Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM NANOTEKNOLOGI IV

Nanoemulsi Kitosan dengan Eugenol menggunakan Ultrasonikasi

Disusun Oleh:

Andi Tiara Daryl Fatika 162012333066

Dosen Pembimbing: Mirza Ardella Saputra, S.Si., M.Sc., Ph.D

Rekayasa Nanoteknologi
Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin
Universitas Airlangga
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Eugenol atau 4-alyl-2-methoxyphenol adalah sebuah fenol yang secara alami muncul
pada makanan, obat, kosmetik dan pada aplikasi active packaging1. Eugenol menunjukkan
aktivitas antibakteri yag sangat baik terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negate
pada matriks makanan 2. Prinsip dasar yang digunakan untuk mekanisme antibakteri ialah
dengan eugenol yang meningkatkan permeabilitas nonspesifik dari fosfolipid bilayer dari
membrane sel bakteri. Aktivitas enzim bakteri ini dihentikan oleh gugus OH pada eugenol
dan membrane bakteri akan terganggu hingga terjadi kebocoran pada konstituen intraselular
dan kematian sel2.

Dengan segala kelebihan dan potensi aplikais eugenol pada industry makanan, efisiensi
eugenol masih terbata akibat dari volatilitasnya yang tinggi, tidak terlarut dalam air,
stabilitas oksidasinya yang kurang, hingga sensitivitas termalnya yang tinggi terhadap
kondisi lingkungan selama proses, utilisasi dan penyimpanan3. Telah banyak cara yang
dilakukan para peneliti untuk meningkatkan efesiensi dan memperluas potensi aplikasi dari
eugenol ini. Di antara cara-cara tersebut, nanoemulsi adalah yang terbaik untuk
menyelesaikan masalah ini. Nanoemulsi tidak hanya dapat melindungi substansi aktif dari
stressor lingkungan tetapi juga menunda reaksi deteriorative4.

Selain nanoteknologi, proses enkapsulasi eugenol oleh nanopartikel carrier juga


diketahui dapat mengurangi hilangnya eugenol yang diakibatkan oleh proses oksidasi dan
volatilisasi pada kondisi panas2. Sebagai sistem penghantar, material packaging berbasis bio
dengan biodegradabilitas yang baik lebih dimintai karena sumber alam yang terbatas,
masalah keamanan makanan dan masalah lingkungan yang terus meningkat. Kitosan,
sebagai polimer karbohidrat yang alami, biodegradable dan biokompatibel, banyak
digunakan pada pemrosesan maknan, agrikultur, mikrokapsul, dan bidang pharmaseutikal.

1.2 Tujuan
1. Mensintesis nanopartikel kitosan menggunakan metode nanoemulsi
2. Mengenkapsulasi eugenol dalam nanopartikel menggunakan ultrasonikasi
3. Menguji coba faktor kandungan eugenol dan kecepatan agitasi
4. Membandingkan hasil kedua sintesis
5. Menganalsis komponen dan morfologi sampel melalui karakterisasi UV-Vis, PSA,
dan XRD
BAB 2
METODOLOGI

2.1 Alat
1. Hotplate dan magnetic stirrer untuk 7. Mikropipet
agitasi dan pemanasan 8. Tip mikropipet
2. Gelas beaker 250 ml sebanyak 4 9. Instrumen sentrifugasi
untuk pelarutan kitosan 10. Tabung Falcon untuk sentrifugasi
3. Gelas beaker 100 ml untuk 11. Timbangan Analitik
enkapsulasi eugenol oleh kitosan 12. Kuvet UV-Vis
4. Tabung ukur 13. Ultrasonikator
5. Spatula 14. Instrument UV-Vis, FTIR, dan PSA
6. Pipet

2.2 Bahan
1. Bubuk Kitosan seberat 2 gr 4. Larutan asam asetat
2. Tween20 5. Eugenol
3. Bubuk STPP

2.3 Prosedur Sintesis


2.3.1 Sintesis Nanopartikel Kitosan
Gelas Beaker 250 ml disiapkan sebanyak 4 buah demikian juga dengan hotplate.
Masing-masing gelas beaker dimasukkan kitosan seberat 0,5 gr dilarutkan ke dalam
asam asetat 1%(v/v) sebanyal 100 ml. Campuran tersebut kemudian distirring
selama 1 jam pada suhu sebesar 50oC dengan kecepatan 1000 rpm. Setelah itu,
Tween20 ditambahkan sebanyak 29 ml kedalam 4 campuran tersebut, 7,2 ml
masing-masing campuran. Setelah ditambahkan Tween20, campuran tersebut
diagitasi lebih lanjut selama 30 menit dengan kecepatan yang sama. Setelah itu,
larutan eugenol sebanyak 0,8 ml untuk 2 campuran dan 1 ml untuk 2 campuran
lainnya, dituangkan ke dalam masing-masing gelas beaker. Agitasi dilanjutkan
dengan kecepatan 750 rpm dan 1000 rpm untuk 2 gelas beaker dengan eugenol
sebanyak 0,8 ml dan juga eugenol 1 ml selama 10 menit.
Sebelum melanjutkan ke tahap penambahan larutan STPP, bubuk STPP
dilarutkan terlebih dahulu sebanyak 0,1% volume pelarut yaitu 0,05 gr. Setelah itu,
larutan TPP sebanyak 12 ml diteteskan secara bertahap ke dalam campuran selama
10 menit agitasi.

2.3.2 Proses Ultrasonikasi


Setelah semua campuran eugenol-kitosan telah selesai, campuran tersebut
diultrasonikasi di dalam ultrasonikator dengan durasi 15 menit untuk masing-masing
cmapuran. Sebelum dikarakterisasi, masing-masing sampel disentrifugasi terlebih
dahulu untuk membentuk supernatant. Karakterisasi dilakukan menggunakan
instrument UV-Vis, FTIR dan PSA.
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Perhitungan Komponen Bahan

1. Massa bubuk STPP


Bubuk STPP harus dilarutkan menjadi larutan TPP sebelum diteteskan ke dalam
campuran dengan zat pelarut. Bubuk STPP yang digunakan sebanyak 0,1% dari
volume pelarut yang dikehendaki. Pada eksperimen ini, digunakan 50 ml pelarut,
maka,

0,1 % × 50 𝑚𝑙
0,1 0,5
× 50 = = 0,05 𝑔𝑟
100 10

Berdasarkan perhitungan di atas, dibutuhkan 0,05 gr bubuk STPP untuk dilarutkan ke


dalam 50 ml pelarut.

2. Volume Tween20
Berdasarkan jurnal yang kami gunakan, digunakan 36 ml Tween20 untuk 500 ml
campuran, maka untuk 100 ml campuran dibutuhkan,

36
= 7,2 𝑚𝑙
5

Karena pada sampel ini terdapat 4 sampel, maka

7,2 𝑚𝑙 × 4 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 28,8 𝑚𝑙 ≈ 29 𝑚𝑙


3. Volume Eugenol
Terdapat 2 variasi yaitu 0,8 ml dengan kecepatan agitasi 750 dan 1000 rpm dan juga 1
ml dengan kecepatan agitasi 750 dan 1000 rpm

3.2 Data Hasil Eksperimen


3.2.1 Data Visual

(a) (b
)
Gambar 1. Perbandingan Visual Sampel (a) Sebelum diultrasonikasi (b) Setelah
diultrasonikasi

Perbandingan visual sampel diatas menunjukkan bahwa setelah diultrasonikasi,


sampel yang sebelum berwarna putih keruh akan berubah menjadi lebih bening. Ini
menandakan bahwa partikel yang dihasilkan pada sampel ukurannya kecil, karena
menurut Yang dkk tahun 2021, semakin tinggi daya ultrasonic yang digunakan,
semakin kecil ukuran partikel yang dihasilkan5. Dari sini, dapat diketahui pula,
berdasarkan eksperimen yang dilakukan Costa dkk, semakin besar ukuran partikel
suatu campuran, maka semakin pekat warna yang dihasilkan6.

Gambar 2. Hasil sentrifugasi

Terlihat pada Gambar 2 bahwa tidak ada endapan yang dihasilkan, Hal ini
mungkin dikarenakan ukuran partikel yang dihasilkan sangat kecil sehingga partikel
dengan ukuran lebih besar tidak bisa terpisah dari partikel dengan ukuran yang lebih
kecil7. Kemungkinan lain adalah kondisi isopinik. Seperti yang kita ketahui bahwa
dalam suatu larutan, partikel yang kerapatannya lebih tinggi dari pada pelarut
tenggelam (sedimen), dan partikel yang lebih ringan darinya mengapung ke atas,
namun pada kondisi isopinik, tidak ada perbedaan densitas pada partikel dan pelarut,
sehingga tidak ada pergerakan yang dihasilkan atau partikel tetap stabil sehingga
tidak membentuk sedimen8.
3.2.2 Data Hasil Karakterisasi UV-Vis

Gambar 3. Grafik hasil karakterisasi UV-Vis pada campuran dengan larutan


eugenol 0,8 ml

Gambar 4. Grafik hasil karakterisasi UV-Vis pada campuran dengann eugenol 1


ml
Terlihat pada Gambar 3 dan 4, grafik menunjukkan titik panjang gelombang
yang konstan yaitu sekitar 294-296 nm. Ini sesuai dengan larutan eugenol standar
yang diukur oleh Shao dkk yaitu di antara panjang gelombang 250 – 300 nm9.
Karakterisasi UV-Vis pada semua menunjukkan bahwa eugenol berhasil
dienkapsulasi.

3.2.3 Data Hasil Karakterisasi PSA

Gambar 5. Grafik PSA campuran eugenol-kitosan dengan jumlah eugenol 0,8 ml

Gambar 6. Grafik PSA campuran eugenol-kitosan dengan jumlah eugenol 1 ml


Pada karakterisasi PSA, dapat diketahui ukuran distribusi partikel, ukuran rata-
rata partikel dan juga polidispersity index (PI). Berdasarkan hasil karakterisasi PSA
pada campuran eugenol-kitosan dengan jumlah eugenol 1 ml dan kecepatan agitasi
750 rpm memiliki rata-rata diameter sebesar 74 nm dengan PI sebesar 0,134.
Sementara itu, campuran dengan jumlah eugenol sama namun dengan kecepatan
agitasi sebesar 1000 rpm, memiliki rata-rata 234.4 nm dengan PI sebesar 0,124.
Untuk campuran dengan jumlah eugenol sebanyak 0,8 ml dengan kecepatan
agitasi 750 rpm, ukuran partikel yang dihasilkan memiliki rata-rata 571,8 nm dengan
PI sebesar 0,259. Sedangkan campuran dengan kecepatan 1000 rpm, ukuran partikel
yang dihasikan rata-rata 126.3 nm dengan PI sebesar 0,180.
Berdasarkan hasil karakterisasi PSA, diketahui bahwa eksperimen ini berhasil
memebentuk nanopartikel yang dibuktikan dengan ukuran partikel rata-rata sekitar
70 nm – 600 nm dengan PI sebesar sekitar 0,1 – 0,2. Hasil PI ini menandakan bahwa
campuran eugenol-kitosan ini bersifat homogen, karena nilai kurang dari 1. Ini juga
mengindikasikan bahwa proses ultrasonikasi yang dilakukan berhasil.

3.2.4 Data Hasil Karakterisasi XRD

Gambar 7. Grafik XRD campuran eugenol-kitosan dengan jumlah eugenol 0,8 ml


Gambar 8. Grafik XRD campuran eugenol-kitosan dengan jumlah eugenol 1 ml

Terlihat pada keempat grafik XRD sampel eugenol-kitosan, puncak berada di


sekitar 20o. Puncak ini menunjukkan keberadaan enkapsulasi eugenol dengan
kitosan. Grafik sesuai dengan hasil UV-Vis yang menunjukkan sampel berhasil
mengenkapsulasi eugenol.
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil karakterisasi, dapat disimpulkan semua sampel


berhasil mengenkapsulasi eugenol. Berdasarkan hasil PSA, sampel berhasil
membentuk nanopartikel dengan ukuran 70 nm sampai 600 nm. Sedangkan berdasarkan
hasil karakterisasi UV-Vis dan XRD, semua sampel berhasil mengenkapsulasi eugenol.
Eksperimen ini membuktikan bahwa metode dan kandungan eugenol yang digunakan
tidak berpengaruh terhadap kemampuan enkapsulasi eugenol dan kitosan.

4.2 Saran
Penulis menyarankan agar semua alat yang digunakan, berada dalam keadaan
optimal. Selain itu, bahan yang digunakan harus tepat sesuai dengan modul atau jurnal
yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

(1) Yogalakshmi, B.; Viswanathan, P.; Anuradha, C. V. Investigation of Antioxidant, Anti-


Inflammatory and DNA-Protective Properties of Eugenol in Thioacetamide-Induced
Liver Injury in Rats. Toxicology 2010, 268 (3), 204–212.
https://doi.org/10.1016/j.tox.2009.12.018.
(2) Woranuch, S.; Yoksan, R. Eugenol-Loaded Chitosan Nanoparticles: I. Thermal Stability
Improvement of Eugenol through Encapsulation. Carbohydrate Polymers 2013, 96 (2),
578–585. https://doi.org/10.1016/j.carbpol.2012.08.117.
(3) Li, W.; Chen, H.; He, Z.; Han, C.; Liu, S.; Li, Y. Influence of Surfactant and Oil
Composition on the Stability and Antibacterial Activity of Eugenol Nanoemulsions. LWT
- Food Science and Technology 2015, 62. https://doi.org/10.1016/j.lwt.2015.01.012.
(4) Loquercio, A.; Castell-Perez, E.; Gomes, C.; Moreira, R. G. Preparation of Chitosan-
Alginate Nanoparticles for Trans-Cinnamaldehyde Entrapment. J Food Sci 2015, 80 (10),
N2305-2315. https://doi.org/10.1111/1750-3841.12997.
(5) Yang, G.; Lin, W.; Lai, H.; Tong, J.; Lei, J.; Yuan, M.; Zhang, Y.; Cui, C. Understanding
the Relationship between Particle Size and Ultrasonic Treatment during the Synthesis of
Metal Nanoparticles. Ultrason Sonochem 2021, 73, 105497.
https://doi.org/10.1016/j.ultsonch.2021.105497.
(6) Costa, L.; Hemmer, J.; Hillmann Wanderlind, E.; Gerlach, O.; Santos, A.; Tamanaha, M.;
Bella-Cruz, A.; Correa, R.; Bazani, H.; Radetski, C.; Almerindo, G. Green Synthesis of
Gold Nanoparticles Obtained from Algae Sargassum Cymosum: Optimization,
Characterization and Stability. BioNanoScience 2020, 10. https://doi.org/10.1007/s12668-
020-00776-4.
(7) Centrifugation Basics. https://www.sigmaaldrich.com/ID/en/technical-
documents/technical-article/protein-biology/protein-pulldown/centrifugation-basics
(accessed 2023-05-01).
(8) Centrifugation Theory. https://www.fishersci.se/se/en/scientific-products/centrifuge-
guide/centrifugation-theory.html (accessed 2023-05-01).
(9) Shao, Y.; Wu, C.; Wu, T.; Li, Y.; Chen, S.; Yuan, C.; Hu, Y. Eugenol-Chitosan
Nanoemulsions by Ultrasound-Mediated Emulsification: Formulation, Characterization
and Antimicrobial Activity. Carbohydr Polym 2018, 193, 144–152.
https://doi.org/10.1016/j.carbpol.2018.03.101.

Anda mungkin juga menyukai