Anda di halaman 1dari 4

RESUME BIOKIMIA TOKSIKOLOGI PEKAN 9

Lintasan Racun Melewati Plasenta


- Sebagian besar agen toksik melewati plasenta dengan difusi sederhana, terutama untuk
zat yang larut dalam lemak
- Satu-satunya pengecualian adalah beberapa antimetabolit yang secara struktural mirip
dengan purin endogen dan pirimidin, yang merupakan substrat fisiologis untuk aktif
transportasi dari ibu ke sirkulasi janin
- Virus (misalnya, virus rubella), patogen seluler (misalnya, sifilis spirochetes), antibodi
globulin, dan eritrosit dapat melintasi plasenta
- Plasenta memiliki: sistem transpor aktif yang melindungi janin dari beberapa xenobiotik,
kemampuan biotransformasi yang mencegah beberapa zat beracun mencapai janin
Redistribusi Toksikan
Sudah terdistribusi, sudah masuk kemudian distribusi ke organ-organ lain kemudian di
distribusikan kembali.
- Terdapat beberapa organ yang bisa menyerap pada awal masuknya toksikan, ada juga
beberapa organ yang merupakan tempat terakumulasinya toksikan, artinya butuh waktu
yang lebih lama jika sebagai tempat penyimpanan. Contohnya : keracunan timbal, 50%
di temukan di organ liver, lalu satu bulan setelah masuk ternyata 90% dari dosis yang
masih dalam tubuh terkumpul di sel-sel tulang .
- Masing-masing organ memiliki kapasitas dalam menangani toksikan.

Metabolisme
- Metabolisme toksikan (biotranformasi) : senyawa asing yang masuk dalam tubuh
- Yang awalnya sulit dikeluarkan dari tubuh menjadi mudah dikeluarkan dari tubuh
(melalui urin, feses, keringat) dengan cara ditambahakan gugus fungsi tertentu sehingga
lebih polar kemudian dapat tereleminasi (fase 1) atau dapat terkonjugasi menjadi polar
(fase 2) kemudian dapat tereleminasi .

Reaksi Fase
Xenobiotic ditambah gugus fungsi , reaktivitas tambah tinggi sehingga bisa dikeluarkan. Tetapi
apabila dia tetap tidak bisa dikeluarkan maka dia diabawa ke fase 2.
Fase 1 :
- Penambahan gugus fungsi tertentu : hidroksil (menambah lebih polar)
- Hasilnya dapat meningkatkan hidrofilisitas
- Reaktivitas tambah tinggi sehingga bisa dikeluarkan. Tetapi apabila dia tetap tidak bisa
dikeluarkan maka dia diabawa ke fase 2.
Fase 2 :
- Enzim bereaksi berkonjugasi
- Kemudian, dapat dikeluarkan dari dalam tubuh

Metabolisme Toksikan
Toksikan dalam tubuh akan disimpan/diakumulasi di dalam lemak, kemudian masuk ke fase 1
dapat mengalami bioaktivasi atau inaktivasi. Apabila terjadi bioaktivasi maka lanjut ke fase 2,
jika inaktivasi langsung dapat dieleminasi dari dalam tubuh. Pada fase 2 terjadi inaktivasi dan
langsung tereleminasi dari dalam tubuh.
Contoh : jika mengkonsumsi paracetamol

Deaktivasi vs Bioaktivasi
Fase 1 dan fase 2 di atur untuk melakukan deaksivasi terhadap substrat toksikan akan tetapi, ada
beberapa reaksi yang melakukan bioaktivasi .
Efek toksik yang muncul apakah efek dari bioaktivasi dalam tubuh, nah apabila tubuh
mengalami keracunan itu langsung masuk fase 2?
Terdapat senyawa yang inactive Ketika masuk ke fase 1, 2 bisa jadi bioaktivasi yang selanjutnya
aka nada step selanjutnya. Apabila gagal aka nada efek rasa muncul pada tubuh (keracunan).
Contoh : parathion
Faktor yang mempengaruhi metabolism
- Jenis/ spesies : contoh hexobarbital yang diberikan kepada tikus, kelinci, anjing akan
berbeda waktu dalam bereaksinya.
- Usia : bayi lebih rentan daripada seseorang yangsudah dewasa karena terdapat pola
perkembangan bayi yang dapat memungkinkan terkene paparan dan organ-organnya
belum berkembang dengan baik atau belum sempurna sehingga lebih rentan.
- Pola makan : ketike diet berbeda pola toksikannya juga akan berbeda (ex : phenacetin)
- Paparan bahan kimia : Ketika tubuh sudah terkene racun akan mempengaruhi racun lain
yang akan masuk.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Toksisitas


- Chemical /racun :
1. Karakteristik sifat-sifat kimia, apakah senyawa tersebut memiliki gugus fungsi yang
lipid soluble atau water soluble.
2. Solubility/ kelarutan dalam air dan organic solven
3. Dosis / konsentrasi : konsentrasi lebih besar akan semakin fatal
4. Karakteristik ion : mempengaruhi interaksi dalam tubuh
5. Translokasi dan biotranformasi : di metabolis seperti apa
6. Mode aksi : dapat menyebabkan efek atpase berhenti atau tidak dll
7. Interaksi dengan bahan kimia lain : contoh : daun ciliate dengan esensial oil makan
akan mengalami efek sinergisitas.Antagonisme, Additivity, synergism or potentiation)
- Paparan
1. Rute paparan
2. Durasi paparan (LC50/LD50) : durasi paparan semakin tinggi LD50 dan LC50
semakin rendah. LD50: Konsentrasi dari suatu senyawa yang menyebabkan 50%
populasi mati.
3. Sistem paparan : apabila ada organisme yang hidup di air , maka dia akan terpapar
sepenuhnya organisme yang ada di air itu.
Contoh :
static – masukin obat ke air sekali, sudah cukup
recirclatory – masukan obat ke dalam akuarium , air di sedot oleh pompa kemudian
dikeluarkan lagi
renwal – secara berkala diberikan
flow through – diberikan obat kemudian hilang lagi atau airnya kemudian keluar
(semakin Kembali lagi makan akan semakin meningkatkan toksisitas)

- Media di sekitar
1. Suhu air : semakin tinggi suhu umumnya semakin meningkatkan toksisitas, suhu
semakin panas solubilitas juga semakin meningkat sehingga distribusi makin
cepat.Tetapi bergantun gpada senyawa.
2. Kelarutan Oksigen : organisme perairan semakin mudah terpapar
3. PH
4. Salinitas : semakin tinggi salinitas dapat semakin rendah efek toksinya
5. Kesdahan air : apabila toksikannya berupa logam berat akan berpengaruh
6. Keberadaan tanah berpengaruh

- Organisme
1. Spesies : ex. Salmonids 15x lebih rentan toksis dibanting sunfish
2. Jenis kelamin : perempuan lebih rentan pada beberapa toksisitas
3. Usia
4. Life stage
5. Ukuran
6. Kesehatan dan nutrisi
7. Aklimasi : semakin sering terpapar makin lemah

Anda mungkin juga menyukai