Anda di halaman 1dari 4

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PROSEDUR DIAGNOSIS KUSTA

Nomor SOP-TBPARU/PKM.KRJ/2022
No. Revisi
Tanggal Terbit

Ditetapkan
Kepala UPTD Puskesmas Kronjo

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

DINAS KESEHATAN

UPTD PUSKESMAS KRONJO

Jalan Raya Kronjo-Balaraja KM.01, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang


PROSEDUR DIAGNOSIS
KUSTA
No. Dokumen :
No. Revisi :
S Tanggal Terbit :
O Halaman : 1/2
P
UPTD dr. Udin Suprayogi
PUSKESMAS
NIP 19771229200801 1013
KRONJO
1. Pengertian Adalah penilaian klinis atau pernyataan ringkas tentang
status kesehatan individu
yang didapatkan melalui proses pengumpulan data yang
sistematis.
2. Tujuan Mengetahui secara jelas nama penyakit yang diderita oleh
individu.
Menentukan terapi dan tindakan yang sesuai
3. Kebijakan SK No : 440 / ......... / 431.201.7.1.15 / 2022 tentang
Penanggung Jawab
Pelayanan dan Program UPTD Puskesmas Kronjo

4. Referensi 1. -

5. Prosedur 1. Petugas mempersiapkan alat tulis, kartu penderita, dan


register kohort kusta.
2. Petugas mengamati hasil pemeriksaan yang dilakukan
pada pasien kusta yang telah dicatat pada kartu
penderita.
3. Petugas mengamati tanda-tanda tersangka kusta pada
pasien kusta, yaitu :
A. Tanda-tanda pada kulit
- Bercak kulit yang merah atau putih dan atau
plakat pada kulit, terutama di wajah dan telinga.
- Bercak kurang / mati rasa.
- Bercak yang tidak gatal
- Kulit mengkilap atau kering bersisik
- Adanya kelainan kulit yang tidak berkeringat
dan atau tidak berambut
- Kulit melepuh dan tidak nyeri
B. Tanda-tanda pada syaraf
- Nyeri tekan dan atau spontan pada syaraf
- Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada
anggota gerak
- Kelemahan anggota gerak dan atau wajah
- Adanya cacat ( deformitas )
- Luka ( ulkus ) yang sulit sembuh
C. Lahir dan tinggal di daerah endemik kusta dan
mempunyai kelainan kulit yang tidak sembuh dengan
pengobatan rutin, terutama bila terdapat keterlibatan
syaraf tepi.

4. Petugas membandingkan tanda-tanda kusta tersebut


dengan penyakit kulit lainnya, seperti panu, kurap,
kudis, psoriasis, vitiligo, dan lain-lain )
5. Petugas menanyakan kepada petugas laboratorium,
apakah pengambilan kerokan jaringan kulit untuk
pasien kusta tersedia di laboratorium.
A. Bila tersedia
- Petugas mengantarkan pasien kusta ke
laboratorium untuk pengambilan kerokan
jaringan.
B. Bila tidak tersedia
- Petugas hanya mengamati tanda-tanda kelainan
pada kulit, pada syaraf, dan menanyakan tempat
tinggal pasien apakah tinggal di daerah endemik
kusta.
6. Petugas menetapkan diagnosis penyakit kusta pada
pasien dengan memperhatikan tanda-tanda utama atau
cardinal sighn, yaitu :
a. Kelainan ( lesi ) kulit yang mati rasa.
Kelainan kulit / lesi dapat berbentuk bercak
putih ( hipopigmen- tasi ) atau kemerahan (
eritema ) yang mati rasa
b. Penebalan syaraf tepi yang disertai dengan gangguan
fungsi syaraf. Gangguan syaraf tepi ini merupakan
akibat dari peradangan syaraf tepi ( neuritis perifer )
kronis. Gangguan fungsi syaraf ini bisa berupa :
- Gangguan fungsi syaraf sensoris, seperti mati rasa.
- Gangguan fungsi motoris, seperti kelemahan (
paresis ) atau kelumpuhan ( paralisis ) otot.
- Gangguan fungsi otonom, seperti kulit kering dan
retak-retak.
c. Adanya hasil BTA di dalam kerokan jaringan kulit,
bila di laboratorium Puskesmas tersedia.
7. Jika penetapan diagnosis kusta masih ragu, petugas
menyarankan pasien untuk kembali lagi setelah 3 – 6
bulan untuk diperiksa kembali adanya tanda utama
atau pasien harus dirujuk.
Petugas mencatat diagnosa kusta yang telah
ditetapkan di dalam kartu penderita dan register
kohort kusta.

6. Unit Terkait

7. Distribusi

Historis Riwayat Perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai


diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai