Anda di halaman 1dari 2

PLAGIARISM SCAN REPORT

Date 2023-05-09

0%
100%

Words 856
Plagiarised Unique

Characters 6750

Content Checked For Plagiarism

Pendahuluan

Pendidikan Islam merupakan bagian integral dari sistem pendidikan di negara-negara mayoritas Muslim, termasuk di
Malaysia. Negara ini memiliki sejarah panjang dalam pengajaran Islam, dan telah berhasil mencapai kemajuan yang
signifikan dalam hal penyediaan pendidikan Islam yang berkualitas bagi generasi masa depan.

Transformasi pendidikan Islam di Malaysia telah menjadi perhatian utama selama beberapa dekade terakhir. Kebijakan-
kebijakan baru dan inovatif telah diperkenalkan untuk memperkuat sistem pendidikan Islam dan memberikan kesempatan
yang lebih luas bagi anak-anak untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Salah satu tokoh utama yang
berkontribusi dalam perubahan ini adalah Tun Mahathir Muhammad, mantan Perdana Menteri Malaysia yang telah
memperkenalkan kebijakan-kebijakan penting dalam bidang pendidikan Islam.

Pada awalnya, kurikulum pendidikan Islam yang diajarkan di sekolah-sekolah lebih terfokus pada pembelajaran agama dan
ajaran-ajaran tradisional, seperti bahasa Arab, tafsir dan hadits. Namun, dengan semakin kompleksnya tuntutan masyarakat
modern, kebutuhan akan pendidikan yang lebih inklusif dan holistik semakin meningkat. Pendidikan Islam juga harus
disesuaikan dengan kebutuhan masa depan dan tren global yang terus berkembang.

Artikel ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan-kebijakan dan implementasi yang dilakukan oleh Tun Mahathir
Muhammad dalam transformasi pendidikan Islam di Malaysia. Dalam artikel ini, penulis akan membahas secara rinci
kebijakan-kebijakan yang diperkenalkan oleh pemerintah di bawah kepemimpinan Tun Mahathir Muhammad, serta
dampaknya terhadap sistem pendidikan Islam di Malaysia. Tujuan dari artikel ini adalah untuk memberikan gambaran yang
jelas tentang transformasi pendidikan Islam di Malaysia dan bagaimana kebijakan-kebijakan yang diperkenalkan oleh Tun
Mahathir Muhammad telah memberikan dampak yang positif pada perkembangan pendidikan Islam di negara ini.

Pembahasan

Tun Mahatir Muhammad


Tun Dr. Mahathir bin Mohamad adalah seorang negarawan dan politisi Malaysia yang menjabat sebagai Perdana Menteri
Malaysia selama dua periode, yaitu dari 1981 hingga 2003. Ia diakui sebagai tokoh penting dalam pembangunan dan
modernisasi Malaysia selama masa jabatannya. Mahathir lahir pada tanggal 10 Juli 1925 di Alor Setar, Kedah, Malaysia. Ia
belajar di Sekolah Melayu Kota Setar dan kemudian melanjutkan studinya di Kolej Sultan Abdul Hamid di Alor Setar. Pada
tahun 1947, Mahathir melanjutkan pendidikannya di King Edward VII College of Medicine di Singapura, di mana ia lulus
sebagai dokter pada tahun 1953 (Maznah Mohamad dan James Chin, 2019).

Setelah lulus dari perguruan tinggi, Mahathir memutuskan untuk terjun ke dunia politik. Ia menjadi anggota Parlemen
Malaysia pada tahun 1964 dan kemudian menjabat sebagai Menteri Pendidikan pada tahun 1974. Setelah itu, ia terus
menjabat sebagai Menteri dalam Kabinet hingga menjadi Perdana Menteri. Sebagai Perdana Menteri, Mahathir dikenal
karena kebijakannya dalam memodernisasi Malaysia dan mengembangkan sektor ekonomi negara tersebut. Ia juga dikenal
karena mengedepankan kepentingan negara dan memperjuangkan hak rakyat Malaysia. Di bidang pendidikan, Mahathir
telah banyak melakukan reformasi, termasuk dalam meningkatkan aksebilitas pendidikan Islam (Ahmad Fauzi Abdul
Hamid, 2003).

Mahathir dikenal sebagai seorang pemimpin yang visioner dan inovatif dalam bidang ekonomi dan politik. Beliau berhasil
merubah perekonomian Malaysia dari sebuah negara yang bergantung pada ekspor produk pertanian menjadi negara

Page 1 of 2
yang lebih maju dengan berfokus pada sektor manufaktur dan ekspor produk teknologi tinggi. Selain itu, Mahathir juga
dikenal sebagai pendukung utama pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia di Malaysia.

Dalam Pendidikan Islam, Mahatir menyampaikan "Pentingnya meningkatkan aksesibilitas pendidikan Islam agar lebih
mudah diakses oleh masyarakat" (Mahathir, 1998). Tun Mahathir Muhammad menekankan pentingnya pendidikan islam
yang bersifat kontemporer dan relevan dengan kebutuhan zaman. Hal ini tentunya menjadi suatu tantangan bagi sistem
pendidikan islam di Malaysia, yang selama ini lebih banyak terfokus pada pemahaman tradisional.

Dalam konteks ini, peran pendidikan islam harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai islam dengan realitas kehidupan
modern, sehingga dapat memberikan solusi konkret terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Salah satu
contoh konkrit adalah pengembangan pendidikan islam yang mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan
dalam bidang teknologi, ekonomi, dan bisnis yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

Pendekatan ini sejalan dengan konsep pendidikan islam yang terus berkembang, yaitu pendidikan yang mampu
mengintegrasikan nilai-nilai islam dengan pengetahuan umum, sehingga menghasilkan lulusan yang komprehensif dan
siap menghadapi tantangan zaman. Dalam hal ini, pendidikan islam juga harus mampu bersaing dengan pendidikan non-
islam, sehingga dapat memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa dan umat.
Namun, tantangan terbesar dalam mengembangkan pendidikan islam yang kontemporer
dan relevan adalah terbatasnya
sumber daya dan kurangnya dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah strategis dan
kolaborasi yang melibatkan berbagai stakeholder, baik dari pemerintah, lembaga pendidikan, maupun masyarakat secara
luas.

Dalam mengimplementasikan kebijakan pendidikan islam yang kontemporer, peran guru dan tenaga pendidik menjadi
sangat penting. Mereka harus memiliki kompetensi dan kemampuan untuk mengembangkan kurikulum dan metode
pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan zaman. Selain itu, pemerintah juga harus memberikan dukungan dan insentif
yang cukup kepada guru dan tenaga pendidik agar mereka dapat menjalankan tugasnya dengan optimal.

Dalam kesimpulannya, pernyataan Tun Mahathir Muhammad tentang pentingnya pendidikan islam yang kontemporer dan
relevan dengan kebutuhan zaman memang menjadi suatu tantangan bagi sistem pendidikan islam di Malaysia. Namun,
dengan langkah-langkah strategis dan kolaborasi yang melibatkan berbagai stakeholder, serta peran guru dan tenaga
pendidik yang kompeten, maka tujuan ini dapat tercapai.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa Tun Mahathir memandang
pentingnya meningkatkan aksesibilitas pendidikan Islam di
Malaysia. Hal ini sejalan dengan upayanya untuk memperkuat pendidikan dan memajukan masyarakat Islam di negaranya.
Dalam konteks Malaysia, pernyataan ini menunjukkan bahwa Tun Mahathir memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan
masyarakat Islam dan percaya bahwa pendidikan Islam dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Matched Source

No plagiarism found

Page 2 of 2

Anda mungkin juga menyukai