Anda di halaman 1dari 2

Asumsi dasar tujuan laporan keuangan

1. Entitas Ekonomi: menyatakan bahwa perusahaan adalah sebuah entitas mandiri atau
suatu unit usaha yang beridiri sendiri, terpisah dari pemilik atau pemegang saham
2. Kontinuitas usaha: menyebutkan bahwa perusahaa akan abadi
3. Satuan moneter: semua transaksi usaha mesti memakai satuan uang tertentu sesuai
dengan lokasi berdirinya perusahaan
4. Periode akuntansi: menunjukan bahwa penilaian dan pelaporan keuangan
perusahaan dilakukan pada periode waktu tertentu
5. Biaya historis: mengharuskan anda untuk mencatat semua biaya yang dikeluarkan
untuk mendapatkan setiap barang atau jasa
6. Akuntansi akrual: pendapatan dan biaya dilaporkan pada saat kejadian.
7. Penngakuan pendapatan: menyatakan bahwa pendapatan mesti diakui saat periode
pendapatan terjadi
8. Mempertemukan: biaya yang dipertemukan dengan pendapatan difungsikan untuk
mennetukan jumlah laba bersih setiap periode
9. Konsistensi: laporan keuangan sebaiknya menggunakan metode dan prosedur yang
sama dalam pencatatannya
10. Pengungkapan penuh: produk akuntansi seperti laporan keuangan mesti
memasukkan semua informasi yang memadai dan lengkap, tanpa ada yang
disembunyikan
Penggunaan laporan keuangan
Laporan keuangan merupakan elemen penting bagi sebuah perusahaan atau bisnis. Laporan
ini bisa menjadi alat untuk mengetahui bagaimana kinerja hingga kondisi keuangan
perusahaan. Laporan keuangan juga menjelaskan apakah sebuah perusahaan berhasil
mendapatkan keuntungan atau justru sebaliknya.
Laporan keuangan memiliki banyak fungsi, baik untuk perusahaan maupun pihak lain. Salah
satu fungsi laporan keuangan adalah untuk menganalisis kinerja perusahaan sehingga bisa
membuat prediksi tentang arah masa depan perusahaan tersebut. Laporan keuangan juga
akan diberikan kepada investor, yang nantinya menentukan apakah investor tertarik untuk
menanam modal di perusahaan tersebut atau tidak.

Selanjutnya, laporan keuangan berfungsi untuk mengevaluasi kesehatan keuangan sebuah


perusahaan oleh analis pasar dan kreditur. Jenis laporan yang digunakan untuk mengetahui
hal tersebut biasanya berupa laporan neraca, laporan laba rugi dan juga laporan arus kas

Beberapa hal yang menjadi poin-poin perbedaan antara laporan keuangan syariah dan
konvensional akan dijabarkan sebagai berikut:
1.Sudut Pelaporan
Dari segi pelaporannya, laporan keuangan konvensional memuat lebih sedikit unsur-unsur
laporan keuangan. Unsur laporan keuangan konvensional terdiri dari neraca, laporan laba
rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan.
Sedangkan pada laporan keuangan syariah, unsur-unsur yang termuat antara lain neraca,
laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan dana
investasi terkait, laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil, laporan sumber dana dan
penggunaan dana zakat, serta laporan dan penggunaan dana kebaikan.
2. Akad dan Legalitas
Istilah akad dikenal sebagai kesepakatan kedua belah pihak terkait untuk melaksanakan
kewajiban mereka masing-masing. Syarat dan ketentuannya jelas sudah disepakati dari awal
secara rinci dan spesifik sehingga ketika salah satu pihak tidak bisa memenuhi kewajibannya
maka ia wajib menerima sanksi seperti yang sudah disepakati. Ketentuan akad tersebut
teridiri dari rukun dan syarat. Rukun menyangkut unsur-unsur fisik seperti penjual, pembeli,
barang, serta harga. Sementara syarat yang diwajibkan antara lain: barang dan jasa wajib
halal, harga barang atau jasa harus jelas, tempat penyerahan yang jelas,serta barang yang
ditransaksikan wajib sepenuhnya dalam kepemilikan
3. Organisasi
Dilihat dari segi organisasi, kehadiran Dewan Pengawas Syariah atau DPS menjadi faktor
pembeda antara perusahaan berbasis syariah dengan perusahaan konvensional. Kehadiran
DPS yang terdiri dari minimal 3 orang propesi ahli hukum Islam ini bertanggung jawab dalam
memberikan fatwa agama dan mengawasinya bersama dengan Dewan Komisaris
perusahaan yang menggunakan basis syariah. Sedangkan dalam perusahaan konvensional
tidak dikenal adanya DPS maupun aturan-aturan yang merupakan bagian dari tanggung
jawab DPS itu.
4. Penyelesaian Sengketa
Adanya masalah akan diselesaikan secara berbeda oleh perusahaan dengan basis
konvensional serta basis syariah. Pada perusahaan berbasis syariah, adanya masalah akan
diselesaikan dengan aturan dan hukum syariah. Berbeda halnya dengan perusahaan
konvensional yang memilih menyelesaikan perkaranya di pengadilan negeri. Lembaga yang
mengatur hukum syariah di Indonesia ini adalah Badan Arrbitrase Muamalah Indonesia atau
BAMUI.
5. Usaha yang Dibiayai
Ada paradigma berbeda yang membedakan usaha konvensional dengan usaha berbasis
syariah. Usaha berbasis syariah akan menggunakan paradigma tersendiri yang mana
menekankan kepercayaan bahwa setiap aktivitas manusianya memiliki nilai akuntabilitas dan
ilahiah yang menempatkan akhlak serta perangkat syariah sebagai parameter baik dan
buruknya suatu aktivitas usaha. Berbeda halnya dengan perusahaan konvensional yang tidak
mengenal hal semacam ini sebagai dasar pelaksanaan aktivitas bisnis mereka.

Anda mungkin juga menyukai