Anda di halaman 1dari 9

TUGAS SEJARAH ISLAM JAWA

Dosen Pengampu : Rizal Zamzami, S. Hum. M.A.

SEJARAH LAHIRNYA ORGANISASI ISLAM DI JAWA

Nama Kelompok :

1. Umi Latifatus Sufiyani (126307212043)


2. M. Zufik Mu’in (126307212068)
3. Mohammad Vickry Mu’tashimbillah (126307213078)

A. Sejarah Lahirnya Organisasi Islam Di Jawa


Perubahan besar di Indonesia pada awal abad ke-20 ditandai dengan munculnya
berbagai organisasi pergerakan yang didirikan oleh kaum pribumi. Identitas mereka tidak
semua sama, yang secara garis besar dapat digolongkan menjadi 3 kelompok antara lain,
Islam, Sekuler, dan Komunis. Pemikiran dan gerakan pembaruan dalam Islam merupakan
suatu proses yang tidak pernah berhenti. Tidak dapat disangkal pula, bahwa pada masa-
masa tertentu dalam sejarah Islam terdapat masa kemandegan dalam proses tersebut. 1
Sebenarnya tujuan mendirikan organisasi Islam di Indonesia untuk melawan
kolonialisme Belanda dan juga melawan Kristenisasi dari luar yang ingin menjadi tujuan
bangsa Barat.
Hal ini menjadikan organisasi Islam menjadi sebuah kekuatan sosial maupun
politik yang diperhitungkan dalam pentas politik di Indonesia. Dari aspek kesejarahan,
dapat ditangkap bahwa kehadiran organisasi-organisasi Islam baik itu yang bergerak
dalam bidang politik maupun organisasi sosial membawa sebuah pembaruan bagi bangsa,
seperti kelahiran Serikat Islam sebagai cikal bakal terbentuknya organisasi politik,
Muhammadiyah, NU (Nahdlatul Ulama), Serikat Dagang Islam, dan lain-lainnya pada
prakemerdekaan membangkitkan sebuah semangat pembaruan yang begitu mendasar di
tengah masyarakat. Organisasi keagamaan Islam merupakan kelompok organisasi yang
terbesar jumlahnya, baik yang memiliki skala nasional maupun yang bersifat lokal saja.
Tidak kurang dari 40 buah organisasi keagamaan Islam yang berskala nasional memiliki

1 Fitriyani, F. (2010). Organisasi Islam dan pengembangan hukum Islam di Indonesia. Al-Ulum, 10(1), 73-90.
cabang-cabang organisasinya di ibukota provinsi maupun ibukota kabupaten/kotamadya,
seperti : Nahdlatul Ulama (NU), Sarikat Islam (SI), Persatuan Tarbiyah Islamiyah
(PERTI), Majelis Ulama Indonesia (MUI), Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam
(GUPPI), Majelis Dakwah Islamiyah (MDI), Dewan Mesjid Indonesia (DMI), Ikatan
Cendekiawan Muslim se Indonesia (ICMI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),
Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Aisyiah, Muslimat NU, dan sebagainya.
Sedangkan organisasi keagamaan Islam yang bersifat lokal pada umumnya bergerak di
bidang dakwah dan pendidikan seperti: Majelis Ta’lim, Yayasan Pendidikan Islam,
Yayasan Yatim Piatu, Lembaga-Lembaga Dakwah Lokal, dan sebagainya. Berikut
beberapa organisasi Islam yang ada di Jawa, antara lain :
1. Nahdlatul Ulama’ (NU)
Lahirnya organisasi Nahdlatul Ulama’ memiliki sejarah panjang yang
akan kita paparkan pada materi kali ini. Nahdlatul Ulama’ didirikan pada
tanggal 16 Rajab 1344 H atau sama dengan 31 Januari 1926 M di Surabaya. 2
Didirikannya organisasi ini bermula ketika Kiai Hasyim Asy’ari yang di landa
kegelisahan setelah Kiai Wahab Hasbullah meminta saran dan nasihat beliau
terkait tentang pembentukan suatu organisasi bagi para ulama yang Ahlu
Sunnah Wal Jamaah. Tetapi Kiai Hasyim Asy’ari tidak mungkin mengambil
keputusan sendiri, beliau harus mempertimbangkan serta meminta pendapat
dari para ulama sesepuh lainnya. Awalnya ide pembentukan organisasi ini
muncul dari forum diskusi Tashwirul Afkar, yang mana forum ini didirikan
oleh Kiai Wahab pada tahun 1924 di Surabaya. Forum ini di bentuk sebagai
wujud kepedulian Kiai Wahab dan para kiai lainnya terhadap tantangan yang
di hadapi oleh umat Islam dalam bidang keagamaan, Pendidikan dan politik.
Maka dari itu Kiai Wahab memohon restu kepada Kiai Hasyim Asy’ari untuk
mendirikan sebuah organisasi jamiyyah.
Setelah bertemu dengan Kiai Wahab, nampaknya kegelisahan dari Kiai
Hasyim Asy’ari dapat dipahami dan dirasakan oleh Syekh Kholil Bangkalan,
dimana beliau merupakan seorang ulama yang mukasyafah yang mampu
mengetahui batin dan perasaan seseorang. Setelah mengetahui batin dari Kiai
Hasyim Asy’ari ini beliau mengutus santrinya yang bernama As’ad Syamsul

2
Dra. Zuhairini, dkk (1994). SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arifin untuk menemui Kiai Hasyim Asy’ari. Beliau mengutusnya untuk
memberikan sebuah tongkat dan membacakan ayat-ayat yang di tuliskan oleh
Syekh Kholil Bangkalan, ayat tersebut berupa surah Thaha ayat 17-23.3
Selanjutnya As’ad Syamsul Arifin langsung bergegas berangkat ke Jombang
dan menemui Kiai Hasyim Asy’ari serta menyampaikan maksud dan tujuan
dari kedatangannya. Setelah menerima tongkat dan potongan ayat dari surah
Thaha tadi, seketika Kiai Hasyim Asy’ari mendapatkan sebuah isyarat bahwa
Syekh Kholil Bangkalan tidak keberatan jika beliau mendirikan sebuah
jamiyyah. Meskipun begitu Kiai Hasyim Asy’ari tidak langsung mendirikan
jamiyyah tersebut, melainkan harus memikirkan dengan matang dan masih
perlu membicarakannya dengan para kiai sesepuh lainnya.
Jelang beberapa waktu kemudian, Kiai Hasyim Asy’ari mengutus Kiai
Wahab untuk menemui Kiai Nawawi, tidak memerlukan waktu yang lama
Kiai Wahab langsung berangkat ke Sidogiri dan menemui Kiai Nawawi.
Setelah bertemu dengan Kiai Nawawi, Kiai Wahab menjelaskan apa maksud
kedatangannya. Kiai Nawawi mendengarkan penjelasan dari Kiai Wahab dan
memberi pesan untuk berhati-hati terlebih lagi dalam masalah uang.4 Setelah
pertemuan Kiai Wahab dengan Kiai Nawawi, As’ad kembali lagi di kediaman
Kiai Hasyim Asy’ari. Beliau kembali dengan di utus Syekh Kholil Bangkalan
untuk memberikan sebuah tasbih kepada Kiai Hasyim Asy’ari, seraya
memberikan tasbih tersebut As’ad juga berkata kepada Kiai Hasyim untuk
mengamalkan bacaan Ya Jabbar Ya Qahhar di setiap waktu. Semua itu
merupakan isyarat dan juga amalan dari Syekh Kholil Bangkalan untuk Kiai
Hasyim Asy’ari sebelum mendirikan sebuah jamiyyah.
Kemantapan hati Kiai Hasyim semakin hari semakin bertambah, maka
setahun setelah Syekh Kholil Bangkalan wafat, beliau berhasil mendirikan
organisasi yang di beri nama Nahdlatul Ulama’. Setelah berhasil mendirikan
organisasi ini, Kiai Hasyim mengutus Kiai Ridhwan Nashir untuk membuat

3
HS, M. U. (2019). FIKIH ORGANISASI (REAKTUALISASI SEJARAH NAHDLATUL ULAMA DI INDONESIA. Juenal Al-Insyiroh : Jurnal Studi Keislaman, 54-75.

4
HS, M. U. (2019). FIKIH ORGANISASI (REAKTUALISASI SEJARAH NAHDLATUL ULAMA DI INDONESIA. Juenal Al-Insyiroh : Jurnal Studi Keislaman, 54-75.
lambang dari Nahdlatul Ulama’. Melalui Istikharah, Kiai Ridhwan mendapat
petunjuk untuk menggambar lambang dari NU sebuah bumi dan bintang
sembilan. Kiai Ridhwan menunjukkan gambar lambang tersebut kepada Kiai
Hasyim lalu Kiai Hasyim mengutusnya untuk menemui Kiai Nawawi dan
menunjukkan lambang tersebut. Sesampainya di kediaman Kiai Nawawi, Kiai
Ridhwan menunjukkan gambar lambang tersebut dan Kiai Nawawi
mengusulkan untuk menambahkan gambar tali yang mengikat pada gambar
bumi, dan menambahkan ucapannya dengan gambarlah tali yang ikatannya
longgar dengan maksud “selagi tali yang mengikat bumi itu masih kuat,
sampai kiamatpun NU tidak akan sirna”.
Setelah berdiri, organisasi Nahdlatul Ulama’ terus berkibar dan
mengukuhkan ajaran Islam yang menganut paham Ahlu Sunnah Wal Jamaah.
Organisasi ini juga bermazab sesuai dengan keempat Imam yaitu Syafi’i,
Maliki, Hanafi dan Hambali. Serta mengerjakan apa-apa yang menjadikan
kemaslahatan untuk agama Islam. Seperti halnya setelah proklamasi
kemerdekaan, Nahdlatul Ulama’ tampil ke muka bumi dengan resolusi
jihadnya yaitu pada tanggal 22 Oktober 1945.5 Dimana isi dari resolusi jihad
ini adalah mengajak umat Islam untuk tetap mempertahankan tanah air
Indonesia yang telah merdeka. Dalam resolusi ini juga di tetapkan bahwa
hukum jihad adalah fardhu ‘ain yang mana tiap-tiap muslim wajib berjihad
dimana saja dan kapan saja.
Bukan hanya itu, Nahdlatul Ulama’ juga memiliki visi dan misi dalam
pendiriannya, visi misinya ialah sebagai berikut, visinya adalah maju dalam
presentasi santun dan pekerti, terwujudnya generasi muslim yang Ahlu
Sunnah Wal Jamaah, cerdas, berkarakter, mandiri, dan berakhlaqul karimah.
Sedangkan misinya yaitu, membentuk pribadi muslim Ahlu Sunnah Wal
Jamaah yang beriman dan bertaqwa, membentuk generasi yang memiliki jiwa
nasionalisme yang tinggi, membentuk pribadi karakter dan berakhlaqul
karimah, serta mampu berkiprah di dalam kegiatan keagamaan dan
kemasyarakatan.

5
Dra. Zuhairini, D. M. (1994). SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM. Jakarta: PT Bumi Aksara.
2. Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam di Indonesia yang
didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330
H / 18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis yang
telah menempuh pendidikan di Mekkah kepada Syekh Ahmad Khatib Al-
Minangkabawi dan pulang ke Nusantara yang kemudian dikenal dengan
julukan baru yaitu KH Ahmad Dahlan.6 Beliau merupakan pegawai
kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang.
Melihat kondisi umat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan
penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau pun tergerak
hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang
sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. Oleh karena itu beliau
memberikan pengertian keagamaan dirumahnya, ditengah kesibukannya
sebagai Khatib dan para pedagang.
Mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya,
akhirnya beliau mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya.
Profesinya sebagai pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga
dalam waktu singkat ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman bahkan
sampai ke luar daerah dan ke luar pulau Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan
tersebut maka didirikan Persyarikatan Muhammadiyah, dan kini
Muhammadiyah telah ada diseluruh pelosok tanah air.
Latar belakang dari berdirinya organisasi Muhammadiyah yaitu keinginan
dari KH. Ahmad Dahlan untuk mendirikan organisasi yang menjadikan
sebagai alat perjuangan dan dakwah untuk menegakkan Amar Ma’ruf Nahi
Munkar yang bersumber pada Al-Qur’an, surat Al-Imron:104 dan surat Al-
Ma’un sebagai sumber dari gerakan sosial praktis untuk mewujudkan gerakan
tauhid. Ketidakmurnian ajaran Islam yang dipahami oleh sebagian umat Islam
Indonesia, sebagai bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi Islam dan tradisi
lokal Nusantara dalam awal bermuatan paham animisme dan dinamisme.
Sehingga dalam prakteknya umat Islam di Indonesia memperlihatkan hal-hal
yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, terutama yang

6
Dra. Zuhairini, D. M. (1994). SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM. Jakarta: PT Bumi Aksara .
berhubungan dengan prinsip akidah Islam yang menolak segala bentuk
kemusyrikan, taqlid, bid’ah, dan khurafat. Sehingga pemurnian ajaran
menjadi pilihan mutlak bagi umat Islam Indonesia. Keterbelakangan umat
Islam Indonesia dalam segi kehidupan menjadi sumber keprihatinan untuk
mencarikan solusi agar dapat keluar menjadi keterbelakangan.
Keterbelakangan umat Islam dalam dunia pendidikan menjadi sumber utama
dari keterbelakangan dalam peradaban. Maka dari itu Muhammadiyah
menciptakan gerakan pembaruan pemikiran Muhammadiyah untuk mencari
pemecahan masalah atas berbagai persoalan yang dihadapi di era atau masa
saat ini yang biasa disebut Tajdid.7
Visi dan Misi dari organisasi Muhammadiyah yaitu, Visinya sebagai
gerakan Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan watak
yang dimilikinya senantiasa istiqamah dan aktif dalam melaksanakan dakwah
Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar disegala bidang, sehingga menjadi
rahmatan li al-’alamin bagi umat bangsa dan dunia kemanusiaan menuju
terciptanya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah swt
dalam kehidupan di dunia ini. Sedangkan Misinya adalah Menegakkan
keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT yang dibawa
oleh Rasulullah yang disyariatkan sejak nabi Nuh hingga Nabi Muhammad
saw, Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa
ajaran Islam untuk menjawab dan menjelaskan persoalan-persoalan
kehidupan yang bersifat duniawi, Menyebarluaskan ajaran Islam yang
bersumber pada Al-Qur’an sebagai kitab Allah swt yang terakhir untuk umat
manusia sebagai penjelasannya, Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam
kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat.
3. Persatuan Islam (Persis)
Persatuan Islam (Persis) merupakan sebuah organisasi pembaharuan yang
muncul pada awal abad ke-20. Organisasi ini awalnya hanyalah sebuah
kelompok orang tadarus di kota Bandung, yang di pelopori oleh H.
Muhammad Zamzam dan H. Muhammad Yunus. 8 Mereka sadar jika daerah

7 Abdul, M. R. (2022, Juni Senin ). ibtimes.id. Retrieved from Tarjih, Tajdid, dan Produksi Pengetahuan di Muhammadiyah: https://ibtimes.id/tarjih-tajdid-dan-

produksi-pengetahuan-di-muhammadiyah/

8
Dra. Zuhairini, D. M. (1994). SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM. Jakarta: PT Bumi Aksara.
lain lebih dulu maju dalam pembaharuan bidang agama, maka kesadaran
dengan adanya keterlambatan tersebut menjadi sebuah cambuk bagi mereka
untuk mendirikan sebuah organisasi. Mereka harus mendirikan sebuah
gerakan untuk menghindari paham-paham yang menyesatkan. Akhirnya,
pada tanggal 12 September 1923 mereka berhasil mendirikan organisasi
Persis tepatnya di Bandung. 9
Penamaan dari organisasi tersebut tidak serta merta hanya di beri nama
begitu saja, melainkan juga menurut ilham dari firman Allah swt dalam surah
Ali Imrah ayat 103 :
‫ف بَيْنَ قُلُ ْوبِ ُك ْم‬ َ َّ‫ّٰللا َعلَ ْي ُك ْم اِذْ ُك ْنت ُ ْم ا َ ْعدَآ ًء فَا َ ل‬
ِ‫ت ه‬ َ ‫ّٰللا َج ِميْعًا َّو ََل تَف ََّرقُ ْوا ۖ َواذْ ُك ُر ْوا نِ ْع َم‬
ِ ‫َص ُم ْوا بِ َحب ِْل ه‬
ِ ‫ََا ْعت‬
‫ّٰللاُ لَـ ُك ْم ٰا ٰيتِه‬ ‫ار فَا َ ْنقَذَ ُك ْم ِم ْن َها ۗ ك َٰذ ِل َك يُبَ ِي ُن ه‬ ِ َّ‫صبَ ْحت ُ ْم ِبنِعْ َمتِ ٖۤه ا ِْخ َوانًا ۚ َو ُك ْنت ُ ْم َع ٰلى َشفَا ُح ْف َرةٍ ِمنَ الن‬
ْ َ ‫فَا‬
‫لَ َع َّل ُك ْم ت َ ْهتَد ُْو َن‬
Artinya : “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan
hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan
(ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan
kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu
agar kamu mendapat petunjuk.”
Sejak awal dari didirikanya Persis ini, yang mana tujuannya adalah lebih
menuju ke perjuangannya pada penyebaran, penyiaran paham Al-Qur’an dan
As-Sunnah kepada masyarakat Islam dan bukan untuk bertujuan
membesarkan dan memperluas jamaah anggota dalam organisasi. Organisasi
ini tentunya memiliki keinginan besar untuk mengembalikan kaum muslimin
pada ajaran Al-Qur’an dan Hadits, menghidupkan jihad dan ijtihad,
membasmi bid’ah, khurafat, tahayul, taklid dan syirik, serta memperluas
dakwah kepada masyarakat, tak lupa juga mendirikan beberapa pesantren dan
sekolah yang bertujuan untuk mendidik kader-kader Islam.
Persis pada umunya tidak memberikan tekanan bagi kegiatan yang
dilakukan organisasi. Organisasi ini tidak berniat untuk membentuk banyak

9
Fathoni, R. S. (2018, Februari Kamis). wawasansejarah.com. Retrieved from Sejarah Persatuan Islam (PERSIS) Tahun 1923-1983:
https://wawasansejarah.com/sejarah-persatuan-islam-persis/
cabang atau memperbanyak anggota. Pembentukan sebuah cabang
bergantung pada inisiatif peminat dan tidak di dasarkan pada suatu rencana
yang di lakukan oleh pemimpin pusat. Tetapi hal tersebut tentu membuahkan
pengaruh yang cukup besar, dimana organisasi ini lebih besar dari pada
jumlah cabang ataupun anggotanya.
Setelah melakukan kegiatan dalam hal pertemuan umum, tabligh,
khotbah-khotbah, kelompok studi, mendirikan sekolah-sekolah, menerbitkan
majalah dan kitab-kitab serta menyebarkan pamflet. Akhirnya organisasi ini
mendapat dukungan dan partisipasi dari dua tokoh penting yaitu Ahmad
Hassan dan Muhammad Natsir. Ahmad Hassan ini diketahui sebagai guru
utama dari organisasi Persis.
Pada awal periode Persis mendapatkan beberapa tantangan saat
menyebarkan ide-ide dan pemikirannya. Selain dari masyarakat yang jumud
(sikap statis, beku, dan sikap yang tidak mau menerima perubahan yang ada),
tantangan juga datang dari pemerintah kolonial.10 Kondisi tersebut
menyebabkan para anggota Persis banyak melakukan perdebatan dalam
menyebarkan dakwahnya.
Sebelum kemerdekaan, organisasi Persis mulai ada ketertarikan dengan
masalah-masalah politik. Para tokoh dan anggota Persis berpandangan bahwa
kembali ke Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak hanya terbatas dalam akidah dan
ibadah, melainkan juga bisa dengan berjuang dalam hal politik untuk
memenangkan ideologi Islam.

10
Fathoni, R. S. (2018, Februari Kamis). wawasansejarah.com. Retrieved from Sejarah Persatuan Islam (PERSIS) Tahun 1923-1983:
https://wawasansejarah.com/sejarah-persatuan-islam-persis/
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, M. R. (2022, Juni Senin ). ibtimes.id. Retrieved from Tarjih, Tajdid, dan Produksi
Pengetahuan di Muhammadiyah: https://ibtimes.id/tarjih-tajdid-dan-produksi-
pengetahuan-di-muhammadiyah/
Dra. Zuhairini, D. M. (1994). SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM. Jakarta: PT Bumi Aksara .
Fathoni, R. S. (2018, Februari Kamis). wawasansejarah.com. Retrieved from Sejarah Persatuan
Islam (PERSIS) Tahun 1923-1983: https://wawasansejarah.com/sejarah-persatuan-
islam-persis/
Fitriyani. (2010). Organisasi Islam dan Pengembangan Hukum Islam di Indonesia. Jurnal Al-
Ulum , 73-90.
HS, M. U. (2019). FIKIH ORGANISASI (REAKTUALISASI SEJARAH NAHDLATUL
ULAMA DI INDONESIA. Juenal Al-Insyiroh : Jurnal Studi Keislaman, 54-75.

Anda mungkin juga menyukai