DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
1. Syarat Mengajukan UPL/RKL AMDAL
Prosedur Perolehan Izin Amdal
a. Proses Penapisan
Penapisan (seleksi) wajib Amdal adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana
kegiatan wajib menyusun Amdal atau tidak. Proses ini dilakukan dengan sistem penapisan
satu langkah. Ketentuannya terdapat pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No
11 Tahun 2006 tetang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi
dengan Amdal.
b. Proses Pengumuman
Proses dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan. Tata cara
dan bentuk pengumuman serta tata cara penyampaia saran, pendapat, dan tanggapan diatur
dalam keputusan Kepala Bapedal No 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan
Keterbukaan Informasi dalam Proses Amdal.
c. Proses Pelingkupan
Tahapan ini adalah untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak
penting yang terkait dengan rencana kegiatan. Hasil dari proses ini adalah KA-Andal
(Analisis Dampak Lingkungan).
d. Proses Penyusunan KA-Andal
Setelah itu, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai Amdal untuk
dinilai. Lama waktu penilaian adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk
memperbaiki kembali dokumen.
e. Proses Penyusunan dan Penilaian Andal, RKL, dan RPL
Penyusunan Andal, RKL, dan RPL, dilakukan dengan mengacu pada KA-Andal yang telah
disepakati (hasil penilaian Komisi Amdal) untuk dinilai. Berdasarkan peraturan lama, waktu
maksimal penilaian Andal, RKL, dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan
penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumen.
f. Persetujuan Kelayakan Lingkungan
Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu rencana usaha kegiatan pusat diterbitkan oleh:
• Pertimbangan terhadap saran, pendapat, dan tanggapan yang diajukan oleh masyarakat
Berikut adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyusunan UPL dan AMDAL:
1. Jenis kegiatan yang memerlukan UPL/AMDAL harus diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Memiliki dokumen rencana kegiatan yang lengkap.
3. Melakukan studi kelayakan kegiatan secara komprehensif.
4. Melakukan analisis dampak lingkungan yang lengkap dan akurat.
5. Melakukan konsultasi dengan masyarakat dan stakeholders terkait.
6. Menyusun rencana mitigasi dampak lingkungan dan pemantauan dampak lingkungan.
7. Melakukan pengawasan terhadap implementasi rencana mitigasi dan pemantauan
dampak lingkungan.
Jika kegiatan yang dilakukan tidak memenuhi syarat-syarat tersebut, maka tidak
diperbolehkan untuk melakukan kegiatan tersebut dan bisa mendapatkan sanksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Beberapa hal penting yang diatur dalam undang-undang tersebut antara lain:
1. Izin Usaha Pertambangan (IUP) harus memenuhi persyaratan teknis, lingkungan, dan
keuangan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Namun, perlu dicatat bahwa informasi mengenai wewenang tambang terbaru di Indonesia dapat
berubah seiring dengan perkembangan hukum dan regulasi yang terus berubah. Oleh karena itu,
saya sarankan Anda untuk memeriksa sumber yang terpercaya seperti kementerian atau lembaga
terkait yang berwenang dalam bidang tersebut untuk memperoleh informasi terbaru.
Wewenang pemerintah pusat terhadap pertambangan merupakan hal yang penting untuk menjaga
keberlanjutan dan kesinambungan kegiatan pertambangan di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah
pusat berkomitmen untuk menjalankan tugas dan wewenangnya secara transparan, akuntabel, dan
bertanggung jawab demi kepentingan nasional dan masyarakat.
Jaminan Reklamasi Tambang (JRT) adalah jaminan yang diberikan oleh perusahaan
tambang kepada negara sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam melakukan
reklamasi setelah melakukan kegiatan pertambangan. JRT bertujuan untuk menjamin bahwa area
bekas tambang akan direklamasi dan dikembalikan ke kondisi semula atau kondisi yang lebih baik.
Penentuan besaran JRT dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasal 113 Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Penentuan besaran JRT dilakukan berdasarkan studi kelayakan lingkungan (Environmental
Impact Assessment) yang meliputi perencanaan dan estimasi biaya yang diperlukan untuk
mereklamasi kawasan bekas tambang, serta kemampuan finansial perusahaan tambang. Besaran
JRT harus mencakup biaya yang diperlukan untuk mereklamasi kawasan bekas tambang dan
mempertahankan lingkungan hidup yang sehat selama jangka waktu reklamasi.
JRT dapat diserahkan dalam bentuk uang tunai, bank garansi, atau bentuk lain yang diakui
oleh pemerintah. JRT yang telah diserahkan akan dikembalikan kepada perusahaan tambang
setelah kawasan bekas tambang telah berhasil direklamasi dan disetujui oleh pemerintah.
Pemerintah memiliki wewenang untuk memantau dan mengevaluasi kegiatan reklamasi
yang dilakukan oleh perusahaan tambang serta memeriksa kembali besaran JRT jika diperlukan.
Jika perusahaan tidak melakukan reklamasi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, maka
pemerintah memiliki kewenangan untuk menggunakan JRT untuk melakukan reklamasi tersebut