BEDADUNG
Oleh:
Kelompok 5
Kelas B
Muhammad Rudy Setiawan 201710201056
Ananda Siti Nurrahmawati 201710201048
Mochamad Roy Jones 211710201082
Ikmal Maulana Ishaq 201710201035
Anggitasari 201710201064
Muhammad Farit Afiful Hayat 201710201109
Rakahida Belva Ahnaf 201710201049
Mohamad Fani 201710201095
Mulai
Mempersiapkan
Alat dan bahan
Menghitung
kecepatan aliran
Data penghitungan
debit air
Selesai
A = I x d, dimana
Q= V x A
Selesai
Mulai
Selesai
Mulai
Data Hasil
Selesai
1.8 Perhitungan IP
Prosedur pada perhitungan IP ditunjukkan pada sebagai berikut.
Mulai
Hasil Pengukuran IP
Selesai
1. Data kualitas air yang dibutuhkan untuk pemodelan WASP adalah data BOD hulu
dan hilir, DO, suhu dan TSS. Seluruh data nantinya akan dimasukan pada setiap
menu di WASP 8.32.
2. Langkah awal dalam melakukan pemodelan WASP setelah mendapatkan data
adalah memiliki software WASP 8.32 membuka aplikasi WASP 8.32 yang telah di
Run Administrator sebelumnya.
3. Software yang telah dibuka, untuk memulai pemodelan dapat terlebih dahulu
menekan icon new untuk pembuatan pemodelan data baru.
4. Data kualitas air yang telah didapat selanjutnya dimasukan pada beberapa menu
WASP 8.32 yakni diantaranya data set, systems, segments, parameters, constans,
time functions, flows, boundaries an loads.
5. Langkah setelah memasukan data kualitas air adalah menekan icon excute.
Dilakukan untuk running model. Pada proses ini akan diketahui apakah terdapat
eror atau tidak.
Mulai
Grafik Pengukuran
Selesai
Penjelasan :
1. Menyiapkan alat berupa laptop dan bahan berupa aplikasi qual2kw dan data
kualitas air sungai serta point source.
2. Download software qual2kw pada laman website https://www.qual2k.com/ lalu
tunggu hingga selesai dan ubah setting macro yang terdapat pada microsoft excel
dan jalankan aplikasinya
3. Input data dengan memasukkan data-data yang telah dianalisis pada sel-sel
model qual2kw dalam format microsoft excel berdasarkan peta segmentasi yang
dibuat. Data yang dianalisis memperhitungkan waktu dan kecepatan air. Data-
data yang akan dimasukkan atau di input pada beberapa lembar kerja program
qual2k antara lain:
Worksheet QUAL2Kw
Worksheet Headwater
Worksheet Reach
Worksheet data klimatologi
Worksheet hydraulics data
Worksheet point sources
Worksheet diffuse sources
4. Penentuan koefisien model yaitu me-running model berulang kali hingga
diperoleh hasil model sesuai dengan (mendekati) kondisi yang sebenarnya.
Penyesuaian model dilakukan dengan “trial dan error” nilai koefisien model.
5. Verifikasi model dilakukan denggan cara yaitu model yang telah sesuai dengan
kondisi sebenarnya dijalankan lagi dengan seri data baru . Model dianggap telah
sesuai dan bisa digunakan bila hasil model sesuai dengan (mendekati) kondisi
yang sebenarnya berdasarkan data yang baru.
6. Validasi model merupakan proses kalibrasi data yang merupakan langkah awal
penggunaan program QUAL2Kw. Validasi model ini dilakukan untuk mendapatkan
model kualitas air yang nilainya mendekati data sebenarnya. Data input yang
telah diperoleh di-entry dalam program QUAL2Kw. Model akan disimulasi
sedemikian sehingga mendapatkan hasil yang sesuai dengan data sebenarnya dan
penentuan nilai koefisien model dilakukan dengan sistem Trial and Error.
7. Perhitungan daya tampung beban pencemaran ini berfungsi untuk mengetahui
kemampuan badan air Sungai dalam menampung batas maksimum limbah yang
masuk ke dalamnya. Beban pencemar penuh dikondisikan sesuai baku mutu air
sungai dan beban kondisi awal merupakan sumber pencemaran tanpa adanya
pencemar yang masuk. Dalam penetapan daya tampung beban pencemaran
parameter yang dihitung setiap segmen, sehingga akan diketahui kemampuan
sungai dalam menampung beban pencemaran yang masuk pada setiap segmen
Mulai
Grafik Pengukuran
Selesai
Gambar 10. Diagram alir perhitungan permodelan WASP
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa Dari data diatas didapatkan data WiQi
dari semua parameter ke empat lokasi dari perhitungan menggunakan kalkulator
NSF-WQI yang kemudian nilai WiQi dijumlah dan mendapatkan nilai WiQi total.
Nilai dari setiap lokasi berturut-turut adalah 56, 54, 51, dan 58 dengan status mutu
secara berturut-turut yaitu sedang. Rumus Indeks kualitas air kemudian diaplikasi
untuk instrumen penilaian kualitas air sungai yang hasilnya dimanfaatkan dalan
perencanaan dan evaluasi pengendalian dan pengelolaan sungai (Dewi
Ratnaningsih, et al.,2018).
Berikut merupakan gambar grafik NFS-WQI yang diperoleh dari data perhitungan
di beberapa titik pantau.
70
60
56 58
50 54
51
NSF-WI
40
30
20
10
1 2 3 4
Titik Pantau
Titik Pantau
No Parameter Baku Mutu Kelas 1 (Lij)
Ci Ci/Lij Ci/Lij Baru
1 DO 6 6,9 1,15 0,57
2 BOD 2 0,4 0,2 -2,49
3 Suhu 0 26 0 0
4 COD 10 2,3 0,23 -2,19
5 TSS 40 156 3,90 3,96
Ci/Lij Rata-
-0,03
rata
Ci/Lij Max 3,96
IP 3,96
Tercemar Ringan
Titik Pantau
No Parameter Baku Mutu Kelas 2 (Lij)
Ci Ci/Lij Ci/Lij Baru
1 DO 4 6,9 1,73 0,29
2 BOD 3 0,4 0,13 -3,38
3 Suhu 0 26 0 0
4 COD 25 2,3 0,092 -4,18
5 TSS 50 156 3,12 3,47
Ci/Lij Rata-
-0,76
rata
Ci/Lij Max 3,47
IP 3,76
Tercemar Ringan
Titik Pantau
No Parameter Baku Mutu Kelas 3 (Lij)
Ci Ci/Lij Ci/Lij Baru
1 DO 3 6,9 2,30 0,24
2 BOD 6 0,4 0,07 -4,88
3 Suhu 0 26 0 0
4 COD 40 2,3 0,06 -5,20
5 TSS 100 156 1,56 1,97
Ci/Lij Rata-
-1,58
rata
Titik Pantau
No Parameter Baku Mutu Kelas 4 (Lij)
Ci Ci/Lij Ci/Lij Baru
1 DO 1 6,9 6,90 0,17
2 BOD 12 0,4 0,03 -6,39
3 Suhu 0 26 0 0
4 COD 80 2,3 0,03 0,03
5 TSS 400 156 0,39 0,39
Ci/Lij Rata-
-1,16
rata
Ci/Lij Max 0,39
IP 1,06
Tercemar Ringan
Tabel 9. Perhitungan Nilai IP Titik Point Source Berdasarkan Baku Mutu Limbah
Domestik
3,50
3,00
2,50
1,94
2,00 Titik Pantau
Titik Point Source
1,50
1,00
0,50
0,00
IP
Titik Pantau 3,96
Titik Point Source 1,94
Berdasarkan pada tabel , hasil perhitungan mutu air pada titik pantau ruas 3
sungai Bedadung pada buku mutu kelas 1 menghasilkan nilai IP sebesar . Lalu pada
buku mutu kelas menghasilkan nilai IP sebesar . Pada buku mutu kelas 3
menghasilkan nilai IP sebesar . Terakhir pada buku mutu kelas 4 menghasilkan nilai
IP sebesar. Untuk nilai baku mutu untuk perhitungan IP sendiri menggunakan PP
No 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Hasil klasifikasi perhitungan nilai IP dihasilkan dari keempat kelas baku mutu
didaptkan klasifikasi tercemar rendah. Sehingga, dapat diartikan bahwa kualitas air
di lokasi titik pantau tidak dapat dimanfaatkan atau tidak layak digunakan sebagai
baku air minum yang sudah tertera pada PP No 22 Tahun 2021 Lampiran VI.
Selanjutnya hasil perhitungan mutu air pada titik point ruas 3 sungai
Bedadung menghasilkan nilai IP sebesar . Untuk nilai baku mutu untuk perhitungan
IP sendiri menggunakan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor: P.68/Menlhk-Setjen/2016 Tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik. Hasil klasifikasi perhitungan nilai IP didapatkan klasifikasi
tercemar rendah. Sehingga, dapat diartikan bahwa kualitas air di lokasi titik point
tidak dapat dimanfaatkan atau tidak layak digunakan sebagai baku air minum yang
sudah tertera pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor: P.68/Menlhk-Setjen/2016.
Dari gambar grafik 1. diatas menunjukan hasil akhir dari perhitungan nilai
Indeks Pencemaran (IP) pada aliran DAS Bedadung ruas 3, dan menunjukan hasil
pada titik pantau sebesar 1,06 dengan demikian dapat dipastikan bahwa titik pantau
termasuk kedalam kategori tercemar ringan, sedangkan pada titik point source
diperoleh nilai indeks pencemaran sebesar 2,78 maka dapat dipastikan juga jika titik
point source juga termasuk kedalam kategori tercemar ringan. Indeks Pencemaran
(IP) ini dapat memberi masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai
kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk
memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa
Pencemaran (Arnop dkk., 2019). Maka berdasarakan nilai IP tersebut DAS
Bedadung tidak layak digunakan sebagai air minum berdasarkan PP Nomor 22
Tahun 2021, akan tetapi masih layak digunakan untuk sarana rekreasi,
pembudidayaan ikan air tawar, perternakan, dan aliran irigasi.
2.9 Pemodelan QUAL2Kw
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, berikut merupakan data
perhitungan Qual2k yang disajikan pada tabel 2.3.
Tabel 10. Data perhitungan Qual2k
Reach Label BOD (mgO2/L) COD (mgO2/L DO (mgO2/L) TSS (mgD/L)
mgO2/L
4,00
3,66
3,00 2,95
2,00 1,96 1,96
1,00
0,00
titik titik titik titik Terminus
pantau 1 pantau 2 pantau 3 pantau 4
Gambar 2. Grafik BOD permodelan Qual2kw
BOD merupakan salah satu kriteria yang paling sering digunakan untuk menilai
kualitas air. BOD menyediakan informasi mengenai fraksi yang siap terurai dari
bahan organik yang mengalir didalam air (Jouanneau et al. 2013).
Berdasarkan Gambar 2.1 dapat diketahui bahwa nilai BOD pada titik pantau 1
hingga titik pantau 4 mengalami penurunan. Kadar BOD di suatu sungai dapat
diidentifikasi sebagai parameter pencemaran air, dimana semakin tinggi BOD maka
air sungai semakin tercemar. Akumulasi BOD dari sumber pencemar akan
menimbulkan beban pencemar terhadap kemampuan sungai untuk pulih kembali,
sehingga akan menurunkan daya tampung beban pencemaran (Nugraha, 2008)
2.9.2 DO
DO
10,00
8,85 8,85
8,19 8,39
8,00
mgO2/L
6,90
6,00
4,00
titik pantau titik pantau titik pantau titik pantau Terminus
1 2 3 4
COD
2,50
2,30
2,00
mgO2/L
1,50
1,00
0,75
0,50 0,46
0,17 0,17
0,00
titik titik titik titik Terminus
pantau 1 pantau 2 pantau 3 pantau 4
Gambar 4. Grafik COD permodelan Qual2kw
TSS
180,00
160,00 156,00
mgD/L
140,00
120,00 123,44
114,63
100,00
93,03 93,03
80,00
titik titik titik titik Terminus
pantau 1 pantau 2 pantau 3 pantau 4
1. Berdasarkan analisis dari jurnal jurnal makin besar kecepatan arus sungai
yang mengalir di perairan berati semakin besar juga debit airnya.
2. Semakin tingginya nilai debit yang dihasilkan pada point source maka akan
meningkatnya pula beban pencemaran pada sungai, serta sungai akan
mengalami penurunan kualitas air sungai .
3. Berdasarkan dari pengujian beberapa parameter menandakan bahawa untuk
status kualitas air pada titik pantau hulu sungai Bedadung ruas 3 masih aman
untuk air irigasi karena berada pada baku mutu kelas IV. Namun, jika
tingkat pencemarannya semakin meningkat kedepannya air sungai di
Bedadung ini sudah tergolong tercemar berat sehingga tidak bisa digunakan
untuk aktivitas apapun.
4. Nilai dari setiap lokasi berturut-turut adalah 56, 54, 51, dan 58 dengan status
mutu secara berturut-turut yaitu sedang.
5. Nilai IP dari titik pantau sebesar 1,06 dengan kategori tercemar ringan,
sedangkan pada titik point source diperoleh nilai IP sebesar 2,78 dengan
kategori tercemar ringan. Dapat diketahui bahwa dari nilai IP tersebut DAS
Bedadung tidak layak digunakan sebagai air minum berdasarkan PP Nomor
22 Tahun 2021, akan tetapi masih layak digunakan untuk sarana rekreasi,
pembudidayaan ikan air tawar, perternakan, dan aliran irigasi.
6. Pada titik pantau 1 memiliki kadar kekeruhan lebih tinggi dari pada titik
pantau lainnya, karena semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, maka
semakin tinggi kadar kekeruhan, tetapi tingginya kadar padatan terlarut
tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan.
7. Nilai dari hasil pengukuran WASP yang didapat, pada parameter DO;
0,0715; 2, 5318; 4,5632, untuk parameter BOD; 0,0000; 0,0038; 0,0068,
sedangkan diparameter TSS didapat nilai, 0,0008; 57,0557; 103, 0223. Data
tersebut didapat dari analisis grafik WRDB, diketahui nilai tertinggi ialah
TSS, baik di hulu, tengah maupun hilir.
Daftar Pustaka
Adnyana, S., Wayan, I., & Rai, I. N. 2017. Studi analisis kualitas air di daerah aliran
Sungai Pakerisan Provinsi Bali. Ecotrophic, 11(2), 378159.
Anwariani, D. (2019). Pengaruh Air Limbah Domestik Terhadap Kualitas Sungai.
Arnop, O., Budiyanto, B., & Saefuddin, R. 2019. Kajian Evaluasi Mutu
Sungai.Nelas Dengan Metode Storet Dan Indeks Pencemaran. Naturalis:
Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, 8(1),
15-24.
Ratnaningsih, D., Puji, R., Nazir, E., Lestari, & Fauzi, R. (2018). PENGEMBANGAN
INDEKS KUALITAS AIR SEBAGAI ALTERNATIF PENILAIAN KUALITAS AIR
SUNGAI. Ecolab , Vol. 12 No. 2 , 53 - 102.
Ramayanti, D., & Amna, U. 2019. Analisis Parameter COD (Chemical Oxygen
Demand) dan pH (potential Hydrogen) Limbah Cair di PT. Pupuk Iskandar
Muda (PT. PIM) Lhokseumawe. QUIMICA: Jurnal Kimia Sains dan
Terapan, 1(1), 16-21.
Sarwono, E., & Aprillia, K. R. 2017. Penurunan Parameter Kekeruhan, Tss Dan
Tds Dengan Variasi Unit Flokulasi. Jurnal Teknologi Lingkungan, 1(2).
Sirang, Rini E.I, Payung.D, Kadir,S., dan Badaruddin. 2016. I Study on Watershed
Characteristics to Restore Carrying Capacity of Watershed Batulicin in
South Kalimantan Province, Academic Research International. Natural and
Applied Sciences. 5(6): 1-16.
Silmi, Ai. 2017. Modifikasi Indeks Kualitas Air Menggunakan National Sanitation
Foundation Water Quality Index (NSF-WQI). Prosiding. Jakarta:
Universitas Satya Negara Inonesia, Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas
Teknik.
Wetzel, R. G. 2001. Limnology; Lake and River Ecosystems. Academic Press. New
York.
Osdiansyah, H. (2019). Analisis kualitas air dan daya tampung beban pencemaran
Kali Surabaya di Kecamatan Driyorejo (Doctoral dissertation, UIN Sunan
Ampel Surabaya).
Purnaini, R., Sudarmadji, S., & Purwono, S. (2019). Pemodelan Sebaran BOD di
Sungai Kapuas Kecil Bagian Hilir Menggunakan WASP. J. Tekno Sains,
8(2), 148-157.
Ramayanti, D., & Amna, U. 2019. Analisis Parameter COD (Chemical Oxygen
Demand) dan pH (potential Hydrogen) Limbah Cair di PT. Pupuk Iskandar
Muda (PT. PIM) Lhokseumawe. QUIMICA: Jurnal Kimia Sains dan
Terapan, 1(1), 16-21.
Sarwono, E., & Aprillia, K. R. 2017. Penurunan Parameter Kekeruhan, Tss Dan
Tds Dengan Variasi Unit Flokulasi. Jurnal Teknologi Lingkungan, 1(2).