Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia melakukan
pengendalian moneter melalui Pasar Uang baik rupiah maupun valuta asing. Untuk
meningkatkan efektivitas kebijakan moneter, makroprudensial, sistem pembayaran dan
pengelolaan uang rupiah yang dilakukan oleh Bank Indonesia, diperlukan pendalaman pasar
keuangan guna mencapai pasar uang domestik yang efisien, likuid, dan dalam.
Pasar uang yang efisien, likuid, dan dalam tidak hanya akan mendukung efektivitas kebijakan
moneter, makroprudensial, sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah, tapi juga dapat
memberikan fleksibilitas bagi Pelaku Pasar dalam rangka pengelolaan dana, baik untuk kegiatan
pendanaan, investasi, maupun kegiatan ekonomi lainnya. Oleh karena itu, Bank Indonesia perlu
mempercepat proses pendalaman Pasar Uang melalui pengaturan, perizinan, pengembangan, dan
pengawasan yang komprehensif terhadap berbagai transaksi dan instrumen di Pasar Uang.
Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui
instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu
menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas
moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi.
Lembaga keuangan bersifat kontraktual (contractual institutions) yaitu menarik dana dari
mansyarakat dengan menawarkan kontrak untuk memproteksi penabung terhadap resiko
ketidakpastian misalnya polis asuransi, program pensiun. Kelompok lembaga keuangan kontraktual
dapat disebut perusahaan asuransi dan dana pensiun.
Lembaga keuangan investasi (investment institution) yaitu lembaga keuangan yang kegiatannya
melakukan investasi di pasar uang dan pasar modal, misalnya perusahaan efek, Reksa dana. Lembaga
keuangan bukan bank lainnya yang kegiatan usahanya tidak termasuk dalam kelompok lembaga
keuangan kontraktual dan investasi yaitu perusahaan modal ventura dan perusahaan pembiayaan
(finance company) yang menawarkan jasa pembiayaan sewaguna usaha, anjak piutang, pembiayaan
konsumen dan kartu kredit.
Instrumen pasar uang
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
Sertifikat Deposito
Commercial Paper
Call Money ; Call Money adalah kegiatan pinjam-meminjam dana
antara satu bank dan bank lainnya dalam jangka waktu pendek.
Interbank call money merupakan pinjaman antarbank yang terjadi
dalam proses kliring. Dalam transaksi kliring yang diselenggarakan
oleh Bank Indonesia selalu ada yang kalah dan ada yang menang.
Bagi bank yang kalah kliring apabila tidak dapat menutupi
kekalahannya, akan terkena sanksi dai Bank Indonesia. Oleh
karena itu, agar tidak terkena sanksi akibat kekurangan likuiditas,
bank tersebut meminjam yang dari bank lain yang disebut
interbank call money atau call money
Call Money adalah kegiatan pinjam-meminjam dana antara satu
bank dan bank lainnya dalam jangka waktu pendek. Interbank call
money merupakan pinjaman antarbank yang terjadi dalam proses
kliring. Dalam transaksi kliring yang diselenggarakan oleh Bank
Indonesia selalu ada yang kalah dan ada yang menang. Bagi bank
yang kalah kliring apabila tidak dapat menutupi kekalahannya,
akan terkena sanksi dai Bank Indonesia. Oleh karena itu, agar tidak
terkena sanksi akibat kekurangan likuiditas, bank tersebut
meminjam yang dari bank lain yang disebut interbank call money
atau call money.
Tujuan interbank call money, yaitu sebagai berikut:
Bank-bank yang sangat memerlukan dana tambahan untuk
menutup kekalahan kliring pada hari yang bersangkutan
dan/atau memenuhi ketentuan kewajiban pemeliharaan likuiditas
Bank-bank yang mempunyai kelebihan dana (idle) dapat
menjadikan dana tersebut untuk earning assets dalam rangka
mendapat rentabilitas yang optimal dengan cara meminjam
hanya untuk waktu yang relatif pendek.
Adapun risiko interbank call money, yaitu:
Risiko pasar, terjadi karena adanya fluktuasi suku bunga dan nilai
tukar yang terjadi;
Risiko operasional, tidak berfungsinya proses internal, kesalahan
manusia, kegagalan proses sistem, atau masalah eksternal;
Risik kredit, adanya risiko ketidakmampuan pihak ketiga dalam
melunasi kewajibannya
Obligasi (bond)
Right
Warrant
Opsi
Peraturan dan ketetapan dirancang untuk beberapa tujuan, yang dapat dikategorikan sebagai
berikut. (peran pemerintah)
Untuk mencegah agar emiten sekuritas tidak menipu para investor degan
menyembunyikan informasi-informasi yang relevan
Untuk membatasi kegiatan perusahaan asing dalam pasar dan lembaga keuangan di
dalam negeri
Bank dinyatakan menang kliring apabila apabila nilai total warkat masuk nilainya lebih
banyak dari pada warkat yang dikeluarkan. Begitu juga sebaliknya bank dinyatakan kalah
kliring apabila nilai warkat keluar lebih besar nilainya dari pada warkat masuk
yang termasuk contoh kliring di antaranya seperti wesel, cek, nota debit, bilyet giro, dan warkat lain
yang disetujui oleh pihak Bank Indonesia
Tugas dari lembaga kliring yaitu mencatat seluruh warkat yang dikliringkan. Dari basil pencatatan
ini lembaga kliring akan menentukan jumlah tagihan yang diterima oleh masing-masing peserta
kliring dan yang harus dibayarkan oleh masing-masing bank peserta kliring. Dari basil perhitungan
jumlah tagihan yang diterima dan dibayarkan oleh bank-bank peserta kliring, dapat ditentukan kalah
atau menang kliring bank peserta kliring. [4]
Dalam pelaksanaan kliring sebuah bank akan mempunyai kemungkinan kalah atau menang kliring
dalam pelaksanaan yang dimaksud dengan menang kliring adalah bila jumlah warkat kliring keluar
lebih besar dari warkat kliring masuk, sehingga mutasi kredit lebih besar dari jumlah mutasi debet.
Dalam hal ini saldo di Bank Indonesia atau pada bank penyelenggara kliring akan bertambah. Adapun
yang dimaksud dengan kalah kliring adalah bila jumlah warkat kliring masuk lebih besar dari pada
warkat kliring keluar, sehingga mutasi debet lebih besar dari jumlah mutasi kredit. Dalam hal ini saldo
di Bank Indonesia atau pada bank penyelenggara kliring akan berkurang. [4]
Kliring keluar, yaitu membawa warkat-warkat kliring ke lembaga kliring (Bank Indonesia) dan
menyerahkannya kepada bank yang berhak. Kliring keluar terdiri dari penyerahan surat-surat
debet keluar dan penyerahan nota kredit keluar (LLG).
Kliring masuk, yaitu menerima warkat di lembaga kliring dan diproses di bank yang
bersangkutan. Kliring masuk terdiri dari penerimaan surat-surat debet masuk dan nota kredit
masuk (LLG).
Pengembalian kliring (clearing retour), yaitu pengembalian warkat-warkat kliring yang tidak
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Warkat-warkat yang dikliringkan tidak selamanya
dapat ditagih, bahkan setiap kali transaksi kliring terdapat beberapa warkat yang ditolak
pembayarannya.[5
Tujuan pokok diadakannya kliring adalah untuk memperlancar lalu lintas pembayaran giral dan
merupakan pelayanan kepada masyarakat yang menjadi nasabah bank. Kliring diselenggarakan
oleh Bank Indonesia antara bank-bank di suatu wilayah kliring yang disebut kliring lokal. Wilayah
kliring adalah suatu lingkungan tertentu yang memungkinkan kantor-kantor tersebut
memperhitungkan warkat-warkatnya dalam jadwal kliring yang telah ditentukan. Untuk wilayah-
wilayah yang tidak terdapat kantor Bank Indonesia, maka penyelenggaraan kliring diserahkan
kepada bank yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. [2] Anggota kliring adalah anggota bursa
efek yang melakukan transaksi bursa untuk kepentingan dirinya atau nasabahnya selaku
pemodal, sesuai dengan ketentuan dan persyaratan lembaga kliring dan penjaminan transaksi
bursa.[3]
Berikut ini tabel yang menjabarkan perbedaan lembaga keuangan bank dan
nonbank.
Leasing
Lembaga keuangan bank dan nonbank juga sama-sama mengelola dana yang
dihimpun dari masyarakat untuk melakukan kegiatan-kegiatan produktif yang
menguntungkan negara dan menyejahterakan masyarakat.
Di Indonesia, ada tiga jenis lembaga keuangan bank yang, yakni Bank Sentral,
Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat. Berikut ini peran tiap-tiap bank.
1. Bank sentral
Selain itu, bank sentral juga berperan dalam mencetak uang, menetapkan suku
bunga, memberikan pinjaman, serta menjaga stabilitas keuangan.
2. Bank Umum
Bank umum juga berperan sebagai perantara antara pihak pemodal dan pihak yang
membutuhkan modal sehingga dana bisa dikelola dengan baik untuk kepentingan
bersama.
Contoh bank umum adalah bank BUMN atau swasta yang sudah terdaftar, seperti
Bank Mandiri, BCA, BNI, BRI, Bank Danamon, dan lain-lain.
3. Bank Perkreditan Rakyat
bank desa,
bank pasar,
bank pegawai,
lumbung desa,
Ada banyak jenis lembaga keuangan nonbank yang ada di Indonesia, seperti
koperasi simpan pinjam, perusahaan asuransi, Pegadaian, hingga perusahan dana
pensiun. Berikut ini penjelasan lengkapnya.
Koperasi simpan pinjam memiliki peran dalam menyimpan dan memberi pinjaman
ke anggotanya dengan prinsip kekeluargaan dan skalanya lebih kecil dibandingkan
dengan lembaga keuangan lainnya.
Berikut ini beberapa contoh koperasi simpan pinjam yang ada di Indonesia, yaitu
Koperasi Unit Desa (KUD), Koperasi Serba Usaha (KSU), dan koperasi pasar.
2. Perusahaan asuransi
Perusahaan asuransi juga menghimpun dana dari nasabahnya dalam bentuk premi
yang disetorkan setiap bulan atau tahun sesuai dengan jenis asuransi yang dipilih.
3. Lembaga gadai
Selain layanan gadai, ada beberapa lembaga gadai yang menyediakan layanan
investasi, seperti tabungan emas hingga pembelian logam mulia.
Pasar modal juga menjadi perantara antara pencari modal dan pemodal untuk
bertransaksi.
Perusahaan dana pensiun adalah salah satu lembaga keuangan nonbank yang
memberi layanan keuangan jaminan masa tua dengan memotong gaji pegawai
setiap bulannya untuk persiapan pensiun. Dana yang dihimpun ini akan diberikan
kembali pada individu di masa pensiun nanti.
6. Leasing
Sistem yang biasa digunakan untuk leasing, yaitu pembelian dengan angsuran dan
digabung dengan sewa kontrak sewa.
Berikut ini beberapa contoh perusahaan leasing yang ada di Indonesia, yaitu PT
Summit Oto Finance, PT Federal International Finance (FIF), PT Indomobil Finance
Indonesia, PT BFI Finance, dan PT Adira Dinamika Multi Finance.
Perbedaan lembaga keuangan bank dan nonbank secara jelas bisa diketahui dari
contoh-contoh lembaganya. Contoh lembaga keuangan bank adalah bank sentral,
bank umum, dan bank perkreditan rakyat (BPR).
Lembaga keuangan perbankan adalah lembaga yang memiliki fungsi utama untuk
menyimpan dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali untuk kepentingan
pembiayaan. Selain itu, lembaga keuangan bank juga bertindak sebagai perantara
dalam transaksi pembayaran.
Meski memiliki fungsi dan peran yang berbeda, baik lembaga keuangan bank
maupun nonbank, memiliki kontribusi yang sama untuk membangun perekonomian
negara yang lebih baik.
Lembaga keuangan bank dan nonbank juga sama-sama mengelola dana yang
dihimpun dari masyarakat untuk melakukan kegiatan-kegiatan produktif yang
menguntungkan negara dan menyejahterakan masyarakat.
pengertian dan perbedaan saham dan obligasi secara umum. Saham adalah bentuk
kepemilikan individu atas aset sebuah perusahaan yang biasanya berbentuk
dokumen. Pemilik surat saham berhak atas keuntungan yang didapatkan
perusahaan sesuai dengan jumlah lot saham yang mereka miliki. Keuntungan dalam
investasi saham ini disebut dengan dividen. Sementara itu perbedaan saham dan
obligasi yaitu, obligasi adalah surat utang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau
pemerintah, lengkap dengan bunga serta informasi jatuh tempo pembayarannya.
Surat ini merupakan sebuah bukti perjanjian peminjaman dana, sekaligus besaran
bunga yang harus dibayarkan oleh pihak penerima obligasi. Meski perusahaan bisa
mengeluarkan obligasi, namun obligasi lebih sering dikeluarkan oleh instansi
pemerintahan.
Kesimpulan perbedaan saham dan obligasi adalah, pemilik saham memiliki hak atas
keuntungan perusahaan dan juga hak suara. Sedangkan obligasi, Pemilik hanya
berstatus sebagai pemberi utang.
Return yang diperoleh pemegang obligasi adalah pembayaran pokok pinjaman dan
pembayaran bunga (coupon) dari perusahaan sesuai dengan jumlah dan tanggal
yang telah disepakati.
Persamaan Saham dan Obligasi
Sebelum kita membahas perbedaan saham dan obligasi, terlebih dahulu kita bahas
persamaan antara saham dan obligasi.
Pemilik saham dan obligasi memiliki klaim atas laba dan aktiva. Kedua
instrumen investasi ini menjanjikan kepada para pemiliknya pendapatan yang
berupa aset yaitu uang dan aset-aset lainnya. Klaim tersebut terjadi pada
tanggal transaksi atau saat pembelian saham dan penandatanganan obligasi
yang kemudian dapat dieksekusi saat jatuh tempo. Intinya saham dan obligasi
menjanjikan pendapatan bagi para pemiliknya.
Para pemilik saham maupun obligasi juga memiliki hak tebus yaitu, pilihan
untuk menukar saham dan obligasi mereka dengan uang.
2. Surat berharga
Dalam hal ini, para pemilik saham maupun obligasi memiliki surat berharga.
Keduanya merupakan bentuk perjanjian hitam diatas putih yang berupa
perjanjian dan telah disetujui oleh kedua belah pihak. Nantinya surat berharga
tersebut sama-sama dapat diperjualbelikan di bursa efek maupun pasar
modal.
Sementara itu, ada beberapa perbedaan saham dan obligasi yang harus Anda
ketahui. Berikut adalah perbedaan saham dan obligasi:
Perbedaan saham dan obligasi yang pertama adalah batas masa berlakunya.
Antara saham dan obligasi memiliki batas waktu yang berbeda. Pemilik
saham, masih memiliki hak atas keuntungan dan suara selama perusahaan
itu berdiri dan pemilik saham masih memiliki surat bukti kepemilikan
sahamnya. Sedangkan perbedaan saham dan obligasi adalah, obligasi
memiliki masa berlaku yang jelas yang tertera di dalam surat. Sehingga
saham merupakan pilihan yang tepat jika Anda ingin berinvestasi jangka
panjang. Namun, yang harus Anda ingat bahwa saham juga termasuk high
risk high return investment yaitu, saham bisa mendatangkan keuntungan
banyak namun juga memiliki risiko yang tinggi.
2. Tingkat Keuntungan
Perbedaan saham dan obligasi yang ketiga adalah pajak yang dikenakan.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa hasil yang diterima dari saham
adalah dividen atau keuntungan dari saham yang Anda miliki adalah jumlah
total setelah dipotong pajak. Sebaliknya perbedaan saham dan obligasi,
bunga obligasi lebih dulu dikeluarkan sebagai biaya, jadi bisa dianggap tidak
kena pajak.
Jika sudah memahami perbedaan saham dan obligasi secara teknis, Anda
juga perlu mengetahui perbedaan saham dan obligasi dari segi resikonya.
Untuk Obligasi, Anda harus memahami beberapa resikonya seperti:
o Resiko Gagal Bayar, Perputaran uang yang tidak bagus dapat
mengakibatkan sebuah perusahaan gagal bayar surat obligasi yang
sudah jatuh tempo. Resiko ini besar terjadi pada perusahaan swasta.
Karena membeli surat obligasi negara dijamin oleh negara bahwa akan
selalu dikembalikan menggunakan dana APBN.
o Risiko Capital Loss – Capital loss adalah momen dimana investor
merugi karena harga obligasi di bandrol lebih rendah dari harga saat
membeli. Perubahan suku bunga, persoalan politik ekonomi,
permasalah global dan kerusuhan dalam negeri menyebabkan
peristiwa capital loss.
o Risiko Likuiditas – Surat obligasi cukup sulit dijual kembali dalam
tempo singkat. Investasi obligasi dinilai tidak cukup likuid. Jika terpaksa
menjual kembali surat obligasi sebelum jatuh tempo. Maka investor
akan mengalami kerugian.
Jika Anda sudah memahami perbedaan saham dan obligasi serta resiko dari
obligasi. Anda juga harus memahami siapa saja yang dapat berinvestasi pada
obligasi. Di pasar perdana (khusus ORI, Savings Bond Ritel, Sukuk Tabungan dan
Sukuk Negara Ritel): investor individu (orang perorangan) Warga Negara Indonesia
yang disertai dengan KTP yang masih berlaku. Sedangkan di pasar sekunder: