Anda di halaman 1dari 2

ANTROPOLOGI GIZI

Deskripsi Kasus dan Pertanyaan

“Sitti, telah berusia sekitar 30-an tahun. Dia berasal dari latar keluarga miskin.Ketika lahir berat
badannya rendah, kurang dari 2,5 Kg akibat ibunya kurang gizi sewaktu ia masih dalam
kandungan. Selama masa kanak-kanak, ia memperoleh makanan yang kurang dari proporsi yang
dibutuhkannya. Berbeda dengan saudara laki-lakinya yang senantiasa mendapatkan makanan
yang lebih banyak dan lebih baik dari dirinya. Ia juga tidak bersekolah, seperti saudara laki-
lakinya, ia hanya tinggal di rumah bersama ibunya untuk membantu mengerjakan berbagai
pekerjaan rumah tangga dan mengasuh adiknya.
Menginjak masa remaja, bentuk tulang-tulang pelvisnya tidak serasi dan ia lebih pendek
daripada yang seharusnya. Itu terjadi karena selama ini ia tidak mendapatkan asupan gizi secara
proporsional sesuai dengan kebutuhannya. Sesuai tradisi, sebelum masa pertumbuhannya
berakhir, ia menikah dan kemudian ia melahirkan bayi pertamanya pada saat usianya berkisar 15
tahun. Proses persalinannya agak sulit, namun ia tetap bertahan hidup. Lebih dari itu, suatu kali
ia mengalami pendarahan yang begitu banyak dan ia tak dapat pulih kembali. Sejak saat itu ia
menderita anemia. Pada kehamilan berikutnya, ia menderita demam malaria dan mengalami
keguguran.
Seperti halnya dengan ibunya, ia tidak pergi ke pusat pelayanan kesehatan biomedik untuk
memeriksakan kehamilannya. Tempat tersebut sangat asing baginya. Ia hanya menggunakan
bidan tradisional untuk memeriksakan kehamilan dan membantu proses persalinannya, dan
bahkan proses persalinannya pernah hanya ditolong oleh saudara sepupu perempuannya. Bidan
tradisional dan saudara sepupunya itu tidak terlatih dalam hal penanganan persalinan dan
kebersihan dan akibatnya ia menderita infeksi yang serius setelah melahirkan.
Jarak kehamilannya sangat rapat, dan karenanya tidak cukup waktu untuk memulihkan
tenaganya. Lagipula, selain makanan yang dikonsumsi seringkali tidak sesuai dengan proporsi
yang diperlukannya, juga ia selalu bekerja keras untuk mengurusi urusan rumahtangga dan
merawat anak-anaknya. Pada kehamilannya yang terakhir, ia pun telah kehabisan tenaga.
Hingga saat ini ia masih merasakan nyeri pada perutnya yang kian hari kian memuncak. Juga,
setelah begitu banyak kehamilan yang dialaminya, ia mingkin mederita penyembulan rahim
parsial (prolapsus uteri parsial), yang senantiasa membuatnya tidak nyaman, terutama setelah
seharian bekerja keras.
Ia sangat memerhatikan keluarganya, dan ingin sekali membatasi kehamilannya. Dari saudara
sepupunya, ia mendengar tentang KB dan berkeinginan menjadi akseptor, namun ia tidak kuasa
melawan kehendak suaminya yang tidak mengijinkannya untuk ikut ber- KB …”,
Diskusikan kasus tersebut dengan menggunakan perspektif gender.
PENYELESAIAN KASUS

Anda mungkin juga menyukai