalan ibunya, Muhammad dibesarkan oleh kakeknya
Abdul Muthalib dan dilanjutkan oleh pamannya yaitu Abu Talib. Muhammad
kemudian menikah dengan seorang janda bernama Siti Khadijah dan menjalani
kehidupan secara sederhana.

Ketika Muhammad berusia 40 tahun, ia mulai mendapatkan wahyu yang


disampaikan Malaikat Jibril, dan sesudahnya selama beberapa waktu mulai
mengajarkan ajaran Islam secara tertutup kepada para sahabatnya. Setelah tiga
tahun menyebarkan Islam secara sembunyi-sembunyi, akhirnya ajaran Islam

8
kemudian juga disampaikan secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekkah,
yang mana sebagian menerima dan sebagian lainnya menentangnya.

Pada tahun 622 masehi, Muhammad dan pengikutnya berpindah ke


Madinah. Peristiwa ini disebut Hijrah, dan semenjak peristiwa itulah dasar
permulaan perhitungan kalender Islam. Di Madinah, Muhammad dapat
menyatukan orang-orang anshar (kaum muslimin dari Madinah) dan muhajirin
(kaum muslimin dari Mekkah), sehingga semakin kuatlah umat Islam. Dalam setiap
peperangan yang dilakukan melawan orang-orang kafir, umat Islam selalu
mendapatkan kemenangan.

Dalam fase awal ini, tak terhindarkan terjadinya perang antara Mekkah dan
Madinah. Keunggulan diplomasi nabi Muhammad SAW pada saat perjanjian
Hudaibiyah, menyebabkan umat Islam memasuki fase yang sangat menentukan.
Banyak penduduk Mekkah yang sebelumnya menjadi musuh kemudian berbalik
memeluk Islam, sehingga ketika penaklukan kota Mekkah oleh umat Islam tidak
terjadi pertumpahan darah. Ketika Muhammad wafat, hampir seluruh Jazirah Arab
telah memeluk agama Islam.

3. Masa Khalifah Rasyidin

Khalifah Rasyidin atau Khulafaur Rasyidin memilki arti pemimpin yang


baik diawali dengan kepemimpinan Abu Bakar, dan dilanjutkan oleh
kepemimpinan Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib. Pada
masa ini umat Islam mencapai kestabilan politik dan ekonomi. Abu Bakar
memperkuat dasar-dasar kenegaraan umat Islam dan mengatasi pemberontakan
beberapa suku-suku Arab yang terjadi setelah meninggalnya Muhammad. Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib berhasil memimpin bala tentara
dan kaum Muslimin pada umumnya untuk mendakwahkan Islam, terutama ke
Syam, Mesir, dan Irak. Dengan takluknya negeri-negeri tersebut, banyak harta
rampasan perang dan wilayah kekuasaan yang dapat diraih oleh umat Islam.

Setelah periode Khalifah Rasyidin, kepemimpinan umat Islam berganti dari


tangan ke tangan dengan pemimpinnya yang juga disebut "khalifah", atau kadang-

9
kadang "amirul mukminin", "sultan", dan sebagainya. Pada periode ini khalifah
tidak lagi ditentukan berdasarkan orang yang terbaik di kalangan umat Islam,
melainkan secara turun-temurun dalam satu dinasti (bahasa Arab: bani) sehingga
banyak yang menyamakannya dengan kerajaan; misalnya kekhalifahan Bani
Umayyah, Bani Abbasiyyah, hingga Bani Utsmaniyyah.

Besarnya kekuasaan kekhalifahan Islam telah menjadikannya salah satu


kekuatan politik yang terkuat dan terbesar di dunia pada saat itu. Timbulnya tempat-
tempat pembelajaran ilmu-ilmu agama, filsafat, sains, dan tata bahasa Arab di
berbagai wilayah dunia Islam telah mewujudkan satu kontinuitas kebudayaan Islam
yang agung. Banyak ahli-ahli ilmu pengetahuan bermunculan dari berbagai negeri-
negeri Islam, terutamanya pada zaman keemasan Islam sekitar abad ke-7 sampai
abad ke-13 masehi.3

C. Setting sosio geografis, kultural dan ideologi masyarakat Arab pra Islam
1. Kondisi msyarakat Arab pra Islam

Bangsa Arab sebelum datangnya Islam, biasa disebut dengan Arab


Jahiliyah, bangsa yang belum meliki peradaban dan bodoh. Akan tetapi, bangsa
Arab bagian Utara terkenal dengan orang-orang yang memiliki kemampuan tinggi
dalam mengubah syair, dan syair-syair itu diikut sertakan dalam perlombaan dan
yang menang digantung di Ka’bah. Melalui tradisi sastra tersebut dapat diketahui
bahwa peristiwa-peristiwa besar dan penting secara faktual ikut memberikan
pengaruh pada perjalanan sejarah mereka.4

2. Keadaan geografis Jazirah Arab

Jazirah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti
kepulauan, sedangkan Arab secara etimologi berasal dari kata arabia yang artinya
gurun pasir atau sahara. Menurut Nuldeke, berpendapat bahwa sebagian besar
wilayah Arab terdiri dari gurun pasir. Akan tetapi menurut Muhammad Hasyim

3
Kaelani, HD, Islam Agama Universal. (Midada Rahma, Jakarta: 2009), hlm. 43
4
Badri Yatim, Historiografi Islam, (PT Logos Wacana Ilmu, Ciputat: 1997), hlm 27

10
Athiyah, kata Arab berasal dari kata abar yang artinya rahlah atau kembara, sebab
bangsa Arab adalah bangsa yang suka berpindah.

Daris segi geografis, Arab bukanlah sebuah kepulauan sebab dari empat
penjuru perbatasan masih ada satu yang tidak berbatasan dengan laut, yaitu sebelah
Utara Jazirah Arab berbatasan denfan gurun Iran dan Gurun Syiria, di sebelah
Selatan berbatasan dengan Laut Indonesia, sebelah Barat berbatasan dengan Laut
Merah, di sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Persia. Jazirah Arab terletak di
sebelah Barat daya Asia, yaitu bagian tengah dan bagian tepi. Sebagian besar daerah
Arab adalah padang pasir sahara yang terletak di Tengah dan memiliki keadaan dan
sifat yang berbeda-beda, karena itu terbagi menjadi tiga bagian.

1) Sahara Langit, memanjang 140 mil dari Utara ke Selatan dan 180 mil dari
Timur ke Barat, yang disebut dengan sahara Nufud, Oase dan mata air
sangat jarang.
2) Sahara Selatan, yang membentang dan menyambung Sahara Langit ke
Timur sampai ke Selatan Persia. Hampir seluruhnya merupakan daratan
yang keras, tandus dan pasir yang bergelombang.
3) Sahara Harrat, merupakan suatu daerah yang terdiri dari tanah liat yang
berdebu hitam bagaikan terbakar gugusan batu-batu hitam5
3. Sosiohistoris masyarakat Arab pra Islam
1) Agama masyarakat Arab pra Islam

Penduduk Arab menganut berbagai macam agama yang berbeda-beda


antara lain sangat terkenal dengan penyembahan terhadap berhala atau paganisme.
Mereka mensucikan batu dan menyembahnya di mana mereka berada. Lama-lama
mereka membuat patung untuk disembah dan mereka berkeliling untuk
mengitarinya. Di samping itu patung-patung yang yang besar diberinya nama
Manah yang terletak di dekat Yasrib atau Madinah, al-Latta yang berada di Taif dan

5
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (PT Pustaka Rizki Putra, Semarang: 2009), hlm
13- 15

11
al-Uzza yang diletakkan di Hijaz. Hubal adalah patung yang terbesar yang dibuat
dari batu akik yang berbentuk seperti manusia yang diletakkan di dalam Ka’bah.

Demikianlah keadaaan bangsa Arab yang menjelang lahirnya Muhammad


SAW yang membawa agama Islam di tengah-tengah mereka. Masa itu bisa disebut
dengan zaman Jahiliyah, masa kegelapan, dan kebodohan dalam hal agama. Sastra
pada saat itu memiliki arti penting dalam kehidupan bangsa Arab. Mereka
mengabadikan peristiwa-peristiwa dalam syair yang diperlombakan satiap tahun di
pasar Ukaz, Majinnah dan Zu Majaz. Bagi yang memiliki syair bagus, maka ia akan
diberi hadiah dan mendapat kehormatan bagi suku atau kabilahnya serta syairnya
digantungkan di Ka’bah yang dinamakan al-mu’allaq as-sab’ah.6

Bangsa arab disekitar jazirah arab pada masa dahulu sudah mengenal
keesaan Allah, sudah mengenal tuhan Allah. Karena mereka pada umumnya sejak
beberapa ratus tahun yang lampau, sebelum Nabi Muhammad diutus kerap kali
kedatangan dakwah dari para Nabi utusan Allah. Yang menyapaikan seruan kepada
mereka supaya menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa semata-mata, jangan
sampai mempersekutukan sesuatu dengan-Nya.

2) Keadaan sosial di Jazirah Arab

Pada masa sebelum Islam di Arab kondisi sosial masyarakatnya sangat


memprihatinkan. Banyak terdapat tradisi-tradisi yang menyimpang. Maraknya
perjudian, peperangan, perzinaan, pembunuhan, dll. Sehingga pada masa ini
dikenal dengan sebutan zaman jahiliyah (kebodohan). Pada era globalisasi sekarang
ini, nilai-nilai dan sistem sekuler dapat masuk dengan mudah dan menyingkirkan
nilai-nilai Islami sebagaimana yang Rasulullah ajarkan. Akibatnya, banyak orang
di sebagian belahan dunia yang pola hidupnya serupa atau telah kembali kepada
masa Jahiliyah.

Negeri Arab pada umumnya adalah padang pasir, tetapi bukan berarti semua
Jazirah Arab adalah padang pasir. Tanah Arab di diami oleh dua kelompok bangsa

6
Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, (PT Logos Wacana Ilmu: 1997), hlm
8

12
Arab, yaitu : Bangsa Arab Badawi (kampong) dan Bangsa Arab kota. Bangsa Arab
Badawi adalah Bangsa yang tinggal di padang pasir. Sedangkan Bangsa Arab kota
adalah penduduk Arab yang tinggal di kota-kota yang aktif dengan pertanian dan
perdagangan.

Di antara perilaku buruk masyarakat Arab Jahiliyah adalah menanam bayi


perempuan hidup-hidup (wa’dul banat) karena takut hinaan atau noda. Hanya saja
tradisi ini tidak memasyarakat di seluruh bangsa Arab. Motif lain dari penanaman
bayi perempuan hidup-hidup di kalangan masyarakat kelas bawah adalah karena
takut jatuh miskin, terutama di lingkungan masyarakat Bani Asad dan Tamim.
Perlakuan terhadap anak laki-laki adalah penuh kasih sayang, kecuali sebagian kecil
di lingkungan masyarakat miskin anak laki-laki juga di bunuh.

3) Kehidupan politik jazirah arab

Bangsa arab sebelum Islam, hidup bersuku – suku ( kabilah – kabilah dan
berdiri sendiri – sendiri), satu sama lain kadang – kadang saling bermusuhan.
Mereka tidak mengenal rasa ikatan nasional yang ada pada mereka hanyalah ikatan
kabilah. Dasar perhubungan dalam kabilah itu ialah pertalian darah. Rasa ashabiyah
( kesukuan ) amat kuat dan mendalam pada mereka, sehingga bilamana terjadi salah
seorang di antara. Mereka teraniaya maka seluruh anggota – anggota kabilah itu
akan bangkit membelanya. Semboyan mereka ’’tolong saudara baik dia
menganiaya atau teraniaya.’’

Pada hakikatnya kabilah – kabilah ini mempunyai pemuka – pemuka yang


memimpin kabilah masing – masing. Kabilah adalah sebuah pemerintahan kecil
yang asas eksistensi politiknya adalah di satuan fanatisme, adanya memfaat secara
timbal balik untuk menjaga daerah dan menghadang musuh dari luar kabilah.
Kedudukan pemimpin kabilah ditengah kaumnya, seperti halnya seorang raja.
Anggota kabilah harus mentaati pendapat atau keputusan pemimpin kabilah. Baik
itu seruan damai ataupun perang. Dia mempunyai kewenangan hukum dan otoritas
pendapat, seperti layaknya pemimpin diktator yang perkasa. Sehingga adakalanya

13
jika seorang pemimpin murka, sekian ribu mara pedang ikut bicara, tanpa perlu
bertanya apa yang membuat pemimpin kabilah itu murka.

4) Kehidupan ekonomi Jazirah Arab

Kehidupan ekonomi dijazirah Arab dapat diketahui dari perniagaan yang


dilakukan oleh orang-orang Quraisy. Ada beberapa faktor yang menolong orang
mekah dapat memegang peranan dalam pernigaan. Terutama orang-orang Yaman
yang telah berpindah ke Mekah, sedang mereka memiliki pengalaman dalam bidang
pernigaan. Dalam masa itu kota Mekah, dari hari kehari bertambah mashur,
keberadaan bangunan ka’bah dan jamaahh haji bedatangan setiap tahunnya.

Peduduk arab suka berniaga sebagai usaha dan sumber yang terpenting bagi
kehidupan mereka . pengaruh dari perdagangan bagi pengembangan dakwah adalah
tersebar luasnya agama-agama yang dibawa oleh para pedagang. Mereka
berdakwah sambil berdagang. Mereka berdakwah dengan persuasif dan memberi
tauladan yang baik dalam berdagang. Dengan sikap seperti itu, mereka banyak
menaruh simpatik dan akhirnya mengikuti ajakan masuk Islam.7

7
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam,, hlm 22-25

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologi kata Islam berasal dari bahasa Arab, terambil dari kosa
kata salima yang berarti selamat sentosa. Kemudian dibentuk menjadi aslama yang
berarti taat dan berserah diri. Sehingga terbentuk kata Islam (aslama-yuslimu-
islaman) yang berarti damai, aman, dan selamat. Islam juga bermakna patuh
sepenuh hati dengan kerendahan diri dan kerendahan hati. Islam dari segi istilah
adalah agama yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad yang isinya bukan
hanya mengatur hubungan manusia dengan tuhan, melainkan juga mengatur
hubungan manusia dengan manusia dan alam jagat raya.
Jazirah Arab sebelum kedatangan agama Islam merupakan sebuah kawasan
perlintasan perdagangan dalam Jalan Sutera yang menjadikan satu antara Indo
Eropa dengan kawasan Asia di timur. Kebanyakan orang Arab merupakan
penyembah berhala dan ada sebagian yang merupakan pengikut agama-agama
Kristen dan Yahudi. Mekkah adalah tempat yang suci bagi bangsa Arab ketika itu,
karena di sana terdapat berhala-berhala agama mereka, telaga Zamzam, dan yang
terpenting adalah Ka'bah. Masyarakat ini disebut pula Jahiliyah atau dalam artian
lain bodoh. Bodoh disini bukan dalam intelegensianya namun dalam pemikiran
moral. Warga Quraisy terkenal dengan masyarakat yang suka berpuisi
Bangsa Arab sebelum datangnya Islam, biasa disebut dengan Arab
Jahiliyah, bangsa yang belum meliki peradaban dan bodoh. Akan tetapi, bangsa
Arab bagian Utara terkenal dengan orang-orang yang memiliki kemampuan tinggi
dalam mengubah syair, dan syair-syair itu diikut sertakan dalam perlombaan dan
yang menang digantung di Ka’bah. Melalui tradisi sastra tersebut dapat diketahui
bahwa peristiwa-peristiwa besar dan penting secara faktual ikut memberikan
pengaruh pada perjalanan sejarah mereka.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata, Studi Islam Komprehensif , (Cendekia, Jakarta : 2008),

Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, (PT Logos Wacana Ilmu: 1997)

Badri Yatim, Historiografi Islam, (PT Logos Wacana Ilmu, Ciputat: 1997)

Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (PT Pustaka Rizki Putra, Semarang: 2009)

Kaelani, HD, Islam Agama Universal. (Midada Rahma, Jakarta: 2009)

Supiana, Metodologi Studi Islam,( Pelita Jaya, Jakarta: 2009)

16

Anda mungkin juga menyukai