Lampiran Aktualisasi
Lampiran Aktualisasi
Lembar konsultasi
3. Mengecek kesesuaian skor resiko dekubitus dengan penilaian perawat
di lembar asasmen awal pasien rawat inap.
Menyiapkan literasi
2. Membuat SAP asasmen ulang resiko dekubitus dengan Braden Score
dan edukasi pencegahan decubitus
Lembar konsultasi
2. Melakukan koordinasi dan kontrak waktu dengan Kepala Ruang
Anyelir RSUD dr Soediran Mangun Sumarso Wonogiri
Pelaksanaan penyuluhan
Absensi penyuluhan
Membuat laporan
Laporan kegiatan
BUKTI FISIK KEGIATAN 4
Mengimplementasikan pengisian asasmen ulang resiko dekubitus
(Braden Score) dan edukasi pada pasien menggunakan audiovisual
Lembar konsultasi
2. Mengecek pengisian asasmen ulang resiko dekubitus (Braden Score)
yang sudah dilakukan rekan perawat
Mengecek pengisian
3. Melakukan post test kegiatan pelaksanaan pengisian asasmen ulang
resiko dekubitus (Braden Score) dan edukasi pada pasien
menggunakan audiovisual
A. Pengantar
Topik : Asesmen braden score dan pencegahan dekubitus
Sasaran : Perawat ruang Anyelir RSUD Wonogiri
Hari/ Tanggal : 28 Maret s.d 1 April 2023
Waktu : 30 Menit
B. Tujuan Instruktional umum
Setelah dilakukan penyuluhan/sosialisasi diharapkan perawat ruang Anyelir dapat
memahami tentang asesmen braden score dan pencegahan dekubitus
C. Tujuan Instruktional khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan perawat mampu :
1. Mengetahui tentang pengertian asesmen braden score
2. Mengetahui tentang tujuan asesmen braden score
3. Mengetahui tentang proses pengisian asesmen braden score
4. Mengetahui tentang pengertian, patofisiologi, derajat, pencegahan dan
penatalaksanaan dekubitus
D. Materi
Terlampir
E. Media
Audiovisual (gambar dan video)
F. Kegiatan Penyuluhan
NO. TAHAP WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1. Pembukaan 5 menit a. Salam perkenalan a. Menjawab salam
b. Menjelaskan kontrak dan b. Menyepakati kontrak
tujuan penyuluhan waktu penyuluhan
c. Menyebutkan materi
yang akan diberikan
d. Kontrak waktu
penyuluhan
2. Isi 20 Menjelaskan tantang : a. Memperhatikan
menit a. Asesmen decubitus: penyuluhan
1) Pengertian asesmen
braden score
2) Tujuan asesmen b. Menjawab
braden score pertanyaan saat
3) Proses pengisian penyuluhan
asesmen braden
score
b. Dekubitus
1) Pengertian dekubitus
2) Patofisiologi
dekubitus
3) Derajat dekubitus
dekubitus
4) Pencegahan
dekubitus
5) Penatalaksanaan
dekubitus
3. Penutup 5 menit Evaluasi : a. Menjawab
a. Menanyakan kepada pertanyaan
peserta tentang materi b. Aktif bertanya
yang telah diberikan c. Mendengarkan dan
b. Memberikan kesempatan memperhatikan
kepada peserta untuk d. Menjawab salam
bertanya penutup
c. Menjawab pertanyaan
yang diajukan peserta
Terminasi :
a. Mengucapkan
terimakasih atas peran
serta peserta
b. Mengucapkan salam
penutup
G. Evaluasi Hasil
1. Evaluasi struktur
a. Kesiapan materi penyuluhan
b. Kesiapan media penyuluhan (SAP, Power point, video)
c. Perawat hadir ditempat penyuluhan
d. Pelaksanaan penyuluhan dilaksanakan sesuai dengan tempat dan waktu
2. Evaluasi proses
a. Penyuluhan dilaksanakan sesuai kontrak waktu yang disepakati
b. Perawat antusias terhadap materi penyuluhan
c. Perawat mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai
d. Perawat dapat menjawab pertanyaan dengan benar
e. Perawat aktif bertanya terkait materi penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
a. Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu
mengerti dan memahami materi yang diberikan
MATERI ASESMEN BRADEN SCORE DAN PENCEGAHAN RESIKO
DECUBITUS
b. Persiapan
Hal – hal yang perlu dipersiapkan antara lain :
1) Formulir asesmen braden score
2) Alat tulis
c. Pelaksanaan
1) Berikan informasi tentang tindakan yang akan dilakukan
kepada pasien dan keluarganya.
2) Lakukan cuci tangan menggunakan hand rub
3) Lakukan pengkajian resiko luka tekan menggunakan skala
Braden dengan cara :
a) Kolom NIK, nama, sex dll di beri barcode sesuai RM
b) Kolom tanggal diisi sesuai tanggal masuk pasien
c) Kolom ruang diisi sesuai ruang pasien
d) Kolom DPJP diisi sesuai dokter penanggung jawab pasien
e) Kolom tanggal diisi sesuai tanggal observasi setiap 24 jam
f) Kolom skor pada indicator persepsi sensori diisi dengan
angka 1 – 4 sesuai dengan hasil peniliaian resiko pasien
dengan ketentuan :
Skor 1 (Sama sekali terbatas)
Tidak responsif (tidak mengerang, tersentak, atau
menggenggam) terhadap tekanan. Kemampuan
terbatas untuk merasakan sakit di sebagian besar
tubuh
Skor 2 (Sangat terbatas)
Respons hanya terhadap rangsangan yang
menyakitkan, tidak dapat mengkomunikasikan
ketidaknyamanan, gangguan sensorik lebih dari
setengah tubuh
Skor 3 (Sedikit terbatas)
Respons terhadap perintah verbal tetapi tidak
selalu mengkomunikasikan ketidaknyamanannya
pada 1 atau 2 ekstremitas
Skor 4 (Tidak terganggu)
Respon terhadap perintah verbal, tidak ada defisit
sensorik
g) Kolom skor pada karakteristik kelembaban diisi dengan
angka 1-4 sesuai dengan hasil penilaian resiko pasien
dengan ketentuan :
Skor 1 (Lembab terus menerus)
Kulit terus menerus terpapar keringat dan urin
Skor 2 (Sering lembab)
Kulit seringkali lembab, perlu mengganti linen 1-2
kali setiap shift
Skor 3 (Kadang-kadang lembab)
Kulit kadang-kadang lembab, perlu mengganti linen
sekali sehari
Skor 4 (Jarang lembab)
Kulit kering sehingga penggantian linen cukup
dilakukan sesuai jadwal
h) Kolom skor pada karakteristik aktivitas diisi dengan angka
1-4 sesuai dengan hasil penilaian resiko pasien dengan
ketentuan :
Skor 1 (Baring total)
Terbatas pada tempat tidur
Skor 2 (Duduk di kursi)
Pasien memiliki kemampuan untuk berjalan tetapi
tidak dapat menahan berat badan mereka sendiri
Skor 3 (Kadang-kadang jalan)
Dapat berjalan dalam jarak yang sangat dekat
Skor 4 (Sering berjalan)
Berjalan di luar ruangan setidaknya dua kali sehari
dan dapat berjalan tanpa bantuan
i) Kolom skor pada karakteristik mobilitas diisi dengan angka
1-4 sesuai dengan hasil penilaian resiko pasien dengan
ketentuan :
Skor 1 (Imobilitas)
Benar-benar tidak bergerak dan tidak dapat
melakukan gerakan sedikit pun
Skor 2 (Sangat terbatas)
Dapat mengubah posisi tubuh sesekali tetapi tidak
dapat mengubah perubahan signifikan secara
mandiri
Skor 3 (Sedikit terbatas)
Membuat perubahan tubuh secara mandiri tetapi
tidak memiliki kekuatan untuk sering melakukannya
Skor 4 (Tidak terbatas)
Pasien dapat mengubah posisi tanpa bantuan
j) Kolom skor pada karakteristik nutrisi diisi dengan angka 1-
4 sesuai dengan hasil penilaian resiko pasien dengan
ketentuan
Skor 1 (Sangat buruk)
Pasien puasa atau pasien dengan asupan cairan
per hari sangat kurang, jarang makan lebih dari 1/3
porsi makan yang disajikan
Skor 2 (Tidak adekuat)
Pasien hanya makan sekitar ½ dari makanan yang
disajikan
Skor 3 (Adekuat)
Menghabiskan ¾ porsi makan, menggunakan NGT
yang komposisinya memenuhi ¾ kebutuhan nutrisi
Skor 4 (Sangat baik)
Menghabiskan 1 porsi makan yang disajikan
k) Kolom skor pada karakteristik gesekan diisi dengan angka
1-3 sesuai dengan hasil penilaian resiko pasien dengan
ketentuan :
Skor 1 (Bermasalah)
Setiap kali mengangkat terjadi gesekan dengan
matras, pasien sering merosot dan harus dibantu
saat memperbaiki posisi
Skor 2 (Potensial bermasalah)
Pasien membutuhkan bantuan minimal untuk
meminimalkan gesekan dan geser
Skor 3 (Tidak bermasalah)
Kemampuan untuk bergerak di tempat tidur dan
kursi secara mandiri. Kemampuan untuk
mempertahankan posisi yang baik di tempat tidur
l) Kolom total skor diisi dengan menjumlahkan skor dari
karakteristik persepsi sensori sampai dengan karakteristik
gesekan dengan skor terendah 6 dan skor tertinggi 23.
m) Analisa resiko berdasarkan braden score yang didapat
dengan kriteria:
Resiko ringan jika skor >15
Resiko sedang jika skor 13 – 14
Resiko tinggi jika skor 10 – 12
Resiko sangat tinggi jika skor <9
n) Lakukan cuci tangan menggunakan hand rub
o) Catat dan dokumentasikan tindakan yang dilakukan pada
berkas rawat inap pasien
d. Evaluasi
Pengkajian resiko luka tekan dengan menggunakan braden
score dilakukan setiap hari pada shif pagi. Jika hasil skor
menunjukkan nilai resiko yang rendah maka tidak diperlukan
intervensi khusus terkait pencegahan luka tekan
B. Dekubitus
1. Pengertian dekubitus
Dekubitus adalah nekrosis jaringan lokal yang cenderung
terjadi ketika jaringan lunak tertekan di antara tonjolan tulang dengan
permukaan eksternal dalam jangka waktu yang lama (Potter & Perry,
2011). Sedangkan menurut (Amirsyah & Amirsyah, 2020).
Dekubitus merupakan suatu kondisi terjadinya kerusakan struktur
anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang
terus menerus pada penonjolan tulang yang jika dibiarkan terlalu
lama akan menimbulkan infeksi.
Dalam jurnal yang dikutip oleh (Alzamani & Marbun, 2022)
dekubitus adalah luka pada kulit dan jaringan lunak yang terbentuk
karena tekanan yang terus menerus atau dalam waktu yang lama
pada kulit ini dapat terjadi di area tulang tubuh seperti iskium,
trokanter mayor, sakrum, tumit, malleolus (lateral daripada medial)
dan oksiput. Lesi ini sebagian besar terjadi pada orang yang
mobilitasnya menurun sehingga sulit dalam mengubah posisi
tubuhnya.
2. Patofisiologi dekubitus
Dekubitus dapat disebabkan oleh banyak faktor (faktor
eksternal dan internal), akan tetapi hampir semua akan menunjukan
gejala yaitu terjadinya iskemia dan nekrosis. Dekubitus disebabkan
oleh tekanan mekanis yang tidak dapat dihilangkan ke jaringan
lunak, paling sering terjadi pada tulang yang menonjol seperti
sakrum, iskium, tumit, atau trokanter. Hal ini dapat dilihat pada lokasi
Dekubitus yang sering terbentuk akibat tekanan, sebagai berikut :
Jaringan kulit dapat mempertahankan jumlah tekanan
eksternal yang tidak normal, akan tetapi tekanan konstan dalam
periode yang cukup lama merupakan penyebab utama dari
dekubitus. Tekanan eksternal harus melebihi tekanan kapiler arteri
untuk menghambat aliran darah dan harus lebih besar dari tekanan
penutupan kapiler untuk menghambat kembalinya aliran darah dari
vena. Jika tekanan tersebut dipertahankan, hal ini akan
menyebabkan iskemia pada jaringan tubuh dan lebih lanjut akan
mengakibatkan nekrosis jaringan.
Tekanan yang cukup besar ini dapat disebabkan oleh
kompresi atau tekanan dari kasur yang keras, pagar tempat tidur
rumah sakit, atau permukaan keras tempat pasien bersentuhan.
Gesekan yang disebabkan oleh kulit yang memiliki kontak langsung
dengan permukaan seperti pakaian atau tempat tidur juga dapat
menyebabkan timbulnya luka yang terjadi pada saat istirahat di
lapisan kulit yang superfisial. Kelembaban dapat menyebabkan dan
memperburuk yang ada melalui kerusakan jaringan dan maserasi
(Alzamani & Marbun, 2022).
Pengaruh fisik lain yang dapat merusak kulit dan berkontribusi
pada terbentuknya dekubitus adalah gesekan pada permukaan kulit,
gaya geser, dan kelembaban. Gesekan dan gaya geser seperti saat
berbaring miring dapat mempengaruhi lapisan kapiler lokal dan
berkontribusi pada hipoksia jaringan. Saat berbaring miring, gaya
gravitasi ke bawah dilawan oleh gesekan, yang mencegah orang
tersebut tergelincir di tempat tidur. Meskipun kulit tidak bergeser dari
alasnya, struktur internal seperti otot dan tulang yang tidak
bersentuhan dengan permukaan luar akan bergeser ke bawah
karena gravitasi. Gaya ini dapat mengganggu aliran darah karena
pembuluh darah yang terperangkap di antara kulit dan tulang
terdistorsi atau tertekan.
Kelembapan (dari keringat atau inkontinensia) dapat merusak
kulit, membuatnya lebih rentan rusak dengan gesekan dan reposisi.
Kelembaban tidak menyebabkan cedera tekanan, tetapi dapat
meningkatkan pembentukan luka kronis dengan melunakkkan
lapisan atas kulit (maserasi) dan mengubah lingkungan kimia kulit.
Faktor risiko dapat diklasifikasikan sebagai intrinsik (terkait dengan
pasien) atau ekstrinsik (terkait dengan lingkungan pasien). Kondisi
yang menempatkan pasien pada risiko termasuk gangguan motorik
dan kondisi lain yang mengganggu mobilitas, seperti kontraktur,
gangguan kesadaran atau persepsi, atau persepsi nyeri yang
berkurang, seperti di bawah anestesi umum. Selain itu, penyakit
kardiovaskular (penyakit oklusi arteri perifer, gagal jantung kongestif)
dan berbagai jenis masalah gizi (malnutrisi, penggantian cairan yang
tidak adekuat) dapat mengganggu suplai oksigen dan nutrisi ke
jaringan perifer (Amirsyah & Amirsyah, 2020).
3. Derajat luka dekubitus
Menurut NPUAP (National Pressure Ulcers Advisory Panel)
2014, luka tekan dibagi menjadi empat derajat luka, yaitu:
a. Derajat 1 :
Alzamani, L. M., & Marbun, M. R. (2022). Ulkus Kronis Mengenali Ulkus Dekubitus dan
Ulkus Diabetikum. Jurnal Nasional Indonesia, 273 - 286.
Amirsyah , M., & Amirsyah, M. (2020). Ulkus Dekubitus pada Penderita Stoke . Jurnal
Kesehatan Cehadum, 2.
Mayangsari, B., & Yenny. (2020). Pengaruh Perubahan Posisi Terhadap Risiko
Terjadinya Dekubitus. Jurnal Keperawatan Cikini, 35-41.
Potter, P., & Perry, A. (2011). Fundamental Keperawatan . Jakarta : Salemba.
National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP). 2009. Prevention and Treatment of
Pressure Ulcers: Clinical Practice Guideline. NPUAP. Washington DC
KUESIONER OPTIMALISASI PENGGUNAAN ASESMEN ULANG BRADEN
SCOREDAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENCEGAH RESIKO DEKUBITUS DI
RUANG ANYELIR RSUD KABUPATEN WONOGIRI
Petunjuk pengisian: Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda paling
tepat!
1. Apakah yang dimaksud dengan asasmen braden score?
a. Suatu metode yang digunakan perawat sebagai pengkajian kondisi kulit pasien
b. Suatu metode yang digunakan perawat untuk menentukan intervensi
keperawatan dengan keterbatasan mobilitas
c. Suatu metode yang bisa digunakan perawat dalam menilai resiko
terjadinya luka tekan pada pasien dengan tirah baring lama
d. Suatu indicator dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
2. Dibawah ini yang tidak termasuk indicator penilaian asasmen braden score yaitu?
a. Persepsi sensori
b. Mobilitas
c. Nutrisi
d. Kondisi fisik
3. Kemampuan pasien dalam merubah posisi tidurnya disebut ?
a. Aktivitas
b. Mobilitas
c. Status mental
d. Gesekan
4. Berapakah nilai skor pada Indicator persepsi sensori jika pasien mengalami
Gangguan sensori pada 1 atau 2 ekstremitas atau berespon pada perintah verbal
tapi tidak selalu mampu mengatakan ketidaknyamanan?
a. Skor 1
b. Skor 2
c. Skor 3
d. Skor 4
5. Berapakah nilai skor pada indicator gesekan jika Setiap kali mengangkat terjadi
gesekan dengan matras, pasien sering merosot dan harus dibantu saat
memperbaiki posisi?
a. Skor 1
b. Skor 2
c. Skor 3
d. Skor 4
6. Berapakah skor pada indicator kelembapan jika kondisi kulit pasien kering ?
a. Skor 1
b. Skor 2
c. Skor 3
d. Skor 4
7. Di bawah ini yang tidak termasuk penilaian indicator nutrisi adalah?
a. Jumlah porsi satu kali makan
b. Jumlah intake cairan infus
c. Jumlah produksi feses dan urin
d. Jumlah intake cairan parenteral
8. Di bawah ini yang tidak termasuk penilaian indicator kelembapan adalah?
a. Paparan keringat
b. Paparan urin/inkontinensia
c. Paparan udara
d. Kondisi kulit kering
9. Analisa resiko yang tepat jika nilai Braden Score>15 adalah ?
a. Resiko ringan
b. Resiko sedang
c. Resiko tinggi
d. Resiko sangat tinggi
10. Analisa resiko yang tepat jika nilai Braden Score<9 adalah ?
a. Resiko ringan
b. Resiko sedang
c. Resiko tinggi
d. Resiko sangat tinggi
11. Dibawah ini yang bukan termasuk definisi decubitus adalah ?
a. Nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan di
antara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu yang
lama
b. Luka yang terbentuk karena kurang nya kontrol glikemik, neuropati,
penyakit pembuluh darah tepi, yang muncul di area kaki yang sering
mengalami trauma dan tekanan
c. Suatu kondisi terjadinya kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal
akibat dari tekanan eksternal yang terus menerus pada penonjolan tulang yang
jika dibiarkan terlalu lama akan menimbulkan infeksi
d. Luka pada kulit dan jaringan lunak yang terbentuk karena tekanan yang terus
menerus atau dalam waktu yang lama pada orang yang mobilitasnya menurun
12. Berapakah derajat decubitus dengan ciri-ciri luka superficial, abrasi, melempuh,
atau membentuk lubang yang dangkal ?
a. Derajat 1
b. Derajat 2
c. Derajat 3
d. Derajat 4
13. Dari gambar di bawah ini berapakah nilai derajat decubitus ?
a. Derajat 1
b. Derajat 2
c. Derajat 3
d. Derajat 4
14. Di bawah ini yang bukan termasuk pencegahan decubitus adalah ?
a. Melakukan alih baring/mobilisasi
b. Mengalasi dengan selimut tebal
c. Menggunakan kasur angin-angin
d. Memberikan lotion terutama dibagian kulit yang ada tonjolan-tonjolan tulang
15. Di bawah ini bagian tubuh manakah yang beresiko terjadi decubitus, kecuali?
a. Perut
b. Tumit
c. Tulang ekor
d. Siku
16. Pengaruh fisik yang dapat merusak kulit sehingga menyebabkan decubitus,
kecuali?
a. Permukaan kulit
b. Gaya gesekan
c. Kelembapan
d. Nutrisi
17. Dari gambar dibawah ini berapakah derajat decubitus ?
a. Derajat 1
b. Derajat 2
c. Derajat 3
d. Derajat 4
18. Apakah screening yang dapat digunakan perawat dalam menilai decubitus?
a. Braden Score
b. Morse scale
c. Early warning system
d. Numeric ratting scale
19. Di bawah ini penyakit yang dapat mempengaruhi penyembuhan decubitus,
kecuali ?
a. Diabetes militus
b. PPOK
c. Konstipasi
d. Stroke
20. Berapakah interval waktu yang direkomendasikan dalam melakukan perubahan
posisi/alih baring?
a. Setiap 2 jam sekali
b. Setiap 12 jam sekali
c. Setiap 24 jam sekali
d. Setiap seminggu sekali