Anda di halaman 1dari 3

JUDUL :

OPTIMALISASI PENATALAKSANAAN PROGRAM SURVEILANS PENYAKIT CAMPAK DI UPTD PUSKESMAS


SULILIRAN BARU TAHUN 2023

LATAR BELAKANG :

Pelayanan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan menyeluruh yang meliputi pelayanan
kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitative
(pemulihan kesehatan). Salah satu kasus PD3I yang ada diwilayah kerja Puskesmas Suliliran Baru yaitu
penyakit suspek campak. Campak merupakan penyakit yang dapat menyerang semua usia. Setiap kasus
suspek campak harus dilaporkan, dilakukan investigasi dalam waktu 1 x 24 jam setelah laporan diterima,
dilakukan pemeriksaan laboratorium dan dicatat secara individual guna mengarahkan tindakan
pengendalian dan penanggulangan Campak secara efektif dan efisien.

1. PENEMUAN KASUS:

Pada bulan Mei ditemukan 1 suspek campak pada pasien berusia 35 thn jenis kelamin laki-laki datang
dengan keluhan demam 5 hari, batuk, pilek dan tampak ruam di seluruh tubuh.

Untuk tanda dan gejala dari campak yaitu :

a. Demam, batuk, pilek, radang mata (konjungtivitis)


b. Bintik-bintik kemerahan (ruam maculopapular) padat, tidak berair, muncul 2-4 hari setelah
gejala awal

Cara penemuan kasus yaitu dengan melihat kembali buku register pasien yang datang berobat ke
Puskesmas, atau adanya laporan petugas kesehatan lainnya yang bertugas di Puskesmas, Pusban dan
Polindes di wilayah kerja Puskesmas Suliliran Baru.

2. MELAKUKAN OBSERVASI PENGELOLAAN SPECIMEN


a. Pengelolaan Spesimen : pada tahun 2022 pernah di ambil sampel specimen serum pada
pasien suspek campak di wilayah kerja Puskesmas Suliliran Baru. Tapi untuk tahun 2023
belum pernah dilakukan pengambilan sampel pada pasien suspek campak dikarenakan
keterbatasan logistic.
b. Pengiriman Spesimen : Pada tahun 2022 pernah dilakukan pengiriman 1 sampel serum
dengan melampirkan Form MR-01 dan MR-04 ke laboratorium rujukan melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten Kota.
3. OBSERVASI PENCATATAN DAN PELAPORAN
Untuk pencatatan dan pelaporan kasus biasa dilakukan pengisian laporan melalui SKDR setiap
minggu dihari senin.
4. MELAKUKAN OBSERVASI PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
Selama ini belum dilakukan pengolahan data dan analisa deskriftif dikarenakan keterbatasan
pengetahuan surveilans.
Adapun hasil analisa dari kasus di atas yaitu pada bulan Mei di Desa Laburan telah terjadi 1
kasus suspek campak pada yang laki-laki yang berusia 35 thn.
5. MELAKUKAN OBSERVASI SKD-KLB PD3I
Adapun langkah-langkah deteksi dini KLB yaitu dengan mengisi laporan SKDR setiap minggu
untuk mencegah dan meminimalisir jumlah kasus.
6. KEGIATAN KOORDINASI SURVEILANS
Untuk koordinasi kita akan lakukan kerjasama dengan lintas sector bersama dengan kader,
petugas desa, serta petugas kesehatan lainnya yang ada di desa-desa.
7. PENANGGULANGAN KLB
Untuk diwilayah Puskesmas Suliliran Baru belum pernah terjadi KLB campak. Jika terjadi KLB
yang harus kita lakukan yaitu :
-Penemuan KASUS  form MR01  ISOLASI minimal 7 hari sejak timbul ruam
-Tata laksana klinis kasus
-Pelacakan KONTAK ERAT: semua orang yang berhubungan (kontak) dengan suspek campak
pada fase menular (7 hari sebelum dan 7 hari setelah timbulnya ruam)  tinggal satu atap,
tetangga / kerabat / pengasuh, teman kelas / bermain / guru, teman kerja, petugas kesehatan
yang merawat kasus tanpa APD yang sesuai standar, dll  form MR06  KARANTINA minimal 7
hari sejak timbul ruam
-Pencarian kasus aktif (kasus tambahan):
 Lakukan penyisiran (pencarian kasus aktif) di wilayah sekitar kasus
 Jika kasus sudah pernah berobat ke fasyankes  luasan pencarian kasus dapat
diperluas, minimal dalam radius 50 meter
 Meningkatkan kewaspadaan di seluruh fasyankes
-Mencari faktor risiko penyebab KLB  form MR06
-Komunikasi risiko ke masyarakat: bahaya penyakit campak dan pentingnya pencegahan
terutama dengan imunisasi
-Imunisasi Respon KLB (Outbreak Response Immunization /ORI) berdasarkan hasil kajian
epidemiologi.

8. MONITORING DAN EVALUASI

-Untuk saat ini jejaring praktek dokter, perawat, maupun bidan belum ada melaporkan kasus campak
atau kasus PD3I.

- Untuk cakupan imunisasi pada wilayah kerja Puskesmas Suliliran Baru sudah baik mencapai 95% pada
tahun 2022.
KESIMPULAN

Pelatihan Surveilans yang sudah dilakukan diharapkan mampu dalam mendukung kesehatan masyarakat
dan memperkuat kemampuan para pengelola program kesehatan terutama surveilans di Puskesmas.

REKOMENDASI

1. Meningkatkan kerjasama antar petugas dan lintas sector terkait penemuan kasus
2. Tersedianya logistic yang mendukung untuk proses pengambilan, pengelolaan serta pengiriman
sampel specimen.

Anda mungkin juga menyukai