Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA I

ANALISA KARBOHIDRAT

OLEH:

NI MADE SRI MAHARANI

2008511043

Kelas : D

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
ANALISA KARBOHIDRAT

I. TUJUAN
1. Mengetahui fungsi asam sulfat pada uji karbohidrat dengan metode uji
molish.
2. Mengetahui hasil uji positif karbohidrat dengan metode molish.
3. Mengetahui jenis karbohidrat yang termasuk gula pereduksi dengan
metode uji benedict.
4. Mengetahui hasil uji positif kandungan pati dengan metode uji iodine
5. Mengetahui hasil uji kandungan glukosa pada sampel urin.

II. DASAR TEORI


Karbohidrat adalah salah satu jenis makromolekul yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan proses metabolisme seperti pada
tahapan glukolisis yang menghasilkan asam piruvat dan ATP sebagai
senyawa berenergi tinggi untuk melakukan fungsi tubuh. Berdasarkan
fungsinya karbohidrat sendiri merupakan sumber energy utama bagi
tubuh sehingga makhluk hidup terkhusus manusia mampu menjalankan
aktivitasnya sehari-hari. Disamping itu, karbohidrat juga disimpan energi
cadangan dalam bentuk glikogen oleh otot dan hati. Menurut Sadikin
(2000), karbohidrat merupakan senyawa yang berperan sebagai zat antara
dan bahan bakar serta disusun oleh senyawa aldehid atau keton dengan
gugus karbonil. Selain itu, keberadaan karbohidrat dalam tubuh juga
sangat berikatan erat dengan makromolekul lainnya seperti protein dan
lemak atau lipid.
Karbohidrat merupakan tergolong senyawa organik yang nama
tersusun atas unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Adapun
rumus umum karbohidrat adalah Cn(H2O)n. Markromolekul ini tersusun
atas senyawa-senyawa yang lebih kecil atau disebut dengan monomer.
Monomer-monomer penyusunnya yaitu monosakarida dan disakarida
sebagai karbohidrat sederhana serta polisakarida sebagai karbohidrat
kompleks (Siregar,2014). Kata sakarida dalam monomer karbohidrat
berasal bahasa Yunani yang berarti “gula” sehingga dalam beberapa
literatur karbohidrat juga disebutkan sebagai gula sederhana
(Lehninger,1997).
Monosakarida ialah jenis gula yang tidak mampu untuk dihidrolisis
menjadi gula yang lebih sederhana lagi, dimana ia tersusun atas satu jenis
gula (Fitri dan Fitriana,2020). Pada umumnya monosakarida
mengandung setidaknya paling sedikit tiga atom carbon dengan nama
triosa. Berdasarkan gugus fungsinya yaitu polihidroksi aldehisa dan
polihidroksi keton, contoh monosakarida dengan tiga atom carbon adalah
gliseraldehida dan dihidroksiaseton (Fessenden,1982).

Gambar 1. Struktur Triosa


Dalam bentuk fisik, monosakarida berupa padatan kristal berwarna
putih hingga tidak berwarna yang mampu larut dalam air dan pada
umumnya memiliki rasa manis. Senyawa ini mampu disentesis melalui
proses gluconeogenesis. Pada strukturnya monosakarida merupakan
senyawa optic aktif atau kiral dan merupakan golongan gula pereduksi.
Gula pereduksi ialah gula yang ujung strukturnya mengandung gugus
aldehida atau keto bebas sehingga mampu mereduksi senyawa penerima
electron (Azhar,2016). Adapun golongan monosakarida yang paling
terkenal yaitu heksosa. Heksosa adalah monosakarida dengan enam atom
karbon seperti glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Glukosa dan galaktosa
adalah monosakarida jenis aldoheksosa sedangkan fruktosa tergolong
ketoheksosa. Fruktosa merupakan jenis gula yang dapat dijumpai pada
buah dan memiliki rasa paling manis sedangkan glukosa ialah jenis gula
yang sering digunakan dalam proses metabolism (Firani, 2017).
Gambar 2. Struktur Heksosa
Disakarida adalah golongan gula yang tersusun atas dua
monosakarida sehingga mampu dihidrolisis menjadi gula yang lebih
sederhana. Untuk menggabungkan antara monosakrida terdapat ikatan
yang disebut ikatan glikosida (Lehninger,1997).

Gambar 3. Ikatan Glikosida


Adapun senyawa yang tergolong disakarida yaitu maltosa, laktosa,
dan sukrosa. Maltosa merupakan gabungan dua jenis monosakrida
glukosa, laktosa gabungan monosakarida glukosa dan galaktosa, dan
sukrosa gabungan adalah gabungan dari glukosa dan fruktosa.
Berdasarkan sifatnya sebagai gula pereduksi, tidak semua disakarida
termasuk gula pereduksi seperti sukrosa. Sukrosa bukan merupakan gula
pereduksi tetapi mempunyai gugus alfa hidroksi keton yang mampu
merubahnya menjadi glukosa (Azhar,2016).

Gambar 4. Struktur Disakarida


Polisakarida merupakan karbohidrat kompleks yang biasa disebut
juga dengan nama glikan. Senyawa ini termasuk jenis polimer karena
tersusun atas ratusan monomer atau monosakarida dan berfungsi sebagai
energy cadangan untuk tubuh. Adapun contoh dari polisakarida yaitu
amilum atau pati, glikogen, dan selulosa. Pati adalah polisakarida yang
paling penting di alam dan banyak ditemukan pada tumbuh-tumbuhan.
Senyawa berbentuk bubuk putih, tidak berbau, dan mampu larut dalam
air. Dalam pembentukkannya, amilum mengalami ikatan alfa glikosidik
dan termasuk homopolimer glukosa. Amilum terbentuk atas dua fasa
yaitu amilosa dan amilopektin (Pramesti,2015).

Gambar 5. Struktur Pati/Amilum


Dalam melakukan pengujian sampel ada beberapa jenis metode
yaitu secara kuantitatif, semi kuantitatif dan kualitatif. Uji kuantitatif
merupakan pengujian dengan hasil data serta angka yang akurat seperti
metode Luff Schoorl. Sedangkan uji kualitatif adalah uji yang
menentukan ada tidaknya kandungan bahan kimia dalam sampel tanpa
mengetahui hasil kadar dalam bentuk angka. Untuk pengujian semua
kuantitatif adalah pengujian kombinasi dimana ditentukan kandungan
sampel melalui perubahan warna atau tampak dan dari perubahan itu
dikisarkan kadungan senyawa kimianya. Adapun contoh pengujian
karbohidrat yang sering digunakan antara lain uji molish, uji benedict,
dan uji iodine (Afriza,2019).
Metode molish merupakan uji untuk menentukan kandungan
karbohidrat dengan metode paling mudah dan cukup sensitive serta
mempu mendeteksi semua jenis karbohidrat. Untuk uji positif, sampel
akan menghasilkan cincin ungu kemerahan hasil senyawa furfural atau
hidroksi metil furfural pereaksi molish yang mengandung alfa-naftol.
Prinsip metode ini sendiri bekerja dengan cara dehidrasi senyawa uji
seperti heksosa dengan asam sulfat pekat dan menghasilkan suatu
furfural (Risdwita,2018)
Gambar 6. Reaksi dengan Uji Molish

Gambar 7. Reaksi Pembentukan Senyawa Kompleks Ungu Uji


Moslish
Metode benedict adalah uji karbohidrat untuk mengetahui adanya
gula pereduksi. Metode ini berlangsung dengan prisip gugus aldehid atau
keton yang terkandung dalam gula mereduksi ion Cu2+ dalam reagen
benedict ketika suasana alkalis menghasilkan ion Cu+ dan membentuk
endapan Cu2O dan menghasilkan warna yang beragam sesuai kandungan
gula preduksinya. Semaki merah dan cerah warnanya maka kandungan
gula pereduksinya semakin tinggi. Selain itu, metode ini juga dapat
digunakan dalam uji kandungan glukosa dalam urin (Kusbandari,2015).

Gambar 8. Rekasi umum Uji Benedict


Metode iod atau uji iodine merupakan uji untuk mengetahui jenis
karbohidrat golongan polisakarida dan sering digunakan pada uji amilum.
Adapun prinsip kerja uji iod yaitu sampel yang mengandung polisakarida
kan membentuk suatu rantai poliiodida atau suatu komples dengan warna
khusus. Hal ini terjadi karena rantai heliks pada polisakarida akan
berikatan dengan iodine. Untuk uji positi, amilum atau pati akan
menghasilkan warna biru dan untuk glikogen akan menghasilkan warna
coklat karena terhidrolisis dengan iodium (Manatar,2012).

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Gelas beaker
4. Rak tabung reaksi
5. Penjepit tabung reaksi
6. Gelas ukur
7. Busen
8. Korek api
9. Penangas air
3.2 Bahan
1. Larutan glukosa
2. Larutan fruktosa
3. Larutan sukrosa
4. Larutan laktosa
5. Larutan amilum
6. Sampel urin
7. Aquades
8. Reagen molish
9. Reagen benedict
10. Asam sulfat pekat
11. Reagen iodine

IV. SKEMA KERJA


4.1 Uji Molish
4.2 Uji Benedict

4.3 Uji Iodine

4.4 Uji Glukosa dalam Urin


V. DATA PENGAMATAN
5.1 Tabel Data pengamatan Percobann Uji Molish
No Perlakuan Hasil
1. Larutan fruktosa + reagen -Larutan berubah warna dari
molish + H2SO4 pekat kuning muda bening menjadi
lebih keruh
-Terbentuk bidang batas atau
cincin ungu kemerahan dan
larutan kuning muda keruh
diatas
2. Larutan glukosa + reagen -Larutan berubah warna dari
molish + H2SO4 pekat bening menjadi lebih keruh
-Terbentuk bidang batas atau
cincin ungu kemerahan dan
larutan keruh diatas
3 Larutan sukrosa + reagen -Larutan berubah warna dari
molish + H2SO4 pekat bening menjadi lebih keruh
-Terbentuk bidang batas atau
cincin ungu kemerahan dan
larutan keruh diatas
4. Larutan laktosa + reagen -Larutan berwarna putih
molish + H2SO4 pekat -Terbentuk bidang batas atau
cincin ungu kemerahan dan
larutan putih diatas
5. Larutan amilum + reagen -Larutan berubah warna dari
molish + H2SO4 pekat bening menjadi lebih keruh
-Terbentuk bidang batas atau
cincin ungu kemerahan dan
larutan keruh diatas

5.2 Tabel data pengamatan percobaan uji benedict


No Perlakuan Hasil
1. Larutan glukosa + reagen -Larutan berwarna biru jernih
benedict + dipanaskan -Larutan berwarna orange
terang dan terbentuk endapan
orange kemerahan
2. Larutan fruktosa + reagen -Larutan berwarna biru
benedict + dipanaskan kehijauan
-Larutan berwana merah bata
dan terbentuk endapan merah
bata
3. Larutan laktosa + reagen -Larutan berwarna biru keruh
benedict + dipanaskan -Larutan berwarna kuning
cerah dan terbentuk endapan
kuning-orange
4. Larutan sukrosa + reagen -Larutan berwarna biru jernih
benedict + dipanaskan -Larutan berwarna biru
kehijauan dan keruh
5. Larutan amilum + reagen -Larutan berwarna biru jernih
benedict + dipanaskan -Larutan tetap berwarna biru
jernih

5.3 Tabel data pengamatan percobaan uji iodine


No. perlakuan Hasil
1. Larutan sukrosa + reagen -Larutan berwarna bening
iodin -Larutan berwarna orange
bening
2. Larutan laktosa + reagen -Larutan berwarna putih
iodin -Larutan tidak berubah warna
3. Larutan amilum + reagen -Larutan berwarna bening
iodin -Larutan berwarna biru
kehitaman
4. Larutan fruktosa + reagen -Larutan berwarna kuning
iodin muda bening
-Larutan berwarna kuning
cerah bening
5. Larutan glukosa + reagen -Larutan berwarna bening
iodin -Larutan berwarna kuning
cerah bening

5.4 Tabel data pengamatan percobaan uji glukosa dalam urin


No Perlakuan Hasil
1. Reagen benedict + sampel -Larutan berwarna biru
urin 1 + dipanaskan hingga -Larutan tidak berubah warna
mendidih (warna biru)
2. Reagen benedict + sampel -Larutan berwarna biru
urin 2 + dipanaskan hingga -Larutan berubah warna
mendidih menjadi hijau
3. Reagen benedict + sampel -Larutan berwarna biru
urin 3 + dipanaskan hingga -Larutan berubah warna
mendidih menjadi kuning cerah
4. Reagen benedict + sampel -Larutan berwarna biru
urin 4 + dipanaskan hingga -Larutan berubah warna
mendidih menjadi orange
5. Reagen benedict + sampel -Larutan berwarna biru
urin 5 + dipanaskan hingga -Larutan berubah warna
mendidih menjadi merah

VI. PEMBAHASAN
Pada uji pertama yaitu pengujian kandungan karbohidrat pada
larutan fruktosa, glukosa, sukrosa, laktosa dan amilum dengan metode
molish. Ketika penambahan reagen molish pada masing-masing sampel
terjadi perubahan warna pada larutan sampel yaitu menjadi lebih keruh.
Pada tahap ini terjadi reaksi antara senyawa karbohidrat jenis heksosa
dengan regen molish yang bertindak sebagai indicator dan mengandung
alfa naftol. Selanjutnya penambahan asam sulfat, asam sulfat pada tahap
ini akan menghidrolisis sampel karbohidrat dan terjadi kondensasi
membentuk senyawa furfural. Alfa naftol hasil pemberian reagen molish
kemudian akan berekasi dengan furfural membentuk senyawa kompleks
berupa cincin ungu kemerahan. Saat penambahan asam sulfat, pengerjaan
dilakukan secara perlahan dan alirkan melalui dinding tabung reaksi agar
terbentuk cincin yang sempurna karena cincin mudah rusak. Terbentuknya
cincin ungu pada sampel menandakan uji bersifat positif atau adanya
kandungan karbohidrat pada sampel. Adapun reaksi terbentuknya cincin
ungu kemerahan sebagai berikut :

Dari hasil pengujian didapatkan bahwa larutan fruktosa, glukosa,


sukrosa, laktosa dan amilum kelimanya mengandung glukosa karena
menghasilkan cincin ungu kemerahan.
Uji kedua yaitu uji adanya kandungan gula pereduksi dalam
karbohidrat dengan metode benedict, pengujian dilakukan pada lima
sampel yang sama yaitu larutan fruktosa, glukosa, sukrosa, laktosa dan
amilum. Penambahan reagen benedict pada masing-masing sampel
menyebabkan terjadinya perubahan warna yaitu larutan menjadi biru. Pada
tahap tersebut gugus aldehid dan keton pada karbohidrat mereduksi ion
Cu2+ dalam reagen benedict menjadi ion Cu+ ketika suasana alkalis.
Dengan dilakukannya pemanasan gugus keton dan aldehid pada sampel
lebih mudah terlepas atau terputus dan membentuk endapan Cu2O serta
perubahan warna pada larutan. Uji positif kandungan gula pereduksi pada
sampel karbohidrat ditandai dengan timbulnya endapan merah bata dan
warna larutan yang berubah menjadi merah bata. Menurut Kusbandari
(2015), semakin merah dan cerah warnanya maka kandungan gula
pereduksinya semakin tinggi. Berikut merupakan reaksi yang terjadi pada
metode benedict :

Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan larutan sampel


yang tergolong mengandung gula peruduksi ialah larutan
glukosa,fruktosa dan sukrosa. Untuk larutan sukrosa dan amilum tidak
menunjukan hasil warna larutan yang merah melainkan larutan biru
kehitaman dan tetap biru bening. Hal ini menandakan tidak adanya
kandungan gula pereduksi didalamnya. Berdasarkan tingkat kandungan
gula pereduksinya dilihat dari perubahan warna yang dihasilkan, dapat
dikatakan larutan fruktosa>glukosa>laktosa.
Percobaan selanjutnya yaitu menguji kandungan pati atau amilum
dalam sampel karbohidrat dengan metode iod atau iodine. Penambahan
reagen iodine pada sampel menyebabkan iodine berikatan dengan rantai
heliks pada sampel membentuk suatu rantai poliiodida atau suatu
komples dengan warna biru kehitaman. Adapun reaksinya sebagai
berikut :

Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan uji postif hanya


ditunjukkan pada sampel amilum. Hal ini dikarenakan iodine hanya
mampu berikatan dengan sampel yang tergolong polisakarida karena
susunan rantainya yang kompleks dan heliks sedangkan larutan lainnya
masih berbentuk karbohidrat yang rantainya sederhana dan tidak
berbentuk heliks sehingga menghasilkan uji negative.
Percobaan terakhir yaitu menguji kandungan glukosa pada lima
sampel urin. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan reagen
benedict yang berfungsi sebagai indikator dan kemudian dipanaskan
hingga mendidih guna mempercepat proses terbentuknya endapan dan
perubahan warna pada sampel urin jika didalamnya terkandung glukosa.
Semakin banyak kandungan glukosa dalam urin maka urin yang
dihasilkan akan berwarna merah. Berdasarkan hasil pengamatan yang
didapatkan, untuk sampel pertama tidak terjadi perubahan warna yang
berarti kandungan glukosa didalam urin sangat kurang, pada larutan
kedua terjadi perubahan warna sampel urin menjadi hijau. Perubahan
tersebut menandakan kandungan glukosa dalam urin sampel kedua lebih
tinggi (+1) dari sampel pertama yaitu berkisar <0,5%. Untuk sampel
ketiga, warna yang hasilkan yaitu kuning cerah dengan nilai +2 dengan
kisaran kandungan glukosa 0,5-1%. Sampel keempat terlihat warna hasil
uji semakin merah (orange) yang berarti kandungan glukosa dalam urin
semakin tinggi yaitu +3 dengan dugaan kisaran kandungan glukosa 1-2%
dan pada sampel terakhir terlihat warna dihasilkan yaitu merah bata yang
berarti sampel mengandung glukosa paling tinggi diantara sampel
lainnya (+4) dengan dugaan kisaran kandungan glukosa >2%.

VII. KESIMPULAN
1. Asam sulfat pada metode uji molish berfungsi untuk menghidrolisis
sampel karbohidrat hingga terjadi kondensasi membentuk senyawa
furfural yang dapat membentuk cincin ungu ketika bereaksi dengan
alfa naftol.
2. Larutan yang memberikan hasil uji positif karbohidrat pada metode
molish ditandai dengan terbentuknya cincin ungu kemerahan yang
terlihat pada larutan fruktosa, glukosa, sukrosa, laktosa dan amilum.
3. Sampel karbohidrat yang tegolong gula pereduksi yaitu larutan
fruktosa, glukosa dan lactosa dengan ditandai terbentuknya endapan
dan perubahan warna kemerahan pada larutan.
4. Hasil uji positif pati pada uji iodine ditandai dengan terbentuknya
warna larutan biru kehitaman yang terdapat pada larutan amilum.
5. Hasil uji kandungan glukosa pada sampel urin secara berturut-turut
yaitu sampel urin 5>sampel urin 4>sampel urin 3>sampel
urin2>sampel urin 1.
DAFTAR PUSTAKA

Afriza, R. (2019). Analisis Perbedaan Kadar Gula Pereduksi Dengan Metode Lane
Eynon Dan Luff Schoorl Pada Buah Naga Merah (HYLOCEREUS
POLYRHIZUS). Jurnal Temapela, 2(2), 90-96.

Azhar, M. (2016). Biomolekul sel: karbohidrat, protein, dan enzim. UNP Press.
Padang.

Fessenden, R. J dan Fessenden, J. S. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Penerbit


Erlangga. Jakarta.

Firani, N. K. (2017). Metabolisme Karbohidrat: Tinjauan Biokimia dan Patologis.


Universitas Brawijaya Press. Malang.

Fitri, A. S., & Fitriana, Y. A. N. (2020). Analisis Senyawa Kimia pada


Karbohidrat. Jurnal Sainteks, 17(1), 45-52.

Kusbandari, Aprilia. 2015. Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida Dalam


Tepung Dan Pati Umbi Ganyong (Canna edulis Ker.) Jurnal Pharmaҫiana,
5(1):35-42.

Lehninger, A. L. 1997. Dasar-dasar Biokimia. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Manatar J.E., J. Pontoh, M.R.J. Runtuwene. 2012. Analisis Kandungan Pati


Dalam Batang Tanaman Aren (Arenga pinnata). Jurnal Ilmiah Sains,
12(2):89-92.

Pramesti, H. A., Siadi, K., & Cahyono, E. (2015). Analisis rasio kadar
amilosa/amilopektin dalam amilum dari beberapa jenis umbi. Indonesian
Journal of Chemical Science, 4(1). 27-28.

Risdwita, A. H. (2018). PENETAPAN KADAR GLUKOSA PADA BUNGA


BROKOLI (Brassica oleracea var Italica) MENGGUNAKAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS (Doctoral dissertation, Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Nasional). SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NASIONAL. SURAKARTA.

Sadikin,dkk. (2000). Biokimia Vol.2 Edisi 4. EGC. Jakarta

Siregar, N. S. (2014). Karbohidrat. Jurnal Ilmu Keolahragaan, 13(02), 38-44.

.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Hasil Data Pengamatan

LEMBAR KERJA PERCOBAAN


TOPIK : Analisa Karbohidrat NAMA : Ni Made Sri Maharani
Tanggal : 22 Februari 2022 NIM : 2008511043
Asisten : Aqilah Nadhifatul Hayah Kelompok : 13 (Kelas D)

Perlakuan Hasil
1. Uji Molish
Larutan fruktosa + reagen molish -Larutan berubah warna dari
+ H2SO4 pekat kuning muda bening menjadi
lebih keruh
-Terbentuk bidang batas atau
cincin ungu kemerahan dan
larutan kuning muda keruh
diatas
Larutan glukosa + reagen molish + -Larutan berubah warna dari
H2SO4 pekat bening menjadi lebih keruh
-Terbentuk bidang batas atau
cincin ungu kemerahan dan
larutan keruh diatas
Larutan sukrosa + reagen molish + -Larutan berubah warna dari
H2SO4 pekat bening menjadi lebih keruh
-Terbentuk bidang batas atau
cincin ungu kemerahan dan
larutan keruh diatas
Larutan lactosa + reagen molish + -Larutan berwarna putih
H2SO4 pekat -Terbentuk bidang batas atau
cincin ungu kemerahan dan
larutan putih diatas
Larutan amilum + reagen molish + -Larutan berubah warna dari
H2SO4 pekat bening menjadi lebih keruh
-Terbentuk bidang batas atau
cincin ungu kemerahan dan
larutan keruh diatas
2. Uji Benedict
Larutan glukosa + reagen benedict -Larutan berwarna biru jernih
+ dipanaskan -Larutan berwarna orange
terang dan terbentuk endapan
orange kemerahan
Larutan fruktosa + reagen benedict -Larutan berwarna biru
+ dipanaskan kehijauan
-Larutan berwana merah bata
dan terbentuk endapan merah
bata
Larutan lactosa + reagen benedict -Larutan berwarna biru keruh
+ dipanaskan -Larutan berwarna kuning cerah
dan terbentuk endapan kuning-
orange
Larutan sukrosa + reagen benedict -Larutan berwarna biru jernih
+ dipanaskan -Larutan berwarna biru
kehijauan dan keruh
Larutan amilum + reagen benedict -Larutan berwarna biru jernih
+ dipanaskan -Larutan tetap berwarna biru
jernih
3. Uji Iodine
Larutan sukrosa + reagen iodin -Larutan berwarna bening
-Larutan berwarna orange
bening
Larutan laktosa + reagen iodin -Larutan berwarna putih
-Larutan tidak berubah warna
Larutan amilum + reagen iodin -Larutan berwarna bening
-Larutan berwarna biru
kehitaman
Larutan fruktosa + reagen iodin -Larutan berwarna kuning muda
bening
-Larutan berwarna kuning cerah
bening
Larutan glukosa + reagen iodin -Larutan berwarna bening
-Larutan berwarna kuning cerah
bening
4. Uji Glukosa dalam Urin
Reagen benedict + sampel urin 1 + -Larutan berwarna biru
dipanaskan hingga mendidih -Larutan tidak berubah warna
(warna biru)
Reagen benedict + sampel urin 2 + -Larutan berwarna biru
dipanaskan hingga mendidih -Larutan berubah warna
menjadi hijau
Reagen benedict + sampel urin 3 + -Larutan berwarna biru
dipanaskan hingga mendidih -Larutan berubah warna
menjadi kuning cerah
Reagen benedict + sampel urin 4 + -Larutan berwarna biru
dipanaskan hingga mendidih -Larutan berubah warna
menjadi orange
Reagen benedict + sampel urin 5 + -Larutan berwarna biru
dipanaskan hingga mendidih -Larutan berubah warna
menjadi merah

Asisten Dosen

(Aqilah Nadhifatul Hayah)


Lampiran 2. Pertanyaan dan Jawaban

A. Uji Molisch
1. Warna apa yang terlihat di antara permukaan dua larutan tersebut?
Jawab: Warna yang terlihat adalah ungu kemerahan berbentuk cincin.
2. Mengapa banyak protein juga memberikan uji Molisch yang positif?
Jawab: Protein tersusun atas asam amino yang juga mengandung
gugus karbonil (C=O), dimana gugus tersebut dapat bereaksi dengan
reagen Molisch dan asam sulfat pekat membentuk senyawa furfural
atau hidroksi metil furfural disertai warna yang mencolok.
B. Uji Benedict
1. Berapa kadar karbohidrat terendah yang masih dapat diamati dengan
uji Benedict?
Jawab: Kadar karbohidrat terendah yang masih dapat diamati dengan
uji Benedict adalah 0,1M dengan 50 kali pengenceran atau 0,002
mol/L.
2. Senyawa apalagi selain tembaga yang dapat direduksi? Apa fungsi
berbagai bahan dalam reagen Benedict?
Jawab: Selain Cu, senyawa yang dapat direduksi diantaranya Ag+,
Fe2+ dan Hg2+. Berbagai bahan yang terkandung dalam reagen
Benedict seperti Natrium sitrat, CuCO4, dan NaCO3 memiliki fungsi
tersendiri. Natrium sitrat berfungsi sebagai pencegah terbentuknya
endapan CuCO3. CuSO4 berfungsi sebagai senyawa yang akan
bereaksi dengan gugus aldehid atau keton bebas. dan NaCO3 berfungsi
sebagai alkalis yang mengubah gugus karbonil bebas dari gula
menjadi bentuk enol yang reaktif.

Lampisan 3. Dokumentasi Percobaan


Gambar 1. Tahap Awal Uji Molish

Gambar 2. Hasil Akhir Uji Molish

Gambar 3. Tahap Awal Uji Benedict

Gambar 4. Hasil Akhir Uji Benedict

Gambar 5. Tahap Awal Uji iod/iodine


Gambar 6. Hasil Akhir Uji iod/iodine

Gambar 7.Tahap Awal Uji Glukosa dalam Urin

Gambar 8.Hasil Akhir Uji Glukosa dalam Urin

Anda mungkin juga menyukai