Penanganan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Usia Lanjut
Penanganan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Usia Lanjut
Oleh
PUSKESMAS MOROKREMBANGAN
2022
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
Surabaya, ………………
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhaahu wata’ala, karena berkat
RahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penanganan
kesehatan gigi dan mulut pada usia lanjut”. Makalah ini diajukan guna memenuhi
persyaratan kenaikan pangkat jenjang kepegawaian Pegawai Negeri Sipil dari
golongan IV/b ke Golongan IV/c.
Makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharap kritik
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
dan mulut pada kelompok umur 45-54 tahun tergolong paling tinggi dibandingkan
dengan kelompok umur lainnya yaitu 31,9%. Prevalensi pada kelompok umur 55-
64 tahun sejumlah 28,3% dan pada kelompok usia ≥ 65 tahun sebanyak 19,2%
menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan usia lanjut.
Masalah tersebut jika tidak segera ditangani akan menjadi kompleks. Masalah
kompleks pada usia lanjut baik dari segi fisik, mental, dan sosial berkaitan dengan
(penuaan).
Kriteria usia lanjut berdasar WHO adalah usia 60-74 tahun disebut
usia lanjut (elderly). Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan
suatu tahap akhir siklus kehidupan merupakan kenyataan yang tidak dapat
dihindari (Agnes, 2013). Masalah gizi yang dihadapi usia lanjut berhubungan
kemampuan usus untuk menyerap zat-zat gizi dari makanan yang dikonsumsi
menurun. Perubahan fisiologis lainnya yang terjadi pada usia lanjut adalah
menurunnya fungsi ginjal, dan meningkatnya jumlah mineral yang hilang dari
jaringan keras yaitu tulang dan gigi (Muchtadi, 2009) . Menurut Adriani (2012)
Perubahan yang lazim terjadi dalam rongga mulut adalah gusi, gigi dan lidah.
rongga mulut dan kemungkinan menurunkan cita rasa. Penyakit periodontal yang
80% terjadi pada orang tua dan kehilangan gigi sehingga menyebabkan kesulitan
dari penyakit karies dan periodontal. Secara umum kedua penyakit tersebut dapat
masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak muncul di masyarakat. Kehilangan
gigi sebagian akan mempengaruhi banyak hal dalam diri seseorang, baik estetis
individu untuk mengunyah (Manik, 2012). Menurut Thalib (2008) kehilangan gigi
merupakan masalah kesehatan mulut yang umum terjadi pada usia lanjut, hal ini
yang hilang dan menyebabkan hilangnya oklusi antara gigi atas dan bawah.
dalam pemilihan makanan dan gangguan nutrisi pada usia lanjut (Bertha, 2014).
Klinik Swasta yaitu dengan target 10 orang usila. Dari hasil kajian berupa
wawancara kepada sejumlah usila yang mengalami kasus kesehatan gigi dan
mulut yaitu tentang kehilangan gigi ada 8 orang banyak diantara mereka yang
makan makanan yang yang bertekstur lembut, halus dan mudah dicerna dengan
status gizi. Usila dengan keadaan gizi diatas normal atau gemuk sebanyak 2
orang, dengan gizi normal sebanyak 2 orang, dan yang dengan status gizi dibawah
normal atau kurus sebanyak 6 orang. Berdasarkan data hasil wawancara yang
diperoleh tentang permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada usia lanjut, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan
jumlah kehilangan gigi dan status gizi pada usila. Karena, pada masa ini
merupakan masa persiapan untuk mencapai usia lanjut yang sehat, aktif, dan
produktif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kesehatan rongga mulut adalah keadaan rongga mulut, termasuk gigi geligi dan
struktur jaringan pendukungnya bebas dari penyakit dan rasa sakit, berfungsi
secara optimal, yang akan menjadikan percaya diri serta hubungan interpersonal
Kesehatan gigi merupakan salah satu aspek dari seluruh kesehatan yang
merupakan hasil dari interaksi antara kondisi fisik, mental, dan sosial. Aspek fisik
yaitu keadaan kebersihan gigi dan mulut, bentuk gigi, dan air liur yang dapat
Kebersihan gigi dan mulut adalah keadaan gigi geligi yang berada di
dalam rongga mulut dalam keadaan bersih bebas dari plak dan kotoran lain yang
berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, dan sisa makanan
(Setyaningsih, 2007).
rongga mulut karena pertumbuhan bakteri mulut yang tidak terkontrol merupakan
penyebab utama terjadinya permasalahan gigi dan mulut (Maitra, 2012). Lapisan
pada gigi yang terdiri atas kumpulan bakteri yang berkembang biak dalam suatu
matrik, disebut dengan lapisan plak. Lapisan plak akan terbentuk dan melekat
8
erat pada permukaan gigi bila seseorang mengabaikan kebersihan giginya (Be,
1987). Menurut Tarigan (1989), beberapa hal yang bisa dilakukan untuk
a. Menggosok gigi minimal dua kali sehari dengan pasta gigi yang
Sikat gigi dengan baik dan benar, yaitu dengan menjangkau ke seluruh
sela gigi.
c. Berkumur setelah makan atau setelah menyikat gigi dengan obat kumur
atau makanan bertepung karena sisa makanan tersebut dapat melekat pada
gigi.
1987). Plak pada gigi yang tidak dihilangkan secara cermat akan mengalami
1985).
9
Menurut Forrest (1995), plak gigi juga berdampak pada patogenitas dari
karies dan penyakit periodontal. Adapun akibat dari pemeliharaan kesehatan gigi
sel darah yang pecah dan mengendap ke sela-sela gigi dan gusi.
keadaan gigi yang tidak teratur, serta resesi dari gusi. Karang
gigi hanya dapat dihilangkan oleh dokter gigi atau perawat gigi
10
sikat gigi. Bila karang gigi tidak dihilangkan maka lama
dapat timbul pada satu permukaan gigi atau 10 lebih dan dapat
11
c. Penyakit periodontal atau penyakit jaringan penyangga gigi
12
merupakan tahap awal dari proses penyakit periodontal.
penyebab.
gingival pocket.
13
ditangani dapat berlanjut ke Periodontitis. Periodontitis
secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
(2004) menyebutkan bahwa lansia adalah proses seseorang bertambah tua, yang
memiliki interaksi komplek dari segi biologis, psikologis, dan sosiologis yang
berproses melalui waktu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), lanjut
usia adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu dengan batas usia 60
tahun ke atas. Menurut Maryam dkk. (dalam Rusdi, 2011), lansia dibagi menjadi
14
e. Lanjut usia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari
masyarakat luas.
tahun) dan usia lanjut dengan resiko tinggi (>70 tahun), merupakan
15
2.3. Tanda-tanda penuaan pada lanjut usia
Menurut Maryam dkk. (dalam Rusdi, 2011), penuaan adalah suatu proses
alami yang tidak dapat dihindari, berjalan terus menerus dan berkesinambungan
yang tentu akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan baik dari dalam
maupun luar tubuh. Tidak ada batasan yang tegas pada usia berapa penampilan
seseorang mulai menurun dan pada setiap orang fungsi fisiologis alat tubuhnya
sangat berbeda baik dalam hal pencapaian puncak maupun saat menurunnya
Menurut Maryam dkk. (dalam Rusdi, 2011), proses menua pada lansia
pertumbuhan kuku menjadi lambat, adanya kuku jari yang keras dan
16
rapuh, pudar dan tampak kurang bercahaya, begitu pun dengan
dapat mudah menjadi kram dan tremor, tetapi pada otot polos tidak
begitu terpengaruh.
pada katup jantung justru menebal dan menjadi kaku. Hal ini dapat
lainnya meliputi kesehatan gigi yang buruk (karies gigi) dan gizi yang
17
pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atrofi
faktor, termasuk genetik yang dimiliki seseorang serta area otak yang
penambahan usia dapat terlihat dari daun telinga yang nampak lebih
18
g. Perubahan sistem pengelihatan
bola mata. Alis mata menjadi abu-abu dan lebih kasar pada laki-laki,
kuantitas air mata, sklera menjadi kecoklatan, ukuran pupil dan iris
berbagai fungsi organ pada lansia secara tidak langsung juga berpengaruh pada
a. Faktor dari diri lansia sendiri, seperti jenis kelamin, usia, gaya hidup
19
perkawinan, perumahan dan status ekonomi yang dapat mempengaruhi
kesehatan giginya.
fisik.
program kesehatan gigi lansia, sarana, dana, sikap, dan praktek petugas
Permasalahan kesehatan gigi lanjut usia Masalah yang sering terjadi akibat
dari kurangnya kebersihan gigi dan mulut pada lansia menurut Hidayat (dalam
a. Halitosis atau bau nafas yang tidak sedap, dapat disebabkan oleh
penyangga gigi.
20
2.4. Fungsi Gigi pada lansia
Indikator Derajat Kesehatan Gigi dan Mulut 2010 (dalam Kemenkes RI,
2012), pada kelompok usia 65 tahun keatas harus memiliki minimal 20 gigi
berfungsi sebesar 75% dan penduduk tanpa gigi 5%. Gigi berfungsi pada lansia
adalah 20 gigi utuh tidak goyang yang masih dapat digunakan untuk mengunyah,
mempunyai 20 gigi berfungsi, hal ini berarti bahwa fungsi pengunyahan masih
Menurut Witter dkk. (dalam Dwidjayanti, 2012), kondisi gigi geligi yang
rongga mulut, apabila terdapat 10 pasang gigi berkontak di dalam rongga mulut
atau terdapat 20 gigi yang tersusun berpasangan di dalam rongga mulut (shortened
Posisi dan kontak atau oklusi gigi berperan penting dalam fungsi kunyah, proses
posterior, sehingga terjadi atrisi pada permukaan incisal dan palatal gigi anterior
serta overbite atau gigitan dalam sebagai akibat bertambahnya beban kunyah pada
21
2.5. Tindakan pencegahan kerusakan gigi pada lanjut usia
khususnya untuk lansia aktif merupakan urutan pertama. Untuk itu, berbagai
kegiatan pencegahan kerusakan gigi pada lansia yang perlu diperhatikan baik oleh
diberikan pada lansia sebenarnya sama seperti perawatan pada masyarakat umum,
22
hanya saja tenaga kesehatan terkait perlu mendapat pelatihan untuk merawat
kesehatan umum.
keluarganya.
Menurut Cahyo (2011), cara-cara perawatan gigi pada lansia antara lain:
a. Kebersihan gigi dan mulut pada lansia yang masih mempunyai gigi
sikat gigi dan pasta gigi perlahan-lahan di bawah air yang mengalir.
d. Bagi lansia yang tidak mempunyai gigi, setiap selesai makan harus
23
2.6. Posyandu Paripurna Lansia
kelompok usia lanjut di suatu wilayah dengan melibatkan peran serta aktif
masyarakat melalui kader kesehatan dan kerjasama lintas program dan lintas
umumya dan khususnya kelompok lansia. Menurut Zulfikar (t.t.), kegiatan yang
24
BAB III
3.1. Kesimpulan
Pada orang lanjut usia permasalahan kesehatan gigi dan mulut menjadi
lebih kompleks. Banyak orang lanjut usia yang mengalami permasalahan dalam
kesehatan gigi dan mulut, termasuk kehilangan gigi. Kurangnya kesadaran para
permasalahan tersendiri. Hal ini bisa terjadi karena pada orang lanjut usia banyak
mulutnya.
3.2. Saran
penyuluhan tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut secara sederhana dan
mudah dimengerti lansia serta pelayanan konseling, kontrol plak dan pemeriksaan
gigi secara berkala dengan harapan penyakit gigi dan mulut pada kelompok usia
lanjut dapat menurun. Lansia diharapkan untuk menjaga kesehatan gigi dan
mulutnya dengan cara menyikat gigi dengan waktu dan teknik yang tepat,
mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang manis dan lengket, serta rutin
25
DAFTAR PUSTAKA
Dignan, M.B., Carr, P.A., 1992, Program Planning for Health Education and
Glanz, K., Lewis, F.M., Rimer, B.K., 1997, Health Behavior and Health
Jossey-Bass Publishers