1) Biaya tetap (Fixed Cost) biaya yang relatif jumlahnya dan terus
dikeluarkan meskipun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit,
contohnya pajak Biaya pajak akan tetap dibayar, walaupun hasil usaha
budidaya itu besar atau gagal sekalipun.
2) Biaya tidak tetap (Variabel Cost) yaitu biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi produksi yang diperoleh, contohnya biaya untuk sarana
produksi (tenaga kerja, pupuk dan lain-lain).
Soekartawi (2016) menyatakan bahwa total penerimaan dalam usaha budidaya
diperoleh dari perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual produksi,
sedangkanpendapatan adalah selisih antara penerimaan total dan biaya-biaya (cost),
dan analisis kelayakan usaha dalam penelitian ini menggunakan R/C yaitu
perbandingan antara penerimaan dan biaya.
Pengelolaan usaha budidaya bukan hanya mengemukakan tentang cara
mendapatkan produksi yang maksimum dari semua cabang usaha budidaya yang
diusahakan, akan tetapi juga bagaimana meningkatkan pendapatan bersih dari satu
cabang usaha budidaya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Analisis kelayakan usaha, yaitu perbandingan antara penerimaan dan biaya,
analisis kelayakan usaha menggunakan R/C ini dilakukan karena untuk mengetahui
apakah kegiatan usaha yang sedang dilakukan dalam satu kali proses produksi, ini
menguntungkan atau mengalami kerugian. Nilai R/C lebih dari satu (1), maka
menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan oleh industri atau perusahaan layak
untuk diusahakan, sedangkan jika nilai R/C kurang dari satu maka usaha yang
dijalankan mengalami kerugian (Soekartawi, 2016).