PENDIDIKAN KEBHINEKAAN
DI SATUAN PENDIDIKAN
I
ndonesia merupakan negara yang
memiliki karakteristik penduduk sangat
beragam ditinjau dari suku, ras, agama,
budaya, dan bahasa. Keragamaman dan
perbedaan bukan untuk dipertentangkan,
tetapi harus dikelola supaya bisa hidup rukun
berdampingan dalam sebuah harmoni dan
kedamaian bersama. Keragaman merupakan
modal sosial dan potensi dalam membangun
bangsa, namun jika tidak bisa dikelola dengan
baik, maka potensi tersebut akan berubah
menjadi ancaman bagi keutuhan negara
kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sampai saat ini kita masih menyaksikan
beberapa sikap, tindakan, dan perilaku
masyarakat yang berpotensi mengancam
keutuhan NKRI, yakni: tindakan radikal,
kekerasan, dan intoleran yang menyebabkan
terjadinya konflik sosial, dominasi atau
http://litbang.kemdikbud.go.id
Pendidikan Kebhinekaan di Satuan Pendidikan
diskriminasi mayoritas terhadap minoritas secara gender, ras, suku, etnis, kelas/golongan
bahkan pemaksaan sehingga hak-hak mereka sosial.
terpinggirkan, dan kurangnya pemahaman
Implementasi model pembelajaran kebinekaan
terhadap nilai-nilai kebhinekaan/
di sekolah ditunjukkan dengan suasana kelas
multikultural dalam kehidupan masyarakat
yang dikembangkan mencerminkan: 1)
yang sangat plural.
keanggotaan kelompok belajar siswa lintas
Makna Kebhinekaan sektoral/kultur; 2) proses belajar memberikan
kesempatan kepada siswa dari berbagai
Kebhinekaan diberi pengertian/makna dengan
ras, suku, etnis untuk berinteraksi dengan
mengadaptasi konsep multikulturalisme,
mengurangi rasa ketakutan; 3) semua aturan
yaitu adanya kesediaan untuk menerima
kelas diputuskan secara bersama dan berlaku
kelompok lain secara sama sebagai kesatuan,
untuk semua.
tanpa mempedulikan perbedaan budaya,
etnik, jender, bahasa, ataupun agama. Seain itu, Implementasi model pembelajaran
Kebihnekaan dibatasi pada ruang lingkup kebinekaan di sekolah ditunjukkan pula oleh
keberagaman yang bersifat kodrati terutama peran guru dalam pembelajaran kebinekaan,
etnis, agama, dan budaya. Satuan pendidikan antara lain: 1) mendorong siswa belajar tentang
dalam lingkup pendidikan menengah. hal-hal yang terkait stereotype dan hubungan
lainnya yang dianggap bias serta dampak
Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan
negatif yang dihasilkannya; 2) mendorong
Kebudayaan, Balitbang, Kemendikbud telah
siswa belajar berbagi nilai kebajikan dalam
melakukan penelitian kebijakan terkait
internal kelompok maupun antar-kelompok
pendidikan kebinekaan/multikultural untuk
seperti nilai kebajikan, keadilan, kebebasan,
membangun sebuah pemahaman dan sikap
perdamaian, kepedulian sosial dll.; 3) guru
toleransi dan menghargai terhadap perbedaan,
membantu siswa dalam berinteraksi secara
mendorong sikap adil dan tidak diskriminatif
efektif dengan siswa lain dari berbagai ras,
terhadap kelompok lain, dan kemauan untuk
suku, etnis dan agama; 4) guru menggunakan
bekerjasama di antara kelompok masyarakat
teknik dan pendekatan budaya yang beragam
dalam mewujudkan harmoni sosial. Penelitian
dalam menilai pengetahuan siswa dan
yang menggunakan pendekatan kualitatif ini
keterampilan sosialnya. Hal yang cukup
dilakukan observasi secara mendalam pada
dan harus mendapat perhatian dalam
dua lokasi yang memiliki kondisi penduduk
implementasi model pembelajaran kebinekaan
sangat plural namun dikenal memiliki tingkat
di sekolah adalah adanya pembelajaran
toleransi yang tinggi, yakni Kota Singkawang,
transformasi informasi dengan menggunakan
dan Kota Salatiga.
anggota masyarakat dan orang tua sebagai
sumber belajar.
Praktik-praktik baik Sekolah bercirikan agama (SMA Kristen)
penerapan pendidikan menerima siswa dari agama lain, serta
menyediakan ruang ibadah (Musholla)
kebhinekaan di sekolah bagi umat muslim; pada hari jum’at jam
belajar menyesuaikan (berakhir) sebelum
Hasil observasi mendalam pada dua lokasi waktu sholat Jum’at; memfasilitasi kegiatan
tersebut menggambarkan bahwa pada keagamaan dari beragam agama, aktualisasi
hakikatnya pembelajaran kebinekaan identik beragam budaya; sekolah tidak menunjukan
dengan pembelajaran multikulturalisme simbol-simbol keagamaan namun lebih
yaitu kebijakan dalam praktik pendidikan dominan simbol-simbol kebangsaan
dalam mengakui, menerima dan menegaskan (pahlawan, pulau-pulau, budaya daerah,
perbedaan dan persamaan manusia baik dsb); Di sekolah lain (SMA/SMK negeri)
2
Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan Balitbang Kemendikbud
3
Pendidikan Kebhinekaan di Satuan Pendidikan
Policy Brief ini merupakan hasil dari penelitian/ kajian yang dilakukan oleh Pusat
Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2016,
untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi :
Pusat Penelitian Kebijakan
Pendidikan dan Kebudayaan
Komplek Perkantoran Kemendikbud, Gedung E lantai 19,
Jalan Jendral Sudirman, Jakarta
4