Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Romdoni

NIM : 18622120

LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH

Bank syariah merupakan bagian dari Lembaga keuangan syariah. Lembaga keuangan
syariah merupakan Lembaga keuangan yang bertugas dalam rangka mengeluarkan berbagai
produk keuangan syariah serta juga telah mendapatkan izin untuk bisa beroperasi sesuai dengan
ketentuan Lembaga keuangan syariah.
Fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional MUI pada dasarnya mengacu pada
berbagai prinsip muamalah yang telah mendapatkan persetujuan dari berbagai mayoritas para
ulama. Beberapa prinsip dalam muamalah, atau kegiatas bisnis yang dilakukan antar manusia
dengan manusia adalah :
1. Segala bentuk mualamalah pada dasarnya diizinkan untuk dilakukan, kecuali yang telah
ditentukan lain berdasarkan hukum Islam. Yaitu berdasarkan Al Qur’an dan petunjuk
Sunnah Nabi.
2. Konsep bisnis yang dijalankan ada;ah atas dasar kerelaan dari pihak-pihak yang
menjalankan bisnis, tanpa adanya paksaan dari satu pihak ke pihak lain.
3. Konsep muamalah bisnis yang dijalankan dilakukan atas dasar adanya pertimbangan
manfaat dan juga menghindarkan adanya kerusakan dalam Masyarakat.
4. Konsep bisnis yang dijalankan dilaksanakan dengan memelihara nilai-nilai keadilan serta
terhindar dari unsur penganiayaan dan juga unsur untuk bisa mendapatkan keuntungan di
dalam kesempitan.
Beberapa transaksi yang sudah dipastikan dilarang karena tidak sesuai dengan ajaran Islam
adalah transaksi yang mengandung :
1. Atau ketidaktahuan dari satu pihak
2. Juga transaksi yang mengandung ketidaktahuan dari satu pihak
3. Atau transaksi yang mengandung adanya rekayasa dari satu pihak
4. Ba’I najasyi. Atau transaksi yang mengandung adanya rekayasa pasar dalam
permintaan
5. Maisyir atau transaksi yang mengandung judi dan
6. Transaksi yang mengandung riba
Akad yang ada dalam Lembaga keuangan syariah termasuk bank syariah pada dasarnya
merupakan akad yang berisi dari berbagai transaksi yang dikategorikan bersih atau terhindar
dari berbagai hal yang dilarang tersebut.

Berdasarkan pada PSAK 101 format laporan keuangan syariah serta beberapa unsur pokok serta
ketentuan spesifik lainnya ditentukan sebagai berikut:
1. Penyajian Secara Wajar dan Kepatuhan Terhadap PSAK
Ini berarti bahwa seorang akuntan harus mampu menentukan dan mengimplementasikan
penyajian secara wajar yang didasarkan pada kebijakan akuntansi, estimasi perubahan
akuntansi, unsur kesalahan berdasarkan pada PSAK Nomor 25. Akuntansi juga harus
mampu menyajikan laporan keuangan syariah yang mudah dimengerti, andal dan relevan.
Selain itu, sebagai pendukung dapat ditambahkan informasi lain seperti mata uang dan
sejenisnya.

2. Dasar Akrual
Karakteristik dalam entitas syariah adalah pengakuan penghasilan terhadap sesuatu yang
benar-benar terjadi. Dasar akrual ini juga menunjukkan bahwa pengakuan pendapatan pada
bank syariah harus benar-benar sudah diperoleh dan bukan pendapatan yang baru akan
diperoleh dikemudian hari.

3. Materialitas dan Penggabungan


Artinya entitas atau perusahaan harus menyajikan secara terpisah kelompok pos-pos yang
sifatnya material. Materialitas menunjukkan bahwa laporan keuangan merupakan proses
yang menghasilkan informasi keuangan, informasi ini diolah dan diklasifikan berdasarkan
jenis dan fungsinya. Ketika dalam proses klasifikasi ditemukan adanya pos yang tidak
material, maka dalam prosesnya dapat dilakukan penggabungan dengan pos lain yang
sifatnya material.
4. Saling Hapus
Maksud dari saling hapus ini adalah bahwa akuntan tidak melakukan kesalahan atau
menghapus suatu akun berdasarkan pertimbangan atau logika akuntansi yang salah. Misalnya,
menggunakan liabilitas untuk menghapus aset, beban dengan pendapatan. Sebagai ilustrasi,
perusahaan A tidak boleh mengakui hutang sebesar 100 juta saja, ketika meminjam dari pihak
lain sebesar 400 juta, meskipun pihak lain tersebut dalam kondisi berhutang kepadanya
sebesar 300 juta.

5. Frekuensi Pelaporan
Artinya entitas melakukan pelaporan minimal satu tahun sekali atau secara periodik
dilakukan misalnya triwulan atau 6 bulan sekali. Jika kemudian laporan keuangan dibuat
melebihi periode yang seharusnya, maka akuntan harus dapat mengemukakan alasan-alasan
yang logis mengapa laporan dibuat melebihi periode sebelumnya dan juga menunjukkan
beberapa bukti jika laporan keuangan bersangkutan memang tidak dapat dibandingkan dengan
laporan sebelumnya atau secara keseluruh.

6. Konsistensi Penyajian
Tentu konsistensi penyajian merupakan tolak ukur utama ketika akuntan membuat
laporan keuangan. Ada dua kondisi yang membolehkan akuntan untuk berlaku inkonsisten
yakni:
 Setelah mempertimbangkan aturan dalam PSAK 25 ditemukan bahwa penyajian akan
lebih tepat jika dilakukan dalam pos lain;
 Diperbolehkan oleh PSAK

Anda mungkin juga menyukai