Anda di halaman 1dari 3

NAMA : LIA LUTFIATI

NIM : 857693498

TUGAS 3 PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

1. Berikut perbedaan cara pandang yang mendasari masing-masing teori etika:


a. Antroposentrisme
Antroposentrisme adalah pandangan atau keyakinan bahwa manusia lebih unggul dari
semua organisme lain. Fokus dalam pandangan ini terutama pada manusia, dan hewan
dan alam hanyalah latar belakang. Dalam antroposentrisme, perspektif manusia adalah
yang paling penting dan isu-isu lain mengambil tempat kedua. Kita dapat
menggambarkan sebagian besar cabang studi, seperti filsafat dan psikologi, sebagai
antroposentris.
Ada berbagai jenis dan derajat antroposentrisme. Terkadang, antroposentrisme
dianggap berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan. Konsep ini sering muncul di
bidang etika lingkungan, tetapi sebagian besar ahli berpendapat bahwa kepicikan yang
mempromosikan kerusakan lingkungan, bukan antroposentrisme, karena lingkungan
diperlukan untuk keberadaan manusia. Beberapa juga berpendapat bahwa
antroposentrisme adalah elemen dasar dari sifat manusia karena manusia selalu
menggunakan sumber daya alam, termasuk tumbuhan dan hewan, untuk keuntungan
mereka sendiri.
b. Biosentrisme
Tidak seperti antroposentrisme, biosentrisme lebih mementingkan komponen
lingkungan hidup, termasuk individu yang hidup. Ini berfokus pada dunia alami. Menurut
perspektif ini, semua makhluk hidup di dunia sama pentingnya. Menurut perspektif ini,
kehidupan hewan sama pentingnya dengan kehidupan manusia. Selain itu, ketika
mempertimbangkan masalah seperti perubahan iklim, individu biosentris akan fokus
pada bagaimana perubahan iklim memengaruhi makhluk hidup dengan menganalisis
migrasi spesies atau perubahan kebiasaan satwa liar.
Selain itu, biosentrisme tidak menganggap unsur kimia atau geologi lingkungan sebagai
hal yang penting sebagai makhluk hidup. Selain itu, para ahli biosentris sering cenderung
menekankan pentingnya organisme individu.
c. Ekosentrisme
Ekosentrisme adalah pandangan yang menempatkan pentingnya ekosistem secara
keseluruhan. Ini menganggap komponen hidup dan komponen tak hidup sama
pentingnya, terutama ketika membuat keputusan mengenai lingkungan. Tidak seperti
antroposentrisme, ia menempatkan sedikit kepentingan pada manusia. Ekosentrisme
hanya peduli dengan manusia ketika mempertimbangkan bagaimana manusia
mempengaruhi ekosistem secara keseluruhan. Jika kita mengambil contoh perubahan
iklim di atas lagi, ekosentris juga dapat mempertimbangkan perubahan faktor abiotik
seperti perubahan permukaan laut, keasaman laut, dan pola cuaca.
Ekosentrisme memiliki pendekatan yang lebih holistik daripada biosentrisme karena
memberikan nilai bagi spesies, ekosistem, atau lingkungan secara keseluruhan. Berbeda
dengan biosentrisme, ekosentrisme juga menggunakan faktor abiotik atau komponen
ekologi di alam untuk menunjukkan pentingnya elemen lingkungan yang tidak hidup.
Oleh karena itu, juga melibatkan komponen kimia dan geologi alam.
 Perbedaan Antroposentrisme Biosentrisme dan Ekosentrisme
a. Antroposentrisme adalah pandangan atau keyakinan bahwa manusia lebih unggul dari
semua organisme lain, dan biosentrisme lebih mementingkan komponen kehidupan dari
lingkungan, sedangkan ekosentrisme adalah perspektif yang mementingkan ekosistem
secara keseluruhan.
b. Antroposentrisme berpusat pada manusia, sedangkan biosentrisme berpusat pada
semua makhluk hidup, sedangkan ekosentrisme berpusat pada ekosistem secara
keseluruhan.
c. Sementara antroposentrisme menganggap manusia sebagai yang paling penting,
biosentrisme menganggap faktor biotik penting, dan ekosentrisme menganggap faktor
biotik dan abiotik sama pentingnya.

Perbedaan utama antara biosentrisme antroposentrisme dan ekosentrisme adalah fokusnya;


antroposentrisme menganggap manusia sebagai elemen sentral dari keberadaan, sedangkan
biosentrisme menganggap semua komponen hidup dari lingkungan sebagai pusat dan
ekosentrisme berfokus pada ekosistem secara keseluruhan.

2. Langkah yang digunakan untuk menujang pengelolaan hutan sesuai dengan prinsip
pembangunan berkelanjutan yaitu dengan mempertahankan keanekaragaman hayati yang
ada dalam kegiatan produktivitas, kapasitas regenerasi, vitalitas dan potensi hutan untuk
pemenuhan kebutuhan sekarang dan masa depan dengan mempertimbangkan fungsi
ekonomi, ekologi yang relevan baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional tanpa
merusak ekosistem.
Selain itu dapat ditunjang dengan manajemen hutan seperti :
a. pembuatan perencanaan kehutanan yang meliputi penetapan proses, tujuan, penentuan
kegiatan, dan perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan lestari,
b. pengelolaan hutan dijadikan suatu kegiatan memanfaatkan potensi hutan sebagaimana
mestinya dengan tetap mempertahankan aspek ekologi dan lingkungan,
c. melakukan pengawasan untuk menilai seberapa besar keberhasilan, kendala, kegagalan,
dan tantangan selama kegiatan berlangsung.

3. Pengurangan emisi zat pencemar ke lingkungan, terutama zat karbon adalah dengan cara
mengurangi penggunaan energi listrik. Selain itu bisa dilakukan dengan cara memproduksi
dan membeli produk pangan dari petani sendiri sehingga dapat mengurangi energi yang
keluar.
Emisi zat pencemar karbon adalah emisi berwujud gas yang didapatkan dari hasil
pembakaran senyawa organik secara tidak sempurna. Contoh dari emisi karbon adalah
pembakaran sampah, bensin, solar, kayu, daun, dan bahan bakar lainnya yang mengandung
hidrokarbon. Emisi karbon ini jika dibiarkan terus menerus akan menimbulkan dampak yang
negatif bagi lingkungan.
Emisi karbon berdampak besar terhadap perubahan iklim yang tak menentu sehingga dapat
mengakibatkan banjir, kelaparan, bahkan ketidakstabilan ekonomi. Selain itu menimbulkan
pemanasan global
Upaya pengurangan emisi zat pencemar ke lingkungan terutama zat karbon adalah dengan
cara mengurangi penggunaan energi listrik. Selain itu bisa dilakukan dengan cara
memproduksi dan membeli produk pangan dari petani sendiri sehingga dapat mengurangi
energi yang keluar.

4. Berikut kondisi kebersihan lingkungan sekolah saya mengajar, tentang cara siswa dalam hal
pengelolaan sampah, kebersihan tempat toilet sekolah, kebersihan lokasi siswa di ruang
belajar, dan pengaturan taman sekolah.
1. Pembiasaan Pihak sekolah bisa membuat rambu-rambu untuk tidak membuang sampah
sembarangan dengan media gambar, sehingga mudah dipahami maksudnya oleh anak-
anak. Selain itu tentu saja melalui persuasi atau nasihat langsusng yang sifatnya lisan.
Sekolah juga harus menyediakan tempat sampah dengan jumlah yang memadai atau
sesuasai kebutuhan, serta telah dipisah antara tempat sampah organik atau basah dan
tempat sampah non organik atau kering.
2. Saling mengingatkan Jadi ada semacam swakontrol, saling mengawasi dan
mengingatkan di antara sesama teman. Hal ini bagus, secara tidak langsung anak-anak
digiring pada satu pemahaman bahwa kebersihan sekolah adalah tanggung jawab
bersama, dan oleh karena mereka harus saling mewujudkan dan menjaganya.
3. Memberi contoh Para ibu dan bapak guru harus bisa memberi contoh untuk peduli pada
kebersihan lingkungan sekolah, misal dengan kesediaan untuk memungut sampah yang
tercecer. Lakukan itu sambil memberikan arahan kepada anak-anak untuk melakukan
hal yang sama. Karena mereka langsung diberikan contoh, tentu mereka akan lebih
mudah untuk mengikutinya.
4. Kegiatan bersama Ajak anak-anak untuk bersama-sama membersihkan ruangan kelas.
Anak-anak dapat dibagi menjadi beberapa kelo mpok, dan tiap kelompok bertanggung
jawab membersihkan bagian tertentu dari isi kelas. Cara ini akan meningkatkan rasa
memiliki mereka pada kelas, harapannya tanpa diminta lagi, mereka akan menjaga kelas
agar tetap bersih dan nyaman.
5. Kebersihan toilet. Toilet biasanya menjadi ukuran bersih tidaknya suatu lingkungan
sekolah. Kalau toiletnya bersih, biasanya bagian lain dari sekolah juga akan bersih, asri
dan tertata dengan baik. Sebaliknya, jika kondisi toiletnya jorok, biasanya bagian lainnya
juga jorok. Ingatkan selalu anak-anak untuk menjaga kebersihan peturasan dengan
menyiramnya setelah memakainya. Jika ada sampah yang tercecer di lantai segera
dipungut dan dibuang di tempat sampah, serta tidak membuang sampah sembarangan
ke lubang toilet dan saluran pembuangan, karena sampah bisa menyumbat. Anjuran
tersebut tentu saja harus diikuti pula oleh guru atau petugas kebersihan dengan
menyediakan tempat sampah di peturasan serta sarana untuk memberikan dan
mewangikannya.
6. Setiap pagi anak-anak menyiram bunga di tanam di ajak merawat dan di beri edukasi
bahwa sekolah yang bersih, rapi, dan indah akan membuat semangat belajar bertambah.

Anda mungkin juga menyukai