Anda di halaman 1dari 17

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
Jalan Kusumanegara, Nomor 157, Fax: (0274) 547042, Telp. (0274) 510062, Yogyakarta 55165
Website: http://psikologi.ustjogja.ac.id, Email: psikologi@ustjogja.ac.id

HUBUNGAN IDE BUNUH DIRI PADA MAHASISWA DENGAN STRES


AKADEMIK

Dosen Pengampu: Andreas Yudha Fery Nugraha,S.Psi.,M.Si

Disusun Oleh:

Hasna Putri Nur Hanifah

2021011050

Metode penelitian kuantitatif

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA

2023
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
Jalan Kusumanegara, Nomor 157, Fax: (0274) 547042, Telp. (0274) 510062, Yogyakarta 55165
Website: http://psikologi.ustjogja.ac.id, Email: psikologi@ustjogja.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mahasiswa adalah siswa yang belajar pada Perguruan Tinggi (Depdiknas,
2012). Mahasiswa mempunyai peranan yang penting untuk mewujudkan cita-cita
pembangunan nasional, sedangkan Perguruan Tinggi merupakan lembaga pendidikan
yang bertanggung jawab serta bertugas untuk mempersiapkan mahasiswa sesuai
dengan tujuan Pendidikan Tinggi. Namun, perguruan tinggi juga dapat penyebab
munculnya stres pada mahasiswa. Pendidikan Strata 1 (S1) seharusnya dapat ditempuh
mahasiswa dalam waktu empat tahun atau delapan semester. Namun, tidak semua
mahasiswa bisa lulus tepat waktu.
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan mahasiswa tidak dapat
menyelesaikan pendidikannya tepat waktu. Menurut Slameto (2015) faktorfaktor yang
mempengaruhi belajar secara umum meliputi faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
Sementara untuk faktor eksternal yaitu faktor keluarga, faktor universitas, dan faktor
masyarakat.
Aziz dan Rahardjo (2013) menyatakan bahwa untuk menyelesaikan
pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa harus menempuh proses pendidikan yang
telah diatur sebagai persyaratan akademik. Menurut Saleh (2014) pada tingkat
pendidikan tinggi, mahasiswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar mengajar
melalui media yang ada, seperti perpustakaan, jurnal, maupun internet. Hampir semua
tugas yang diberikan di pendidikan tinggi umumnya menuntut mahasiswa untuk
mencari literatur dan mengembangkan pola pikirnya sendiri guna penyelesaian tugas
secara efektif (Saleh, 2014). Saleh (2014) juga menyatakan bahwa persyaratan
akademik di pendidikan tinggi bukan sekedar mengikuti perkuliahan saja, tetapi ada
ketentuan-ketentuan lain seperti presentase kehadiran dalam perkuliahan, penyelesaian
tugas-tugas, dan ikut aktif dalam kegiatan akademik lainnya seperti diskusi, presentasi,
mengikuti ujian, serta kuis. Keberhasilan mahasiswa dalam bidang akademik ditandai
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
Jalan Kusumanegara, Nomor 157, Fax: (0274) 547042, Telp. (0274) 510062, Yogyakarta 55165
Website: http://psikologi.ustjogja.ac.id, Email: psikologi@ustjogja.ac.id

dengan prestasi akademik yang dicapai, ditunjukkan melalui Indeks Prestasi Kumulatif
serta ketepatan dalam menyelesaikan studi.
Mahasiswa dituntut untuk dapat menyelesaikan tugas yang diberikan, entah
yang bersifat akademis dan non akademis dengan baik dan mendapatkan hasil yang
memuaskan (Bariyyih & Latifah, 2015). Mahasiswa dituntut untuk dapat mengerjakan
tugas yang diberikan oleh dosen, membaca dan mereview materi sebagai bahan
presentasi, mempersiapkan ujian, melakukan praktikum, dan tugas lain yang dapat
meningkatkan softskill dan hardskill dirinya (Bariyyih & Latifah, 2015). Aziz dan
Rahardjo (2013) juga menyatakan bahwa mahasiswa harus mengikuti kegiatan belajar
mengajar dalam kelas, mengerjakan tugas-tugas mata kuliah, melaksanakan praktikum
dan menempuh ujian untuk memperoleh Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Tuntutan-
tuntutan yang dihadapi mahasiswa tersebut kadangkala dapat menjadi penyebab
munculnya stres pada mahasiswa (Bariyyih & Latifah, 2015). Mahasiswa semester
akhir memiliki banyak tanggung jawab.
Mahasiswa semester akhir harus segera menyelesaikan pendidikannya dengan
mengikuti perkuliahan apabila masih ada mata kuliah yang belum diambil atau perlu
diulang, mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan magang, serta menyelesaikan tugas
akhir yaitu skripsi. Semua tanggung jawab ini merupakan tuntutan akademik yang
harus diselesaikan mahasiswa semester akhir apabila mahasiswa ingin segera
menyelesaikan pendidikannya. Apabila mahasiswa merasa terbebani dengan tanggung
jawabnya tersebut, maka hal ini dapat menyebabkan munculnya stres akademik pada
mahasiswa tersebut.
Kemudian disela kegiatan World Mental Health Day 2019 yang
diselenggarakan Sabtu, 12 Oktober 2019, Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa, Teddy
Hidayat Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia Teddy Hidayat menyatakan
bahwa 30,5% mahasiswa di Bandung mengalami depresi, 20% berpikir serius untuk
bunuh diri dan 6% telah mencoba bunuh diri seperti cutting, loncat dari ketinggian dan
gantung diri (diambil dari regional.kompas.com, 12/10/2019). Teddy Hidayat juga
menyatakan bahwa lebih dari 60% mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan
skripsi mengalami stres (diambil dari regional.kompas.com, 12/10/2019). Kemudian
dalam pada tanggal 4 Oktober 2018, masyarakat dikagetkan oleh aksi seorang pemuda
yang melakukan bunuh diri didepan halaman kampusnya. Pemuda tersebut melompat
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
Jalan Kusumanegara, Nomor 157, Fax: (0274) 547042, Telp. (0274) 510062, Yogyakarta 55165
Website: http://psikologi.ustjogja.ac.id, Email: psikologi@ustjogja.ac.id

dari ketinggian dua puluh dua meter dan merupakan mahasiswa semester akhir.
pemuda tersebut diduga mengalami permasalahan mengenai perkuliahan. (Kurniawan,
2018).
Indonesia sendiri menduduki peringkat ke-159 di dunia dalam data negara
dengan angka bunuh diri tertinggi, dan sebanyak 3,7% dari 10.000 populasi di
Indonesia melakukan bunuh diri tiap tahunnya (Damarjati, 2019). Menurut WHO
Global Health Estimates (dalam Infodatin, 2019), angka kematian akibat bunuh diri di
Indonesia tahun 2016 sebesar 3,4 per 100.000 penduduk, laki-laki (4,8 per 100.000
penduduk) lebih tinggi dibandingkan perempuan 2,0 per 100.000 penduduk. Secara
umum, angka kejadian semakin pada kelompok umur yang lebih tua, kecuali kelompok
umur 20-29 tahun sebesar 5,1 per 100.000 penduduk yang lebih tinggi dibandingkan
pada kelompok umur 30-39, 40-49, dan 50-59 tahun. WHO meramalkan pada 2020
angka bunuh diri di Indonesia secara global menjadi 2,4 per 100.000 jiwa dan
diperkirakan jumlah kematian akibat bunuh diri di Indonesia sekitar 1.800 kasus per
tahun.
Di Indonesia, terdapat kasus bunuh diri yang dilakukan pelajar atau
mahasiswa dengan alasan akademik, seperti nilai raport atau Indeks Prestasi yang tidak
memuaskan, masalah Ujian Nasional, hingga masalah yang berhubungan dengan
skripsi. Data bunuh diri populasi muda di Indonesia belum diketahui secara pasti
jumlahnya. Namun, pemberitaan bunuh diri pada populasi muda semakin marak
diberitakan di berbagai media masa. Salah satunya terjadi di salah satu perguruan
tinggi di Bandung dimana terdapat dua mahasiswa yang tewas bunuh diri (Putra, 2018).
Kedua mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa semester 13 dan diduga mengalami
stres akademik. Mahasiswa tersebut diduga merasa pusing memikirkan masalah
skripsinya, hingga akhirnya memilih untuk bunuh diri. Benny Prawira Siauw, yang
merupakan pendiri sekaligus Kepala Koordinator Into The Light, kelompok pemerhati
pencegahan bunuh diri yang berdiri pada tahun 2013, menjelaskan bahwa hasil
penelitiannya terhadap 284 mahasiswa berusia 18-24 tahun di Jakarta 34,5% punya ide
bunuh diri dalam satu tahun terakhir (Damarjati, 2019).
Kasus-kasus bunuh diri yang terjadi di Indonesia memiliki faktor penyebab
yang beragam. Prestasi yang baik tidak menjamin seseorang tidak akan melakukan
upaya bunuh diri. Dukungan atau tekanan dari orang tua dan lingkungan dapat menjadi
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
Jalan Kusumanegara, Nomor 157, Fax: (0274) 547042, Telp. (0274) 510062, Yogyakarta 55165
Website: http://psikologi.ustjogja.ac.id, Email: psikologi@ustjogja.ac.id

faktor penyebab seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Bunuh diri merupakan
masalah yang kompleks karena bunuh diri tidak diakibatkan oleh alasan tunggal,
namun merupakan interaksi yang kompleks dari faktor biologis, genetik, psikologis,
sosial, budaya dan lingkungan. Penyebab seseorang dapat mengakhiri hidupnya sangat
beragam, seperti kesehatan mental yang tidak baik, kehilangan seseorang yang sangat
dicintai, masalah ekonomi, pergaulan yang tidak baik, masalah asmara, keluarga yang
tidak harmonis masalah akademik, dan sebagainya.
Menurut Anggraeni (2013), hingga saat ini belum ada penelitian ilmiah,
misalnya dari ranah psikologi maupun sosiologi, yang sanggup menjawab pertanyaan
paling mendasar dari fenomena bunuh diri secara memuaskan, yaitu apa yang
menyebabkan manusia berani mengakhiri hidupnya. Menurut Kurniawan (2019) setiap
manusia pasti akan menuju kematian, dan hal tersebut tidak bisa dihindari oleh
siapapun yang dihidup di dunia ini. Ada hidup pasti ada mati. Kematian merupakan
berhentinya kehidupan atau pemberhentian dinamika manusia. Hidup identik dengan
bergerak, aktif, tumbuh, dan berkembang, dan apabila manusia mengalami kematian,
manusia tidak akan lagi bergerak, aktif dan berkembang. Hidup memang mempunyai
banyak hambatan atau halangan yang siap untuk menghadang. Manusia harus bisa
melewati permasalahan yang ada, tetapi terdapat beberapa orang yang tidak tahan
terhadap cobaan tersebut, sehingga seseorang memilih untuk mengakhiri hidupnya saja
daripada hidup dengan penuh cobaan hidup. Tidak sedikit orang di seluruh dunia yang
melakukan hal tersebut (Kurniawan, 2019). Menurut World Health Organization
(WHO, 2021) mencatat bahwa ada 703.000 orang yang bunuh diri setiap tahunnya.
Menurut Muhith (2015) bunuh diri merupakan suatu upaya yang disadari dan
bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, dengan individu secara sadar berhasrat dan
berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Substance Abuse and Mental Health
Services Administration (SAMHSA, 2020) menyatakan bahwa bunuh diri adalah
kematian yang disebabkan oleh perilaku untuk melukai diri sendiri dengan niat untuk
mati sebagai akibat dari perilaku tersebut. Bunuh diri juga dapat disebut sebagai suatu
perbuatan atau tindakan yang disengaja untuk menghancurkan atau membunuh diri
sendiri. Upaya bunuh diri merupakan salah satu cara seseorang berteriak meminta
tolong kepada orang lain. Maka dari itu, seseorang yang melakukan upaya bunuh diri
memiliki perasaan ambigu antara keinginan untuk hidup dan keinginan untuk mati.
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
Jalan Kusumanegara, Nomor 157, Fax: (0274) 547042, Telp. (0274) 510062, Yogyakarta 55165
Website: http://psikologi.ustjogja.ac.id, Email: psikologi@ustjogja.ac.id

Menurut Bridge, Goldstein, dan Brent (2006) mengenai terminologi bunuh


diri, ide bunuh diri mengacu pada pikiran untuk menyakiti atau membunuh diri sendiri.
Kemudian percobaan bunuh diri adalah suatu tindakan destruktif yang tidak fatal dan
dilakukan sendiri dengan maksud eksplisit untuk mati. Sedangkan bunuh diri adalah
suatu tindakan destruktif yang fatal dan dilakukan sendiri dengan niat eksplisit atau
tersirat untuk mati. Bunuh diri mengacu pada semua perilaku dan pikiran yang
berhubungan dengan bunuh diri termasuk menyelesaikan atau mencoba bunuh diri, ide
bunuh diri atau komunikasi. Suicide ideation atau bisa disebut dengan ide bunuh diri
merupakan ide individu untuk melakukan bunuh diri, namun hal tersebut hanya sebatas
pikiran dan belum dilakukan (Nolen-Hoeksema, 2014).
Klonsky dan May (2014) mengemukakan teori baru tentang kaitan antara ide
bunuh diri dan tindakan bunuh diri yang disebut The Three-Step Theory (3ST) atau
teori tiga langkah. Tiga Langkah dalam 3ST yaitu: pertama, ide bunuh diri yang
dihasilkan dari kombinasi rasa sakit (entah fisik maupun psikologis) dan keputusasaan.
Kedua, keterhubungan antara kepedihan dan keputusasaan yang dialami individu.
Ketiga, yaitu berkembangnya ide ke upaya untuk melakukan percobaan bunuh diri.
Dari teori tiga langkah (3ST) dapat diketahui bahwa ide bunuh diri merupakan langkah
awal sebelum terjadinya percobaan atau tindakan bunuh diri. Oleh karena itu peneliti
memilih variabel ide bunuh diri untuk diteliti dalam penelitian ini. Hal ini karena ide
bunuh diri dapat berlanjut menjadi percobaan bunuh diri di kemudian hari. Ketika
seseorang memiliki pemikiran untuk bunuh diri, maka orang tersebut sedang
mempertimbangkan serta merencanakan untuk melakukan tindakan bunuh diri. Hal ini
mungkin terjadi karena ia menganggap bunuh diri merupakan jalan keluar atas
permasalahan yang dihadapinya saat ini. Dengan mengetahui dan memahami apa yang
menyebabkan seseorang memiliki ide bunuh diri, maka pemahaman tersebut dapat
membantu untuk menentukan langkah yang tepat untuk mencegah seseorang yang
memiliki ide bunuh diri berlanjut menjadi percobaan bunuh diri.
Pratiwi dan Undarwati (2014) mengungkapkan bahwa munculnya pikiran
bunuh diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu masalah keluarga, percintaan,
tekanan psikologis, masalahan yang dihadapi, kurang perhatian, masalah di sekolah,
pertemanan, harga diri rendah, tekanan sosial dan ekonomi, bosan hidup, putus asa,
kesehatan yang buruk, kematian seseorang, takut masa depan, dan kegagalan.
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
Jalan Kusumanegara, Nomor 157, Fax: (0274) 547042, Telp. (0274) 510062, Yogyakarta 55165
Website: http://psikologi.ustjogja.ac.id, Email: psikologi@ustjogja.ac.id

Kegagalan dalam bidang akademik dapat menyebabkan pelajar mengalami stres


akademik karena merasa kesejahteraan dirinya terancam akibat adanya tuntutan-
tuntutan akademik untuk mendapatkan nilai yang diinginkan serta mempertahankan
nilai yang sudah dicapai.
Menurut Mahmud dan Uyun (2016) stres merupakan salah satu reaksi atau
respon psikologis manusia saat dihadapkan pada hal-hal yang dirasa telah melampaui
batas atau dianggap sulit untuk dihadapi. Sarafino dan Smith (2014) mendefinisikan
stres sebagai kondisi saat individu merasa tidak mampu menghadapi tuntutan-tuntutan
dari lingkungannya, sehingga individu merasa tegang dan tidak nyaman. Menurut
Nakalema dan Ssenyonga (2013) menyatakan bahwa stres akademik disebabkan oleh
harapan yang tinggi, informasi yang berlebihan, tekanan akademik, ambisi yang tidak
realistis, peluang yang terbatas, dan daya saing yang tinggi.
Gaol (2016) mengungkapkan bahwa dalam lingkungan akademik, stres
merupakan pengalaman yang paling sering dialami oleh para siswa, baik yang sedang
belajar di tingkat sekolah ataupun di perguruan tinggi. Hal tersebut dikarenakan
banyaknya tuntutan akademik yang harus dihadapi, misalnya ujian, tugas-tugas, dan
lain sebagainya. Bagi mahasiswa semester akhir, penyusunan skripsi merupakan
tuntutan akademik yang harus diselesaikan karena skripsi digunakan sebagai salah satu
prasyarat bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana. Proses penyusun skripsi
begitu panjang dan rumit, serta membutuhkan biaya, tenaga, waktu, dan perhatian yang
tidak sedikit. Herdiani (2012) menyebutkan bahwa keterlambatan dalam penyelesaian
skripsi menjadi penyebab munculnya dampak seperti kecemasan, stres, perubahan
perilaku, bahkan depresi.
Bagi beberapa mahasiswa semester akhir, mengulang mata kuliah juga
merupakan tuntutan akademik agar dapat segera menyelesaikan pendidikannya. Karena
tuntutan-tuntutan akademik inilah, mahasiswa dapat mengalami stres akademik.
Tekanan dan ekspektasi yang didapat mahasiswa dari lingkungan, orang tua, maupun
diri sendiri semakin meningkat dan hal inilah yang dapat membuat mahasiswa
memiliki stres yang berat dan memungkinkan mahasiswa memiliki ide untuk bunuh
diri. Mahasiswa merasa kesejahteraan dirinya terancam akibat adanya tuntutan-tuntutan
akademik untuk mendapatkan nilai yang diinginkan serta mempertahankan nilai yang
sudah dicapai.
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
Jalan Kusumanegara, Nomor 157, Fax: (0274) 547042, Telp. (0274) 510062, Yogyakarta 55165
Website: http://psikologi.ustjogja.ac.id, Email: psikologi@ustjogja.ac.id

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh, penelitian ini penting dilakukan


karena setelah peneliti mencari data-data dan juga referensi untuk topik ini, peneliti
menyadari bahwa topik ini minim sekali diteliti di Indonesia, terutama mengenai
permasalahan stres akademik dengan ide atau percobaan bunuh diri. Hal ini mungkin
disebabkan karena bunuh diri merupakan hal yang tabu dan kontroversial untuk
dibahas. Walaupun kasus ini jarang terjadi di Indonesia, tetapi kasus bunuh diri atau
percobaan bunuh diri akibat stres akademik pernah terjadi di Indonesia.
Selain itu, setelah mencari data-data dan juga referensi untuk penelitian ini,
peneliti juga menyadari bahwa penelitian dengan subjek penelitian mahasiswa semester
akhir masih minim diteliti. Dengan menghubungkan mahasiswa semester akhir sebagai
subjek penelitian dengan variabel stres akademik dan ide bunuh diri akan memberikan
pengetahuan baru mengenai topik tersebut. Oleh karena itu subjek dalam penelitian ini
dispesifikasikan mahasiswa yang berada di semester 8-14. Hal inilah yang membuat
peneliti menjadi tertarik untuk meneliti topik ini. Berdasarkan hal-hal yang telah
dibahas, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif serta
memberikan pengetahuan baru mengenai hubungan antara stres akademik dengan ide
bunuh diri pada mahasiswa semester akhir.

B. Batasan Masalah
Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya
penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih terarah
dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan tercapai.

C. Rumusan Masalah
1. Apa faktor yang berpengaruh terhadap stress akademik yang dialami mahasiswa?
2. Apa dampak terhadap stress akademik?
3. Kenapa banyak mahasiswa bunuh diri?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ialah untuk mengetahui hubungan ide bunuh diri pada mahasiswa
dengan stres akademik.
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
Jalan Kusumanegara, Nomor 157, Fax: (0274) 547042, Telp. (0274) 510062, Yogyakarta 55165
Website: http://psikologi.ustjogja.ac.id, Email: psikologi@ustjogja.ac.id

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dalam ilmu
psikologi, terutama bidang klinis, sosial dan pendidikan mengenai hubungan ide bunuh diri
pada mahasiswa dengan stres akademik
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru bagi masyarakat tentang
stres yang dihadapi mahasiswa di perkuliahan dan reliensinya dengan ide bunuh diri. Peneliti
berharap agar melalui hasil penelitian ini, para mahasiswa lebih mengenali dirinya sendiri
dan mampu melakukan penanganan stres, alih-alih melakukan aksi bunuh diri saat merasa
stres terhadap perkuliahan.
Peneliti juga berharap, agar melalui informasi dalam penelitian ini, masyarakat dapat
memberikan dukungan lebih kepada anggota keluarga atau orang disekitar yang mengalami
stres akademis. Lebih dari itu, peneliti juga berharap agar hasil penelitian ini dapat
memberikan pertimbangan kepada kampus-kampus untuk lebih mempertimbangkan
kesehatan mental para mahasiswa, salah satunya dengan menyediakan jasa konseling pada
kampus bahkan fakultas
F. Keaslian Penelitian
1. Keaslian Topik
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah luput dari permasalahan. Relasi
dengan lingkungan, beban yang didapatkan dari tugas-tugas, serta kendala dalam
pemenuhan kebutuhan merupakan gambaran umum dari permasalahan yang dialami
individu. Masalah-masalah yang dialami tersebut bisa menyebabkan tekanan dan membuat
individu mengalami stres. Stres merupakan gangguan pada tubuh dan pikiran yang
disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan (Vincent Cornelli, dalam Jenita DT
Donsu, 2017).
mahasiswa juga kerap kali memiliki masalah dalam proses akademis. Tuntutan IPK,
tugas-tugas yang dirasa terlalu berat, hingga tuntutan-tuntutan kurang realistis dari
orangtua terkait dengan nilai dan prestasi akademis mahasiswa di perkuliahan memberikan
beban tersendiri pada para mahasiswa. Wilks (2008) mendefinisikan stres akademik sebagai
hasil dari kombinasi antara tuntutan akademis yang tinggi dengan kemampuan
menyesuaikan diri yang rendah. Lebih lanjut, Govaerts & Gregoire (2004) menyatakan
bahwa stres akademik adalah kondisi individu yang mengalami tekanan yang bersumber
dari persepsi dan penilaian mahasiswa tentang stressor akademi
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
Jalan Kusumanegara, Nomor 157, Fax: (0274) 547042, Telp. (0274) 510062, Yogyakarta 55165
Website: http://psikologi.ustjogja.ac.id, Email: psikologi@ustjogja.ac.id

2. Keaslian Teori
Stres akademik yang terus berlangsung dapat berujung pada ide bunuh diri. Arun
dan Chavan (2009) menyebutkan bahwa ada keterkaitan antara stres akademis dengan ide
bunuh diri dan tindakan menyakiti diri sendiri. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ang dan
Huan (2006) juga mengungkapkan hal yang serupa bahwa stres akademis berkorelasi
dengan depresi dan ide bunuh diri. Penelitian terdahulu terkait stress akademis dengan ide
bunuh diri juga dilakukan oleh oleh Grace Angel dkk (2021). Penelitian tersebut dilakukan
pada 250 mahasiswa keperawatan Universitas Swasta yang ada di Tangerang dengan
rentang usia 18- 24 tahun dengan hasil yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
tingkat stres dengan ide bunuh diri pada mahasiswa yang signfikan dengan p value 0,048
dan nilai korelasi positif antara tingkat stres dan ide bunuh diri yang berarti semakin tinggi
tingkat stres maka ide bunuh diri juga meningkat begitu juga sebaliknya
3. Keaslian Instrumen/Alat Ukur
Instrumen yang digunakan untuk mengukur bunuh diri yaitu back scale for
suicide.stres akademik alat ukur yang digunakan Gadzella’s student life stress
inventory.
4. Keaslian subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah kebamyakan mahasiswa memiliki stress atau depresi
dengan masalah yang dihadapi mahasiswa tersebut sehingga memicu untuk kepikiran
bunuh diri
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
Jalan Kusumanegara, Nomor 157, Fax: (0274) 547042, Telp. (0274) 510062, Yogyakarta 55165
Website: http://psikologi.ustjogja.ac.id, Email: psikologi@ustjogja.ac.id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penjelasan tentang Variabel Tergantung


1. Pengertian Variabel Tergantung
Bunuh diri adalah
Bunuh diri (Suicide), memiliki arti dalam bahasa latin “sui” yang berarti
diri sendiri (self), dan “cide” yang berarti membunuh (kill), sehingga suicide
adalah membunuh diri sendiri. Munith (2015) berpendapat, bunuh diri
merupakan suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri hidup,
dimana individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya
untuk mati. Bunuh diri juga diartikan sebagai kematian yang disebabkan oleh
luka, keracunan atau mati lemas yang memiliki adanya cidera yang disebabkan
oleh diri sendiri dan tindakan tersebut dilakukan untuk mengakhiri hidup sendiri
(CDC dalam Nolen - hoeksema, 2014).
Email Durkheim, seorang sosiolog dari Perancis, memandang bunuh diri
sebagai masalah sosial, dan tertarik dengan fakta sosial, seperti kelompok
religius dan partai daripada aspek psikologis atau biologisnya. Sementara Freud,
seorang ahli psikologi, berpendapat bahwa individu yang memiliki keinginan
untuk bunuh diri memiliki perasaan marah kepada orang lain yang tidak dapat
diungkapkan sehingga akhirnya perasaan tersebut berbalik ke diri sendiri.
Selaras dengan pendapat Freud, teori psikodimanik (Nevid dkk, 2003) turut
menjelaskan bahwa individu dengan perilaku bunuh diri tidak akan
mengekspresikan perasaan marah
2. Aspek-Aspek Variabel Tergantung
Menurut Beck (1979) terdapat tiga aspek bunuh diri yang diukur dalam skala ide
bunuh diri, antara lain :
1. Keinginan pasif untuk bunuh diri.
Keinginan pasif untuk bunuh diri mencakup adanya perasaan yang
mampu untuk melakukan upaya bunuh diri, adanya keberanian untuk
melakukan upaya bunuh diri, dan adanya upaya menyembunyikan ide atau
rencana bunuh diri.
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
Jalan Kusumanegara, Nomor 157, Fax: (0274) 547042, Telp. (0274) 510062, Yogyakarta 55165
Website: http://psikologi.ustjogja.ac.id, Email: psikologi@ustjogja.ac.id

2. Rencana spesifik bunuh diri


Adapun komponen ini mencakup adanya keinginan untuk melakukan
suatu upaya bunuh diri dan memiliki pemikiran tentang rencana bunuh diri.
3. Keinginan aktif untuk bunuh diri
Keinginan aktif untuk bunuh diri meliputi adanya keinginan untuk
mati, adanya keinginan untuk melakukan tindakan bunuh diri,dan memiliki
alasan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
G. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Variabel Tergantung
Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang
melakukan tindakan bunuh diri, seperti ;
1. Religi
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
4. Profesi
5. Doktrin
6. Usia
Hal-hal ini memaksa seseorang untuk melakukan bunuh diri. Rasa frustasi,
ambivelensi dan perasaan sedih dari hal-hal tersebut menyebabkan seseorang memiliki
pikiran untuk bunuh diri. Kartono (2000) menjelaskan bahwa tindakan melakukan bunuh
diri banyak terjadi di usia pubertas, remaja akhir hingga usia pertengahan
B. Penjelasan tentang Variabel Bebas
1. Pengertian Variabel Bebas
Menurut Potter & Perry (2015), stres merupakan suatu respon dalam
menyelesaikan masalah dan tantangan kehidupan yang dialami setiap orang sebagai
bentuk adaptasi untuk tetap bertahan. Lebih lanjut, Hardjana (1994) memaparkan bahwa
stres juga dapat dikatakan sebagai suatu keadaan atau kondisi yang muncul akibat
ketidakmampuan seorang yang mengalami stres dalam menghadapi stressor, baik yang
nyata maupun yang tidak nyata, antara keadaan dan sumber daya biologis, psikologis, dan
sosial yang ada pada orang tersebut. Stressor adalah stimulus dari luar yang dapat
memunculkan atau menjadi penyebab stress bagi seseorang. Masalah-masalah keluarga,
pertemanan, perceraian, percintaan, keuangan bahkan masalah dalam akademis dapat
menjadi sumber stres
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
Jalan Kusumanegara, Nomor 157, Fax: (0274) 547042, Telp. (0274) 510062, Yogyakarta 55165
Website: http://psikologi.ustjogja.ac.id, Email: psikologi@ustjogja.ac.id

2. Aspek-Aspek Variabel Bebas


Menurut Sun, Dunne, Hou, dan Xu (2011) terdapat lima aspek stres
akademik, yaitu:
a) Tekanan Belajar
Tekanan belajar berkaitan dengan tekanan yang dialami individu
ketika sedang belajar di sekolah dan di rumah. Tekanan yang dialami oleh
individu dapat berasal dari orang tua, teman sekolah, ujian di sekolah serta
jenjang pendidikan yang lebih tinggi
b) Beban Tugas
Beban tugas berkaitan dengan tugas yang harus dikerjakan oleh
individu di sekolah. Beban yang dialami individu berupa pekerjaan rumah (PR),
tugas di sekolah dan ujian/ulangan.
c) Kekhawatiran terhadap Nilai
Aspek ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk memperoleh
ilmu pengetahuan baru. Aspek ini juga berkaitan dengan proses kognitif
individu. Individu yang sedang mengalami stres akademik akan sulit untuk
berkonsentrasi, mudah lupa dan terdapat penurunan kualitas kerja.
d) Ekspektasi Diri
Ekspektasi diri berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
memiliki harapan atau ekspektasi terhadap dirinya sendiri. Seseorang yang
memiliki stres akademik akan memiliki ekspektasi yang rendah terhadap dirinya
sendiri seperti merasa selalu gagal dalam nilai akademik dan merasa selalu
mengecewakan orang tua dan guru apabila nilai akademik tidak sesuai dengan
yang diinginkan.
e) Keputusasaan
Keputusasaan berkaitan dengan respon emosional seseorang ketika ia
merasa tidak mampu mencapai target/tujuan dalam hidupnya. Individu yang
mengalami stres akademik akan merasa bahwa dia tidak mampu memahami
pelajaran serta mengerjakan tugas-tugas di sekolah.
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
Jalan Kusumanegara, Nomor 157, Fax: (0274) 547042, Telp. (0274) 510062, Yogyakarta 55165
Website: http://psikologi.ustjogja.ac.id, Email: psikologi@ustjogja.ac.id

3. Karakteristik Subjek Penelitian


Subjek dalam penelitian ini merupakan individu dengan kriteria:
- Mahasiswa aktif di Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia
- Mahasiswa yang mengalami stress akademik

4. Dinamika Psikologi hubungan antar Variabel


Menurut teori tiga langkah Klonsky dan May (2014) dijabarkan bahwa
ide bunuh diri dihasilkan dari kombinasi rasa sakit (entah fisik maupun
psikologis) dan keputusasaan, keterhubungan antara kepedihan dan
keputusasaan, serta berkembangnya ide ke upaya untuk melakukan percobaan
bunuh diri. Hal ini berarti keputusasaan yang disebabkan oleh stres akademik,
apabila dikombinasikan dengan rasa sakit fisik atau psikologis, dapat menjadi
awal munculnya ide bunuh diri pada mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki ide
bunuh diri maka akan memiliki keinginan dan rencana untuk melakukan
tindakan bunuh diri, serta memikirkan respon orang lain ketika seseorang
melakukan tindak bunuh diri.
O’Connor dan O’Connor (2003) menyatakan bahwa apabila faktor
kerentanan psikologi (psychological vulnerability), apabila diaktifkan oleh stres,
dapat mengakibatkan ketegangan psikologi (psychological distress), dalam hal
ini dapat menyebabkan munculnya ide bunuh diri atau percobaan bunuh diri.
Kemudian menurut Seon Uk dan Mi Kyeong (2018) menyatakan bahwa
mahasiswa rentan berpikir untuk bunuh diri secara emosional sebagai bentuk
jalan pintas untuk menyelesaikan masalah. Zulaikha dan Febriyani (2018)
menyatakan bahwa kebanyakan perilaku bunuh diri muncul karena keinginan
untuk melarikan diri dari perasaan yang tidak tertahankan. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa apabila mahasiswa mengalami kerentanan psikologi yang
terjadi karena adanya stres, hal tersebut dapat memicu mahasiswa untuk berpikir
bahwa bunuh diri merupakan jalan keluar bagi permasalahan yang membuatnya
stres saat ini.
Gambar 1. Kerangka Berpikir......
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
Jalan Kusumanegara, Nomor 157, Fax: (0274) 547042, Telp. (0274) 510062, Yogyakarta 55165
Website: http://psikologi.ustjogja.ac.id, Email: psikologi@ustjogja.ac.id

5. Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan antara ide bunuh diri dengan stress akademik semakin
tinggi ide bunuh diri dan sebaliknya semakin rendah sres akademik nya

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi variabel variabel penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian dan teori yang telah dijelaskan,maka variabel
penelitian ini adalah:
1. Variabel Tergantung (Y) : Bunuh diri
2. Variabel bebas (X) : Stres akademik
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Bunuh diri
Bunuh diri adalah salah satu kegawatdarutatan psikiatri yang
merupakan sebuah perilaku dalam mengakhiri kehidupannya. Perilaku ini
disebabkan karena faktor stress yang tinggi dan bekepanjangan dan individu
tersebut dianggap gagal dalam mekanisme koping menghadapi permasalahan
yang ada (Stuart, 2009). Tindakan bunuh diri merupakan sebuah keadaan
dimana individu bertindak melakukan sesuatu yang bertujuan menyakiti dirinya
sendiri bahkan tindakan tersebut dapat mengancam nyawanya sendiri. Perilaku
destruktif ini dimaksudkan untuk mengakhiri kehidupannya di dunia dan
dilakukan dengan waktu yang singkat dan disengaja bahkan individu tersebut
tau akibat dari perilakunya. Tindakan ini merupakan salah satu cara untuk
mengekspresikan stres yang dialaminya (Azizah, 2016)
2. Stres akademik
Secara umum stres adalah reaksi psikologis seseorang terhadap
tantangan dalam hidup yang membebani kehidupan seseorang dan tidak sesuai
dengan harapan seseorang tersebut sehingga mengganggu kesejahteraan hidup
(Mumpuni & Wulandari, 2010). Santrock (2003) mengatakan bahwa stres
merupakan respon seseorang terhadap suatu kejadian yang memicu stres yang
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
Jalan Kusumanegara, Nomor 157, Fax: (0274) 547042, Telp. (0274) 510062, Yogyakarta 55165
Website: http://psikologi.ustjogja.ac.id, Email: psikologi@ustjogja.ac.id

tidak dapat dihadapi oleh individu. Kemudian, stres akademik merupakan stres
yang ditimbulkan dari tuntutan akademik yang melampaui kemampuan adaptasi
dari individu yang mengalaminya (Wilks, 2008). Desmita (2010) mengatakan
bahwa stres akademik merupakan respon peserta didik terhadap tuntutan
sekolah yang menekan yang menimbulkan perasaan tidak nyaman, ketegangan
dan perubahan tingkah laku. Stres akademik merupakan respon yang muncul
karena terdapatnya ketegangan yang disebabkan oleh tuntutan akademik yang
harus dikerjakan oleh individu (Olejnik & Holschuh, 2007).
C. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Yogyakarta pada penelitian ini
karakteristik subjek secara khusus yaitu :
1. mahasiswa jogjakarta
2. umur 21 tahun
3. Domosili yogyakarta
Berdasarkan karakteristik diatas,maka peneliti menggunakan teknik sampling
berupa non probability sampling dengan menggunakan purposive sampling.
D. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data ini adalah menggunakan metode skala. Skala yang
digunakan adalah skala bunuh diri dan skala stres akademik.model skala yang
digunakan dalam penelitian adalah model skala likert yaitu alat ukur psikologis
yang berupa pertanyaann yang mengungkapkan indikator peneliti.
E. Validitas dan Realibilitas
1. Validitas
Penelitian ini menggunakan validitas isi, melalui analisis rasional terhadap isi
tes atau yang disebut dengan profesional judgement. Pengujian ini melihat
sejauh mana aitem tes dapat mewakili aspek keseluruhan variabel yang diukur.
2. Realibilitas
Reabilitas adalah keterpercayaan atau konsistensi hasil ukur yang mengandung
makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran tinggi rendahnya reabilitas
secara empiris ditunjukan oleh koefisien reabilitas. Perhitungan reabilitas
menggunakan teknik Alpha cronbach melalui program SPSS.
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
Jalan Kusumanegara, Nomor 157, Fax: (0274) 547042, Telp. (0274) 510062, Yogyakarta 55165
Website: http://psikologi.ustjogja.ac.id, Email: psikologi@ustjogja.ac.id

F. Teknik Analisis Data


Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif,sehingga metode
analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan korelasi produk momen
untuk mencari apakah ada hubungan ide bunuh diri pada mahasiswa dengan stres
akademik.

DAFTAR PUSTAKA
Sun, J., Dunne, M.P., Hou, X., & Xu, A. (2011). Educational stress scale for adolescents:
development, validity, and reliability with Chinese students. Journal of
Psychoeducational Assessment 29(6), 534-546,
https://doi.org/10.1177%2F0734282910394976.
Klonsky, E. D., & May, A. M. (2015). The Three-Step Theory (3ST): A new theory of
suicide rooted in the “ideation-to-action” framework. International Journal of
Cognitive Therapy, 8, 114-129,
https://psycnet.apa.org/doi/10.1521/ijct.2015.8.2.114.
O'Connor, R. C. & O'Connor, D. B. (2003). Predicting hopelessness and psychological
distress: The role of perfectionism and coping. Journal of Counseling
Psychology, 50, 362-372, https://psycnet.apa.org/doi/10.1037/0022-
0167.50.3.362.

Anda mungkin juga menyukai