Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Dwi khotimah

NIM : 2020041014134

PRODY : Manajemen S1

(Reguler A)

Mata Kuliah : Sistem Informasi

Manajemen
UNESCO menetapkan noken sebagai salah satu warisan
budaya dunia pada 4 Desember 2012. Noken sangat lekat
dengan kehidupan perempuan-

perempuan Papua (Marit., 2016). Noken papua di nilai


memiliki potensi industri kreatif yang dapat di kembangkan di
wilayah provinsi Papua dan Papua Barat. Dalam konferensi
Internasional Keanekaragaman Hayati Ekowisata dan Ekonomi
Kreatif (ICBE) pada tahun 2018, disebutkan bahwa noken
salah satu warisan dunia, sehingga hal tersebut merupakan
peluang yang sangat baik untuk menciptakan usaha terutama
bagi masyarakat Papua (Key., 2018).

noken untuk mengembangkan industri kreatif di Papua. Industri


kreatif yang

dikembangkan harus dapat mengefisiensikan pekerjaan,


menciptakan alat untuk memudahkan pekerjaan (Khalid et al.,
2016). Beberapa penelitian terkait dengan alat pembuatan
noken belum ditemukan, akan tetapi alat pada industri kreatif
lainnya banyak dikembangkan. Penelitian tersebut seperti
perancangan desain fasilitas penjemuran karak untuk
meningkatkan produktifitas (Siswanto et al.,

2018). Penelitian tersebut dapat meningkatkan produktifitas


produksi karak dengan mempercepat proses penjemuran.

Sejak saat itu, noken yang merupakan tas rajutan dari Papua
lebih banyak dikenal, pembuatannya juga terus berkembang
mengikuti dunia busana.

Bagi masyarakat Papua, noken yang dibuat dari berbagai bahan


alami, bukan sekadar tas karena banyak nilai-nilai luhur yang
terkandung di dalamnya.

Dengan banyaknya jumlah suku di Papua, makna dan


penggunaan noken pun beraneka ragam.
"Noken menjadi spesial karena nilai filosofis yang terkandung
di dalamnya. Noken yang merupakan tas tradisional asli buatan
mama-mama (ibu-ibu) Papua ini merupakan simbol dari
kesuburan dan perdamaian bagi masyarakat Papua," kata
Arkeolog Balai Arkeologi Papua Hari Suroto lewat surat
elektronik, beberapa waktu lalu.

Dosen Arkeologi Universitas Cenderawasih itu menambahkan,


perempuan yang sudah bisa membuat noken dianggap telah
dewasa.

"Perempuan yang sudah bisa membuat noken dianggap sudah


dewasa, sedangkan yang belum bisa membuat noken dianggap
sebaliknya," kata Hari.

Noken biasanya dipakai dengan cara disangkutkan di bagian


kepala yang mengarah ke bagian punggung dan dada
perempuan Papua. Sehari-hari mereka menggunakannya untuk
membawa barang dagangan seperti buah, sayur, dan umbi-
umbian ke pasar, atau untuk berbelanja.

Bagi masyarakat pedalaman Papua, noken biasanya juga


digunakan untuk membawa bayi, ternak, ubi, sayur, dan
pakaian.

Sedangkan bagi intelektual Papua, noken digunakan untuk


menyimpan buku atau membawa notebook ke kampus. Noken
juga dipakai saat menghadiri pesta, baik pesta kelahiran, pesta
pernikahan, pesta kematian, maupun pesta adat lainnya.

Sedangkan bagi suku Dani yang bermukim di pegunungan


tengah Papua, noken dijadikan sebagai alat tukar. Noken
dengan jumlah tertentu dapat ditukar dengan seekor babi.

Hal ini senada dengan yang disampaikan Merry Dogopia, salah


satu perajin noken di Jayapura.
Cara membuat noken

Arkeolog Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menyebut


pembuatan noken yang asli dianggap sulit dan memakan waktu
yang panjang.

Tas tradisional itu tak menggunakan bahan tekstil, hanya


memanfaatkan serat tanaman.

Tanaman yang dinilai menghasilkan serat yang bagus yakni


melinjo (Gnetum gnemon), mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa), dan anggrek (Diplocaulobium regale).

Serat pohon yang menjadi bahan utama pembuatan noken


diperoleh dengan cara memukul kulit kayu. Kulit kayu yang
telah dipukul itu lalu dianginkan hingga kering.

Setelah itu, serat dari kulit kayu itu dipintal dan dirajut. "Suku
Ngalum di daerah Pegunungan Bintang memanfaatkan bahan
baku noken dari delapan spesies tumbuhan yakni Cypholophus
gjelleripii, Cypholophus vaccinioides, Ficus arfakensis, Ficus
comitis, Ficus dammaropis, Goniothalamus spp., Pipturus
argenteus, dan Myristica spp. Suku Dani di Lembah Baliem
memanfaatkan lima spesies tumbuhan sebagai bahan baku
noken yakni Boehmeria malabarica, Boehmeria nivea, Astronia
spp., Sida rhombifolia dan Wikstromia venosa," tutur Hari.

Pewarnaan noken, sambung Hari, juga menggunakan bahan


alami. Masyarakat Papua menggunakan daun dan buah-buahan.

Sulitnya membuat noken membuat tas rajutan tersebut bernilai


tinggi. Bahkan nilainya ada yang mencapai belasan juta rupiah.
Harga noken tersebut juga mahal. Sebab, pembuatan noken
bisa memakan waktu berbulan-bulan karena sulitnya mencari
bahan utama.
NOKEN

Noken adalah tas tradisional khas papua yang di buat langsung


oleh perempuan-perempuan papua. Noken melambangkan
status sosial kehidupan pemakainya. Bagi orang terkemuka
akan diberi hiasan khusus dan pola-pola khusus. Noken
dianggap sebagai simbol kesuburan perempuan, kehidupan
yang baik, dan simbol perdamaian terutama bagi masyarakat
pegunungan puncak seperti daerah Damal, suku Yali, suku
Dani, suku Lani dan suku Bauz. Noken sangat berbeda dengan
tas modern karena pembuatannya yang cukup rumit dan tidak
menggunakan mesin. Noken sebagai ciri khas budaya Papua
sering digunakan sebagai cendramata.

Bahan-bahan pembuat NoAmungme, yaitu; kulit pohon


genemo (NEMAM MENTEL) artinya benangken sesuai
dengan penyebutan bahasa Suku yang terbuat dari kulit pohon
Genemo, kulit pohon Ilam (KE MENTEL) artinya benang yang
terbuat dari kulit pohon Ilam, kulit pohon anyamin (AP
MENTEL) yang artinya terbuat dari benang kulit pohon
Anyamin, akar pohon kelapa gunung (KOENG EP MENTEL)
yang artinya benang terbuat dari Akar Kelapa Gunung, daun
Pandan hutan disebut (AJIGIP/BIKIAM) merupakan bahan
pelengkap yang dapat merapikan setiap anyaman dan juga
merupakan bahan untuk mengukur kecil besarnya setiap
anyaman Noken, anggrek kuning disebut (DOME) yang
merupakan bahan pewarna Noken, (DIGIM) merupakan bahan
pewarna merah yang diambil dari tanah yang kusus, (TEME)
juga merupakan pewarna hitam yang diambil dari buah yang
kusus, dan Tulang Kelelawar disebut (OL NELEM/ONGOM)
merupakan bahan yang dijadikan sebagai jarum anyaman.
Noken yang dianyam dari bahan-bahan ini merupakan bahan
alami sehingga dinamakan Noken Asli (NAU WII) (Dekme,
2015).
Pembuatan noken masih sangat tradisional dan menggunakan
alat seadanya, Pembuatan noken dilakukan dengan cara
penumbukan pada kulit kayu yang di dapat dari hutan lalu
dilakukan proses pengawetan yaitu dengan merendamnya
didalam air garam untuk menamba kekuatan serat kulit kayu,
setelah selesai perendaman maka kulit kayu tersebut dipilin
seingga membentu seperti benang-benang kecil. Setelah kedua
proses tersebut maka noken siap dibuat dengan membentuk
lingkaran kecil seperti cincin dan dilanjutkan dengan
menganyamnya.

Anda mungkin juga menyukai