Anda di halaman 1dari 4

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Perilaku hidup bersih dan sehat adalah semua perilaku

kesehatan yang dilakukan atas kesadaran, sehingga keluarga beserta semua yang ada di
dalamnya dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan di masyarakat. Selain itu PHBS juga berarti upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku guna membantu masyarakat mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktikkan
PHBS melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Sosial Suport) dan pemberdayaan
masyarakat (Empowerment) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004) Sasaran PHBS
a. Rumah Tangga Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara
keseluruhan dan terbagi dalam:

1) Sasaran Primer Adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan dirubah perilakunya
atau anggota keluarga yang bermasalah (individu dalam keluarga yang bermasalah).

2) Sasaran Sekunder Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dala keluarga yang
bermasalah misalnya, kepala keluarga, ibu, orang tua, tokoh keluarga, kader, tokoh agama, tokoh
masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait

Sasaran Tersier Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam
menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan
PHBS misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala puskesmas, guru, tokoh masyarakat, dll. b.
Tatanan Institusi Pendidikan Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan adalah seluruh
anggota institusi pendidikan dan terbagi dalam: 1) Sasaran Primer Adalah sasaran utama dalam
institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah
(individu atau kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah). 2) Sasaran Sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang bermasalah
misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat,
petugas kesehatan dan lintas sektor terkait. 3) Sasaran Tersier Adalah sasaran yang diharapkan
unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk
tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan misalnya, kepala desa, lurah, camat,
kepala puskesmas, guru, tokoh masyarakat, dan orang tua murid. c. Tempat-Tempat umum
Terdapat beberapa ruang lingkup PHBS di tempat-tempat umum, salah satunya adalah di pondok
pesantren. Adapun sasaran PHBS di pondok pesantren adalah seluruh anggota yang ada di
pondok pesantren tersebut dan terbagi dalam: 1) Sasaran Primer Adalah sasaran utama dalam
pondok pesantren yang akan dirubah perilakunya atau santri dan ustadz yang bermasalah.

2) Sasaran Sekunder Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam pondok
pesantren yang bermasalah misalnya, pengelola atau pengurus pondok pesantren, pembina atau
pengajar di pondok pesantren. 3) Sasaran Tersier Adalah sasaran yang diharapkan unsur
pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk
tercapainya pelaksanaan PHBS di pondok pesantren misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala
puskesmas, guru, tokoh masyarakat, dan orang tua murid Penerapan PHBS PHBS dapat
diterapkan di banyak bidang, yakni seperti contohnya : a. Di bidang Gizi dan Farmasi, beberapa
perilaku hidup bersih dan sehat diantaranya: 1) Makan dengan gizi seimbang 2) Memberi bayi
ASI eksklusif 3) Mengkonsumsi garam beryodium b. Di Bidang KIA dan KB, beberapa perilaku
hidup bersih dan sehat yakni: 1) Memeriksakan kehamilan secara rutin 2) Persalinan ditolong
oleh tenaga kesehatan 3) Mengimunisasi Balita dengan lengkap c. Di Bidang Kesehatan
Lingkungan, diantaranya: 1) Rumah memiliki ventilasi 2) Menggunakan air bersih 3) Memiliki
jamban yang telah memenuhi syarat kesehatan d. Di Bidang Pemeliharaan Kesehatan, beberapa
contohnya adalah: 1) Punya jaminan pemeliharaan kesehatan 2) Aktif sebagai Kader 3)
Memanfaatkan Puskesmas/Sarana Kesehatan lain
Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan santri dan
santriwati tentang cuci tangan pakai sabun di pesantren Al Muntaz patuk gunung kidul adalah
62% siswa berpengetahuan baik dan 38% siswa yang berpengetahuan kurang.

Menurut Notoadmodjo (2012) pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia, yang sekedar
menjawab pertanyaan “what” misalnya apa air, apa manusia, apa manusia, apa alam, dan
sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab apa sesuatu ini. Dalam pengetahuan objek yang
disadari memang harus ada sebagaimana adanya.

Cuci tangan pakai sabun adalah cara yang sederhana, mudah, murah dan bermanfaat dalam
mencegah berbagai penyakit penyebab kematian seperti diare dan Infeksi Saluran Pernapasan
Atas (ISPA), yang sering menyebabkan kematian anak-anak juga hepatitis, thypus, dan flu
burung.

Perilaku cuci tangan yang benar adalah bila kita mencuci tangan dengan sabun sebelum
menyiapkan makanan ketika tangan kotor (setelah memegang uang, binatang, berkebun, setelah
buang air besar, setelah menceboki bayi ataupun anak0. Setelah menggunakan pestisida atau
insektisida dan sebelum menyusui bayi.(Kementrian Kesehatan RI 2014).

Mencuci tangan menurut WHO ataupun DEPKES pada dasarnya sama karena cara cuci
tangan menurut DEPKES adalah pengembangan dari langkah-langkah mencuci tangan dari
WHO. Menurut DEPKES 2007, mencuci tangan adalah proses pelepasan debris dan kotoran dari
permukaan kulit tangan menggunakan sabun serta air mengalir. Tujuan mencuci tangan tersebut
adalah untuk mencegah penularan infeksi.

Ada hal-hal yang perlu diperhatikan selain tahu cara mencuci tangan yang benar, yaitu air bersih,
sabun dan air yang mengalir. Berikut penjelasannya:

 Air bersih—air bersih yang dimaksud adalah jernih, tidak berbau dan tidak berwarna.
 Sabun—sabun akan membantu proses pelepasan kotoran serta kuman yang
bersemayam di permukaan kulit. Sabun anti kuman akan memaksimalkan pelepasan
kotoran dan kuman sehingga dapat mengurangi resiko infeksi.
 Air mengalir—cuci tangan di air mengalir akan membawa kotoran dan kuman yang
luruh terbawa air. Jadi sebaiknya, cucilah tangan di wastafel.

Mencuci tangan dengan baik dan benar adalah hal penting yang harus kita perhatikan. Cuci
tangan adalah cara paling sederhana yang bisa kita lakukan untuk terhindar dari penyakit serta
infeksi. Biasakan diri untuk selalu mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air kecil
maupun besar agar kuman-kuman penyakit yang menempel di tangan tidak ikut masuk dalam
tubuh.

Untuk catatan. Bila tidak ada wastafel maupun kran air, kita bisa menggunakan air yang disiram
dengan gayung. Idealnya cara cuci tangan yang benar harus disertai penggunaan sabun. Nah,
selanjutnya membahas langkah-langkah mencuci tangan menurut DEPKES:

 Basuhi tangan dengan air yang mengalir,


 Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan,
 Gosoklah punggung tangan dan sela-sela jari secara bergantian,
 Gosoklah kedua telapak tangan serta sela-sela jari,
 Katupkan kedua jari-jari tangan kanan dan kiri,
 Gosok ibu jari kiri memutar di dalam genggaman tangan kanan, lakukan sebaliknya,
 Gosokkan ujung jari-jari di telapak tangan dengan gerakan memutar secara
bergantian,
 Gosoklah pergelangan tangan dengan bergantian,
 Bilas kedua tangan dengan air mengalir,
 keringkan dengan lap tangan atau tissue kering.

Anda mungkin juga menyukai