FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM (UIB)
Bahan Kompilasi
PENDIDIKAN FORMAL
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang
(2000-2004)
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
di indonesia
Hukum adat sebagai salah satu dasar hukum
Negara-negara
Sistem Common Law
Anglo Saxon
Hukum
Negara-negara
Civil Law
Eropa Continental
Negara-negara
Adat
Asia
Negara-negara
Agama
Timur-Tengah
Negara-Negara Eropa
Sosialis
Timur dan China
SISTEM HUKUM INDONESIA
Sistem Hukum yang berlaku di Indonesia adalah sistem hukum
campuran yakni:
1. Sistem Hukum Civil Law karena faktor historis dimana
Indonesia pernah dijajah Belanda sehingga berdasar asas
konkordansi Belanda menerapkan hukum Belanda berlaku
diseluruh wilayah jajahan Hindia Belanda termasuk Indonesia.
Namun, pada perkembangan Indonesia mulai berkiblat ke
Common Law dengan munculnya berbagai produk hukum
yang berdiri sendiri model Common Law seperti UU Korupsi,
UU Ketenagakerjaan dll
2. Sistem Hukum Islam (Inpres No. 1 tahun 1991 Tentang
kompilasi hukum Islam, Peradilan Agama, bank syariah,
ekonomi syariah, hukum Waris Islam )
3. Sistem Hukum Adat (UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria)
ARTI ADAT
KEBIASAAN
“Tingkah laku seseorang yang terus-menerus dilakukan
dengan cara tertentu dan diikuti oleh masyarakat luar dalam
waktu yang lama”.
Hukum adat adalah endapan kesusilaan dalam masyarakat yaitu kaidah-kaidah kesusialaan yang
kebenarannya telah mendapat pengakuan umum dalam masyarakat itu.
Soeroyo Wignyodipuro, S.H.
Hukum adat adalah suatu ompleks norma-norma yang bersumber pada perasaan keadilan rakyat
yang selalu berkembang serta meliputi peraturan-peraturan tingkah laku manusia dalam kehidupan
sehari-hari dalam masyarakat, sebagaian besar tidak tertulis, senantiasa ditaati dan dihormati oleh
rakyat karena mempunyai akibat hukum ( sanksi ).
Prof. Dr. Soepomo, S.H.
Hukum adat adalah hukum tidak tertulis didalam peraturan tidak tertulis, meliputi peraturan-
peraturan hidup yang meskipun tidak ditetapkan oleh yang berwajib tetapi ditaati dan didukung
oleh rakyat berdasarkan atas keyakinan bahwasanya peraturan-peraturan tersebut mempunyai
kekuatan hukum.
UNSUR-UNSUR HUKUM ADAT
unsur-unsur hukum adat sebagai berikut :
1. Adanya tingkah laku yang terus menerus
dilakukan oleh masyarakat.
2. Tingkah laku tersebut teratur dan sistematis
6. Tidak tertulis
PERINTAH,
ADAT LARANGAN,
SANKSI, HUKUM ADAT
ISTIADAT
KEPUTUSAN
PENGUASA
umum.
Asas perwakilan dan permusyawaratan.
Sumber hukum adat (rechts bron)
1. Kebiasaan dan adat istiadat yang
berhubungan dengan tradisi rakyat;
2. Kebudayaan tradisi rakyat;
Eksternal
Internal
Secara Internal
Memberlakukan Hukum Adat menurut sistem
Hukum Adat
1. Keberlakuan Faktual/empiris/sosiologis
◦ -Kenyataan
◦ -Psikologis
2. Keberlakuan Filosofis-Hukum adat
berlansaskan nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat
Keberlakuan secara Eksternal
Memberkalukan hukum adat melalui sistem
diluar hukum adat
Keberlakuan Hukum adat dalam hukum
1 jan 1926
RR (Regerings Reglement)
UU –(Reglement op Het Beleid der van
Nederlands Indie)
Pasal 163 IS
Penggolongan Penduduk
Gol Eopa
Gol Timur Asing
Gol Bumi putra/indonesia asli
Gol Eropa
1. Oang-orang belanda
2. Orang-orang berasal dr Eropa dan jepang
3. Gol lain yg asas hk kekeluargaan sama dgn
BW misalnya Amerika, canada Afrika selatan
Golongan Timur Asing
1. Golongan Cina
Berlaku seluuh ketentuan BW
2. Gol bukan cina
Arab, India, Pakistan
Berlaku hukum harta kekayaan
Tdk termasuk hk perorangan dan keluarga
Golongan Bumiputra
Orang Indonesia yang tdk beragama kristen
Berlaku hukum Perdata adat
Lembaga Penundukan
Dasar Hukum
Pasal 11 AB
Pasal 75 RR
Pasal 75 ayat 4RR baru atau pasal 131 IS
1. Penundukan sukarela
a. seluruhnya.
b. Untuk sebagian
c. Suatu perbuatan tertentu
2. Penundukan anggapan / diam-diam
Atas kehendak pemeintah
Contoh pendirian firma,CV,pembuatan Akte
notaris, pembuatan perjanjian-perjanjian,
hipotik
S. 1847-23
BW berlaku Bagi:
1. Orang-orang Eropa
2. Orang-orang Indonesia Keturunan Eropa
3. Orang-orang yang disamakan dengan
Administrative Regulation
General Norms
Constitution
GRUNDNORM
dsb…
Timbul jauh sblm ada kesatuan politik negara (state) baik kerajaan
maupun penjajah belanda sekelompok individu sdh bersekutu yg
disebut community , yaitu kesatuan hdp mnsa, yg menempati wilayah
nyata & berinteraksi mnrt suatu sistem adat-istiadat, serta terikat suatu
rasa ientitas komuniti (R. Yando Zakaria)
Soepomo dg mengutip Ter Haar berpendapat:
“Bahwa di slruh kepulauan Indonesia pd tingkatan rakyat jelata, terdpt
pergaulan hidup di dlm golongan2 yg bertingkah laku sbg kesatuan thp
dunia luar, lahir & batin. Gol2 itu mmpy susunan yg tetap & kekal, &
org2 segolongan itu msg2 mengalami kehidupannya sbg hal yg
sewajarnya, hal mnrt kodrat alam. Tdk ada seorangpun dr mrk yg
mempny pikiran akan kemungkinan pembubaran gol itu.Gol mns tsb
mmpny harta benda, milik keduniaan & milik ghaib. Gol2 demikianlah yg
bersifat persekutuan hkm
Psl 1 ayat (3) Permen no 5/1999 ttg Pedoman
Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat
Hukum Adat yg dikeluarkan Meneg
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
disebutkn:
“Masyarakat Hukum Adat sbg sekelompok
org yg terikat oleh tatanan hukum adatnya sbg
warga bersama suatu persekutuan hukum
karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas
dasar keturunan”
Corak Masyarakat Hukum
Adat
1. Paguyuban (gemeinschaft)
corak khdpn bersama dmn anggotanya diikat hub batin yg murni,
bersifat alamiah & kekal.
CIRI = pembagian kerja spesialisasi indivdu tdk mnonjol, kdudukn
tdk bgtu ptg, anggota hilang 1 tdk bgtu pengaruh
DASAR HUB= WESSENWILLE = kodrat mns yg timbul dr
keseluruhan kehidpn alami (rasa cinta & persatuan batin)
Ex: keluarga, kelompok kerabat, RT dsb
Mnrt Ferdinand Tonnies ada 3 pembagian gemeinschaft:
- gemeinschaft by blood (pgybn krn ikatan darah) ex: keraton yogy
- gemeinschaft of place (pgybn krn ikatan tempat) ex: RT, RW
- gemeinschaft of mind (pgybn krn ikatan jiwa-pikiran) ex: organisasi
2. Patembayan (geshellschaft)
Ikatn lahir yg bersifat pokok & biasanya utk jngk wkt pendk
DASAR HUB= KURWILLE = kemauan utk mencapai 7-an ttt
sifatnya rasional
Ex: ikatan organisasi, iktn pedagang dsb
C. Struktur Masyarakat Hukum Adat
1. berdasar Genealogis (keturunan)
a. Patrilineal (pertalian darah garis bapak)
Ex: Suku batak, nias, sumba
b. Matrilineal (pertalian darah garis ibu)
Ex: Minangkabau
c. Parental (pertalian darah garis bapak+ibu)
Utk menentukan hak & kewajiban seseorang, maka family
dr pihak bapak adalah sama artinya dg family dr pihak ibu
Ex: Suku Jawa, sunda, aceh, dayak
2. berdasar Teritorial (wilayah)
a. Desa
sklmpok org trikat pd suatu kediaman(dukuh) mpy pmrth sdr
Ex : Desa di Jawa & Bali
b. Daerah
bbrp desa yg mpy pmrth msg2 namun mrpk bagian dr daerah
Ex: Marga di Sumsel dg dusun2 di dlm daerahnya
c. Perserikatan (beberapa kampung)
Ex: Perserikatan huta-huta di suku batak
Karena Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 berbunyi, “Negara
mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat & prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diatur dalam undang-undang”, maka MK
menentukan kriteria atau tolok ukur terpenuhinya
ketentuan UUD 1945, yaitu bahwa kesatuan masyarakat
hukum adat tersebut : 1. Masih hidup; 2. Sesuai dengan
perkembangan masyarakat; 3. Sesuai dengan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan 4. Ada
pengaturan berdasarkan undang-undang.
Masih Hidup
Lebih lanjut menurut MK, suatu kesatuan masyarakat hukum
adat untuk dapat dikatakan secara de facto masih hidup (actual
existence) baik yang bersifat teritorial, genealogis, maupun yang
bersifat fungsional setidak-tidaknya mengandung unsur-unsur
(i) adanya masyarakat yang masyarakatnya memiliki perasaan
kelompok (in group feeling); (ii) adanya pranata pemerintahan
adat; (iii) adanya harta kekayaan dan/atau benda-benda adat;
dan (iv) adanya perangkat norma hukum adat. Khusus pada
kesatuan masyarakat hukum adat yang bersifat teritorial juga
terdapat unsur (v) adanya wilayah tertentu.
Sesuai perkembangan masyarakat;
MK juga berpendapat bahwa kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak-hak tradisionalnya dipandang sesuai dengan
perkembangan masyarakat apabila kesatuan masyarakat hukum
adat tersebut :
1. Keberadaannya telah diakui berdasarkan undang-undang yang
berlaku sebagai pencerminan perkembangan nilai-nilai yang
dianggap ideal dalam masyarakat dewasa ini, baik undang-
undang yang bersifat umum maupun bersifat sektoral, seperti
bidang agraria, kehutanan, perikanan, dan lain-lain maupun
dalam peraturan daerah;
2. Substansi hak-hak tradisional tersebut diakui dan dihormati
oleh warga kesatuan masyarakat yang bersangkutan maupun
masyarakat yang lebih luas, serta tidak bertentangan dengan
hak-hak asasi manusia.
MK kemudian menyatakan bahwa suatu kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
apabila kesatuan masyarakat hukum adat tersebut tidak
mengganggu eksistensi Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagai sebuah kesatuan politik dan kesatuan
hukum, yaitu keberadaannya tidak mengancam kedaulatan
dan integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
substansi norma hukum adatnya sesuai dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
TUJUAN MEMPELAJARI
HUKUM ADAT
1. Hukum adat sebagai ilmu
2. Hukum adat sebagai ilmu hukumpositif
Hukum adat sebagai ilmu
1. Untuk mengetahui pengertian hukum adat
2. Untuk mengetahui asal-usul terjadinya
hukum adat
3. Untuk mengetahui objek, metode dan
sistematik penguraian hukum adat
4. Untuk mengetahui bentuk dan sifat kaidah
hukum adat
Hukum adat sebagai ilmu hukum
positif
1. Untuk mengetahui kedudukan hukum adat dalam
tata hukum indonesia
2. Untuk mengetahui landasan formal berlakunya
hukum adat
3. Untuk mengetahui alasan hukum adat tidak berlaku
secara nasional
4. Untuk mengetahui kaidah-kaidah hukum adat yang
tidak bertentangan dengan per-uu-an di indonesia
5. Untuk mengetahui sejauh manakah peranan hukum
adat dalam pelaksanaan pembangunan hukum di
indonesia
SYARAT AGAR HUKUM ADAT DAPAT
DIJADIKAN SEBAGAI SISTEM HUKUM NASIONAL
umum.
Asas perwakilan dan permusyawaratan.
NILAI-NILAI HUKUM
MENURUT LAWRENCE FRIEDMAN, HUKUM
HARUS MEMILIKI 3 (TIGA) NILAI:
1. NILAI KEPASTIAN HUKUM
2. NILAI KEADILAN
3. NILAI KEMANFAATAN
HUKUM ADAT SEBAGAI HUKUM
PERDATA MATERIIL
BAGI GOLONGAN PRIBUMI, PERKARA WARIS
MEWARIS HARUS DISELESAIKAN DENGAN OPSI:
1. HUKUM WARIS ADAT
2. HUKUM WARIS ISLAM
SEGALA PERKARA BERKAITAN DENGAN
TRANSAKSI TANAH HARUS BERLAKU HUKUM
AGRARIA YANG BERSUMBER PADA HUKUM
ADAT ( PS. 5 uu No. 5 tahun 1960)
HUKUM ADAT DALAM SENGKETA
ANTAR GOLONGAN
Hukum perdata materiil yang harus
diberlakukan:
1. Titik pertautan primer
a) Dominasi objek sengketa
b) Dominasi subjek sengketa
2. Titik pertautan sekunder
a) Kehendak para pihak
b) Pilihan hukum melalui penundukan diri
Arti penting Pasal 28 UU 4/2004
Tentang Kekuasaan Kehakiman
“Hakim wajib, menggali, mengikuti dan
memahami nilai-nilai hukum dan rasa
keadilan yang hidup dalam masyarakat”
Bisa diwariskan
Bersifat sosial
membuat jual beli itu bersifat terang (resmi); Untuk masyarakat hukum
di daerah-daerah Sumatera bagian selatan yang dimaksud dengan Kepala
Desa di sini adalah justru Pasirah sebagai Kepala Marga, karena
Pasirahlah yang dianggap sebagai pemegang adat, yang mengetahui
segala adat istiadat dan hukum adat positif di dalam lingkungan
marganya, sedangkan Kerio sebagai Kepala Dusun merupakan pembantu-
pembantu dari Pasirah sebagai Kepala Marga tersebut;
- Maka jual beli tanah yang dibuat di hadapan Pasirah sebagai Kepala
Marga lebih terang sifatnya dari pada yang dibuat di hadapan Kerio
sebagai Kepala Dusun/Kampung.
Putusan Mahkamah Agung : tgl. 29-1-1976 No. 690 K/Sip/1973.
Dalam Perkara : : Abdul Azis bin Kebat, dkk. lawan Mohamad Kallani bin
Meskat. dengan Susunan Majelis : 1. D.H. Lumbanradja SH.; 2. Busthanul
Arifin S.H.; 3. Sn Widojati Wiratmo Soekito SH.
Hukum Adat di daerah Gianyar:
“Banjar-2 - patus”
Soal keanggotaan dalam “pepatusan” bukan merupakan
Mahkamah Agung:
bahwa ternyata dusun sengketa Dalam Perkara ini adalah sama dengan
dusun sengketa Dalam Perkara antara Abdul Samad Kaplale lawan Haji
Abdul Sjukur Kaplale dan Muhammad Kaplale yang telah diputus oleh
Landraad Saparua pada tahun 1936 dan Lad van Justitie Makassar 1938;
bahwa keputusan yang mengikat Kepala Pusaka dengan sendirinya turut
pula mengikat Anak-anak Pusaka dan Kepala Pusaka selanjutnya, serta
ahli-ahli waris dan orang-orang yang mendapat hak dari padanya,
sehingga keputusan-keputusan yang mengikat Haji Abdul Samad
Kaplale turut pula mengikat para penggugat Dalam Perkara ini dan
keputusan yang mengikat Haji Abdul Sjukur Kaplale dan Muhammad
Kaplale turut pula mengikat pan tergugat Dalam Perkara ini.
Putusan Mahkamah Agung : tgl. 30-12-1975 No. 941 K/Sip/1973.
Perolehan hak
atas Tanah
peristiwa Perbuatan
hukum hukum
Perbuatan Perbuatan
hukum huku dua
Warisan pihak
sepihak
Perolehan hak atas tanah dalam
hukum adat
Perolehan hak
atas Tanah
karena perbuatan
hukum
Perbuatan Perbuatan
Sepihak dua pihak
1. Pendirian suatu
1. Menggadai
desa
2. Jual lepas
2. Pembukaan tanah
3. Jual tahunan.
oleh seorang warga
persekutuan
JUAL BELI
ASAS TERANG DAN TUNAI
Menurut hukum adat, sahnya jual beli tanah Pemindahan hak atas tanah
yang harus dilakukan secara terang dan tunai.
A. Terang:
Pasal 7.
1) Barangsiapa menguasai tanah pertanian dengan hak-gadai yang pada
mulai berlakunya Peraturan ini sudah berlangsung 7 tahun atau lebih
wajib mengembalikan tanah itu kepada pemiliknya dalam waktu sebulan
setelah tanaman yang ada selesai dipanen, dengan tidak ada hak untuk
menuntut pembayaran uang tebusan.
2) Mengenai hak-gadai yang pada mulai berlakunya. Peraturan ini belum
berlangsung 7 tahun, maka pemilik tanahnya berhak untuk memintanya
kembali setiap waktu setelah tanaman yang ada selesai dipanen, dengan
membayar uang tebusan yang besarnya dihitung menurut rumus:
(7 + 1/2) - waktu berlangsungnya hak-gadai 7 x uang gadai,
7
dengan ketentuan bahwa sewaktu-waktu hak-gadai itu telah
berlangsung 7 tahun maka pemegang gadai wajib mengembalikan tanah
tersebut tanpa pembayaran uang tebusan, dalam waktu sebulan setelah
tanaman yang ada selesai dipanen.
3) Ketentuan dalam ayat (2) pasal ini berlaku juga terhadap hak-gadai yang
diadakan sesudah mulai berlakunya Peraturan ini
Jual lepas
Pengertian jual lepas
Jual lepas merupakan proses pemindahan hak atas tanah
yang bersifat Terang dan tunai, dimana semua ikatan
antara bekas penjual dengan Tanahnya menjadi lepas sama
sekali.
Panjer
Di Bali Selatan,
perjanjian bagi hasil penerapannya disebut “sakap menyakap” (Koentjaraningrat
1967:60). Ketentuan-ketentuannya adalah, sebagai berikut :
a. Pemilik tanah dan penggarapnya memperoleh bagian yang sama, yaitu masing-
masing ½ (”nandu”).
b. Pemilik tanah mendapat 3/5 bagian dan penggarap 2/5 bagian (“nelon”)
c. Pemilik tanah mendapat 2/3 bagian dan penggarap 1/3 bagian (“ngapit”).
3. AZAS 3: HAK TANGGUNGAN HANYA DAPAT DIBEBANKAN PADA HAT YANG TELAH ADA
4. AZAS 4: HAK TANGGUNGAN DAPAT DIBEBANKAN SELAIN ATAS TANAHNYA JUGA BERIKUT BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH
TERSEBUT
5. AZAS 5: HAK TANGGUNGAN DAPAT DIBEBANKAN JUGA ATAS BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH YANG BARU AKAN ADA DI
KEMUDIAN HARI
7. AZAS 7: HAK TANGGUNGAN DAPAT DIJADIKAN JAMINAN UNTUK UTANG YANG BARU AKAN ADA
9. AZAS 9: HAK TANGGUNGAN MENGIKUTI OBJEKNYA DALAM TANGAN SIAPAPUN OBJEK HAK TANGGUNGAN ITU BERADA
10. AZAS 10: DI ATAS HAK TANGGUNGAN TIDAK DAPAT DILETAKKAN SITA OLEH PENGADILAN
11. AZAS 11: HAK TANGGUNGAN HANYA DAPAT DIBEBANKAN ATAS TANAH TERTENTU
13. AZAS 13: HAK TANGGUNGAN DAPAT DIBERIKAN DISERTAI JANJI-JANJI TERTENTU
14. AZAS 14: OBJEK HAK TANGGUNGAN TIDAK BOLEH DIPERJANJIKAN UNTUK DIMILIKI SENDIRI OLEH PEMEGANG HAK TANGGUNGAN BILA
DEBITUR CIDERA JANJI
15. AZAS 15: PELAKSANAAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN MUDAH DAN PASTI
SEJARAH LEMBAGA HAK JAMINAN ATAS TANAH
DI INDONESIA
1848 1908 1960 1996
HYPOTEEK CREDIETSVERBAND HAK TANGGUNGAN HAK TANGGUNGAN
Obyek :
Obyek: Obyek: Obyek:
HAT-Barat
Tanah Hak Milik Adat HM,HGU,HGB HM,HGU,HGB,HP
(Eigendom, Erfpacht)
Rumah Susun dan HMSRS
(vide UU No.16 tahun
1985)
nasional
Hubungan orang tua dan anak
Kedudukan anak dalam hukum keluarga
Anak angkat dan anak asuh dalam hukum
adat
Yurisprudensi anak angkat
SUBJEK HUKUM
Orang/naturlijk Cakap (Bekwaamheid) dan
SUBJEK HUKUM
persoon berwenang (bevoegheid)
Publik Pemerintah
Pusat,
Pemerintah
Daerah
Subyek hukum adalah setiap pihak sebagai (propinsi, Kota
pendukung hak dan kewajiban. dan Desa)
Manusia Sebagai Subyektum Yuris
Cakap:
1. Dewasa
2. Tidak dibawah pengampuan
Penguasaan anak
Jenis
Dilakukan secara terang artinya dilakukan dengan upacara adat disaksikan oleh
Departemen Sosial setempat (dengan tembusan kepada Menteri Sosial dan private
institution dimana calon anak angkat berada).
Kantor Wilayah Departemen Sosial mengadakan penelitian terhadap calon orang tua
angkat, dan paling lama dalam waktu 3 bulan harus memberikan persetujuan atau
penolakan.
Jika permohonan disetujui, dilakukan pengesahan/pengukuhan oleh pengadilan.
Akibat hukum anak angkat dengan
orang tua angkat
Anak angkat hanya mewarisi harta bersama
orang tua angkatnya,
Anak asuh tidak mewaris sama sekali
tidak menikah dengan perempuan lain dan si isteri tidak menikah dengan
lelaki lain. Jadi singkatnya monogami merupakan nikah antara seorang laki
dengan seorang wanita tanpa ada ikatan penikahan lain.
2. Poligami
Poligami adalah bentuk perkawinan di mana seorang pria menikahi
a. Poligini
o Satu orang laki-laki memiliki banyak isteri.
o Disebut poligini sororat jika istrinya kakak beradik kandung dan disebut
non-sororat jika para istri bukan kakak adik.
b. Poliandri
o Satu orang perempuan memiliki banyak suami.
o Disebut poliandri fraternal jika si suami beradik kakak dan disebut non-
fraternal bila suami-suami tidak ada hubungan kakak adik kandung.
B. Bentuk Perkawinan Menurut Asal Isteri / Suami
1. Endogami
Endogami adalah suatu perkawinan antara etnis, klan, suku,
2. Parallel Cousin
bentuk perkawinan anak-anak dari
kakak beradik yang sama jenis
kelaminnya.
D. Bentuk Perkawinan Menurut Pembayaran
Mas Kawin / Mahar
Mas kawin adalah suatu tanda
kesungguhan hati sebagai ganti rugi atau
uang pembeli yang diberikan kepada
orang tua si pria atau si wanita sebagai
ganti rugi atas jasa membesarkan
anaknya.
1. Mahar / Mas Kawin Barang Berharga
2. Mahar / Mas Kawin Uang
3. Mahar / Mas Kawin Hewan / Binatang
Ternak, dan lain-lain.
Bentuk Perkawinan Adat
Bentuk Perkawinan
Bentuk perkawinan (menurut Hilman Hadikusuma), ada 4:
1. Jujur,
2. Semendo,
3. Bebas,
4. Perkawinan campuran (beda kewarganegaraan).
Fungsi jujur:
1. Yuridis; merubah status perempuan masuk klan suami.
2. Ekonomis; pergeseran kekayaan suami kepada keluarga isteri.
3. Sosiologis; penghormatan keluarga suami kepada keluarga isteri.
Corak Kawin Jujur
1. Pantang cerai, jadi senang dan susah selama hidupnya isteri di bawah
kekuasaan kerabat suami
2. Pemberian jujur dari pihak laki-laki melambangkan diputuskan
hubungan keluarga si isteri dengan orang tuanya dan kerabatnya.
3. Kawin ganti suami/isteri :
Jika suami meninggal, maka isteri harus melakukan perkawinan
luar kerabat, namun orang yang dari luar itu harus tetap
menggantikan suami atau isteri yang meninggal itu, dalam
kedudukan hukum adatnya
Perbedaan Uang Jujur dengan Mas
Kawin
Uang Jujur adalah kewajiban adat ketika
dilakukan pelamaran yangharus dipenuhi oleh
kerabat pria kepada kerabat perempuan untuk
dibagikan kepada tua-tua kerabat (marga/suku)
dari pihak perempuan, sedangkan
Mas kawin adalah kewajiban agama ketika
No 1/1974
Berdasar Pasal 49 ayat (1) maka UU
18
3
Lanjutan
2. Perkawinan dlm BW memberikan 2. Dlm Hk adat seorang
kpd pasangan suami-istri sejak
hari pertama pernikahan hak atas janda yg tdk punya anak
separuh gemeenschap. Dg kata sering kali digugat o/
lain wlo baru satu hari menikah anggota keluarga
tanpa anak, pabila perkawinan
dihapus si miskin sdh menjadi suaminya ttg barang asal
separuh jutawan. Bahkan klo satu suami. Persoalan ini
meninggal tanpa anak , sluruh hilang jk dilahirkan anak
budel jatuh pd pihak yg lainnya.
3. Dikenal adanya perjanjian kawin:
dlm perkawinan. Dlm BW
a) Perjanjian kawin total td pernah seorang janda
b) Perjanjian kawin untung rugi digugat o/ keluarga
c) Perjanjian Kawin hasil dan pihak suami.
Pendapatan
3. Tidak dikenal perjanjian
kawin
18
4
Harta Perkawinan dalam Konsep
UU No.1 Tahun 1974
Pasal 35 UU. No. 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan
1) Harta Bersama diperoleh selama perkawinan
menjadi harta bersama.
2) Harta Bawaan dari masing-masing suami
dan isteri dan harta benda yang diperoleh
masing-masing sebagai hadiah atau
warisan, adalah di bawah penguasaan
masing-masing sepanjang para pihak tidak
menentukan lain
Dampak Harta Bersama akibat
Perceraian
Apabila terjadi perceraian antara suami dan
isteri, maka hukum pembagian harta bersama
berlaku. Adapun tata cara pembagiannya telah
diatur dalam pasal 35(1) UU. No 1 Tahun 1974
tentang perkawinan. Pada pasal tersebut
dijelaskan bahwa harta yang diperoleh selama
perkawinan menjadi milik bersama, secara
otomatis apabila terjadi perceraian antara
keduanya, harta tersebut dibagi dua dan
masing-masing dari suami isteri mendapat
50% dari harta tersebut.
Perjanjian Kawin
1. Dalam Hukum adat tidak dikenal Perjanjian kawin
(pisah harta) !!
2. Perjanjian Kawin hanya di kenal di Hukum Perdata
Barat dan Hukum Islam !!
Catatan:
Meski demikian golongan pribumi yg tunduk pada
hukum adat dapat menundukkan diri secara sebagian
dalam Hukum Perdata Barat dan Hukum Islam. Sehingga
jika golongan pribumi menundukkan diri pada Hukum
Perdata Barat dan Hukum Islam, maka perjanjian kawin
pun dapat diterapkan pula bagi golongan pribumi
Dasar Hukum
Pasal 147 BW:
”Perjanjian kawin harus dibuat dengan akta notaris sebelum pernikahan
berlangsung, dan akan menjadi batal bila tidak dibuat secara demikian. Perjanjian
itu akan mulai berlaku pada saat pernikahan dilangsungkan, tidak boleh ditentukan
saat lain untuk itu”.
Pasal 29 UU No. 1 Tahun 1974:
Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua pihak atas persetujuan
bila dari kedua belah pihak ada persetujuan untuk merubah dan perubahan tidak
merugikan pihak ketiga.
Pengertian
Perjanjian perkawinan adalah perjanjian yang
dibuat oleh calon suami dengan calon isteri pada
waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan,
perjanjian mana dilakukan secara tertulis dan
disahkan oleh Pegawai Pencatat Nikah dan isinya
juga berlaku terhadap pihak ketiga sepanjang
diperjanjikan.
Catatan:
Menurut hukum adat waris baru di daerah Pematang Siantar.,
isteri dan anak-anak perempuan adalah ahli waris (Putusan
Mahkamah Agung : tgl. 2-11-1976 No. 284 K/Sip/1975.
Dalam Perkara : Djambi Purba kuasa dan Djagalo Purba
melawan Tomuraja hr. Purba dkk. dengan Susunan Majelis : 1.
Dr. R. Santoso Poedjosoebroto SH. 2. DR. Lumbanradja SH. 3.
Achmad Soeleiman SH.)
Dalam sistem matrilineal
1 Waktu Pada waktu hidupnya pemberi hibah dan Akibat hukumnya baru berlaku setelah
Terjadinya penerima hibah pemberi hibah wasiat meninggal dunia.
2 Sumber Bersumber dari perjanjian yang asas Bersumber pada wasiat yang asas
pembuatan dan ketentuannya tunduk pada pembuatannya tidak tunduk pada hukum
hukum perjanjian perjanjian melainkan tunduk pada hukum
wasiat
3 Pencabutan Hibah (schenking) tidak dapat dicabut Ketika pewasiat belum meninggal, maka
hibah wasiat (legaat) yang menjadi isi
wasiat tersebut dapat dicabut
4 Objek Hanya terhadap benda-benda (barang atau Dapat dilakukan atas benda-benda yang
harta) yang sudah ada (tegenwoordige akan ada dengan syarat benda tersebut
goederen) menjadi milik pemberi hibah wasiat ketika
ia meninggal
5 Pemberi dan Antara suami-isteri selama perkawinan Oleh karena hibah wasiat (legaat) baru
Penerima berlangsung dilarang melakukan penghibahan berlaku setelah pewasiat meninggal yang
mengakibatkan perkawinannya putus,
maka harta pewasiat dapat di hibah
wasiatkan (legaat) kepada suami-isteri
yang hidup terlama
Tujuan hibah dan hibah
wasiat
Menurut Eman Suparman tujuan hibah wasiat
adalah sebagai berikut:
◦ Untuk menghindarkan persengketaan (Kabupaten
Bandung, Karawang, Indramayu, Pandeglang);
◦ Perwujudan rasa kasih sayang dari si pewaris (Kabupaten
Bandung, Pandeglang);
◦ Pewaris merasa ajalnya telah dekat (Cianjur, Banjar,
Ciamis, Kawali, Cikoneng);
◦ Pewaris akan melaksanakan ibadah haji (Cianjur, Banjar,
Ciamis, Kawali).
Cara membuat wasiat
Menurut Eman Suparman, terdapat beberapa cara pembuatan wasiat
dalam hukum adat yaitu:
(1) Secara Lisan
a) Di hadapan orang-orang yang berkepentingan atau penghuni
rumah, tetangga, sanak saudara tanpa pemberitahuan kepada
pejabat desa (Cianjur, Ciamis, Banjar, Kawali, Bandung, Bekasi,
Pandeglang). Di Kecamatan Ciamis, apabila wasiat berupa tanah
diberitahukan kepada desa untuk pemindahan nama.
b) Di hadapan pejabat desa (Saruni Kecamatan Pandeglang).
(2) Secara Tertulis
c) Di bawah tangan (Ciamis, Bandung, Bekasi, Kawali, Pandeglang);
d) Di hadapan Kepala Desa (Ciamis, Cianjur, Bandung, Cikoneng,
Pendeglang);
e) Akta Notaris (Cianjur);
f) Di hadapan saksi-saksi (Ciamis, Cianjur, Cikoneng).
PERBEDAAN HIBAH WASIAT DALAM HUKUM ADAT, HUKUM ISLAM DAN BW
4. Tidak menyamaratakan
Terhadap pelaku delik adat tidak disamaratakan begitu
juga peristiwa dan perbuatannya
Contoh penganiayaan/pembunuhan thp pemuka
adat/pembesar tdk sama hukumannya /rakyat biasa
Termasuk pelaku tdk sama hukumannya jika pelaku
pemuka adat/pembesar /rakyat biasa
5. Terbuka dan Lentur (flexible)
Bahwa Hukum adat tidak menolak perubahan2