HOTS - Bertanya & Berfikir
HOTS - Bertanya & Berfikir
BERPIKIR
(Pengembangan High Order Thinking
Skill)
© vi+118; 16x24 cm
Januari 2021
KetentuanPidana
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat
1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara
paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum
suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Sumber: https://images.app.goo.gl/kqCtujp9kBfX2nFz9
Sumber : https://images.app.goo.gl/vm8VfpY4D3R16Y9m8
Berilah arsir untuk bidang yang menjadi alas dan tutup dari
jaring-jaring tersebut!
persegipanjang berikut!
Daftar Pustaka
Dahal, N., Luitel, B. C., & Pant, B. P. 2019. Understanding the Use of
Questioning by Mathematics Teachers: A revelation.
International Journal of Innovation, 5(1), 118–146.
https://www.weareteachers.com/8-ways-to-pose-better-
questions-in-math-class/
http://www.ascd.org/ascd-express/vol14/num19/questioning-
strategies-that-invite-math-participation.aspx
3. Pengetahuan Prosedural
Prosedural berasal dari kata prosedur. Kita seringkali
mendengar istilah prosedur ketika kita melakukan suatu
aktifitas. Misalnya prosedur membuat Kartu Tanda Penduduk
(KTP). Dalam prosedur pembuatan KTP tersebut pasti akan
terdiri banyak tahapan atau langkah yang harus dilakukan
oleh seseorang hingga KTP siap cetak. Berdasarkan ilustrasi
tersebut kita dapat menggeneralisasikan bahwa pengetahuan
prosedural adalah pengetahuan terkait bagaimana kita
melakukan suatu aktifitas atau kegiatan. Anderson &
Krathwohl (2001) menyatakan bahwa dalam pengetahuan
prosedural siswa akan mempelajari mengenai pengetahuan
dari suatu keterampilan dan algoritma, teknik dan metode,
serta kriteria yang dipergunakan untuk menentukan kapan
siswa harus melakukan sesuatu.
4. Pengetahuan Metakognitif
Sebelum membahas lebih jauh mengenai pengetahuan
metakognitif. Kita kenali dulu arti kata dari kognisi. Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan kognisi adalah
suatu proses memperoleh suatu pengetahuan atau usaha
mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri dimana proses
tersebut melibatkan kesadaran diri serta perasaan dan
sebagainya. Dengan demikian, dalam proses kognisi, siswa
secara sadar berusaha dengan usahanya sendiri untuk
memperoleh pengetahuan baru. Pada proses kognisi siswa
diminta untuk mengalami sendiri suatu proses untuk
mengenali sesuatu yang baru yang belum siswa ketahui
sebelumnya. Proses kognisi penting sekali diketahui dalam
pengetahuan metakognitif. Hal tersebut dikarenakan
Anderson & Krathwohl (2001) mendefinisikan pengetahuan
metakognitif sebagai pengetahuan terkait kognitif serta
kesadaran dan pengetahuan mengenai proses kognisi yang
terjadi pada diri sendiri.
1
Gambar 1. Gambar Grafik Fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑥
Dengan mengunakan gambar grafik tersebut, siswa menemukan
1 1
bahwa lim− 𝑥 = −∞ sedangkan lim+ 𝑥 = +∞. Kemudian siswa
𝑥→0 𝑥→0
❖ KETERAMPILAN BERPIKIR
Keterampilan berpikir dapat diartikan sebagai kecakapan
seseorang dalam berpikir untuk memecahkan masalah. Seseorang
dapat dikatakan terampil berpikir apabila seseorang tersebut
mampu mendeskripsikan masalah yang dihadapi dari berbagai
persepektif serta mengeksplor kemampuan berpikir yang
dimilikinya dengan menggunakan berbagai cara yang relevan
untuk menemukan solusi dari masalah yang dihadapinya.
Keterampilan berpikir yang mengacu pada Taksonomi
Bloom dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu keterampilan berpikir
tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills - HOTS) dan
keterampilan berpikir tingkat rendah (Lower Order Thinking Skills
- LOTS). Gambar 3 berikut ini menyajikan pembagian level proses
berpikir dintinjau dari Taksonomi Bloom.
1. Remembering (Mengingat)
Kegiatan pada level mengingat dapat dimaknai sebagai
kegiatan seseorang dalam memanggil kembali pengetahuan
yang ada pada memori jangka panjang. Seseorang harus
mengingat kembali pengetahuan yang dia peroleh
sebelumnya untuk menyelesaikan masalah yang ada pada
kegiatan mengingat. Contoh soal yang dapat diberikan oleh
guru dalam kegiatan mengingat adalah sebagai berikut
2 …
2. Understanding (Memahami)
Kegiatan seseorang yang disampaikan melalui komunikasi
baik berupa komunikasi lisan maupun tertulis (bisa berupa
grafik maupun gambar) dimaknai sebagai kegiatan pada level
memahami. Seseorang dimungkinkan membangun makna
sesuai dengan pemahaman siswa sendiri berdasarkan apa
yang diperoleh siswa dalam pembelajaran. Contoh soal yang
diberikan pada kegiatan memahami adalah sebagai berikut
3. Applying (Menerapkan)
Dalam kegiatan pada level menerapkan kegiatan yang
dilakukan terkait dengan pelaksanaan untuk memecahkan
masalah. Pada level menerapkan inilah, seseorang harus
menerapkan prosedur yang disesuaikan dengan situasi yang
ada untuk menemukan solusi yang tepat dari suatu masalah.
Contoh soal yang tepat diberikan pada kegiatan menerapkan
adalah soal yang menuntut siswa untuk melaksanakan
prosedur dalam menemukan solusi dari soal tersebut. Berikut
adalah salah satu contoh soal yang dapat diberikan pada
1800 3600
-1
2. Evaluating (Mengevaluasi)
Dalam kegiatan mengevaluasi seseorang dituntut untuk
melakukan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan
tersebut harus didasarkan dengan berbagai kriteria dan
standar yang ditetapkan. Pada kegiatan mengevaluasi
diharapkan seseorang dapat memberikan alasan logis mengapa
keputusan tersebut yang diambil. Contoh soal yang dapat
diberikan pada kegiatan mengevaluasi adalah sebagai berikut:
Diberikan gambar segitiga-segitiga berikut ini
3. Creating (Mengkreasi)
Kegiatan mengkreasi erat hubungannya dengan kreatifitas
seseorang dalam membuat sesuatu hal yang baru dengan
menempatkan bagian-bagian penyusun untuk membentuk
fungsi yang baru. Bagian-bagian dari penyusun tersebut dapat
diciptakan sendiri oleh seseorang tersebut. Selain itu, dalam
kegiatan mengkreasi ini seseorang juga dapat menyusun ulang
elemen atau bagian penyusun yang sudah ada sebelumnya,
akan tetapi membentuk suatu pola yang baru. Pola yang baru
tersebut tentunya harus memiliki keunikan yang membuat pola
tersebut beda dengan pola sebelumnya. Contoh soal yang
dapat diberikan oleh guru pada kegiatan mengkreasi adalah
sebagai berikut:
Diberikan gambar segitiga – segitiga berikut ini. Buatlah 2
ukuran panjang sisi–sisi segitiga ABC dan segitiga PQR agar dua
segitiga tersebut memiliki luas yang sama!
Daftar Pustaka
❖ MACAM-MACAM PERTANYAAN
Pengajuan pertanyaan sebagai salah satu alat yang
digunakan dalam proses pembelajaran membantu mencapai
tujuan pembelajaran. Pertanyaan adalah alat pengajaran yang
paling sering digunakan (Wassermann, 1991). Dalam
pembelajaran, dapat dilakukan oleh seorang guru, siswa atau
keduanya. McCarthy, dkk (2016) menunjukkan bahwa bimbingan
guru melalui analisis pertanyaan yang diajukan dan tanggapan
yang didapatkan dari siswa selama berlangsung dalam wacana
matematis, dapat memungkinkan mengenali strategi tanya jawab
yang efektif dan tidak efektif dalam wacana kelas matematika.
Lebih lanjut, guru sebaiknya perlu menciptakan berbagai situasi
di mana pertanyaan berhubungan dengan pertanyaan yang
diajukan, dan mengenali situasi yang membutuhkan pembinaan
keterampilan bertanya-tanya (Aizikovitsh-Udi & Star, 2011). Ada
banyak macam pertanyaan yang dapat digunakan oleh guru dalam
proses pembelajaran.
McCarthy, dkk (2016) mengklasifikasikan pertanyaan
menjadi 4 kategori: (1) Probing dan follow up, jenis pertanyaan ini
digunakan untuk menyelidiki lebih lanjut jawaban yang diberikan
siswa. Jenis pertanyaan ini menggambarkan ada pertanyaan
lanjutan yang diajukan oleh guru terhadap respon yang diberikan
oleh siswa. Respon yang diberikan dapat menjadi alat baru bagi
guru untuk melakukan follow up terhadap tujuan yang ada dalam
pertanyaan. (2) Leading question, pertanyaan utama yang
mengarahkan jawaban siswa melalui scaffolding. Jenis pertanyaan
ini memberikan pertanyaan utama yang mampu membimbing dan
mengarahkan siswa melalui bantuan scafollding untuk mencapai
b. Divergent
❖ DIVERGENT
Pertanyaan divergent memiliki kecenderungan tidak
membatasi, membuat responden/siswa bebas untuk memilih
salah satu dari sejumlah cara yang mungkin untuk dijawab, dan
panjang lebar. Pertanyaan terbuka ini memberikan keleluasaan
bagi siswa untuk menggunakan berbagai macam cara dalam
memberikan respon. Berikut contoh jenis pertanyaan divergent
Guru : “Soal yang diberikan seperti ini
Guru : “Lalu?”
Siswa : “Dijadikan perkalian bu..”
Guru : “Seperti ini?”
𝑠𝑖𝑛 𝛼 𝑐𝑜𝑠 𝛼 𝑠𝑖𝑛 𝛼 𝑐𝑜𝑠 𝛼
= 𝑠𝑖𝑛 𝛼
𝑡𝑎𝑛 𝛼
𝑐𝑜𝑠 𝛼
𝑐𝑜𝑠 𝛼
= 𝑠𝑖𝑛 𝛼 𝑐𝑜𝑠 𝛼 × 𝑠𝑖𝑛 𝛼
Siswa : “Iya bu...”
Guru & siswa : “Lalu, 𝑠𝑖𝑛 𝛼 dicoret dengan 𝑠𝑖𝑛 𝛼, sehingga sisanya
𝑐𝑜𝑠 𝛼 dikalikan 𝑐𝑜𝑠 𝛼”
Guru : “(Menulis jawaban sesuai dengan hasil pembahasan
bersama)
𝑠𝑖𝑛 𝛼 𝑐𝑜𝑠 𝛼 𝑠𝑖𝑛 𝛼 𝑐𝑜𝑠 𝛼
= 𝑠𝑖𝑛 𝛼
𝑡𝑎𝑛 𝛼
𝑐𝑜𝑠 𝛼
𝑐𝑜𝑠 𝛼
= 𝑠𝑖𝑛 𝛼 𝑐𝑜𝑠 𝛼 × 𝑠𝑖𝑛 𝛼
= 𝑐𝑜𝑠 2 𝛼
e. Checklisting
❖ CHECKLISTING
Jenis pertanyaan ini biasanya mengikuti pertanyaan sesuai
daftar rencana, guru memberikan satu pertanyaan ke pertanyaan
lain dengan sedikit bantuan untuk jawaban siswa (tidak ada
f. Reproductive Questioning
❖ REPRODUCTIVE QUESTIONING
Pertanyaan reproduktif adalah pertanyaan yang
menanyakan tentang kemampuan konten yang dimiliki oleh
siswa. Pertanyaan yang berhubungan dengan konten materi
dalam proses pembelajaran merupakan salah satu pengertian
pertanyaan reproduktif.
Guru : “Coba sebutkan apa pertanyaannya?”
Siswa : “Nilai lim− f(x) = . . . Pak”
x →2
Guru : “Ayo siapa yang bisa baca lim− f(x) dengan benar.?”
x →2
i. Rhetorical Question
❖ RHETORICAL QUESTION
Jenis pertanyaan ini biasanya pertanyaan yang diberikan
oleh guru akan tetapi dijawab oleh guru itu sendiri. Pertanyaan
seperti ini tidak meminta tanggapan dari siswa dikarenakan
langsung dijawab oleh guru. Beirkut adalah contoh dari jenis
pertanyaan ini:
Guru : “Soal: Buktikan bahwa (𝑠𝑖𝑛 𝛼 − 𝑐𝑜𝑠 𝛼)2 + 2 𝑠𝑖𝑛 𝛼 𝑐𝑜𝑠 𝛼 = 1.
Ada yang bisa menjawab soal ini?”
Siswa : “Iya....tidak....
Guru : “Ini mau digimanakan kira-kira?”
Siswa : "(𝑠𝑖𝑛 𝛼 − 𝑐𝑜𝑠 𝛼)2 dijabarkan.”
Guru : “Iya, jadi, (𝑠𝑖𝑛 𝛼 − 𝑐𝑜𝑠 𝛼)2 dijabarkan. Tahu cara
menjabarkannya?”
Guru :“Jadi ini menjadi (𝑠𝑖𝑛 𝛼 − 𝑐𝑜𝑠 𝛼)2 = 𝑠𝑖𝑛2 𝛼 −
2 𝑠𝑖𝑛 𝛼 𝑐𝑜𝑠 𝛼 + 𝑐𝑜𝑠 2 𝛼.”
j. Focal Question
❖ FOCAL QUESTION
Jenis pertanyaan focal yakni siswa harus memilih atau
membenarkan suatu posisi. Pertanyaan ini sering digunakan
untuk mengetahui kemampuan siswa dengan acara memberikan
pilihan benar atau tidak. Berikut contoh jenis pertanyaan ini:
Guru : “Yang pertama adalah identitas kebalikan (sambil
mencatat di papan tulis)
1 𝑦
Untuk soal 𝑠𝑖𝑛𝛼 = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐 𝛼. Jadi gini 𝑠𝑖𝑛𝛼 = 𝑟 kan ya?
Siwa : “Iya”
k. Funnel Question
❖ FUNNEL QUESTION
Jenis pertanyaan funnel sebagai beberapa pertanyaan
dimulai secara luas dan secara bertahap mengarah pada
penyelidikan yang lebih terfokus. Jenis pertanyaan ini ada
beberapa pertanyaan yang digunakan dengan beberapa langkah
dan dari setiap langkah terkadang ada pertanyaan untuk
mengarah pada tujuan. Berikut contoh dari jenis pertanyaan ini.
1 𝒚
Guru : “Untuk 𝑠𝑖𝑛𝛼 = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐 𝛼. Jadi gini 𝒔𝒊𝒏𝜶 = 𝒓 kan ya?”
Siwa : “Iya.”
1
Guru : “Misalkan Ibu tuliskan menjadi 𝑠𝑖𝑛𝛼 = 𝑟 akan mengubah
𝑦
❖ KIAT BERTANYA
Mengajukan pertanyaan tidak mudah dilakukan oleh
seseorang, apalagi bagi sesorang siswa. Siswa terkadang masih
merasa takut untuk mengajukan pertanyaan kepada guru dalam
proses pembelajaran. Siswa lebih merasa nyaman dengan
menyimpan pertanyaan untuk dirinya sendiri. Ada juga siswa
yang lebih senang/berani untuk bertanya kepada teman-temanya
dibandingkan kepada gurunya. Oleh karena itu, seorang guru juga
harus mampu mendesain pertanyaan dalam upaya meningkatkan
partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Pertanyaan yang
efektif dapat dilakukan berdasarkan tujuan dan kondisi tertentu
dalam pembelajaran yang dilakukan (Zayyadi, 2019). Adapun
kiat-kiat dalam mengajukan pertanyaan sebagai berikut :
Heinze, A., & Erhard, M. 2006. How much time do students have to
think about teacher questions? an investigation of the quick
succession of teacher questions and student responses in the
German mathematics classroom. ZDM - International Journal
on Mathematics Education, 38(5), 388–398.
https://doi.org/10.1007/BF02652800
McCarthy, P., Sithole, A., McCarthy, P., Cho, J., & Gyan, E. 2016.
Teacher questioning strategies in mathematical classroom
discourse : A case study of two grade eight teachers in
Tennessee, USA. Journal of Education and Practice, 7(21), 80–
89.
Tofade, T., Elsner, J.L., & Haines, S. 2013. Best Practice Strategies
for Effective Use of Questions as a Teaching Tool. American
Journal of Pharmaceutical Education, 77.
Zayyadi, M., Nusantara, T., Hidayanto, E., Sulandra, I.M., & As’ari,
A.R. 2019. Exploring prospective student teacher’s question
on mathematics teaching practice. Journal of Technology and
Science Education, 9(2), 228-237.
https://doi.org/10.3926/jotse.465.
a. Focusing Skills
❖ FOCUSING SKILLS
Focusing skills adalah keterampilan mengarahkan perhatian
kepada hal-hal terpilih. Ketika seseorang dihadapkan dengan
masalah misalnya, focusing skills ini memungkinkan orang itu
mengetahui apa sebenarnya masalahnya, dan apa yang
sebenarnya ingin diwujudkan. Dia mampu mengidentifikasi
informasi mana yang penting, dan mampu mengabaikan hal-hal
Kita dihadapkan dengan begitu banyak kata dalam soal. Dari soal
itu ada informasi tentang duku kecil, duku sedang, duku besar dan
sekeranjang duku. Ada pula nama pembelinya, yaitu Bu Neni. Tapi
❖ REMEMBERING SKILLS
Remembering skills adalah kemampuan untuk menyimpan
informasi dalam otak dan mengambil ulang dari otak itu untuk
dimanfaatkan lagi. Orang yang memiliki remembering skills yang
baik akan mampu menyimpan informasi yang dimilikinya ke
dalam memori jangka panjangnya (long-term memory), dan
dengan cepat dan akurat pula memanggil informasi yang
tersimpan itu untuk digunakan sesuai keperluan. Remembering
skills dapat diasah melalui latihan, organisasi dan elaborasi
(Coffman, dkk, 2019; Ornstein & Coffman, 2020).
Meskipun dengan kemajuan teknologi saat ini, orang tidak perlu
menyimpan informasi sebanyak-banyaknya dalam otaknya, tetapi
ingatan yang baik masih sangat diperlukan untuk mengatasi hal-
hal yang memerlukan respons spontan dan segera.
Tampak bahwa barisan bilangan bentuk akar √1, √2, √3, √4, dst
ditata membentuk seperti wujud fisik seekor keong.
Demikianlah manfaat dimilikinya information gathering skills.
d. Analizying Skills
❖ ANALIZYING SKILLS
Analyzing skills adalah kemampuan mengklarifikasi informasi
dengan cara mengidentifikasi komponen dan bagian-bagian kecil
dari sesuatu yang teramati, dan kemampuan menentukan
perbedaan antar masing-masing komponen dan bagian tersebut.
Thompson (2008) mengatakan analyzing skills adalah
kemampuan untuk memecah konsep menjadi bagian-bagian dari
komponennya secara hierarki sehingga menjadi jelas,
memperjelas informasi yang ada dengan memeriksa bagian dan
hubungan, mengidentifikasi hubungan dan pola; mengidentifikasi
kesalahan dan kesalahan logika dan jika memungkinkan,
memperbaikinya. Selanjutnya Rahman dan Manaf (2017)
menjelaskan bahwa analisis dapat membedakan antara fakta dan
opini dan mengidentifikasi klaim yang menjadi dasar argumen
dibangun.
e. Generating Skills
❖ GENERATING SKILLS
Generating skills adalah kemampuan untuk menambahkan
sesuatu yang baru untuk menghasilkan informasi yang baru.
Heong, dkk (2012) menjelaskan generating sebagai kemampuan
Contoh:
Misalkan kepada seseorang diberikan empat bilangan yaitu 15, 20,
23, dan 25. Orang itu dimintai tolong untuk membuang salah satu
bilangan yang dianggap tidak cocok dikumpulkan dengan tiga
bilangan yang lainnya.
Kalau orang itu memiliki generating skills yang baik, dia akan
banyak memberikan alternatif berikut alasan logis yang bisa
diberikan.
Dia bisa mengusulkan untuk membuang 15, karena semua
bilangan yang lain memiliki angka puluhan 2, dan hanya 15 yang
tidak memiliki angka puluhan 2.
Dia juga bisa mengusulkan 20, karena 20 adalah satu-satunya
bilangan dari empat bilangan yang ada yang merupakan bilangan
genap, sementara yang lain adalah bilangan ganjil.
f. Integrating Skills
❖ INTEGRATING SKILLS
Integrating skills adalah kemampuan untuk mengaitkan dan
mengkombinasikan informasi yang tersedia sehingga menjadi
informasi baru yang mungkin lebih mudah dipahami. Xue-Ping
(1997) menggambarkan Integrating skills sebagai keterampilan
terintegrasi yang biasanya digunakan untuk mengembangkan
keterampilan secara parallel. Penggunaan Integrating skills
bertepatan dengan cara berkomunikasi dalam kehidupan nyata,
dan mengintegrasikan keterampilan dapat membawa banyak
manfaat bagi pengajaran (Jing, 2006). Dengan kemampuan
membuat ringkasan misalnya, seseorang tidak perlu bersusah
payah dan tidak perlu waktu yang lama untuk memahami
informasi yang panjang lebar. Dengan kemampuan menata
informasi secara rapi dan terstruktur, seseorang akan bisa
memahami informasi dengan lebih mudah, bahkan
memungkinkan memberikan inspirasi baru bagi
pengembangannya.
g. Evaluating Skills
❖ EVALUATING SKILLS
Evaluating skills adalah kemampuan menilai kualitas dan
kemasukakalan dari suatu ide. Orang yang memiliki evaluating
skills ini mampu menetapkan kriteria yang bisa digunakan untuk
Tabel XXX
Data Covid di Kabupaten A, B, C, dan D di Provinsi X
(Satgas Penanggulangan Bencana Covid-19 Provinsi X)
Bagi seorang yang memiliki evaluating skilll yang baik, orang ini
akan mempertanyakan kebenaran dari data yang ada. Meskipun
di atas ada keterangan bahwa data ini dikeluarkan oleh Satgas
Penanggulangan Bencana Covid 19 Propinsi X, tapi dia mampu
menemukan adanya data yang aneh. Di Kabupaten C, jumlah
orang yang positif adalah 89. Dari 89 orang tersebut terdapat 54
orang yang sembuh, dan yang meninggal ada sebanyak 36 orang.
Kalau dia jumlahkan antara yang sembuh dan meninggal, dia akan
mendapatkan jumlah 90 orang, yang lebih banyak dari jumlah
orang yang positif. Meskipun mungkin dia tidak akan serta merta
mengatakan berita ini hoax, setidaknya dia akan menunda dulu
memutuskan benar tidaknya informasi itu, dan apalagi
Daftar Pustaka
1. Revoicing
❖ REVOICING
Boukafri, dkk (2018) mengemukakan penggunaan revoicing oleh
guru membantu proses berpikir matematika siswa secara lebih
umum. Revoicing terjadi ketika seorang guru mengatakan kembali
apa yang dikemukakan oleh siswanya tapi diwujudkan dengan
kata-kata yang lain.
Misalnya.
Guru : “Berapakah hasil dari 7 + 8?”
Siswa : “15”
Guru : “Saya menghitung kok 14. Apakah
7 + 8 ≠ 14?”
Siswa : “Tidak mungkin 7 + 8 = 14. Ganjil ditambah genap adalah
ganjil.”
❖ PROMPTING TO SAY
Kadang kita tidak langsung memahami apa yang dikatakan siswa.
Kita memerlukan sedikit elaborasi dari jawaban yang mereka
berikan. Karena itu, kita bisa meminta siswa untuk memberikan
penjelasan lebih jauh, dan untuk memberikan penjelasan lebih
jauh ini, anak bisa saja terdorong untuk berpikir tingkat tinggi,
meskipun mungkin saja mereka hanya sekedar mengingat-ingat.
Prompting ini sebagai salah satu cara dalam pengajuan
pertanyaan dalam pembelajaran matematika (Mason, 2000).
Misalkan terjadi percakapan antara guru dan siswa sebagai
berikut:
Guru : “Tentukan himpunan penyelesaian dari 𝑥 2 = 1.”
Siswa 1: "{−1,1}"
Siswa 2: “Nggak mesti {−1,1}. Jawabannya bisa saja { }, {1}, dan
mungkin juga yang lain.”
3. Repeating
❖ REPEATING
Di dalam kelas, kadang ada yang memperhatikan percakapan yang
berlangsung. Tetapi kadang juga ada pernyataan seseorang yang
tidak bisa langsung dimengerti. Untuk mendorong siswa selalu
memperhatikan temannya yang berbicara, mencoba mengerti
jalan pikirannya, mengubah pernyataan temannya menjadi
pernyataan yang lebih mudah diterima, maka guru bisa
melakukan strategi repeating. Repeating dapat menjadi jembatan
yang efektif untuk memperkenalkan konsep dalam pembelajaran
matematika (Warren dan Cooper, 2007)
Misalkan ada percakapan:
Guru : “Dari fungsi kuadrat 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥 2 + 𝑏𝑥 + 𝑐 diketahui bahwa
𝑎 + 𝑏 + 𝑐 = 12, dan 𝑎 − 𝑏 + 𝑐 = −4. Seseorang mengklaim
❖ ADDING ON
Sebagai guru kita sebaiknya tidak cepat puas dengan jawaban
siswa dan buru-buru memberikan penguatan. Kalau di awal-awal
pembelajaran, mungkin kita perlu sering memberikan penguatan.
Tetapi, lama kelamaan, pemberian penguatan ini mungkin perlu
diatur dengan dinamis agar tidak mudah ditebak arahnya oleh
siswa, dan siswa didorong untuk bekerja dan berpikir keras guna
mendapatkannya.
Kita bisa menggunakan strategi adding on untuk meminta siswa
mengklarikasi apa yang dinyatakannya. Kita bisa meminta yang
bersangkutan untuk memberikan penjelasan tambahan, tetapi
juga kepada teman yang lainnya.
Contoh :
Guru : “Ada empat orang penggemar burung dara berkumpul. Si A
memiliki 15 ekor burung dara. Si B memiliki 20 ekor burung
dara. Si C memiliki 23 ekor burung dara. Si D memiliki 25
ekor burang dara. Burung-burung dara yang mereka miliki
akan dilombakan dalam suatu aduan tertentu, tetapi dari
keempat orang itu, hanya tiga orang yang boleh ikut. Panitia
lomba menggunakan lomba tertentu yang mengakibatkan
hanya tiga dari empat orang itu yang boleh ikut berlomba,
dan kriterianya itu didasarkan atas banyaknya burung dara
yang dimiliki. Menurut kalian, manakah dari orang itu yang
tidak boleh ikut lomba? Jelaskan kriteria yang digunakan.”
Siswa 1: “ Si A, Bu.”
Guru : “Alasannya?”
Siswa 1: “ Kriteria lombanya adalah peserta lomba minimal
memiliki burung dara sebanyak 20 bu.”
Guru : “Apakah ada kemungkinan si B yang justru tidak
diperbolehkan? “
❖ REASON ON OTHER
Mengajak anak untuk menalar penalaran orang lain juga akan
mendorong anak tersebut melakukan pemikiran tingkat tinggi.
Selain dituntut memahami konsep atau prinsip matematisnya,
8. Revising
❖ REVISING
Ada kalanya apa yang dipikirkan sebelumnya telah mengalami
perubahan setelah ada interaksi lebih lanjut. Kalau semula siswa
mengatakan bahwa himpunan penyelesaian dari 𝑥 2 = 1 adalah
{−1,1}, setelah mendengar tentang konsep dari berpikir kritis
orang itu tidak buru-buru dan tidak memaksakan kehendak
bahwa himpunan selesaiannya harus {−1,1}. Jika semula dia
menjadi orang yang selalu menganggap bahwa kalau tidak
disebutkan semestanya, maka semestanya selalu himpunan bilang
real, sekarang dia meminta ditegaskan terlebih dahulu himpunan
semestanya.
Contoh lain, misalnya:
1 1
Guru : “Berapakah 2 + 3 ?”
2
Siswa :” .”
5
9. Wait Time
❖ WAIT TIME
Ketika kita menginginkan anak berpikir, kadang kita harus siap
untuk memberikan waktu jeda kepada anak untuk berpikir. Kita
minta anak memusatkan perhatian kepada hal penting. Kita minta
mereka untuk meluangkan waktu sejenak untuk mengkaji ulang
apa yang ada, merenungi setiap kata dan lambang yang ada dan
lain sebagainya. Kita tidak taken for granted anak paham dengan
sendirinya. Kita beri kesempatan kepada mereka untuk melihat
dari berbagai aspek. Kita dorong mereka berpikir yang cermat.
Wait time sebagai variabel bertanya dan mendengarkan yang
penting dalam pembelajaran (Baysen dan Baysen, 2010).
Misalkan
Guru : “Dua orang, A dan B, sama-sama gemar sepakbola Inggris.
Sampai musim menyisakan tiga minggu, kedudukan
Liverpool dan Chelsea berselisih hanya 2, yaitu Liverpool 86
poin, dan Chelsea 84 poin. Pada sisa pertandingan
berikutnya dua klub papan atas ini tinggal berhadapan
dengan tim-tim yang kemungkinan akan terdegradasi ke
liga level di bawahnya. Si A yang menjagokan Liverpool dan
si B yang menjagokan Chelsea bersepakat bahwa Liverpool
lah yang bakal jadi juara di musim itu. Bagaimana pendapat
kalian. Catatan: poin yang diraih kalau menang adalah 3,
kalau seri adalah 1, dan kalau kalah adalah 0.”
Ketika guru memberikan soal ini, dan si guru ingin mengebangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswanya, ada baiknya guru
❖ PARTNER TALK
Bercerita kepada teman biasanya menuntut semacam
tanggungjawab agar ceritanya bisa dimengerti teman bicara.
Semacam ada kebanggaan tersendiri kalau cerita kita berterima.
Karena itu, sebelum kita berbicara atau menjelaskan sesuatu
kepada teman, kita akan memikirkan karakteristik teman itu.
Bagaimana bentuk penjelasan yang disukai? Topik apa yang
paling tidak disukai? Dalam kondisi seperti apa penjelasan kita
bak gayung bersambut? Pokoknya, kita mempertimbangkan dan
memikirkan banyak hal kalau kita mau berbicara dengan teman
atau dengan orang lain. Karena itu, mendorong siswa dengan
perintah atau pertanyaan untuk bercerita kepada teman adalah
salah satu strategi untuk meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Berpikir tingkat tinggi dan strategi pemecahan
masalah yang menunjukkan hubungan yang kuat dengan siswa
dalam menjelaskan baik secara pribadi maupun kepada kelompok
Contoh
Daftar Pustaka