Anda di halaman 1dari 101

IMPLEMENTASI PERWAKO (PERATURAN WALI KOTA)

NOMOR 25.A TAHUN 2016 TENTANG BANTUAN


PERBAIKAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI BAGI
MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI
KECAMATAN PADANG BARAT KOTA PADANG

Oleh :

RIRI MARDALISA
No. BP : 1810003811035

Skripsi untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Serjanan


Administrasi Publik (SAP)

Program Studi Ilmu Administrasi Nagara


Jenjang Pendidikan Strata Satu (S1)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS EKASAKTI PADANG
2022
IMPLEMENTASI PERWAKO (PERATURAN WALI KOTA)
NOMOR 25.A TAHUN 2016 TENTANG BANTUAN
PERBAIKAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI BAGI
MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI
KECAMATAN PADANG BARAT KOTA PADANG

Oleh :

RIRI MARDALISA
No. BP : 1810003811035

Program Studi Ilmu Administrasi Negara


Jenjang Pendidikan Strata Satu (S1)

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr.Sumartono,S.Sos,M.Si) (Musri, S.Sos, M.A.P)


ABSTRAK

Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah: 1) Untuk mengetahui


Implementasi Perwako (Peraturan Wali Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang
Bantuan Perbaikan Rumah Tidak layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah Di Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, 2) Untuk mengetahui Faktor-
faktor penghambat Implementasi Perwako (Peraturan Wali Kota) Nomor 25.A
Tahun 2016 Tentang Bantuan Perbaikan Rumah Tidak layak Huni Bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di Kecamatan Padang Barat, Kota Padang,
dan 3) Untuk mengetahui mengatasi Hambatan dalam Implementasi Perwako
(Peraturan Wali Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan Perbaikan
Rumah Tidak layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di Kecamatan
Padang Barat, Kota Padang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Informan ditentukan
dengan metode purposive sampling. Yang menjadi informan adalah Kepala
bidang perumahan kawasan permukiman dan pertanahan kota Padang, Staff dinas
perumahan kawasan permukiman dan pertanahan Kota Padang, dan Masyarakat
penerima bantuan RTLH (Rehabilitas Rumah Tidak Layak Huni. Data
dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi, data
bersumber dari data promer dan data sekunder. Data dianalisis melalui
Pengecekan Data, Penyajian, Interprestasi Data, dan Penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Implementasi Perwako (Peraturan
Wali Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan Perbaikan Rumah Tidak
layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di Kecamatan Padang Barat
Kota Padang bahwa Implementasi Peraturan Perwako (Peraturan Wali Kota)
Nomor 25.A Tahun 2016 di Kecamatan Padang Barat, Sudah tercapai namun
belum cukup optimal, dilihat masih terdapat luas lahan kurang dari 4 m 2, sumber
air tidak sehat dan tidak ada akses MCK , begitu juga masih terdapat rumah semi
permanen, dan bagunan rumah tidak teratur, 2) Faktor-faktor penghambat
Implementasi Perwako (Peraturan Wali Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 adalah
kurangnya sumber daya manusia dalam pengelolaan perumahan dan komunikasi
kurang terjalin, dan 3) Mengatasi Hambatan dalam Implementasi Perwako
(Peraturan Wali Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 adalah dengan memperbaiki
sumber daya manusia dan meningkatkan penyampaian informasi dan komunikasi.
Sumber daya mansia yang dimilki oleh pihak pemerintah dalam pengelolaan
bantuan perbaikan rumah layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah
di Kecamatan Padang Barat masih terbatas, namun dari pihak pemerintah tetap
mejalankan tugas semaksimal mungkin.
Kata Kunci: Implementasi kebijakan, Bantuan Perbaikan Rumah Tidak Layak
Huni, Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat ALLAH S.W.T yang

telah melimpahkan Rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Proposal ini dengan judul sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar serjanan Administrasi Publik. Pada Fakultal Ilmu Sosial Dan

Politik, Universitas Ekasakti. Tanpa kehendak-Nya mungkin saya tidak dapat

menyelesaikan dengan penuh kemudahan.

Untuk itu, skripsi penelitian ini saya berikan judul “Implementasi

Perwako (Peraturan Wali Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan

Perbaikan Rumah Tidak layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Di Kecamatan Padang Barat Kota Padang” Skripsi ini disusun berdasarkan hasil

renungan dan penelusuran kajian dan dengan usaha,kemauan kerja keras dan atas

kehendak-Nya tanpa usaha kerja keras yang gigih saya tidak dapat menyelesaikan

proposal penelitian ini dengan baik. Semoga dengan adanya proposal ini dapat

memberikan informasi,pengetahuan, dan wawasan yang lebih luas kepada kita

semua, penulis tahu bahwa proposal penelitan ini mempunyai kelebihan dan

kekurangan maka dari itu dimohon kritik dan saran yang membangun.

Ucapkan terima kasih ini penulis sampaikan terutama pada

1. Bapak Hendry Mappesona, SE, MSC selaku Ketua Yayasan Perguruan Tinggi

Universitas Ekasakti

2. Bapak Dr.Otong Rosadi, SH,M.HUM selaku Rektor Universitas Ekasakti

Padang beserta para Wakil Rektor Universitas Ekasakti

ii
3. Bapak Dr. Sumartono, S.Sos, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik Universitas Ekasakti Padang beserta Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Ekasakti Padang dan Staf

4. Bapak Musri , S.Sos, M.AP selaku Sekretaris Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Ekasakti Padang

5. Bapak Puryanto, S.AP, M.AP selaku Ketua Program studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Ekasakti Padang, 5.

Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Ekasakti

Padang yang telah memberikan pengetahuan, arahan dan bimbingan selama

manjalankan bangku perkuliahan

6. Bapak Dr. Sumartono, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing satu dan Bapak Musri ,

S.Sos, M.AP selaku Pembimbing dua yang penuh ketulusan dan keikhlasan

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan , nasehat, arahan serta

koreksi dalam menyempurnakan skripsi ini

7. Bapak Kepala Bidang Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan kota

Padang Timur Kota Padang

8. Terutama untuk keluarga tercinta Nenek dan juga Kakek, Bapak dan juga Ibuk

yang tidak pernah berhenti mengigatkan, mengajari dan mengarahkan saya,

serta juga memberikan doa, dukungan dan juga motivasi kepada saya selaku

penulis dalam setiap keadaan

9. Untuk Sahabatku Gus Pina yang selalu membantu dalam semua kesulitan dan

juga memberikan dukungan agar skripsi ini cepat terselesaikan

iii
10. Selanjutnya Untuk semua teman-teman satu kelas Ilmu Administrasi Negara

Universitas Ekasakti Padang angkatan 2018

Padang, 6 Juli 2022

Penulis

RIRI MARDALISA

1810003811035

iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................1
1.2 Peneltian Terdahulu yang Relevan...............................................................6
1.3 Rumusan Masalah......................................................................................12
1.4 Tujuan Penelitian........................................................................................12
1.5 Manfaat Penelitian......................................................................................13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Implementasi.....................................................................................15
2.1.1 Pengertian Implementasi................................................................21
2.1.2 Pengertian Kebijakan......................................................................22
2.1.3 Implementasi Kebijakan.................................................................26
2.2 Program Bantuan Rumah Tidak Layak Huni.............................................29
2.2.1 Pengertian Program Bantuan Rumah Tidak Layak Huni...............29
2.2.2 Tujuan, Sasaran Dan Karakteristik Program Bantuan Rumah
Tidak Layak Huni...........................................................................30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode yang Dipakai................................................................................32


3.2 Populasi dan Sampel.................................................................................33
3.3 Teknik Pengambilan Data.........................................................................35
3.4 Sumber data...............................................................................................38
3.5 Analisis Data.............................................................................................38
3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................39
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
4.1 Temuan Umum.........................................................................................41
4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Kecamatan Padang Barat....................41
4.1.2 Penduduk..........................................................................................41
4.1.3 Mata Pencaharian Penduduk............................................................42

v
4.2 Pembahasan...............................................................................................42
4.2.1 Implementasi Perwako ( Peraturan Wali Kota ) Nomor 25.A Tahun
2016 Tentang Bantuan Perbaikan Rumah Tidak layak Huni Bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di Kecamatan Padang Barat,
Kota Padang....................................................................................42
4.2.1.1 Luas Lahan Kurang Dari 4 m2 ......................................................43
4.2.1.2 Sumber Air Tidak Sehat Dan Tidak Ada Akses MCK.................45
4.2.1.3 Rumah Semi Permanen.................................................................50
4.2.1.4 Bangunan Rumah Tidak Teratur...................................................53

4.2.2 Faktor-faktor penghambat Implementasi Perwako (Peraturan Wali

Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan Perbaikan Rumah

Tidak layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di

Kecamatan Padang Barat, Kota Padang............................................56

4.2.2.1 Komunikasi...........................................................................56

4.2.2.2 Sumber Daya Manusia..........................................................60

4.2.3 Mengatasi Hambatan dalam Implementasi Perwako (Peraturan Wali

Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan Perbaikan Rumah

Tidak layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di

Kecamatan Padang Barat, Kota Padang............................................64

4.2.3.1 Memperbaiki Sumber Daya..................................................64

4.2.3.2 Meningkatkan Penyampaian Informasi Dan Komunikasi....66

4.3 Hasil Penelitian.........................................................................................67


4.3.1 Implementasi Perwako (Peraturan Wali Kota) Nomor 25.A Tahun

2016 Tentang Bantuan Perbaikan Rumah Tidak layak Huni Bagi

Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di Kecamatan Padang Barat,

Kota Padang......................................................................................67

vi
4.3.1.1 Luas Lahan Kurang Dari 4 m2..............................................68

4.3.1.2 Sumber Air Tidak Sehat Dan Tidak Ada Akses MCK.........70

4.3.1.3 Rumah Semi Permanen.........................................................71

4.3.1.4 Bangunan Rumah Tidak Teratur...........................................73

4.3.2 Faktor-faktor penghambat Implementasi Perwako (Peraturan Wali

Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan Perbaikan Rumah

Tidak layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di

Kecamatan Padang Barat, Kota Padang............................................75

4.3.2.1 Komunikasi...........................................................................75

4.3.2.2 Sumber Daya Manusia .........................................................77

4.3.3 Mengatasi Hambatan dalam Implementasi Perwako (Peraturan Wali

Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan Perbaikan Rumah

Tidak layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di

Kecamatan Padang Barat, Kota Padang............................................79

4.3.3.1 Memperbaiki Sumber Daya Manusia...................................79

4.3.3.2 Meningkatkan Penyampaian Informasi Dan Komunikasi....80

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan...............................................................................................83
5.2 Saran..........................................................................................................84
DAFTAR PUSAKA
LAMPIRAN

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam observasi awal penulis lakukan di tempat penelitian, proses

pelaksana di Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kecamatan

Padang Timur Kota Padang, namun masih ada beberapa kekurangan yaitu

masyarakat yang telah mengumpulkan data pada tahun 2021 belum dapat bantuan

perbaikan rumah sampai sekarang, masyarakat tersebut berharap mendapatkan

bantuan perbaikan rumah selanjutnya

Permasalahan lainnya yang penulis temukan pada observasi awal yaitu

banyaknya Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Kecamatan Padang Barat

tepatnya di Purus, dikawasan sana banyak rumah yang gentengnya sudah rapuh

dan berlubang sehingga menggakibatkan masuknya air kedalam rumah.

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Provinsi

Sumatera Barat adalah satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Sumatera Barat

yang mempunyai tugas untuk membantu tugas Gubernur Provinsi Sumatera Barat

dalam melaksanakan program dan kegiatan pembangunan di Provinsi Sumatera

Barat. Adapun fungsi Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan

Provinsi Sumatera Barat adalah melaksanakan sebagian urusan rumah tangga

daerah di Bidang Perumahan, Kawasan Permukiman, Pertanahan, Sarana fasilitas

Umum dan pertamanan berdasarkan kewenangan yang ada sebagai pedoman

pelaksanaan tugas, Melaksanakan Penataan fasilitas kota, serta membantu

1
2

Gubernur dalam mewujudkan ke indahan Propinsi Sumatera Barat. (Peraturan

Gubernur Sumatera Barat no 58 tahun 2017)1.

Untuk saat ini Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan

Provinsi SumateraBarat sekarang ini masih berada di lokasi gedung kedinasan

Pekerjaan Umum dan Penatan Ruang Propinsi Sumatera barat yang berada di Jl.

Jend. Sudirman No.4A, Sawahan, Kecamatan Padang Timur Kota Padang, dan

akan di rencanakan pembangunan gedung baru untuk Dinas Perumahan Rakyat,

Pemukiman dan Pertanahan Provinsi Sumatera Barat. Dalam hal pembangunan di

Kota Padang, tidak luput juga mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan,

seperti suhu dan keadaan geografis di Kota Padang, Secara geografis Kota Padang

terletak pada : 00 44' 00" dan 1 08' 35" Lintang Selatan serta antara 100 05’ 05”

dan 100 34' 09"Bujur Timur., dengan luas wilayah 1.414,96 Km2. Kota Padang

terletak di pantai Barat Propinsi Sumatera Barat, berdasarkan data dari BPS kota

Padang, suhu udara di Kota Padang cukup tinggi, yaitu antara 230C - 320C pada

siang hari dan 220C - 280C pada malam hari, dengan kelembaban.

Kemiskinan adalah kondisi yang menganggu kesejahteraan hidup setiap

masyarakat. Hal ini di sebabkan karena pendapatan yang tidak tetap, rendahnya

lapangan kerja, terbatasnya keterampilan yang dimilki, sehingga menjadi salah

satu penyebab masyarakat tidak mampu memenuhi hak dasar salah satunya

rumah. Permasalahan utama yang dihadapi oleh masyarakat miskin adalah

terbatas akses terhadap perumahan yang layak dan sehat. Rumah adalah

1
Peraturan Gubernur Sumatera Barat no 58 tahun 2017 Tentang Kawasan Permukiman dan
Pertanahan Provinsi Sumatera Barat
3

bangunanan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana

pembinaan keluarga2.
3
Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir

Miskin, khususnya Pasal 1 ayat 3 bahwa, kebutuhan dasar adalah kebutuhan

pangan, sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan pelayanan

sosial. Dengan demikian rumah menjadi penting bagi warga miskin, sehingga

memiliki fungsi bagi penghuninya. Menurut Gymnastiar (Suradi, dkk) rumah

memiliki empat fungsi: tempat berzikir, Sumber energi, Tempat saling koreksi,

Tempat sinergi dan saling melengkapi.4

Undang-undang RI Nomor tinggal yang 1 Tahun 2011 Tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman, khususnya pasal 1 bahwa rumah adalah

bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat layak huni, sarana pembinaan

keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset pemiliknya.

Kemudian dijelaskan bahwa, setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin,

bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang

merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang sangat

strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu

upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan

produktif.

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang memiliki

nilai strategis bagi kehidupan penghuninya. Strategis tersebut tercermin pada

2
Undang-undang No.4 Tahun 1992 Tentang Perumahan Dan Permukiman
3
Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin,
khususnya Pasal 1 ayat 3
4
Gymnastiar (2003) (Suradi, dkk,) Tentang Fungsi Ruma. Hal:12
4

posisi rumah sebagai pusat kegiatan dalam melaksanakan fungsinya, terutama

fungsi dalam pendidikan anak-anak dan pembinaan anggota keluarganya5. Rumah

atau perumahan merupakan salah satu jenis kebutuhan dasar, mutlak memerlukan

pemenuhan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman, menegaskan bahwa setiap orang berhak

hidup sejahterah lahir dan bathin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan

hidup yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan

mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta

kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun Indonesia seutuhnya,

berjati diri dan produktif. Kemudian dalam bagian satu Pasal 1 dijelaskan bahwa

rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak

huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya,

serta aset bagi pemiliknya6.

Adapun kriteria khusus yang dikatakan sebagai rumah tidak layak huni,

yaitu: luas lantai per kapita kota kurang dari empat meter persegi ( 4m 2), sumber

air tidak sehat dan tidak ada akses MCK, masih tidak permanennya bahan

bangunan seperti, masih terbuat dari bambu papan, serta menggunakan atap dari

Rumbio, lalu masih terdapatnya pencahayaan matahari dan ventilasi udara, juga

masih di temukannya beberapa yang tidak memiliki pembagian ruangan, tidak

hanya itu juga dapat dilihat lantai dari papan bahan yang tidak permanen ataupun

5
”Pemberdayaan Keluarga Miskin Berbasis komunitas Melalui Rehabilitasi Sosial
Rumah Tidak Layak huni” Artikel Diakses Pada 8 November 2021 http://poslit.kemsos.go.id//hasil
–penelitian /222/pemberdayaan–keluarga–miskinBerbasis-komunitas-melalui-rehabilitasi-sosial-
rumah-tidak-layak-huni#sthash.qP8TwwOLb.dpuf
6
Bambang Rustanto, “ Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni”.Artikel Diakses pada 08
November 2021 http://Bambang-Hustanto.blokspot.co.id/2015/10/rehabilitasi-sosial-rumah-tidak -
layak.html
5

lantai dari tanah serta, letak rumah tidak teratur dan berdempetan dan juga dapat

dilihat kondisinya masih rusak ditambah lagi dengan saluran pembuangan air

yang tidak memenuhi standar (kurang bersih) lokasi jalan yang digunakan

menggunakan jalan setapak, serta bangunan rumah pun tidak teratur atau kurang

tertata rapi7.

Kecamatan Padang Barat merupakan salah satu kecamatan di Kota Padang

Sumatera Barat terdiri dari 10 Kelurahan salah satunya kelurahan Purus.

Kelurahan purus merupakan kelurahan yang memiliki luas 0,68 kilometer persegi,

jumlah penduduk Keluruhan Purus sebanyak 8.375 jiwa, yang terdiri dari 4.244

laki-laki dan 4.131 perempuan. Purus terdiri dari 5 daerah, yaitu:Purus Satu,

Purus Dua, Purus Tiga, Purus Empat, Purus Lima. Purus Satu berbatasan dengan

Kelurahan Olo Ladang di sebelah salatan,sedangkan purus Lima berbatasan

dengan kelurahan Rimbo Kaluang di sebelah utara. 8


yang terdiri dengan

perekonomiannya seperti nelayan dan wiraswasta pedagang

Pada kenyataannya untuk mewujudkan rumah yang layak huni bukan

perkara mudah. Ketidak sanggupan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

rumah yang layak huni berbanding lurus dengan pendapatan dan pengetahuan

masyarakat tentang fungsi rumah itu sendiri. Hal ini menjadikan salah satu

parameter dalam penentuan kemiskinan yaitu kondisi rumah yang tidak layak

huni. Demikian juga persoalan sarana dan prasarana lingkungan yang kurang

7
Ichwan Muis, Rumah Tidak Latak Huni// Tugas Sistem usaha kesejahteraan sosial (STKS
Bandung ) dari http:IchwanMusi.com// artikel diakses pada 8 November 2021 Pukul 07.00 Wib
8
“profil kelurahan Purus ,Kecamatan padang Barat ,Kota padang”.halonusa.com.2020-12-
21.Diakses tanggal 2020-12-23.
6

memadai dapat menghambat tercapainya kesejahteraan suatu komunitas.

Lingkungan yang minim dapat menyebabkan masalah sosial dan kesehatan.

Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian di Kecamatan Padang Barat Kota Padang dengan judul: “

Implementasi Perwako (Peraturan Wali Kota) Nomor 25.A Tahun 2016

Tentang Bantuan Perbaikan Rumah Tidak layak Huni Bagi Masyarakat

Berpenghasilan Rendah Di Kecamatan Padang Barat Kota Padang “.

1.2 Penelitian Terdahulu Yang Relevan

1. Penelitian Khori (2013) dengan judul: “ Analisis Pelaksanaan

Bantuan Rehabilitas Rumah Tidak Layak Huni Tahun 2011 Di

Desa Teluk Siantan Kecamatan Siantan Tengah Kabupaten

Kepulauan Anambas “, dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim Riau Pekanbaru dengan menggunakan metode kualitatif.

Hasil yang di capai yaitu bantuan RRTLH (Rehabilitas Rumah Tidak

Layak Huni) yang dilandasi tolong-menolong terhadap yang

membutuhkan dalam pelaksaan program RRTLH (Rehabilitas Rumah

Tidak Layak Huni) baik dikarenakan kebanyakan responden menilai

kegiatan ini sangat membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan

yang layak huni. Karena untuk membangun rumah yang layak huni

membutuhkan dana yang besar, hal itu tidak cukup dengan penghasilan

masyarakat yang rendah. Dengan adanya bantuan RRTLH (Rehabilitas

Rumah Tidak Layak Huni) ini sangat membantu masyarakat yang

berpenghasilan rendah untuk membangun rumah yang layak huni.


7

Namun dalam pelaksanaannya masih banyak kendala yang mana

ketidak mampuan masyarakat dalam membangun rumah yang layak

huni karena keterbatasan penghasilan yang hanya cukup untuk

kebutuhan sehari-hari, jadi hal ini sangat perlu ikut campur pemerintah.

Dengan adanya bantuan RRTLH (Rehabilitas Rumah Tidak Layak

Huni) masyarakat sangat bermanfaat bagi masyarakat.

Berdasarkan penelitian diatas, terdapat persamaan dan

perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

persamaannya adalah menggunakan metode penelitian kualitatif, dan

membahas tentang RRTLH (Rehabilitas Rumah tidak Layak Huni),

perbedaannya terletak pada lokasi penelitian, peneliti mengambil lokasi

di Riau, perbedaan juga terletak pada kondisi, dan teori yang digunakan

berbeda dengan teori peneliti.9

2. Penelitian Srida (2015) dengan berjudul: “ Implementasi Program

Bantuan Siswa Miskin Sekolah Dasar (BSM-SD) di UPT Dinas

Pendidikan Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang "Teori yang

digunakan model Implementasi Edward III.

Hasil dari penelitian tersebut bahwa Implementasi Program Bantuan Siswa

Miskin Sekolah Dasar (BSM-SD) DI UPT Dinas Pendidikan Kecamatan

Labuan Kabupaten Pandeglang telah berjalan dengan baik. Karena

berdasarkan hasil uji hipotesis sebesar 64.75 persen melebihi angka yang

penulis hipotesiskan yaitu sebesar 60 persen.

9
Khori ,2013 Analisis Pelaksanaan Bantuan Rehabilitas Rumah Tidak Layak Huni Tahun
2011 Di Desa Teluk Siantan Kecamatan Siantan Tengah Kabupaten Kepulauan Anambas
8

Melihat dari penelitian diatas, persamaan penelitian diatas dengan

peneliti yaiu sama-sama membahas mengenai menanggulangi kemiskinan,

namun perbedaannya peneliti diatas berfokus pada bantuan siswa sekolah,

sedangkan peneliti berfokus pata tempat tinggal (Rumah) dan metode

penelitian yang berbeda10.

3. Penelitian Riri Mardalisa(2022) dengan berjudul: “Implementasi

Perwako (Peraturan Wali Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang

Bantuan Perbaikan Rumah Tidak layak Huni Bagi Masyarakat

Berpenghasilan Rendah Di Kecamatan Padang Barat Kota Padang

"Teori yang digunakan model Implementasi Edward III. 11

Hasil penelitian ini menunjukkan Implementasi Perwako

(Peraturan Wali Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan

Perbaikan Rumah Tidak layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan

Rendah Di Kecamatan Padang Barat, Kota Padang disimpulkan bahwa

tujuan dan sasaran dari Implementasi Peraturan Perwako (Peraturan Wali

Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 di Kecamatan Padang Barat, Sudah

tercapai namun belum cukup optimal.

Persamaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sama-

sama meneliti dan membahas tentang Rehabilitas Rumah Tidak Layak

Huni.

10
Srida,2015 Implementasi Program Bantuan Siswa Miskin Sekolah Dasar (BSM-SD) di
UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang

11
Riri Mardalisa,2022 Implementasi Perwako (Peraturan Wali Kota) Nomor 25.A Tahun
2016 Tentang Bantuan Perbaikan Rumah Tidak layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah Di Kecamatan Padang Barat Kota Padang
9

TABEL 1

MATRIKS PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN

No Nama Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


1 Khori Analisis Hasil penelitian ini Persamaan yang Perbedaannya terletak pada lokasi
(2013) dari Pelaksanaan menunjukkan Dengan dapat diambil dari penelitian, peneliti mengambil lokasi di
Universitas Bantuan adanya bantuan penelitian ini Kecamatan Padang Barat dan peneliti
Islam Rehabilitas RRTLH (Rehabilitas adalah sama-sama sebelumnya mengambil lokasi di Riau,
Negeri perbedaan juga terletak pada kondisi, dan
Rumah Tidak Rumah Tidak Layak meneliti dan
Sultan teori yang digunakan berbeda
Syarif
Layak Huni Huni) ini sangat membahas tentang
Kasim Riau Tahun 2011 membantu masyarakat Rehabilitas Rumah
Pekanbaru Di Desayang berpenghasilan Tidak Layak Huni.
Teluk rendah untuk Kesamaan dengan
Siantan membangun rumah rencana penelitian
Kecamatan yang layak huni. dengan yang
Siantan Namun pada peneliti ajukan
Tengah pelaksanaannya masih adalah sama- sama
Kabupaten banyak kendala yang mengunakan
Kepulauan mana ketidak mampuan metode penelitian
Anambas masyarakat dalam deskriptif kualitatif
membangun rumah
yang layak huni karena
keterbatasan
penghasilan yang hanya
cukup untuk kebutuhan
sehari-hari
2 Srida Implementasi Hasil ini menunjukkan Persamaan yang penelitian diatas berfokus pada bantuan
10

(2015) Program bahwa Implementasi dapat diambil dari Siswa Sekolah, sedangkan peneliti
Bantuan Program Bantuan Siswa penelitian ini berfokus pada tempat tinggal (Rumah)
Siswa Miskin Miskin Sekolah Dasar adalah sama-sama dan metode penelitian yang berbeda
Sekolah (BSM-SD) DI UPT meneliti dan
Dasar (BSM- Dinas Pendidikan membahas tentang
SD) di UPT Kecamatan Labuan mengenai
Dinas Kabupaten Pandeglang menanggulangi
Pendidikan telah berjalan dengan kemiskinan
Kecamatan baik. Karena
Labuan berdasarkan hasil uji
Kabupaten hipotesis sebesar 64.75
Pandeglang persen melebihi angka
yang penulis
hipotesiskan yaitu
sebesar 60 persen
3 Riri Implementasi Hasil penelitian ini Persamaan yang Perbedaannya terletak pada kondisi, dan
Mardalisa(2 Perwako menunjukkan dapat diambil dari teori yang digunakan berbeda
022) dari (peraturan Implementasi Perwako penelitian ini
Universitas Wali Kota) (Peraturan Wali Kota) adalah sama-sama
Ekasakti Nomor 25.A Nomor 25.A Tahun meneliti dan
Padang
Tahun 2022 2016 Tentang Bantuan membahas tentang
Tentang Perbaikan Rumah Rehabilitas Rumah
Perbaikan Tidak layak Huni Bagi Tidak Layak Huni.
Rumah Tidak Masyarakat
Layak Huni Berpenghasilan Rendah
Bagi Di Kecamatan Padang
Masyarakat Barat, Kota Padang
Berpenghasil disimpulkan bahwa
11

an Rendah tujuan dan sasaran dari


Di Implementasi Peraturan
Kecamatan Perwako (Peraturan
Padang Barat Wali Kota) Nomor
Kota Padang 25.A Tahun 2016 di
Kecamatan Padang
Barat, Sudah tercapai
namun belum cukup
optimal dilihat masih
terdapat Luas Lahan
Kurang Dari 4 m2,
Sumber Air Tidak
Sehat Dan Tidak Ada
Akses MCK , begitu
juga masih terdapat
rumah semi permanen,
dan bagunan rumah
tidak teratur.
12

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana Implementasi Perwako ( Peraturan Wali Kota ) Nomor 25.A

Tahun 2016 Tentang Bantuan Perbaikan Rumah Tidak layak Huni Bagi

Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di Kecamatan Padang Barat, Kota

Padang?

2. Apa Faktor-faktor penghambat Implementasi Perwako ( Peraturan Wali

Kota ) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan Perbaikan Rumah

Tidak layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di

Kecamatan Padang Barat, Kota Padang?

3. Bagaimana mengatasi hambatan dalam Implementasi Perwako ( Peraturan

Wali Kota ) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan Perbaikan Rumah

Tidak layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di Kecamatan

Padang Barat, Kota Padang?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Implementasi Perwako ( Peraturan Wali Kota ) Nomor

25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan Perbaikan Rumah Tidak layak Huni

Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di Kecamatan Padang Barat,

Kota Padang.

2. Untuk mengetahui Faktor-faktor penghambat Implementasi Perwako

( Peraturan Wali Kota ) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan


13

Perbaikan Rumah Tidak layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan

Rendah Di Kecamatan Padang Barat, Kota Padang.

3. Untuk mengetahui mengatasi Hambatan dalam Implementasi Perwako

( Peraturan Wali Kota ) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan

Perbaikan Rumah Tidak layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan

Rendah Di Kecamatan Padang Barat, Kota Padang.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini penulis bagi menjadi dua bagian, yaitu

sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan Ilmu Administrasi

Negara secara umum. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya mengenai Implementasi Bantuan Perbaikan Rumah

Tidak Layak Huni.

2. Secara Praktis

a. Bagi pemerintah Kecamatan Padang Barat, Penelitian ini dapat

memberikan informasi atau masukan terhadap pemerintah

Kecamatan Padang Barat, Kota Padang dalam melaksanakan

Bantuan Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni sehingga

tercapainya program yang terimplementasi dengan baik sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai.


14

b. Bagi Masyarakat, penelitian ini sebagai tambahan informasi

mengenai pelaksaan bantuan Bantuan Program Rumah Tidak

Layak Huni di Kecamatan Padang Barat, Kota Padang.

c. Bagi Mahasiswa/Mahasiswi, penelitian ini sebagai bahan

pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun

mahasiswa/Mahasiswi lain untuk melakukan penelitian mengenai

bidang ilmu sosial dan kebijakan publik terutama mengenai

pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan masyarakat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Implementasi

Sebelum melaksanakan penelitian lebih lanjut, perlu mengemukakan teori

sebagai kerangka berfikir untuk mengambarkan dan menjelaskan dari sudut mana

penelitian mengambil masalah yang akan dipilih. Sugiono menyatakan bahwa

landasan teori perlu ditegakan agar peneliti mempunyai dasar yang kokoh, dan

bukan sekedar perbuatan coba.12Teori adalah seperangkat asumsi dan generalisasi

yang dapat digunakan untuk menguatkan dan menjelaskan perilaku dalam

organisasi 13. Implementasi merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan

publik biasanya implementasi dilaksanakan setelah sebuah kebijakan di rumuskan

dengan tujuan yang jelas. Implementasi adalah suatu rangkaian aktifitas dalam

rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat sehinggan kebijakan tersebut

dapat membawa hasil sebagaimana yang diharapkan14 .

Implementasi pelayanan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan

dapat mencapai tujuannya tidak lebih dan kurang. Untuk mengimplementasi

pelayanan publik maka ada dua pilihan langkah yang ada yaitu langsung

mengimplementasikan dalam dalam bentuk program-program atau melalui

informasi kebijakan turunan dari pelayanan tersebut. Pelayanan publik dalam

bentuk undang-undang atau peraturan daerah adalah jenis kebijakan yang

memerlukan pelayanan publik penjelas atau sering di istilahkan sebagai peraturan

pelaksanaan pelayanan publik yang bisa langsung di operasionalkan antara lain


12
Sugiono.2001.metode penelitian Administrasi ,bandung:PT.Alfabeta,
13
Ibid,hal.55
14
Gaffar Afan ,2009 poltik Indonesia:transisi Menuju Demokrasi ,Cet,1Yogyakarta:pustaka pelajar

15
16

keputusan presiden, intruksi presiden, keputusan Menteri, Keputusan kepala

Daerah, keputusan kepala Dinas,dll.15

George C Edwar III16 berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi

Implementasi difokuskan pada faktor internal lembaga Implementor seperti

Komunikasi (Communications), Sumber Daya (Resources), Sikap (Disposition)

dan Sturktur Birokrasi (Bureucratic Stucture).

1. Komunikasi

Komunikasi diartikan sebagai “proses penyampaian informasi indikator

kepada komunikan”. Informasi mengenai kebijakan publik menurut edwar III

perlu disampaikan kepada perilaku kebijakan agar para perilaku kebijakan dapat

mengetahui apa yang harus mereka persiapkan dan lakukan untuk menjalankan

kebijakan tersebut sehingga tujuan dan sasaran kebijakan dapat dicapai sesuai

dengan yang diharapkan. Implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran dan

tujuan kebijakan dipahami oleh individu-individu yang bertanggung jawab dalam

pencapaian tujuan kebijakan. Kejelasan ukuran dan tujuan kebijakan dengan

demikian perlu di komunikasikan secara tepat dengan para pelaksana. Komunikasi

dalam organisasi merupakan suatu proses yang amat kompleks dan rumit.

Seseorang bisa menahan hanya untuk kepentingan tertentu, atau menyebar

luaskan. Agar implementasi berjalan efektif, siapa yang bertanggung jawab

melaksanakan implementasi kebijakan harus diterima oleh semua personal dan

harus mengerti secara jelas dan akurat mengenai maksud dan tujuan kebijakan.

15
Nugroho,Riant,2004.PublicPolicy,DinamikaKebijakan-AnalisisKebijakan-Manajemen
kebijakan.Jakarta:PT.Alex Media Komputindo-kelompok Gramedia Hl
16
Winarno Budi,,2002.Teori dan Proses Kebijakan Publik ,Pustaka Pelajar,Yogjakarta hal .126.
17

2. Sumber Daya

Suatu implementasi kebijakan tidak akan berjalan lancar efektif apabila

implementor kekurangan sumber daya. Sumber daya tersebut dapat terwujud

sumber daya manusia yakni kompetensi implementor dan sumber daya financial.

Sumber daya adalah faktor yang penting implementasi kebijakan agar efektif.

Tanpa sumber daya kebijakan hanya tinggal menjadi dokumen saja komponen

sumber daya ini meliputi jumlah staff, keahlian dalam pelaksana, informasi yang

relevan dan cukup untuk mengimlementasi kebijakan dan pemenuhan sumber

terkait dalam pelaksanaaan program, adanya kewenangan yang menjamin bahwa

program dapat diarahkan sebagaimana yang diharapkan, serta adanya fasilitas

pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana

dan prasarana.

Sumber daya manusia yang tidak memandai (jumlah dan kemampuan) akan

mengakibatkan tidak dapat dilaksanakan program secara sempurna karena mereka

tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik jika jumlah staff pelaksana

kebijakan tidak memadai. Ada dua bentuk informasi yaitu informasi mengenai

bagaimana cara menyelesaian kebijakan serta bagi pelaksana harus mengetahui

tindakan yang harus dilakukan dan informasi tentang data pendukung kepatuhan

kepada peraturan pemerintahan. Sumber daya mengemukakan bahwa faktor

sumber daya mempunyai peranan penting dalam implementasi kebijakan.

Menurut Edward III bahwa sumber daya tersebut meliputi sumber daya manusia,

sumber daya anggaran, dan sumber daya peralatan dan sumber daya kewenangan.

A. Sumberdaya Manusia
18

Sumberdaya manusia merupakan salah satu variabel yang mempergaruhi

pelaksanaan kebijakan.

B. Sumberdaya Anggaran

Terbatasnya angaran yang tersedia menyebabkan kualitas pelayanan yang

seharusnya di berikan kepada masyarakat juga terbatas.

C. Sumberdaya Kewenangan

Sumberdaya lain yang cukup penting dalam menentukan keberhasilan suatu

implementasi kebijakan adalah kewenangan.

3. Sikap (Disposisi)

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor ,

seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Salah satu faktor yang

mempergaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor setuju

dengan bagian-bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan

senang hati tetapi jika pandangan berbeda-beda dengan pembuat kebijakan maka

proses implementasi akan mengalami banyak masalah.

Ada tiga bentuk Implementor terhadap kebijakan, kesadaran pelaksana,

petunjuk pelaksana untuk merespon program ke arah penerima atau penolakan ,

dan intensitas dari respon tersebut. Para pelaksanakan mungkin memahami

maksud dan sasaran program namun seringkali mengalami kegagalan dalam

melaksanakan program secara tepat karena mereka menolak tujuan yang ada di

dalamnya sehingga secara sembunyi mengalihkan dan menghindari implementasi

program. disamping itu dukungan para penjabat pelaksana sangat dibutuhkan

dalam mencapai sasaran program. Dukungan dari pimpinan juga sangat


19

mempergaruhi pelaksanaan program sehingga dapat mencapai tujuan secara

efektif dan efesien, wujud dari dukungan pimpinan adalah menepatkan kebijakan

menjadi prioritas program, penempatan pelaksana dengan orang-orang yang

mendukung program, memperhatikan keseimbangan daerah, agama, suku, dan

karakteristik demografi yang lain.

4. Struktur Birokrasi

Sturktur birokrasi adalah karakteristik, norma-norma, dan pola-pola

hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang

mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka

miliki dalam menjalankan pengaruh yang signitifikan terhadap implementasi.

Salah satu aspek struktur yang terpenting dari setiap organisasi adalah adanya

prosedur operasi yang standar (SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap

implementor dalam bertindak, struktur organisasi yang panjang akan cenderung

melelahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape yaitu prosedur birokrasi yang

rumit dan kompleks Sehingga gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak

fleksibel.

Banyak contoh dari berbagai macam organisasi dimana penerapan kebijakan

gagal karena isi kebijakan yang kurang mencerminkan kepentingan dan kebutuhan

organisasi, banyak juga contoh penerapan kebijakan yang gagal karena konteks

atau lingkungan yang lebih memberi kekuasaan kepada sekelompok elit untuk

mengambil keuntugan sendiri dari kebijakan faktor-faktor yang mempergaruhi

keberhasilan implementasi juga di kemukakan oleh beberapa ahli. Van Meter dan

Van Hora mengemukakan bahwa standar dan tujuan kebijakan, sumber daya
20

kebijakan, komunikasi antar organisasi dan pelaksanaan kegiatan, karakteristik

pelaksana, kondisi sosial, ekonomi dan politik serta disposisi pelaksana dalam

faktor-faktor yang pengaruh terhadap keberhasilan implementasi. Keberhasilan

satu kebijakan dapat dilihat dari performasi kebijakan tersebut, performasi

kebijakan itu sendiri meliputi pencapaian tujuan, peningkatan kemampuan

pemerintahan di unit-unit lokal untuk merencanakan dan memobilitas sumberdaya

peningkatan partisipasi masyarakat serta peningkatan akses fasilitas

pemerintahan.17

Ripley dan Franklin dalam Winarno mengidentifikasi enam karakteristik

birokrasi sebagai hasil pengamatan terhadap birokrasi di Amerika Serikat yaitu :

a. Birokrasi diciptakan sebagai instrumen dalam menangani keperluan-

keperluan publik

b. Birokrasi merupakan institusi yang dominan dalam implementasi

kebijakan publik yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dalam

setiap hierarkinya.

c. Birokrasi mempunyai sejumlah tujuan yang berbeda.

d. Fungsi birokrasi berada dalam lingkungan yang kompleks dan luas

e. Birokrasi mempunyai naluri bertahan hidup yang tinggi dengan begitu

jarang di temukan birokrasi yang mati .

f. Birokrasi bukan kekuatan yang netral dan tidak dalam kendali penuh dari

pihak luar

Meskipun sumber-sumber untuk mengimplementasi suatu kebijkan cukup

dan para pelaksana (implementasi) mengetahui apa dan bagaimana cara


17
Solicin,Op.Cit,hal 79
21

melakukan, serta mempunyai keinginan untuk melakukan bahwa “implementasi

kebijakan bisa jadi masih belum efektif karena tidak efesien struktur Birokrasi “.

Struktur Birokrasi ini menurut Edward lll dalam mencakup aspek –aspek Struktur

birokrasi, pembagian kewenangan,hubungan antara unit-unit organisasi dan

sebagainya.

Menurut Edwards lll terdapat dua karakteristik utama dari birokrasi yakni :

“Standard Operational Procedure (SOP) dan Fragmentasi “Standar operational

procedure (SOP) merupakan perkembangan dari tuntutan internal dan kepastian

waktu, sumber daya serta kebutuhan penyeragaman dalam organisasi kerja

kompleks dan luas, sikap dan struktur birokrasi. Keempat faktor tersebut harus

saling berintegrasi satu sama lain untuk membantu atau menghambat

pengimplemenasian kebijakan18.

2.1.1 Pengertian Implementasi

Implementasi adalah proses untuk memastikan terlaksananya suatu

program dan tercapainya program tersebut.19 Salah satu tahapan penting dalam

siklus kebijakan publik adalah implementasi kebijakan. Implementasi sering

dianggap hanya merupakan pelaksanaan dari hal-hal yang telah diputuskan oleh

legislatif atau para pengambil keputusan, seolah-olah tahapan ini kurang

berpengaruh. Akan tetapi, dalam kenyataannya, tahapan implementasi menjadi

begitu penting karena suatu kebijakan tidak akan berarti jika tidak ada

dilaksanakan dengan baik dan benar.

18
http://www.m.thoneredaxi.com/berita-gubenur-luncurkan-paten-pertama-di --kota-
padang.html di akses pada 9 November 2021 Pukul 20.30 WIB.
19
Zaenal Mukarom dan Muhibudin Wijaya Laksana,2015, Manajemen Pelayanan Publik,
Bandung: CV Pustaka Setia, hal.206.
22

Dengan kata lain, implementasi merupakan tahap suatu kebijakan

dilaksanakan secara maksimal dan dapat mencapai tujuan kebijakan. Menurut

Van Meter dan Van Horn implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan

oleh individu/pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada

tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Hakikat

utama implementasi kebijakan menurut Mazmanian dan Sabatier adalah

memahami hal-hal yang seharusnya terjadi setelah suatu program dinyatakan

berlaku atau dirumuskan. Pemahaman tersebut mencakup usaha-usaha untuk

mengadministrasikannya dan menimbulkan dampak nyata pada masyarakat.

Berdasarkan beberapa definisi yang disampaikan para ahli diatas,

disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu kegiatan atau usaha yang

dilakukan oleh pelaksana kebijakan dengan harapan akan memperoleh suatu hasil

yang sesuai dengan tujuan atau sasaran dari suatu kebijakan. 20

2.1.2 Pengertian Kebijakan

Berbicara kebijakan maka kita akan berfikir tentang suatu keputusan yang

bijak, dalam arti bahwa keputusan yang diambil haruslah mementingkan

kepentingan masyarakat umum, keputusan yang paling ideal, keputusan yang

mencerminkan etika dan keputusan yang adil. Menurut Mustopadidjaja, kebijakan

lazim digunakan dalam kaitannya dengan tindakan atau kegiatan pemerintah, serta

perilaku negara pada umumnya dan kebijakan tersebut dituangkan dalam

berbagai bentuk peraturan. Dari definisi tersebut kita dapat menarik kesimpulan,

bahwa kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah akan dituangkan dalam

peraturan daerah yang mendapat persetujuan dari DPRD.


20
Sahya Anggara, 2014, Kebijakan Publik, Bandung: CV Pustaka Setia, hal. 231-232.
23

Menurut Anderson, tindakan yang mempunyai tujuan yang dilakukan

seseorang pelaku untuk memecahkan suatu masalah. 21 Menurut Thomas R. Dye,

kebijakan publik adalah apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau

tidak dilakukan.22 Dari tiga definisi tersebut dapatlah dijelaskan bahwa kebijakan

adalah tindakan atau kegiatan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak

melakukan apapun dalam memecahkan suatu masalah. Pemerintah dapat

merencanakan serangkaian tindakan untuk memecahkan suatu masalah dengan

mempertimbangkan segi ekonomi, sosial dan politis, tetapi disisi lain pun

pemerintah membiarkan suatu masalah tidak untuk segera dipecahkan, dengan

pertimbangan ekonomis, sosial budaya ataupun politis.23

Kebijakan juga dapat diartikan sebagai aturan dalam bentuk tertulis dan

keputusan resmi suatu organisasi yang mengatur segala aspek kehidupan manusia,

baik dalam lingkup publik maupun privat. Tujuan kebijakan adalah

mengintegrasikan pengetahuan kedalam suatu disiplin yang menyeluruh

(overarching) untuk menganalisis pilihan publik dan mengambil keputusan

sehingga ia ikut berperan dalam demokratisasi masyarakat. Kebijakan sebagai

kajian harus diartikan sebagai pernyataan kehendak yang diikuti oleh unsur

pengaturan atau paksaan sehingga dalam pelaksanaannya, kebijakan yang

diterapkan dapat mencapai tujuan yang dikehendaki. Oleh karena itu,

pelaksanaan kebijakan memerlukan kekuasaan (power) dan wewenang (authority)

untuk membina kerja sama serta menyelesaikan berbagai kemungkinan konflik


21
Arenawati, 2014 Administrasi Pemerintahan Daerah; Sejarah Konsep dan
Penatalaksanaan di Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, hal. 82.
22
Inu Kencana Syafiie, 2011, Manajemen Pemerintahan, Bandung: Pustaka Reka Cipta,
hal. 115.
23
Arenawati, 2014, Administrasi Pemerintahan Daerah; Sejarah Konsep dan
Penatalaksanaan di Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, hal. 82.
24

sebagai akibat dari pencapaian kehendak. Kebijakan pada dasarnya merupakan

ketentuan yang dijadikan pedoman atau petunjuk bagi setiap usaha untuk

mencapai tujuan sehingga setiap kegiatan memiliki kejelasan dalam bergerak.

Dengan kata lain, kebijakan adalah ketetapan yang membuat berbagai prinsip

untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan

konsisten dalam mencapai tujuan.24

Indikator Rehabilitas Rumah Tidak Layak Huni yaitu:25

a. Rumah yang tidak layak huni

Kriteria rumah tidak layak huni meliputi:

1) Dinding dan/atau atap dalam kondisi rusak yang dapat membahayakan

keselamatan penghuni.

2) Dinding/atau atap terbuat dari bahan yang mudah rusak/rapuh, lantai

terbuat dari tanah, papan, bambu/semen, atau keramik dalam kondisi

rusak.

3) Tidak memiliki tempat mandi, cuci dan WC.

4) Serta luas lantai kurang dari 7,2 m2/orang (tujuh koma dua meter persegi

perorang).

b. Fakir Miskin

Fakir miskin juga harus memenuhi syarat antara lain:

1) Bahwa terdata dalam data terpadu program penanganan fakir miskin.


24
Rahayu Kusuma Dewi, 2016, Studi Analisis kebijakan, Bandung: CV Pustaka Setia, hal.
15-16.
25
Menteri dalam Negeri Republik Indonesia, 2012, Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2012Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan Bantuan Sosial Yang
Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara, (Jakarta: Menteri Dalam Negeri RI),
hal. 1
25

2) Memiliki kartu identiras diri atau Kartu Keluarga.

3) Memiliki rumah di atas tanah milik sendiri yang dibuktikan dengan

sertifikat/girik atau surat keterangan kepemilikan dari camat selaku

Pejabat Pembuatan Akta Tanah.

Kriteria objek bantuan Rumah Tidak Layak Huni:26

(1) Kriteria objek bantuan adalah :

a. RTLH yang berada diatas tanah:

1. dikuasai secara fisik dan jelas batas-batasnya;

2. tanah warisan yang belum dibagi;

3. tidak dalam status sengketa; dan

4. penggunaannya sesuai dengan rencana tata ruang.

b bantuan yang belum selesei dari yang sudah diupayakan oleh masyarakat

sampai paling tinggi struktur tengah dan luas lantai bangunan paling tinggi

45 m2 (empat puluh lima meter persegi);

c. terkena kegiatan konsilidasi tanah atau relokasi dalam rangka dalam

peningkatan kualitas perumahan dan kawasan pemukiman kumuh;

dan/atau

d. terkena bencana alam, kerusakan sosial dan/atau kebakaran.

(2) Tidak layak huni sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah:

a. bahan lantai berupa tanah atau kayu kelas IV;

b. bahan atap berupa seng yang sudah rapuh/berkarat;

c. rusak berat; dan/atau


26
Peraturan Wali kota Padang Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Kriteria Objek Bantuan
Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni Pasal 5
26

d. rusak sedang dan luas lantai bangunan tidak mencukupi standar minimal

luas per anggota keluarga yaitu 9 m2 (sembilan meter persegi).

2.1.3 Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan sesungguhnya bukan sekedar bersangkut paut

dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur

rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan juga menyangkut masalah

konflik, keputusan, dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan. Oleh

karena itu, menurut Wahab bahwa implementasi kebijakan merupakan aspek yang

penting dari keseluruhan proses kebijakan. Secara umum, implimentasi

menghubungkan tujuan-tujuan kebijakan terhadap hasil-hasil kegiatan pemerintah.

Ketidak berhasilan implementasi suatu kebijakan disebabkan keterbatasan

sumber daya manusia, struktur organisasi yang kurang memadai, dan koordinasi

dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, implementasi

kebijakan mendapat perhatian khusus dari para ahli sehingga merupakan bagian

dari bidang kajian kebijakan publik27.

Proses implementasi bukanlah proses mekanisme dimana setiap aktor akan

secara otomatis melakukan apa saja yang seharusnya dilakukan sesuai dengan

skenario pembuat kebijakan, tetapi merupakan proses kegiatan yang acap kali

rumit, diwarnai pembenturan kepentingan antar aktor yang terlibat baik sebagai

administrator, petugas lapangan atau kelompok sasaran.28

27
Sahya Anggara, 2012, Ilmu Administrasi Negara: Kajian Konsep, Teori, dan Fakta
dalam Upaya Menciptakan Good Governance, Bandung: CV Pustaka Setia, ,hal. 530.
28
Muhajir Darwin, 1992, Hasil Loka karya, Analisa Kebijakan Sosial, Yogyakarta: UGM,
hal, 34.
27

Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang paling sulit dilakukan,

sehingga untuk mewujudkan proses implementasi kebijakan dengan baik

bukanlah pekerjaan yang mudah. Kesulitan dalam implementasi juga seringkali

disebabkan adanya perbedaan kepentingan pada masing-masing jenjang

pemerintahan, misalnya antara daerah Kabupaten/Kota dan daerah Propinsi.Dalam

usaha memahami pelaksanaan kebijakan perlu diidentifikasi mengenai faktor-

faktor yang akan mempengaruhi proses pelaksanaan kebijakan. Implementasi

kebijakan banyak ditentukan oleh para pelaksana dan prosedur implementasi

dalam organisasi. Oleh karena itu, implementasi kebijakan merupakan kegiatan

lanjutan dari proses perumusan kebijakan dan sebagai suatu proses melaksanakan

keputusan kebijakan.29

Setiap implementasi dikatakan berhasil jika mencapai tujuan

yangdiharapkan atau memperoleh hasil. Karena pada prinsipnya suatu

kebijaksanaan dibuat adalah untuk memperoleh hasil yang diinginkan yang dapat

dinikmati atau dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Efisiensi kebijaksanaan

berkaitan dengan keseimbangan antara biaya atau dana yang dikeluarkan, waktu

pelaksanaan, sumber daya manusia yang digunakan dan kualitas pelaksanaan

kebijakan. Menurut Mazmanian dan Sabatier ada tiga faktor yang memengaruhi

keberhasilan implementasi, yaitu:

(1) karakteristik dari masalah (tractability ofthe problems),

(2) karakteristik kebijakan/undang-undang (ability of statute tostructure

implementation),

29
Sahya Anggara, 2012, Ilmu Administrasi Negara: Kajian Konsep, Teori, dan Fakta
dalam Upaya Menciptakan Good Governance, Bandung: CV Pustaka Setia, hal. 535.
28

(3) lingkungan (nonstatutory variables affectingimplementations).30

Dalam proses implementasi tidak jarang memunculkan sejumlah

permasalahan. Menurut Meter dan Horn menyatakan variabel yang mempengaruhi

kinerja pelaksanaan kebijakan publik, yakni: standar dan sasaran kebijakan,

sumberdaya, hubungan antar organisasi, karakteristik agen pelaksana, dan kondisi

sosial, ekonomi dan politik dan disposisi implementor. Faktor-faktor tersebut

memiliki keterkaitan dan saling berhubungan antara satu faktor dengan faktor

yang lainnya.31

Disamping itu implementasi kebijakan banyak pula dipengaruhi oleh isi

atau muatan kebijakan dan konteks politik atau karakteristik rezim atau sistem

politik atau lingkungan organisasi yang dapat menjadi faktor-faktor pendukung

maupun penghambat pelaksanaan kebijakan itu. Banyak contoh diberbagai

macam organisasi dimana penerapan kebijakan gagal karena isi kebijakan yang

kurang mencerminkan kepentingan dan kebutuhan stakeholders organisasi.

Banyak contoh pula penerapan kebijakan yang gagal karena konteks atau

lingkungan yang lebih memberi kekuasaan kepada sekelompok elit untuk

mengambil keuntungan sendiri dari kebijakan itu. Jadi pelaksanaan kebijakan

banyak dipengaruhi oleh isi kebijakan (content) dan lingkungan (contex) yang

dapat mendukung atapun menghambat pelaksanaan kebijakan itu.32

2.2 Program Bantuan Rumah Layak Huni

2.2.1 Pengertian Program Bantuan Rumah Layak Huni

30
Sahya Anggara, Publik, Bandung: Cv Pustaka Setia ,hal. 257.
31
AG. Subarsono. 2005., Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori, Dan Aplikasi).
32
Ibid., hal. 257
29

Menurut Sulistyo, Mudji, rumah merupakan kebutuhan dasar manusia.

Yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan

keluarga. Pada hakikatnya setiap warga masyarakat membutuhkan perumahan

yang layak huni, namun dalam kenyataannya pemenuhan kebutuhan rumah layak

huni tersebut menjadi masalah bagi sebagian masyarakat.33

Masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang masih banyak

dialami oleh penduduk Kecamatan Padang Barat. Berdasarkan kriteria yang

digunakan oleh BPS (Badan Pusat Statistik), untuk mengukur kemiskinan bahwa

kondisi rumah yang tidak layak huni merupakan ciri utama untuk membedakan

keluarga miskin dan keluarga tidak miskin.

Atas dasar pemikiran tersebut diatas, penyebab rumah layak huni atau

pemugaran rumah tidak layak huni dapat membedakan kontribusi terhadap upaya

penurunan anka kemiskinan. Program Bantuan Rumah Layak Huni yang digagas

oleh pemerintah Kecamatan Padang Barat, Kota Padang merupakan

menyederhanakan dari 14 kriteria yang digunakan BPS (Badan Pusat Statistik)

menjadi 4 kriteria diantaranya: kondisi rumah tidak permanen dan rusak, dinding

dan atap terbuat dari bahan yang mudah rusak, lantai yang masih tanah, serta

keluarga yang belum memiliki tempat tinggal. Dengan demikian angka tersebut

diatas tidak serta merta akan mendapatkan pelayanan secara keseluruhan, namun

secara selektif akan digunakan kriteria yang lebih sederhana namun lebih tepat

sasaran. Program tersebut tidak lepas dari aspek program pembagunan Satu Bumi

Satu Tujuan.
33
Ika Desiana, 2016 , “ Kemampuan Masyarakat Miskin Memenuhi Persyaratan Bantuan
Stimulan Bedah Rumah Studi Kasus Di Desa Labuhan Makmur, Kecamatan Way Serdang,
Kabupaten Mesuji, Skripsi Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik ,hal 30.
30

2.2.2 Tujuan, Sasaran Dan Karakterteristik Program Bantuan Rumah

Layak Huni

1. Tujuan

Untuk memenuhi kebutuhan dasar terutama perumahan sebagai

tempat tinggal, melalui peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat

dan perbaikan/rehabilitas rumah tidak layak huni, sehingga keluarga

miskin dapat menempati rumah rumah yang layak huni dalam

lingkungan yang sehat dan sejahtera.

2. Sasaran Program

Sasaran program rumah layak huni adalah keluarga rumah tangga

miskin dengan kriteria sebagai berikut:

1. Penduduk Kecamatan Padang Barat yang memiliki KTP dan sudah

menetap secara terus menerus minimal 3 tahun.

2. Kepala Keluarga yang tidak memiliki penghasilan dan tidak

memenuhi kebutuhan dasar secara layak.

3. Status tanah dan rumah yang ditempati adalah milik sendiri, dengan

dibuktikan dengan surat kepemilikannyang sah.

4. Atap rumah dalam kondisi rusak atau terbuat dari daun, dinding

rumah dalam kondisi rusak atau tidak layak dan lantai dalam

keadaan rusak atau kondisi lantai dari tanah, serta luas lantai kurang

dari 8 m2 per-orang dan tidak memiliki sarana umum seperti tempat

kamar mandi, tempat pencucian/tempat mencuci, kakus/WC

(MCK).
31
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode yang dipakai

Metode penelitian diartikan sebagai suatu cara yang digunakan untuk

melaksanakan penelitian, mulai dari perencanaan hingga tahap pelaksanaan yang

meliputi pengumpulan data, analisa data dan interprestasi data. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan

kualitatif, yaitu penelitian yang bersifat deskriptif, kualitatif karena penelitian ini

mendeskripsikan dan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang telah terjadi.

Menurut Sugiono34 metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan

untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Lebih jelas lagi dijelaskan di

kutip oleh lexi. J. Moleong35, metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang mengumpulkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati.

Metode penelitian (metodologi penelitian) merupakan hal yang sangat

penting dalam suatu penelitian, karena hal tersebut akan membantu untuk

mengenal dan memudahkan proses dalam pelaksanaan kegiatan penelitian. Hasil

pengkajian terhadap berbagai metode menjadi bahan pembentukan seperangkat

pengetahuan tentang metode yang di sebut metedologi. Selanjutnya, metodologi

penelitian adalah metodologi yang digunakan untuk program dan kegiatan

penelitian. Berdasarkan hasil tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti

menggunakan metode penelitian kualitatif.

34
Sugiono, 2001.Metode Penelitian Administrasi,Bandung:Alfabeta,hal.23-24
35
Lexi J.Maleong,2001.Metode Penelitian kualitatif,Bandung:Remaja Rosdakarya,hal,11.

32
33

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai

kualitas dan krakteristik tertentu, yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari

dan kemudian di tarik kesimpulan. Sedangkan menurut Margono, populasi adalah

keseluruhan data yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti dalam ruang

lingkup dan waktu yang telah ditentukan. Sesuai dengan perhatian tersebut maka

populasi ini adalah masyarakat penerima bantuan program perbaikan RTLH

(Rehabilitas Rumah Tidak Layak Huni) di Kecamatan Padang Barat, Kota

Padang, staff pegawai bidang perumahan kawasan permukiman dan Pertahanan

Kota Padang, Kepala bidang perumahan kawasan permukiman dan Pertanahan

kota Padang.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari subjek penelitian yang dipilih dan dianggap

mewakili secara keseluruhan Menurut Arikunto36. Sedangkan menurut

Soehartono37, sampel merupakan suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan

yang dianggap dapt menggambarkan populasinya. Sampel adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti, jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi,

maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel.

Adapun teknik pengumpulan sampel tersebut yang digunakan adalah

teknik Purposive Sampling menurut Sugiono Purposive Sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, akhirnya penulis

36
Arikunto,2006.Metode Penelitian.Yogyakarta:Bina Aksara,hal.34
37
Soehartono,Irwan,2002.Metode Penelitian Sosial.Bandung:PT.Remajarosdakrya,hal.7.
34

menetapkan samplenya dalam penelitian ini yakni diantaranya Kepala bidang

perumahan kawasan permukiman dan pertanahan, satu staff dinas perumahan

kawasan permukiman dan pertanahan, dan Masyarakat yang penerima bantuan

RTLH (Rehabilitas Rumah Tidak Layak Huni) yang penulis anggap sudah

mewakili jumlah populasi yaitu :

Adapun kriteria dari Purposive Sampling pada penelitian ini adalah

1. Terdaftar dalam Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertahanan

Kota Padang dan juga orang yang paling bertanggung jawab di Dinas

Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertahanan Kota Padang.

2. Orang yang mempunyai wewenang dalam menyiapkan bahan penyusunan

rencana kerja.

3. Orang yang menjabat dan melakukan dalam penyusunan, menghimpun

dan memelihara dokumen yang berhubungan dengan SIP/IMB, surat izin

usaha pembangunan perumahan, surat izin layak huni, surat izin

penggunan dan bangunan dan surat izin usaha perumahan, rumah sewa

dan rumah kost (pondokan).

4. Orang memiliki atau menguasai tanah dengan dasar hukum yang sah dan

bukan tanah sengketa, WNI (Warga Negara Indonesia) dan sudah

berkeluarga.
35

Tabel 2
Sampel Penelitian
No Informan Banyak
1. Kepala bidang perumahan kawasan 1 Orang
permukiman dan pertanahan kota
Padang
2. Staff dinas perumahan kawasan 1 Orang
permukiman dan pertanahan Kota
Padang.
3. Masyarakat penerima bantuan 5 Orang
RTLH (Rehabilitas Rumah Tidak
Layak Huni)
Jumlah 7 Orang

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Studi Pustaka

Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data teoritis guna

memperoleh pendapat para ahli dengan mempelajari bahan perpustakaan yang

dapat berupa peraturan perundang-undangan, laporan hasil kerja, serta hasil

penelitian yang materinya adalah isinya berkaitan dengan masalah yang akan

diteliti yaitu Implementasi Perwako ( Peraturan Wali Kota ) Nomor 25.A Tahun

2016 Tentang Bantuan Perbaikan Rumah Tidak layak Huni Bagi Masyarakat

Berpenghasilan Rendah Di Kecamatan Padang Barat, Kota Padang

3.3.2 Studi lapangan

Studi lapangan dilakukan dengan cara terjun langsung kelapangan, untuk

mencari data-data sesuai dengan kebutuhan penelitian. Seperti biasanya studi

lapangan ini di lakukan dengan dua cara sebagai berikut :


36

4.3.2.1 Observasi

Pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Objek peneliti yang

diteliti adalah staff dinas perumahan kawasan permukiman dan pertanahan Kota

Padang. Observasi digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam

penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk

menyadari adanya suatu rangsangan tertentu yang diinginkan, observasi ini adalah

mengerti ciri-ciri dan interelasi tingkah laku manusia pada fenomena manusiia

yang kompleks.38 Observasi juga disebut sebagai cara dan teknik pengumpulan

data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap

gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian39.Metode ini digunakkan

secara langsung untuk beriteraksi dengan kegiiatan dan peristiwa alami yang

terjadi di Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kota

Padang.

4.3.2.2 Wawancara

Wawancara atau istilah lainnya interview yaitu suatu cara pengumpulan

data yang dilakukan secara muka. Sedangkan menurut S Nasution, Wawancara

adalah salah satu bentuk komunikasi verbal, jadi, semacam percakapan yang

bertujuan memperoleh informasi. Wawancara merupakan metode pengumpulan

data dengan tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan

pada masalah, tujuan dan hipotesis penelitian. Dalam wawancara selalu ada dua

pihak yang masing-masing mempunyai kedudukan yang berlainan. Pihak yang

satu sebagai peminta informasi dan pihak lainyya sebagai pemberi informasi.

38
Nazar Bakry, Tuntunan Praktis 2013 metodologi penelitiann dan Pedoman Menulis
Skripsi. Padang:IAIN Press, hal 41
39
Pembundu Tika, 2006, Metodologi Riset Bisnis , jakarta:PT Bumi Aksara , hal .58
37

Pewawancara mengajukan pertanyaan, menilai jawaban, meminta penjelasan,

mengingat-ingat dan mencatat jawaban dari responden. Di pihak lain pemberi

informasi perlu menjawab pertanyaan atau memberi beberapa penjelasan. Dalam

melakukan wawancara diperlukan pengetahuan keterampilan, dan kecepatan

berfikir serta kemampuan untuk menilai kesesuaian antara jawaban satu dengan

jawaban lainnya.

Ciri utama wawancara adalah dikontak langsung dan tatap muka antara

pencari informasi dan pemberi informasi . metode ini dapat dipakai untuk

menyelidiki pengalaman, motif dan lain-lain yang amat bersifat psikis. Metode ini

digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang rinci tentang kepala bidang

perumahan kawasan permukiman dan pertanahan, staff Dinas Perumahan

Kawasan Permukiman dan Pertanahan. wawancara yang penulis maksud adalah

wawancara terstruktur dengan melakukan wawancara secara langsung dengan

tatap muka kepada sumber data yang ada di Dinas Perumahan Rakyat Kawasan

Permukiman dan Pertahanan.

Metode wawancara ini di lakukan dengan menemui langsung dan

mengajukan beberapa pertanyaan kepada semua sample penelitian yang sudah

ditentukan sebelumnya, yaitu berkaitan dengann Implementasi Perwako

(Peraturan Wali Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan Perbaikan

Rumah Tidak layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di Kecamatan

Padang Barat Kota Padang.

3.3.2.3 Dokumentasi
Teknik dokumentasi dalam penelitian ini merupakan suatu teknik

pengumpulan data dengan menghimpin dan menganalisis dokumen-dokumen


38

yang mendukung penelitian contohnya yaitu foto mengenai bagaimana kondisi

ruang pelayanan publik, buku standar pelayanan publik, struktur

organisasi,jumlah pegawai profil Dinas perumahan rakyat kawasan permukiman

dan pertahanan. Teknik ini yang digunakan tertulis yang berhubungan dengan

penelitian.

3.4 Sumber Data

1. Data Primer

a. Observasi/mengamati secara langsung mengenai Dinas perumahan rakyat

kawasan permukiman dan pertahanan.

b. Melakukan wawancara langsung dengan informan.

2. Data Sekunder

Data Sekunder diperoleh melalui pencatatan dokumen-dokumen

perusahaan dan dari industri terkait yang ada hubunganya dengan pembahasan.

3.5 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kualitatif, dimana metode ini semua data yang diperoleh kemudian dikumpulkan,

selanjutnya dipilih dan diklafikasi sesuai dengan pokok-pokok permasalahan yang

hendak dibahas, sehingga data relevan dan kemudian di interpretasikan serta

analisis untuk diambil kesimpulan.

1. Pengecekan Data

Dilakukan melalui beberapa sumber yaitu wawancara dan pengamatan

yang dilakukan selama penelitian berlangsung. Pengecekan data ini sangat

penting untuk memastikan apakah data yang dibutuhkan tersedia dilapangan.


39

2. Penyajian

Merupakan proses yang menggambarkan dari keseluruhan kelompok data

yang diperoleh agar mudah dibaca secara menyeluruh, sehingga peneliti dapat

memahami jawaban dari permasalahan yang diteliti.

3. Interprestasi Data

Dalam artian pemaknaan data yaitu memberikan arti yang signifikan

terhadap analisis dan menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan antara

dimensi-dimensi uraian.

4. Penarikan kesimpulan

Data yang diperoleh maknanya kemudian disimpulkan dan disajikan

dalam bentuk uraian dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang mudah

dimengerti.

3.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan dengan mengambil objektif penelitian di

Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan Pertanahan, pemilihan lokasi

ini didasarkan atas beberapa pertimbangan yaitu:

1. Sepengetahuan penulis pada Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman

dan pertanahan Kota Padang belum pernah dilakukan penelitian yang sama.

2. Data yang diperlukan oleh penulis untuk menjawab masalah ini untuk

memungkinkan diperoleh di Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman

dan pertanahan Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan

pertanahan Kota Padang.


40

2. Waktu Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis akan mencari data yang sesuai

dengan judul penelitian, peneliti melakukan penelitian selama 1 setengah bulan.


BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

4.1 TEMUAN UMUM

4.1.1 Deskripsi Lokasi penelitian Kecamatan Padang Barat

Kecamatan  Padang Barat merupakan salah satu kecamatan di Kota

Padang, Sumatra Barat. Kecamatan ini terletak 00°58’04” Lintang Selatan

dan 99°36’40”- 100°21’11” Bujur Timur. Kelurahan yang terdapat di

Kecamatan Padang Barat adalah sebagai berikut yaitu :

1. Kelurahan Belakang Tangsi

2. Kelurahan Berok Nipah

3. Flamboyan (Plamboyan Baru)

4. Kelurahan Kampung Jao

5. Kelurahan Kampung Pondok

6. Kelurahan Olo

7. Kelurahan Padang Pasir

8. Kelurahan Purus

9. Kelurahan Rimbo Kaluang

10. Kelurahan Ujung Gurun40

4.1.2 Penduduk

Dari hasil sensus Kecamatan Padang Barat, jumlah Penduduk disetiapa

kelurahan berjumlah 46.101 jiwa. Menurut data sekunder yang dikumpulkan,

dapat dilihat dalam Tabel dibawah ini :

Tabel. 3
40
BPS Kecamatan Padanag Barat dalam angka tahun 2020.

41
42

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Padang


Barat
No Kelurahan Penduduk
1 Kelurahan Belakang Tangsi 2. 725
2 Kelurahan Berok Nipah 5. 193
3 Flamboyan (Plamboyan Baru) 4. 864
4 Kelurahan Kampung Jao 3. 769
5 Kelurahan Kampung Pondok 3. 499
6 Kelurahan Olo 4. 566
7 Kelurahan Padang Pasir 4. 147
8 Kelurahan Purus 8. 375
9 Kelurahan Rimbo Kaluang 3. 909
10 Kelurahan Ujung Gurun 5. 054
Jumlah/Total 46. 101
Sumber : Data olah Penelitian41.

4.1.3 Mata Pencaharian Penduduk

Masyarakat Kecamatan Padang Barat pada umumnya bermata pencarian

sebagai Wirausaha, buruh harian, dan dan ojek. Selain menjadi wirausaha

mereka ada juga yang bekerja sebagai pedagang, petani, Pegawai negeri

swasta, ABRI Polisi, Bidan Perawat dan wiraswasta. Bahwa masyarakat

Kecamatan Padang Barat memiliki mata pencaharian yang cukup beragam,

namun wirausaha merupakan mata pencaharian yang paling dominan dan

jauh melebihi yang lain

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Implementasi Perwako ( Peraturan Wali Kota ) Nomor 25.A

Tahun 2016 Tentang Bantuan Perbaikan Rumah Tidak layak Huni

41
BPS Kecamatan Padanag Barat dalam angka tahun 2020.
43

Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di Kecamatan Padang

Barat, Kota Padang.

4.2.1.1 Luas Lahan Kurang Dari 4 m2

Menghuni rumah yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah di

Kecamatan Padang Barat Kota Padang masih belum dirasakan oleh

masyarakat. Hal ini sesuai dengan wawancara yang penulis lakukan dengan

Bapak Afrizal menyatakan bahwa:

“Untuk rumah layak huni belum menyeluruh lagi nak, masih banyak
yang di bawah layak. Ini rumah bapak kayu. Perbaikan rumah itu ya
belum pernah dapat lagi. Kalau di dikatakan layak belum layak, sudah
bisa berteduh untuk bapak dan keluarga di rumah itu sudah bisa
ditempati itu. Untuk perbaikan rumah dari pemerintah belum ada sama
sekali dapat. Bapak tidak pernah mengadu ke orang lurah tentang
rumah yang bapak huni lelah-lelah saja, entah didengar atau tidak. Yang
sekarang ini diterima saja sudah bisa makan bapak sama keluarga itu
sudah senang bapak”42.

Sejalan dengan hal di atas, Bapak Mulyadi menambahkan pada waktu

wawancara di tempat yang sama bahwa:

“Rumah masyarakat di daerah tempat tinggal Bapak sekarang masih


bisa dikatakan rumah sederhana. Rumah sederhana yairu semi
permanen ukuran rumahnya kira-kira bisa 4 x 6 m persegi. Sebagian
masyarakat berpenghasilan rendah hanya penyewa, rumah-rumah yang
disewa adalah milik keluarga yang lebih mampu dalam masyarakat.
Mereka hanya memiliki perabotan sederhana seperti lemari kecil untuk
baju, umumnya tidak punya kursi tamu, kalau ada yang datang hanya
ada tikar dibentangkan”43.

Berdasarkan wawancara di atas, bahwa masyarakat di kecamatan

Padanag Barat belum sepenuhnya mendapatkan bantuan perbaikan rumah.

Hal ini terbukti bahwa masyarakat masih mendiami rumah yang sederhana

42
Wawancara dengan Bapak Afrizal 24 juni 2022 di Kecamatan Padang Barat.
43
Wawancara Dengan Masyarakat Bapak Mulyadi Pada Tanggal 24 Juni 2022.
44

dengan ukuran rumah 4x5 M persegi. Namun dari itu pemerintah Kecamatan

Padang Barat melakukan tindakan kepada masyarakat yang memiliki syarat

yang cukup untuk dilakukan perbaikan rumah. Hal ini yang disampaikan oleh

Kepala bidang perumahan kawasan permukiman dan pertanahan kota Padang

menyatakan bahwa:

“pihak pememrintah melakukan atau memberikan bantuan pebaikan


rumah di lokasi kecamatan Padang Barat dengan ukuran rumah yang
sama seperti 6 x 5 meter. Mayarakat yang mendapatkan bantuan status
kepemilikan rumah merupakan milik sendiri Di Kecamatan Padang
Barat Khususnya dibagian Purus yang menerima bantuan rumah tidak
layak huni atau beda rumah tidak ada yang mendiami rumah
panggung”44

Berdasarkan wawancara di atas, dapat diketahui perbaikan rumah

masyarakat di Kecamatan Padang Barat sudah dilaksanakan dengan kriteria

ada surat kepemilkan rumah. Dengan ukuran bantuan rumah 6x5 setiap

masyarakat yang layak untuk mendapatkannya. Ini dilaksanakan karena

rumah masyarakat dalam kondisi mengkawatirkan, bahwa kondisi rumah

masyarakat tidak bisa dikatan terpenuhi atas perumahan yang layak, masih

terdapat mendiami rumah papan, kontrakan atau semi permanen dominan

kayu bercampur batu bata dan lantai beralaskan semen.

Namuan demikan, untuk bantuan perbaikan rumah layak huni yang

dilakukan oleh pemerintah Kota Padang belum merata, masih terdapat juga

masyarakat yang berpenghasilan rendah yang belum tersentuh atas program

bantuan tersebut. Sehingga masyarakat berharap kepada pemerintah untuk

44
Wawancara dengan Kepala bidang perumahan kawasan permukiman dan pertanahan
kota Padang Pada Tanggal 24 Juni 2022.
45

melakukan perbaikan rumah secara merata kepada masyarakat yang

berpenghasilan rendah di Kecamatan Padang Barat.

4.2.1.2 Sumber Air Tidak Sehat Dan Tidak Ada Akses MCK

Salah satu di antara lingkungan yang selalu berinteraksi dengan

manusia, karena kurang lebih separuh hidup manusia berada di rumah,

sehingga kualitas rumah akan berdampak terhadap kondisi kesehatannya.

Dalam ha1 ini perilaku manusia selain akan berdampak terhadap

kesehatan juga dapat mempengaruhi kualitas lingkungannya. Masyarakat

di Kecamatan Padang Barat yang berpenghasil rendah tedapat rumah yang

belum memiliki WC sama sekali,. Hal ini yang disampaikan oleh

masyarakat yang menerima Bnatuan menjelskan bahwa:

“Banyak masyarakat yang tidak memiliki WC dirumhnya, terkadang


WC terbang saja, artinya membuag ke kali. Rumah masyarakat yang
dekat dengan pinggir kali malah sehingga lingkungan rumah
masyarakat berbau busuk”45

Kategori rumah masyarakat yang berpengahasilan rendah di

kecamatan Padang Barat masih bisa dibilang belum sehat. Artinya

perumahan masyarakat yang dihuni masih terdapat WC, saluran got,

tempat buang sampah yang belum tersedia. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat dalam bentuk tabel di bawah ini:

45
Wawancara 24 juni 2022dengan Bapak Afrizal penerima bantuan rumha tahun 2016,
Purus IV
46

Tabel. 4
Data Sumber Air Tidak Sehat Dan Tidak Ada Akses MCK
Di Kecamatan Padang Barat
No Status rumah kurang sehat Keterangan

2 Scptik tank Dipinggir 27 KK


rumah
3 Lantai Semen/tanah 65 KK
4 Air bersih Sumur, sumur 42 KK
Bor, dan
PDAM
5 WC Tidak permanen 50 KK
6 Saluran Got Tergenang 72 KK
7 Tempat pembuangan sampah Dibuang ke 25 KK
kali/ di bakar
8 Bahan bakar masak Gas, minyak 120 KK
tanah
Sumber: Olahan Penelitian Dari Data Kelurahan Pasia Nan Tigo
2022.46

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa terkait dengan

perbaikan rumah tidak layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah

di Kecamatan Padang Barat masih dikategorikan kurang sehat, masih

terdapat masyarakat yang belum memiliki WC, saluran got yang masih

tergenang, tempat pembuang sampah yang masih dibuang ke kali, dan

Scptik tank yang terlalu dekat di pinggir rumah.

Hal ini ditambahkan oleh oleh Ibuk Nurhayati penerima bantuan

rumah pada tahun 2019 menyatakan bahwa:

“Lingkungan perumahan masyarakat di Kecamatan Padang Barat


dikategorikan belum termasuk lingkungan yang sehat karena jalan
akses ke rumah penduduk kurang memadai seperti jalan yang kecil
dan sempit, apabila hujan jalanan disana akan berlumpur susah
dilewati oleh penggendara motor atau pejalan kaki, dan kali yang ada
disekitar rumah penduduk sangatlah berbau dan kotor, air kali
tersebut dipenuhi oleh sampah, apabila kali tersebut dibiarkan terus

46
Olahan Penelitian Dari Data Kecamatan Padang Barat tahun 2022
47

menerus masyarakat khwatir akan terjadi banjir walaupun disana


tidak rawan banjir”.47.

Sebagian masyarakat sudah memiliki WC dan sebagian masih

menggunakan prasarana umum yang digunakan untuk bersama oleh

beberapa keluarga untuk keperluan mandi, mencuci dan buang air

dilokasi pemukiman terebut.

Tanggapan masyarakat yang mendapatkan bantuan perbaikan rumah

tersebut mereka sangat bersyukur bisa mendapatkan bedah rumah dari

pemerintah, dulu rumah mereka tidak sebaik ini dan sekarang lebih layak

dari sebelumnya.

Hal di atas, didukung dengan wawancara dengan Ibuk Ausmaniun

penerima bantuan bedah Rumha tahun 2019 menyatakan bahwa:

“Rumah Ibuk ya seperti ini nak, untuk WC sendiri sudah ada..


Sebelum ada WC sering ke MCK umum, tapi sekarang sudah tidak
terjaga dan tak dibersihkan karena sudah terbengkalai, setelah dapat
bantuan bedah rumah dari pemerintah Ibuk membuat WC di dalam
rumah, agar tidak kesulitan lagi”48.
Berdasarkan wawancara di atas, yang disampaikan oleh informan

bahwa Sebelum ada bantuan perbaikan rumah masyarakat tidak memiliki

WC, sebelumnya masih ke MCK. Dikarenakan masyarakat tidak mampu

untuk membuat WC, pada umunya masyarakat di Kecamatan Padang

Barat bekerja sebagian buruh harian, ojek dan wirausaha. Oleh kareana

itu semenjak mendapatkan bantuan perbaikan rumah, masyarakat yang

bersangkutan sudah memiliki WC sendiri.

47
Wawancara dengan Ibuk Nurhayati penerima bantuan tahun 2019 24 juni 2022
48
Wawancara pada tanggal 24 Juni 2022 dengan Ibuk Ausmaniun penerima bantuan
tahun 2019.
48

Berdasarkan hal di atas, di perjelas oleh masyarakat penerima

bantuan menyatakan bahwa:

“Di sini pekerjaan warga khususnya wirausaha, ojek dan buruh


harian . Bapak sudah ada WC sendiri alasannya supaya murah kalau
mandi sama BAB, di mushala sini sudah ada, kadang air nya sering
mati. Iya setelah rumah kami dapat bantuan-bantuan itu merata
dikasih sama pemerintah supaya bisa dinikmati sama orang seperti
bapak ini. Lantai bapak bersemen, nak”49.
Berdasarkan wawancara di atas, bahwa sebelum ada bantuan

perbaikan rumah masyarakat tidak memiliki WC, sebelumnya masih ke

MCK. Dikarenakan masyarakat tidak mampu untuk membuat WC, pada

umumnya masyarakat di Kecamatan Padang Barat bekerja sebagian

buruh harian, ojek dan wirausah. Oleh karean itu semenjak mendapatkan

bantuan perbaikan rumah, masyarakat yang bersangkutan sudah memiliki

WC sendiri.

Pemerintah Kecamatan Padang Barat sudah mencari solusi bagi

masyarakat yang belum mendapatkan program bantuan perbaikan rumah.

Dengan memberikan bantuan dari lembaga pemerintah. Untuk

masyarakat yang mendapatkan bantua tersebut adalah memiliki surat akta

kepemilikan rumah, dan apabila tidak memiliki maka pihak pemerintah

tidak bisa mengelolanya. Untuk lebuh jelasnya dapat dilihat dalam tabel

di bawah ini:

Tabel. 5
49
Wawancara dengan Ibuk Samsinar Penerima bantuan tahun 2020, 24 juni 2022.
49

Data Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kecamatan Padang


Barat 2021
No Nama Pekerjaan Penghasilan Status
Kepemilikan
Rumah
1 Reswandi Wirausaha 0 - 1,2 Juta Milik sendiri
2 Yuliani Wirausaha 0 - 1,2 Juta Kontrakan
3 Dede Syefrinol Wirausaha 0 - 1,2 Juta Milik sendiri
4 Randi Ojek/Sopir 0 - 1,2 Juta Milik sendiri
5 Yusmiati Wirausaha 1,3 -1,8 Juta Milik sendiri
6 Saminan NST Nelayan 1,9- 2,1 Juta Milik sendiri
7 Ardiman Tukang/Montir 1,3 - 1,8Juta Milik sendiri
8 Hamdani Wirausaha 0 - 1,2 Juta Milik sendiri
9 Yusnias Bakar Buruh Harian 0 - 1,2 Juta Milik sendiri
10 Alfizon Wirausaha 1,9 - 2,1 Juta Kontrakan
11 Afrizon Wirausaha 0 - 1,2 Juta Milik sendiri
Sumber: rumah tidak layak huni (RTLH) kecamatan Padang Barat 2021

Hal ini yang disampiakn oleh Kepala bidang perumahan kawasan

permukiman dan pertanahan Kota Padang:

“.Untuk dapat perbaikan rumah khusus masyarakat yang


berpenghasilan rendah kami cari solusinya dangan memberikan
bantuan perbaikan rumah.. Jadi rumahnyo ado nan sewa, ngontrak
tu, apo nan bisa di bantu karano indak lengkap syaratnya maka
pemerintah tidak bisa mengeluarkan bantuan tersebut”.50.

Berdasarkan wawancara dan dokumentasi di atas, dapat diketahui

bahwa perumahan masyarakat yang mendapatkan bantuan perbaikan

rumah sebelumnya dikategorikan kurang sehat, belum memiliki WC dan

sumber air bersih, masih memanfaatkan MCK dan mushola di sekitar

rumah masyarakat. namun setelah diberikan bnatuan perbaikan rumah

oleh pemerintah, maka hal itu sudah teratasi. Sebelumnya masyarakat

yang mendapatkan bantuan perbaikan rumah memliki penghasilan mulai

dari 0-1,2 juta- 1,9-2,1 juta dengan status kepemilikan rumah sendiri.
50
Wawancara dengan oleh Kepala bidang perumahan kawasan permukiman dan
pertanahan Kota Padang, 25 Juni 2022.
50

4.2.1.3 Rumah Semi Permanen

Terus bertambahnya jumlah penduduk merupakan masalah dalam

pemenuhan kebutuhan akan perumahan yang layak di Indonesia termasuk

di Kecamatan Padang Barat Kota Padang. Pertambahan jumlah penduduk

miskin belum dibarengi dengan penyediaan perumahan yang layak akan

menjadi masalah. Pemerintah harus memprioritaskan bagi masyarakat

berpenghasilan rendah terutama terkait dengan perbaikan akan rumah

yang layak. Hal ini wawancara dengan masyarakat di Kecamatan Padang

Barat:

“Menurut bapak dengan kondisi rumah yang mereka tempati sekarang


dapat dikatakan rumahnya belum permanen harapannya untuk
pemerintah agar dia dapat bantuan rumah lagi dengan rumah
permanen tidak lagi rumah semi permanen yaitu rumah yang
dindingnya setengah tembok dan kayu yang berkuailtas rendah”51.

Pembangunan rumah tidak layak huni bagi berpenghasilan rendah

dikatakan belum merata, di Kecamatan Padang Barat sendiri masih banyak

rumah mayarakat yang tidak layak huni, khususnya di Purus mereka

menempati rumah yang sangat memperhatikan. Hal ini ditambahkan oleh

Bapak Hmadani menyatakan bahwa:

“Ada seorang nenek yang bernama Haimaidi berumur 75 tahun, nenek


tersebut telah memasukkan data atau syarat untuk penerima bantuan
perbaikan rumah pada tahun 2021, hanya saja rumah nenek tersebut
belum ditanggapi oleh pemerintah setempat, kondisi rumah nenek
tersebut dikatakan butuh bantuan bedah rumah karena kondisi atap
yang surah rusak apabila terjadi hujan rumah nenek tersebut bocor
yang cukup parah. Semua masyarakat mengetahui adanya program
perbaikan rumah yang layak huni ini”52.
51
Wawancara dengan masyarakat Bapak Afrizal penerima bantuan tahun 2016, pada
tanggal 24 juni 2022
52
Wawancara dengan masyarakat Bapak Hamdani penerima bantuan tahun 2016, pada
tanggal 24 juni 2022
51

Pembangunan perumahan dan permukiman dilaksanakan secara

keterpaduan dan memperhatikan permukiman yang telah ada tanpa

mengekslusifkan diri sehingga kualitas lingkungan dan aspek-aspek yang

menyangkut perikehidupan masyarakat penghuninya menjadi perhatian

para pengambil keputusan dan pengembang. Berdasarkan wawancara

dengan Amsirjon menyatakan bahwa:

“Rumah yang Bapak tempati sekarang masih jauh kalau dibandingkan


di luar sana masih semipermanen. Selama Bapak tinggal di sini belum
dapat bantuan rehab rumah sama sekali”53

Berdasarkan wawancara di atas, bahwa dari yang disampaikan

informan terkait dengan perbaikan rumah layak huni bisa dikatakan belum

mendapatkan bantuan sama sekali. Begitu juga sesuai dengan yang

disampaikan oleh informan bahwa rumah yang didiami belum pernah

mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Berdasarkan hal di atas, kondisi rumah masyarakat berpenghasil

rendah di Kecamatan Padang Barat Kota Padang masih mendiami rumah

semi permanen dan belum mendapatkan bantuan sama sekali dari

pemerintah. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa masyarakat Memiliki

tingkat ekonomi mayoritas pada kondisi berkekurangan. Adapan bahan

dasar rumah masyarakat adalah berbahan dasar kayu yang diselingi beton.

Karena rumah masyarakat dalam kondisi mengkawatirkan. Dapat dilihat

dalam bentuk tabel di dibawah ini:

Tabel. 6

53
Wawancara dengan masyarakat Bapak Amsirjon, pada tanggal 24 juni 2022
52

Kondisi Fisik Rumah Masyarakat Berpenghasil Rendah Di Kecamatan


Padang Barat
No Fasilitas yang dimiliki Jumlah
1 Kondisi lantai dari semen 19 unit
2 Diding setenagh permanen 52 unit
3 Atap dari seng 81 unit
4 Rumah papan 80 unit
5 Sewa rumah 97 Unit
Sumber: Analisis Data Dari kecamatan padang Barat Kota Padang Tahun
202154

Hal di atas, didukukung dengan wawancara bersama Bapak Yusril

menyatakan bahwa:

“Ini rumah masih kayu di depan, kalau di ruang tengah sudah ada
labrik sebagian, kalau sama bapak sudah bisa untuk tempat tinggal dan
bisa berteduh di dalam rumah itu udah layak. kalau tidak kena hujan
dan tidak panas di luar. Kalau untuk perbaikan rumah belum dapat sama
sekali”55.

Berdasarkan wawancara di atas, bahwa kondisi rumah masyarakat

berpenghasilan rendah di Kecamatan Padanag Barat bisa dikatakan belum

terpenuhi atas perumahan yang layak, masih terdapat masyarakat yang

mendiami rumah papan atau semi permanen. Hal ini yang disampaikan oleh

Bapak Reswandi menyatakan bahwa:

“memiliki rumah semi permanen dengan berpenghasil rendah,


dominan kayu bercampur batu bata di dindingnya, lantai beralaskan
semen. Kalau tanah ada satu-satu tapi tidak banyak. Mayoritas ya
semen, kalau keramik itu ada cuman tidak terlalu banyak dan itu
biasanya orang kaya yang anaknya pergi merantau, tapi kalau yang
sebenarnya itu jarang. Perbaikan nrumah rumah khusus untuk
mayasrakat di sekitar rumah saya disini belum ada yang dapat. 
Kebanyakan rumah di sini ya rumah pribadi dan juga rumah orang tua
terus bertambah membuat rumah di depannya jadi rumah mertua dan
menantu berdekat-dekatan. Rumah di dekat sini banyak yang belum
bersertifikat jadi untuk mengurus kepemerintahan jadi susah. karena
syarat yang sebenarnya itu tidak cukup, terus untuk menuntut
54
Data Dari kecamatan padang Barat Kota Padang Tahun 2021
55
Wawancara dengan masyarakat Bapak Yusril pada tanggal 24 juni 2022
53

pemerintah tidak bisa jadi ini rumah saya ya seperti ini yang dilihat
sekarang.56.

Pernyataan Bapak Sakri di atas, ditambahkan oleh Bapak Sahrul,

ditempat yang berbeda di rumah menyatakan bahwa:

Bapak sendiri sebagai buruh harian sudah berpuluh-puluh tahun belum


bisa membuat keluarga bapak sejahtera karena penghasilan kurang lebih
hanya Rp1.500.000 per bulan ini sangat kurang apa lagi untuk biaya
sewa rumah dan lainnya, bapak saja bersama keluarga bapak tidak
cukup sama penghasilan segitu. dan Bapak belum mampu membuat
rumah lagi. Jadi bapak sewa rumah ini. Alhamdulillah nak, untuk
tempat tinggal bersama keluarga Bapak”57
Berdasarkan wawancara dan dokumentasi di atas, dapat diketahui

bahwa dari kondisi rumah masyarakat berpenghasil rendah di Kecamatan

Padang Barat masih banyak mendiami rumah semi permanen yang belum

mendapatkan bantuan dari pememrintah.  Begitu juga untuk bantuan

perbaikan rumah masyarakat belum mendaptakan. Masyarakat belum ada

melakukan pengaduan kepada pemerintah kelurahan terkait dnegan bantuan

rumah. Begitu juga masyarakat yang ada di Kecamatan Padang Barat

berharap kepada pemerintah untuk dapat memberikan bantuan, agar

masyarakat bisa mendiami rumah yang layak huni.

4.2.1.4 Bagunan Rumah Tidak Teratur

Lingkungan permukiman yang teratur merupakan faktor penentu dari

lingkungan permukiman tersebut meliputi kondisi fisik rumah tinggal.

Peenuhan kebutuhan perumahan yang aman di dalam lingkungan

pemukiman bagi masyarakat yang guna mendukung terwujudnya masyarakat

dan lingkungan yang berjati diri, mandiri, dan produktif bagi setiap

56
Wawancara dengan Bapak Reswandi pada tanggal 27 juni 2022
57
Wawancara dengan Bapak Sahrul pada tanggal 27 juni 2022
54

orang/keluarga, telah ditetapkan menjadi visi penyelengaraan perumahan dan

pemukiman. Namun kenyataanya ditemuan di lapangan bahwa pemerintah

Kota Padang belum mempeoritaskan dalam mengatur bangunan rumah di

Kecamatan Padanag Barat. Hal ini disampaikan oleh Kepala bidang

perumahan kawasan permukiman dan pertanahan kota Padang menyatakan

bahwa:

“Pihak pemerintah sendiri belum ada memfokuskan kepada Rencana


tata ruang wilayah belum sepenuhnya menjadi acuan dalam
pemanfaatan ruang dan fokus hanya pada perencanaan, dan pelaksanaan
bantuan perbaikan rumah bagi masyarakat kurang mampu, penurunan
kawasan resapan air, kejadian bencana alam seperti banjir, gempa yang
integritasnya meningkat dan dampaknya semakin meluas”58.

Perumahan teratur merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor

yang dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut

melibatkan pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan

berorientasi pada lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen,

penggunaan dan pemeliharaan rumah dan lingkungan di sekitarnya, serta

mencakup unsur apakah rumah tersebut memiliki penyediaan air minum dan

sarana yang memadai untuk memasak, mencuci, menyimpan makanan, serta

pembuangan kotoran manusia maupun limbah lainnya. Dari analisis penulis

di atas, penulis melakukan wawnacara dengan Ibuk Rahma, menyatakan

bahwa:

“Lingkungan di perumahan kakak ya seperti ini tidak ada perkarangan


didepannya, karena langsung belakang rumah orang. Tidak tahu kakak
sehat atau enggaknya yang jelas kakak ada WC di dalam untuk pergi
buang air sudah bisa, dan tidak perlu keluar lagi. kalau dulu ya keluar
58
Wawancara Dengan Kepala Bidang Perumahan Kawasan Permukiman Dan Pertanahan
kota Padang, pada tanggal 24 Juni 2022.
55

kadang malam-malam tuh buang air tuh susah karena kakak perempuan.
Untuk lingkungan kakak ada saudara-saudara yang tinggal dekat sini,
kadang berpinjam-pinjaman barang atau pergi ke air itu”.59.

Namun kenyataanya dari penelitian yang penulis temukan bahwa

masyarakat yang berpenghasilan rendah di Kecamatan Padanag Barat terkait

perumahan yang teratur di daerah ini masih bisa dikatakan masih belum

teratur dari segi bangunan rumah. Artinya masih terdapat rumah masyarakat

yang rata-rata rumah tersebut ukurannya sekitar 4 x 5 meter dan 8x 7 meter

dan bentuknya seperti rumah semi permanen yang terdaoat di gang-gang

sempit. Rumah semi permanen dibuat dengan tujuan agar agar tidak banyak

memakn biaya dan begitu juga untuk mengurangi biaya dan menghindari

banjir menghantam rumah.

Kondisi pengaturan pembangunan rumah di Kecamatan Padang Barat

Tingkat belum diutamakan oleh pememrintah Kota Padang. Hal ini yang

disampaikan oleh Bapak Amirjon, wawancara terpisah menyatakan bahwa:

“Perumahan di sini rata-rata ya semi permanen dan bangunan


rumah tidak teratur, karena pihak pemerintah belum mefokuskan ke
pengaturan tata runag perumahan di Kecamatan Padang Barat.”60

Berdasarkan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa perumahan

masyarakat berpenghasilan rendah di Kecamatan Padang Barat terkait

banguan rumah masyarakat belum teratur, dikarenakan pemerintah belum

memfokuskan kepada pengelola tata ruang perumahan, karena masih

mengedepankan perencanaan dan pelaksanaan perbaikan rumah bagi

masyarakat kurang mampu.


59
Wawancara dengan masyarakat Ibuk Rahma pada tanggal 24 Juni 2022
60
Wawancara Dengan Kepala Bidang Perumahan Kawasan Permukiman Dan Pertanahan
kota Padang, pada tanggal 24 Juni 2022.
56

4.2.2 Faktor-faktor penghambat Implementasi Perwako (Peraturan Wali

Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan Perbaikan Rumah

Tidak layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di

Kecamatan Padang Barat, Kota Padang

4.2.2.1 Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi

keberhasilan program yang dilaksanakan. Pelaksanaan yang efektif terjadi

apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan

dikerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan dikerjakan dapat berjalan

apabila komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan dan

peraturan pelaksanaan harus dikomunikasikan kepada implementor yang

tepat. Dengan kata lain, tujuan, sasaran, dan berbagai informasi yang

berkaitan dengan kebijakan harus ditafsirkan dengan baik dan benar untuk

menjamin keberhasilan suatu program. Terutama saat mengadakan

sosialisasi kepada calon penerima bantuan perbaikan Rumah Tidak Layak

Huni (RTLH).

Hal ini yang disampaikan oleh Kepala bidang perumahan kawasan

permukiman dan pertanahan

“Kebijakan terkait dengan bantuan perbaikan rumah tidak layak huni


bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kecamatan Padang Barat,
Kota Padang harus dipahami oleh implementor yang bertanggung
jawab atas pencapaian sasaran dan tujuan kebijakan. Oleh karena itu,
standar dan tujuan kebijakan harus dikomunikasikan kepada para
pelaksana kebijakan. Jika sumber-sumber informasi berbeda maka
akan memberikan interpretasi yang tidak konsisten terhadap standar
dan tujuan kebijakan atau jika sumber yang sama namun memberikan
57

interpretasi yang bertentangan, maka para pelaksana akan menghadapi


kesulitan yang jauh lebih besar untuk melaksanakan kebijakan61.

Komunikasi program rehabilitasi rumah tidak layak huni untuk

masyarakat berpenghasilan rendah di Kecamatan Padang Barat adalah

komunikasi dalam penyampaian informasi kepada para pelaksana

kebijakan tentang apa yang menjadi standar dan tujuan kebijakan harus

konsisten dan seragam dari berbagai sumber informasi. Jika tidak ada

kejelasan dan konsistensi keseragaman terhadap suatu standar dan tujuan

kebijakan, maka apa yang menjadi standar dan tujuan kebijakan akan sulit

untuk bisa tercapai. Dengan kejelasan standar dan tujuan kebijakan, para

pelaksana kebijakan dapat mengetahui apa yang dapat diharapkan darinya

atau apa yang harus mereka lakukan. Pelaksana utama kebijakan dalam

program RTLH adalah Dinas Perkim Kota Padang dengan pihak-pihak

terlibat saling berkoordinasi dalam proses penyampaian standar dan tujuan

kebijakan.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan Kepala bidang

perumahan kawasan permukiman dan pertanahan berikut, yaitu:

“Untuk program RTLH di Kecamatan Padang Barat saat ini kan ada
peraturan Menteri PUPR sebagai pedoman pelaksanaan dan prosedur
yang telah ditetapkan peraturan itu baru ada sejak tahun 2016. Dalam
Peraturan Menteri PUPR ada terdapat kriteria yang telah ditetapkan
sebagai penentuan sasaran kebijakan agar tepat sasaran, kalau untuk
program ini ada pihak-pihak terkait yang ikut serta dalam
melaksanakan rehab rumah, sehingga dari pihak Dinas Perkim,
Kecamatan melakukan rapat terkait apa saja yang ditetapkan dalam
pemilihan masyarakat berpenghasilan rendah yang memiliki rumah
tidak layak huni di tiap daerah Kecamatan Padang Barat Kota Padang
61
wawancara Kepala Bidang Perumahan Kawasan Permukiman Dan Pertanahan Kota
Padang 15 Juni 2022 .
58

sehingga nantinya program R-RTLH ini diberikan kepada masyarakat


yang sesuai dengan sasaran dari kebijakan”62.

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh informan lainnya, yaitu:

“Dinas Perkim Kota melakukan koordinasi dengan Kecamatan,


`Kelurahan, dan masyarakat terkait apa saja yang menjadi prosedur
pelaksanaan yang harus dilengkapi oleh masyarakat berpenghasilan
rendah sebagai penerima bantuan, ini dilakukan agar prosedur yang
telah ditetapkan sesuai dengan pengerjaan perbaikan rumah63”.

Informasi yang demikian ini juga penting untuk menyadarkan orang-

orang yang terlibat dalam implementasi, agar diantaranya mau

melaksanakan dan mematuhi apa yang menjadi tugas dan fungsi serta

kewajibannya. Pada dasarnya setiap program yang dijalankan baik oleh

pemerintah, swasta, maupun masyarakat, tentu ada yang menaungi dan

mengelola jalannya program tersebut. Di mana didalamnya diharuskan

memiliki struktur organisasi, sumber daya manusia yang berkualitas

sebagai pelaksana, adanya perlengkapan atau alat-alat kerja sebagai

pendukung demi kelancaran suatu program.

Dilain hal juga dilakukan wawancara dengan Kepala bidang

perumahan kawasan permukiman dan pertanahan menytakan bahwa:

“kegiatan survey yang dilakukan kelapangan oleh pengawas program


dalam bentuk komunikasi langusng mengenai pemberitahuan terkait
nilai bantuan yang diberikan kepada calon penerima bantuan.
Koordinasi yang dilakukan telah sesuai dalam Surat Keputusan
Kepala Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang
Kota Padang “64.

62
wawancara Kepala Bidang Perumahan Kawasan Permukiman Dan Pertanahan Kota
Padang 15 Juni 2022 .
63
wawancara Dengan Satu Staff Dinas Perumahan Kawasan Permukiman Dan
Pertanahan Kota Padang 15 Juni 2022 .
64
wawancara Kepala Bidang Perumahan Kawasan Permukiman Dan Pertanahan Kota
Padang 15 Juni 2022 .
59

Koodniasi yang dilakukan oleh pihak Kepala bidang perumahan

kawasan permukiman dan pertanahan Kota Padang di kecmatan yang ada

di kota Padang tidak terkecuali di kecamatan Padang Barat merupakan

mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin

baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu

proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahanya akan sangat

kecil untuk terjadi dan begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti melihat bahwa pihak

Dinas Perkim Kota Padang selaku penanggung jawab sekaligus pengelola

program RTLH melakukan koordinasi dengan pihak Kelurahan, Kepala

lingkungan, masyarakat terkait standar dan sasaran kebijakan yang telah

ditetapkan sebagai prosedur pelaksanaan. Di Kecamatan Padang Barat

Dinas Perkim sebagai pengawas program didampingi oleh Kepala

lingkungan Kecamatan Padang Barat dalam menentukan dan memilih

masyarakat sebagai calon penerima bantuan yang termasuk dalam kriteria

sasaran kebijakan. Sehingga untuk pemberitahuan kepada masyarakat

berpenghasilan rendah terkait adanya bantuan program rehabilitasi rumah

tidak layak huni disampaikan lagusung oleh pihak kecamatan.

Namuan disamping itu Jika tidak ada kejelasan komunikasi dan

konsistensi keseragaman terhadap suatu standar dan tujuan kebijakan,

maka apa yang menjadi standar dan tujuan kebijakan akan sulit untuk bisa

tercapai. Dengan kejelasan standar dan tujuan kebijakan, para pelaksana


60

kebijakan dapat mengetahui apa yang dapat diharapkan darinya atau apa

yang harus mereka lakukan.

4.2.2.2 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan suatu hal yang sangat penting dan

harus dimiliki dalam upaya mencapai tujuan suatu program. Dalam

program perbaikan Rumah Tidak Layak Huni bagi masyarakat

berpenghasilan rendah, terutama di Kecamatan Padang Barat yang menjadi

sasaran program sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki

keterampilan dalam bidang masing-masing. Terkait dengan hal kesiapan

sumber daya manusia dalam implementasi program perbaikan Rumah

Tidak Layak Huni di Kota Padang masih dikatakan minim dikarenakan

kurangnya pendampingan dalam melaksanakan perbaikan rumah tidak

layak huni.

Hal ini yang disampaikan oleh Kepala bidang perumahan kawasan

permukiman dan pertanahan Koat Padang menyampaikan bahwa:

“untuk sumber daya manusia (SDM) disini masih kurang pendamping


dilapangan khusunya di Kecamatan Padang barat sebagai implementor
hanya 5 orang sedangkan kecamatan yang ada di Kota Padang
sebanyak 11 Kecamatan, sehingga tidak terkontrol disetiap
Kecamatan. Sumber daya manusia dibentuk dalam struktur organisasi
oleh Kepala Bidang Perumahan Kawasan Permukiman dan Bangunan
Pemerintah, struktur organisasi terdiri dari KPA (Kuasa Pemegang
Anggaran) sekaligus PPK (Pejabat Pembuat Komitmen), PPTK
(Pejabat Pembuat Teknis Kegiatan), Pengawas Program, dan adanya
keterlibatan pihak ketiga yaitu Rekanan/Penyedia Barang dan Jasa.
Pembentukan dan pemberikan SK dengan tugas masing-masing telah
ditetapkan oleh KPA sekaligus PPK, sedangkan untuk penunjukan
Rekanan sebagai penyedia barang dan jasa ditetapkan oleh pihak
PPTK dan penyerahan berkas calon penerima bantuan nantinya akan
diperiksa oleh pihak PPTK apabila berkas sudah lengkap maka pihak
61

pengawas program akan melakukan survey kelapangan untuk


penetapan sebagai penerima bantuan”65.

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia

merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu

keberhasilan proses implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan

proses implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang

berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang

telah ditetapkan secara apolitik. Tetapi ketika kompetensi dan kapabilitas

dari sumber-sumber daya itu nihil, maka kinerja kebijakan publik sangat

sulit untuk diharapkan. Tetapi diluar sumber daya manusia, sumber daya

lain yang perlu diperhitungkan juga ialah sumber daya financial dan

sumber daya waktu. Karena itu sumber daya manusia. Hal ini yang

disampaikan oleh staf bidang perumahan kawasan permukiman dan

pertanahan Kota Padang:

“Faktor sumber daya manuais mempunyai peran yang sangat penting


dalam implementasi kebijakan, karena bagaimanapun jelasnya dan
konsistennya ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan suatu kebijakan,
jika para personil yang bertanggungjawab kebijakan kurang
mempunyai sumber-sumber untuk melakukan kebijakan secara
efektif, maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan bisa
efektif”66.

Sumber-sumber penting yang dimaksud dalam implementasi

kebijakan antara lain mencakup personil yang mempunyai keahlian dan

kemampuan untuk bisa melaksanakan tugas, di samping itu harus ada

65
Wawancara dengan staff dinas perumahan kawasan permukiman dan pertanahan Kota
Padang 15 Juni 2022 .
66
Wawancara dengan staff dinas perumahan kawasan permukiman dan pertanahan Kota
Padang 15 Juni 2022
62

ketepatan atau kelayakan antara jumlah personil yang dibutuhkan dengan

keahlian yang harus dimiliki dengan tugas yang akan dikerjakan. Dana

untuk membiayai operasional implementasi kebijakan, informasi yang

relevan dan mencukupi tentang bagaimana cara mengimplementasikan

suatu kebijakan, serta kerelaan atau kesanggupan dari berbagai pihak yang

terlibat dalam implementasi kebijakan, dimaksudkan agar para

implementor tidak melakukan suatu kesalahan dalam

mengimplementasikan kebijakan tersebut. Kepala Bidang Perumahan

Kawasan Permukiman dan Bangunan Pemerintah Dinas Perumahan

Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang Kota Padang, mengatakan:

“Jadi begini kalau dalam program RTLH ini pengelola itu dari pihak
Dinas Perkim secara keseluruhan yaitu ada bagian KPA (Kuasa
Pembuat Anggaran), PPK (Pejabat Pembuat Komitmen), PPTK
(Pejabat Pembuat Teknis Kegiatan), Pengawas Program, dan untuk
pihak ketiga yaitu penyedia barang dan jasa, kalau untuk sumber dana
semua dana berasal dari APBD, karna program ini bersifat swakelola
semua disediakan oleh Dinas dengan tugas-tugas yang diberikan dan
telah ditetapkan, sehingga masyarakat tidak mengeluarkan dana
sedikitpun untuk perbaikan rumahnya”67.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, diketahui bahwa struktur

pelaksanaan program RTLH adalah kurangnya pihak pengawas

dilapangan, hanya untuk pelaksanaan program dikerjakan oleh rekan

kerja/pihak ketiga sebagai penyedia barang dan jasa untuk melakukan

pembangunan perbaikan rumah.

Namun Dinas Perkim sebagai pelaksana program melakukan

koordinasi dengan Kelurahan dalam memilih yang memiliki rumah tidak

67
wawancara Kepala Bidang Perumahan Kawasan Permukiman Dan Pertanahan Kota
Padang 15 Juni 2022
63

layak huni, lurah Kecamatan Padang Barat memerintahkan Kepala

lingkungan dalam memilih rumah yang tidak layak huni seusia dengan

kriteria yang telah ditetapkan dalam prosedur pelaksanana. Hal ini senada

dengan yang diungkapkan oleh informan berikut, yaitu:

“Sumber daya manusia dalam program ini melibatkan antara pihak


Dinas Perkim, Kecamatan, Kelurahan, Kepala Lingkungan dan Rekan
ketiga yaitu pelaksana program, melalui SDM ini nantinya diberikan
tugas masing-masing dalam melaksanakan program RTLH dengan
melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Kecamatan, Kelurahan,
dan penyediaan barang dan jasa68.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, bahwa sumber daya manusia

menjadi penghambat dalam implemenatsi Perwako ( Peraturan Wali Kota)

Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan Perbaikan Rumah Tidak layak

Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di Kecamatan Padang

Barat, Kota Padang. Dikarenakan kurnya pesrsonil pengawas dilapangan

yang tidak sesuia dengan keahlian. Di Dinas Perkim Kota Padang ada

penunjukan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) sebagai pelaksana

program RTLH di lapangan. Dimana Seksi Pengembangan Perumahan

Kawasan Permukiman yang menjadi pelaksana dari pihak Dinas Perkim

dengan bantuan staff/pegawai disatu bidang yang dibentuk menjadi 5

(lima) orang ditunjuk sebagai pengawas berjalannya program dengan

tugas dan fungsi masing-masing yang telah ditetapkan untuk mengontrol

dan mengevaluasi berjalannya program. Dengan demikian dengan jumlah

Kecamatan di Kota Padang terdapat 11 kecamatan tentu tidak mencukupi

hanya lima pengawas lapangan begitu juga tidak sesuai dengan keahlian.
68
wawancara Kepala Bidang Perumahan Kawasan Permukiman Dan Pertanahan Kota
Padang 15 Juni 2022
64

4.2.3 Mengatasi Hambatan dalam Implementasi Perwako (Peraturan

Wali Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan Perbaikan

Rumah Tidak layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan

Rendah Di Kecamatan Padang Barat, Kota Padang.

4.2.3.1 Memperbaiki Sumber daya Manusia

Mengatasi masalah SDM (Sumber Daya Manusia) merupakan

tantangan yang berat serta membutuhkan waktu yang lama dalam

pembangunan ekonomi. Oleh karena itu perlu melihat secara rill sejauh

mana pembangunan sumber daya manusia sebagai modal untuk

meningkatkan ekonomi masyarakat khusnya di Kecamatan Padang Barat,

yang dapat dilihat melalui indikator indeks pembangunann manusia.

Pelaksanaan Program perbiakn Rumah Tidak Layak Huni bagi

masyrakat berpenghasilan rendah di Kecamatan Padang Barat terdapat

aktor-aktor yang terlibat yaitu pihak kecamatan Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat (LPM). LPM dilibatkan karena LPM merupakan pengawas di

tingkat Kecamatan.

Permasalahan perumahan layak huni pacsa peningkatan kualitas

perumahan yang dialami masyarakat di Kecamatan Padang Barat,

penyebab utamanya adalah sumber daya manusia di Dinas Perumahan Dan

Kawasan Permukiman sehingga kurangnya pengelolaan dalam hal

perbaikan yang dilakukan pemerintah. Hal ini disampaikan oleh Kepala

bidang perumahan kawasan permukiman dan pertanahan kota Padang

menyatakan bahwa:
65

“Sumber daya manusia merupakan hal penting dalam


mengimplementasikan kebijakan yang baik. Sumber daya manusia
terkait dengan pengelolaan perumahan kurang berkompeten sesuai
tidak sesuai dengan apa yang diharapkan serta kurang melibatkan
banyak instansi, seperti kecamatan, masyarakat dan tim teknis yang
telah di SK kan. Namun sumber daya manusia masih kurang di dinas
sendiri tetapi pihak dinas berusaha untuk tetap menjalankan tugas dan
fungsinya secara baik”69.

Sehubungan dengan pendapat yang diungkapkan oleh Kepala bidang

perumahan kawasan permukiman dan pertanahan kota Padang mengenai

sumber daya manusia terkait dengan pengelolaan perumahan yang

mengatakan bahwa :

“Dalam sumber daya manusia terkait pengelolaan perumahan dari


dinas sendiri sumber daya manusia masih terbatas namun kami
berusaha untuk menjalankan tugas dengan baik dan menurut saya
sumber daya yang ada cukup berkompeten untuk menjalankan tugas
yang telah diperintahkan”70.

Berdasarkan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa sumber daya

mansuia yang dimilki oleh pihka peemirntah dalam pengelolaan bantuan

perbaikan rumah layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah

di Kecamatan Padang Barat masih terbatas, namuan dari pihak pemerintah

tetap mejalankan tugas semaksimal mungkin. Untuk itu pihak pemerintah

melakukan kerja sama dengan pihak Kecamatan dan Kelurahan untuk

melakukan pemantauan dilapangan.

4.2.3.2 Meningktakan Penyampaian Informasi Dan Komunikasi

Dalam pengelolaan bantuan perbaikan rumah layak huni bagi

masyarakat berpenghasilan rendah di Kecamatan Padang Barat


69
Wawancara Dengan Kepala Bidang Perumahan Kawasan Permukiman Dan Pertanahan
Kota Padang, Pada Tanggal 28 Juni 2022.
70
Wawancara dengan Staff dinas perumahan kawasan permukiman dan pertanahan Kota
Padang Pada Tanggal 28 Juni 2022
66

membutuhkan sebuah komunikasi antara pihak internal dan eksternal

untuk meningkatkan pengelolaan yang lebih efektif. Komunikasi dan

informasi memiliki peranan yang sangat penting karena merupakan bentuk

koordinasi antara anggota atau tim untuk menyampaikan ide dan suatu

gagasan terkait pengelolaan perumahan. Penulis juga mencoba untuk

mencari tahu mengenai komunikasi yang dilakukan pihak internal dan

eksternal dengan melkaukan wawancara dengan Kepala bidang perumahan

kawasan permukiman dan pertanahan kota Padang menyatakan bahwa

mengatakan bahwa :

“untuk mengatasi permaslahan dilapangan kami dari pihak pemerintah


melakukan komunikasi dan penyampaian informasi kepada pihak
internal dan eksternal berjalan dengan baik dan untuk melakukan
sosialisasi kami langsung turun kelapangan dan kami bekerjasama
dengan pihak pemerintah Kecamatan dan kelurahan. selama proses
sosilisasi tidak ada hambatan apapun yang terjadi”71.

Hal serupa juga diungkapkan dan dijelaskan oleh Staff dinas

perumahan kawasan permukiman dan pertanahan Kota Padang. Berikut

adalah penjelasan:

“Komunikasi dengan pihak-pihak internal dan eksternal dalam


melakukan sosialisasi berjalan lancar dan sesaui dengan yang
ditugaskan yaitu mengenai pengelolaan perumahan. Kami dalam
sosialisasi bekerjasama dengan pihak-pihak terkait, seperti
Kecamatan, kelurahan dan masyarakat”72

Ungkapan yang sama juga di jelaskan oleh Kepala Bidang Perumahan

Kawasan Permukiman Dan Pertanahan Kota Padang, mengenai komunikasi

71
Wawancara Dengan Kepala Bidang Perumahan Kawasan Permukiman Dan Pertanahan
Kota Padang, Pada Tanggal 28 Juni 2022.
72
Wawancara dengan Staff dinas perumahan kawasan permukiman dan pertanahan Kota
Padang Pada Tanggal 28 Juni 2022
67

dengan pihak-pihak internal dan eksternal dalam melakukan sosialisasi.

Berikut adalah penjelasan Bapak:

“ketika terjadi hambatan dilapangan dalam pelaksanaan bantuan


perbaikan rumah layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan
rendah, kami melakukan komunikasi dengan pihak–pihak internal dan
eksternal dalam melakukan sosialisasi terkait dengan pengelolaan
perumahan sejauh ini berjalan lancar dan baik dan bekerja sama
dengan pihak–pihak yang terkait.

Berdasarkan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa upaya yang

dilakukan oleh pihak pememrintah dalam mengatasi masalah yang

dihadapi terkait dengan bantuan perbaikan rumah layak huni bagi

masyarakat yang berpenghasilan rendah dengan cara meningkatkan

komunikasi dan sosialiasai dengan pihak external dan internal, baik di

pemerintah sendiri maupaun di luar pemerintah yaitu dengan masyarakat,

pihak Kecamatan dan Kelurahan agar pelaksanaan bantuan perbaikan

rumah dilapangan bisa berjalan dengan baik.

4.3 HASIL PENELITIAN


Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya, maka akan di analisis dalam hasil

penelitian di bawah ini sebagai berikut:

4.3.1 Implementasi Perwako (Peraturan Wali Kota) Nomor 25.A Tahun

2016 Tentang Bantuan Perbaikan Rumah Tidak layak Huni Bagi

Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di Kecamatan Padang Barat, Kota

Padang.

4.3.1.1 Luas Lahan Kurang Dari 4 m2

Adapun tujuan Implementasi Kebijakan Publik Menurut Winarno

(2002) mendefenisikan implementasi kaebijakan public sebagai tindakan-


68

tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau kelompok-kelompok

pemerintah maupun swasta yang diarahkan mencapai tujuan-tujuan

pelaksana kebijakan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan suatu

kebijakan sebelumnya.

Berdasarkan hal di atas, bahwa menguhini rumah yang layak bagi

masyarakat berpenghasilan rendah di Kecamatan Padang Barat Kota Padang

masih belum dirasakan oleh masyarakat. Menurut Sulistyo, Mudji, rumah

merupakan kebutuhan dasar manusia. Yang berfungsi sebagai tempat

tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Pada hakikatnya setiap

warga masyarakat membutuhkan perumahan yang layak huni, namun dalam

kenyataannya pemenuhan kebutuhan rumah layak huni tersebut menjadi

masalah bagi sebagian masyarakat.73

Proses implementasi bukanlah proses mekanisme dimana setiap aktor

akan secara otomatis melakukan apa saja yang seharusnya dilakukan sesuai

dengan skenario pembuat kebijakan, tetapi merupakan proses kegiatan yang

acap kali rumit, diwarnai pembenturan kepentingan antar aktor yang terlibat

baik sebagai administrator, petugas lapangan atau kelompok sasaran.74 Pihak

pemerintah melakukan atau memberikan bantuan pebaikan rumah di lokasi

kecamatan Padang Barat dengan ukuran rumah yang sama seperti 6 x 5

meter. Mayarakat yang mendapatkan bantuan status kepemilikan rumah

merupakan milik sendiri Di Kecamatan Padang Barat Khususnya dibagian

73
Ika Desiana, 2016 , “ Kemampuan Masyarakat Miskin Memenuhi Persyaratan Bantuan
Stimulan Bedah Rumah Studi Kasus Di Desa Labuhan Makmur, Kecamatan Way Serdang,
Kabupaten Mesuji, Skripsi Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik ,hal 30.
74
Muhajir Darwin, 1992, Hasil Loka karya, Analisa Kebijakan Sosial, Yogyakarta: UGM,
hal, 34.
69

Purus yang menerima bantuan rumah tidak layak huni atau beda rumah

tidak ada yang mendiami rumah panggung.

Peraturan Wali Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan

Perbaikan Rumah Tidak layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan

Rendah Di Kecamatan Padang Barat, Kota Padang dilaksanakan karena

rumah masyarakat dalam kondisi mengkawatirkan, bahwa kondisi rumah

masyarakat tidak bisa dikatakan terpenuhi atas perumahan yang layak,

masih terdapat mendiami rumah papan, kontrakan atau semi permanen

dominan kayu bercampur batu bata dan lantai beralaskan semen.

Namun demikan, untuk bantuan perbaikan rumah layak huni yang

dilakukan oleh pemerintah Kota Padang belum merata, masih terdapat juga

masyarakat yang berpenghasilan rendah yang belum tersentuh atas program

bantuan tersebut. Sehingga masyarakat berharap kepada pemerintah untuk

melakukan perbaikan rumah secara merata kepada masyarakat yang

berpenghasilan rendah di Kecamatan Padang Barat.

4.3.1.2 Sumber Air Tidak Sehat Dan Tidak Ada Akses MCK

Salah satu di antara lingkungan yang selalu berinteraksi dengan

manusia, karena kurang lebih separuh hidup manusia akan berada di

rumah, sehingga kualitas rumah akan berdampak terhadap kondisi

kesehatannya. Dalam ha1 ini perilaku manusia selain akan berdampak

terhadap kesehatan juga dapat mempengaruhi kualitas lingkungannya.


70

Masyarakat di Kecamatan Padang Barat yang berpenghasil rendah tedapat

rumah yang belum memiliki WC sama sekali. Hasil temuan ini didukung

oleh penelitian Triono bahwa air bersih adalah air yang kita pakai sehari-

hari untuk keperluan mencuci, mandi, memasak dan dapat diminum setelah

dimasak. Air yang dihasilkan PDAM pun bukan merupakan air minum yang

langsung dapat diminum seperti air minum dari kemasan melainkan masih

pada tingkat air bersih, karena air dari PDAM dapat kita minum setelah

dimasak terlebih dahulu75.

Kategori rumah masyarakat yang berpenghasilan rendah di Kecamatan

Padang Barat masih bisa dibilang belum sehat. Artinya perumahan

masyarakat yang dihuni masih terdapat WC, saluran got, tempat buang

sampah yang belum tersedia. Sebagian masyarakat sudah memiliki WC dan

sebagian masih menggunakan prasarana umum yang digunakan untuk

bersama oleh beberapa keluarga untuk keperluan mandi, mencuci dan buang

air dilokasi pemukiman terebut. Hal ini didukung oleh Untuk pelayanan air

bersih yang optimal, yang berarti aksesibilitas tinggi maka air yang

digunakan masyarakat harus langsung dialirkan kedalam rumah. Karena

semakin jauh masyarakat mengakses air bersih berarti semakin buruk akses

air bersih bagi masyarakat tersebut.76 Tanggapan masyarakat yang

mendapatkan bantuan perbaikan rumah tersebut mereka sangat bersyukur

75
Triono, Mohammad Oni. "Akses air bersih pada masyarakat Kota Surabaya serta dampak
buruknya akses air bersih terhadap produktivitas masyarakat Kota Surabaya." JIET (Jurnal Ilmu
Ekonomi Terapan) 3.2 (2018).
76
Hayati, Ridha, Hilda Irianty, and Mahmudah Mahmudah. "Gambaran Kondisi Jamban
Keluarga, Sarana Air Bersih Dan Pola Konsumsi Air Pada Masyarakat Kelurahan Surgi Mufti."
An-Nadaa: Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) 8.1 (2021): 73-78.
71

bisa mendapatkan bedah rumah dari pemerintah, dulu rumah mereka tidak

sebaik ini dan sekarang lebih layak dari sebelumnya.

Sebelum ada bantuan perbaikan rumah masyarakat tidak memeliki WC,

sebelumnya masih ke MCK. Dikarenakan masyarakat tidak mampu untuk

membuat WC, pada umunya masyarakat di Kecamatan Padang Barat

bekerja sebagian buruh harian, ojek dan wirausaha. Oleh karena itu

semenjak mendapatkan bantuan perbaikan rumah, masyarakat yang

bersangkutan sudah memiliki WC sendiri.

Pemerintah Kecamatan Padang Barat sudah mencari soslusi bagi

masyarakat yang belum mendapatkan program bantuan perbaikan rumah.

Dengan memberikan bantuan dari lembaga pemerintah yang memliki

penghasilan mulai dari 0-1,2 juta- 1,9-2,1 juta dengan status kepemilikan

rumah sendiri.

4.3.1.3 Rumah Semi Permanen

Terus bertambahnya jumlah penduduk merupakan masalah dalam

pemenuhan kebutuhan akan perumahan yang layak di Indonesia termasuk

di Kecamatan Padang Barat Kota Padang. Pertambahan jumlah penduduk

miskin belum dibarengi dengan penyediaan perumahan yang layak akan

menjadi masalah. Pemerintah harus memprioritaskan bagi masyarakat

berpenghasilan rendah terutama terkait dengan perbaikan akan rumah

yang layak.

Dalam proses implementasi tidak jarang memunculkan sejumlah

permasalahan. Menurut Meter dan Horn menyatakan variabel yang


72

mempengaruhi kinerja pelaksanaan kebijakan publik, yakni: standar dan

sasaran kebijakan, sumberdaya, hubungan antar organisasi, karakteristik

agen pelaksana, dan kondisi sosial, ekonomi dan politik dan disposisi

implementor. Faktor-faktor tersebut memiliki keterkaitan dan saling

berhubungan antara satu faktor dengan faktor yang lainnya.77

Berdasarkan hal di atas, temuan dilapangan bahwa implementasi

kebijakan Peraturan Wali Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang

Bantuan Perbaikan Rumah Tidak layak Huni Bagi Masyarakat

Berpenghasilan Rendah dikatakan belum merata di Kecamatan Padang

Barat sendiri masih banyak rumah mayarakat yang tidak layak huni,

khususnya di Purus mereka menempati rumah yang sangat

memperhatikan.

Berdasarkan hal di atas, kondisi rumah masyarakat berpenghasil

rendah di Kecmatan Padang Barat Kota Padang masih mendiami rumah

semi permanen dan belum mdapatkan bantuan sama sekali dari

pememrintah. Kondisi tersebut memperlihatkan abhwa masyarakat

Memiliki tingkat ekonomi mayoritas pada kondisi berkekurangan. Adapan

bahan dasar rumah masyarakat adalah berbahan dasar kayu yang diselingi

beton.

Kondisi rumah masyarakat berpenghasil rendah di Kecamatan

Padanag Barat masih banyak mendiami rumah semi permanen yang belum

mendapatkan bantuan dari pememrintah. Pada hakikatnya setiap warga

masyarakat membutuhkan perumahan yang layak huni, namun dalam


77
AG. Subarsono , Analisis Kebijakan Publik, 2005,(Konsep, Teori, Dan Aplikasi).
73

kenyataannya pemenuhan kebutuhan rumah layak huni tersebut menjadi

masalah bagi sebagian masyarakat.78 Masyarakat belum ada melakukan

pengaduan kepada pememrinath kelurahan terkait dnegan bantuah rumah.

Begitu juga masyarakat yang ada di Kecamatan Padang Barat berharap

kepada pemeintah untuk dapat memberikan bantuan, agar masyarakat bisa

mendiami rumah yang layak huni.

4.3.1.4 Bagunan Rumah Tidak Teratur

Perumahan yang sehat adalah hunian yang mendukung keadaan

sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh. Perumahan yang sehat

memberikan perasaan seperti di rumah sendiri, termasuk rasa memiliki,

keamanan dan privasi Program penyuluhan ini bertujuan untuk

mengedukasi dan melibatkan masyarakat dengan cara berbagi pengetahuan

tentang prinsip-prinsip bangunan rumah sehat79

Berdasakan hal di atas, bahwa temuan bahwa pemeirntah Kota

Padang belum mempeoritaskan dalam mengatur bangunan rumah di

Kecamatan Padanag Barat. Pihak pememrinath sendiri belum ada

memfokuskan kepada Rencana tata ruang wilayah belum sepenuhnya

menjadi acuan dalam pemanfaatan ruang dan fokus hanya pada

perencanaan, dan pelaksanaan bantuan perbaikan rumah bagi masyarakat

kuang mampu. Hal ini diperjelas oleh Natalisa kebijakan yang gagal karena

78
Ika Desiana, 2016 , “ Kemampuan Masyarakat Miskin Memenuhi Persyaratan Bantuan
Stimulan Bedah Rumah Studi Kasus Di Desa Labuhan Makmur, Kecamatan Way Serdang,
Kabupaten Mesuji, Skripsi Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik ,hal 30.
79
Natalisa, Adityarini, et al. "Sosialisasi dan Penyuluhan Rumah Sehat untuk Kelompok
PKK RW 01-21 dan Tim Penggerak PKK Kelurahan Pancoran Mas Kota Depok-Jawa Barat."
Jurnal Dedikasi 2.1 (2021): 87-94.
74

konteks atau lingkungan yang lebih memberi kekuasaan kepada sekelompok

elit untuk mengambil keuntungan sendiri dari kebijakan itu. Jadi

pelaksanaan kebijakan banyak dipengaruhi oleh isi kebijakan (content) dan

lingkungan (contex) yang dapat mendukung atapun menghambat

pelaksanaan kebijakan itu.80

Perumahan masyarakat berpenghasilan rendah di Kecamatan Padang

Barat terkait banguan rumah masyarajat belum teratur, dikarenakan

pemerintah belum memfokuskan kepada pengelola tata ruang perumahan,

karena masih mengedepankan perencanaan dan pelaksanaan perbaikan rumah

bagi masyarakat kurang mampu.

4.3.2 Faktor-faktor penghambat Implementasi Perwako (Peraturan

Wali Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan Perbaikan

Rumah Tidak layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di

Kecamatan Padang Barat, Kota Padang.

4.3.2.1 Komunikasi

Dalam sebuah implementasi kebijakan komunikasi diartikan sebagai

penentu keberhasilan suatu tujuan dari sebuah kebijakan. Komunikasi dapat

berjalan dengan baik apabila para pembuat keputusan lebih efektif dan
80
Ibid., hal. 257
75

mengerti apa yang mereka kerjakan. Dengan kata lain, tujuan, sasaran, dan

berbagai informasi yang berkaitan dengan kebijakan harus ditafsirkan dengan

baik dan benar untuk menjamin keberhasilan suatu program. Terutama saat

mengadakan sosialisasi kepada calon penerima bantuan perbaikan Rumah

Tidak Layak Huni (RTLH)81.

Berdasarkan hal di atas, bahwa komunikasi program perbaikan rumah

tidak layak huni untuk masyarakat berpenghasilan rendah di Kecamatan

Padang Barat adalah komunikasi dalam penyampaian informasi kepada para

pelaksana kebijakan tentang apa yang menjadi standar dan tujuan kebijakan

harus konsisten dan seragam dari berbagai sumber informasi. Jika tidak ada

kejelasan dan konsistensi keseragaman terhadap suatu standar dan tujuan

kebijakan, maka apa yang menjadi standar dan tujuan kebijakan akan sulit

untuk bisa tercapai. Dengan kejelasan standar dan tujuan kebijakan, para

pelaksana kebijakan dapat mengetahui apa yang dapat diharapkan darinya

atau apa yang harus mereka lakukan. Pelaksana utama kebijakan dalam

program RTLH adalah Dinas Perkim Kota Padang dengan pihak-pihak

terlibat saling berkoordinasi dalam proses penyampaian standar dan tujuan

kebijakan.

Komunikasi implementasi program diterjemahkan menjadi sosialisasi

tatap muka antara bahwa pihak Dinas Perkim Kota Padang selaku

penanggung jawab sekaligus pengelola program RTLH melakukan koordinasi

dengan pihak Kelurahan, Kepala lingkungan, masyarakat terkait standar dan


81
Wulansari, Roni, and Karjuni Dt Ma'ani. "Implementasi Kebijakan Rehabilitasi Rumah
Tidak Layak Huni Menjadi Layak Huni di Kabupaten Pasaman Barat." Jurnal Manajemen dan
Ilmu Administrasi Publik (JMIAP) (2021): 163-171.
76

sasaran kebijakan yang telah ditetapkan sebagai prosedur pelaksanaan. Di

Kecamatan Padang Barat Dinas Perkim sebagai pengawas program

didampingi oleh Kepala lingkungan Kecamatan Padang Barat dalam

menentukan dan memilih masyarakat sebagai calon penerima bantuan yang

termasuk dalam kriteria sasaran kebijakan. Sehingga untuk pemberitahuan

kepada masayarakat berpenghasilan rendah terkait adanya bantuan program

rehabilitasi rumah tidak layak huni disampaikan lagusung oleh pihak

Kecamatan.

Namuan disamping itu Jika tidak ada kejelasan komunikasi dan

konsistensi keseragaman terhadap suatu standar dan tujuan kebijakan, maka

apa yang menjadi standar dan tujuan kebijakan akan sulit untuk bisa tercapai.

Dengan kejelasan standar dan tujuan kebijakan, para pelaksana kebijakan

dapat mengetahui apa yang dapat diharapkan darinya atau apa yang harus

mereka lakukan.

4.3.2.2 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya piker

dan daya fisik yang dimiliki individu. Perilaku dan sifatnya ditentukan oleh

keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh

keinginan untuk memenuhi kepuasannya.82 Berdasarkan temuan di lapangan

bahwa dalam program perbaikan Rumah Tidak Layak Huni bagi masyarakat

berpenghasilan rendah, terutama di Kecamatan Padang Barat yang menjadi

82
Malayu SP Hasibuan, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara,
hal. 244.
77

sasaran program sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki

keterampilan dalam bidang masing-masing. Terkait dengan hal kesiapan

sumber daya manusia dalam implementasi program perbaikan Rumah Tidak

Layak Huni di Kota Padang masih dikatakan minim dikarenakan kurangnya

pendampingan dalam melaksanakan perbaikan rumah tidak layak huni.

Untuk sumber daya manusia (SDM) masih kurang pendamping

dilapangan khusunya di Kecamatan Padang barat sebagai implementor hanya

5 orang sedangkan kecamatan yang ada di Kota Padang sebanyak 11

Kecamatan, sehingga tidak terkontrol disetiap Kecamatan. hal ini didukung

oleh penelitian Hamdy, Achmad, bahwa hambatan pelaksanaan implementasi

program rehabilitasi RTLH (Rumah Tidak Layak Huni) dari sisi SDM

(Sumber Daya Manusia) ditandai dengan jumlah staf yang dinilai lebih kecil

dari jangkauan nama dan alamat masing-masing penerima manfaat program83

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia merupakan

sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses

implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi

menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan

pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara

apolitik. Tetapi ketika kompetensi dan kapabilitas dari sumber-sumber daya

itu nihil, maka kinerja kebijakan publik sangat sulit untuk diharapkan. Tetapi

diluar sumber daya manusia, sumber daya lain yang perlu diperhitungkan

83
Hamdy, Achmad, and Humaizi Humaizi. "Implementasi Program Rumah Tidak Layak
Huni di Kabupaten Asahan Pada Tahun 2019." PERSPEKTIF 10.1 (2021): 280-292.
78

juga ialah sumber daya financial dan sumber daya waktu. Karena itu sumber

daya manusia.

Sumber-sumber penting yang dimaksud dalam implementasi kebijakan

antara lain mencakup personil yang mempunyai keahlian dan kemampuan

untuk bisa melaksanakan tugas, di samping itu harus ada ketepatan atau

kelayakan antara jumlah personil yang dibutuhkan dengan keahlian yang

harus dimiliki dengan tugas yang akan dikerjakan. Dana untuk membiayai

operasional implementasi kebijakan, informasi yang relevan dan mencukupi

tentang bagaimana cara mengimplementasikan suatu kebijakan, serta kerelaan

atau kesanggupan dari berbagai pihak yang terlibat dalam implementasi

kebijakan, dimaksudkan agar para implementor tidak melakukan suatu

kesalahan dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut.

Sumbe daya manusia menjadi penghambat dalam implemenatsi Perwako

( Peraturan Wali Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan Perbaikan

Rumah Tidak layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di

Kecamatan Padang Barat, Kota Padang. Dikarenakan kurnya pesrsonil

pengawas dilapangan yang tidak sesuia dengan keahlian. Dimana Seksi

Pengembangan Perumahan Kawasan Permukiman yang menjadi pelaksana

dari pihak Dinas Perkim dengan bantuan staff/pegawai disatu bidang yang

dibentuk menjadi 5 (lima) orang ditunjuk sebagai pengawas berjalannya

program dengan tugas dan fungsi masing-masing yang telah ditetapkan untuk

mengontrol dan mengevaluasi berjalannya program. Dengan demikian

dengan jumlah Kecamatan di Kota Padang terdapat 11 kecamatan tentu tidak


79

mencukupi hanya lima pengawas lapangan begitu juga tidak sesuai dengan

keahlian.

4.3.3 Mengatasi Hambatan dalam Implementasi Perwako

(Peraturan Wali Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan

Perbaikan Rumah Tidak layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan

Rendah Di Kecamatan Padang Barat, Kota Padang.

4.3.3.1 Memperbaiki Sumber daya Manusia

Sumber daya manusia yang dimilki oleh pihak pemerintah dalam

pengelolaan bantuan perbaikan rumah layak huni bagi masyarakat yang

berpenghasilan rendah di Kecamatan Padang Barat masih terbatas, namuan

dari pihak pemerintah tetap mejalankan tugas semaksimal mungkin. Untuk itu

pihak pemerintah melakukan kerja sama dengan pihak Kecamatan dan

Kelurahan untuk melakukan pemantauan dilapangan. Hal ini diperkuat

dengan temuan penelitian Hamdy, Achmad bahwa hambatan para

implementator dari sisi jumlah staf yang terbatas, dan dari sisi masyarakat

secara eksternal di luar komunikasi, SDM, disposisi dan struktur birokrasi

adalah keterlambatan menyelesaikan program karena masyarakat tidak

menggunakan peruntukan bantuan dengan benar84.

Permasalahan perumahan layak huni pacsa peningkatan kualitas

perumahan yang dialami masyarakat di Kecamatan Padang Barat, penyebab

utama nya adalah sumber daya manusia di Dinas Perumahan Dan Kawasan

Permukiman sehingga kurangnya pengelolaan dalam hal perbaikan yang

84
Hamdy, Achmad, and Humaizi Humaizi. "Implementasi Program Rumah Tidak Layak
Huni di Kabupaten Asahan Pada Tahun 2019." PERSPEKTIF 10.1 (2021): 280-292.
80

dilakukan pemerintah. Sumber daya manusia merupakan hal penting dalam

mengimplementasikan kebijakan yang baik. Hal ini diperkuat dengan temuan

Dewi & Prabawati bahwa Sebuah kebijakan tidak akan berjalan efektif

apabila implementor tidak mencukupi atau tidak kompeten dibidangnya85.

Sumber daya manusia terkait dengan pengelolaan perumahan kurang

berkompeten sesuai tidak sesuai dengan apa yang diharapkan serta kurang

melibatkan banyak instansi, seperti Kecamatan, masyarakat dan tim teknis

yang telah di SK kan. Namun sumber daya manusia masih kurang di dinas

sendiri tetapi pihak dinas berusaha untuk tetap menjalankan tugas dan

fungsinya secara baik.

4.3.3.2 Meningktakan Penyampaian Informasi Dan Komunikasi

Dalam pengelolaan bantuan perbaikan rumah layak huni bagi

masyarakat berpenghasilan rendah di Kecamatan Padang Barat membutuhkan

sebuah komunikasi antara pihak internal dan eksternal untuk meningkatkan

pengelolaan yang lebih efektif. Implementasi kebijakan Peraturan Wali

Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan Perbaikan Rumah Tidak

layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah memerlukan

komunikasi dan informasi karena memiliki peranan yang sangat penting

karena merupakan bentuk koordinasi antara anggota atau tim untuk

menyampaikan ide dan suatu gagasan terkait pengelolaan perumahan. Penulis

juga mencoba untuk mencari tahu mengenai komunikasi yang dilakukan

pihak internal dan eksternal untuk mengatsi permasalahan dilapangan dari


85
Dewi, A.M., & Prabawati, I. Implementasi Program Rehabilitas Rumah Tidak Layak
Huni (RTLH) Di Kelurahan Kejuron Kecamatan Taman Kota Madiun. (2013). Jurnal Publika,
Vol. 1 No. 2 Tahun 2013.
81

pihak pememrintah melakukan komunikasi dan penyampaian informasi

kepada pihak internal dan eksternal berjalan dengan baik dan untuk

melakukan sosialisasi kami langsung turun kelapangan dan kami bekerjasama

dengan pihak pemerintah Kecamatan dan kelurahan.

Temuan di atas didukung oleh penelitian Desi & Ratna bahwa dalam

pengelolaan Perumahan butuhnya sebuah komunikasi antara pihak internal

dan eksternal untuk meningkatkan pengelolaan yang lebih efektif86. Hal ini

juga diperkuat oleh temuan penelitin dilapangan upaya yang dilakukan oleh

pihak pemerintah dalam mengatasi masalah yang dihadapi terkait dengan

bantuan perbaikan rumah layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan

rendah di Kecamatan Padang Barat dengan cara meningkatkan komunikasi

dan sosialiasai dengan pihak external dan internal, baik di pemerintah sendiri

maupun di luar pemerintah yaitu dengan masyarakat, pihak Kecamatan dan

Kelurahan agar pelaksanaan bantuan perbaikan rumah dilapangan bisa

berjalan dengan baik. Temuan ini didukung oleh penelitian Ahmad bahwa

Informasi, hanya diberikan dalam bentuk sosialisasi tatap muka dalam

kelompok implementator dan masyarakat penerima manfaat. Tidak disertai

dengan media sosialisasi lain, termasuk menggunakan media massa dalam

sosialisasi program87.

86
Ratna, Desi. Implementasi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Nomor 2 Tahun 2016 Dalam Ranggka Pengelolaan Perumahan Layak Huni. Diss. 2020.
87
Hamdy, Achmad, and Humaizi Humaizi. "Implementasi Program Rumah Tidak Layak
Huni di Kabupaten Asahan Pada Tahun 2019." PERSPEKTIF 10.1 (2021): 280-292
82
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitain dan pembahasan di atas, maka penelitian ini

disimpulkan sebagai berikut:

1. Implementasi Perwako (Peraturan Wali Kota) Nomor 25.A Tahun 2016

Tentang Bantuan Perbaikan Rumah Tidak layak Huni Bagi Masyarakat

Berpenghasilan Rendah Di Kecamatan Padang Barat, Kota Padang

disimpulkan bahwa tujuan dan sasaran dari Implementasi Peraturan

Perwako (Peraturan Wali Kota) Nomor 25.A Tahun 2016 di Kecamatan

Padang Barat, Sudah tercapai namun belum cukup optimal dilihat masih

terdapat Luas Lahan Kurang Dari 4 m 2, Sumber Air Tidak Sehat Dan

Tidak Ada Akses MCK , begitu juga masih terdapat rumah semi

permanen, dan bagunan rumah tidak teratur.

2. Faktor-faktor penghambat Implementasi Perwako (Peraturan Wali Kota)

Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Bantuan Perbaikan Rumah Tidak layak

Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di Kecamatan Padang

Barat, Kota Padang adalah kurangnya sumber daya manusia dalam

pengelolaan perumahan di dinas terkait dan komunikasi kurang terjalin.

Namun demikian tugas dan fungsinya masing-masing tetap dijalankan

semaksimal mungkin.

3. Mengatasi Hambatan dalam Implementasi Perwako (Peraturan Wali Kota)

Nomor 25.A Tahun 2016 tentang bantuan perbaikan rumah tidak layak

huni bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kecamatan Padang Barat

83
84

adalah dengan memperbaiki sumber daya manusia dan meningktakan

penyampaian informasi dan komunikasi. Sumber daya manusia yang

dimiliki oleh pihak pemerintah dalam pengelolaan bantuan perbaikan

rumah layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah di

Kecamatan Padang Barat masih terbatas, namun dari pihak pemerintah

tetap mejalankan tugas semaksimal mungkin. Begitu juga meningkatkan

penyampaian informasi dan komunikasi antara pihak internal dan

eksternal.

5.2 Saran

Berdasarkan dengan hal-hal yang dikemukakan diatas , maka penulis

memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Diharapkan agar pemerintah Kota Padang, untuk mencapai suatu tujuan

terkait pengelolaan perumahan lebih menningkatkan kerjasama dengan

pihak-pihak terkait seperti masyarakat maupun pihak pemerintah

Kecamatan sehingga pengelolaan dapat lebih baik lagi.

2. Diharapkan pemerintah Kecamatan Padang Barat dalam hal melakukan

tindakan untuk mengatasi masalah pengelolaan perumahan untuk segera

merialisasikan bantuan perbaikan rumah kepada masyarakat yang

membutuhkan sehingga tindakan yang dilakukan menjadi efektif dan baik

3. Diharapkan kepada Pemerintah dapat menambah jumalah personil untuk

lebih efektif dalam melakukan pengelolaan tersebut sehingga pengelolaan

perumahan berjalan dengan baik , bagus dan lebih cepat.


85

4. Kepada peneliti selanjuutnya, agar dapat mengembangkan penelitian ini,

agar ilmu dan pengetahuan tetap berubah terkait dengan implementasi

kebijakan pemeirntah terkait dengan bantuan perbaikan rumah tidak layak

huni bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.


86

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arikunto,2006.Metode Penelitian.Yogyakarta:Bina Aksara

Arenawati 2014, Administrasi Pemerintahan Daerah; Sejarah Konsep dan


Penatalaksanaan di Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu.

AG. Subarsono.2015, Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori, Dan Aplikasi).

Budi Winarno.2013. Kebijakan Publik, Yogyakarta: Alfabeta.

Burhanuddin Yusuf 2015, Manajemen Sumber Daya Manusia di Lembaga

Keuangan Syariah, Jakarta: Rajawali Perss.

Gymnastiar (2003) (Suradi, dkk, 2012: 15) Tentang Fungsi Rumah

Inu Kencana Syafiie 2011, Manajemen Pemerintahan, Bandung: Pustaka Reka


Cipta.

Pembundu Tika, 2006, Metodologi Riset Bisnis , jakarta:PT Bumi Aksara

Rahayu Kusuma Dewi.2016, Studi Analisis kebijakan, Bandung: CV Pustaka


Setia.

Lexi J.Maleong,2001.Metode Penelitian kualitatif,Bandung:Remaja Rosdakarya

Soehartono,Irwan,2002.Metode Penelitian Sosial.Bandung:PT.Remajarosdakry.

Sahya Anggara.2014, Kebijakan Publik, Bandung: CV Pustaka Setia.

Sugiono, 2001.Metode Penelitian Administrasi,Bandung:Alfabeta,

Gaffar Afan , 2001 politik Indonesia:transisi Menuju

Demokrasi,Cet,1Yogyakarta:pustakan pelajar

Nugroho,Riant,2004.PublicPolicy,DinamikaKebijakan-AnalisisKebijakan-

Manajemen kebijakan.Jakarta:PT.Alex Media Komputindo-kelompok

Gramedia
87

Malayu SP Hasibuan.2019, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi


Aksara.

Mifta Thoha.2012, Birokrasi dan Politik di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Muhajir Darwin.1992, Hasil Loka karya, Analisa Kebijakan Sosial, Yogyakarta:


UGM.

Nazar Bakry.2013, Tuntunan Praktis 2013 metodologi penelitiann dan


Pedoman Menulis Skripsi. Padang:IAIN Press.

Ngainun Naim.2017, Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan, Jogjakarta: Ar-ruzz


Media.

Zaenal Mukarom dan Muhibudin Wijaya Laksana.2015, Manajemen Pelayanan


Publik, Bandung: CV Pustaka Setia.

Jurnal

Bambang Rustanto, “ Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni”.Artikel Diakses


pada 08 November 2021
http://Bambang-Hustanto.blokspot.co.id/2015/10/rehabilitasi-sosial-
rumah-tidak. -layak.html.
Dewi, A.M., & Prabawati, I. (2013). Implementasi Program Rehabilitas Rumah
Tidak Layak Huni (RTLH) Di Kelurahan Kejuron Kecamatan Taman Kota
Madiun. Jurnal Publika, Vol. 1 No. 2 Tahun 2013.

Hayati, R., Irianty, H., & Mahmudah, M. (2021). Gambaran Kondisi Jamban
Keluarga, Sarana Air Bersih Dan Pola Konsumsi Air Pada Masyarakat
Kelurahan Surgi Mufti. An-Nadaa: Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Journal), 8(1), 73-78.

Ichwan Muis, Rumah Tidak Latak Huni// Tugas Sistem usaha kesejahteraan
sosial (STKS Bandung) dari http:IchwanMusi.com//
http://ppid.padang.go.id/profil-dinas“profil kelurahan Purus ,Kecamatan
padang Barat ,Kota padang”.halonusa.com.

Natalisa, A., Rahmadani, I. I., Kusumawati, W. H., & Suhartini, S. (2021).


Sosialisasi dan Penyuluhan Rumah Sehat untuk Kelompok PKK RW 01-21
dan Tim Penggerak PKK Kelurahan Pancoran Mas Kota Depok-Jawa Barat.
Jurnal Dedikasi, 2(1), 87-94.
88

Ratna, Desi. Implementasi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan


Rakyat Nomor 2 Tahun 2016 Dalam Ranggka Pengelolaan Perumahan
Layak Huni. Diss. 2020.

Triono, M. O. (2018). Akses air bersih pada masyarakat Kota Surabaya serta
dampak buruknya akses air bersih terhadap produktivitas masyarakat Kota
Surabaya. JIET (Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan), 3(2).

Pemberdayaan Keluarga Miskin Berbasis komunitas Melalui Rehabilitasi Sosial


Rumah Tidak Layak huni” Artikel http://poslit.kemsos.go.id//hasil –
penelitian /222/pemberdayaan–keluarga–miskinBerbasis-komunitas-
melalui-rehabilitasi-sosial-rumah-tidak-layak-
huni#sthash.qP8TwwOLb.dpuf.

Wulansari, R., & Ma'ani, K. D. (2021). Implementasi Kebijakan Rehabilitasi


Rumah Tidak Layak Huni Menjadi Layak Huni di Kabupaten Pasaman
Barat. Jurnal Manajemen dan Ilmu Administrasi Publik (JMIAP), 163-
171.
Skripsi

Khori ,2013 Analisis Pelaksanaan Bantuan Rehabilitas Rumah Tidak Layak Huni
Tahun 2011 Di Desa Teluk Siantan Kecamatan Siantan Tengah
Kabupaten Kepulauan Anambas
Srida,2015 Implementasi Program Bantuan Siswa Miskin Sekolah Dasar (BSM-
SD) di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Labuan Kabupaten
Pandeglang.
Riri Mardalisa,2022 Implementasi Perwako (Peraturan Wali Kota) Nomor 25.A
Tahun 2016 Tentang Bantuan Perbaikan Rumah Tidak layak Huni Bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di Kecamatan Padang Barat Kota
Padang

Menteri dalam Negeri Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri


Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pemberian Hibah Dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara, (Jakarta: Menteri Dalam
Negeri RI, 2012), h. 1

Peraturan perundangan

Peraturan Wali kota Padang Nomor 25.A Tahun 2016 Tentang Kriteria Objek
Bantuan Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni Pasal 5

Undang-undang No.4 Tahun 1992 Tentang Perumahan Dan Permukiman


89

Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin,

khususnya Pasal 1 ayat 3

LAMPIRAN

Gambar. 1 Dokumentasi foto dengan masyarakat yang menerima bantuan


perbaikan rumah di Kecamatan Padang Barat
90

Gambar. 2 Dokumentasi foto dengan masyarakat yang menerima bantuan


perbaikan rumah di Kecamatan Padang Barat

Gambar. 3 Dokumentasi foto dengan masyarakat yang menerima bantuan


perbaikan rumah di Kecamatan Padang Barat
91

Gambar. 4 Dokumentasi foto dengan masyarakat tidak menerima bantuan


perbaikan rumah di Kecamatan Padang Barat
92

Gambar. 5 Dokumentasi foto dengan masyarakat yang menerima bantuan


perbaikan rumah di Kecamatan Padang Barat

Anda mungkin juga menyukai