Anda di halaman 1dari 15

A.

Pembersih Badan

Produk 01

Bahan Kimia Pembersih


1. Sodium lauryl sulfate (SLS)

Salah satu jenis surfaktan yang biasa digunakan pada produk-produk yang memiliki
sifat 'membersihkan'. Fungsi surfaktan ini adalah menurunkan tegangan permukaan air.
Sehingga kotoran dan minyak yang ada di tubuh atau baju kita lebih mudha untuk
dibersihkan dan diangkat.
Konsentrasi penggunaan natrium lauril sulfat sebagai bahan surfaktan dalam suatu
rancangan formulasi sampo lebih kurang 10 %. Adapun variasi konsentrasi natrium
lauril sulfat yang digunakan pada penelitian ini adalah 5%, 10% dan 15%.penggunaan
kandungan SLS dalam produk yang bertahan lama di kulit, konsentrasinya tidak boleh
melebihi 1%.
2. Cocamidopropyl betaine (CAPB)

Asam lemak sintetis yang berasal dari kelapa (coconut). Bahan yang juga disebut
coco betaine ini berfungsi sebagai surfaktan, senyawa yang berfungsi menghilangkan
kotoran. Sebagai bahan yang mampu mengikat minyak dan kotoran, serta membuatnya
lebih mudah dibersihkan, coco betaine akan bekerja dengan efektif jika
dikombinasikan dengan bahan yang lainnya.
Coco betaine (Cocamidopropyl Betaine) dalam formula produk adalah sekitar 4-
40%. Bahan ini mengandung 30% bahan aktif permukaan Cocamidopropyl betaine
lebih aman digunakan bagi kulit, akan tetapi pengguna skincare, terutama bagi pemilik
kulit berjerawat dan sensitif, tetap perlu berhati-hati karena hakikatnya setiap produk
akan memberikan hasil yang berbeda bagi setiap penggunanya.

3. Cocamid Dea

Merupakan surfaktan non ionik yang digunakan dalam pembuatan sabun dan
bersifat non iritatif Dea dalam formula sediaan kosmetik berfungsi sebagai surfaktan
dan penstabil busa. Cocamide Dea adalah surfaktan nonionik yang banyak digunakan
dalam produk pembersih Perawatan Pribadi , Rumah Tangga dan Industri dan
Kelembagaan. Ini sangat efektif untuk meningkatkan busa, menstabilkan dan tujuan
memodifikasi viskositas bila digunakan dengan sulfat eter dan surfaktan anionik
lainnya dalam formulasi cair.
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan pada kulit hewan, memang
cocamide Dea ini digolongkan sebagai karsinogen (berpotensi mencetuskan sel kanker
pada manusia) pada konsentrasi tertentu. Selain itu, kontak antara cairan ini pada kulit
pada konsentrasi tertentu pun bisa juga memicu iritasi pada orang yang sensitif. Tentu,
dampak penggunaan cocamide Dea ini bisa saja berbeda pada tiap orang. Menurut
beberapa literatur pun, cocamide Dea relatif aman asalkan digunakan dengan
konsentrasi yang tepat. Menurut Anderson (1996) Cocamide DEA aman seperti yang
digunakan dalam produk pembilasan dan aman pada konsentrasi hingga 10% dalam
pada produk kosmetik.

4. Benzalkodium Chloride

Benzalkonium chloride adalah garam organik yang banyak digunakan dalam bahan
pembersih dan diklasifikasikan sebagai deterjen kationik amonium kuaterner. Senyawa
ini sering ditemukan pada antiseptik, produk perawatan pribadi, farmasi, dan dan
produk industri. Senyawa ini lebih sering terkandung dalam produk konsumen dalam
bentuk garam yang kemudian digunakan dalam berbagai macam produk seperti obat
tetes mata, telinga, dan hidung. Namun, saat digunakan sebagai bahan dalam produk
antiseptik dan disinfektan, senyawa ini adalah agen antimikroba aktif.
Dosis penggunaan Sediaan akan berdosis 0,0002-0,2%, sebagai sampo sebesar 0,2-
0,5%, sebagai cream sebesar 0,13%.

Produk 02
Bahan Kmia Pembersih
1. Cocamidopropyl Betaine

Sebagai Surfaktan yang membantu membersihkan kulit dan rambut dengan


membantu air bercampur dengan minyak dan kotoran sehingga bisa dibilas. Dalam hal
ini, CAPB berperilaku seperti deterjen (sabun) dan juga ditemukan dalam produk
mandi, produk pembersih kulit, dan produk perawatan rambut, seperti sampo,
kondisioner, dan semprotan. CAPB juga digunakan dalam produk pembersih rumah
tangga, termasuk deterjen, cairan pencuci piring tangan, dan pembersih permukaan
yang keras.
Cocamidopropyl betaine digunakan pada sabun dengan konsentrasi lazim antara
0,005-11% (Cosmetic Ingredient Review, 2010). Pada penelitian ini mengacu pada
penelitian yang dilakukan oleh Burnett (2012) yaitu 3%-10%.
Kelompok Kerja Lingkungan (EWG) mencatat bahwa CAPB tidak terkait dengan
kanker, toksisitas perkembangan, atau toksisitas reproduksi. Namun, ada kekhawatiran
bahwa itu dapat menyebabkan kepekaan kulit melalui kontak. Disarankan untuk
mengaplikasikan produk dalam area luas.
Beberapa orang sensitif terhadap CAPB dan mungkin mengalami gejala terkait
kulit berikut setelah menggunakannya diantaranya sesak, Gatal, Peradangan dan ruam.
Seringkali, gejala-gejala ini sembuh dengan sendirinya ketika individu berhenti
menggunakan produk. Namun, jika mereka tidak membaik, disarankan untuk mencari
perhatian medis. Jika seseorang lebih suka menghindari CAPB, mereka dapat mencari
produk yang malah mengandung coco betaine, yang sangat ringan pada kulit. Coco
betaine juga merupakan surfaktan yang berasal dari kelapa. Namun, tidak seperti
CAPB, ini nabati dan menggabungkan asam lemak dari minyak kelapa dengan betaine
dari bit.
2. Potassium Hydroxide
Potassium Hydroxide adalah bahan kandungan alkali yang bersifat basa dan biasa
digunakan dalam produk kosmetik. Potassium Hydroxide atau kalium hidroksida juga
dapat digunakan sebagai agen pembersih yang paling banyak ditemukan pada produk
sabun. Meskipun begitu, penggunaan dan komposisi Potassium Hydroxide dalam suatu
produk harus sangat diperhatikan karena dapat berisiko memperburuk kondisi kulit.
Manfaat kalium hidroksida (Potassium Hydroxide) yang umumnya terdapat dalam
produk konsumen bertindak sebagai pengatur kadar pH dan pembersih yang digunakan
terutama dalam produk perawatan kulit dan kecantikan seperti sabun. Kadar pH dalam
suatu produk perawatan kulit sendiri merupakan komponen penting karena jika pH
terlalu asam atau basa, maka produk dapat merusak perlindungan pada kulit yang halus.
Kadar pH yang terlalu asam dapat menyebabkan iritasi kulit serta sensasi
menyengat pada kulit. Sementara itu, jika kadar pH terlalu basa juga berbahaya karena
dapat mengurangi lemak alami yang penting bagi kulit. Kadar pH normal pada kulit
biasanya bersifat sedikit asam di antara 4,5-5,75 dan keasaman kulit tersebut biasa
disebut mantel asam atau 'acid mantle' yang diatur oleh kelenjar minyak, kelenjar
keringat, dan flora normal pada kulit.
Potassium Hydroxide yang dikenal memiliki kandungan basa yang sangat kuat ini
juga telah disetujui keamanannya, tetapi secara umum Potassium Hydroxide hanya
memiliki kadar 4,5% dari keseluruhan komposisi produk. Penggunaan produk yang
mengandung Potassium Hydroxide umumnya bisa digunakan di semua jenis kulit,
kecuali yang memiliki alergi atau hipersensitivitas terhadap kandungan ini.
Meksi tergolong aman digunakan pada perawatan kulit, tetapi hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan bahan Potassium Hydroxide dalam konsentrasi yang
lebih tinggi dapat menimbulkan iritasi dan sensitivitas pada kulit. Selain itu, kalium
hidroksida yang pekat dapat menjadi iritan yang kuat dan korosif pada kulit, mata,
saluran pernapasan, dan sistem gastrointestinal (jika tertelan). Tetapi tingkat keparahan
efek samping yang disebabkan oleh kalium hidroksida (Potassium Hydroxide) juga
bergantung pada tingkat konsentrasi, kadar pH, lamanya kontak dengan kulit, serta
jenis kulit yang dimiliki.
Beberapa hal yang harus diperhatikan selama menggunakan produk dengan
kandungan Potassium Hydroxide, antara lain:
a) Hindari penggunaan produk jika Anda memiliki riwayat alergi atau
hipersensitif terhadap kandungan Potassium Hydroxide
b) Produk Potassium Hydroxide hanya boleh digunakan pada kulit luar. Hindari
kontak dengan mata atau kulit yang rusak
c) Komposisi Potassium Hydroxide yang disarankan pada suatu produk adalah
4,5%. Jika lebih, memungkinkan terjadinya iritasi pada kulit

3. PEG-40 Hydrogenated Castor Oil

PEG-40 Hydrogenated Castor Oil adalah bahan ajaib yang banyak digunakan
dalam industri kosmetik dan larut dalam air dan minyak. Warnanya putih hingga
kekuningan dan berbentuk semi padat, hampir seperti pasta. PEG-40 Hydrogenated
Castor Oil berfungsi sebagai emolien, pengemulsi, solubilizer, surfaktan, dan zat
pembersih. Jumlah manfaat yang ditawarkannya membuat minyak jarak terhidrogenasi
menjadi tambahan yang populer untuk produk-produk seperti pelembab, pembersih,
sampo, dan kondisioner.
PEG-40 Hydrogenated Castor Oil aman digunakan pada kulit dan rambut. Ada
beberapa kekhawatiran mengenai keberadaan 1,4-dioksan (yang merupakan
karsinogen) karena pembuatan Minyak Jarak Terhidrogenasi PEG-40 mengalami
etoksilasi. Namun, karena 1,4-dioksan dimurnikan dari bahan akhir, itu bukan sesuatu
yang perlu dikhawatirkan. Juga, itu non-komedogenik dan tidak menyebabkan jerawat.
Ini juga halal dan vegan.
Keamanan minyak jarak terhidrogenasi PEG telah dinilai oleh Panel Ahli Cosmetic
Ingredient Review (CIR). Panel mengevaluasi data ilmiah dan menyimpulkan bahwa
minyak jarak terhidrogenasi PEG-40 aman untuk digunakan dalam kosmetik pada
konsentrasi hingga 100%. Acrylates Copolymer
Produk 03

Bahan Kimia Pembersih


1. Potassium Hydroxide (Lihat pembahasan produk 02 nomor 2)
2. Sodium Laureth Sulfate

Sodium laureth sulfate (SLES) adalah agen atau surfaktan aktif permukaan, yang
sebagian larut dalam air dan sebagian larut dalam minyak. Bahan kimia ini digunakan
sebagai pengemulsi dan agen berbusa dalam produk pembersih kosmetik dan industri
yang umum digunakan. Ini adalah aditif yang memungkinkan produk pembersih
berbusa. Sodium laureth sulfate adalah cairan buram dan kental dan konsistensinya
tergantung pada tingkat konsentrasi. Ini memberikan busa kaya tebal dan
membersihkan rambut. Tindakan menyeluruhnya melarutkan kotoran dan minyak.
Fungsi utama penggunaan SLES dalam sebuah produk adalah untuk menghasilkan
busa yang melimpah pada produk-produk sampo dan sabun. Meski umum digunakan,
namun ternyata ada banyak kontroversi yang ditimbulkan dalam penggunaan SLES di
dalam produk-produk tersebut.
Perhatian utama SLES bergantung dari proses produksinya, dua senyawa ini dapat
terkontaminasi oleh bahan bersifat karsinogenik yang mana bisa menyebabkan kanker,
seperti 1,4-dioxane dan etilen oksida. 1,4-dioxane bisa dihilangkan ketika proses
produksi dengan cara vacuum stripping, namun hingga saat ini, belum ditemukan cara
yang mudah untuk mengetahui apakah seluruh produk yang mengandung SLES sudah
melalui proses ini.
Sampai sekarang, belum ditemukan adanya bukti ilmiah bahwa SLES bersifat
karsinogenik atau dapat diserap oleh tubuh, namun disarankan untuk orang dengan
kulit sensitif untuk menghindari SLS/SLES untuk mencegah iritasi pada kulit. Jumlah
SLES yang kecil namun digunakan 2-3 kali dalam sehari.

3. Cocamidopropyl Betaine (Lihat pembahasan produk 02 nomor 1)


4. PEG-40 Hydrogenated Castor Oil (Lihat pembahasan produk 02 nomor 3)

Produk 04

Bahan Kimia Pembersih


1. Lauryl Hydroxysultaine

Merupakan salah satu agen pembersih yang dapat dijumpai pada produk rumah
tangga seperti sabun, sampo dan lainnya. Penilaian pada Lauryl Hydroxysultaine
diproduksi oleh NICNAS menyimpulkan bahwa bahan ini berbahaya karena potensi
iritasi matanya yang serius; Namun, "Ketika digunakan pada konsentrasi hingga 5%
pada produk kosmetik dan hingga 10% dalam produk pembersih, bahan kimia yang
diberitahukan tidak dianggap menimbulkan risiko yang tidak dapat diterima oleh
publik kesehatan"
Lauryl Hydroxysultaine dianggap sebagai bahan kosmetik berisiko rendah karena
secara efektif digunakan dalam berbagai produk perawatan kulit, perawatan rambut,
dan perawatan pribadi. Jadi dianggap aman untuk aplikasi topikal. Konsentrasi yang
lebih tinggi dari Lauryl Hydroxysultaine dalam produk perawatan rambut mengiritasi
kulit dan mata. Jika Anda menggunakannya untuk pertama kalinya, para ahli
menyarankan untuk melakukan uji terlebih dahulu sebelum menggunakan produk yang
mengandung Lauryl hydroxysultaine untuk memeriksa reaksi alergi.
2. Sodium Laureth Sulfate (Lihat pembahasan produk 03 nomor 2)
3. Potassium Hydroxide (Lihat pembahasan produk 02 nomor 2)

Produk 05

Bahan Kimia Pembersih


1. Disodium distyrylbiphenyl disulfonate

Biasa juga disebut dengan Tinopal CBS-X. Bahan multiguna ini berfungsi sebagai
stabilizer, hair conditioning agent, surfaktan, viscocity (ketebalan) controlling agent
dan UV absorber. Banyak perusahaan perawatan kulit memasarkannya sebagai
pencerah optik, yang menyerap cahaya untuk membuat wajah terlihat lebih putih. Ini
dapat ditemukan dalam produk-produk seperti perawatan anti-penuaan, sabun
batangan, krim mata dan pelembab wajah.
Penelitian yang dilakukan pada hewan telah menunjukkan bahwa penggunaan dosis
rendah bahan ini menyebabkan iritasi dan efek organ. Sebaiknya bagi orang dengan
kulit sensitif hanya menggunakan bahan ini dalam produk pembilasan, atau tidak
menggunakannya sama sekali
Produk 06

Bahan Kimia Pembersih


1. Sodium Laureth Sulfate (Lihat pembahasan produk 03 nomor 2)
2. Cocamidopropyl Betaine (Lihat pembahasan produk 02 nomor 1)
3. Tea-Dodecylbenzenesulfonate

TEA-Dodecylbenzenesulfonate. Abeson TEA oleh Enaspol bertindak sebagai


surfaktan anionik. Ini adalah garam trietanolamin dari asam sulfonat alkilbenzena
linier. Ini menawarkan sifat pembasahan dan pengemulsi.
Dodecylbenzenesulfonate adalah salah satu dari sekelompok garam alkilbenzena
sulfonat yang digunakan dalam kosmetik sebagai agen pembersih surfaktan. Sodium
dodecylbenzenesulfonate larut dalam air dan sebagian larut dalam alkohol, dengan
penyerapan dermal tergantung pada pH. Garam Dodecylbenzenesulfonate tidak
beracun dalam tes hewan oral dan dermal dosis tunggal, dan tidak ada toksisitas
sistemik yang diamati dalam studi hewan dermal dosis berulang.
4. Cocamide Mea

Cocamide Methyl MEA adalah jenis baru surfaktan non-ionik, yang tidak beracun,
iritasi rendah dan memiliki stabilitas yang baik. Cocamide Methyl MEA memiliki
kompatibilitas yang baik dengan berbagai surfaktan, efek viskosifikasi sinergis yang
sangat baik, stabilitas berbusa dan berbusa yang baik.
Cocamide MEA adalah bahan yang mirip dengan Cocamide DEA. Namun, dianggap
lebih aman daripada Cocamide DEA. Bahan ini muncul sebagai zat padat yang
memiliki warna putih pudar. Ini berfungsi sebagai pengental, pengemulsi dan agen
berbusa. Ini sangat meningkatkan efisiensi produk dan dapat ditemukan dalam banyak
formulasi seperti pembersih, pencuci tubuh, kondisioner dan scrub. Dengan kadar
produksi yang disarankan ialah 1-5 %.

Produk 07

Bahan Kimia Pembersih


1. Sodium Stearate

Sodium stearat adalah garam asam lemak yang paling umum dalam sabun saat ini.
Sumber umum dari bahan awal, asam stearat, adalah trigliserida nabati yang diperoleh
dari minyak kelapa dan kelapa sawit dan trigliserida hewani dari lemak. Sodium stearat
adalah jenis surfaktan, yang merupakan agen yang pada dasarnya memudahkan air
untuk mengeluarkan kotoran dari kulit Anda. Efek sampingnya yang mungkin terjadi
ialah iritasi, alergi, dan menyengat. Digunakan sebagai structurant untuk sabun
batangan (5 – 20%) dan sebagai co-emulsifier (<1%).
2. Lauryl Betaine

Lauryl betaine biasanya digunakan sebagai agen permukaan, atau surfaktan. Lauryl
betaine membantu memisahkan minyak dari air, sehingga berguna dalam sampo dan
sabun. Ini sering digunakan sebagai surfaktan dalam kosmetik organik dan alami
seperti sampo, shower gel dan pembersih kulit karena dianggap lebih alami dan lembut
daripada beberapa surfaktan lainnya. The Environmental Working Group memberikan
lauryl betaine skor serendah mungkin 1 untuk 'Bahaya Keseluruhan'. Jika memiliki
reaksi alergi terhadap produk yang mengandung lauryl betaine, kemungkinan salah satu
bahan lain yang menjadi pemicu terjadinya alergi. Umumnya dosis dalam produk ialah
3%.

3. Cocamidopropyl Betaine (Lihat pembahasan produk 01 nomor 2)


4. Myristic Acid

Berfungsi sebagai surfaktan. Persentase rata-rata Myristic Acid dalam pembuat


sabun yang disurvei mencapai 7%. Sebagian besar mencatat 4% hingga 7% Myristic
Acid. Efek samping Ini dapat menyebabkan efek samping seperti iritasi kulit, iritasi
mata, sirup obat batuk, keinginan untuk muntah, kram perut, diare, ruam, reaksi alergi
dan gliserin pencahar-anal. Orang dengan reaksi alergi, penyumbatan pada sistem
pencernaan, sakit perut yang tidak terdiagnosis dan anak-anak di bawah usia 6 tahun
tidak boleh menggunakannya.
5. Stearic Acid

Sebagai surfaktan, asam stearat membantu membersihkan minyak dan


kotoran berlebih dari kulit. Asam stearat menarik kotoran dan minyak dan
memungkinkan mereka untuk dibilas dari kulit. Badan Pengawas Obat dan Makanan
AS memasukkan asam stearat dalam daftar aditif makanan langsung yang dianggap
Umumnya Diakui Sebagai Aman (GRAS). Panel Ahli Tinjauan Bahan Kosmetik,
sebuah kelompok yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi keamanan perawatan
kulit dan bahan kosmetik, mengevaluasi data ilmiah, dan menyimpulkan bahwa asam
stearat aman untuk digunakan dalam produk kosmetik. Umumnya diproduksi dengan
dosis 7 %.

Produk 08

Bahan Kimia Pembersih


1. Titanium Dioxide

fungsi titanium dioksida digunakan untuk memblokir paparan sinar UVA dan UVB
pada tabir surya. Penggunaan tabir surya juga dapat membantu mengurangi risiko
kanker kulit dan reaksi yang terjadi akibat penggunaan beberapa obat, seperti
tetrasiklin, obat sulfa, dan fenotiazin seperti klorpromazin. Dosis titanium dioxide bisa
jadi berbeda-beda pada setiap orang. Hal ini tergantung dari usia, jenis kelamin, tingkat
keparahan penyakit, dan kebutuhan masing-masing orang. Ukuran nanopartikel yang
aman untuk titanium dioksida adalah 0,2-100 nanometer.
FDA di Amerika Serikat, badan yang setara dengan BPOM Indonesia, telah
menyatakan bahwa titanium dioksida aman digunakan sebagai pewarna dalam
makanan, obat-obatan, hingga kosmetik, termasuk tabir surya. Namun, sama seperti zat
pada umumnya, penggunaan titanium dioxide dapat menimbulkan efek samping. Akan
tetapi, reaksinya bisa jadi berbeda-beda, tergantung dari dosis obat, usia, dan daya tahan
tubuh masing-masing orang. Sejumlah efek samping titanium dioxide yang mungkin
terjadi adalah kulit jadi lebih sensitif, kemerahan, atau iritasi. Jika itu terjadi, hentikan
penggunaan produk dan segera cuci bersih kulit dengan air mengalir.

Produk 09

Bahan Kimia Pembersih

1. Stearic Acid (Lihat Pembahasan produk 07 nomor 5)

Produk 10
Bahan Kimia Pembersih
1. Sodium Laureth Sulfate (Lihat pembahasan produk 03 nomor 2)
2. Dimethicone

Dimeticone adalah minyak silikon yang juga dikenal dengan polydimethylsiloxane


(PDMS). Zat ini digunakan sebagai surfaktan, agen antibusa, karminatif (penghilang
gas) dalam produk obat, makanan, dan lubrikan. Dosis pemakaian produk Sebagai krim
5% dan sebagai lotion 1.2%. Efek yang paling sering sering dilaporkan adalah
perubahan yang tidak biasa pada kulit (misalnya, memutih / lembut / basah karena
terlalu banyak basah) dan tanda-tanda infeksi kulit. Efek Yang Jarang Terjadi (beritahu
dokter jika anda mengalaminya) ialah ruam, gatal / bengkak (terutama pada wajah /
lidah / tenggorokan), pusing parah dan kesulitan bernapas

3. Sodium Xylenesulfonate

Surfaktan yang dapat ditemukan terutama dalam sampo, karena kemampuannya


untuk berfungsi sebagai agen pembersih yang membantu formula menyebar lebih
mudah dan memastikan pembersihan yang efisien. Sodium Xylene Sulfonate disetujui
FDA, dan terlihat dalam sampo dan produk lain dalam konsentrasi hingga 10%. Sedikit
berbahaya jika terjadi kontak kulit (iritasi, permeator), kontak mata (iritasi), konsumsi,
Non-korosif untuk kulit. Tidak korosif pada mata. Tidak korosif untuk paru-paru." Ini
mencatat bahwa itu tidak karsinogenik atau mutagenik.
4. Cocamidopropyl Betaine (Lihat pembahasan produk 01 nomor 2)
5. Cocomide Dea (Lihat pembahasan produk 06 nomor 4)

Anda mungkin juga menyukai