Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH BAHASA KOTOR (JOROK) TERHADAP

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK BALITA

disusun untuk memenuhi tugas ujian tengah semester


matakuliah Psikolinguistik
dari Dra. Asrumi, M. Hum.

Oleh:
SANTUSO
120110201005

JURUSAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS JEMBER
2014

PRAKATA

Penulis panjatkan puji syukur atas segala limpahan rahmat,


nikmat

dan

karunia

menyelesaikan

Allah

makalah.

SWT

Penulis

sehingga
susun

penulis

makalah

ini

dapat
untuk

memenuhi tugas matakuliah Psikolinguistik dari Dra. Asrumi, M.


Hum.
Penulis telah dibantu oleh beberapa pihak, sehingga
makalah

ini

dapat

diselesaikan

dengan

baik

tepat

pada

waktunya. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih


kepada:
1. Dra. Asrumi, M. Hum. selaku dosen pengampu matakuliah
Psikolinguistik yang telah membimbing penulis sampai
memahami matakuliah tersebut.
2. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis

menyadari

bahwa

makalah

ini

jauh

dari

kesempurnaan. Oleh karena itu penulis menerima segala kritik


dan

saran

yang

membangun

dari

semua

pihak

kesempurnaan makalah ini. Semoga dapat bermanfaat.

Jember, Oktober 2014

Penulis

demi

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.....................................................i
PRAKATA.................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................1
1.1

Latar Belakang.........................................................1

1.2

Rumusan Masalah....................................................3

1.3

Tujuan Penulisan......................................................3

1.4

Manfaat Penulisan...................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................4
2.1

Pengertian Bahasa Kotor.........................................4

2.2

Faktor penyebab pemerolehan bahasa kotor (jorok)


pada anak balita............................................................................6

2.3

Pengaruh pemerolehan bahasa kotor (jorok) terhadap


perkembangan bahasa anak balita......................................8

2.4

Cara mengatasi anak balita yang suka berkata


kotor (jorok).................................................................................9

BAB 3 KESIMPULAN.................................................14
3.1......................................................................Kesi
mpulan...........................................................14
BIBLIOGRAFI

15

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberadaan bahasa merupakan keniscayaan bagi manusia,
sebab hanya manusia saja yang memiliki bahasa sistemis yang
dapat membedakan dengan makhluk hidup yang lain. Sebagai
alat komunikasi yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk
bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri, bahasa
memiliki peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Melalui bahasa, manusia bisa mengungkapkan segala sesuatu
yang ada dalam dunia batin seseorang, baik berupa gagasan,
pikiran, perasaan, maupun pengalaman yang dimilikinya.
Selain sebagai makhluk individu, manusia juga menyandang
status sebagai makhluk sosial. Oleh karena itulah manusia dalam
kehidupannya pasti memerlukan bantuan orang lain. Dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia perlu berhubungan
dengan orang lain. Berhubunagn dengan orang lain tersebut
dibutuhkan pola-pola komunikasi yang dapat saling dimengerti
antar kedua belah pihak agar maksud dan tujuan yang hendak
dicapai bisa terwujud. Pola-pola komunikasi itulah yang lazim
disebut bahasa. Maka manusia mau tidak mau harus dapat
berbahasa. Mampunya seseorang dalam berbahasa itu karena
melalui proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa.
Istilah pemerolehan dipakai untuk padanan istilah Inggris
acquisition, yakni proses penguasaan bahasa yang dilakukan
oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya
(native language). Istilah tersebut dibedakan dari pembelajaran
karena dalam pemerolehan bahasa berlangsung secara alami
dalam kehidupan sehari-hari dalam menguasai bahasa ibunya
sedangkan untuk pembelajaran bahasa lebih pada proses dari

orang (umumnya dewasa) yang belajar di kelas (Darjowidjojo,


2005:225)
Pada dasarnya, manusia memperoleh bahasa semenjak bayi
dan bertahap dari waktu ke waktu mulai mengenal sampai
mampu menguasainya dengan sempurna. Dalam pemerolehan
bahasa anak, selain dilatarbelakangi oleh fenomena kejiwaan
anak, lingkungan sosial dan status sosial, khususnya orang tua
juga ikut berperan
penting dalam memberikan dan menanamkan pola dasar berpikir
pada anak. Seorang anak mempelajari bahasa pertama kali dari
orang

tuanya.

Perkembangan

pemerolehan

bahasa

sejalan

dengan perkembangan fisik dan mental seorang anak serta


sejalan dengan kebutuhan anak untuk berkomunikasi dengan
orang-orang disekitarnya. Sehingga apapun yang diperoleh anak
dari orang tuanya akan berpengaruh terhadap perkembangan
fisik dan mentalnya.
Terdapat hubungan antara bahasa pertama yang diperoleh seorang anak,
dengan perkembangan anak nantinya. Seorang anak yang memperoleh bahasa
pertama berupa kata-kata kotor, maka anak tersebut akan meniru dan
mengucapkannya

hingga

tumbuh

dewasa.

Begitupun

perilakunya

akan

terpengaruh pula. Hal ini sesuai dengan penelitian di Jepang. Bahwa air yang
diucapkan kata-kata buruk, kristal-kristalnya akan berbentuk buruk pula. Berbeda
dengan air yang diucapkan kata-kata baik, kristal-kristalnya akan berbentuk
sangat bagus. Manusia sendiri terdiri 90% dari tubuhnya terdiri dari air.
Karenanya, bukan tidak mungkin kata-kata yang biasa didengar oleh anak akan
membentuk pribadi anak sesuai dengan kata-kata yang mereka dengar.
Lingkungan juga mempunyai peranan penting terhadap perkembangan bahasa
pertama anak. Tidak jauh berbeda dengan contoh di atas, seorang anak yang
tumbuh di lingkungan dengan kondisi sosial buruk, akan memperoleh kata-kata
yang buruk untuk didengar. Kata-kata tersebut kemudian diulang-ulangnya,
meskipun dia tidak tahu apa artinya. Bahkan terkadang, ketika menangis pula kata
tersebut mereka ucapkan tanpa sadar. Contoh lainnya, seorang anak yang tumbuh

di lingkungan dengan banyak larangan, maka kata-kata yang didengarnya


hanyalah kata-kata negatif yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan si anak.
Anak tersebut akan tumbuh menjadi anak yang pesimis, penuh rasa takut, tidak
mampu menghadapi masalah, dan lainnya.
Berdasarkan hal itu, penulis tertarik untuk meneliti pemerolehan bahasa
pertama anak yang dipengaruhi kata-kata jorok atau negatif dengan judul yang
diangkat yakni Penyebab Pemerolehan Bahasa Kotor (Jorok) Terhadap
Perkembangan Bahasa Anak Balita

1.2 Rumusan Masalah


Setelah mengetahui tentang latar belakang yang telah
diuraikan di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut:
a) apa yang disebut dengan bahasa kotor dan sejauh mana
suatu bahasa dikatakan sebagai bahasa kotor?
b) apa faktor penyebab pemerolehan bahasa kotor (jorok) pada anak balita?
c) bagaimana pengaruh pemerolehan bahasa kotor (jorok) terhadap
perkembangan bahasa anak balita?
d) bagaimana cara mengatasi anak balita yang suka berkata kotor (jorok)?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Mengetahui pengertian dan apa-apa saja yang disebut
bahasa kotor.
b. Mengetahui faktor penyebab pemerolehan bahasa kotor
(jorok) pada anak balita.
c. Mengetahui pengaruh pemerolehan bahasa kotor (jorok)
terhadap perkembangan anak balita?
d. Mengetahui cara mengatasi anak balita yang suka
berkata kotor (jorok).
1.4 Manfaat Penulisan
Diharapkan hasil pembahasan dari makalah ini dapat bermanfaat bagi:

a. Orang tua, keluarga maupun masyarakat, agar kedepannya selalu menjaga


perkataannya dari kata-kata kotor di depan anak-anak. Kemudian agar
terinspirasi untuk selalu mengatakan kata-kata yang baik kepada anakanak.
b. Pihak penerbitan dan penyiaran, agar tidak menerbitkan bacaan-bacaan
untuk anak kecil yang mengandung bahasa kotor serta agar tidak
menayangkan acara-acara (televisi maupun lainya) yang menggunakan
bahasa kotor atau kurang pantas yang rawan ditonton oleh anak-anak,
seperti kartun, dll.
c. Lembaga yang berwenang dalam pengawasan kepenerbitan maupun
kepenyiaran, agar selalu mengontrol bacaan-bacaan yang dikonsumsi oleh
anak serta mengawasi tayangan-tayangan televisi maupun yang lain dan
memberi sanksi tegas bagi pihak yang telah menayangkan acara-acara
yang tidak pantas disuguhkan kepada anak kecil.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1.

Pengertian Bahasa Kotor

Bahasa atau perkataan kotor (jorok) adalah perkataan yang tidak pantas
diucapkan karena tidak sesuai dengan norma yang berlaku. Selain karena faktor
lingkungan dan model keluarga, juga dapat disebabkan karena keinginan anak
untuk mendapatkan perhatian dari lingkungannya. Adapun jenis-jenis kata kotor
itu yaitu sebagai berikut.
a. Profanity (mempermainkan kata-kata suci, seperti Tuhan)
b. Cursing (menyumpahi orang, seperti brengsek, sialan dan kurang ajar)
c. Obscenity (menggunakan kata yang berkonotasi seksual atau mencemooh,
seperti bodoh dan sinting)
Pada dasarnya tidak ada bahasa yang benar-benar disebut
bahasa kotor karena bahasa tersebut bersifat arbitrer. Bahasa
yang dipakai dalam masyarakat merupakan hasil kesepakatan
bersama bukan suatu paksaan, sehingga sudah barang tentu

bahasa tersebut merupakan bahasa yang telah disetujui oleh


masyarakat dan dapat digunakan dalam berkomunikasi antar
anggota masyarakat. Bahasa juga dipakai sebagai alat untuk
mengekspresikan diri. Namun dalam perkembangannya, bahasa
itu

diucapkan

dengan

mengucapkan suatu

maksud

kata

lain.

Orang

terkadang

dengan maksud menghina

atau

merendahkan pihak lain, atau mengucapkan suatu kata kepada


lawan bicara yang masih belum cukup umur, atau dapat juga
suatu kata yang awalnya biasa saja (bernilai rasa positif)
kemudian diucapkan ketika marah, atau dengan nada keras. Hal
itulah yang lama-kelamaan mengubah nilai rasa dari bahasa
tersebut

menjadi

berkonotasi

negatif.

Sehingga

kemudian

bahasa-bahasa tersebut disepakati oleh masyarakat sebagai


bahasa kotor yang disesuaikan dengan maksud penggunaan
bahasa tersebut.
Seperti contohnya kata jancok yang kerap digunakan oleh
masyarakat di Jawa Timur terutama Surabaya, awalnya digunakan sebagai
kata

sapaan

ketika

berjumpa

dengan

kerabatnya.

Namun

dalam

perkembangannya, kata tersebut diucapkan ketika seseorang sedang kesal atau


sedang marah atau dengan mengggunakan nada tinggi, sehingga kata jancok
sekarang telah mengalami perubahan nilai rasa ke arah konotasi negatif seiring
dengan penggunaannya yang mula menuju ke arah negatif.
Begitu pula kata-kata lain yang awalnya bernilai rasa positif
kemudian seiring berubahnya penggunaan dari kata tersebut,
kini berubah menjadi negatif sehingga hal tersebut disepakati
oleh masyarakat sebagai kata-kata kotor. Adapun kata-kata kotor
yang telah ada dalam masyarakat Indonesia diantaranya sebagai
berikut:
a. kata-kata kotor seri binatang & kebun binatang, seperti:
anjing
babi

monyet
kunyuk
bajingan
asu
bangsat
b. kata-kata kotor seri alat kelamin (disensor karena dianggap semua telah
mengerti sehingga tak pantas dibahas), seperti:
kont**
mem**
ngent**
c. kata-kata kotor seri Trans, PSK dan WTS
perek
pecun
bencong
banci
d. kata-kata kotor seri kebodohan dan psikologi
bego
goblok
idiot
geblek
orang gila
gila
sinting
tolol
sarap
e. kata-kata kotor seri cacat
buta
budek
bolot
jelek
f. kata-kata kotor seri bebas umum
setan
keparat
ngehe

10

bejad
gembel
brengsek
tahi

2.2.

Faktor Penyebab Pemerolehan Bahasa Kotor

(Jorok) Pada Anak Balita


Bagian yang paling urgen dan merupakan sesuatu yang
integral dari eksistensi manusia yang mendasari bahasa dan
pikiran adalah memori. Manusia bisa menyimpan segala hal yang
telah diperolehnya ke dalam memori yang letaknya di otak.
Dengan itulah manusia bisa mengingat kembali pengalaman
yang telah dialaminya. Begitu halnya dengan pengalaman
pemerolehan bahasa, seorang anak mampu mengingat suatu
bahasa karena bahasa tersebut tersimpan dalam memori di otak.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Penfild dan Robert
menyatakan bahwa memori manusia terdiri dari tiga hal.
Pertama, memori pengalaman yaitu memori yang berkaitan
dengan hal-hal di masa lalu. Makin bermakna pengalaman itu
maka makin lama memori itu disimpan dan diingat. Kedua,
memori

konseptual

yaitu

memori

yang

dipakai

untuk

membangun suatu konsep berdasarkan fakta-fakta yang masuk.


Misalkan setelah anak itu diperkenalkan dengan konsep burung
dan kemudian diperlihatkan kepadanya binatang burung itu,
maka anak akan membangun konsep binatang ini sehingga
tersimpanlan konsep memori ini ke dalam memorinya. Ketiga,
memori kata yaitu memori yang mengingat konsep dengan
wujud bunyi dari konsep tersebut. Seseorang akan lupa nama
sesuatu benda jika gagal memanfaatkan memori kata (Chaer,
dalam Indah dan Abdurrahman, 2008: 53-54).

11

Memori juga dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu


memori deklaratif dan memori non-deklaratif. Memori deklaratif
adalah memori untuk peristiwa, fakta, kata, muka, musik, serta
segala bentuk peristiwan dan pengalaman yang diperoleh dalam
kehidupan. Ada banyak faktor yang membuat memor deklatif ini
diperoleh, diiantaranya sebagai berikut: (1) faktor keseringan,
makin sering peristiwa itu terulang makin besar memori itu
tertanam

(2) faktor relevansi, suatu peristiwa dari segi

pengalaman dirasakan relevan akan sangat mengesankan dan


menunbuhkan memori yang cukup lama, (3) faktor signifikansi,
suatu hal yang sangat signifikan pada umumnya akan diingat
cukup lama, (4) faktor gladi kotor, melatih diri untuk mengingatingat sesuatu seperti mengingat lirik atau mengingat ayat alQuran untuk selalu diucapkan sampai bisa dihafalkan, (5) faktor
keteraturan, entitas yang ditata secara teratur akan lebih mudah
diingat dari pada yang acak (Indah dan Abdurrahman, 2008: 54).
Adapun faktor lain yang berwujud konkret yang menjadi penyebab
pemerolehan bahasa kotor kepada anak balita, yakni sebagai berikut:
1) lingkungan
Anak yang awalnya baik kemudian di lingkungannya sering menggunakan katakata kotor, maka ia akan terpengaruh sehingga kelak akan mengikuti kebiasan
buruk itu yakni berupa suka mengucapkan kata-kata kotor.
2) hiburan
Seperti televisi, maksud dari televisi ini tentu hanya program-program yang tidak
pantas di tonton oleh anak, seperti sinetron yang mungkin mengandung adegan
kekerasan dan ucapan-ucapan yang tidak baik. adegan bermesraan yang belum
pantas untuk diketahui oleh seorang anak. Film kartun yang banyak mengeluarkan
kata-kata kasar karena ceritanya tentang perang atau lain-lain.
3) memarahi anak dengan kata-kata kasar
Sebagian orang terkadang tidak menyadari ketika saking jengkel atau kesalnya
pada anak, sehingga secara tidak sadar memarahi mereka dengan kata-kata kasar.
4) bertengkar di hadapan anak
12

Hal ini sangat penting sekali untuk dihindari, karena bertengkar dengan siapapun
di depan anak apalagi sampai mengatakan kata-kata yang tidak baik, anak akan
sangat cepat meniru dan mungkin anak akan menilai orang tersebut sebagai sosok
pemarah.
5) memperdengarkan lagu-lagu tentang kekerasan
Faktor ini perlu juga untuk kita hindari, misal seorang ayah suka mendengarkan
lagu-lagu yang mengandung kata-kata kasar.
6) memperdengarkan lagu-lagu tentang cinta
Fenomena ini sering terjadi pada era sekarang mulai dari anak-anak SD bahkan
TK. Anak-anak mulai mengetahui tentang pacaran. Hal ini terjadi karena
pengaruh dari lagu-lagu cinta yang sering anak dengar atau tontonan.

2.3.

Pengaruh Pemerolehan Bahasa Kotor (Jorok) terhadap

Perkembangan Bahasa Anak Balita


Hasil penelitian dr John Cacioppo dari Universitas Chicago menemukan
bahwa kalimat negatif memberikan efek besar terhadap otak. Dampak ini disebut
negative bias. Karena itu, kritikan akan lebih membekas di ingatan dibanding
pujian. Jika kalimat negatif diucapkan orang tua kepada anak yang masih kecil
maka efeknya bisa fatal. Kata-kata itu akan membekas tertanam pada otak si anak
dan selalu diingatnya. Dia akan mempercayai kata-kata itu dan merasa dirinya
memang seperti yang diucapkan oleh lawan bicaranya. Anak mengidentifikasikan
dirinya dengan sifat negatif dan hal ini terbawa sampai dia besar nanti. Anak yang
sering mendengar kata kotor berupa seri cacat seperti tolol, bodoh dan sejenisnya
mereka akan terus memngingatkan bahkan tertanam dimemorinya dan ia akan
beranggapan bahwa dirinya seperti yang diucapkan oleh orang tadi. Begitu pula
kata-kata kotor yang menjurus kepada seks, kelak ia akan memiliki pikiran
mesum, dan sebagainya.
Pemerolehan bahasa kotor (jorok) terhadap perkembangan bahasa anak
balita sangat mempengaruhi pertumbuhan atau kematangan kata-kata dari anak
tersebut. Dimana kata-kata negatif yang seharusnya belum pantas didapatkannya,
untuk kemudian menjadi hal yang biasa-biasa saja bagi mereka. Adapun pengaruh

13

pemerolehan bahasa kotor (jorok) terhadap perkembangan bahasa anak balita


yaitu sebagai berikut.
a. Anak akan menggunakan kata-kata tersebut dalam berkomunikasi dengan
orang lain.
b. Anak akan berani berkata kotor (jorok) kepada orang yang lebih dewasa
darinya.
c. Anak akan menganggap kata-katanya tersebut sebagai sesuatu hal yang
biasa.
d. Menjadi anak yang kurang ajar.
2.4.

Solusi Bagi Orang Tua untuk Anak yang Suka Berkata Jorok

Sebelum mengetahui cara untuk mengatasi anak yang suka


berkata

kotor,

maka

perlu

diketahui

dahulu

alasan

anak

mempertahankan dan menggunakan kata-kata kotor tersebut.


Setelah mengetahui penyebab pemerolehan bahasa kotor, anakanak mulai menggunakannya dan terkadang sampai hingga ia
dewasa bahasa kotor itupun tetap digunakan. Adapun alasan
seorang anak mempertahankan bahasa kotor yakni karena
sebagai berikut.
a. Adanya keinginan untuk mendapatkan perhatian orang tua
Anak merupakan individu yang sedang berkembang dan membutuhkan
perhatian dari orang tua. Ketika perhatian dari orang tua dirasa kurang, anak
cenderung menciptakan cara untuk memenuhi kebutuhannya itu. Dan salah
satu cara yang sering diperlihatkan adalah berbicara kotor. Pada saat anak
mengucapkan kata-kata kotor, secara spontan akan memberikan perhatian.
Entah berupa teguran, nasehat, atau marah. Sebenarnya inilah yang anak cari.
b. Adanya kesenangan yang diperoleh dari mengejutkan orang lain
Salah satu hal yang menjadi target anak pada saat berbicara kotor adalah
keterkejutan orang lain (orang tua, dsb.). Sebab keterkejutan orang lain
merupakan sensasi tersendiri bagi anak. Sebenarnya, hal ini memperlihatkan
potensi untuk mendominasi orang lain.
14

c. Keinginan melepaskan emosi


Tidak hanya orang dewasa yang ingin melepaskan emosi. Anak-anak juga. Bisa
jadi berbicara kotor merupakan cara anak melepaskan emosi. Tentu cara ini
bukanlah cara yang benar.
d. Terdorong oleh keinginan untuk memberontak
Jangan meremehkan perilaku anak berbicara kotor. Selain memperlihatkan
sikap mendominasi orang lain, perilaku ini juga mengindikasikan keinginan
untuk

memberontak,

mengintimidasinya.

terutama
Memang

terhadap
setiap

orang

tindakan

yang

menekan

atau

kasar

menekan

atau

mengintimidasi anak dapat menanamkan benih permusuhan dengan orang lain.


e. Keinginan diterima dalam komunitas tertentu
Bukan rahasia lagi, kata-kata kotor telah diadopsi menjadi kata-kata yang
indentik dengan pergaulan. Anak yang tidak dapat mengucapkan kata-kata
kotor dianggap tidak gaul, berani, dan hebat, karena itu tidak dapat diterima
dalam pergaulan. Situasi ini tentu menjadi pilihan yang sulit bagi anak. Anak
cenderung memilih berbicara kotor asalkan diterima, gaul, dipandang berani
dan hebat, daripada tidak diterima.
Berdasarkan uraian diatas, ada banyak alasan mengapa anak berkata jorok.
Dibawah ini akan dijelaskan bagaimana cara mengatasi anak yang suka berbicara
jorok, yaitu sebagai berikut.
a. Perhatikan saat kapan dan apa yang terjadi setelah anak berkata kasar atau
jorok. Ini agar orang tua bisa mengerti alasan si anak. Dengan mengetahui
itu, orang tua akan lebih mudah mengatasinya.
b. Saat anak mengucapkan kata kasar dan jorok, orang tua bisa bertanya
kepada anak, misalnya dari mana ia mendapatkan kata tersebut, kata
tersebut artinya apa, juga misalnya akibat apa jika kata tersebut diucapkan
kepada orang lain, dan sebagainya.
c. Jika anak tidak mengetahui arti dari kata kasar atau jorok tadi, orang tua
dapat memberi tahu artinya secara singkat dan jelas, juga mengenalkan
akibatnya jika ia mengucapkan kata-kata itu kepada orang lain. Anak balita
pada umumnya senang mempelajari kata-kata baru, apalagi di usia tersebut

15

kemampuan berbahasa dan menyerap informasi anak-anak sedang


berkembang dengan pesat.
d. Bila ia mengucapkan kata kasar atau jorok karena marah, orang tua bisa
mengajarkannya dengan memberi tahu kata-kata apa yang boleh
diucapkannya ketika ia sedang marah. Juga bisa memberi tahu kepada anak
bahwa kata-kata itu tidak boleh digunakan di dalam keluarga.
e. Ketimbang memberikan hukuman atau peringatan keras kepada anak saat
mengucapkan kata kasar atau jorok, lebih baik berikan perhatian saat ia
mengucapkan kata-kata yang sopan sehingga ia lebih sering dan senang
mengucapkan kata-kata yang baik.
f. Jika kata-kata kasar atau jorok yang diucapkan oleh anak berasal dari
sekolah, memindahkannya ke sekolah yang lain tak akan menyelesaikan
masalah. Tidak akan mungkin menemukan sekolah dan teman-teman yang
steril bagi anak karena sekolah dan teman merupakan lingkungan sosialisasi
anak, di sana pula hal-hal yang dinilai baik dan buruk sangat sulit
dipisahkan. Apalagi pada anak balita, minat untuk mencoba dan
mengeksplorasi hal baru sangat tinggi, termasuk mencoba-coba hal yang
negatif tanpa ia sadari.
g. Percayakan ia mengeksplor, mengetahui hal baru, dan melakukan apa yang
dapat ia lakukan secara mandiri di lingkungan sosialnya. Batasan-batasan
dan aturan, kasih sayang dan perhatian, dukungan dan kepercayaan yang
diberikan oleh keluarga setiap harinya justru menjadikan anak untuk tumbuh
secara kuat dan baik di lingkungan luar rumah.
Adapun langkah lain dalam Mengatasi Anak yang Berkata Kotor (Jorok)
sebagai berikut.
a. Mengajarkan ekspresi emosi yang lebih tepat
Bila anak mengeluarkan kata-kata kotor tiap kali ia marah, ajarkan cara
mengekspresikan emosi yang lebih baik. Anak yang masih kecil biasanya
kesulitan untuk merumuskan bagaimana perasaannya, padahal mengenali
perasaan beserta penyebab timbulnya perasaan merupakan langkah untuk bisa
mengelola emosi secara baik. Oleh karena itu, ketika melihat anak sedang diluapi

16

perasaan marah atau frustrasi, orangtua bisa membantu membacakan perasaannya


dan menjelaskan sebab timbulnya perasaan tersebut.
b. Mengabaikan
Bila tujuan anak adalah mendapatkan perhatian orangtua, atau mendapatkan
kesenangan dari membuat orang terkejut, cara mengabaikan ini saja mungkin
sudah ampuh menghentikan kebiasaan anak bicara kotor. Mengabaikan dilakukan
dengan pura-pura tidak mendengar anak atau tidak menunjukkan ekspresi terkejut
saat mendengar kata-kata kotor anak. Jadi, saat anak mengeluarkan kata-kata
kotor, orangtua tidak perlu memelototi anak, berteriak, atau memukul anak,
melainkan cukup mengalihkan pandangan ke arah lain atau kembali menggeluti
aktivitas/kesibukan yang sedang dikerjakan.
c. Berpura-pura bodoh
Cara ini memang sepintas kelihatan aneh, tapi kadang justru jadi cara yang
ampuh. Saat anak mengeluarkan kata-kata kotor, orang tua bertanya dengan lagak
bodoh, Dengan bersandiwara pura-pura tidak mengenal kata yang digunakan
anak, anak justru jadi merasa bingung, sehingga di lain waktu, ia akan menjadi
malas menggunakan kata-kata itu.
d. Menyatakan ketidaksetujuan
Nyatakan bahwa orang tua tidak senang bila mendengar kata-kata itu keluar dari
mulut anak. Beri tahu anak bahwa kata-kata yang buruk bisa mencerminkan
bahwa orang yang mengatakannya adalah orang yang tidak sopan, atau tidak tahu
aturan, sehingga jika ia menggunakannya, orang lain bisa mengira dia anak yang
tidak sopan.
e. Menggunakan metode hukuman
Begitu mendengar anak melontarkan kata kotor, hukum anak dengan time out.
Katakan kepada anak bahwa karena telah mengucapkan kata yang seharusnya
tidak diucapkan, ia harus meninggalkan aktivitas yang sedang dilakukannya, pergi
ke suatu tempat dan menyendiri di situ selama waktu yang ditentukan (10 menit,
misalnya). Biarkan selama waktu itu anak terisolasi atau tidak bisa berkomunikasi
dengan siapapun juga. Apabila anak tidak mau pergi secara sukarela ke tempat
yang telah ditentukan, maka bisa mengangkatnya atau menuntunnya ke sana.
Hukuman fisik seperti menampar, mencuci mulut anak dengan sabun, atau

17

memaksa anak memakan sambal, sebaiknya tidak dipilih orang tua, sebab
hukuman fisik justru berpotensi meningkatkan rasa permusuhan dalam diri anak.
f.

Menggunakan metode pemberian hadiah

Jika anak sudah lama terbiasa berbicara kotor, sukar baginya untuk langsung
berhenti total menggunakan kata-kata kotor tersebut. Dalam keadaan ini, lebih
baik orang tua mengadakan perjanjian dengan anak, yaitu bahwa jika dalam waktu
yang ditentukan anak tidak berbicara kotor, anak mendapat poin, poin yang
terkumpul kemudian ditukar dengan hadiah bila jumlahnya mencapai target.
Sebagai contoh, jika dalam sehari anak tidak berbicara kotor, anak mendapat satu
tanda centang yang ditulis dalam tabel, di akhir minggu, jika jumlah tanda centang
yang diperoleh anak mencapai 5, anak mendapat coklat kesukaannya. Hadiah bisa
juga berupa aktivitas yang disukai anak, misalnya bepergian ke tempat wisata,
atau bisa juga berupa izin melakukan suatu hal yang diinginkan anak, misalnya
orangtua memberikan izin untuk bergadang di akhir pekan menonton film sampai
pukul 23.00 malam.

18

BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Bahasa atau perkataan kotor (jorok) adalah perkataan yang tidak pantas
diucapkan karena tidak sesuai dengan norma yang berlaku. Selain karena faktor
lingkungan dan model keluarga, juga dapat disebabkan karena keinginan anak
untuk mendapatkan perhatian dari lingkungannya.
Pada dasarnya tidak ada yang disebut bahasa kotor, berhubung bahasa
bahasa tersebut digunakan ketika dalam hal negatif maka kata-kata tersebut
berubah nilainya menjadi bahasa kotor.
Orang tua harus mengenali faktor pemerolehan bahasa kotor anaknya
kemudian ia juga harus mengetahui alasan si anak menggunakan kata kotor
tersebut, sehingga dengan itu orang tua akan bisa mengatasi problem tersebut
yakni menghentikan anak untuk tidak berkata kotor lagi.

19

BIBLIOGRAFI

Anonim. 2014. Jancok. http://id.wikipedia.org/wiki/Jancok [16


Oktober 2014]
Chaer, Abdul. 2002. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik: Pengantar
Pemahaman Bahasa
Manusia.
Jakarta:
Yayasan
Obor
Indonesia.
Google. (Tanpa Tahun). Kata-kata Kasar di Indonesia.
https://sites.google.com/site/catatancatatansaya/kata-katakasar-diindonesia [16 Oktober 2014]
Indah & Abdurrahman. 2008. Psikolinguistik, Konsep dan Isu
Umum. Malang: UIN-Malang Press.
Jaya, Adisan. 2012. Makalah Pengaruh Bahasa Kotor (Jorok) Terhadap
Perkembangan Bahasa Anak Usia 4 Tahun.
http://adisastrajaya.blogspot.com/2012/06/makalah-pengaruh-bahasakotor-jorok.html [15/10/14]
Lestari, Anik. 2013. Anak Suka Berbicara Kasar.
http://ndesssss.blogspot.com/2013/12/makalah-aniklestari.html [16 Oktober 2014]
Missa, DY. 2014. Mengatasi Kebiasaan Anak Berbicara Kotor.
http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dananak/2014/08/29/mengatasi- kebiasaan-anak-berbicara-kotor671197.html [16 Oktober 2014]
Munir, Rinaldi. 2012. Kalimat Negatif Memberikan Efek Besar
Terhadap Otak.
http://rinaldimunir.wordpress.com/2012/09/04/kalimatnegatifmemberikan-efek-besar-terhadap-otak/ [16 Oktober
2014]
Nuraini. 2011. Penguasaan Bahasa Indonesia Lisan Pada Anak
Usia Prasekolah di
TK Cahaya Nuraini Jember. Tidak
Diterbitkan. Skripsi. Jember: Universitas Jember.
Partiwi, Dian. 2012. Ciri-ciri Bahasa Indonesia Anak Usia Balita di
Paud TP PKK
Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember:
Kajian Psikolinguistik. Tidak Diterbitkan.
Skripsi.
Jember:
Universitas Jember
20

21

Anda mungkin juga menyukai