Kelompok 2
ANGGOTA KELOMPOK
Dwi Cinta Wiliananda Putri 2210611425
Nur Septiana Amanda 2210611427
Nanda Putri Andana Kusuma 2210611435
Rivo Denra Maulana 2210611458
Alma Florydia Gutama 2210611461
Raysha Aulia Fazila 2210611466
PENDAHULUAN
Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki budaya dan hukum adat
yang kuat dan masih menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Aceh hingga
saat ini. Dalam penyelesaian perkara masyarakat Aceh, Hukum adat masih sering dipakai
sebagai salah satu alternatif dalam mencapai keadilan.
Terdapat juga permasalahan dalam penyelesaian perkara masyarakat Aceh yang masih
terjadi konflik dengan hukum nasional, terutama dalam hal yang berkaitan dengan adat
dan kebiasaan lokal.
PERKEMBANGAN DAN REGULASI
Hukum Adat Syariat Aceh telah mendapatkan perizinan dan diakui secara undang-
undang oleh hukum nasional Indonesia. Hal ini diatur dalam Pasal 1 ayat 2 UU No. 18
Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
PENGARUH DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT ACEH
Sistem peradilan adat di Aceh adalah Peradilan adat yang diselenggarakan oleh
lembaga adat Gampong dan Mukim. Proses penyelenggaraan peradilan adat lazimnya
dilaksanakan di Meunasah (langgar/musala) dengan sistem musyawarah.Berkaitan
dengan peradilan adat Aceh dalam sistem hukum Indonesia, secara yuridis penyelesaian
sengketa melalui peradilan adat diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006
Tentang Pemerintahan Aceh dan dalam Qanun Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Lembaga
Adat, yang menegaskan bahwa penyelesaian persoalan sosial kemasyarakatan
diselesaikan oleh lembaga Adat, melalui peradilan adat, dan sejumlah peraturan lainnya.
PERBEDAAN MEKANISME PENYELESAIAN PERKARA
DALAM HUKUM ADAT ACEH DAN HUKUM POSITIF
Penyelasian perkara hukum adat aceh dengan Sistem peradilan adat di Aceh
adalah Peradilan adat yang diselenggarakan oleh lembaga adat Gampong dan
Mukim. Proses penyelenggaraan peradilan adat lazimnya dilaksanakan di
Meunasah (langgar/musala) dengan sistem musyawarah.
Eksistensi hukum adat dalam hukum positif Indonesia akan selalu ada dan
tidak akan pernah mati. Hukum adat dan hukum positif menjadi suatu
yang saling melengkapi antara satu dengan lainya. Hukum adat selalu
akan bergerak elastik dan dinamis menyesuaikan kehidupan dalam
masyarakat dan hukum positif akan selalu tidak bertentangan dengan
hukum yang hidup dalam masyarakat atau hukum adat.
TANTANGAN DAN PELUANG
DALAM MELESTARIKAN DAN MEMPERKUAT HUKUM ADAT
Di era globalisasi ini banyak tantangan yang menuntut serba rasional dan empirik dan
bertentangan dengan segala sesuatu yang tradisional. Sementara hukum adat (diakui atau
tidak) adalah bersifat tradisional (terlepas dari perkembangannya) dan merupakan hukum
yang ada (hidup) pada masa dahulu kala yang harus dilestarikan.
Perkembangan dan kemajuan teknologi dan informasi, tingkat pendidikan yang lebih tinggi
membawa dampak bagi pelestarian dan pengembangan nilai-nilai hukum adat dalam
masyarakat. Dampak yang dirasakan bahwa ada nilai-nilai dalam masyarakat hukum adat
yang mulai mengalami perubahan nilai yang mampu membawa pengaruh yang besar bagi
aktivitas dan perilaku masyarakat.
KESIMPULAN
Hukum adat Aceh mempunyai peran dan wewenang yang jelas dalam melakukan
penyelesaian perkara yang terjadi di dalam wilayah Aceh. Pengaruh Hukum Adat
Aceh terhadap kehidupan masyarakat Aceh sangatlah penting karena dengan
adanya hukum adat tersebut masyarakat aceh menjadi lebih teratur dan terikat
oleh hukum yang mengikuti syariat islam. Oleh karena itu, hubungan antara
pelaksanaan syari’at Islam dan lembaga-lembaga adat dapat terus dipertahankan
karena selain selama ini telah mengambil peran penting dalam masyarakat
THANK YOU
Kelompok 2