No. Revisi : 00
Halaman : 1/3
1
kulit yang tidak sembuh dengan pengobatan rutin, terutama bila
terdapat keterlibatan syaraf tepi.
4. Petugas membandingkan tanda-tanda kusta tersebut dengan
penyakit kulit lainnya, seperti panu, kurap, kudis, psoriasis, vitiligo,
dan lain-lain )
5. Petugas menanyakan kepada petugas laboratorium, apakah
pengambilan kerokan jaringan kulit untuk pasien kusta tersedia di
laboratorium.
Bila tersedia
- Petugas mengantarkan pasien kusta ke laboratorium untuk
pengambilan kerokan jaringan.
Bila tidak tersedia
- Petugas hanya mengamati tanda-tanda kelainan pada kulit, pada
syaraf, dan menanyakan tempat tinggal pasien apakah tinggal di
daerah endemik kusta.
6. Petugas menetapkan diagnosis penyakit kusta pada pasien dengan
memperhatikan tanda-tanda utama atau cardinal sighn, yaitu :
- Kelainan ( lesi ) kulit yang mati rasa. Kelainan kulit / lesi dapat
berbentuk bercak putih ( hipopigmentasi ) atau kemerahan
( eritema ) yang mati rasa
- Penebalan syaraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi
syaraf. Gangguan syaraf tepi ini merupakan akibat dari
peradangan syaraf tepi ( neuritis perifer ) kronis. Gangguan
fungsi syaraf ini bisa berupa :
- Gangguan fungsi syaraf sensoris, seperti mati rasa.
- Gangguan fungsi motoris, seperti kelemahan ( paresis ) atau
kelumpuhan ( paralisis ) otot.
- Gangguan fungsi otonom, seperti kulit kering dan retak-
retak.
- Adanya hasil BTA di dalam kerokan jaringan kulit, bila di
laboratorium Puskesmas tersedia.
7. Jika penetapan diagnosis kusta masih ragu, petugas menyarankan
pasien untuk kembali lagi setelah 3 – 6 bulan untuk diperiksa kembali
adanya tanda utama atau pasien harus dirujuk.
8. Petugas mencatat diagnosa kusta yang telah ditetapkan di dalam
kartu penderita dan register kohort kusta.
6. Bagan Alir
2
7. Hal-hal yang Bandingkan tanda-tanda kusta tersebut dengan penyakit kulit lainnya,
perlu seperti panu, kurap, kudis, psoriasis, vitiligo, dan lain-lain
diperhatikan
10.Rekaman Tanggal
historis No Yang diubah Isi perubahan mulai
perubahan diberlakukan