Anda di halaman 1dari 10

Kejo bercerita: Sebuah Jarum yang Haram

Kevin Joshua G

Seorang anak yang tinggal di Medan, Sumatra Utara, bernama Gustina yang lahir pada tahun 1962
yang akan mengajak berfantasi tentang ketidakpahamannya dia pada saat masih kecil. Cerita
tentang seorang anak yang merasa aneh atau kebingungan atas perintah orang tuanya yang terlihat
dari sudut pandang Gustina tak masuk akal. Gustina selalu bertanya-tanya tentang hal tersebut dan
selalu ingin tahu mengapa itu bisa terjadi dan mengapa hal itu dilarang. Ketidak tahuannya akan
menjadi cerita yang menarik dan akan memanjakan fantasi. Ini adalah sedikit cerita dari seorang
anak berumur 9 tahun, dengan cerita tentang hal yang dia rasakan ketika dia masih kanak-kanak.

Sore hari menjelang, ada anak yang bernama Gustina menari-nari dengan kecerian yang dimiliki
seorang anak. Pada saat itu ia dan teman-temannya sedang asyik bermain dan menari-nari di
halaman rumah pak kades. Mereka semua bermain-main pada setiap sore hari, kadang menari-nari
layaknya seorang dancer kelas dunia, kadang-kadang bermain petak umpet, bermain karet atau
sekedar bergosip. Mereka selalu berkumpul ditempat yang sama pada sore hari. Rumah pak kades
yang tak seberapa jauh dari rumah Gustina, tidak menyulitkan dia untuk bermain pada sore hari.
Akomodasi untuk kehalaman pak kades hanya bejalan kaki bersama teman-temannya. Mereka
bermain di halaman pak kades karena disana mempunyai lapangan yang luas dan banyak
pepohonan yang rindang. Dari pepohonan tersebut dapat menahan teriknya matahari pada siang
hari maupun sore hari, ada juga yang memanjat pohon hanya sekedar pamer ke anak wanita di
desa itu.

Di dekat lapangan tersebut juga terdapat banyak warung dan pedagang-pedagang makanan yang
disukai anak-anak, terdapat gulali, jagung, es cream,dan lapet (makanan tradisional orang batak)
dan masih banyak yang lainnya. Anak-anak yang haus atau lapar ketika bermain bisa langsung
membeli pada saat itu asalkan membawa uang. Dalam hal ini Gustina selalu membawa uang 5
rupiah untuk bermain di sore hari. Itupun selalu ia simpan untuk menabung dan hanya terpakai
jika memang ia benar-benar dalam keadaan haus atau lapar. Gustina adalah seorang yang baik,
sopan, penurut dengan orang tua dan suka menabung. oleh sebab itu dia disukai oleh teman-
temanya karena kebaikan dia dan kesopanannya. Walaupun ia orang batak yang terkenal keras,
akan tetapi dia mempunya hati yang lembut dan baik, iya baik kepada semua orang. Ada suatu
cerita tentang iya memberikan seluruh tabungannya yang dia punya hanya untuk membantu
kakaknya yang sedang menjalankan kuliah. Gustina adalah anak ke 6 dari 10 bersaudara.

Dalam berkeluarga Gustina juga terlihat rendah hati dan tidak sombong, akan tetapi Gustina selalu
penasaran terhadap sesuatu yang tidak di pahaminya. Pada ketidakpahamannya dia, dia selalu
bertanya-tanya kesegala sumber yang dia tahu. Bertanya dari sumber satu ke sumber yan lainnya
sampai dia mendapatkan hal yang benar-benar dipahaminya. Itu adalah sifat penasaran dari
Gustina yang selalu mempertanyakan hal-hal yang aneh. Rasa penasaran inilah yang membentuk
sebuah cerita pendek ini.

Minggu sore menjelang , Gustina bergegas menemui teman-temannya untuk bermain di halaman
pak kades, hal yang rutin di jalani oleh anak-anak pada sore hari. Gustina berjalan dari rumahnya
dengan penuh semangat bermain . semangat bermain itu ada karena Gustina akan bertemu teman-
teman sebayanya, dan akan bermain bersama. Pada sore hari itu, Gustina berjalan untuk ke rumah
pak kades, dan tak sengaja bertemu Sinta yang ingin bermain juga disana. Dengan senyuman dan
sapaan yang hangat, Gustina menyapa dan berinteraksi dengan mereka. “Hai……. Apa kabar?”
ujar Gustina, Sinta selaku temanya bermain dan teman sekolahnya pun menjawab “ Haloooo….
Baik kok kabarnya, kamu gimana?” dengan senyuman Gustina menjawab “Baik juga kok
kabarnya, mana teman-teman yang lain?“ Sinta pun menjawab “Mungkin mereka nyusul” Gustina
pun menjawab “Oh gitu….. Oke deh, yuk kita main”, dan Sinta pun menjawab “yukkkk…”.
Setelah berinteraksi singkat, tak sadar pun mereka sampai di rumah pak kades. Mereka pun
bertemu teman-teman sebayanya yang sudah ada disana dan sedang bermain-main. Ada yang
bermain karet, petak umpet, dan ada juga yang sedang membeli makanan dan minuman.

Setelah melihat banyaknya teman sebayanya sedang bermain-main, Gustina dan Sinta hanya
duduk saja di tanah dan melihat ke anak-anak yang bermain karet. Mereka duduk beralasan
menunggu teman-teman sekolahnya yang belum dating 10 menit menunggu dan hanya melihat
orang lain bermain karet dengan asyiknya, Gustina dan Sinta mulai tertarik untuk ikut kedalam
permainan mereka. Gustina dan Sinta mulai bosan menunggu dan tertarik melihat orang lain
bermain. Gustina pun memanggil Sinta “Sinnn… kamu bosen gak nunggu?” jawab Sinta “bosen
banget tau, aku pengen banget deh main sama mereka..” , Gustina pun menjawab “Ih Sinta…..
pemikiran kamu sama banget sama pemikiran aku,, aku juga pengen banget main sama mereka”
jawab Sinta “Tapi……. Caranya gimana ya? Biar bisa gabung sama mereka?, aku gaenak
bilangnya“, jawab Gustina “Yaudah kan kita sama-sama mau main, aku deh yang bilang kemereka
biarkita ikut gabung sama mereka”, Sinta pun menjawab “yaudah bilang gih, aku malu..” . Setelah
itu Gustina pun berdiri dari duduknya dan bergegas mendekati anak-anak yang sedang asyik
bermain karet. Gustina pun pertama hanya melihat permainannya dengan dekat saja, . Setelah itu
Gustina mendekati salah satu anak yang berada paling dekat sama dia, Gustina pun menepuk
pundak dan orang yang ditepuk pundaknya oleh Gustina tersebut menoleh kearah Gustina.

Gustina pun langsung membuka pembicaraan “Haii, nama kamu siapa?” dan anak yang di tepuk
pundaknya itu menjawab “Aku Ria, kenapa?”, Gustina pun menjawab “Oh… ga kenapa-napa kok,
aku Cuma mau gabung main sama kalian, boleh? Soalnya aku nunggu teman aku dari tadi belum
datang kesini, aku bosen Cuma duduk aja, makanya aku pengen gabung sama kalian”, Jawab Ria
“Hmmm…. Tunggu ya aku Tanya teman-teman ku dulu “ Gustina menjawab “ Yaudah aku tunggu
kok” . Ria pun memangil teman-temannya dan berbicara dengan teman-temannya. Tiba-tiba
Gustina memanggil Ria “Riaaaa…., aku lupa tadi mau bilang, kalo aku ga sendirian, tapi aku
berdua sama teman aku” (Gustina menunjuk kea rah Sinta) , Ria pun menjawab “Oh iya, tunggu
ya aku lagi tanya”. Gustina pun menunggu jawaban dari Ria untuk diperbolehkan ikut gabung atau
tidak. Tak berapa lama, Riapun memangggil Gustina. “Hey kamu sama teman kamu itu boleh kok
ikut sama kami”. Setelah itu Ria pun memanggil Sinta dan mengajak Sinta untuk bermain juga.
Setelah Sinta dipanggil, dia hanya berdiri dari duduknya dan langsung menghampiri Gustina, Dan
Sinta pun langsung bicara dengan Gustina “Gimana? Boleh kita gabung?” Gustina pun mejawab
“Boleh kok,.. mereka semua baik”. Setelah itu Gustina dan Sinta bermain karet dengan asyiknya
tanpa memikirkan teman-temannya yang belum datang. Mereka bermain dengan asyiknya, dan
seperti teman akrab daru dulu, walaupun tidak saling kenal satu dengan yang lainnya, mereka
semua menyatu dan bermain bersama.

Setelah berapa-lama bermain, sore hari mulai redup dan sebentar lagi akan menerbitkan malam.
Teman-teman Gustina dan Sinta pun tak kunjung dating ke halaman pak kades untuk bermain.
Gustina pun melihat jam tangan yang diberikan ibunya pada saat dia ulang tahun, jam itu
menunjukan pukul 17.30, itu menandakan mereka harus menyelesaikan bermainnya dan bergegas
untuk pulang kerumah masing-masing karena mereka harus mandi dan ditunggu keluarga dirumah.
Bukan hanya itu, mereka juga harus belajar dan menyiapkan pelajaran untuk sekolah pada besok
hari. Gustina pun berbicara kepada teman-temannya yang baru dikenalnya “Teman-teman, kita
udahan yuk bermainnya, karena udah mau malam, nanti lampu penerangan ga ada” jawab Ria
“yaudah yuk mendingan kita udahan aja mainnya… gimana temen-temen?” , dan teman-teman
Ria pun menyetujui untuk menghentikan permainannya. Setelah itu, Gustina mendekati Ria dan
menyampaikan sesuatu “Ria , terimakasih ya aku udah diajakin main bareng sama kamu dan
teman-teman mu, sampaikan ke mereka, aku dan Sinta pamit dulu yaaaa…” Ria pun menjawab
“Iya sama-sama, kapan-kapan main bareng lagi yaaa… nanti aku sampaikan salam kamu ke
teman-teman.” Jawab Gustina “nanti pasti kita akan main bareng lagi kok, aku pamit dulu yaa”
Ria pun menjawab “Iya hati-hati yaa”.

Setelah itu Sinta hanya melambai-lambaikan tangan ke mereka dan Gustina dan Sinta berjalan
untuk pulang kerumah. Pada saat jalan pulang, Sintapun membuka pembicaraan ,“Seru ya tadi
mainnya” ujar Sinta, “Iya seru banget, kalo gaada mereka kita udah bosen banget pasti “ jawab
Gustina. “Iyaaa nih, teman-teman kita ga datang ke halaman pak kades ya” jawab Sinta . “Iya..
kenapa ya mereka semua ga datang bermain?” jawab Gustina. “Mungkin mereka semua ketiduran
atau tidak boleh bermain sama orang tuanya,” jawab Sinta. “Iya mungkin seperti itu, lain kali kita
pastikan lagi mereka datang atau tidak yaa…” jawab Gustina. “Iya nanti kita samperin aja
kerumahnya, ajak main” jawab Sinta . “Iya nanti kalo main lagi kita samperin” jawab Gustina. Tak
terasa berinteraksi singkat, Sintapun sampai di depan rumahnya, Sintapun pamitan dengan Gustina
dan mengatakan “Aku duluan ya Guss, hati-hati kamu yaa, mauliate “ (Mauliate adalah ucapan
terimakasih dalam bahasa batak), jawab Gustina “Iyaaa, aku pamit juga yaaa.. mauliate”. Setelah
berpisah di depan rumah Sinta, Gustinapun melanjutkan perjalanannya ke rumah. Ketika berjalan
menuju rumah, senja mulai meredup dan jalan hanya terlihat pada obor api di rumah-rumah orang.
Sambil berjalan kerumah, Gustina melihat warung dan toko-toko kelontong masih buka dan masih
ramai pengunjung. Itu menandakan bahwa Gustina tak perlu takut akan kegelapan karena masih
banyak orang dan belum gelap gulita. Setelah melewati warung dan toko-toko tersebut, Gustina
pun sampai rumah dengan selamat. Gustina pun membuka gerbang dan mengetuk pintu rumah
dengan mengatakan “Makkk, Gustina sudah pulangg..” . mengetuk pintu sampai 3 kali dan
mengatakan itu, akhirnya Gustina pun dibukakan pintu oleh ayahnya. Ayahnya melihat Sinta dan
mengatakan “ Dari mana saja kau? Langit sudah gelap kau baru pulang kerumah “ . Gustina pun
menjawab, “Iya tadi abis main sama Sinta di halaman pak kades, mainnya seru banget jadi lupa
waktu tadi “ . Ayahnya pun menjawab “Ohhh… yaudahlah kau mandi saja dulu habis itu makan
dan langsung belajar yaaa” . Gustina pun menjawab “Iyaaa, pak, tapi mama mana pak? “ .
Ayahnya pun menjawab “Itu mama lagi didapur, sedang masak buat makan kau , adikmu sama
kakakmu..” . Jawab Gustina “Ohhh… yaudahlah pak aku mau mandi dulu “. Jawab ayahnya
“Yaudah cepat ya, biar cepat juga kau makan dan belajar”. Jawab Gustina “Iyaaa pakkk, siap dehh
“ sambil menebarkan senyumnya yang khas.

Setelah itu Gustina langsung bergegas ke tempat jemuran untuk megambil handuk dan setelah itu
langsung masuk ke kamar mandi. Gustina mandi sekitar 10 menit dan setelah mandi, Gustina pun
bergegas kekamarnya untuk berpakaian. Setelah berpakaian Gustina menghampiri ibunya dan
mengatakan “Makk.. aku mau makan”, Ibunya pun menjawab “Itu udah ada di depan meja makan,
apa kamu mau yg masih anget ini?” masakan ibunya itu adalah sayur bayam dan juga ikan
bandeng, yang sedang dimasak oleh ibunya adalah sayur bayam. Gustina pun menjawab “Tidakk,
makkk, aku ambil yang dimeja aja biar aku makan, aku udah lapar”, Ibunya pun menjawab
“Yaudah makan lah kau yaaa.. yang kenyang biar belajarnya nanti ga ke ganggu” , Jawab Gustina
“Iya makk, aku makan dulu yaa “Jawab Ibunya “Iyaaa“. Setelah itu, Gustina bergegas mengambil
makanan di meja dan memakannya di tempat itu.

Gustina dengan lahapnya memakan makanan yang telah disediakan oleh ibunya. Setelah selesai
melahap makanan yang disediakan ibunya, Gustina pun berdiri untuk mencuci piring dan sendok
yang telah dipakainya untuk makan. Setelah itu piring dan sendok itu ditaruh di tempat rak piring.
setelah menaruh piring dan sendok di tempatnya, Gustina pun mengambil gelas dan minum.
Setelah minum, Gustina menaruh gelas dan langsung pergi ke kamarnya untuk belajar. Gustina
belajar pelajaran bahasa Indonesia pada saat itu, karena kegemarannya adalah pelajaran bahasa
Indonesia. Gustina pun belajar dengan tekunnya tanpa sadar bahwa waktu sudah tepat menunjukan
pukul 11 malam. Gustinapun dipanggil oleh ayahnya, “Gusss, udah selesai belajarnya? Udah
malam ini, besok kau sekolah, tidur lahh kau” , Gustinapun menjawab “Iya paakk, aku beresin
buku dulu abis itu tidur” . Ayahnya pun menjawab “Yaudah, yang cepat lah yaa kau beresin itu.
Habis itu langsung tidur “ Gustinapun menjawab “Iya pak”. Setelah itu Gustina langsung
membereskan bukunya dan mempersiapkan buku pelajaran yang akan dibawanya besok pagi.
Gustina memasukan buku pelajaran yang telah terjadwalkan dan memasukan ke tas. Setelah itu
Gustinapun segera tidur supaya besok ia tidak kesiangan.

Pada hari senin pukul 6 pagi, ada sekumpulan anak-anak yang setiap paginya selalu berangkat
kesekolah bersama. Mereka berkumpul di suatu pos penjaga yang ada di ditengah-tengah antara
rumah mereka. Pos penjaga tersebut terletak di depan pintu masuk ke desa Silimbad, dan pos
tersebut searah dengan sekolah mereka yang berada di Balige. Oleh karena itu titik kumpul mereka
menunggu teman untuk berangkat kesekolah adalah di pos penjaga. Gustina dan teman temanya
yang bernama Sinta, Dapot, dan Lumongga berkumpul di pos penjaga untuk pergi kesekolah .
Mereka berjalan bersama untuk pergi kesekolah, setelah itu mereka berjalan bersama dan memulai
interaksi, mereka membicarakan semua hal tentang pelajaran dipersekolahan nanti, dan
merencanakan jika pulang nanti igin kemana ingin kemana. Setelah berinteraksi cukup lama,
mereka akhirnya sampai di sekolah. Mereka langsung masuk kelas dan menempati bangku yang
sudah di sediakan. Mereka belajar dengan giatnya di sekolah.
Pada pukul 12 siang, setelah belajar di sekolah, merekapun pulang dengan berjalan kaki juga.
Mereka berkumpul di pos penjaga sekolah, dan mereka berjalan bersama untuk pulang kerumah.
Mereka pulang dengan bersama-sama dan menuju rumahnya masing-masing. Setelah sampai
dirumah, Gustina merasa letih dan cepat-cepat melepaskan seragam dan sepatu sekolahnya, dan
berganti pakaian dengan pakaian rumahan. Setelah berganti pakaian, Gustinapun meghampiri
ibunya yang sedang menjahit mamakai jarum kaos-kaos yang rusak, dan mengatakan “Ibu aku
udah pulang, aku mau tidur dulu ya aku capek banget hari ini” , ibunya pun menjawab, “Iya kau
tidur aja, tapi belikan sesuatu dulu buat ibu”. Gustina menjawab “Beli apa bu? Aku capek banget
ini . belinya bisa nanti sore aja gak atau nanti malam? “ . Jawab ibunya dengan suara lantang “
Gabolehh!! Gaboleh kalo belinya malam” . Gustina pun menjawab dengan nada penasaran “
Emangnya kenapa bu? Emang salah ya kalo beli malam-malam? Biasanya masih ramai kok toko
di malam hari. Emangnya ibu mau beli apa sihh??? “ . Ibunya pun menjawab “Ibu mau beli jarum
untuk menjahit kaos-kaos kakak mu dan adik mu yang bolong-bolong ini”. Gustina menjawab
“Ohh beli jarum, emangnya kenapa bu kalo beli jarum gaboleh kalau malam hari ??? “ Gustina
bertanya Tanya dengan anehnya dan memasang muka heran . Ibunya pun menjawab “Jadi gini,
kalau kamu beli jarum malam-malam, nanti ada sesosok hantu yang mendekati dan langsung
menusuk kamu memakai jarum itu, trus ibu juga bisa kena tusuk oleh hantu kalau misalkan
ibu menjahit pada malam hari” . Gustinapun semakin bingung dengan perkataan ibunya. Gustina
menjawab “Masa sih bu? Kok aku baru tau ya itu bisa terjadi, emang sudah ada buktinya?”. Ibunya
menjawab “Dulu sering kejadian kayak gitu, makanya dilarang sekarang, walaupun korbannya
enggak sampai meninggal dunia, akan tetapi bisa mencederai orang yang membeli jarum pada saat
malam hari”. Gustinapun semakin bingung dan bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, mengapa
hal itu bisa terjadi, dan mengapa hantu itu mengincar orang yang bersentuhan dengan jarum pada
malam hari? Apakah hantu tersebut bekerja hanya malam hari? Apakah jika di siang hari hantu
tersebut tidak ada? Mereka semua tidur? , Gustina bertanya-tanya kepada dirinya sendiri mengapa
hal itu bisa terjadi. Jawab Gustina kepada ibunya, “ Oh gitu bu yaa, ihh serem juga ya berartiii,
kita gaboleh sama sekali memegang jarum pada saat malam hari. Yaudah bu sini aku belikan” ,
ibunya pun menjawab , “Iyaaaa… gaboleh sama sekai megang jarum kalau malam hari, “Haram”
. yaudah ambil uang ibu yang ada di saku calana depan kamar kamu, disitu ada uang cukup buat
beli jarum”. Gustina pun menjawab “Iyaa.. bu aku ambilkan..”.

Setelah itu Gustina pergi ke toko yang ada di dekat rumahnya dan selalu berfikir tentang apa yang
telah diucapkan oleh ibunya tadi. Gustina selalu berfikiran kesitu dan selalu bertanya-tanya apakah
itu benar terjadi atau itu hanya sebuah mitos , atau lagi itu hanya akal-akalan ibunya saja untuk
menyuruh Gustina membelikan jarum. Setelah lama berfikir, Gustina pun sampai di toko tersebut
dan segera membeli jarum. Setelah membeli jarum, Gustina pun bergegas berjalan kembali ke
rumah untuk memberikan jarum ke ibunya dan langsung tidur karena Gustina masih letih setelah
bersekolah tadi. Setelah sampai dirumahnya, Gustina langsung memberikan jarum keibunya dan
mengatakan “Ini bu jarumnyaa.. “ . Ibunya pun menjawab “ Iyaaa, makasih yaa, langsung tidur
gih sana” . Gusntina pun menjawab “ Iyaaa buu aku tidur dulu” . Gustina pun bergegas masuk ke
kamar dan tidur di kasur empuk miliknya. Sebelum tidur ia masih teringat dengan apa yang
dikatakan ibunya tadi, iya selalu penasaran dengan itu, dan selalu ingin tahu tentang itu. Alih-alih
ingin tidur, Gustinapun tidak bisa tidur dan hanya bisa memejamkan matanya sesaat saja. Gustina
mendapatkan ide yang tidak akan dilakukan anak-anak sebayanya karena ide tersebut adalah cukup
menantang. Ide tersebut didapatkan oleh Gustina ketika iya penasaran dan memejamkan matanya
sesaat.
Ide itu adalah Gustina akan membeli jarum pada malam hari dan membuktikannya sendiri
bahwa apakah perkataan ibu benar atau tidak. Karena Gustina ingat pada perkataan pendeta
bahwa, di dunia ini yang dikaakan haram adalah ketika itu merusak tubuh, dan jika makanan adalah
jika itu sudah dimakan, dikeluarkan lagi dari mulut dan dimakan lagi. Perkataan itu yang masih di
ingat oleh Gustinya yang membuat dia semakin penasaran dan ingin membuktikan bahwa apakah
benar terjadi yang dikatakan oleh ibunya. Gustina membuat rencana pada kamar tersebut. Gustina
akan membawa uang dari hasil menabungnya yang dimana ia menyisihkan uang jajan sekolah,
dan keluar pada malam hari dengan alasan ingin meminjam buku Sinta karena ada tugas yang baru
ia ingat pada malam hari tersebut. Setelah itu ia membulatkan tekat untuk itu dan menunggu malam
tanpa tertidur. Setelah sore menjelang malam, Gustinapun keluar kamar dan bergegas mengambil
handuk dan masuk ke kamar mandi untuk mandi. Gustina mandi dengan pelan-pelan untuk sedikit
melambatkan waktu hingga malampun tiba. Setelah mandi, Gustinapun pergi ke kamar dan
bergegas untuk mamakai pakaian dikamarnya. Setelah itu dia bergegas untuk makan malam,
karena itu sudah menunjukan malam hari Gustina segera mengabiskan makanannya untuk bisa
membeli jarum tersebut. Entah untuk apa jarum itu, akan tetapi ia ingin membuktikannya. Setelah
makan, ia kembali kekamar untuk mengambil uang tabungannya untuk membeli jarum, dan
membuka bukunya dengan alih-alih dilihat orang tuanya atau kakak-adiknya bahwa ia belajar.
setelah mengambil uang dan membuka bukunya, Gustina membuka pintu kamar supaya semakin
terlihat bahwa ia sedang belajar. tidak beberapa lama ia membaca bukunya, ibunya pun lewat dan
melihat Gustina sedang belajar. Gustina menyadari bahwa ia sedang diamati, ia
langsung mengatakan sesuatu pada ibunya “Bu aku mau ngerjain tugas tapi bukunya harus pinjam
Sinta, aku boleh keluar ga bu? Soalnya tugas ini buat besok, tadi aku lupa sore ga ngambil, soalnya
ketiduran kan akku” . Ibunya menjawab “Wahh, sudah malam-malam gini baru mau minjem buku
kamu” . jawab Gustina “Yaaa….. mau gimana lagi bu, soalnya aku juga baru ingat ini..”.

Stelah itu ibunya pun menjawab “ yaudah kamu dihantarkan sama bapak kau lah ya” , Gustina pun
mulai panik karena ia harus diantar oleh ayahnya ke rumah Sinta, akan tetapi Gustina berusaha
untuk santai. Gustina menjawab “Bukannya ini senin malam bu ya? Bapak kan pergi partangiangan
setiap hari senin malam” (Partangiangan adalah persekutuan doa yang diadakan oleh umat Kristen
Batak Protestan, sama seperti pengajian di Umat Islam) . Ibunya menjawab “ Ohh iya ya…. Ibu
lupa, tadi barusan bapakmu pamitan sama ibu buat pergi partangiangan, yaudah kamu pergi sendiri
aja lah ya, hati-hati kau sudah malam, di luar gelap, nanti ibu ambilkan senter “. Gustina pun
berhasil keluar malam da menjawab “Iyaa, buu aku hati-hati kok, iya mana bu senternya ?” .
Ibunya pun bergegas mengambilkan senter dan memberikan kepada Gustina. Ujar Gustina “Bu,
aku berangkat dulu ya kerumah Sinta, tenang aja abis minjam buku, aku langsung pulang kok”.
Ibunya menjawab “Iya hati-hati lahh kau” . Gustina menjawab “Iyaa bu”.

Setelah itu Gustina menyalakan senternya dan pergi berjalan kerumah Sinta, Gustina memilih
kerumah Sinta terlebih dahulu dengan alasan lebih baik meminjam terlebih dahulu supaya Sinta
belum tidur dan pulang dari rumah Sinta baru beli jarum. Gustina berjalan dengan senter dan
sampai di rumah Sinta, Gustinapun mengetuk pintu Sinta dan mengatakan “Permisi….
Permisiii…. , Sintaa, Sintaa” . Tak beberapa lama rumah Sinta pun ada yang membukakan pintu,
dan itu kebetulan Sinta sendiri . Sintapun langsung terlihat aneh karna melihat kedatangan Gustina
yang bertamu pada malam hari. Ujar Sinta “Ada apa Gus? Kok tumben malam-malam kerumah?
. Gustina menjawab “Iyaa.. aku hanya mau meminjam buku bahasa Indonesia mu” . Jawab Sinta
“Lohhh… bukannya kamu punya sendiri ? “ . Gustina menjawab dengan berbohong “Lagi
dipinjem adekku, aku jadi ga fokus belajar, boleh aku pinjam dulu? Besok pagi ketika aku
berangkat sekolah aku kembalikan lagi?” . Jawab Sinta “Boleh kok, boleh, sebentar aku ambilkan
dulu ya”. Gustina pun menunggu di depan pintu Sinta yang sedang mengambil buku bahasa
Indonesia. Tak beberapa lama, Sintapun kembali dan memberikan bukunya pada Gustina. Ujar
Gustina, “Terimakasih ya Sinta, aku pamit dulu” . Sinta menjawab “Iyaaa, hati-hati ya kamu..” .
Setelah berpamitan, Gustina langsung bergegas menuju toko yang menjual jarum, toko yang
dikunjungi Gustina adalah toko yang sama ketika ia beli jarum pada saat ibunya menyuruh
membelikan jarum. Setelah sampai di toko tersebut, ujar Gustina “Belii… permisi mau beli jarum,
ada? . Penjual pun menjawab “Buat apa beli jarum malam-malam begini?” . Gustina pun
menajawab “Jarum itu untuk tugas disekolah “ . Jawab penjual “ Ohh gitu, yaudah besok pagi-pagi
sebelum kamu berangkat kesekolah, kamu kesini untuk membeli jarum karna toko ini sudah buka
sejak pagi.” . Jawab Gustin dengan lantang “ Memang apa salahnya membeli jarum malam-malam
gini?” , penjual menjawab dengan santainya “Nanti juga kamu akan tahu sendiri “ . Gustina
menjawab “yaudah kalau tidak boleh, aku pamit dulu” . Rencana Gustina membeli jarum pada
malam hari gagal karena tidak diberikan jarum oleh penjual toko tersebut. Setelah itu Gustina
sampai dirumah dan melanjutkan belajarnya, sambil berfikir dengan keras dan rasa penasaran
untuk bisa membuktikan itu. Setelah itu Gustina tidur dengan harapan besok bisa kembali
bersekolah. Hari demi hari telah dilewatinya sampai menjadi besar dan menikah pada 21 tahun
kemudian. Akan tetapi pemikiran itu masih ada di ingatannya dan selalu ingin membuktikannya.
Judul: Sebuah Jarum yang Haram
Pemeran:
Gustina
Sinta
Ria
Ayah Gustina
Ibu Gustina
Setting: Halaman rumah pak kades di Medan, Sumatra Utara, sore hari

Tutur Narator:
Sore hari menjelang, di halaman rumah pak kades, Gustina dan Sinta sedang asyik bermain
bersama teman-teman sebayanya. Mereka menari-nari, bermain karet, dan bermain petak umpet.
Namun, ada sesuatu yang mengganggu pikiran Gustina. Dia penasaran dengan perintah orang
tuanya yang tampak tak masuk akal baginya. Keingintahuannya akan membawa mereka pada
sebuah petualangan yang menarik.
(Adegan 1: Pertemuan di halaman pak kades)
Gustina: (Sambil menari-nari dengan ceria) Hai, apa kabar, Sinta?
Sinta: (Balas sapa dengan senyuman) Halooo, Gustina! Kabar baik, nih. Kamu sendiri gimana?
Gustina: Baik juga. Mana teman-teman yang lain?
Sinta: Mungkin mereka akan datang nanti.
Gustina: Oh, gitu. Oke deh, yuk kita main.
Sinta: Yukkk!
(Tiba-tiba, Gustina dan Sinta melihat anak-anak lain bermain karet.)
Gustina: Sinta, kita bosan nunggu ya? Aku pengen banget main sama mereka.
Sinta: Aku juga bosen banget. Tapi, gimana caranya kita bisa ikut gabung?
Gustina: Aku akan bilang aja ke mereka. Gapapa, aku yang bicara.
Sinta: Yaudah, bilang aja. Aku malu.
(Gustina mendekati Ria, salah satu anak yang bermain karet.)
Gustina: Hai, nama kamu siapa?
Ria: Aku Ria. Ada apa?
Gustina: Aku ingin ikut main sama kalian. Temanku belum datang, jadi aku bosan sendirian.
Ria: Hmm... Tunggu sebentar ya, aku tanya dulu teman-teman lain.
Gustina: Oke, aku tunggu.
(Gustina dan Sinta menunggu dengan cemas.)
Ria: (Memanggil Gustina) Hei, kamu dan temanmu boleh ikut main sama kami.
Gustina: Terima kasih, Ria. Aku senang bisa ikut.
Sinta: (Bergabung dengan Gustina) Gimana, boleh kita gabung?
Gustina: Boleh kok. Mereka semua baik.
(Adegan 2: Bermain karet dengan teman-teman baru)
(Gustina dan Sinta bergabung dengan teman-teman baru mereka dan bermain karet dengan
asyiknya.)
Ria: Sudah sore, lampu akan segera padam. Mungkin kita harus berhenti main.
Gustina: Teman-teman, kita harus berhenti main ya. Sudah mau malam dan lampunya akan mati.
Ria: Iya, kita berhenti aja. Kapan-kapan main lagi yuk!
Gustina: Tentu, kita akan main lagi. Aku pamit dulu ya, teman-teman.
Sinta: Sampai jumpa, semuanya!
(Teman-teman baru Gustina dan Sinta melambaikan tangan saat mereka berpisah.)
(Adegan 3: Gustina dan Sinta kembali ke rumah)
(Gustina dan Sinta berjalan pulang ke rumah dengan senyuman di wajah mereka.)
Gustina: Sinta, aku senang sekali bisa ikut main dengan mereka. Mereka baik-baik dan seru
banget!
Sinta: Iya, Gustina. Kita jadi punya teman baru sekarang.
Gustina: Tapi, ada sesuatu yang masih mengganjal di hatiku, Sinta.
Sinta: Apa itu, Gustina?
Gustina: Perintah orang tuaku tadi, tentang jarum itu. Aku tidak mengerti mengapa mereka
melarangku menyentuh jarum tersebut.
Sinta: Mungkin mereka punya alasannya sendiri, Gustina. Tapi, aku yakin mereka pasti ingin
melindungi kita.
Gustina: Mungkin kamu benar. Tapi, rasanya selalu ada rasa penasaran di dalam diriku.
Sinta: Kita bisa mencari tahu bersama-sama, Gustina. Bersama teman-teman baru kita, mungkin
kita bisa menemukan jawabannya.
Gustina: Iya, Sinta. Ayo kita cari tahu bersama-sama.

(Tutup panggung)

Anda mungkin juga menyukai