Anda di halaman 1dari 7

Keuntungan Indonesia Sebagai Anggota Dewan International Maritime Organization

(IMO) Terhadap Keamanan Maritim Indonesia

Nurintan Magriandini – 071811233104

Program Studi S-1 Ilmu Hubungan Internasional

Universitas Airlangga

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keuntungan Indonesia dalam keanggotan
International Maritime Organization (IMO) terhadap keamanan maritim Indonesia. IMO
merupakan badan dari United Nation yang memiliki tugas mengatur serta menetapkan standar
keamanan dan keselamatan Pelayaran Internasional. Sebagai Negara kepulauan terbesar serta
letak geografi Indonesia yang berada diantara dua benua dan dua samudara, membuat perairan
padat dengan aktivitas pelayaran nasional maupun internasional. Terpilihnya Indonesia sebagai
Anggota Dewan IMO menunjukkan pengakuan dunia atas eksistensi Indonesia di sektor
kemaritiman internasional. Hal tersebut memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk ikut
serta dalam menentukan kebijakan IMO yang sangat berpengaruh pada dunia kemaritiman.
Keanggotaan Indonesia dalam IMO harus dimanfaatkan oleh Indonesia untuk mempromosikan
isu-isu atau program yang menjadi kepentingan nasional, dan hal tersebut dapat dilakukan jika
Indonesia mengambil peran dalam IMO. Indonesia, di bawah Pemerintahan Presiden Jokowi
sedang berusaha membangun Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia. Dengan visi maritim
tersebut, banyak kepentingan nasional Indonesia yang beririsan dengan ketentuan-ketentuan
IMO. Keanggotaan Indonesia di Dewan IMO akan memberi kesempatan bagi Indonesia untuk
mempengaruhi upaya-upaya penguatan norma dan kebijakan IMO agar tidak merugikan
kepentingan maritim Indonesia. Menjadi Anggota Dewan IMO juga merupakan bentuk
pengakuan dunia terhadap nilai strategis Indonesia sebagai negara maritim. DPR RI memiliki
peran krusial dalam membantu pemerintah memperkuat instrumen-instrumen pengamanan dan
penyelamatan di laut, agar Indonesia dapat dipandang sebagai negara maritim yang
bertanggung jawab.

Keywords: Keamanan Maritim Indonesia, Anggota Dewan IMO, Poros Maritim Dunia
Latar Belakang

Sebagai Negara kepulauan yang telah meratifikasi United Nations Conventions on the Law of
The Sea (UNCLOS) Tahun 1982, Indonesia berkewajiban membuat jalur laut kepulauan
sebagai jalur lintas pelayaran asing atau biasa disebut dengan istilah Alur Laut Kepulauan
Indonesia (ALKI). Pelayaran asing dapat memasuki perairan Indonesia melalui ALKI secara
terus-menerus tanpa harus meminta izin terlebih dahulu (Rustam, 2016). Wilayah perairan
Indonesia merupakan jalur penghubung pelayaran internasional dari Asia Timur, Asia Tenggra,
Asia Tengah menuju Australia ataupun sebaliknya. Saat ini aktivitas perdagangan dunia 70%
berlangsung dikawasan Asia-Pasifik, dimana 75% komoditas barang yang diperdagangkan
dikirim melewati wilayah perairan Indonesia seiring dengan dengan pergeseran pusat
perekonomian dunia dari kawasan Atlantik ke Asia Pasifik (Kadar, 2015). Secara geo-politik
dan geo-strategis, Indonesia terletak di antara dua benua, Asia dan Australia dan dua samudera,
Hindia dan Pasifik yang merupakan kawasan paling dinamis dalam percaturan dunia baik
secara ekonomi dan politik. Posisi strategis tersebut menempatkan Indonesia memiliki
keunggulan sekaligus ketergantungan yang tinggi terhadap bidang kelautan, dan sangat logis
jika ekonomi kelautan (kemaritiman) dijadikan tumpuan bagi pembangunan ekonomi nasional.
Potensi perikanan laut Indonesia yang cukup besar perlu dimanfaatkan secara efisien untuk
dapat meningkatkan devisa dari sektor kelautan. Akan tetapi dengan menurunnya jumlah
populasi ikan di laut akibat terganggunya ekosistem laut seperti pencemaran, peningkatan
keasaman air laut, dan eksploitasi berlebihan serta diikuti dengan meningkatnya harga bahan
bakar minyak (BBM) menjadikan hasil tangkapan ikan dan pendapatan nelayan Indonesia
menurun belakangan ini. Selain kapal-kapal nelayan, perairan Indonesia juga ramai dengan
kapal-kapal pengangkut hasil tambang. Kapal-kapal ini mengangkut hasil tambang dari
pelabuhan lokasi penambangan menuju pelabuhanpelabuhan lain di Indonesia bahkan ke luar
negeri. Tidak sedikit upaya pengawasannya terhadap kapal-kapal pengangkut ini, meskipun hal
ini telah diatur oleh Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral RI. Ditambah lagi dengan
kapal-kapal pengangkut kontainer baik antar pulau maupun antar negara, serta kapal pelayaran
domestik (Kadar, 2015).

Zulfikar (2019) menyatakan bahwa posisi strategis Indonesia yang berada diantara dua
samudera yakni samudera Pasifik dan Hindia serta berada diantara dua benua yakni Benua Asia
dan Australia menjadikan Indonesia sebagai pusat dari aktivitas pelayaran global. kepadatan
lalu lintas diperairan indonesia juga meningkat dengan adanya aktivitas pelayaran nasional
yang melayani rute-rute dari satu pulau ke pulau lainnya. Pelayaran merupakan transportasi
pilihan dari sarana transportasi lainnya, transportasi laut memiliki kelebihan karena dapat
mengangkut lebih banyak barang dari pada transportasi lain. Sarana transportasi ini dapat
menjangkau wilayah satu dengan yang lain melalui perairan. sehingga memiliki potensi besar
untuk dimanfaatkan peranannya baik nasional maupun internasional, sekaligus dapat
mendorong pembangunan perekonomian nasional demi meningkatkan kesejahteraan warga
Negara. Penulis memahami bahwa dalam pelaksanaan kebijakan kemaritiman, Indonesia
mengalami ancaman dan tantangan kemaritiman yang menjadi halangan dalam pelaksanaan
kebijakan kemaritiman , sehingga melalui hal itu Indonesia telah melaksanakan kebijakan
kemaritiman sejak di masa kemerdekaan yang di awali melalui presiden Soekarno dengan
kebijakan pembentukan Dewan Maritim pada tahun 1960 , hal ini terus berlanjut hingga di
masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang mana mengedepankan kebijakan
kemaritiman berbasis terhadap Poros Maritim Dunia hal ini tentu di dukung dengan
kemampuan sumber daya alam sektor maritim yang bisa di maksimalkan dan kemampuan
sumber daya manusia yang bisa mengedepankan sektor Kemaritiman berbasis teknologi.
Sehingga melalui kebijakan kemaritiman, Indonesia perlu pengakuan dari Dunia Internasional
dan forum Internasional yang mewadahi sektor Kemaritiman , maka melalui hal itu Indonesia
bergabung di International Maritime Organization (IMO).

Sekilas tentang International Maritime Organization

International Maritime Organization (IMO) merupakan badan khusus Perserikatan Bangsa-


Bangsa (PBB) yang bertanggung jawab dalam menjaga keselamatan dan keamanan pelayaran
serta mencegah terjadinya pencemaran lingkungan laut akibat aktivitas penggunaan laut. IMO
memiliki kewenangan dalam menentukan peraturan internasional tentang standar keselamatan,
keamanan dalam mengatur segala aktivitas pelayaran internasional.1 IMO terdiri dari 174
negara anggota yang memiliki kepentingan dalam aktivitas pelayaran internasional. Dimana
masing-masing anggota memiliki jabatan serta tugasnya sendiri. Dalam beberapa pertemuan,
Negara anggota IMO berunding untuk membahas isu terkait keselamatan dan keamanan
pelayaran, termasuk memutuskan sebuah peraturan baru maupun membuat amandemen.
Indonesia saat ini merupakan Negara anggota IMO dengan jabatan sebagai anggota dewan
dalam kategori “C” yang memiliki kepentingan khusus dalam navigasi pelayaran internasional
serta memiliki kewenangan dalam menentukan rancangan program kerja kedepan (Zulfikar,
2019 dalam https://www.imo.org/en/About/Pages/Structure.aspx)

Jika melihat sejarahnya, IMO didirikan dalam kerangka meningkatkan keselamatan pelayaran
di laut, karena aktivitas pelayaran internasional semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada
konferensi PBB tahun 1948 di Jenewa, Swiss, telah disetujui pembentukan suatu badan
internasional khusus untuk menangani masalahmasalah kemaritiman termasuk meningkatkan
keselamatan kerja dan keselamatan pelayaran atas usulan beberapa negara. Pada awalnya,
badan yang dibentuk bernama Governmental Maritime Consultative Organization (IMCO).
Organisasi ini baru diakui secara internasional di tahun 1958 yang kemudian berubah nama
menjadi IMO sejak 22 Mei 1982. IMO merupakan satu-satunya badan PBB yang bermarkas
di Inggris. Misi IMO, sebagai badan khusus PBB, adalah untuk mempromosikan pelayaran laut
yang aman, berwawasan lingkungan, efisien dan berkelanjutan melalui kerja sama. Hal ini akan
dicapai dengan mengadopsi standar tertinggi keselamatan dan keamanan laut,
mengimplementasikan efisiensi navigasi, dan melakukan pencegahan serta pengendalian
polusi dari kapal, dan juga dengan memperhatikan berbagai instrumen IMO yang diakui secara
universal. Sejalan dengan perkembangan dunia pelayaran, IMO juga memiliki tugas
melakukan pembaharuan legislasi yang sudah ada atau mengembangkan dan mengadopsi
peraturan baru. Hal tersebut dilakukan melalui pertemuan yang dihadiri oleh ahli maritim dari
negara anggota serta organisasi antar-pemerintah dan non-pemerintah seperti Greenpeace,
World Wildlife Fund for Nature (WWF), dan lainnya (Hidriyah, 2019).

Dinamika Keanggotaan Indonesia pada International Maritime Organization (IMO)

Roza (2017) menjelaskan bahwa Indonesia secara resmi menjadi anggota IMO sejak tanggal
18 Januari 1961. Indonesia juga telah menunjukkan peran aktif serta perhatian dan dedikasi
guna mempromosikan pengembangan kerja sama internasional dalam bidang keselamatan dan
keamanan pelayaran, termasuk bidang perlindungan lingkungan laut, Indonesia pertama kali
mencalonkan dan terpilih menjadi anggota Dewan IMO pada tahun 1973, untuk periode
keanggotaan 1973-1975. Dua periode keanggotaan berikutnya yaitu 1975-1977 dan 1977-
1979. Indonesia gagal menjadi anggota Dewan IMO pada tahun 1979-1981 dan 1981-1983.
Pada Sidang Assembly ke-13 yaitu pada tahun 1983, Indonesia terpilih kembali menjadi
anggota Dewan IMO dan selalu terpilih sampai saat ini. Sebagai negara pihak dalam IMO,
maka Indonesia juga wajib dan telah meratifikasiBasel Convention on the Control of
Transboundary Movements of Hazardous Wastes and Their Disposal (Basel Convention) tahun
1989; International Convention on Maritime Lines and Mortgages tahun 1993; dan Konvensi
ILO 185 tentang Dokumen Identitas Pelaut tahun 1958. Indonesia menjadi anggota Dewan
IMO sejak 1973- 1979 dan 1983- hingga sekarang. Pada pemilihan anggota Dewan IMO
periode 2014-2015 yang lalu, Indonesia mencalonkan diri sebagai anggota Dewan IMO
Kategori C dan terpilih dengan memperoleh 132 suara dari 154 suara yang sah. Dengan
berakhirnya keanggotaan Indonesia pada akhir tahun 2015, Indonesia kembali mencalonkan
diri untuk menjadi anggota Dewan IMO periode 2016-2017 yang pemilihannya dilaksanakan
pada bulan Desember 2015. Indonesia berhasil terpilih kembali dalam kategori C dengan
memperoleh 127 suara dari 154 suara yang sah. Keberhasilan Indonesia pada pemilihan
anggota Dewan IMO tentunya memberikan tantangan kepada Indonesia untuk meningkatkan
jaminan keamanan dan keselamatan pelayaran yang efisien sekaligus juga meningkatkan
perlindungan lingkungan laut. Dalam melaksanakan peran aktifnya sebagai anggota Dewan
IMO, Indonesia berkewajiban untuk menempatkan keselamatan sebagai prioritas utama dalam
kegiatan pelayaran Indonesia.
Penulis memahami bahwa upaya tersebut tentu diarahkan untuk memperjuangkan kepentingan
nasional Indonesia di forum internasional. Indonesia, sebagaimana setiap negara di dunia
memiliki kepentingan nasionalnya masing-masing. Sebagian negara dapat melindungi atau
mencapai tujuan-tujuan nasionalnya tanpa mengganggu kepentingan negara lain, namun tidak
jarang juga dapat menjadi ancaman bagi kepentingan satu sama lain. Sebagian negara juga
berpandangan bahwa akan lebih efisien untuk mencapai tujuan tertentu melalui kerja sama
dengan negara lain, yaitu dengan mengoordinasikan kebijakan, membangun sistem timbal
balik, dan menyusun serangkaian aturan, norma, dan peraturan yang memungkinkan mereka
menjalankan hubungan dengan lebih stabil dan terprediksi.

Kesimpulan
Penulis menyimpulkan bahwa dengan melihat posisi Indonesia secara geo-politik dan geo-
strategis harus didukung dengan kedaulatan penuh terhadap wilayah NKRI secara nyata,
sehingga batas-batas wilayah dengan negara tetangga dapat secara nyata dikuasai oleh
Indonesia melalui penguasaan yang efektif dan ”sea power” yang unggul. Keadaan tersebut
juga harus diperkuat kemampuan mempertahankan diri dari segenap ancaman baik dari dalam
maupun dari luar melalui kemampuan maritime security yang disegani secara global.
Terjaganya keselamatan dan keamanan maritim harus menjadi perhatian utama dalam
menunjang kelancaran aktivitas pelayaran diperairan Indonesia. Keselamatan dan keamanan
pelayaran serta terjaganya lingkungan laut dari pencemaran erat kaitannya dengan keamanan
maritim atau maritime security. Keamanan maritim memiliki definisi bahwa laut bisa
dikendalikan dalam keadaan damai dan aman oleh para pengguna dan bebas dari ancaman atau
gangguan terhadap segala aktivitas yang berkenaan dengan laut. Melalui kebijakan
kemaritiman, Indonesia perlu pengakuan dari Dunia Internasional dan forum Internasional
yang mewadahi sektor Kemaritiman , maka melalui hal itu Indonesia bergabung di
International Maritime Organization (IMO). Terpilihnya kembali Indonesia sebagai anggota
Dewan IMO harus benar-benar dimanfaatkan oleh Indonesia untuk berkontribusi dalam
mendukung terciptanya keselamatan dan keamanan pelayaran internasional. Menjadi
kepentingan bagi Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan perairannya yang luas, untuk
terlibat secara langsung melalui IMO dalam memelihara terciptanya keselamatan dan
keamanan pelayaran internasional, khususnya di kawasan. Keselamatan dan keamanan
pelayaran tersebut tidak saja berkaitan dengan upaya menciptakan jalur pelayaran internasional
yang terbebas dari ancaman tindak kejahatan transnasional, tetapi juga yang terbebas dari
ancaman kerusakan lingkungan. Peran Indonesia dalam keanggotaan IMO harus menjadi
bagian dari upaya untuk menciptakan terwujudnya keselamatan dan keamanan pelayaran
internasional secara berkelanjutan. Dalam kerangka kepentingan nasional, peran Indonesia
tersebut sudah seharusnya juga memberi kontribusi bagi kemajuan perekonomian nasional.

Referensi:
Hidriyah, Sita. (2019). PERAN INDONESIA DALAM KEANGGOTAAN INTERNATIONAL
MARITIME ORGANIZATION (IMO). Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI
Ismah Rustam, Tantangan ALKI dalam mewujudkan Cita-cita Indonesia sebagai poros maritim dunia,
Jurnal Indonesian Perspective, Vol, 1, No, 1, Universitas Mataram, Hal. 7. 4
Kadar, A. (2015). Pengelolaan kemaritiman menuju Indonesia sebagai poros maritim dunia. Jurnal
Keamanan Nasional, 1(3), 427-442.
Roza, Rizki. (2017). ARTI PENTING KEANGGOTAAN INDONESIA DI DEWAN IMO. Pusat
Penelitian Badan Keahlian DPR RI
Rustam, I. (2016). Tantangan ALKI dalam Mewujudkan Cita‐cita Indonesia sebagai Poros Maritim
Dunia. Indonesian Perspective, 1(1), 1-21.
Samangun, E. (2019). Dampak Terpilihnya Kembali Indonesia Sebagai Anggota Dewan International
Maritime Organization (Imo) Kategori-C Terhadap Sektor Keselamatan Maritim Di
Indonesia (Doctoral dissertation, Universitas Komputer Indonesia).
Zulfikar, Akhmad Darmawan (2019) PERAN INDONESIA SEBAGAI ANGGOTA DEWAN
INTERNATIONAL MARITIME ORGANIZATION (IMO) TERHADAP KEAMANAN MARITIM
INDONESIA PADA MASA PEMERINTAHAN JOKO WIDODO. Undergraduate (S1) thesis,
University Of Muhammadiyah Malang.

Anda mungkin juga menyukai