Anda di halaman 1dari 5

I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Indonesia merupakan negara maritim, di dalamnya terdapat banyak
keanekaragaman hayati dan fauna air. Baik perairan tawar atau laut, keduanya
menawarkan keindahan alam beserta mahluk yang hidup di dalamnya. Salah
satunya adalah ikan hias, di laut atau perairan tawar terdapat banyak jenis ikan hias
yang dapat dipelihara. Ikan hias termasuk kedalam sektor pertanian pada subsektor
perikanan. Akan tetapi tidak termasuk kedalam golongan ikan konsumsi. Ikan hias
memiliki ciri khasnya sendiri dari bentuk dan warna yang muncul. Pada dasarnya
ikan hias merupakan komoditas pertanian yang sifatnya eksklusif. Artinya tidak
semua kalangan menginginkannya,
Ikan hias hanya akan menarik pasar orang-orang yang menggemarinya.
Meskipun seperti itu penggemar ikan hias masih relatif sangat banyak digemari,
segmen pasar ikan hias terdiri dari anak-anak sampai orang dewasa. Memelihara
ikan hias tidak begitu sulit, ada banyak cara untuk melakukan pemeliharaan pada
komoditas ikan hias. Kita dapat memelihara ikan hias pada akuarium, kolam kecil,
maupun kolam besar. Ikan hias yang paling banyak dibudidayakan adalah ikan hias
air tawar. Ikan hias air tawar merupakan jenis ikan hias yang habitat alaminya di air
tawar. Tujuan pemeliharaan ikan hias air tawar ada dua yaitu untuk hiburan dan
untuk mendapatkan keuntungan. (Dwiky, 2021)
Secara dominan masyarakat Indonesia lebih cenderung memelihara ikan hias
dari perairan tawar. Alasannya karena ikan air tawar lebih mudah untuk dipelihara
bahkan di budidayakan. Banyak jenis ikan hias air tawar yang sering kita jumpai
seperti, ikan koi, ikan mas koki, ikan kumpay, ikan cupang, cana, peacock bass,
arwana, arapaima, dan lain-lain. Selain itu harganya relatif lebih beragam dan
memiliki kecenderungan lebih murah. Salah satu ikan hias yang paling digemari
adalah ikan koi.
Jenis ikan hias yang banyak diminati yaitu ikan mas koi mencapai 26,29%
diikuti oleh ikan arwana merah, ikan mas koki, ikan cupang hias dan ikan cupang
laga (BRBIH, 2020). Tingginya permintaan terhadap ikan mas koi mendorong para
pembudidaya untuk meningkatkan usaha budidaya ikan mas koi. Hal tersebut
dikarenakan ikan koi memiliki warna yang beragam, corak sisik yang berwarna-
warni sesuai jenis terutama pada punggungnya, gerakannya lincah dan ikan ini juga
termasuk ikan hias yang mudah dipelihara (Serli, 2021)
Ikan koi Cyprinus carpio merupakan ikan hias yang memiliki nilai ekonomis
yang tinggi baik di pasar domestik maupun pasar mancanegara. Ikan ini memiliki
variasi dan pola warna yang indah. Pola warna pada setiap individu koi tidak pernah
sama persis dengan yang lainnya. Kelebihan lain dari ikan koi adalah pola dan
warna koi dapat berubah sesuai umur, cuaca atau musim. Warna koi yang ada pada
tubuh koi antara lain putih, merah, hitam, biru, kuning, coklat, emas, dan perak.
Keadaan ini menyebabkan usaha budidaya ikan koi berkembang dan memiliki
prospek yang baik di masa yang akan datang.
Warna merupakan salah satu alasan ikan hias diminati oleh masyarakat,
sehingga pembudidaya perlu mempertahankan warna ikan hias, yaitu dengan cara
memberikan pakan yang mengandung pigmen warna. Warna pada ikan disebabkan
adanya sel kromatofora yang terdapat pada bagian kulit dermis. Karotenoid adalah
komponen alami utama pembentuk pigmen warna yang memberikan pengaruh
cukup baik pada warna merah dan oranye (Yuli dan Asri, 2019).
Tingginya minat masyarakat terhadap ikan koi, harus direspon dengan cepat
oleh para petani ikan koi. Selain responsif terhadap jumlah permintaan produk. Para
petani juga harus respon terhadap spesifikasi kualitas ikan. Bentuk, warna, dan
kesehatan ikan akan menjadi suatu permintaan pasar. Hal tersebut akan menjadi
sebuah peluang sekaligus tantangan bagi para petani ikan koi dalam melaksanakan
usahataninya. Dalam menjalankan usahatani yang ideal tentunya para petani
memerlukan rekomendasi teknis budidaya dan rincian pembiayaan yang sesuai.
Petani Ikan Koi di Kota Tasikmalaya masih belum mendominasi. Bahkan para
penjual ikan hias di Kota Tasikmalaya mereka mengadakan pengadaan barang dari
luar kota. Terutama dari Kabupaten Suka bumi dan Kota Malang. Meskipun ada
beberapa ikan petani ikan koi di Kabupaten Tasikmalaya, akan tetapi kualitas ikan
koi yang mereka tawarkan masih belum mampu memenuhi ekspetasi pasar. Salah
satu petani yang ada di Kota Tasikmalaya terdapat di Perum Cisalak. Jenis ikan koi
yang dibudidayakan adalah koi jenis impor dari Jepang. Indukan yang dimiliki pada
petani ini terbilang premium.
Persoalan yang dialami oleh petani di Perum Cisalak adalah belum memiliki
standar operasional prosedur (SOP) pembudidayaan yang jelas. Selain itu rincian
pembiayaan pada usahatani ikan koi di Perum Cisalak belum begitu diperhatikan.
Melalui penelitian ini akan dilakukan pengkajian terhadap teknis budidaya dan
perincian biaya untuk usahatani ikan koi pada satu kali proses produksi.
II METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian


Tempat penelitian dilakukan di usahatani ikan koi di Perum Cisalak, Kelurahan
Nagarasari Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya. Adapun alasan pemilihan lokasi
ini dikarenakan komoditas ikan koi masih jarang dibudidayakan secara masiv
namun dapat menghasilkan keuntungan yang besar, kemudian untuk saat ini cara
penjualannya melalu jaringan internet/secara online dan jaringan komunitas.
Sedangkan waktu penelitian akan dilakukan pada bulan desember 2022.

2.2 Teknik Pengambilan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer, yaitu data
yang langsung didapat dari sumber data dengan cara interview (wawancara) dan
observasi.Observasi dilakukan dengan datang dan melihat langsung ke lokasi
usaha, sehingga akan diperoleh fakta berdasarkan pengamatan penulis, sedangkan
wawancara dilakukan melalui tanya jawab dengan pemilik usaha dan pihak-pihak
yang terkait. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil kajian pustaka atau
peneliti terdahulu yang erat kaitannya dengan objek penelitian ini.

2.3 Pendekatan Masalah


Menghasilkan suatu hasil produksi (output) diperlukan kerjasama beberapa
faktor produksi dan kombinasi faktor-faktor produksi tersebut perlu digunakan
secara efisien sehingga dapat memberikan keuntungan maksimum bagi petani.
Usahatani ikan koi memiliki beberapa faktor produksi yaitu modal, lahan, tenaga
kerja, dan sarana produksi. Faktor-faktor ini digunakan untuk menghasilkan jumlah
produksi yang diinginkan
Setiap usaha budidaya memiliki biaya produksi yang berasal dari faktor
produksi yaitu terdiri dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC). Pendapatan
bersih dalam usaha budidaya tomat diperoleh dari selisih antara total penerimaan
dan total biaya produksi
Soekartawi (2016) mengklasifikasikan biaya usaha budidaya menjadi dua
bagian yaitu:

1) Biaya tetap (Fixed Cost) biaya yang relatif jumlahnya dan terus
dikeluarkan meskipun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit,
contohnya pajak Biaya pajak akan tetap dibayar, walaupun hasil usaha
budidaya itu besar atau gagal sekalipun.
2) Biaya tidak tetap (Variabel Cost) yaitu biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi produksi yang diperoleh, contohnya biaya untuk sarana
produksi (tenaga kerja, pupuk dan lain-lain).
Soekartawi (2016) menyatakan bahwa total penerimaan dalam usaha budidaya
diperoleh dari perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual produksi,
sedangkanpendapatan adalah selisih antara penerimaan total dan biaya-biaya (cost),
dan analisis kelayakan usaha dalam penelitian ini menggunakan R/C yaitu
perbandingan antara penerimaan dan biaya.
Pengelolaan usaha budidaya bukan hanya mengemukakan tentang cara
mendapatkan produksi yang maksimum dari semua cabang usaha budidaya yang
diusahakan, akan tetapi juga bagaimana meningkatkan pendapatan bersih dari satu
cabang usaha budidaya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Analisis kelayakan usaha, yaitu perbandingan antara penerimaan dan biaya,
analisis kelayakan usaha menggunakan R/C ini dilakukan karena untuk mengetahui
apakah kegiatan usaha yang sedang dilakukan dalam satu kali proses produksi, ini
menguntungkan atau mengalami kerugian. Nilai R/C lebih dari satu (1), maka
menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan oleh industri atau perusahaan layak
untuk diusahakan, sedangkan jika nilai R/C kurang dari satu maka usaha yang
dijalankan mengalami kerugian (Soekartawi, 2016).

Anda mungkin juga menyukai