Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : QUEEN DEFINKA PUTRI HERDIKSYAH

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 049820776

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4431/Perilaku Organisasi

Kode/Nama UPBJJ : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
NASKAH TUGAS MATA KULIAH

UNIVERSITAS TERBUKA

SEMESTER: 2022/23.2 (2023.1)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Kode/Nama MK : ADPU4431/Perilaku Organisasi

Tugas : 1

Jawaban :

1. Untuk memahami perilaku individu dapat dilihat dari dua pendekatan, yang saling bertolak
belakang, yaitu: (1) behaviorisme dan (2) holistik atau humanisme. Kedua pendekatan ini memiliki
implikasi yang luas terhadap proses pendidikan, baik untuk kepentingan pembelajaran, pengelolaan
kelas, pembimbingan serta berbagai kegiatan pendidikan lainnya.

A. Mekanisme Pembentukan Perilaku Menurut Aliran Behaviorisme


Behaviorisme memandang bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan
dan penguatan (reinforcement) dengan mengkondisikan atau menciptakan stimulus-stimulus
(rangsangan) tertentu dalam lingkungan. Behaviorisme menjelaskan mekanisme proses terjadi dan
berlangsungnya perilaku individu dapat digambarkan dalam bagan berikut :

S > R atau S > O > R


S = stimulus (rangsangan); R = Respons (perilaku, aktivitas) dan O=organisme (individu/manusia).
Karena stimulus datang dari lingkungan (W = world) dan R juga ditujukan kepadanya, maka
mekanisme terjadi dan berlangsungnya dapat dilengkapkan seperti tampak dalam bagan berikut ini :

W>S>O>R>W
Yang dimaksud dengan lingkungan (W = world) di sini dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu :

Lingkungan objektif (umgebung=segala sesuatu yang ada di sekitar individu dan secara potensial
dapat melahirkan S).
Lingkungan efektif (umwelt=segala sesuatu yang aktual merangsang organisme karena sesuai dengan
pribadinya sehingga menimbulkan kesadaran tertentu pada diri organisme dan ia meresponsnya)

Perilaku yang berlangsung seperti dilukiskan dalam bagan di atas biasa disebut dengan perilaku
spontan.
Contoh : seorang mahasiswa sedang mengikuti perkuliahan Psikologi Pendidikan di ruangan kelas
yang terasa panas, secara spontan mahasiswa tersebut mengipas-ngipaskan buku untuk meredam
kegerahannya.
Ruangan kelas yang panas merupakan lingkungan (W) dan menjadi stimulus (S) bagi mahasiswa
tersebut (O), secara spontan mengipaskan-ngipaskan buku merupakan respons (R) yang dilakukan
mahasiswa. Merasakan ruangan tidak terasa gerah (W) setelah mengipas-ngipaskan buku.
Sedangkan perilaku sadar dapat digambarkan sebagai berikut:

W > S > Ow > R > W


Contoh : ketika sedang mengikuti perkuliahan Psikologi Pendidikan di ruangan kelas yang terasa
agak gelap karena waktu sudah sore hari ditambah cuaca mendung, ada seorang mahasiswa yang
sadar kemudian dia berjalan ke depan dan meminta ijin kepada dosen untuk menyalakan lampu neon
yang ada di ruangan kelas, sehingga di kelas terasa terang dan mahasiswa lebih nyaman dalam
mengikuti perkuliahan.

Ruangan kelas yang gelap, waktu sore hari, dan cuaca mendung merupakan lingkungan (W), ada
mahasiswa yang sadar akan keadaan di sekelilingnya (Ow), –meski di ruangan kelas terdapat banyak
mahasiswa namun mereka mungkin tidak menyadari terhadap keadaan sekelilingnya–. berjalan ke
depan, meminta ijin ke dosen, dan menyalakan lampu merupakan respons yang dilakukan oleh
mahasiswa yang sadar tersebut (R), suasana kelas menjadi terang dan mahasiswa menjadi lebih
menyaman dalam mengikuti perkuliahan merupakan (W).

Sebenarnya, masih ada dua unsur penting lainnya dalam diri setiap individu yang mempengaruhi
efektivitas mekanisme proses perilaku yaitu receptors (panca indera sebagai alat penerima stimulus)
dan effectors (syaraf, otot dan sebagainya yang merupakan pelaksana gerak R).

Dengan mengambil contoh perilaku sadar tadi, mahasiswa yang sadar (Ow) mungkin merasakan
penglihatannya (receptor) menjadi tidak jelas, sehingga tulisan dosen di papan tulis tidak terbaca
dengan baik. Menggerakkan kaki menuju ke depan, mengucapkan minta izin kepada dosen, tangan
menekan saklar lampu merupakan effector.

B. Mekanisme Pembentukan Perilaku Menurut Aliran Holistik (Humanisme)


Holistik atau humanisme memandang bahwa perilaku itu bertujuan, yang berarti aspek-aspek intrinsik
(niat, motif, tekad) dari dalam diri individu merupakan faktor penentu untuk melahirkan suatu
perilaku, meskipun tanpa ada stimulus yang datang dari lingkungan. Holistik atau humanisme
menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam konteks what (apa), how (bagaimana), dan why
(mengapa). What (apa) menunjukkan kepada tujuan (goals/incentives/purpose) apa yang hendak
dicapai dengan perilaku itu. How (bagaimana) menunjukkan kepada jenis dan bentuk cara mencapai
tujuan (goals/incentives/pupose), yakni perilakunya itu sendiri. Sedangkan why (mengapa)
menunjukkan kepada motivasi yang menggerakan terjadinya dan berlangsungnya perilaku (how),
baik bersumber dari diri individu itu sendiri (motivasi instrinsk) maupun yang bersumber dari luar
individu (motivasi ekstrinsik).

Perilaku individu diawali dari adanya kebutuhan. Setiap individu, demi mempertahankan
kelangsungan dan meningkatkan kualitas hidupnya, akan merasakan adanya kekurangan-kekurangan
atau kebutuhan-kebutuhan tertentu dalam dirinya. Dalam hal ini, Maslow mengungkapkan jenis-jenis
kebutuhan-individu secara hierarkis, yaitu:

kebutuhan fisiologikal, seperti : sandang, pangan dan papan


kebutuhan keamanan, tidak dalam arti fisik, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual
kebutuhan kasih sayang atau penerimaan
kebutuhan prestise atau harga diri, yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol
status
kebutuhan aktualisasi diri.

Sementara itu, Stranger (Nana Syaodih Sukmadinata,2005) mengetengahkan empat jenis kebutuhan
individu, yaitu:

Kebutuhan berprestasi (need for achievement), yaitu kebutuhan untuk berkompetisi, baik dengan
dirinya atau dengan orang lain dalam mencapai prestasi yang tertinggi.
Kebutuhan berkuasa (need for power), yaitu kebutuhan untuk mencari dan memiliki kekuasaan dan
pengaruh terhadap orang lain.
Kebutuhan untuk membentuk ikatan (need for affiliation), yaitu kebutuhan untuk mengikat diri dalam
kelompok, membentuk keluarga, organisasi ataupun persahabatan.
Kebutuhan takut akan kegagalan (need for fear of failure), yaitu kebutuhan untuk menghindar diri
dari kegagalan atau sesuatu yang menghambat perkembangannya.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut selanjutnya menjadi dorongan (motivasi) yang merupakan kekuatan


(energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam
melaksanakan suatu aktivitas, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).

Jika kebutuhan yang serupa muncul kembali maka pola mekanisme perilaku itu akan dilakukan
pengulangan (sterotype behavior), sehingga membentuk suatu siklus
Berkaitan dengan motif individu, untuk keperluan studi psikologis, motif individu dapat
dikelompokkan ke dalam 2 golongan, yaitu :

Motif primer (basic motive dan emergency motive); menunjukkan kepada motif yang tidak pelajari,
dikenal dengan istilah drive, seperti : dorongan untuk makan, minum, melarikan diri, menyerang,
menyelamatkan diri dan sejenisnya.
Motif sekunder; menunjukkan kepada motif yang berkembang dalam individu karena pengalaman
dan dipelajari, seperti : takut yang dipelajari, motif-motif sosial (ingin diterima, konformitas dan
sebagainya), motif-motif obyektif dan interest (eksplorasi, manipulasi. minat), maksud dan aspirasi
serta motif berprestasi.

Untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari indikator-indikatornya, yaitu : (1) durasi
kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan
kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk
mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; (7)
tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah
sikap terhadap sasaran kegiatan.

2. Fungsi budaya dalam berorganisasi :

Fungsi budaya organisasi, untuk mengatur segala aktivitas yang terjadi dalam organisasi agar
organisasi berjalan lancar dan mencapai tujuan yang diharapkan. Budaya pada organisasi juga
memiliki manfaat seperti berikut:

-Memudahkan koordinasi aktivitas dalam suatu organisasi.

-Memudahkan antar individu atau anggota dalam berkomunikasi, karena terdapat sikap dan
perilaku yang menganut nilai-nilai budaya organisasi.

-Aktivitas organisasi lancar, organisasi berprestasi, dan bisa mengambil keputusan dengan
cepat dan tepat.

-Terciptanya hubungan yang harmonis dan kerja sama yang baik antar anggota, sehingga
produktivitas dan motivasi kerja meningkat
Selain itu, beberapa ahli, seperti Robbins (1993) dalam Sutrisno (2010:28) juga mengemukakan
beberapa manfaat budaya yaitu:

-Mengatasi peran yang berbeda dalam setiap organisasi, dengan membangun akar budaya
yang kuat dan melekat dalam diri setiap anggota.

-Organisasi memiliki ciri khas tersendiri dan identitas bagi setiap anggota organisasi di
dalamnya.

-Stabilitas organisasi terjaga dengan baik.

- Lebih mengutamakan tujuan bersama dibandingkan kepentingan individu.

B. Permasalahan apa saja yang dihadapi sektor industri dalam pengembangannya?

Persoalan-persoalan industri ini klasik yang sudah terjadi sebelumnya. Pertama, industri
kekurangan bahan baku seperti kondensat, gas, naphta, biji besi. Kedua, kurangnya
infrastruktur seperti pelabuhan, jalan, dan kawasan industri. Ketiga, industri kekurangan
utility seperti listrik, air, gas, dan pengolah limbah.

C. Strategi budaya organisasi :

- Fokus kepada kesehatan mental setiap orang

- Ciptakan suasana komunikasi yang efektif

- Tanamkan toleransi dalam organisasi

- Nilai karyawan secara objektif

- Tumbuhkan rasa kesetaraan antar sesama

-Tunjukkan dan apresiasi diri

3. A. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang memimpin banyak orang, entah itu dalam suatu
organisasi atau perusahaan. Setiap perusahaan biasanya memiliki gaya kepemimpinan yang
berbeda. Hal ini dipengaruhi sistem perusahaan, jumlah pekerja, dan target yang harus
dicapai

B. Gaya kepemimpinan sesuai wewenang :

-Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian

Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari
dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si
pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang
telah diberikan.

-Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic

Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara
luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan
sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan
banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.

- Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire

Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang
secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.

Sumber:
http://organisasi.org/jenis_dan_macam_gaya_kepemimpinan_pemimpin_klasik_otoriter_demo
kratis_dan_bebas_manajemen_sumber_daya_manusia

-EMPAT GAYA KEPEMIMPINAN DARI EMPAT MACAM KEPRIBADIAN

Keempat gaya kepemimpinan berdasarkan kepribadian adalah :

1. Gaya Kepemimpinan Karismatis

2. Gaya Kepemimpinan Diplomatis

3. Gaya Kepemimpinan Otoriter

4. Gaya Kepemimpinan Moralis

GAYA KEPEMIMPINAN KARISMATIS

Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka
terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin
dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan.

Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan
peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk datang
kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang – orang yang datang ini akan kecewa karena
ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta
pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.
GAYA KEPEMIPINAN DIPLOMATIS

Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak orang
seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi
keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua
sisi, dengan jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya.

Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya,
mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat
keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi
pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya
meninggalkan si pemimpin.

GAYA KEPEMIMPINAN OTORITER

Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun
tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu
tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah – langkahnya
penuh perhitungan dan sistematis.

Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka
sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan
adalah prinsip hidupnya.

GAYA KEPEMIMPINAN MORALIS

Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka hangat dan sopan
kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para
bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini.
Orang – orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya.

Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat tidak
stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan
bersahabat.

Sumber: http://wapannuri.com/a.kepemimpinan/kepemimpinan_efektif.html

Jika saya menjadi pemimpin, Saya akan lebih memilih gaya kepemimpinan demokratis.

Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini semua permasalahan dapat di selesaikan
dengan kerjasama antara atasan dan bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa
terjalin dengan baik.
Refrensi:

http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli/#ixzz1ijX4CPT

Anda mungkin juga menyukai