Anda di halaman 1dari 2

1.

a)Pemahaman penghayatan dan pengamalan Pancasila (ideologi)

Pancasila sebagai satu-satunya ideologi dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat
harus dibudayakan dalam kehidupan sehari-hari. Upaya ke arah itu telah dilakukan melalui penataran
P4, Pembentukan BP7 di tingkat Pusat dan Daerah. Penataran dan pengajaran Pancasila di masyarakat
dan sekolah-sekolah masih dianggap kurang efektif karena cenderung berorientasi kepada
keterampilan kognitif dan formalitas. Dalam pelaksanaan P4 ini keteladanan dan panutan masih
dibutuhkan bagi masyarakat.

b) Penghayatan budaya Pancasila

Budaya politik (political culture) merupakan landasan dilaksanakan sistem politik. Oleh karena sistem
pemerintahan Indonesia, strukturnya terdapat dalam UUD 1945 yang berlandaskan Pancasila maka
yang menjadi, political culture Indonesia adalah Pancasila.Masalahnya, sejauh mana pemerintah dan
rakyat Indonesia, baik yang berada di suprastruktur, infrastruktur maupun substruktur menghayati
dan mengamalkan budaya politik Pancasila dalam praktik kehidupan politik sehari-hari. Peningkatan
dan pengamalan budaya politik Pancasila ini sangat mutlak untuk memantapkan stabilitas politik di
negeri tercinta ini.

C) Mewujudkan perekonomian yang efisien, pemerataan dan pertumbuhan yang tinggi

Pembangunan nasional yang sedang kita lakukan adalah perekonomiannya atau beratnya pada
bidang ekonomi karena bidang ekonomi ini sebagai pemicu dan pemacu kemajuan bidang-bidang
lainnya. Kendatipun struktur perekonomian Indonesia makin seimbang antara sektor pertanian
dengan sektor industri dan jasa, namun oleh sementara pengamat melihatnya belum efisien. Adanya
kebocoran, korupsi, kolusi, nepotisme, pungutan liar dan lain-lain yang sejenis dianggap menodai
perekonomian Indonesia. Praktik monopoli, oligopoli dan sejenis lainnya, etatisme dan persaingan
bebas (free fith libralisme) harus dihilangkan dalam sistem perekonomian Indonesia sesuai dengan
yang diamanatkan dalam UUD 1945.

2.

1. Penerapan hukum kepada pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia ini berpedoman pada
Undang- Undang No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan Hak Asasi Manusia, di mana dalam Undang
undang tersebut disebut tentang pengadilan ad hoc yang dipakai untuk mengadili para pelanggar
Hak Asasi Manusia di Indonesia.
2. Lembaga yang mengadili para pelanggar Hak Asasi Manusia adalah pengadilan Ad Hoc Hak Asasi
Manusia, yang tidak beda dengan pengadilan biasa, khususnya pengadilan pidana. Sebab pada
hakekatnya pengadilan pidana juga mengadili pelanggaran Hak Asasi Manusia yang bersifat khas
adalah bahwa pelanggaran Hak Asasi Manusia berkaitan dengan kesepakatan internasional.
3. Untuk menyelesaikan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi di wilayahIndonesia yaitu
melalui pengadilan Ad Hoc apabila waktu terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia sebelum
Undang- Undang No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan Hak Asasi Manusia dan apabila terjadinya
pelanggaran Hak Asasi Manusia tersebut setelah Undangundang ini maka diselesaikan melalui
pengadilan Hak Asasi Manusia dan apabila terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia tersebut
sebelum Undang-undang ini dapat juga diselesaikan melalui alternatif penyelesaian yaitu melalui
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang ditetapkan oleh UndangUndang
3.a)Rotasi kekuasaan eksekutif hampir tidak pernah terjadi. Rotasi kekuasaan eksekutif terjadi pada
jajaran yang lebih rendah seperti gubernur, bupati atau walikota, camat dan kepala desa. Perubahan
selama pemerintahan Orde Baru hanya terjadi pada jabatan Wakil Presiden, sementara
pemerintahan secara esensial masih tetap sama.

b)Rekrutmen politik bersifat tertutup. Rekrutmen politik adalah proses pengisian jabatan politik
dalam penyelenggaraan pemerintah negara. Untuk lembaga eksekutif (pemerintah pusat maupun
daerah), legislatif (MPR, DPR dan DPRD) maupun yudikatif (MA)

c)Terjadi kecurangan pada Pemilihan Umum. Pada masa pemerintahan Orde Baru, Pemilihan Umum
telah dilangsungkan sebanyak tujuh kali dengan frekuensi setiap lima tahun sekali secara teratur.
Tetapi kualitas pelaksanaan pemilihan umum masih jauh dari semangat demokrasi. Karena Pemilu
tidak melahirkan persaingan sehat, terjadi kecurangan-kecurangan yang sudah menjadi rahasia
umum.

d)Pelaksanaan hak-hak dasar warga negara lemah. Dunia internasional sering menyoroti politik
Indonesia terkait perwujudan jaminan hak asasi manusia. Terutama masalah kebebasan pers.
Persoalan mendasar adalah selalu ada campur tangan birokrasi yang sangat kuat. Selama
pemerintahan Orde Baru, sejarah pemberangusan surat kabar dan majalah terulang kembali seperti
pada masa Orde Lama.

4.  pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama yang meliputi tujuan
politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi. Hal yang ingin diwujudkan melalui tujuan politik
dalam pelaksanaan otonomi daerah diantaranya adalah upaya untuk mewujudkan demokratisasi
politik melalui partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Perwujudan tujuan administratif
yang ingin dicapai melalui pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya pembagian urusan
pemerintahan antara pusat dan daerah, termasuk sumber keuangan serta pembaharuan
manajemen birokrasi pemerintahan di daerah. Sedangkan tujuan ekonomi yang ingin dicapai dalam
pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah terwujudnya peningkatan Indeks pembangunan
manusia sebagai indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. 
Dalam konsep otonomi daerah, pemerintah dan masyarakat di suatu daerah memiliki peranan yang
penting dalam peningkatan kualitas pembangunan di daerahnya masing-masing. Hal ini  terutama
disebabkan karena dalam otonomi daerah terjadi peralihan kewenangan yang pada awalnya
diselenggarakan oleh pemerintah pusat kini menjadi urusan pemerintahan daerah masing-masing

Anda mungkin juga menyukai