Anda di halaman 1dari 7

TUGAS REKLAMSI DAN PENUTUPAN TAMBANG

DISUSUN OLEH :

ANASTASIUS BANDI (D1101201035)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2023
1. Syarat Mengajukan UPL/RKL AMDAL
Prosedur Perolehan Izin Amdal
a. Proses Penapisan
Penapisan (seleksi) wajib Amdal adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana
kegiatan wajib menyusun Amdal atau tidak. Proses ini dilakukan dengan sistem penapisan
satu langkah. Ketentuannya terdapat pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No
11 Tahun 2006 tetang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi
dengan Amdal.
b. Proses Pengumuman
Proses dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan. Tata cara
dan bentuk pengumuman serta tata cara penyampaia saran, pendapat, dan tanggapan diatur
dalam keputusan Kepala Bapedal No 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan
Keterbukaan Informasi dalam Proses Amdal.
c. Proses Pelingkupan
Tahapan ini adalah untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak
penting yang terkait dengan rencana kegiatan. Hasil dari proses ini adalah KA-Andal
(Analisis Dampak Lingkungan).
d. Proses Penyusunan KA-Andal
Setelah itu, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai Amdal untuk
dinilai. Lama waktu penilaian adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk
memperbaiki kembali dokumen.
e. Proses Penyusunan dan Penilaian Andal, RKL, dan RPL
Penyusunan Andal, RKL, dan RPL, dilakukan dengan mengacu pada KA-Andal yang telah
disepakati (hasil penilaian Komisi Amdal) untuk dinilai. Berdasarkan peraturan lama, waktu
maksimal penilaian Andal, RKL, dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan
penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumen.
f. Persetujuan Kelayakan Lingkungan
Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu rencana usaha kegiatan pusat diterbitkan oleh:

1. Menteri, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai pusat


2. Gubernur, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai provinsi
3. Bupati/wali kota, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai kabupaten/kota

Penerbitan keputusan wajib mencantumkan:

• Dasar pertimbangan dikeluarkannya keputusan

• Pertimbangan terhadap saran, pendapat, dan tanggapan yang diajukan oleh masyarakat

Syarat Penyusunan UPL dan AMDAL

UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) dan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak


Lingkungan) adalah dua dokumen yang berkaitan dengan evaluasi dampak lingkungan yang harus
disiapkan sebelum melakukan kegiatan proyek yang berpotensi menimbulkan dampak negatif
pada lingkungan.

Berikut adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyusunan UPL dan AMDAL:

1. Jenis kegiatan yang memerlukan UPL/AMDAL harus diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Memiliki dokumen rencana kegiatan yang lengkap.
3. Melakukan studi kelayakan kegiatan secara komprehensif.
4. Melakukan analisis dampak lingkungan yang lengkap dan akurat.
5. Melakukan konsultasi dengan masyarakat dan stakeholders terkait.
6. Menyusun rencana mitigasi dampak lingkungan dan pemantauan dampak lingkungan.
7. Melakukan pengawasan terhadap implementasi rencana mitigasi dan pemantauan
dampak lingkungan.

Jika kegiatan yang dilakukan tidak memenuhi syarat-syarat tersebut, maka tidak
diperbolehkan untuk melakukan kegiatan tersebut dan bisa mendapatkan sanksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

Syarat Mengajukan Amdal

Kerangka Acuan Andal (KA-Andal)


• Dokumen KA-Andal sesuai PP LH No 16 Tahun 2012
• Surat pengantar permohonan pembahasan dokumen KA-Andal
• Fotokopi Sertifikat Tanah
• Fotokopi SIPPT (Surat Izin Peruntukkan Tanah), Izin Pemanfaatan Ruang (IPR)
• Fotokopi Blok Plan/Ketetapan Rencana Kota yang sudah ditandatangani pejabat
berwenang
• Fotokopi rencana letak bangunan yang sudah ditandatangani pejabat berwenang
• Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan/KTP (apabila perorangan)
• Peta titik lokasi
• Gambar perspektif rencana bangunan
• Fotokopi MOU (apabila ada kerja sama)
• Quisioner
• Informasi dewatering (jika ada rencana basement)
• Foto kondisi eksisting lapangan 1 minggu terakhir
• Hasil konsultasi publik, terdiri dari:
• Berita acara yang ditandatangani lurah
• Daftar absen
• Foto Pelaksanaan
• Fotokopi bukti pengumuman di media massa
• Foto pengumuman pada papan pengumuman di lokasi kegiatan

Andal, RKL, dan RPL

• Dokumen KA-Andal sesuai PP LH No 16 Tahun 2012


• Surat pengantar permohonan pembahasan dokumen KA-Andal
• Surat pernyataan pengelolaan lingkungan ditandatangani oleh direksi (bermaterai 6.000)
• Fotokopi surat pengesahan KA-Andal (Dokumen KA-Andal dibawa saat pembahasan)
• Fotokopi Sertifikat Tanah
• Fotokopi SIPPT (Surat Izin Peruntukkan Tanah), Izin Pemanfaatan Ruang (IPR)
• Fotokopi Blok Plan/Ketetapan Rencana Kota yang sudah ditandatangani pejabat
berwenang
• Fotokopi rencana letak bangunan yang sudah ditandatangani pejabat berwenang
• Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan/KTP (apabila perorangan)
• Peta titik lokasi
• Gambar perspektif rencana bangunan
• Fotokopi MOU (apabila ada kerja sama)
• Quisioner
• Informasi dewatering (jika ada rencana basement)
• Foto kondisi eksisting lapangan 1 minggu terakhir (Foto diberi tanggal)
• Hasil analisis laboratorium (Lab yang sudah punya legalitas dan akreditasi KAN)
• Surat rekomendasi Peil Banjir (dari Dinas Pekerjaan Umum)
• Hasil Kajian Tata Air
• Surat rekomendasi hasil kajian lalu lintas (dari Dinas Perhubungan

2. Wewenang Terbaru Pemerintah Terkait Pertambangan.

Pada tahun 2021, pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun


2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara. Undang-Undang ini mengatur tentang wewenang pertambangan mineral
dan batubara yang mencakup izin usaha pertambangan, perpanjangan izin usaha pertambangan,
perubahan data, pengesahan rencana kerja dan anggaran biaya, dan penyerahan hasil tambang
kepada negara.

Beberapa hal penting yang diatur dalam undang-undang tersebut antara lain:

1. Izin Usaha Pertambangan (IUP) harus memenuhi persyaratan teknis, lingkungan, dan
keuangan yang ditetapkan oleh pemerintah.

2. Pemerintah menetapkan ketentuan tentang penyerahan hasil tambang kepada negara,


termasuk mengenai mekanisme penghitungan, pembayaran, dan pemungutan royalti.

3. Pemerintah memiliki kewenangan untuk memperpanjang IUP dan melakukan perubahan


data yang terkait dengan izin usaha pertambangan.
4. Pemerintah juga memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan dan penegakan
hukum terhadap kegiatan pertambangan mineral dan batubara yang tidak memenuhi
ketentuan yang ditetapkan.

Namun, perlu dicatat bahwa informasi mengenai wewenang tambang terbaru di Indonesia dapat
berubah seiring dengan perkembangan hukum dan regulasi yang terus berubah. Oleh karena itu,
saya sarankan Anda untuk memeriksa sumber yang terpercaya seperti kementerian atau lembaga
terkait yang berwenang dalam bidang tersebut untuk memperoleh informasi terbaru.

Wewenang pemerintah pusat terhadap pertambangan merupakan hal yang penting untuk menjaga
keberlanjutan dan kesinambungan kegiatan pertambangan di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah
pusat berkomitmen untuk menjalankan tugas dan wewenangnya secara transparan, akuntabel, dan
bertanggung jawab demi kepentingan nasional dan masyarakat.

3. Penentuan Jaminan Reklamasi.

Jaminan Reklamasi Tambang (JRT) adalah jaminan yang diberikan oleh perusahaan
tambang kepada negara sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam melakukan
reklamasi setelah melakukan kegiatan pertambangan. JRT bertujuan untuk menjamin bahwa area
bekas tambang akan direklamasi dan dikembalikan ke kondisi semula atau kondisi yang lebih baik.
Penentuan besaran JRT dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasal 113 Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Penentuan besaran JRT dilakukan berdasarkan studi kelayakan lingkungan (Environmental
Impact Assessment) yang meliputi perencanaan dan estimasi biaya yang diperlukan untuk
mereklamasi kawasan bekas tambang, serta kemampuan finansial perusahaan tambang. Besaran
JRT harus mencakup biaya yang diperlukan untuk mereklamasi kawasan bekas tambang dan
mempertahankan lingkungan hidup yang sehat selama jangka waktu reklamasi.
JRT dapat diserahkan dalam bentuk uang tunai, bank garansi, atau bentuk lain yang diakui
oleh pemerintah. JRT yang telah diserahkan akan dikembalikan kepada perusahaan tambang
setelah kawasan bekas tambang telah berhasil direklamasi dan disetujui oleh pemerintah.
Pemerintah memiliki wewenang untuk memantau dan mengevaluasi kegiatan reklamasi
yang dilakukan oleh perusahaan tambang serta memeriksa kembali besaran JRT jika diperlukan.
Jika perusahaan tidak melakukan reklamasi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, maka
pemerintah memiliki kewenangan untuk menggunakan JRT untuk melakukan reklamasi tersebut

Anda mungkin juga menyukai