Tugas Mid Isnani Malik
Tugas Mid Isnani Malik
TUGAS UTS
Mata kuliah : Pemasaran Internsional
Dosen Pengampu: Dr. Feliks Anggia Binsar Kristian Panjaitan, SE., M.Si
Oleh:
ISNANI MALIK
B1B120131
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas mid tentang " seberapa
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kepada bapak dosen yang selalu
senantiasa memberi materi dan wawasan baru bagi kami, serta makasih yang tak
terhingga kepada Teman-teman kelas saya yang selalu support untuk semangat
mengerjakan tugas .Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena
itu, saya dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
Saya berharap semoga Tugas yang saya susun secara semaksimal mungkin ini
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... iii
BAB I ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 3
1.4 Manfaat .................................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
2.1 Ragam bentuk ekolabel yang di terapkan ..................................................... 4
2.2 Permasalahan yang dihadapi.................................................................... 8
2.3 Dampak ecolabel………………………………………………………….10
2.3.1 Isu pemasaran global ............................................................................ 13
2.3.2Isu pemanasan global ........................................................................... 15
2.3.3 Dampak positif ecolabel……………………………………………….17
BAB III ................................................................................................................ 20
PENUTUP ........................................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 20
3.2 Saran ...................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 21
DAFTAR GAMBAR
Perlu di ketahui ekolabel merupakan label, tanda atau sertifikat pada suatu
produk yang memberikan keterangan kepada konsumen bahwa produk tersebut
dalam daur hidupnya menimbulkan dampak lingkungan negatif yang relatif lebih
kecil dibandingkan dengan produk lain sejenis dengan tanpa bertanda ekolabel.
Daur hidup produk mencakup perolehan bahan baku, proses pemuatan,
pendistribusian, pemanfaatan, pembuangan serta pendaurulangan. Informasi
ekolabel ini digunakan oleh pembeli atau calon pembeli dalam memilih produk
yang diinginkan berdasarkan pertimbangan aspek lingkungan dan aspek lainnya.
Di lain pihak, penyedia produk mengharapkan penerapan label lingkungan dapat
mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian produk
Gambar 1.1. Komoditi ekspor furnitur Indonesia yang digunakan sejak Januari
2013 sampai April 2013 (Sumber: Asmindo, 2013)
Sebagai daerah yang mempunyai pengolahan kayu hasil hutan yang cukup
besar, Industri furnitur di Jepara juga terkena dampak dari penerapan ekolabel
tersebut. Konsumsi kayu yang cukup besar di Jepara sekitar 1,5 -2,2 juta m
(Departemen Kehutanan Republik Indonesia, 2004) baik itu dari hutan negara
maupun rakyat menuntut adanya adanya suatu sistem terpadu yang dapat
mencakup pada kelestarian hutan dan juga keberlangsungan industri furnitur itu
sendiri. Jumlah konsumsi kayu tersebut ternyata masih melebihi kapasitas
produksi kayu yang ada di pulau Jawa yang hanya sebesar 923.632 m . Untuk
memenuhi konsumsi kayu tersebut, maka memunculkan sebuah hipotesa baru
mengenai bagaimana caranya mendapatkan pasokan kayu tersebut yang bisa saja
didapatkan dari laur pulau Jawa atau bisa juga dilakukan melalui cara yang tidak
sah (Roda, et. al, 2007). Karena itu penerapan sertifikasi keabasahan kayu perlu
dilakukan untuk menjaga kelestarian hutan dan keberlanjutan industri furnitur itu
sendiri.
Seperti dua sisi mata uang, ekolabel mempunyai beberapa manfaat dan juga
kendala. Manfaat yang bisa diperoleh oleh perusahaan misalnya produk yang
dihasilkan mempunyai nilai jual dan daya saing yang lebih tinggi. Di samping itu,
perusahaan yang telah memiliki ekolabel akan dapat mengikuti berbagai pameran
yang diadakan oleh negara yang membutuhkan produk furnitur dari Indonesia.
Namun di sisi lain, tingginya biaya sertifikasi ekolabel menjadi kendala utama
khususnya bagi perusahaan kecil sehingga sulit untuk berkembang khususnya di
Jepara yang sebagian besar industrinya adalah UKM (Roda et.al, 2007). Ambar
Tjahjono, ketua umum Asmindo (Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan
Indonesia) mengatakan untuk pengurusan SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas
Kayu) yang diwajibakan pemerintah paling tidak membutuhkan biaya sekitar 40
juta dan belum ditambah lagi dengan 15-40 juta dan ditambah lagi biaya untuk
kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang menelan biaya sekitar Rp. 15
juta – Rp. 40 juta. Biaya sebesar Rp. 45 juta akan meemberatkan bagi industri
sekalas UKM (Usaha Kecil Menengah) (Khaddaf, 2013). Disamping itu, setiap
negara mempunyai standar yang berbeda dalam penerapan ekolabel karena itu
belum tentu suatu produk sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh suatu
negara akan bisa diterima oleh negara lain karena standar yang berbeda (Iskandar,
1997).
1.2.Rumusan masalah
1.3.Tujuan penelitian
PEMBAHASAN
Emerupakan label, tanda atau sertifikasi pada suatu produk yang memberikan
keterangan kepada konsumen bahwa produk tersebut dalam daur hidupnya
menimbulkan dampak lingkungan negatif yang relatif lebih kecil dibandingkan
dengan produk lainnya yang sejenis dengan tanpa bertanda ekolabel.
Ancaman dan tekanan pasar internasional pada industri furnitur telah dialami
sejak adanya boikot terhadap kayu tropis dan tuntutan ekolabel dari pembeli besar
(big buyers) di negara-negara importir; disamping munculnya pesaing baru yang
potensial, seperti: china, Malaysia, Vietnam, dan sebagainya, serta maraknya
penyelundupan bahan baku kayu. Boikot terhadap kayu tropis dan ekolabel adalah
karena kondisi hutan tropis yang sangat rusak, akibat penebangan dan perdagangan
kayu illegal dan kerusakan hutan Indonesia yang dianggap paling parah di dunia.
Kelangkaan pasokan bahan baku kayu legal bagi perusahaan yang menerapkan
ekolabel dapat mengganggu keberlanjutan produksinya. Faktor hambatan lainnya
adalah bahwa kayu bersertifikat lebih mahal. Harga kayu semakin mahal sehingga
berpengaruh pada daya saing industri mebel. Pada awal bulan Januari 2005 dan
2006, Perum Perhutani kembali menaikkan harga kayu jati dan rimba dengan
kenaikan yang sangat signifikan, yaitu di atas 10%
bahkan ada yang mencapai di atas 25%. Isu-isu tentang ekolabeling dan
tuntutan akan adanya sertifikasi bahan baku. Harga kayu Perhutani yang terus
meningkat menyebabkan industri kecil menengah (UKM) cenderung membeli
bahan baku yang tersedia dan murah tanpa sertifikat legal (Purnomo et al., 2010).
Sertifikasi ekolabel dianggap cukup mahal bagi industri kecil, memakan waktu
lama dan rumit. Pemahaman ekolabeling pada produsen juga tidak mudah bahkan
banyak yang tidak memahami apa itu ekolabel. Pemilihan skema ekolabel dapat
membingungkan bagi industri, ada VLO, CoC-FSC, CW yang bersifat sukarela
danSVLK yang bersifat mandatori dari pemerintah. Kelangkaan perusahaan jasa
konsultasi dapat menambah hambatan (Senada, 2008).
Disamping itu permintaan pasar (demand) atas ekolabel belum banyak, tidak
semua pembeli mensyaratkan ekolabel. Penelitian internal dari Dephut
menunjukkan bahwa konsumsi kayu di Indonesia jauh melebihi produksi kayu
resmi. Kelangkaan bahan baku kayu terjadi tidak sepenuhnya, dalam arti bahan
baku kayu legal menjadi terbatas tetapi kayu illegal banyak beredar dipasaran.
Industri perkayuan dinyatakan ikut bertanggung jawab atas rusaknya hutan di
Indonesia
2.3 Dampak Ekolabel pada produk industry global furniture di jepara
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
produk.
4. BSN melalui panitia teknis terkait perlu terus melakukan perumusan SNI
kriteria ekolabel. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadopsi dari standar-