Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fangky Christina Indraguna

Npm : 41151010200073
Matkul : Hukum Peradilan Pidana

ANALISIS PADA PASAL 8 UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1981

Berdasarkan pertimbangan yang sudah dijelaskan dalam UU No. 8 Undang-undang


Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara
hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak
asasi manusia serta yang menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya sehingga perlunya hukum acara dalam pembangunan hukum nasional
di bidang hukum acara pidana adalah agar masyarakat menghayati hak dan kewajibannya
dan untuk meningkatkan pembinaan sikap para pelaksana penegak hukum sesuai dengan
fungsi dan wewenang masing-masing ke arah tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan
terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban serta kepastian hukum demi
terselenggaranya negara hukum sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena
itu perlu mengadakan undang-undang tentang hukum acara pidana untuk melaksanakan
peradilan bagi pengadilan dalam lingkungan peradilan umum dan Mahkamah Agung dengan
mengatur hak serta kewajiban bagi mereka yang ada dalam proses pidana, sehingga
dengan demikian dasar utama negara hukum dapat ditegakkan.
Dalam Pasal 8 UU No. 1981 Tentang Hukum Acara Pidana yang berbunyi :
(1) Penyidik membuat berita acara tentang pelaksanaan tindakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 dengan tidak mengurangi ketentuan lain dalam
undang-undang ini.
(2) Penyidik menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum.
(3) Penyerahan berkas perkara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan: a.
pada tahap pertama penyidik hanya menyerahkan berkas perkara; b. dalam hal
penyidikan sudah dianggap selesai, penyidik menyerahkan tanggung jawab atas
tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum.

Dalam Pasal tersebut menjelaskan tentang penyidik dimana penyidik membuat berita
acara pelaksanaan tindakan dan menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum,
dalam pasal ini menjelaskan tata cara pembuatan berkas dan penyerahan berkas laporan
kepolisian dan tidak ada penjelasan mengenai perlindungan korban dalam tindakan
kejahatan. Oleh karena itu perihal mengenai perlindungan korban kejahatan sudah memiliki
Undang-undang sendiri yaitu Undang - undang No. 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-undang No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban. Di dalam
pertimbangan dalam UU No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban
menjelaskan bahwa untuk meningkatkan upaya pengungkapan secara menyeluruh suatu
tindak pidana, khususnya tindak pidana transnasional yang terorganisasi, perlu juga
diberikan perlindungan terhadap saksi pelaku, pelapor, dan ahli.
Sehingga dalam kesimpulan di antara kedua UU ini yaitu UU no. 8 Tahun 1981
merupakan hukum Acara Pidana dimana hanya membahas mengenai tata cara dalam
persidangan mulai dari penyelidikan, penyidikan, penangkapan, penggeledahan serta
hukuman - hukuman yang berlaku bagi pelanggar hukum pidana. Menurut pendapat saya
dalam UU ini sudah cukup efektif mengenai tata cara peradilan dan bisa dilihat dari
pertimbangan UU Perlindungan saksi dan korban dalam pengungkapan kejahatan ini telah
memakai hukum acara pidana dalam pengungkapan kebenaran.

Anda mungkin juga menyukai