Anda di halaman 1dari 9

Sintesis Biodiesel dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia Catappa

Linn.) yang berasal dari Tumbuhan di Kampus UI Depok


Wahyudi Priyono Suwarso*, Iza Yulia Gani dan Kusyanto
Laboratorium Kimia Organik-Departemen Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam-Universitas Indonesia
Depok 16424, Indonesia
e-mail: wps@ui.edu

Abstrak

Telah dilakukan sintesis Biodiesel dengan bahan dasar minyak biji Ketapang (Terminalia
catappa Linn.), dengan tujuan utama adalah untuk menurunkan viskositas atau kekentalan
minyak nabati. Biodiesel tersebut berupa metil ester asam lemak penyusun trigliserida minyak
biji ketapang, yang dibuat dengan mereaksikan minyak biji ketapang dengan larutan KOH-
alkoholis dan metanol, dengan perbandingan mol antara minyak biji ketapang : larutan KOH-
alkoholis : metanol = 1,0 : 0,21 : 12,0, pada suhu 65qC dengan waktu reaksi 2 jam dan dengan
pengadukan menggunakan pengaduk magnit. Dari reaksi trans-esterifikasi tersebut, akan
dihasilkan metil ester asam lemak sebanyak 74,52% dihitung dari jumlah mol rata-rata (Mr)
minyak biji ketapang yang direaksikan. Hasil uji karakteristik terhadap biodiesel yang dihasilkan
menunjukkan, bahwa biodiesel dari minyak biji ketapang mendekati karakteristik minyak diesel
no. 2-D, yang biasa digunakan pada mesin-mesin industri dan kendaraan berat.

Kata kunci : Biodiesel, minyak biji ketapang, metanol, reaksi trans-esterifikasi

Abstract

It has been synthesized biodiesel by using ketapang seed oil (Terminalia catappa L.) as starting
material, with the aim to decrease the viscosity of vegetable oil. This biodiesel is actually a
methyl ester of fatty acid formed triglyceride of ketapang seed oil. This biodiesel is made by
reaction between ketapang kernel oil, KOH-alcoholic solution and methanol with mole fraction
of ketapang kernel oil : KOH-alcoholic solution : methanol = 1.0 : 0.21 : 12, at the reaction
temperature of 65qC for 2 hours by stirring with magnetic stirrer. From this trans-esterification
reaction can be yielded methyl ester of fatty acid in 74.52% from the average mole (Mr) of the
reacted ketapang seed oil. The characteristic test for biodiesel from ketapang seed oil showed
that the synthesized biodiesel closed to the characteristic of diesel oil no. 2-D, that normally used
for industrial machinery and heavy vehicle.

Key words : Biodiesel, ketapang seed oil, methanol, trans-esterification reaction

1. PENDAHULUAN surya, tenaga angin, tenaga gelombang air laut,


dan biomassa perlu digiatkan.
Dewasa ini, minyak bumi masih berperan Kebutuhan akan bahan bakar dengan
sebagai sumber daya energi dan bahan bakar mutu yang baik, merupakan konsekuensi dari
utama dalam negeri. Seiring dengan kesadaran masyarakat, yang mulai peduli akan
pertumbuhan penduduk di Indonesia, konsumsi efisiensi dan kesehatan lingkungan.Bahan bakar
bahan bakar yang berasal dari minyak bumi, yang baik, selain dapat meningkatkan kinerja
sistem mesin, juga diharapkan mampu
makin terus meningkat dari tahun ke tahun.
meningkatkan efisiensi dan dapat mengurangi
Sementara itu, cadangan minyak bumi
efek-efek negatif yang ditimbulkan oleh
Indonesia makin menipis, sehingga substitusi penggunaan bahan bakar tersebut.
bahan bakar yang berasal dari minyak bumi Dalam beberapa tahun terakhir, telah
perlu dicari. Oleh karena itu, pemanfaatan banyak dilakukan penelitian, yang tujuannya
energi alternatif lainnya, seperti tenaga air, gas untuk mencari bahan bakar yang dapat
alam, batu bara, tenaga panas bumi, tenaga diperbarui (renewable energy resources).

44
Beberapa contoh di antaranya adalah Bagian dari tanaman ini hampir seluruhnya
penggunaan minyak nabati dalam bentuk metil dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
esternya, misal dari minyak kelapa sawit, manusia. Air rebusan akarnya dapat digunakan
sebagai pencampur minyak diesel (Masjuki & untuk mengobati beser (sering kencing) dan
Zaki, 1995). Metil ester dari minyak biji radang selaput lender usus. Kulit kayu dan
Putarnjiva roxburghii (Euphorbiaceae) juga daunnya dapat digunakan untuk menyamak
telah diteliti penggunaannya sebagai campuran kulit, sebagai bahan pencelup kain dan untuk
minyak diesel (Nag et al., 1995), dan beberapa membuat tinta serta dapat digunakan sebagai
penelitian penggunaan minyak nabati lainnya obat sariawan, karena kandungan taninnya
sebagai biodiesel, karena mempunyai indeks tinggi. Di Papua Nugini air perasan daun bunga
setana (cetane index) yang cukup tinggi ketapang yang dicampur dengan air minum,
(Kalayasiri, 1996). digunakan sebagai sterilisasi pada wanita. Inti
Minyak nabati dan bentuk metil esternya, biji buah ketapang dapat dimakan mentah,
merupakan alternatif sebagai bahan bakar rasanya gurih seperti buah kenari. Inti biji buah
diesel, yang lebih dikenal sebagai biodiesel, ketapang ini digunakan sebagai obat penggiat
artinya bahan bakar diesel yang bukan berasal fungsi kelenjar susu (mempercepat produksi air
dari minyak bumi tetapi berasal dari bahan susu) dan memperlancar buang air besar.
hayati dan dapat terbarui (tumbuhan dan
hewan). Biodiesel untuk pertama kalinya
digunakan oleh Rudolf Diesel pada tahun 1900
(Noureddini et al., 1998), yang digunakan
untuk mengoperasikan mesin bakar dengan
menggunakan bahan bakar minyak kacang
(earthnut oil). Biodiesel merupakan bahan
bakar yang ramah lingkungan, tidak
mengandung belerang, sehingga dapat
mengurangi kerusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh hujan asam (rain acid).
Penelitian yang lain juga menyebutkan, bahwa
biodiesel yang mempunyai indeks setana cukup Gambar 1. Tumbuhan ketapang (Terminalia
tinggi, dapat menurunkan emisi Nitrogen catappa L.), ranting, daun dan buah.
Oksida (NOx) (Knote et al., 1998).
T. catappa Linn. (ketapang) merupakan Di dalam dunia tumbuhan, T. catappa
pohon pantai dengan daerah penyebarannya Linn., diklasifikasikan sebagai berikut
cukup luas. Berasal dari daerah tropis di India, (Tjitrosoepomo, 1989): Divisio:
kemudian menyebar ke Asia Tenggara, Spermatophyta; Subdivisio: Angiospermae;
Australia Utara dan Polynesia di Samudra
Kelas: Dicotyledonae; Ordo: Myrtales; Family:
Pasifik. Pohon ini merontokkan daunnya dua
Combretaceae; Genus:Terminalia; Spesies:
kali dalam satu tahun, yaitu pada bulan Januari-
Terminalia catappa L.
Februari-Maret dan pada bulan Juli-Agustus-
Dari penelitian Kusyanto (1998) dan
September. Selain tumbuh secara liar di pantai,
pohon ini sering ditanam sebagai pohon
Priyono Suwarso et al. (1999) telah berhasil
peneduh di dataran rendah. Oleh karena itu, diekstraksi minyak biji ketapang (warna:
pohon ketapang juga ditanam sebagai pohon kuning pucat, sebelum dimurnikan, dan
hias di kota-kota. Pohon ketapang ini juga menjadi kuning bening setelah dimurnikan) dari
merupakan salah satu jenis pohon peneduh, buah biji ketapang yang tumbuh di kampus UI
baik di kampus UI Salemba maupun di Depok dengan rendemen sekitar 55% dari berat
sepanjang jalan lingkar Kampus UI Depok. biji keringnya. Komposisi asam lemak
Di Indonesia pohon ketapang dikenal penyusun trigliseridanya, terdiri dari asam:
dengan beberapa nama: ketapang (Indonesia & palmitat (27,9%), palmitoleat (8,6%), stearat
Jawa), geutapang (Aceh), hatapang (Batak), (4,3%), oleat (38,0%) dan linoleat (21,0%),
katapieng (Sumatra Barat), katapang (Bali), dan selain itu terdapat 2 asam lemak baru yang
Salrise (Sulawesi) dan kalis (Irian Jaya). strukturnya belum dapat dipastikan (0,2%).

45
Syarat utama yang harus dimiliki oleh c. Kekentalan (Viskositas)
bahan bakar diesel adalah harus segera menyala
Adalah penentuan tahanan cairan untuk
dan terbakar dengan baik, sesuai dengan
mengalir pada suhu tertentu yang
kondisi yang terdapat di dalam ruang bakar.
ditetapkan. Kekentalan ini perlu diketahui,
Sifat pembakaran bahan bakar diesel berbeda
karena berpengaruh terhadap kemudahan
menurut kecepatan putaran dan beban mesin
mengalir dan sistem injeksi. Penentuan
diesel, dimana bahan bakar diesel tersebut
viskositas dilakukan dengan metoda ASTM
dipergunakan. Sesuai dengan tipe mesin,
D-445 (1990)
terdapat beberapa tingkatan/jenis bahan bakar
diesel (Allinson, 1973; Subardjo, 1980), yaitu d. Panas Pembakaran (Nilai Kalor), ASTM D-
1. No.1-D, merupakan bahan bakar diesel yang 1551 (1966)
digunakan untuk mesin diesel dengan Adalah jumlah panas/kalor yang
kecepatan tinggi. dihasilkan, bila bahan bakar diesel terbakar
2. No.2-D, merupakan bahan bakar diesel yang sempurna, dan dinyatakan dalam satuan
digunakan untuk mesin industri dan kalori atau Joul per kilogram (kal/kg atau
kendaraan berat J/kg)
3. No.4-D, merupakan bahan bakar diesel yang
digunakan untuk mesin kecepatan rendah b. Berat Jenis
dan menengah dengan kecepatan tetap Berat jenis bukan merupakan suatu indikasi
terhadap mutu, tetapi dapat memberikan
Bahan bakar diesel yang baik, harus suatu gambaran mengenai mutu, jika
memenuhi beberapa karaktristik (Allinson, dihubungkan dengan pengujian lain. oAPI
1973), antara lain: Gravity adalah merupakan fungsi berat
a. Angka setana (Cetane number) jenis yang lazim digunakan di USA.
Adalah angka pengujian mesin dari suatu
bahan bakar diesel, yang menggambarkan 141,5
sifat kelambatan pembakaran (ignation API Gravity = •••••••• - 131,5
delay). Angka setana yang tinggi Berat jenis 60/60oF
menandakan makin pendek kelambatan
pembakaran, dan berarti makin sedikit c. Distilasi (Sifat Penguapan), ASTM D-86
jumlah bahan bakar diesel yang terdapat di (1996)
dalam ruang bakar saat terjadi pembakaran.
Adalah kemudahan suatu cairan berubah
Angka setana diperoleh dengan jalan
menjadi gas. Faktor ini memegang peranan
membandingkan kesamaan sifat pembakaran
penting dalam nilai campuran udara dan
suatu bahan bakar motor diesel pada motor
bahan bakar diesel pada saat terjadi
uji dengan sifat pembakaran campuran
penyalaan di ruang bakar motor diesel
setana (n-heksadekana) yang mempunyai
angka setana = 100, dengan D- g. Kadar Belerang
metilnaftalena, yang mempunyai angka Senyawaan belerang adalah senyawaan
setana = 0. yang tidak diinginkan terkandung di dalam
b. Indeks setana bahan bakar diesel. Baik belerang bebas
maupun senyawaan belerang, jika terbakar
Angka setana dapat juga dihitung dengan
akan membentuk gas belerang dioksida
suatu rumus tertentu, yang hasilnya dikenal
(SO2), yang selanjutnya akan bereaksi
sebagai indeks setana. Indeks setana dapat
dengan air yang dihasilkan dari pembakaran
ditentukan dengan ASTM D-976 melalui
bahan bakar diesel membentuk asam sulfit,
berat jenis dan suhu ketika 50% bahan bakar
yang dengan mudah teroksidasi menjadi
diesel menguap (mid-boiling point) atau
asam sulfat. Baik asam sulfit maupun
melalui angka penyabunan dan angka jod
asam sulfat bersifat korosiv terhadap
dari bahan bakar diesel, yaitu metode AOCS
logam.
(Krisnangkura, 1986).

46
Tabel 1. Spesifikasi Bahan Bakar Diesel Berdasarkan ASTM D-975 (1990)

No. Karakteristik Jenis Bahan Bakar Diesel Metode


No. 1-D No. 2-D No. 4-D Pengujian
01. Angka Setana*, min. 45 40 30 ASTM D-613
o
02. Berat Jenis pada 60/60 F, min. 0,82 0,84 - ASTM D-1298
maks. 0,87 0,92 -
03. Suhu Distilasi (oC) pada ASTM D-38
90% volume distilat, min. - 282 -
maks. 288 338 -
04. Viskositas kinematik pada
100oF (cSt.) min. 1,3 1,9 5,5 ASTM D-445
maks. 2,4 4,1 24,0
05. Titik Nyala (oC) min. 38 52 55 ASTM D-56
o
06. Titik Tuang ( C) min. 18,3 18,3 - ASTM D-97
07. Panas Pembakaran (MJ/kg), min. 45,30 42,70 - ASTM D-240
08. Kandungan:
a. Air (%vol.) maks. 0,05 0,25 0,75 ASTM D-95
b. Sedimen (% berat) maks. 0,01 0,02 0,15 ASTM D-473
c. Belerang (%berat) maks. 0,5 0,5 2,0 ASTM D-1551
d. Residu karbon pada 10%
residu (%berat) maks. 0,15 0,35 - ASTM D-189
e. Abu (%berat) maks. 0,01 0,01 0,01 ASTM D-482
Jika penentuan angka setana dengan ASTM D-613 tidak dapat dilakukan, maka digunakan penentuan indeks
setana (ASTM D-976, 1990)

2. METODE PENELITIAN digiling sampai halus dalam bentuk serbuk, dan


diesktrasi secara sinambung dengan Soxhlet,
Bahan dan Alat
menggunakan n-heksana sebagai pelarut
Bahan baku yang digunakan dalam pengesktraksi, pada suhu 80oC selama 24 jam.
penelitian adalah biji ketapang yang tumbuh di Ekstrak kasar yang berisi minyak biji ketapang
sekitar kampus UI Depok. Pelarut n-heksan dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat, disaring,
untuk mengekstrak minyak biji ketapang. dan pelarutnya diuapkan pada vakum
Na2SO4 anhidrat untuk mengeringkan, NaOH evaporator. Rendemen minyak biji ketapang
dan metanol untuk sintesis biodiesel, HCl untuk yang diperoleh, ditentukan secara
menetralkan lapisan ester. penimbangan.
Peralatan yang digunakan terdiri dari
Sintesis Biodiesel
satu set alat Soxhlet, oven, labu leher tiga,
pendingin Leibigh, corong pisah, rotary Ke dalam labu bulat leher tiga yang
evaporator dan peralatan untuk uji karakteristik dilengkapi dengan termometer dan pendingin
biodiesel. balik Liebig, dimasukkan NaOH dalam metanol
dan minyak biji ketapang (mol minyak : mol
Ekstraksi Minyak Biji Ketapang (Yulia CH3OH : mol NaOH = 1 : 12 : 0,21). Campuran
Gani, 2000) reaksi diaduk dengan pengaduk magnit
(magnetic stirrer) dan dipanaskan pada suhu
Biji ketapang dikeluarkan dari
80oC selama 2 jam. Setelah reaksi selesai,
tempurung bijinya, dan kemudian dikeringkan
campuran reaksi didinginkan pada suhu kamar,
di bawah sinar matahari selama 4 hari serta
dan selanjutnya dituangkan ke dalam labu
dipanaskan di dalam oven pada suhu 40oC
corong pisah, didiamkan untuk beberapa waktu
selama 6 jam, sampai dicapai berat yang
agar terjadi pemisahan antara gliserol (lapisan
konstan. Selanjutnya biji ketapang tersebut
bawah/fraksi air) dan ester (lapisan atas/fraksi

47
organik). Lapisan ester dipisahkan dari lapisan kering adalah sekitar 56% dan warnanya kuning
gliserol., dan berikutnya lapisan ester tua. Selanjutnya terhadap minyak biji ketapang
dinetralkan dengan larutan HCl encer serta hasil ekstraksi dilakukan analisis fisiko-kimia,
dicuci dengan air. Metil ester yang terkumpul yang meliputi penentuan: Bilangan asam,
dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat, dan sisa Bilangan penyabunan, Bilangan Iod dan
metanol diuapkan pada rotatory evaporator. Komposisi asam lemak penyusun trigliserida
minyak biji ketapang. Hasil analisis fisiko-
Uji Karakteristik Biodiesel
kimia ditampilkan pada Tabel 2.
Uji karakteristik biodiesel meliputi : Penggunaan langsung minyak nabati untuk
o
x Penentuan Berat Jenis pada 60/60 F dan bahan bakar akan menimbulkan beberapa
API Gravity pada 60oF. masalah. Masalah tersebut, terutama
x Penentuan titik didih pertengahan (mid- berhubungan dengan tingginya viskositas
boiling point) minyak nabati. Bahan bakar yang mempunyai
x Penentuan Indeks Setana menggunakan viskositas terlalu tinggi, tidak akan mudah
metode ASTM-976: teratomisasi dalam ruang pembakaran mesin,
Indeks Setana = 0,49083 + 1,06577 (x) – oleh karena partikel-partikel bahan bakar
0,0010552 (x)2 tersebut terlalu besar. Akibatnya, pembakaran
dimana: x = 97,833 (log B)2 + 2,208 (log B) bahan bakar di dalam ruang pembakaran mesin
0,0124 (G)2 – 423,51 (log B) - 4,7808 (G) + menjadi tidak sempurna dan menyebabkan
419,59 terjadinya asap (Karaosmanoglu et al.,1996).
B = titik didih pertengahan, oF; G = API Oleh karena itu, penurunan viskositas bahan
Gravity bakar merupakan suatu langkah yang paling
x Penentuan Indeks Setana dengan metode tepat dalam pemecahan masalah tersebut. Jalan
AOCS (American Oil Chemist Society) yang paling tepat diambil, adalah mengubah
(Krisnangkura, 1986) bentuk trigliserida (triasilgliserol) menjadi
Indeks Setana = 46,3 + 5458/x – 0,225 y bentuk metil esternya melalui reaksi
dimana: x = bilangan Penyabunan; transesterifikasi dengan metanol (CH3OH)
y = bilangan Iod yang dipercepat oleh adanya katalis basa
4). Penentuan Viskositas Kinematik maupun asam. Beberapa faktor yang
5). Penentuan Panas/Kalor Pembakaran mempengaruhi reaksi transesterifikasi antara
lain: waktu reaksi, suhu reaksi, jenis katalis,
3. HASIL DAN PEMBAHASAN kecepatan pengadukan dan perbandingan mol
zat awal dan katalis. Mekanisme reaksi
Minyak biji ketapang kasar yang transesterifikasi dengan penggunaan basa
dihasilkan dari ekstraksi serbuk biji ketapang sebagai katalis, ditampilkan pada Gambar 2.

Tabel 2. Hasil Analisis Fisiko-Kimia Minyak Biji Ketapang (T. catappa Linn.)
No. Jenis Analisis Hasil Analisis
01. Fisika
a. Berat jenis (g/mL) 0,923
b. Indeks Bias (K) 1,4752
c. Titik leleh (oC) 17
02. Kimia
a. Bilangan Asam (mg KOH/g minyak) 6,00
b. Bilangan Penyabunan 207,61
(mg KOH/ g minyak)
c. Bilangan Iod (g I2/100 mg 45,21
minyak)
d. Bilangan Peroksida 3,20
(meq O2/kg minyak)
d. Komposisi asam lemak As. Palmitat (C16:0): 35,26; As. Palmitoleat (C16:1):
penyusun trigliserida 0,38; As. Stearat (C18:0): 4,55; As. Oleat (C18:1): 38.72;
(% relatip komposisi) As. Linoleat (C18:2): 20,57; As. Arakhidat (C20:0): 0,51
dan lain-lain: 0,01

48
Dari mekanisme reaksi transesterifikasi basa, bersifat reaksi satu arah, dan bukan suatu
tersebut terlihat, bahwa 1 mol triasilgliserol reaksi kesetimbangan (reversible). Selanjutnya,
(minyak) akan bereaksi dengan 3 mol basa garam asam lemak akan bereaksi dengan 3 mol
(proses saponifikasi), menghasilkan 1 mol metanol, melalui mekanisme reaksi substitusi
gliserol dan 3 mol garam asam lemak nukleofilik tetrahedral, membentuk 3 mol metil
(sabun) yang larut dalam alkohol (metanol). ester asam lemak dan 3 mol basa (March &
Garam asam lemak yang terbentuk, dapat Smith, 2001). Jelas disini kelihatan bahwa 3
mengalami proses struktur resonansi (I), mol basa pada awal reaksi memang
sehingga hal tersebut menyebabkan, mengapa ditambahkan pada reaksi, dan pada akhir reaksi
reaksi transesterifikasi yang dikatalisis oleh tetap ada.

O
O H2C O C R H2C OH O
O O
_ _ _
+ 3 OH _
R' C O CH O HC OH + R C O + R' C O + R" C O
garam asam lemak (sabun), yang larut
H2C O C R" H2C OH dalam alkohol
gliserol
R = (=)
/ R' = (=)
/ R" , triasilgliserol
_ _ _
O O O O
_ _ _
3 R C O 3 R C O
_ 3 R C O + 3 HOCH3 3R C O
+
I +O
mekanisme reaksi substitusi H3C H
_ nukleofilik tetrahedral
O O
_
3 R C OH 3 R C OCH3 + 3 OH
II. metilester asam lemak
OCH3

Gambar 2. Mekanisme reaksi transesterifikasi pembentukan metil ester asam lemak dari triasilgliserol yang
dikatalisis oleh basa (KOH)

Hal tersebut adalah sesuai dengan definisi dari tersebut tidaklah terlalu sulit, cukup dengan
katalis, yang mengatakan bahwa katalis adalah dekantasi. Rendemen metil ester asam lemak
zat yang ditambahkan dalam reaksi dalam (biodiesel) dari minyak biji ketapang yang
jumlah kecil, yang akan mempercepat dan ikut diperoleh dari penelitian ini adalah 74,52%.
dalam proses reaksi serta berfungsi terutama Rendemen tersebut masih kurang begitu baik,
mempercepat tercapainya kesetimbangan jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
reaksi, namun demikian, baik pada awal- oleh Dianingtyas (2002), yang menggunakan
maupun pada akhir reaksi tetap ada dalam minyak bekas dari restoran siap saji sebagai
lingkungan reaksi (Vollhardt & Schore, 1995). bahan dasarnya, dengan rendemen 95,0%.
Dalam penelitian ini, jumlah metanol (alkohol) Pengujian karakteristik untuk biodiesel
yang ditambahkan cukup banyak berlebih (12,0 dari minyak biji ketapang yang dilakukan,
equimolar). Hal ini dimaksudkan agar garam meliputi penentuan berat jenis, sifat penguapan,
asam lemak yang terbentuk dan seharusnya indeks setana, viskositas dan panas
berupa padatan (sabun) dalam fasa air, akan pembakaran, dan dilakukan pada Laboratorium
tetap larut di dalam alkohol (satu fasa/fasa Uji Bahan Bakar-P3TMGB-LEMIGAS,
homogen), sehingga reaksi transesterifikasi Cipulir, Jakarta Selatan. Sedangkan uji
akan berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, karaktristik yang lain tidak dilakukan, oleh
pada reaksi transesterifikasi, dari 1 mol karena uji karakteristik yang telah disebutkan,
triasilgliserol (trigliserida/minyak), akan merupakan uji karakteristik utama dalam
dihasilkan 1 mol gliserol yang berada di fasa penentuan kualitis suatu bahan bakar diesel.
air, dan 3 mol metil ester asam lemak Hasil uji kharakteristik biodiesel dari minyak
(biodiesel) yang berada di fasa organik, biji ketapang, ditampilkan pada Tabel 3. Dari
sehingga pemisahan kedua produk. reaksi hasil uji karakteristik yang telah dilakukan, bila

49
dibandingkan dengan persyaratan bahan bakar bahan baker yang berasal dari minyak nabati,
diesel no. 2-D yang biasanya digunakan pada karena tidak memperhatikan faktor
mesin-mesin industri dan kendaraan berat ketidakjenuhan asam-asam lemak pembentuk
(heavy vehicle), ternyata kharakteristiknya trigliseridanya. Biodiesel yang mempunyai
hampir mendekati. kandungan asam
Pada penelitian ini, pengukuran indeks lemak tidak jenuh (unsaturated fatty acid)
setana, selain menggunakan menggunakan
cukup tinggi, yang tercermin dari Bilangan Iod-
metoda ASTM D-976, juga dilakukan dengan
nya, akan mudah teroksidasi dan
metoda AOCS dari hasil penelitian
Krisnangkura et al .(1996), yang menyatakan terpolimerisasi pada waktu terjadi pembakaran
bahwa rumus penentuan indeks setana menurut pada ruang bakar mesin diesel. Kedua reaksi
ASTM D-976 yang memasukkan faktor titik tersebut tidak diinginkan, karena akan dapat
didih pertengahan dan berat jenis, untuk mempersingkat waktu penyimpanan dan
mengukur indeks setana produk-produk minyak mempercepat pembentukan gum pada sistem
bumi (petroleum), adalah kurang tepat untuk bahan bakar biodiesel.

Gambar 3. Penentuan indeks setana dengan menggunakan metoda AOCS (Krisnangkura et


al.,1996)

50
Hasil uji panas pembakaran biodiesel dari 4. ASTM D-975, Standard Spesification for
minyak biji ketapang Kampus UI-Depok, tidak Diesel Fuel Oils, (1990), Annual Book of
memasukkan faktor koreksi untuk panas ASTM Standard, Section 5.
pembentukan H2SO4, karena secara umum 5. ASTM D-976, (1990), Standard Method
kandungan belerang (S) pada bahan bakar for Calculated Cetane Index of Distillate
diesel yang berasal dari minyak nabati pada Fuels, Annual Book of ASTM Standards,
umumnya sangat kecil sekali atau sama sekali Section 5.
tidak ada (Noureddini, 1998) 6. Dianingtyas, (2002), Skripsi Sarjana
Secara umum dapat dikatakan, bahwa Kimia, Departemen Kimia Fakultas
spesifikasi biodiesel minyak biji ketapang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam-
Kampus UI-Depok telah mendekati spesifikasi Universitas Indonesia, Depok.
bahan bakar diesel no. 2-D. Memang dalam 7. F. Karaosmanoglu, A. Akdag, K.B.
hal ini dapat diinformasikan, bahwa pengujian Cigizolu, (1996), Biodiesel from Rapeseed
secara langsung biodiesel minyak biji ketapang Oil of Turkish Origin as an Alternative
pada mesin diesel belum dilakukan, oleh Fuel, App. Biochem. and Biotech., 61;
karena untuk uji langsung tersebut dibutuhkan 251-265.
jumlah biodiesel dari minyak biji ketapang 8. G. Knothe, M.O. Bagby, T.W. Ryan,
yang cukup banyak. (1998), A Possible Explanation for
Differing Cetane Number, J.A.O.C.S.,
4. KESIMPULAN 75(8) 1007-1013.
9. G. Tjitrosoepomo, (1998), Taksonomi
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik
Tumbuhan Spermatophyta, Cetakan kedua,
kesimpulan sebagai berikut:
UGM-Press, Yogyakarta.
1. Rendemen minyak biji ketapang (T.
10. H. Masjuki, A.M. Zaki, (1995),
catappa Linn.) Kampus UI-Depok adalah
Dynamometer Evaluationand Engine Wear
56% dari serbuk biji keringnya.
Characteristic of Palm Oil Diesel
2. Rendemen metil ester asam lemak
Emulsion, J.A.O.C.S., 72(8); 905-909.
(biodiesel) minyak biji ketapang Kampus
11. H. Noureddini, D. Harkey, V.
UI-Depok melalui reaksi transesterifikasi
Medikonduru, (1998), A Continuous
adalah 74,52%.
Process for the Conversion of Vegetable
3. Spesifikasi biodiesel dari minyak biji
Oils into Methyl Esters of Fatty Acids,
ketapang Kampus UI-Depok, secara
J.A.O.C.S. 75(12), 1775-1783.
umum, mendekati spesifikasi bahan bakar
12. J.P. Allison, (1973), Criteria for Quality of
diesel no. 2-D, yang biasa digunakan pada
Petroleum Products, Applied Science
mesin-mesin dengan kecepatan putar
Publisher Ltd., London.
sedang dan rendah (mesin untuk industri
13. K. Krisnangkura, (1986), Simple Method
dan mesin kendaraan berat).
for Estimation of Cetane Index of
Vegetable Oil Methyl Esters, J.A.O.C.S.,
DAFTAR PUSTAKA 63(4); 552-553.
1. ASTM D-1551, (1996), Standard Method of 14. K.P.C. Vollhardt, (1995), N.E. Schore,
Test for Heat of Combustion of Liquid Organische Chemie, Zweite Auflage,
Hydrocarbon Fuels by Bomb Calorimeter, VCH-Verlagschemie, Weinheim, New
Annual Book of ASTM Standard, Section York, Basel.
5. 15. Kusyanto, (1998), Skripsi Sarjana Kimia,
2. ASTM D-445, (1990), Standard Test Jurusan Kimia-Fakultas Matematika dan
Method for Kinematic Viscosity of Ilmu Pengetahuan Alam-Universitas
Transparent, Annual Book of ASTM Indonesia, Depok.
Standards, Section 5, 16. March, M.B. Smith, (2001), March’s
3. ASTM D-86, (1996), Standard Test Advanced Organic Chemistry: Reactions,
Method for Distillation of Petroleum Mechanisms, and Structure, 5th ed., A
Product, Annual Book of ASTM Wiley-Interscience Publication, New
Standards, Section 5. York, Weinheim, Singapore and Toronto.
17. Nag, S. Bhattacharya, K.B. De, (1995),
New Utilization of Vegetable oil for Use as

51
Diesel Fuels, J.A.O.C.S., 72(12), 1591- Ketapang (Terminallia catappa Linn.)
1593. yang Tumbuh di Kampus UI Salemba dan
18. P. Kalayasiri, N. Jeyashoke, K. Depok, Prosiding Seminar Nasional Kimia
Krisnangkura, (1996), Survey of Seed Oils Bahan Alam Ul-UNESCO, Depok, 482-
for Use as Diesel Fuels, J.A.O.C.S., 73(4); 488 (ISBN: 979-8768-02-7).
471-474 21. Yulia Gani, (2000), Skripsi Sarjana Kimia,
19. P. Subardjo, (1980), Penentuan Sifat-Sifat Jurusan Kimia-Fakultas Matematika dan
Minyak Bumi, Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam-Universitas
Teknologi Minyak dan Gas Bumi, Indonesia, Depok.
Lemigas, Jakarta.
20. W. Priyono Suwarso, Kusyanto, I. Yulia
Gani, (1998), Ekstraksi Minyak Biji

52

Anda mungkin juga menyukai