Memiliki anak yang sopan, santun, mampu bertutur kata dengan baik
adalah idaman semua orang tua. Kita selaku pendidik tentu akan sedih
dan kecewa ketika mengetahui anak kita tidak sopan dan suka berkata
kotor.
Menjaga lisan termasuk menjaga hati. Kata-kata yang baik akan keluar
dari hati yang baik dan kata-kata kotor keluar dari hati yang kotor. Kata-
kata yang baik akan membawa keberkahan bagi yang berbicara. Dan
orang yang diajak bicara akan merasa nyaman, terdengar enak, dan
teduh.
Ada perasaan sedih dan miris ketika kita mendengar kata-kata kotor,
apalagi jika hal itu dilontarkan oleh anak-anak di lingkungan sekolah, baik
di kelas atau di luar kelas. Sering terdengar di telinga beberapa siswa
memanggil temannya dengan panggilan “Cuk”.
Dan kita tahu bahwa “Cuk” diambil dari kata “Janc*k”. Lebih mirisnya lagi,
panggilan seperti ini juga diucapkan kerap dilakukan oleh beberapa siswa
putri. Mereka seolah tidak terbebani, enteng-enteng saja
mengucapkannya.
Saya sebagai guru dan pendidik, tentu tidak nyaman mendengar ucapan
seperti itu. Saat saya mendengar mereka mengeluarkan perkataan kotor,
makan saya akan langsung menegurnya. Misalnya saya memberikan
nasihat bahwa menyapa teman dengan panggilan “Cuk” atau
mengeluarkan kata kotor lainnya adalah sesuatu yang buruk.
Nama adalah doa yang dibuat oleh orang tua masing-masing anak. Dalam
pemberian nama, dalam tradisi orang muslim diiringi dengan acara
aqiqah, yaitu penyembelihan dua hewan kambing untuk laki-laki; dan satu
kambing untuk perempuan. Andai orang tua mendengar anaknya
dipanggil tidak dengan sewajarnya mereka tentu tidak akan rela.
Antara satu kelas dengan kelas yang lain bisa sama atau berbeda kontrak
belajarnya. Semua tergantung kesepakatan antara guru dan siswa-siswa
di kelas. Namun idealnya, kontrak belajar ini dibuat di awal tahun.
https://naikpangkat.com/meminimalisir-perkataan-kotor-siswa-di-
lingkungan-sekolah-denganperjanjianbelajar/#:-
text=NAIKPANGKAT.COM,Pepatah%20mengatakan%20bahwa