I. PENDAHULUAN
Ada kebutuhan yang berkelanjutan akan obat-obatan baru
karena sangat efektif dalam pengobatan kanker, bakteri yang
kebal terhadap obat, infeksi jamur, virus baru dan infeksi
protozoa parasit. Secara historis, produk alami telah menjadi
dasar bagi sebagian besar obat baru, dan sifat bioaktif dari
berbagai macam flora tercermin dalam perannya yang terus
berlanjut dalam perawatan kesehatan tradisional di banyak
budaya. Keberhasilan penggunaan tanaman dalam pengobatan
tradisional dan penelitian produk alami modern berarti minat
baru dalam mengeksploitasi berbagai aspek bioaktivitas yang
mendasarinya [1].
Secara umum, bakteri endofit memiliki kepadatan
populasi yang lebih rendah daripada bakteri rizosfer atau
bakteri patogen. Ini
III. HASIL
A. Amplifikasi dan Elektroforesis
Hasilnya menunjukkan bahwa hanya lima spesies isolat
bakteri yang terdeteksi memiliki gen ketosintase dari hasil
amplifikasi dengan dua pasang primer oligonukleotida yang
mengalami degenerasi (Tabel 1). Produk amplifikasi gen
ketosintase ini divisualisasikan dengan menggunakan
elektroforesis. Dari hasil amplifikasi DNA dengan
menggunakan primer degenerate oligonukleotida (DKF-
DKR), didapatkan hasil bahwa hanya tiga isolat bakteri yang
terdeteksi memiliki gen ketosintase, yaitu sampel H dengan
ukuran DNA 400 bp, serta sampel M dan O yang memiliki
ukuran DNA 700 bp. Visualisasi hasil amplifikasi DNA
menggunakan primer degenerate heterocyst glycolipid (HGLF-
HGLR) menunjukkan bahwa hanya sampel A, K, dan O yang
berhasil diamplifikasi. Ukuran gen pada masing-masing
amplifikasi adalah 400 bp pada sampel A dan K serta 700 bp
pada sampel O (Gambar 1 & 2). Amplifikasi gen 16S rRNA
juga dilakukan pada 17 sampel DNA (genom total) bakteri
endofit akar V. zizanioides. Amplifikasi gen 16S rRNA
menggunakan primer 63F dan 1387R. Produk dari amplifikasi
gen 16S rRNA ini berukuran kurang lebih 1300 bp (Gambar
3).
B. Analisis Data Bioinformatika
Melalui analisis sekuen gen 16S rRNA dan program
BLAST GeneBank, terdapat beberapa spesies bakteri yang
terdeteksi memiliki gen ketosintase. Bakteri-bakteri tersebut
adalah Lysinibacillus sphaericus (Isolat A), Pantoea sp (Isolat
H), Bacillus sp (Isolat K), Acinetobacter sp (Isolat M), dan
Pseudomonas aeruginosa (Isolat O). Kedekatan kekerabatan
antara bakteri-bakteri tersebut dengan spesies bakteri lainnya
dianalisis melalui pohon filogenetik bakteri berdasarkan gen
16S rRNA (Gambar 4). Melalui kajian filogenetik berdasarkan
gen ketosintase, seperti yang terlihat pada cabang-cabang
pohon filogenetik, bakteri H (Pantoea sp), M (Acinetobacter
sp), dan O (Pseudomonas aeruginosa) termasuk dalam
kelompok Proteobacteria yang memiliki hubungan kekerabatan
yang dekat dengan kelompok bakteri yang memiliki gen
ketosintase tipe I, sedangkan bakteri A (Lysinibacillus
sphaericus) dan K (Bacillus sp) termasuk dalam kelompok
bakteri Firmicutes yang menghasilkan ketosintase tipe II
(Gambar 5 dan 6). 6).
IV. DISKUSI
Amplifikasi fragmen gen ketosintase (KS) diketahui
dapat digunakan untuk probe hibridisasi homolog yang secara
signifikan dapat memfasilitasi kloning biosintesis antibiotik.
Selain itu, analisis filogenetik bakteri berdasarkan fragmen KS
dapat menunjukkan evolusi spesies bakteri yang
mensintesisnya atau hanya evolusi molekuler ketosintesis gen
biosintesis antibiotik. Amplifikasi gen ketosintase
138604-5757- IJBAS-IJENS @ IJENS
Agustus
Jurnal Internasional Ilmu Pengetahuan Dasar & Terapan IJBAS-IJENS Vol:13 6
primer oligonukleotida No:04
yang mengalami degenerasi, DKF- spesies bakteri, sehingga filogenetik yang tidak sama
DKR dan glikolipid heterosista, HGLF-HGLR. Perbedaan menunjukkan evolusi yang berbeda dari poliketida aromatik
antara kedua pasangan primer tersebut adalah tujuan masing-masing bakteri. Jelas bahwa pemisahan kelompok
amplifikasi gen itu sendiri. Degenerate oligonukleotida DKF- bakteri menunjukkan evolusi setiap ketosintase
DKR digunakan untuk mendeteksi gen Polyketide Synthase
(PKS) tipe I khususnya domain Ketosynthase dari suatu
organisme, sehingga fungsi utamanya hanya untuk
mengetahui distribusi gen ketosintase tipe I dari suatu
organisme secara umum. Primer didesain dari alignment
klaster Ketosintase pada gen PKS yang sebelumnya telah
diketahui dari beberapa bakteri, diantaranya Cyanobacteria
dan Mycobacteria [7]. Sedangkan primer heterocyst
glycolipid (HGLF & HGLR) digunakan untuk mengetahui
tingkat keragaman jenis ketosintase dari suatu organisme,
sehingga hasil amplifikasi gen dengan menggunakan primer
ini dapat menunjukkan keragaman jenis ketosintase pada
setiap organisme yang dianalisis [8].
Hasil elektroforesis DNA menunjukkan bahwa H, M,
dan O berhasil diamplifikasi dengan menggunakan primer
oligonukleotida yang mengalami degenerasi. Ini berarti
bahwa di antara 17 akar
Pada bakteri endofit V. zizanioides, hanya tiga isolat bakteri
yang terdeteksi memiliki gen ketosintase tipe I, yaitu isolat
H, M, dan O. Ukuran gen tersebut adalah 400 bp pada isolat
H dan 700 bp pada isolat M dan O. Hasil ini berkorelasi
dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa gen
ketosintase memiliki ukuran sekitar 700 bp [7]. Perbedaan
ukuran gen dari ketiga amplikon tersebut bergantung pada
domain ketosintase atau jenis bakterinya. Sampel DNA yang
diamplifikasi dengan primer glikolipid heterokis berbeda
dengan primer sebelumnya (DKF dan DKR), kecuali O yang
berhasil diamplifikasi oleh kedua pasangan primer tersebut.
Hal ini dimungkinkan karena adanya perbedaan keragaman
daerah ketosintase atau perbedaan yang dimiliki oleh bakteri.
Pohon filogenetik menunjukkan bahwa ketiga bakteri
terdeteksi memiliki gen ketosintase dengan primer
degenerate oligonucleotide (DKF) yang termasuk ke dalam
kelompok bakteri yang telah diketahui secara jelas memiliki
gen ketosintase tipe I (Gambar 5). Hal ini diperkuat dengan
terpisahnya kelompok bakteri dengan gen lain (hidrolase)
sebagai out-group dengan kelompok bakteri yang memiliki
gen ketosintase. Pada pohon filogenetik tersebut dapat dilihat
bahwa bakteri Pantoea sp. (Isolat H) berkerabat dekat
dengan bakteri Streptomyces coelicolor yang sebelumnya
telah diketahui memiliki gen ketosintase tipe I. Dapat
disimpulkan bahwa bakteri Pantoea sp. isolat H memiliki gen
ketosintase yang mirip dengan Streptomyces coelicolor.
Sementara itu, dua bakteri lainnya, yaitu isolat M
(Acinetobacter sp) dan isolat O (Pseudomonas aeruginosa)
yang terpisah dari isolat H, membentuk cabang baru yang
memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat.
Proses amplifikasi menggunakan primer glikolipid
heterosista menghasilkan pohon filogenetik yang
menunjukkan bahwa bakteri isolat O (Pseudomonas
aeruginosa) termasuk ke dalam kelompok bakteri yang
memiliki gen ketosintase tipe I, sedangkan bakteri isolat K
(Bacillus sp) dan bakteri isolat A (Lysinibacillus sphaericus)
termasuk ke dalam kelompok bakteri yang memiliki gen
ketosintase tipe II (Gambar 6). Namun, pohon filogenetik
juga menunjukkan bahwa setiap bakteri telah diidentifikasi
secara terpisah dari kelompok bakteri lainnya. Berdasarkan
[12], fragmen ketosintase dapat mengindikasikan evolusi
700
40
25
100
Gbr. 2. Hasil PCR ketosintase. Gambar 3. Sampel DNA akar bakteri endofit yang diamplifikasi dengan glikolipid heterosistesis oligonukleotida yang
mengalami degenerasi (HGLF-HGLR)
M 50 bp = Penanda DNA 50 bp Gen Ruller (Fermentas)
1,5
1
0,5
Enterobacter sp.
99
34
Pantoea sp. (ISOLAT H)
31 Pantoea punctata strain GX12
Acinetobacter baumannii
Pseudomonas fluorescens
77
99 Pseudomonas pseudoalcaligenes
63
50 Pseudomonas aeruginosa (ISOLAT O)
Burkholderia cepacia SW7
Xanthomonas sp.
84
99 Xanthomonas oryzae AB680140
65 Xanthomonas campestris
88
Aquimarina sp. Aq141 HE818122
Streptomyces sp. BN-6
Nocardia sp. RM461 AB735425
99
72 Micromonospora sp. RM577 AB73
99 Salinispora arenicola
25 Lysinibacillus fusiformis
29 Lysinibacillus sp. Y103c
73 Bacillus cereus
54 Bacillus sp. (ISOLAT K)
Spirulina subsalsa ENCB-AC11
99 Oscillatoria sp. strain SUTPT Kelompok
luar
(Cyanobacteri
0.05
Gambar 4. Analisis filogenetik akar endofit Vetiveria zizanioides L. Sekuen yang diperoleh selama penelitian gen 16S rRNA ini ditunjukkan dengan simbol
berwarna merah. Sekuen lainnya diperoleh dari GenBank; Sekuen disejajarkan dengan menggunakan program MEGA v.5 dan Clustal
X
99 Nocardia testacea
98 Streptomyces sp. CNS-177 PL04
Nocardia fusca
61
97 Streptomyces sp. T12-208
99
Streptomyces sp. T8-44
99 Streptomyces sp. HVG22
99 Nocardia sp. CNS-044 PL04
98 Salinispora arenicola
84
Gordonia sp. CNJ-863 PL04
99 Mycobacterium sp. CNJ-859
Fischerella sp. CENA161
Micromonospora sp. CNJ-878 PL0
7482
34
Bacillus sp. WPhG3
99 Berenicea ampulliformis Tipe I
Nostoc sp. FSN E
99 Pseudovibrio sp. Pv118
ketosintase
93
Aspergillus ochraceus
32
97 Pseudoalteromonas sp. QD1-2
32
Microcystis aeruginosa NPCD-1
96 Serinicoccus marinus
Streptomyces sp. SPB78
Pantoea sp. (ISOLAT H)
28
76 Streptomyces coelicolor A3 2
99 Humicola fuscoatra
Talaromyces flavus
99 Acinetobacter sp. (ISOLAT M)
99 Pseudomonas aeruginosa (ISOLAT O)
Micromonospora sp. 1G62
96 Salinispora arenicola CNS-205
Rhodococcus opacus PD630
96 Bacillus cereus G9842 Kelompok luar (Hidrolase)
99
Listeria monocytogenes J0161
97 Staphylococcus aureus
99
Enterococcus faecalis T8
84 Clostridium sp. M62/1
0.2
Gbr. 5. Analisis filogenetik domain ketosintase tipe I. Sekuen yang diperoleh selama penelitian ini dengan menggunakan primer degenerasi diberikan dalam simbol
merah. Sekuen lainnya diperoleh dari GenBank; Sekuen disejajarkan menggunakan program MEGA v.5 dan Clustal X.
82 Aspergillus ochraceus
0.2
Gbr. 6. Analisis filogenetik daerah ketosintesis biosintesis glikolipid heterosistesis sehubungan dengan beragam domain ketosintesis, termasuk tipe I dan tipe II.
Sekuens yang diperoleh selama penelitian ini dengan menggunakan primer degenerasi diberikan dalam simbol merah. Sekuen lainnya diperoleh dari GenBank;
Sekuen disejajarkan menggunakan program MEGA v.5 dan Clustal X.