Anda di halaman 1dari 7

TUGAS SESI 13

MANAJEMEN PEMASARAN II
Nama : Hadi Permana
NIM : 20210080142
Kelas : MN21A

Incom and Social Class


(Pendapatan Dan Kelas Sosial)
Objektif 1: Pendapatan dan Identitas Konsumen
Identitas konsumen merujuk pada karakteristik, preferensi, dan perilaku yang
membedakan satu konsumen dari konsumen lainnya. Identitas konsumen mencakup berbagai
faktor, seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kepentingan, nilai-nilai, preferensi
budaya, dan preferensi produk tertentu. Identitas konsumen berperan penting dalam
mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli produk atau jasa.
a. Pengeluaran Konsumen dan Perilaku Ekonomi (Berbelanja atau Tidak Berbelanja)
Pengeluaran konsumen adalah jumlah uang yang dihabiskan oleh individu atau rumah
tangga untuk membeli barang dan jasa dalam suatu periode waktu tertentu. Pengeluaran
konsumen dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pendapatan, harga barang dan jasa,
preferensi dan selera konsumen, tren mode, dan kondisi ekonomi secara keseluruhan.
Perilaku ekonomi mengacu pada keputusan dan tindakan ekonomi yang diambil oleh
individu atau rumah tangga dalam mengelola sumber daya mereka untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan mereka. Perilaku ekonomi konsumen melibatkan pengambilan
keputusan tentang apa yang akan dibeli, berapa banyak yang akan dibeli, dan bagaimana cara
membeli barang dan jasa tersebut.
Penghasilan diskresioner adalah uang yang tersedia untuk rumah tangga di atas apa
yang dibutuhkan untuk memiliki standar hidup yang nyaman. Penghasilan diskresioner
mengacu pada bagian dari penghasilan yang tersedia untuk digunakan sesuai dengan
keputusan pribadi. Ini adalah pendapatan yang tidak terikat oleh komitmen atau kewajiban
tertentu, dan dapat digunakan untuk berbagai tujuan.
1. Kepercayaan konsumen
Harapan tentang masa depan memengaruhi pengeluaran kita saat ini, dan keputusan
individu ini bertambah hingga memengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Keyakinan konsumen tentang masa depan adalah indikator kepercayaan konsumen.
2. Ketimpangan Pendapatan dan Mobilitas Sosial
Ketimpangan pendapatan dapat memiliki dampak yang signifikan karena pengeluaran
konsumen terkait langsung dengan tingkat pendapatan mereka. Ketika ada ketimpangan
yang tinggi, sebagian besar pendapatan dan daya beli terkonsentrasi pada kelompok yang
kaya, sementara sebagian besar populasi memiliki pendapatan yang lebih rendah.
Mobilitas sosial merujuk pada kemampuan seseorang untuk naik atau turun dalam
tangga sosial berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, pekerjaan, atau pendidikan.
Mobilitas sosial yang rendah dapat menyebabkan ketidakmampuan individu atau
kelompok untuk meningkatkan posisi ekonomi mereka dalam masyarakat. Ini berarti
bahwa orang-orang dengan pendapatan rendah mungkin memiliki keterbatasan dalam
membeli produk atau jasa yang lebih mahal atau mewah.
Perusahaan perlu mempertimbangkan ketidaksetaraan ini dalam penetapan harga,
segmentasi pasar, dan strategi pemasaran mereka. Hal ini dapat melibatkan
pengembangan produk yang lebih terjangkau bagi konsumen dengan pendapatan rendah,
serta upaya untuk meningkatkan aksesibilitas dan kesetaraan dalam distribusi produk dan
layanan.
3. Resesi Hebat dan Materialisme
Resesi hebat adalah periode penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi, yang
seringkali melibatkan penurunan pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran yang
tinggi, penurunan harga aset, dan berbagai dampak negatif lainnya. Selama periode resesi,
orang cenderung mengalami kesulitan ekonomi, dan prioritas keuangan mereka mungkin
berubah.
Ketika terjadi resesi hebat, pandangan materialisme mungkin mengalami perubahan.
Orang-orang cenderung lebih memprioritaskan kebutuhan dasar seperti pangan,
perumahan, dan pengobatan daripada membeli barang-barang mewah. Selama periode
ekonomi sulit, orang mungkin lebih berfokus pada bertahan hidup dan menjaga kestabilan
keuangan mereka daripada memenuhi keinginan material mereka.

Objektif 2: Kelas sosial dan Identitas Konsumen


Kelas sosial dan identitas konsumen adalah konsep penting dalam manajemen
pemasaran yang membantu memahami perilaku pembelian konsumen dan membentuk
strategi pemasaran yang efektif. Kelas sosial mengacu pada pembagian masyarakat menjadi
kelompok berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, pekerjaan, pendidikan, dan status
sosial. Identitas konsumen, di sisi lain, merujuk pada cara individu mengidentifikasi diri
mereka melalui preferensi konsumsi dan pemilihan produk.
Kelas sosial memainkan peran penting dalam mempengaruhi perilaku konsumen dan
preferensi mereka terhadap produk dan merek tertentu. Kelas sosial dapat memengaruhi daya
beli konsumen, preferensi gaya hidup, dan prioritas pengeluaran. Konsumen dari kelas sosial
yang berbeda mungkin memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda serta respons yang
berbeda terhadap strategi pemasaran yang ditujukan pada mereka.
1. Stratifikasi sosial
Stratifikasi sosial merujuk pada pembagian masyarakat ke dalam lapisan-lapisan atau
tingkatan-tingkatan berdasarkan atribut-atribut tertentu seperti status sosial, kekayaan,
pendidikan, atau kekuasaan. Beberapa bentuk stratifikasi sosial yang umum ditemui
adalah:
 Stratifikasi Ekonomi: Masyarakat sering kali dibagi berdasarkan kekayaan,
pendapatan, dan kesempatan ekonomi.
 Stratifikasi Pendidikan: Tingkat pendidikan seseorang dapat memengaruhi
kesempatan kerja, status sosial, dan penghasilan.
 Stratifikasi Status Sosial: Status sosial merujuk pada posisi atau kedudukan seseorang
dalam masyarakat. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kelahiran,
pekerjaan, pendidikan, atau prestasi individu.
 Stratifikasi Gender: Di banyak masyarakat, perempuan masih menghadapi
diskriminasi dan keterbatasan dalam hal akses ke pendidikan, pekerjaan, dan
kekuasaan politik. Hal ini menyebabkan perbedaan status sosial antara pria dan
wanita.
 Stratifikasi Etnis dan Ras: Beberapa masyarakat memiliki sejarah ketidaksetaraan dan
diskriminasi berdasarkan etnis atau ras, yang dapat memengaruhi akses terhadap
sumber daya dan kesempatan dalam kehidupan.
Identitas konsumen melibatkan hubungan antara konsumen dan produk yang mereka
beli. Identitas konsumen terbentuk melalui preferensi, gaya hidup, dan nilai-nilai yang
mereka pilih dalam konsumsi mereka. Konsumen menggunakan produk dan merek untuk
menyampaikan pesan tentang siapa mereka kepada diri mereka sendiri dan orang lain.
Sebagai contoh, seseorang yang mengidentifikasi dirinya sebagai penggemar musik rock
mungkin memilih untuk membeli pakaian dengan merek-merek terkait rock atau pergi ke
konser-konser tertentu untuk menunjukkan identitasnya sebagai penggemar musik tersebut.
Pemahaman yang mendalam tentang kelas sosial dan identitas konsumen
memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan strategi pemasaran yang tepat dan
menghasilkan komunikasi yang efektif. Perusahaan dapat menyasar kelompok sosial tertentu
dengan mengidentifikasi preferensi dan kebutuhan kelas sosial tersebut. Mereka juga dapat
membangun merek dan kampanye pemasaran yang terkait dengan identitas konsumen yang
diinginkan oleh target pasar mereka.
Dalam mengembangkan strategi pemasaran yang berhasil, perusahaan harus
mempertimbangkan kompleksitas dan dinamika kelas sosial dan identitas konsumen. Kelas
sosial dapat berubah seiring waktu, dan identitas konsumen juga dapat bervariasi tergantung
pada konteks dan pengalaman individu. Oleh karena itu, perusahaan harus secara terus-
menerus memantau perubahan dalam kelas sosial dan identitas konsumen serta menyesuaikan
strategi pemasaran mereka sesuai dengan perubahan tersebut.

Objektif 3: Simbol Status dan Modal Sosial


a. Simbol Status
Simbol status mengacu pada penggunaan produk atau merek tertentu sebagai simbol
keberhasilan atau prestise. Simbol status dapat memainkan peran penting dalam pengambilan
keputusan konsumen, terutama di kalangan mereka yang mencari pengakuan sosial,
kebanggaan, atau identitas sosial.
Simbol status sering kali terkait dengan produk-produk atau merek-merek mewah atau
eksklusif. Konsumen yang mencari simbol status mungkin tertarik pada merek-merek seperti
mobil mewah, perhiasan, pakaian desainer, barang-barang elektronik mahal, atau perjalanan
mewah. Dengan memiliki atau menggunakan produk ini, konsumen berharap menunjukkan
kepada orang lain bahwa mereka memiliki tingkat keberhasilan, kekayaan, atau prestise yang
tinggi.
Perusahaan yang berhasil memanfaatkan simbol status dalam pemasaran seringkali
mengaitkan merek mereka dengan gaya hidup bergengsi, selebritas, atau kelompok sosial
tertentu. Mereka dapat menggunakan kampanye iklan yang menampilkan orang-orang
terkenal atau menarik perhatian pada keanggunan, keindahan, atau eksklusivitas produk
mereka.
b. Modal Sosial dan Budaya
Modal sosial dan budaya memiliki peran yang penting dalam pemasaran karena dapat
mempengaruhi preferensi, perilaku, dan keputusan konsumen. Pemahaman yang baik tentang
modal sosial dan budaya dapat membantu perusahaan dalam merancang strategi pemasaran
yang efektif untuk mencapai target pasar mereka. Berikut adalah beberapa cara modal sosial
dan budaya memengaruhi pemasaran:
 Nilai-nilai budaya: Nilai-nilai ini dapat mempengaruhi preferensi konsumen terhadap
produk atau layanan tertentu.
 Norma sosial: Jika dalam budaya tertentu terdapat norma yang menghargai
kesederhanaan dan penghematan, produk dengan harga terjangkau atau promosi
penjualan dapat lebih disukai oleh konsumen.
 Bahasa dan simbol budaya: Penggunaan bahasa yang sesuai dan simbol-simbol yang
dikenali dapat membantu perusahaan membangun hubungan yang lebih dekat dengan
konsumen.
 Keberlanjutan dan etika: Masyarakat semakin peduli dengan isu-isu seperti etika
produksi, bahan baku yang ramah lingkungan, dan tanggung jawab sosial perusahaan.
Perusahaan yang memperhatikan modal sosial dan budaya dalam strategi pemasaran
mereka dapat mendapatkan keunggulan kompetitif dengan menawarkan produk atau
layanan yang sesuai dengan nilai-nilai konsumen.
 Perilaku konsumen: Modal sosial dan budaya dapat mempengaruhi perilaku konsumen,
termasuk keputusan pembelian, pola konsumsi, dan keputusan merek.
c. Kelas Sosial di Seluruh Dunia
1. Cina
Kelas sosial di Cina dipengaruhi oleh sistem politik dan ekonomi negara. Meskipun
pemerintah berusaha mengurangi kesenjangan sosial, ada pembagian yang signifikan
antara kelas atas yang terdiri dari elit politik dan pengusaha, dan kelas bawah yang
mencakup pekerja migran dan petani. Urbanisasi yang cepat juga telah menciptakan kelas
menengah yang sedang berkembang.
2. Jepang
Jepang memiliki sistem kelas sosial yang kuat dengan penekanan pada hierarki dan
kepatuhan. Terdapat kelas atas yang terdiri dari keluarga aristokrat, pengusaha besar, dan
politisi berpengaruh. Kelas menengah yang kuat terdiri dari pegawai negeri, profesional,
dan karyawan perusahaan besar. Kelas pekerja yang lebih rendah, seperti pekerja pabrik,
memiliki mobilitas sosial yang lebih terbatas.
3. Timur Tengah
Kelas sosial di negara-negara Timur Tengah sangat dipengaruhi oleh faktor agama, etnis,
dan kekayaan. Ada kelompok elit yang sering kali terkait dengan kerajaan, keluarga
kerajaan, atau bisnis besar. Di sisi lain, terdapat kelompok yang kurang beruntung dan
mungkin menghadapi kemiskinan atau ketidakstabilan ekonomi. Perbedaan sosial juga
bisa terjadi antara warga negara asli dan warga negara non-asli.
4. Inggris
Inggris memiliki sistem kelas sosial yang terkenal dengan adanya kelas atas, kelas
menengah, dan kelas pekerja. Kelas atas sering kali terdiri dari keluarga bangsawan,
aristokrat, dan profesional sukses. Kelas menengah meliputi profesional, manajer, dan
pegawai negeri. Kelas pekerja, terutama di sektor industri, umumnya memiliki
penghasilan lebih rendah dan mobilitas sosial yang lebih terbatas.
5. India
India memiliki sistem kasta yang sangat kompleks yang membentuk struktur kelas sosial
negara tersebut. Terdapat empat kasta utama: Brahmana (pendeta dan sarjana), Kshatriya
(ksatria dan prajurit), Vaishya (pedagang dan petani), dan Sudra (pekerja kasar). Di luar
sistem kasta, ada juga kelompok dalit atau "kasta terendah" yang sering kali mengalami
diskriminasi dan marginalisasi.
6. Brazil
Kelas sosial di Brasil dipengaruhi oleh perbedaan ekonomi, etnis, dan geografis. Terdapat
ketimpangan yang signifikan antara kelas atas yang terdiri dari orang kaya, pemilik
perusahaan, dan politisi berpengaruh, dengan kelas bawah yang mencakup penduduk
miskin, terutama di daerah perkotaan. Terdapat juga ketegangan antara ras dan etnis,
dengan ketimpangan sosial yang sering kali berhubungan dengan ketidakadilan rasial dan
kesenjangan ekonomi.
d. Pensinyalan Status
Pensinyalan status mengacu pada penggunaan tanda atau sinyal yang menunjukkan posisi
atau peringkat suatu produk, merek, atau perusahaan di pasar. Pensinyalan status bertujuan
untuk menciptakan persepsi positif tentang produk atau merek tersebut di antara konsumen.
Ada beberapa cara di mana pensinyalan status dapat digunakan dalam pemasaran:
 Sertifikasi atau penghargaan
 Testimoni pelanggan
 Keanggotaan atau akses eksklusif
 Sponsorship atau kemitraan
 Endorsement selebriti
Pensinyalan status bertujuan untuk menciptakan persepsi nilai dan keunggulan yang lebih
tinggi bagi produk atau merek di mata konsumen. Hal ini dapat membantu dalam
membangun kepercayaan, meningkatkan citra merek, dan mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen.

Anda mungkin juga menyukai