Anda di halaman 1dari 2

TUGAS PBL.

Memiliki anak yang sopan, santun, mampu bertutur kata dengan baik
adalah idaman semua orang tua. Kita selaku pendidik tentu akan sedih
dan kecewa ketika mengetahui anak kita tidak sopan dan suka berkata
kotor.

Anak-anak bisa belajar dan menyerap kata-kata kotor dari berbagai


sumber. Mungkin saja dari pergaulan di rumah, dari teman sepermainan,
atau dari teman-teman di sekolah. Atau bahkan bisa jadi dari keluarganya
sendiri di mana memang orang tuanya atau saudara-saudaranya terbiasa
berkata kotor.

Pepatah mengatakan bahwa mulutmu harimaumu. Perkataan kotor yang


sudah keluar dari mulut akan merugikan diri sendiri. Seperti kita ketahui
bahwa orang yang suka berkata kotor akan dijauhi dari orang lain. Bahkan
di dunia kerja pun, misalnya di sebuah perusahaan, orang yang suka
berkata kotor akan dijauhi teman bahkan bisa berimbas pada
pekerjaannya.

Menjaga lisan termasuk menjaga hati. Kata-kata yang baik akan keluar
dari hati yang baik dan kata-kata kotor keluar dari hati yang kotor. Kata-
kata yang baik akan membawa keberkahan bagi yang berbicara. Dan
orang yang diajak bicara akan merasa nyaman, terdengar enak, dan
teduh.

Ada perasaan sedih dan miris ketika kita mendengar kata-kata kotor,
apalagi jika hal itu dilontarkan oleh anak-anak di lingkungan sekolah, baik
di kelas atau di luar kelas. Sering terdengar di telinga beberapa siswa
memanggil temannya dengan panggilan “Cuk”.

Dan kita tahu bahwa “Cuk” diambil dari kata “Janc*k”. Lebih mirisnya lagi,
panggilan seperti ini juga diucapkan kerap dilakukan oleh beberapa siswa
putri. Mereka seolah tidak terbebani, enteng-enteng saja
mengucapkannya.

Anak-anak juga terbiasa mengucapkan nama-nama binatang untuk


mengumpat. Misalnya mengucapkan kata “Anjing”, “Monyet”, Babi,
“Jangkrik”, dan lain sebagainya.

Saya sebagai guru dan pendidik, tentu tidak nyaman mendengar ucapan
seperti itu. Saat saya mendengar mereka mengeluarkan perkataan kotor,
makan saya akan langsung menegurnya. Misalnya saya memberikan
nasihat bahwa menyapa teman dengan panggilan “Cuk” atau
mengeluarkan kata kotor lainnya adalah sesuatu yang buruk.
Nama adalah doa yang dibuat oleh orang tua masing-masing anak. Dalam
pemberian nama, dalam tradisi orang muslim diiringi dengan acara
aqiqah, yaitu penyembelihan dua hewan kambing untuk laki-laki; dan satu
kambing untuk perempuan. Andai orang tua mendengar anaknya
dipanggil tidak dengan sewajarnya mereka tentu tidak akan rela.

Nah, untuk mengatasi masalah ini dapat diminimalisir dengan kontrak


belajar di sekolah. Kontrak belajar adalah kesepakatan antara guru dan
siswa tentang apa yang harus dilakukan oleh siswa, dan apa yang tidak
boleh dilakukan oleh siswa agar kegiatan belajar mengajar menjadi lebih
baik. Sehingga guru dan siswa merasa lebih nyaman dalam kegiatan
belajar mengajar di kelas.

Antara satu kelas dengan kelas yang lain bisa sama atau berbeda kontrak
belajarnya. Semua tergantung kesepakatan antara guru dan siswa-siswa
di kelas. Namun idealnya, kontrak belajar ini dibuat di awal tahun.

Teknisnya, guru dan siswa di kelas membuat kesepakatan kontrak belajar.


Guru menyampaikan satu per satu poin kontrak belajar tersebut,
kemudian ditawarkan kepada peserta didik. Tentukan poin mana yang
disepakati dan yang tidak. Jika sudah selesai, masing-masing siswa diberi
satu lembar kontrak belajar yang di bagian bawah terdapat kolom tanda
tangan tanda setuju untuk guru, peserta didik, dan orang tua."

https://naikpangkat.com/meminimalisir-perkataan-kotor-siswa-di-
lingkungan-sekolah-denganperjanjianbelajar/#:-
text=NAIKPANGKAT.COM,Pepatah%20mengatakan%20bahwa

Anda mungkin juga menyukai